Ahbar Dunia Islam

download Ahbar Dunia Islam

If you can't read please download the document

description

I

Transcript of Ahbar Dunia Islam

Dunia Islam: Kabar Baik dari Muslim Cina

Dunia Islam:

Kabar Baik dari Muslim Cina Kebanyakan umat memang belum mengerjakan secara teratur shalat berjamaah di masjid, tetapi alhamdulillah...keluargaku sudah mampu melaksanakan kewajiban ini sebagaimana yang dilakukan oleh yang lainnya. Dari hari ke hari semakin bertambah jumlah pengikutnya. Agama baru kami berkembang sangat cepat...

Kata-kata yang menggambarkan penuh kegembiraan itu dipaparkan Hey (25) seorang pemuda mualaf asal China. Seperti dilansir majalah mingguan berbahasa Arab Al'Alam al Islamy edisi Muharram 1428 H, Hey mengaku sangat senang dengan keyakinan Islam yang dianutnya. Ia menyebutnya sebagai jalan terang.

Makin bersyukur, karena jalan terang yang dipilihnya itu kini mendapat angin segar dari pemerintah Republik Rakyat Cina. Pemerintah kini memberikan keringanan dan kemudahan bagi para dai dari negara lain untuk masuk ke negeri Tirai Bambu, sehingga umat Muslim bisa mendalami agamanya lebih baik lagi.

Hey menyatakan kini setip hari ia bersama keluarganya pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat sebagaimana yang biasa ia lakukan di tengah aktivitasnya di propinsi Nanjing, wilayah di barat laut Cina. Wilayah ini dikenal sebagai wilayah dimana mayoritas Muslim Cina tinggal. Jumlah warga Muslimnya diperkirakan sekitar 20 juta jiwa.

Semakin diterima

Di kawasan Tonjesin, yang dikenal sebagai daerah terbesar umat Islam di Provinsi Nanjing, tengah dibangun kembali sebuah masjid yang memang sangat dibutuhkan. Tanpa mau merinci jumlah biaya, pelaksanaan renovasi masjid tersebut membutuhkan dana anggaran yang cukup besar. Apalagi untuk ukuran Tonjesin sebagai sebuah daerah termiskin di negeri itu.

Lantas, dari mana umat Islam setempat membiayai pembangunan kembali masjid? Menurut seorang pimpinan Sekolah Islam Khusus Putri dari marga Hui, biaya tersebut didapat dari bantuan umat Islam yang datang ke daerahnya. ''Kami bergantung terhadap apa yang diberikan saudara-saudara kami yang datang ke sini. Alhamdulillah, mereka banyak memberikan harta serta bantuan lainnya.''

Ia menyatakan, pihaknya memiliki 68 siswa yang belajar di sana yang usia terkecilnya adalah 15 tahun. Ia mengaku, kini pendidikan Muslimah di Cina lumayan maju.

Ia menggambarkan, ketika lulus dari bangku Sekolah Tsanawiyah tahun 1986, banyak mendapatkan kesulitan untuk pengembangan Islam. ''Sekarang kondisi jauh lebih baik, sehingga kita tidak perlu takut,'' ujarnya seraya menambahkan, sekarang ini para pelajar putrinya mengenakan jilbab.

Ia sangat bersyukur, karena sekarang tidak banyak menemui kendala dan hambatan dalam menjalankan keyakinan agama Islam. Ia juga merasa senang dapat memberikan pelajaran dan pendidikan kepada anak-anak di daerah tersebut secara gratis. ''Politik lokal sekarang ini sangat terbuka dan bisa menerima masuknya ajaran agama Islam.''

Fakta tentang Islam di China

Islam pertama kali masuk ke Cina tahun 650 atau tahun ke-29 Hijriyah pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, atau delapan tahun setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW.

Utusan delegasi Muslim dipimpin oleh kerabat Rasulullah, Sa'ad ibn Waqqas. Ia mengajak kaisar Cina yang berkuasa saat itu, Yung Wei, untuk menganut agama Islam.

Masjid pertama yang berdiri di Cina adalah Masjid Canton dan hingga kini masih berdiri, alias sudah berusia 14 abad.

Kebanyakan Muslim datang ke Cina untuk berdagang. Dampaknya, perdagangan Cina maju pesat. Muslim mendominasi industri ekspor dan impor di Cina pada masa kekuasaan Dinasti Sung (960-1279).

Penyerapan Islam dalam budaya Cina antara lain pada nama-nama orang. Nama-nama seperti Mo, Mai, dan Mu adalah hasil adaptasi dari nama-nama Muhammad, Mustafa, dan Masoud. Begitu juga Ha untuk Hasan, Hu untuk Hussain, dan Sai untuk Said.

Harmonisasi hubungan Muslim dengan komunitas lain mulai retak pada saat Dinasti Ching (1644-1911) berkuasa. Dia seorang Manchu, bukan Han, dan merupakan minoritas di Cina. Konflik sengaja dibangun antara kelompok Muslim, Han, Tibet, dan Mongolia. Kebencian terhadap Muslim dikobarkan. Banyak Muslim yang dibantai dan hanya sedikit yang selamat.

Saat ini, pemerintah Cina masih bersikap keras terhadap kelompok Muslim dari etnis Uighur yang dianggap dipengaruhi gerakan separatis Afghanistan.

Jumlah Muslim Cina saat ini tercatat sebanyak 20 juta jiwa atau 1,4 persen dari seluruh populasi. Terdapat 35 ribu masjid dan 45 ribu imam di Cina. Mereka di bawah pengawasan pemerintah pusat.

For me, Islam does make more sense,

For me, Islam does make more sense, ujar Alina. Dan akhirnya, gadis keturunan Rusia yang telah menetap di California ini mengikrarkan diri masuk Islam

Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum kedatangan seorang peserta baru. Seorang gadis berkulit putih dan tinggi semampai memasuki ruang kelas itu dengan pakaian muslimah yang sangat rapih.

Pada awalnya memang saya mengira bahwa dia adalah seorang Muslimah keturunan Albania . Bahkan sangkaan saya ini berminggu-minggu, hingga suatu ketika saya tanyakan "when did you convert?".

Dengan sedikit tersipu dia menjawab: "I am still learning. I really want to know more before taking any decision".

Saya tentunya terkejut dengan jawaban itu. Sebab selama ini dia menampilkan diri di kelas persis seperti Muslim. Kata-kata "insya Allah", "masya Allah", dll., keluar dari mulutnya persis seorang Muslimah. Bahkan dalam beberapa kasus, dia terkadang menyelah penjelasan saya dengan tambahan, atau beberapa kali mengoreksi poin yang dianggapnya kurang tepat. Setiap waktu pun shalat pasti ikut melakukan shalat dengan jama'ah lainnya.

Ketika seorang non Muslim menanyakan tentang gambar dalam Islam, apakah boleh atau tidak? Saya menjelaskan bahwa itu tergantung gambar apa dan bagaimana serta untuk tujuan apa. Dia kemudian seolah mengoreksi bahwa "pictures of living creatures are not allowed. I read about this in the hadith Imam", selahnya. Dalam beberapa kesempatan terpaksa saya harus jelaskan bahwa menyampaikan Islam itu mutlak memakai "pendekatan" yang tidak sekaligus.

Alina, demikian dia memanggil namanya. Gadis ini berasal Rusia, tapi telah lama menetap di Amerika. Menurutnya, sejak kelas 3 SD dia sudah tinggal di California hingga tamat SMA bersama orang tuanya yang merupakan imigran dari Rusia. Setamat SD , Alina melanjutkan sekolahnya di New York City University dengan spesialisasi accounting. Sejak tamat dari universitas, Alina diterima bekerja pada sebuah Accounting firm yang cukup besar di kota New York .

Di saat menjadi mahasiswa itulah Alina mulai mengenal Islam lewat teman kuliahnya. Pergaulan dengan teman itulah yang membuatnya semakin tertarik untuk mendalami Islam. Hingga suatu ketika, menurutnya, dia sangat meyakini, "for me, Islam does make more sense". Tapi menurutnya lagi, yang paling menarik perhatiannya adalah kenyataan bahwa mayoritas umat Islam "committed with the teachings". Sementara dia sendiri beragama Yahudi tidak lebih dari sebuah "cultural inheritance" (warisan budaya). "In fact, we don't really believe in God", kenangnya.

Sekitar dua bulan Alina , mengikuti "Islamic Forum" di Islamic Center New York . Saya tidak melihat ada satu hal mendasar yang dia tidak ketahui atau ragukan di agama ini. Tapi nampaknya juga masih bersikap "dingin" untuk masuk ke agama ini. Biasanya saya tidak pernah mengajak langsung atau menanyakan "kapan seseorang akan pindah agama" walaupun orang tersebut suah menampakkan simpatik yang besar terhadap Islam. Tujuan saya adalah menjaga "image" the Forum bahwa itu ditujukan untuk "convert" orang ke agama Islam.

Membela Rasulullah SAW

Hingga sekitar sebulan lalu, Alina berkunjung ke Pasadena , salah satu bagian dari California , untuk menemui kedua orang tuanya. Menurutnya, suatu ketika di saat dia berjalan di kota tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak-teriak dengan microphone mencaci Rasulullah, Muhammad SAW. Tidak tahan melihat perlakuan orang tersebut, Alina mendatanginya dan berdebat dengannya mengenai Muhammad SAW.Tapi karena orang tersebut memakai pembesar suara, orang-orang di sekitar itu tidak mendengarkan pembelaan Alina terhadap Rasulullah. "I was so sad and crying" katanya.

Sejak kejadian itu, Alina nampak semakin kalem. Dalam beberapa saat ketika kelas dimulai Alina datang terlambat. Hingga suatu ketika saya tanyakan, "Why you always come late lately?". Saya terkejut ketika dia menjawab: "I do my istikharah". Saya tanyakan "Istikharah untuk apa?".

Saya justru menyangka, mungkin istikharah karena ada calon suami, dll. Ternyata menurutnya, "I do my istikharah to ask God, if the time has already come for me to be a Muslim". Saya sempat tidak bisa menahan geli dan menjawab: "What you do itself (istkharah) is the best indication that Goad wants you to be a Muslim right away".

Alhamdulillah, dua Minggu lalu Alina menelpon dan menyampaikan keinginan untuk bersyahadah. Saya sempat bercanda, "Are you going to take shahadah with me or with some one else". Dia menjawab, "I will do take my shahadah only with you". Saya tanyakan kapan dia ingin bersyahadah? Diapun menyebutkan hari Sabtu.

Sabtu kemarin, 31 Maret 2007, secara formal Alina menyatakan menerima Islam sebagai petunjuk hidupnya. Disaksikan oleh peserta "Islamic Forum" dan dengan mata yang berlinang, Alina menyaksikan, "Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah peseruh Allah". Allahu Akbar!

Semoga Allah menjagamu Alina, dan menjadikanmu pejuang di jalanNya! [dari www.hidayatullah.com]

Dakwah Islam di Namibia : Hidayah Sang Jacob Jumat di Windhoek Islamic Center, Namibia. Hiruk pikuk jamaah mulai terdengar di kantai dasarnya. Sekitar 50 pria berkemaja dan bercelana. Sisanya, sekitar 50 orang lainnya, berbaju tradisional menyerupai jubah.

Mereka bercakap-cakap dengan bahasa yang sulit dimengerti pendatang, bahasa suku mereka. Kebanyakan berasal dari suku Nama, satu dari 13 suku besar di Namibia.

Namun bukan itu yang menarik. Windhoek Islamic Center bukan bangunan yang megah, dengan masjid atau mushala sebagai satu bagiannya. Tempat yang mereka sebut "masjid" ini merupakan bagunan kecil yang menempel di gereja megah yang dibangun pemerintah setempat. "Kami seperti apel yang menggantung di pohon pir," ujar Imam Ali, pemuda berusia dua puluh tahunan yang menjadi imam shalat.

Apa daya, mendapatkan tanah untuk mendirikan masjid bukan hal gampang. Izin pun berbelit. Namun kKetiadaan masjid, bukan halangan bagi mereka. "Islam sangat berdampak positif di sini, dan jumlah penganutnya kian bertambah," ujarnya.

Statistik pemerintah menyebut, jumlah penganut Islam adalah 70 ribu orang, sedang penduduk Namibia keseluruhannya adalah 2,031 juta jiwa. Namun Ali tidak sepakat dengan angka resmi ini. "Islam memang baru di sini. Tapi dalam lima tahun ini, kami sudah mengislamkan 20 ribu jiwa," ujarnya.

Memenangkan hati

Sampai akhir 1980-an, Islam tidak dikenal oleh warga Namibia. Penganut Islam di negeri itu adalah para warga negara asing asal Afrika Selatan. Mereka kebanyakan tinggal Walvis Bay, Luderitz, dan Swakopmund. Hanya sedikit yang tinggal di Windhoek, ibu kota Namibia.

Perkembangan Islam di Namibia tidak bisa dilepaskan dari peran Jacobs Salmaan Dhameer, pejabat Komisi Pemilihan Umum negara itu. Tahun 1980, Jacob diundang hadir dalam Konferensi Islam di Maseru (Lesotho). Perjalanannya ke negeri itu membawa hidayah baginya. Di sana, ia bersyahadat. Jacob menjadi orang kulit hitam pertama di negaranya yang menyatakan diri masuk Islam.

Pulang ke negaranya, dia tidak menjadi Muslim yang pasif. Jacob aktif berdakwah di kalangan sukunya, Suku Nama. Nama Jacob yang sudah populer ditambah dengan citranya yang terkenal "bersih" di masyarakat membuat banyak anggota sukunya yang berpindah agama. Gelombang pindah agama pun diikuti suku-suku yang lain.

Tahun 1980,tak satupun masjid berdiri di Namibia. Kini, ada tujuh masjid yang menjadi pusat kegiatan dakwah di negeri itu. Satu lagi masjid di Katutura tengah dibangun. Katutura adalah kawasan kulit hitam di kota lama Windhoek. Katutura berbatasan dengan Afrika Selatan.

Untuk melanjutkan syiar Islam di negeri itu, banyak pemuda Muslim yang dikirim ke Arab Saudi untuk belajar agama. Saat ini, sekitar 44 mahasiswa Namibia belajar Islam di negeri itu. Selain itu, mereka juga dikirim ke Afrika Selatan. Di sela-sela liburannya, mereka secara bergiliran memberikan pengajaran agama di Windhoek Islamic Center. Imam Ali salah satunya.

Apa yang menarik dari Islam bagi warga Namibia? "Islam adalah agama yang logis. Pesan damai yang dibawa Islam juga gampang diterima," ujar Ali yang berislan sejak tahun 1999 ini.

Azi Kazombiaze, pemuda berusia 22 tahun yang masuk Islam tahun 2000 mengamini penjelasan Ali. Menurut dia, Islam sangat simpel dan masuk akal. Sebelum memutuskan berislam, ia mempelajari dua agama pada saat yang bersamaan, Islam dan Kristen. "Saya menemukan apa yang saya tanyakan itu dalam Islam."

Ia aktif berdakwah di lingkungan sebayanya dengan pendekatan seperti saat dia pertama kali mengenal Islam. "Biarkan anak muda membaca banyak kitab suci berbagai macam agama, dengan sendirinya nanti hati mereka tertambat pada Islam," ujarnya.

Menurut dia, Alquran sangat menarik. Isinya beragam dan ilmiah, namun bahasanya sangat puitis dan gampang dicerna.

Saat ditanya apa yang membuat banyak orang Namibia berpaling pada Islam, Kazombiaze menyatakan, karena persaudaraan dalam Islam yang menembus segala sekat tingkat sosial, etnik, dan bangsa. "Ketika kita sudah bersyahadat, maka kita adalah saudara, tidak ada kasta," kata dia.

Bagi dia, tuntunan hidup yang ideal adalah Islam. "Islam itu toleran. Ini pula yang membaut orang tua saya tidak mempermasalahkan ketika saya memutuskan untuk berislam," ujarnya.

Bahkan, sang ayah pernah menyatakan bersyukur anaknya memilih Islam. "Dia tak

membayangkan Islam bisa mengubah seseorang menjadi sosok yang beda," ujarnya terkekeh. Dulu, ia kerap mabuk-mabukan. Waktunya juga lebih banyak dihabiskan bersama teman-temannya untuk bersenang-senang. "Kini saya tidak merokok, tidak minum-minum, dan tidak lagi menjadi biang kerok."

Bahkan, ia mengaku kerap dipanggil ke penjara untuk berdakwah. "Kata sipir, narapidana yang menjadi mualaf menjadi orang yang lebih baik dan tenang," tambahnya.

Lain Kazombiaze, lain pula cerita Abdullah Aziz Sayman. Pemuda 24 tahun ini mengaku kenal Islam di Afrika Selatan. Suatu hari di Cape Town, saat tengah makan di sebuah restoran, datang seorang pemuda yang belakangan diketahuinya beragama Islam. "Dia menolak makan, man, hanya karena resto itu juga menyajikan wine," ujarnya.

Saat itu juga wajahnya berpaling pada pria "aneh" itu. "Tapi pancaran di wajahnya sungguh-sungguh membuat saya ingin mengenalnya lebih jauh," tambahnya.

Ia segera mengakhiri makan dan mengajaknya mengobrol. Sang pemuda mengaku sebagai Muslim dan mengajaknya datang ke kajian yang diikutinya. "Beberapa kali datang, saya tertarik untuk masuk Islam. Dan waktu kemudian membuktikan, saya tidak salah pilih."

Islam menuntun umatnya ke jalan hidup yang damai. Bahkan sampai makan pun, ada aturannya. "Sains modern membuktikan, halal dan higienis adalah dua hal penting bagi kesehatan."

Kalah saing

Dalam hal fasilitas berdakwah, Islam memang "kalah saing" di Namibia. Dakwah lebih mengandalkan pesan dari mulut ke mulut. Sedang agama lain, penyebaran agama mereka ditunjang dengan fasilitas lengkap. Mereka membeli waktu tayang ditelevisi dan siaran di radio setiap hari. Kolom di media massa juga bertebaran pesan-pesan keagamaan.

Namun Ali bilang, semua akan berubah di kemudian hari. "Saat ini memang belum memungkinkan bagi kami untuk itu. Tapi nanti waktu akan mengubah semuanya," ujarnya optimis. Toh, hanya dengan media mulut pun, Islam pesat berkembang. ( tri/islamonline/republika )

Dunia Islam: Mengapa Prancis Sedemikian Khawatir terhadap Agama? Posted byadmin on Tuesday, November 21 @ 08:27:51 WITContributed by adminPrancis dan sejumlah negara lain terseret ke dalam perdebatan saat dua murid dikeluarkan dari sekolah karena mengenakan jilbab. Prancis memperluas larangan dan mengusulkan undang-undang yang melarang penggunaan pakaian dan lambang-lambang yang secara terbuka menampilkan jati diri agama.

Selain jilbab, undang-undang ini juga berlaku bagi Salib agama Kristen dan topi yarmulke agama Yahudi. Undang-undang ini menyebabkan gelombang kecaman. Negara-negara muslim, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman mengutuk undang-undang tersebut dan menekankan bahwa pemberlakuan undang-undang itu dapat menyebabkan ketegangan dan permusuhan di Prancis. Mereka juga menegaskan bahwa undang-undang itu bertentangan dengan kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Tapi, sejauh ini, penentangan-penentangan itu tidak membuat pemerintah Prancis menarik keputusannya.

Kita tidak seharusnya menafsirkan apa yang terjadi di Prancis hanya sebagai larangan pada lambang-lambang keagamaan; ketakutan pemerintah Prancis terhadap agama dan ajaran agama berakar sejak dulu kala. Mereka yang sadar akan perkembangan budaya masyarakat serta hubungan antara gereja dan negara di Prancis akan paham bahwa langkah-langkah semacam ini dan perdebatan yang ditimbulkannya sangatlah dikenal dalam masyarakat Prancis. Terlebih lagi, ketakutan ini tidak hanya sebatas terhadap Islam dan Yahudi; kenangan tentang pembunuhan penganut Katolik selama Revolusi Prancis belumlah terhapuskan.

Pola hubungan gereja-negara di Prancis dibentuk melalui pertikaian, kebencian, kemarahan dan pembantaian. Perselisihan ini berawal di abad ke-8 melawan Gereja Katolik dengan tujuan mengurangi pengaruh Gereja terhadap masyarakat. Dapat kita katakan bahwa selama masa ini, masyarakat menjadi terjauhkan dari nilai-nilai ruhani dan agama dan berada di bawah pengaruh filsafat materialis.

Abad Pencerahan: Bagaimana Masyarakat Eropa Menjauh dari Nilai-Nilai Agama

Masa di mana gagasan-gagasan materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan secara luas dalam masyarakat Eropa, berpengaruh dalam menjauhkan masyarakat itu dari agama, dikenal sebagai Pencerahan. Tentu saja, orang-orang yang memilih kata ini (yaitu mereka yang menganggap perubahan pola pemikiran ini secara positif sebagai gerakan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka menggambarkan masa sebelumnya sebagai Abad Kegelapan dan menyalahkan agama sebagai penyebabnya, serta menegaskan bahwa Eropa mengalami pencerahan ketika disekulerkan [dibebaskan dari pengaruh agama] dan menjauhkan diri dari agama. Pandangan yang menyimpang dan tidak benar ini kini masih merupakan satu dari sarana propaganda mereka yang menentang agama.

Benar bahwa agama Kristen Abad Pertengahan sebagiannya gelap akibat takhayul dan sikap taklid buta, dan kebanyakan hal-hal ini telah dibersihkan pasca Abad Pertengahan. Bahkan kenyataannya, gerakan Pencerahan tidak pula membawa hasil bermanfaat bagi masyarakat Barat. Hasil terpenting Abad Pencerahan, yang muncul di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan darah. Bagi sebagian besar cendekiawan Prancis, Abad Pencerahan berarti membersihkan pemikiran masyarakat dari setiap nilai agama dan ruhani. Hampir semua pemikir yang hidup di Prancis abad ke-18 sama-sama memiliki pandangan ini. Revolusi Prancis dibangun di atas gagasan Pencerahan ini yang paling berpengaruh di Prancis; yang merupakan salah satu revolusi modern paling biadab, kejam, dan mengerikan. Segera setelah kelompok Jacobin berkuasa pasca Revolusi Prancis, hal pertama yang mereka lakukan adalah pemberlakuan hukuman mati [penggal kepala] dengan pisau guillotine; ribuan orang kehilangan kepala mereka hanya karena mereka dituduh kaya atau taat beragama. Salah seorang pemimpin Revolusi Prancis bernama Fouch (nama julukannya adalah Penjagal dari Lyon) mengutus panitia yang dipimpin oleh 3 orang ke Lyon untuk membasmi kalangan bangsawan tuan tanah dan agamawan di sana. Dalam sebuah surat yang ia kirim kepada Robespierre, sang pemimpin Senat, Fouch menulis bahwa pisau guillotine bergerak terlalu lamban dan bahwa ia tidak puas dengan kemajuan revolusi yang lambat. Ia meminta izin untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Di hari ia mendapatkan izin tersebut, ribuan orang dengan tangan terikat di belakang punggung mereka dibantai tanpa belas kasih oleh senapan-senapan revolusi.

Kini tulisan-tulisan yang terpengaruhi gagasan Pencerahan memuji Revolusi Prancis; padahal, Revolusi itu sangat merugikan Prancis dan menyebabkan perseteruan dalam masyarakat yang berlangsung hingga abad ke-21. Pengkajian tentang Revolusi Prancis dan Abad Pencerahan oleh pemikir terkenal Inggris, Edmund Burke, sangatlah penting. Dalam bukunya yang terkenal, Reflections on the Revolution in France [Renungan tentang Revolusi di Prancis], terbit tahun 1790, ia mengecam gagasan tentang Pencerahan sekaligus hasilnya, yakni Revolusi Prancis; menurut pendapatnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai asasi yang menyatukan masyarakat, seperti agama, akhlak dan tatanan keluarga, serta membuka jalan bagi merajalelanya ketakutan dan kekacauan. Akhirnya, ia menganggap Pencerahan, sebagaimana diungkapkan seorang penafsir, sebagai suatu gerakan pemikiran manusia yang bersifat merusak. 1

Pemimpin-pemimpin gerakan merusak ini adalah para Mason [anggota perkumpulan Freemasonry]. Voltaire, Diderot, Montesquieu, dan para pemikir anti-agama lainnya yang merekayasa jalan menuju Revolusi, seluruhnya adalah Mason. Kelompok Mason sangat dekat dengan kelompok Jacobin yang merupakan pemimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa adalah sulit membedakan antara Jacobinisme dan Masonry di Prancis pada masa itu.

Selama Revolusi Prancis berlangsung, permusuhan besar ditujukan secara terang-terangan terhadap agama. Banyak pendeta dihukum penggal kepala dengan pisau guillotine, gereja-gereja dihancurkan, dan terlebih lagi, ada pihak-pihak yang ingin memberantas habis agama Kristen dan menggantinya dengan sebuah agama menyimpang, agama penyembah berhala, agama simbol yang disebut Agama Akal. Para pemimpin Revolusi juga menjadi korban kegilaan ini, masing-masing mereka akhirnya kehilangan kepala mereka sendiri oleh pisau guillotine, yang dengannya mereka sendiri telah menghukum begitu banyak orang. Bahkan saat ini, banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan benar tidaknya Revolusi tersebut merupakan sesuatu hal yang baik.

Perasaan anti-agama dari Revolusi Prancis menyebar ke seantero Eropa dan, hasilnya, abad ke-19 menjadi salah satu babak propaganda anti-agama yang paling terbuka dan gencar.

Perang Melawan Agama di Prancis

Peran yang dimainkan kelompok Mason dalam Revolusi diakui oleh agen provokator bernama Count Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Iquisition [lembaga pengadilan gereja Katolik Roma antara tahun 1232-1820] pada tahun 1789, dan membuat sejumlah pengakuan penting selama dimintai keterangan. Ia memulai dengan menyatakan bahwa para Mason di seluruh Eropa telah merencanakan serangkaian revolusi. Ia mengatakan bahwa tujuan utama kelompok Mason adalah menghancurkan Lembaga Kepausan atau mengambil alihnya.

Makar perkumpulan Masonry di Prancis tidak berhenti dengan Revolusi. Kekacauan yang muncul akibat Revolusi akhirnya dipadamkan saat Napoleon menduduki kekuasaan. Tapi, keadaan tenang ini tidak berlangsung lama; cita-cita Napoleon untuk berkuasa di seluruh Eropa hanya berujung pada akhir kekuasannya. Setelah itu, pertikaian di Prancis terus berlangsung antara pihak kerajaan dan pendukung Revolusi. Di tahun 1803, 1848, dan 1871, tiga revolusi lagi terjadi. Di tahun 1848, Republik Kedua didirikan; di tahun 1871, Republik Ketiga dibentuk. Di tahun 1881, Katolik tidak lagi menjadi agama resmi Prancis dan di tahun 1988 pelajaran agama dihilangkan sama sekali dari sistem pendidikan.

Kelompok Mason sangatlah giat selama masa pergolakan ini. Tujuan utama mereka adalah memperlemah Gereja dan lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruh hukum-hukum agama dalam masyarakat, dan menghapus pendidikan agama. Kelompok Mason memandang paham perlawanan terhadap kekuasaan kaum agamawan sebagai pusat gerakan sosial dan politik mereka.

The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedia Katolik] memberikan keterangan penting tentang gerakan anti-agama dari Grand Orient, julukan bagi Masonry Prancis:

Dari surat-surat resmi Masonry Prancis yang dimuat terutama dalam Buletin dan Laporan resmi Grand Orient, telah dibuktikan bahwa seluruh kebijakan yang memusuhi kekuasaan kaum agamawan yang dikeluarkan di Parlemen Prancis telah diputuskan sebelumnya di pusa-pusat pertemuan kelompok Mason dan dilaksanakan di bawah arahan Grand Orient, yang bertujuan, sebagaimana dinyatakannya secara jelas, untuk mengendalikan setiap hal dan setiap orang di Prancis. Saya telah mengatakan di majelis tahun 1898, kata sang anggota dewan Mass, juru bicara resmi majelis tahun 1903, bahwa adalah tugas terpenting Freemasonry untuk setiap hari terlibat lebih banyak dalam perjuangan politik dan anti-agama. Keberhasilan (dalam perang melawan kekeuasaan kaum pendeta) sebagian besarnya adalah berkat Freemasonry; sebab jiwanya, rencananya, caranyalah yang telah menang. Jika Blok ini telah didirikan, ini berkat Freemasonry dan berkat disiplin yang dipelajari di pusat-pusat pertemuan [Freemasonry] Kita perlu waspada dan yang terpenting saling percaya, jika kita hendak menuntaskan kerja kita, yang sejauh ini belum selesai. Kerja ini, Anda tahuperang melawan kekuasaan kaum pendeta, sedang berlangsung. Republik ini harus membersihkan diri dari lembaga-lembaga keagamaan, menyapu bersih mereka dengan satu hantaman keras. Perencanaan setengah-setengah di mana pun berbahaya; lawan harus dihancurkan dengan sekali pukul. 2

The Catholic Encyclopedia meneruskan paparan tentang peperangan Masonry Prancis melawan agama:

Sebenarnya seluruh pembaharuan Masonik anti-kekuasaan kaum agamawan yang dijalankan di Prancis sejak 1877, seperti penghapusan pengajaran agama dari pendidikan, kebijakan menentang sekolah-sekolah dan badan-badan kemanusiaan Kristen swasta, pelarangan dewan-dewan keagamaan dan penghancuran lembaga Gereja, diakui berpuncak pada perombakan anti-Kristen dan anti-agama terhadap masyarakat manusia, tidak hanya di Prancis tapi di seluruh dunia. Dengan demikian Freemasonry Prancis, sebagai pemimpin seluruh gerakan Freemasonry, seolah meresmikan masa keemasan republik universal Masonik, yang meliputi persaudaraan Masonik dari semua manusia dan seluruh bangsa. Masa Kejayaan Galilean, kata presiden Grand Orient, Senator Delpech, pada tanggal 20 September 1902, telah berlangsung selama 20 abad. Tapi kini gilirannya dia mati Gereja Katolik Roma, yang didirikan di atas dongeng Galilean, mulai mengalami keruntuhan dengan cepat sejak hari didirikannya Kelompok Masonik. 3

Galilean yang dimaksud kelompok Mason adalah Yesus, karena menurut Injil, Yesus lahir di kota Galilee di Palestina. Karena itu, kebencian kelompok Mason terhadap Gereja adalah sebuah luapan kebencian mereka terhadap Yesus dan terhadap semua agama yang mengakui adanya satu Tuhan. Dengan budaya materialis, Darwinis dan humanis yang mereka bangun di abad ke-19, mereka yakin bahwa mereka telah menghancurkan agama dan menghidupkan kembali Eropa dalam bentuk paganisme pra-Kristen [yakni agama politeistik atau agama selain Kristen, Yahudi dan Islam].

Saat kata-kata ini diucapkan di tahun 1902, serangkaian undang-undang di Prancis memperluas ruang lingkup penentangan terhadap agama. Tiga ribu sekolah agama ditutup dan memberikan pelajaran agama apa pun di sekolah dilarang. Banyak pendeta ditangkap, sebagian di antaranya diasingkan dan orang-orang taat beragama mulai dianggap sebagai warga kelas dua. Karena alasan ini, di tahun 1904, Vatikan memutuskan seluruh hubungan kenegaraan dengan Prancis, tapi hal ini tidak mengubah sikap negara tersebut. Dibutuhkan korban ratusan ribu jiwa orang Prancis yang melawan tentara Jerman di Perang Dunia I sebelum keangkuhan negeri itu ditundukkan dan Prancis mengakui kembali pentingnya nilai-nilai agama.

Seperti dinyatakan The Catholic Encyclopedia, perang melawan agama, sejak Revolusi Prancis hingga abad ke-20, dilancarkan melalui kebijakan-kebijakan anti-pendeta yang dikeluarkan Parlemen Prancis yang diputuskan sebelumnya di pusat-pusat pertemuan Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan Grand Orient. 4 Fakta ini tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, sebuah kutipan dari terbitan Turki berjudul "A Speech Made by Brother Gambetta on July 8 1875 in the Clmente Amiti Lodge" [Sebuah Pidato yang Disampaikan oleh Saudara Gambetta tanggal 8 Juli 1875, di Pusat Pertemuan Clmente Amiti] berbunyi:

Sementara bayangan ketakutan akan tindakan balasan mengancam Prancis, dan doktrin agama serta pemikiran terbelakang melancarkan serangan melawan prinsip dan hukum sosial modern, di tengah-tengah perkumpulan yang terampil, berpandangan ke depan seperti Masonry yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip persaudaraan, kita temukan kekuatan dan dukungan dalam perjuangan melawan kekuasaan Gereja yang kelewat batas, sikapnya yang dibesar-besarkan dan konyol serta tindakannya yang selalu berlebihan kita wajib berjaga-jaga dan meneruskan perjuangan. Dalam rangka menegakkan gagasan tentang tatanan dan kemajuan manusia, mari kita bertahan agar perisai kita tidak dapat ditembus. 5

Dapat dicermati bahwa tulisan-tulisan Masonik senantiasa menampilkan gagasan-gagasan mereka sendiri sebagai berpandangan jauh ke depan sementara menuduh orang taat beragama sebagai terbelakang. Namun, ini hanyalah permainan kata-kata. Pendapat mengenai bayangan ketakutan akan tindakan balasan, yang disebutkan dalam kutipan di atas, adalah sesuatu yang juga ditentang oleh orang yang benar-benar taat beragama, tapi dimanfaatkan kelompok Mason untuk membidik agama yang benar dalam usaha mereka menjauhkan orang darinya. Selain itu, perlu ditegaskan kembali bahwa filsafat materialis-humanis yang dianut kalangan Mason sesungguhnya adalah takhayul, pola pemikiran terbelakang, warisan peradaban penyembah berhala Mesir Kuno dan Yunani Kuno.

Karenanya, penggunaan istilah seperti berpandangan jauh ke depan dan terbelakang oleh kelompok Mason dalam kenyataannya tidak memiliki dasar. Sungguh, hal tersebut tidak berdasar karena pertikaian antara kelompok Mason dan orang-orang taat beragama tidaklah lebih dari kelanjutan perseteruan antara dua pandangan yang telah ada sejak masa paling awal dari sejarah. Agamalah yang menyatakan yang pertama dari dua pandangan ini: bahwa umat manusia diciptakan dengan kehendak Tuhan dan bahwa umat manusia wajib menyembah-Nya. Inilah kebenaran itu. Pandangan yang berlawanan, yakni bahwa manusia tidak diciptakan, melainkan menjalani kehidupan yang tanpa makna dan tanpa tujuan, adalah yang dikemukakan oleh mereka yang mengingkari keberadaan Tuhan. Ketika dipahami secara benar, dapat ketahui bahwa penggunaan mereka akan istilah terbelakang dan berpandangan jauh ke depan tidaklah memiliki dasar.

Dengan memanfaatkan gagasan tentang kemajuan, kalangan Mason berupaya menghancurkan agama. "Catholic Encyclopedia" menyatakan:

Hal berikut dianggap sebagai cara-cara utama [gerakan freemasonry]:

(1) Menghancurkan sama sekali seluruh pengaruh Gereja dan agama terhadap masyarakat, yang secara licik dijuluki clericalism [paham yang mendukung kekuasaan kaum agamawan], melalui penekanan terbuka terhadap Gereja atau melalui sistem munafik dan menipu [yaitu] pemisahan antara Negara dan Gereja, dan sejauh mungkin, menghancurkan Gereja dan seluruh agama yang benar, yakni yang [bersumber dari] kekuatan di luar manusia, yang lebih dari sekedar aliran kebangsaan dan kemanusiaan yang tidak jelas;

(2) Mensekularisasi, melalui sistem unsectarianism [ketidakfanatikan] yang juga munafik dan menipu, seluruh kehidupan masyarakat dan pribadi dan, khususnya, pengajaran dan pendidikan umum. Unsectarianism [ketidakfanatikan] yang dimaksud oleh pihak Grand Orient adalah sectarianism [kefanatikan] yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen, ateistik, positifistik [aliran filsafat empirisme yang lebih kuat], atau agnostik berbaju unsectarianism [ketidakfanatikan]. Kebebasan berpikir dan bernurani anak-anak haruslah dibangun secara tertata dan terencana dalam diri anak di sekolah dan dilindungi, sejauh mungkin, dari segala pengaruh yang membahayakan, tidak hanya dari Gereja dan para pendeta, tapi juga dari orang tua anak-anak itu sendiri, jika perlu, bahkan melalui paksaan jasmaniyah dan kejiwaan. Kelompok Grand Orient menganggapnya sebagai sebuah jalan yang mutlak diperlukan dan yang pasti tidak gagal menuju puncak berdirinya republik sosial universal. 6

Dapat dipahami bahwa Masonry telah melaksanakan sebuah rencana, dengan mengatasnamakan pembebasan masyarakat, yang tujuannya menghapuskan agama, sebuah rencana yang masih sedang dijalankan. Ini tidak boleh disalahartikan dengan sebuah tatanan yang mengupayakan hak bagi setiap warga negara dengan keyakinan agama apa pun untuk menjalankan agamanya secara bebas. Sebaliknya, tatanan yang dicita-citakan oleh Masonry adalah sesuatu yang berupa pencucian otak besar-besaran, yang dirancang untuk menghapus sama sekali agama dari masyarakat dan dari akal pikiran setiap orang dan, jika perlu, menindas para penganutnya.

AJARAN AGAMA ADALAH JALAN KELUAR DARI SEGALA KESULITAN , MASALAH UTAMANYA ADALAH KETIADAAN AGAMA

Kebijakan Prancis untuk menghapuskan agama bermula di abad ke-18 dan terus berlangsung selama tiga abad; hasilnya telah mengubah negeri itu menjadi sebuah bangsa yang takut terhadap agama, ajaran agama, dan orang-orang taat beragama. Dalam beberapa tahun belakangan, dan sebagai akibat dari berjalannya [kebijakan] ini, kalangan Muslim dan berbagai anggota perkumpulan keagamaan telah diserang. Akan tetapi, ketakutan ini tidaklah berdasar. Sebenarnya, bukanlah agama, namun ketiadaan agamalah yang seharusnya ditakuti. Ajaran agama membawa kedamaian, kebahagiaan, keadilan, dan sikap saling menghargai ke dalam masyarakat. Dalam masyarakat dengan kesadaran beragama yang kuat, tidak mungkin ada kekerasan, kemaksiatan, atau ketakutan. Dengan alasan ini, ketakutan Prancis terhadap agama tidak perlu ada. Dalam masyarakat di mana perang, pertikaian, kekerasan dan ketidakadilan merajalela, ajaran agama tidaklah ada.

Dalam masyarakat yang jauh dari agama, dapatlah dipastikan bahwa sebagian besar orang bersifat mementingkan diri sendiri, tidak adil dan kosong dari kebaikan akhlak. Hanya nilai-nilai agama yang menjamin kesempurnaan akhlak bagi masyarakat dan pribadi. Mereka yang beriman kepada Tuhan berperilaku penuh tanggung jawab, karena mereka hanya hidup untuk mendapatkan ridha Tuhan dan paham bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka. Karena takut kepada Tuhan, mereka dengan hati-hati menghindari perbuatan, sikap, perilaku buruk yang tidak disukai Tuhan. Sebuah masyarakat yang dipenuhi orang-orang semacam ini akan menjadi masyarakat yang tidak mengalami masalah-masalah sosial.

Sebaliknya, orang tak beriman, yang tidak mengakui bahwa ia pada akhirnya akan diberi pahala atau dihukum akibat amal perbuatannya, tidak akan memberi batasan atas perbuatan jahatnya. Walaupun menghindari bentuk perilaku tertentu yang tidak disukai masyarakat, banyak orang tidak ragu melakukan kejahatan lainnya saat mereka terdesak, terdorong, atau memiliki kesempatan.

Dalam masyarakat di mana tidak terdapat agama, orang rentan melakukan segala macam perbuatan tidak terpuji. Misalnya, seseorang yang taat beragama tidak akan pernah menerima suap, berjudi, merasa dengki, atau berbohong karena ia tahu bahwa ia harus bertanggung jawab atas semua perbuatan itu di akhirat. Namun, seseorang tak beragama cenderung mudah melakukan semua itu. Tidaklah cukup bagi seseorang berkata, Saya tidaklah taat beragama tapi saya tidak menerima suap, atau Saya tidaklah taat beragama tapi saya tidak berjudi, sebab orang yang tidak takut pada Tuhan dan tidak percaya bahwa ia akan memberikan pertanggungjawaban atas dirinya sendiri di akhirat mungkin akan melakukan salah satu perbuatan itu ketika kesempatan atau keadaannya berbeda. Seseorang yang berkata, Saya tidak taat beragama tapi saya tidak berzina mungkin saja melakukannya di suatu tempat di mana perzinahan dianggap wajar. Atau seseorang yang berkata bahwa ia tidak menerima suap mungkin berkata, Anak saya sakit dan hampir meninggal, karena itu saya harus menerima suap, jika ia tidak takut pada Tuhan.

Sebaliknya, orang taat beragama tidak melakukan kenistaan serupa itu, karena ia takut pada Tuhan dan ia tidak lalai bahwa Tuhan mengetahui niatnya dan juga pikirannya.

Seseorang yang jauh dari agama mungkin berkata, Saya tidak taat beragama tapi saya pemaaf. Saya tidak merasa dendam atau benci, tapi suatu hari peristiwa tak diinginkan mungkin saja menyebabkannya kehilangan kendali-diri dan melakukan tindakan yang paling tidak diharapkan. Ia mungkin saja berupaya membunuh atau melukai seseorang, karena acuan perilaku yang ia pegang dapat berubah menurut lingkungan dan keadaan tempat di mana ia tinggal.

Akan tetapi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan Hari Akhir tidak pernah menyimpang dari akhlak baiknya, apa pun keadaan atau lingkungannya. Akhlaknya tidaklah berubah-ubah namun tegar. Allah merujuk tentang akhlak mulia orang-orang taat beragama dalam ayat-ayat-Nya:

(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (QS. Ar Rad, 13:20-22)

Dalam lingkungan tanpa agama, gagasan pertama yang akan terhapuskan adalah keluarga. Nilai-nilai seperti kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, cinta, dan penghargaan, yang menopang keluarga, benar-benar ditinggalkan. Harus diingat bahwa keluarga adalah pondasi masyarakat dan jika keluarga runtuh, runtuh pulalah masyarakat. Bahkan negara tidak memiliki alasan untuk tetap ada, karena seluruh nilai moral yang menopang negara telah lenyap.

Lagipula, dalam masyarakat tak beragama, tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk memiliki rasa hormat, cinta atau kasih sayang terhadap orang lain. Hal ini mengarah pada kekacauan hubungan antar-manusia. Si kaya membenci si miskin, si miskin dengki terhadap si kaya. Kemarahan muncul terhadap mereka yang cacat atau miskin. Atau serangan terhadap bangsa-bangsa lain meningkat. Karyawan berselisih dengan majikan mereka dan majikan bersengketa dengan para karyawannya, ayah memusuhi anak dan anak memusuhi ayah.

Penyebab pertumpahan darah yang terus-menerus dan berita halaman tiga di koran-koran adalah ketiadaan agama. Di halaman-halaman itu, setiap hari, kita melihat liputan berita tentang orang-orang yang tanpa pikir panjang saling membunuh karena alasan sangat sepele.

Sebaliknya, orang yang paham bahwa ia akan dihisab di akhirat tidak akan menodongkan senjata ke kepala orang lain dan menembaknya. Ia tahu bahwa Tuhan melarang manusia melakukan kejahatan, dan rasa takutnya pada Tuhan memastikan bahwa ia akan menghindarkan diri dari azab ilahi. Dalam Alquran, Allah memerintahkan manusia menghindar dari berbuat kerusakan.

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al Araaf, 7:56)

Keberadaan nilai-nilai agama memunculkan perasaan cinta karena Tuhan. Rasa cinta ini memiliki pengaruh yang luar biasa baik dan bermanfaat bagi semua orang. Untuk mendapatkan ridha Tuhan, orang beriman menghibur diri mereka sendiri dengan cara yang paling mulia, dan saling mencintai dan menghormati. Secara umum, belas kasih, sikap menghargai dan rasa kasih sayang meliputi masyarakat.

Dilingkupi rasa takut pada Tuhan, orang sama sekali menghindar dari menjerumuskan diri dalam perbuatan bejat atau jahat. Dengan cara ini, setiap jenis kejahatan yang sebelumnya tidak mampu dicegah berhenti seketika. Jiwa dan semangat agama melingkupi sekeliling.

Dalam masyarakat di mana agama tidak merasuk, sudah menjadi fakta yang diakui bahwa orang menjadi bersifat berontak dan membangkang serta mengambil sikap memusuhi negara mereka. Sebaliknya, bagi seseorang yang hidup mengikuti ajaran agama, perintah negara sangatlah penting. Jika diperlukan, seseorang akan mengorbankan hidupnya demi nilai-nilai ini. Bagi orang seperti itu, kepentingan negerinya selalu berada di atas kepentingan pribadinya. Mereka mempertahankan nilai-nilai agama dan melakukan yang terbaik untuk membelanya.

Dalam keadaan yang sedemikian mendukung, memerintah negara menjadi sangat mudah. Negara menjadi tempat yang aman dan makmur. Para penyelenggara negara memperlakukan warga negaranya dengan adil dan lembut sehingga perlakuan tidak adil pun berhenti. Sebagai imbalannya, mereka dihormati oleh warga negara itu. Negara-negara seperti itu sudah pasti meletakkan dasar mereka di atas pondasi yang tak tergoyahkan.

Dengan ketiadaan akhlak Islami, ayah menjadi musuh anaknya, dan sebaliknya, sesama saudara berselisih, majikan menindas karyawan. Pabrik dan perusahaan berhenti menjalankan usaha akibat kekacauan dan si kaya memeras keringat si miskin. Di dunia dagang, orang mencoba saling berbuat curang. Kekacauan, pertikaian dan kekerasan menjadi jalan hidup bagi anggota masyarakat. Alasan semua ini adalah karena orang tidak memiliki rasa takut pada Tuhan. Orang yang tidak takut pada Tuhan merasa bebas bertindak tidak adil, dan tidak ragu mengambil jalan paling keras dan kejambahkan membunuh. Terlebih lagi, tanpa merasa bersalah, mereka berani secara terbuka mengungkapkan ketiadaan penyesalan mereka. Sebaliknya, seseorang yang yakin bahwa ia akan menghadapi siksa abadi di neraka tidak akan pernah melakukan tindakan seperti itu. Ajaran Alquran menihilkan semua perbuatan tidak baik semacam itu. Semuanya diselesaikan secara sederhana, tenang dan dengan cara terbaik. Kesalahan putusan hukum tidak terjadi dan, sementara itu, kantor polisi dan pengadilan sulit menemukan kasus yang harus ditangani.

Pikiran damai dan tenang orang-orang di seluruh segi kehidupan membawa kemakmuran kepada seluruh masyarakat. Penelitian ilmiah berkembang, tak satu pun hari berganti tanpa adanya penemuan baru atau terobosan teknologi dan hasilnya dimanfaatkan untuk kebaikan bersama. Kebudayaan berkembang dan para pemimpin bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Kemakmuran ini ada berkat pikiran manusia yang terbebaskan dari tekanan. Ketika pikiran tenang, seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih baik dan keadaan ini memperbesar ruang lingkup berpikir. Hasilnya adalah pemanfaatan kemampuan berpikir yang jernih dan tidak terbelenggu. Hidup dengan pijakan akhlak yang baik membawa kemakmuran bagi masyarakat; mereka berhasil dalam kegiatan bisnis dan dagang mereka. Pertanian dan industri berkembang. Di seluruh bidang usaha, terdapat kemajuan yang nyata.

Jalan keluarnya sudah jelas: kembali kepada Tuhan, Pencipta segala sesuatu, dan mencapai kebahagiaan dan kedamaian hakiki dengan berpegang pada agama yang Tuhan ridhai untuk kita. Tuhan telah memberitahu kita bahwa keselamatan di dunia ini adalah dengan kembali kepada agama dan telah memberi kabar gembira bahwa hamba-hamba-Nya yang ikhlas tidak akan merasa takut, selama mereka patuh pada-Nya.

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nuur, 24:55)

Karena itu, dengan semua alasan yang sudah kami paparkan di atas, masyarakat Prancis harus mencari jalan keluar bukan dengan ketiadaan agama tapi dengan penerapan ajaran agama.Jalan keluar dari persengketaan yang berkembang, kekerasan yang meningkat dan ketimpangan ekonomi tidaklah terletak pada pembuangan agama; bahkan sebaliknya: harus dicari dengan upaya menyebarluaskan ajaran agama. Ketika suatu bangsa takut pada Tuhan, bertindak mengikuti hati nuraninya dan memperlihatkan rasa sayang, belas kasih dan sikap menghargai, tidak ada keraguan bahwa hal itu akan dengan mudah memberantas kekejaman dan kebobrokan dalam masyarakatnya.

Muslim Austria : Luncurkan Majalah Islam

Terus menerus menjadi bulan-bulanan pemberitaan negatif soal Islam dan Rasulullah SAW, membuat Muslim Austria mengambil langkah progresif. Mereka meluncurkan sebuah majalah Islam berbahasa Jerman yang merupakan majalah Islam satu-satunya yang berbahasa Jerman dan terbit di negara ini.

Majalah The Muslimische Allgemeine Zeitung ini memulai debut perdananya pada Jumat waktu setempat pekan lalu (27/10). Menurut Amir Zeidan, pemimpin perusahaan sekaligus pemimpin redaksi majalah ini menyatakan bahwa kehadiran majalan bulanan ini akan menjadi alat agar suara umat Muslim di kawasan Eropa Tengah dan kawasan yang berbahasa Jerman di Eropa didengar pemerintah.

''Kita berada dalam fase dimana kebutuhan sebuah media massa Muslim berbahasa Jerman sangatlah penting,'' katanya. Majalah ini akan sangat berguna untuk mengekspresikan cara pandang umat Islam terhadap isu-isu penting seperti kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dialog, dan juga integrasi.

Zeidan menyatakan majalah ini akan menyoroti persoalan yang sering dialami umat Islam yang menjadi minoritas sekaligus menawarkan solusinya. ''Kami juga mencoba mengklarifikasi pandangan yang salah tentang cara pandang umat Islam terhadap berbagai isu mendasar selama ini di Eropa seperti relasi dengan umat lain, integrasi, dialog, dan juga kekerasan,'' jelasnya.

Edisi pertama majalah setebal 16 halaman ini didukung penerbitannya oleh organisasi payung Muslim di negara ini, yaitu The Islamic Religious Authority. Majalah yang cetak perdananya sebanyak 20 ribu eksemplar ini akan diedarkan secara gratis. Ke depannya, majalah ini akan didistribusikan lewat masjid, dan pusat-pusat keislaman, serta akan terus menerus diperbarui lewat situs internet.

Zeidan, yang juga direktur The Islamic Educational Institute in Vienna, mendorong Muslim Eropa untuk terus membangun media sendiri. Menurutnya sangat penting bagi kelompok Muslim minoritas di negara barat untuk memiliki media independen tersendiri agar suaranya didengar. ''Dan media merupakan alat yang sangat berpengaruh, utamanya di Eropa,'' katanya.

Ia sendiri sebelumnya pernah meluncurkan sebuah koran untuk membela komunitas Muslim minoritas di kota Hesein, Jerman bertahun-tahun lalu. Lewat surat kabar itu, katanya, umat Islam di kota tersebut berhasil membuat suara umat Islam didengar dan membuat para pengambil keputusan di Jerman mempertimbangkan kepentingan mereka.

''Tidak seorang pun berani untuk menjelek-jelekkan dan memfitnah umat Islam, karena mereka takut pernyataan mereka akan terpampang di halaman depan surat kabar ini keesokan paginya,'' katanya.

Sayangnya, ungkap Zeidan, pencetakan koran ini harus terhenti karena alasan prosedural dan pendanaan. Akibatnya kelompok anti Muslim kembali bersuara keras dalam melawan umat Islam. Dan sejak kembali ke Austria, ia telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan isu yang sama soal keberadaan koran Islam ini.

''Kita tidak seharusnya membiarkan orang lain bicara atas nama kita,'' ujar Zeidan, seraya terus mendesak umat Islam untuk membangun media yang kuat demi membela kepentingan umat Islam.

Komunitas Muslim minoritas di Austria, Jerman, dan Swiss sendiri sebenarnya memiliki media publikasi berbahasa Arab, namun kemduian banyak yang bermasalah dengan persoalan dana. Dan Islamische Zeitung menjadi satu-satunya surat kabar berbahasa Jerman di Jerman.

Zeidan menyatakan akan mendanai pencetakan edisi perdana dari majalah bulanan yang sudah terbit ini. Ia berharap ke depannya akan mampu mencapai kemandirian finansial lewat langganan dan iklan. Edisi berikutnya akan dijual seharga satu euro di Austria dan 1,2 euro di Jerman dan Swiss. ''Ini bukanlah proyek mencari untung,'' jelasnya.

Ia berharap majalah ini bisa terbit dua kali dalam sebulan dalam waktu enam bulan ke depan. ''Kami berharap ini bisa terbit seminggu sekali atau bahkan setiap hari Itu semua bergantung pada respon masyarakat dalam menerima kehadiran majalah ini,'' ungkapnya.

Menyuarakan solidaritas Belakangan, para tokoh dan aktivis Muslim Austria juga gencar mempromosikan citra Islam.Salah satunya adalah kampanye dengan menyebar banyak stiker dan pamflet. Mereka menyitir banyak hadis Rasulullah SAW. Antara lain hadis yang berbunyi, "Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling membawa manfaat bagi manusia lainnya".

Menurut Kepala Islamic Union Austria, Syekh Mohamed Turhan, kampanye dengan menggunakan hadis Nabi Muhammad SAW ini dilakukan untuk mempromosikan solidaritas sosial sekaligus memperkenalkan sosok Rasulullah SAW kepada komunitas non Muslim di negara tersebut. ''Kampanye dengan metode seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di Austria,'' ungkapnya.

Kampanye yang menghabiskan dana sebesar 60 ribu euro ini dimulai pada perayaan Idul Fitri yang jatuh pada hari Rabu 26 Oktober lalu di negara tersebut. Kampanye ini melibatkan ratusan lembar selebaran yang bertuliskan hadis Rasulullah SAW. Selain hadis, selebaran ini juga menyampaikan banyak makna.

Selebaran ini menggunakan warna latar hijau, yang menyimbolkan pembangunan dan kemajuan. Pada tengah-tengahnya terlukis gambar mawar merah yang menjadi simbol dari hubungan erat yang hangat dan ramah yang seharusnya menjadi pengikat hubungan semua umat manusia.

Turhan menyatakan hadis ini mewakili dan menyampaikan nilai paling mendasar dari ajaran Islam yaitu solidaritas dan persaudaraan. ''Hadis ini mengajak semua orang untuk bekerja keras demi kebaikan sesama,'' jelasnya. Dan dunia, lanjutnya, membutuhkan semangat seperti yang dinyatakan dalam hadis ini.

Ratusan selebaran ini ditulis dalam bahasa Inggris dan Jerman serta disebar ke empat wilayah bagian Austria seperti Vienna, Salzburg, Austria Atas, dan Steiermark. Khusus untuk kampanye ini, The Islamic Union telah menyewa agen periklanan yang besar di Austria.

Dengan menggunakan 194 papan iklan yang sangat besar di ruang publik yang strategis, jalan-jalan utama, dan persimpangan, diharapkan kampanye ini bisa menarik minat masyarakat Austria. ''Dan sejauh ini, kampanye ini sudah menarik minat banyak orang di negara ini,'' ungkap Turhan.

Para aktivis Muslim sendiri menyatakan bahwa cara terbaik dalam menangkal kampanye anti Islam ini adalah dengan mengenalkan nilai-nilai Islam dan hadis Rasulullah SAW yang semuanya bertemakan perdamaian dan kasih sayang.

Lebih jauh para aktivis Muslim ini menyatakan bahwa Islamic Union ini seharusnya mengorganisasi kursus bagi Muslim Austria untuk melatih mereka bagaimana cara menyangkal stereotip yang salah terhadap kepercayaan mereka. Saat ini diperkirakan terdapat 400 ribu umat Muslim di Austria atau berjumlah 4 persen dari total popolasi masyarakat di negara ini yang mencapai 8 juta jiwa. Islam yang secara resmi diakui di negara ini pada tahun 1912, telah menjadi agama terbesar kedua setelah Katolik di negara ini. uli/IOL

Kisah pendeta senior di Afrika Selatan Yang Masuk Islam : bermimpi bertemu Rasul "Ya Tuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran... manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku... jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar.

Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedang duduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya.

Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkan aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah Johannesburg, kota bintang emas nan kaya di negara Afrika Selatan di mana aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah al-'Alam al-Islami di sana.

Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, aku menunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah mempersiapkan santapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat.

Orang yang aku tunggu dulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agama Nasrani. Ia seorang pendeta, namanya Sily. Aku dapat bertemu dengannya melalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah yang bernama Abdul Khaliq Matir, di mana ia mengabarkan kepada-ku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabithah hendak membicarakan perkara penting.

Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersama temannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuah sasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan seorang petinju muslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut keda-tangan mereka di kantorku dengan perasaan yang sangat gembira.

Sily seorang yang berpostur tubuh pendek, berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicara denganku dengan lemah lembut. Aku katakan, "Saudara Sily bolehkah kami mendengar kisah keislamanmu?" ia tersenyum dan berkata, "Ya, tentu saja boleh."

Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku, kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!

Sily berkata, "Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ, aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena aktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan program kristenisasi yang mereka subsidi.

Aku mengambil dana Vatikan yang sampai kepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala cara untuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerah pedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat ke dalam agama Kristen.

Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi. Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.

Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!

Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan si penjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan agama orang Arab. Kami tidak menyebutnya dengan sebutan Islam.

Aku pun membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yang konsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kami kristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.

Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, "Bukankah anda seorang pendeta?" Aku jawab, "Benar." Lantas ia bertanya kepadaku, "Siapa Tuhanmu?" Aku katakan, "Al-Masih." Ia kembali berkata, "Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, 'Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku'."

Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan lelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yang men-ceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah.

Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus

berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.

Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul. Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada mereka tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, "Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu dan memasukkan kamu ke dalam agama orang Arab." Aku katakan, "Kalau begitu, coba beri jawabannya!" Mereka membantah pertanyaan seperti itu namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.

Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidak sanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri di hadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalam gereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakan bahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.

Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan duduk di sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku ke langit seraya berdoa.

Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, "Ya Tuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran... manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku... jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar..." lantas akupun tertidur.

Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah ruangan tersebut muncul seorang lelaki.

Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberi isyarat kepadaku dan memanggil, "Wahai Ibrahim!" Aku menoleh ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu.

Lelaki itu berkata, "Kamu Ibrahim... kamulah yang bernama Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?" Aku jawab, "Benar." Ia berkata, "Lihat ke sebelah kananmu!" Maka akupun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih. Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!" Lanjut lelaki itu.

Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraan menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku itu berada.

Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran, sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin ini semua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja dan mulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapa kota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putih berada.

Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.

Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Di rumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut. Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang. Aku katakan, "Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang terdekat." Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.

Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum aku mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, "Selamat datang ya Ibrahim!" Aku terperanjat mendengarnya.

Ia mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, "Aku melihatmu di dalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencari kebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaitu Islam." Aku katakan, "Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telah ditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompok orang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan.

Tahukah kamu siapa lelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?" Ia menjawab, "Dia adalah Nabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW." Sulit bagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja aku peluk dia dan aku katakan kepadanya, "Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabi kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?" Ia berkata, "Benar."

Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Ia mempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergi untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain.

Aku memperhatikan kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat mereka rukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, "Demi Allah, inilah agama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para nabi dan rasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah." Setelah mereka shalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat.

Aku berucap dalam hati, "Demi Allah sesungguhnya Allah SAW telah menunjukkan kepadaku agama yang benar." Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkan keislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangis sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT.

Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama. Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam. Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.

Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluarga dan teman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku kembali memakai pakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agar diadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telah meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku, "Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang Arab."

Aku katakan, "Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orang Arab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam." Mereka semua terdiam.

Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, "Sesungguhnya Vatikan me-mintamu untuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjar pembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja."

Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, "Apakah kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah aku takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku." Kemudian aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta.

Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajat dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku ingin agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dan tugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka, Sily mengakhiri kisahnya.

Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku, disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua orang lainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Dai Ibrahim Sily berasal dari kabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Dai Ibrahim Sily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalam agamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit.

Setelah pertemuan itu aku pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kami sudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar'i I yang akan diadakan di kota Cape Town. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya ke kota Cape Town.

Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma'had Arqam, Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salam untuknya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini wahai Ibrahim.?" Ia menjawab, "Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untuk berdakwah kepada Allah.

Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari api neraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang dengan memasukkan mereka ke dalam agama Islam."

Setelah Ibrahim selesai mengisahkan kepada kami bahwa perhatiannya sekarang hanya tertumpah untuk dakwah kepada agama Allah, ia meninggalkan kami menuju suatu daerah... medan dakwah yang penuh dengan pengorbanan di jalan Allah.

Aku perhatikan wajahnya berubah dan pakaiannya bersinar. Aku heran ia tidak meminta bantuan dan tidak menjulurkan tangannya meminta sumbangan. Aku merasakan ada yang mengalir di pipiku yang membangkitkan perasaan aneh. Perasaan ini seakan-akan berbicara kepadaku, "Kalian manusia yang mempermainkan dakwah, ti-dakkah kalian perhatikan para mujahid di jalan Allah!"

Benar wahai sudaraku. Kami telah tertinggal... kami berjalan lamban... kami telah tertipu dengan kehidupan dunia, sementara orang-orang yang seperti Dai Ibrahim Sily, Dai berbangsa Spanyol Ahmad Sa'id berkorban, berjihad dan bertempur demi menyampaikan agama ini. Ya Rabb rahmatilah kami. (alsofwah)

(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qaththani, seperti yang dinukilnya dari tulisan Dr. Abdul Aziz Ahmad Sarhan, Dekan fakultas Tarbiyah di Makkah al-Mukarramah, dengan sedikit perubahan. PENERBIT DARUL HAQ, TELP.021-4701616 dan swaramuslim.net)

Gereja

Namanya Prof. Dr. Hubertus Mynarek. Tahun 1972 dia keluar dari agama Katolik. Suatu sensasi, karena dia bukan sembarang profesor: dia adalah profesor teologi. Bukan cuma itu, dia bahkan dekan Fakultas Teologi di Universitas Wina, Austria.

Dia lahir tahun 1928. Dalam usia 25 dia dinobatkan menjadi pastor. Dia terbukti menjadi teolog yang piawai, dalam usia 38 dia sudah menyandang gelar profesor di bidang filosofi agama di Universitas Bamberg, Jerman. Dalam usia 41 dia sudah dipercayai untuk menjadi dekan Fakultas Teologi di Universitas Wina.

Setahun kemudian, di bulan November 1972, setelah lebih dari 20 tahun menggeluti dunia teologi Kristen, dia berkesimpulan bahwa agamanya tak bisa diterima lagi:

dia menyatakan keluar dari gereja.

Gereja Katolik bereaksi keras: Mynarek dipecat dari jabatannya, bahkan dia dipaksa pensiun dalam usia 43 tahun. 22 tahun lebih awal.

Berikut potongan wawancara dia dengan majalah Jerman "Materialien und Informationen zur Zeit" (MIZ) nomer 2/2000 (sumber: www.kirchenkritik.de/archiv/kk_mynarek.html)

MIZ: Mari kita bicara tentang Gereja Katolik dan reaksinya atas kritik. Ketika anda di tahun 1972 sebagai dekan Fakultas Teologi Universitas Wina memutuskan untuk keluar dari gereja, apakah anda sudah meramalkan reaksi keras dari gereja?

HM: Berdasarkan sejarah gereja selama 2000 tahun tentu saja saya tahu: gereja akan mengejar-ngejar semua yang menghalangi kepentingan kekuasaannya, dan gereja tidak akan menerima kritik meski kritik ini beralasan.

Meski demikian saya terkejut juga dengan reaksi gereja yang keras dan brutal atas keluarnya saya dari gereja, atas surat terbuka saya untuk Paus, dan atas buku saya tentang situasi intern gereja "Herren und Knechte der Kirche" [Tuan dan Hamba Gereja].

Reaksi yang di luar batas ini muncul karena saya adalah profesor teologi Katolik pertama di abad 20 di wilayah berbahasa Jerman [Jerman, Austria, sebagian Swiss dan Luxemburg] yang meninggalkan gereja.

Gereja kan masih juga berkeyakinan dan menggodamkan keyakinan pada para pengikutnya bahwa tidak ada keselamatan di luar gereja.

Pengritik gereja yang tajam seperti Uta Ranke-Heinemann, Drewermann, Kng, dsb. masih juga percaya dengan doktrin ini dan karenanya tetap tinggal di dalam gereja, dan tidak melakukan konsekwensi logis keluar dari gereja.

Dibandingkan mereka, saya sudah tahu jelas sekali sebelum saya keluar dari gereja bahwa: gereja tidak akan lupa, tidak akan memaafkan, tanpa ampun dalam mengejar-ngejar pengritiknya, dan tidak mengenal rasa keadilan ataupun ampunan.

MIZ: Kritik anda pada gereja membuat kehidupan ekonomi anda sulit. Beberapa saat bahkan anda sempat tinggal di kolong jembatan. Bagaimana ini terjadi? Apa pengalaman terburuk anda di saat itu?

HM: Yang pertama kali terjadi setelah surat terbuka saya --yang harus saya akui sangat kritis-untuk Paus dipublikasikan di majalah-majalah dan koran-koran adalah ditusuknya ban-ban mobil saya yang diparkir dekat Universitas Wina.

Ini berulang kali terjadi. Yang kedua adalah ambrolnya mobil saya di jalan tol Wina-Salzburg. Rem tidak berfungsi, hampir semua sekrup di bagian motor dikendorkan. Saya menyesal tidak meminta keterangan tertulis dari bengkel yang menderek mobil saya bahwa orang bengkel benar-benar terheran-heran dan terus berkata: "Ini benar-benar mukjizat bahwa anda masih hidup.

Anjing-babi mana yang melakukan ini?" Kejadian yang mirip terjadi sekali lagi dalam perjalanan saya dari Mnchen ke Wrzburg. Ancaman pembunuhan lewat telepon, saya terima tiap hari. Juga untuk isteri saya [setelah keluar dari gereja Mynarek kemudian menikah] bila saya tidak di rumah, padahal isteri saya tak bersalah sama sekali, karena saya keluar dari gereja bukan karena wanita, tapi karena sruktur kekuasaan gereja yang tidak manusiawi.

Tentu saja para petinggi gereja tidak akan percaya. Mereka tidak akan percaya bahwa orang keluar dari gereja dengan motif-motif idealisme.

Pernah saya didatangi wakil-wakil tinggi dari gereja yang berkata: "Hey, masa hanya karena wanita kamu keluar dari gereja? Tunangan saja, kamu kan sebagai pastor bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan dengan wanita. Tapi jangan nikahi dia. Ini kan tidak susah, karena kamu bisa memiliki kebebasan yang kamu inginkan."

Kemudian muncul konsekwensi-konsekwensi negatif. Saya kehilangan jabatan profesor saya di Universitas Wina, akibat konkordat [perjanjian] antara Vatikan dan Republik Austria, meski seorang pakar hukum ternama Austria di majalah "Profil" berkata:

"Kalau negara Austria memaksa seorang ilmuwan sekaliber Mynarek untuk pensiun, hanya karena dia keluar dari gereja, maka konkordat dalam hal ini bertentangan dengan undan-undang dasar."

MIZ: Tahun 1973 terbit buku anda " Herren und Knechte der Kirche" [Tuan dan Hamba Gereja] yang diterbitkan oleh Kiepenheuer und Witsch ...

HM: Ya, setelah Penerbit Bertelsmann, yang telah menerima penuh naskah saya dan menandatangani perjanjian dengan saya, mundur setelah ditekan gereja.

Sementara itu --Bertelsmann telah membatalkan perjanjian, tapi gereja belum tahu apakah saya sudah menemukan penerbit lain untuk buku saya-- datang seorang utusan dari Kardinal Dpfner yang berkata: "Anda akan langsung menerima kembali jabatan profesor kalau anda tidak menerbitkan buku ini dan kembali ke pangkuan gereja.

Kalau anda tidak melakukan ini, anda akan dihujani dengan lebih dari 30 proses pengadilan, dan anda akan terhempas ke pinggir jalan, kemudian menangis meminta-minta untuk diterima kembali oleh gereja.

Hukum bakar tidak ada lagi, tapi kami bisa mematikan orang lewat jalur ekonomi."

MIZ: Dan ancaman ini bukan omong kosong ...

HM: Tidak, setelah buku ini terbit dan sempat ditahan penerbitannya oleh gereja, memang bukan 30 tapi ada 14 proses pengadilan yang harus saya hadapi.

Para petinggi gereja meminta uang ganti rugi sebesar 360 ribu DM karena merasa tersinggung oleh buku saya.

Dan pengadilan memenangkan mereka. Ketika Penerbit Bertelsmann melihat bagaimana proses di pengadilan negeri dan pengadilan tinggi Mnchen tidak memihak saya, mereka pun turut campur dan tiba-tiba meminta kembali uang panjar yang pernah mereka bayar bersama bunga 13,9%. ... Secara keseluruhan proses-proses ini berlangsung selama 6 tahun dan ini adalah masa terberat hidup saya.

Para pengacara yang tadinya senang mendapat kasus yang sensasional, kemudian memperlihatkan kebuasannya setelah mereka tahu saya tak memiliki sesen pun, dan menggadaikan saya habis-habisan. Ketika mesin tik saya terakhir diangkut orang, dan saya mengadu pada Pengadilan Kitzingen --rumah saya terletak di sana-- dan berkataa bahwa saya sebagai penulis tergantung sekali pada mesin tik, pengadilan bekata:

"Anda masih bisa mengritik gereja dengan tangan." Karena kerugian-kerugian material ini saya harus melepaskan rumah saya di Kitzingen. Direktur sebuah bank di Bayern menjanjikan saya hipotek yang mengizinkan saya untuk tetap menempati rumah itu.

Tetapi setelah dia ditekan gereja, dia kemudian berkata bahwa dia tidak tahu kalau saya hidup seberbahaya itu dan bahwa saya sedang berkonfontasi dengan gereja. Akhirnya dia menarik kembali hipotek itu.

Saya bersama isteri saya, dan bayi kami yang baru lahir, benar-benar harus hidup di kolong jembatan.

MIZ: Adakah orang di dalam atau luar gereja yang menolong anda di situasi sulit ini?

HM: Dari dalam gereja hanya sedikit yang masih menolong saya. Di antaranya teolog pastoral Prof. Klostermann dari Wina, yang menganggap tindakan gereja sebagai sadis dan tidak pada tempatnya.

Di luar gereja banyak sekali. Misalnya 2 profesor Yahudi Werner Peiser dan Ossip K. Flechtheim. Prof. Flechtheim dalam kasus saya malah sempat menghubungi Menteri Ekonomi Austria, Firnberg, dan pemilik Bertelsmann, Mohn. Sayang tanpa hasil.

Ketua "Bund der Konfessionslosen" [organisasi orang-orang tanpa konfesi/aliran] ketika itu mengangkut saya dan keluarga dari kolong jembatan. Dia menyediakan sebuah flat dengan 2 kamar di Berlin, dengan sewa yang murah.

Dia juga mengadakan inisiatif untuk menolong saya dengan nama "aksi solidaritas untuk korban inquisisi modern" yang diikuti oleh banyak tokoh terkenal dari kalangan penulis, seniman, pemikir liberal, Bund der Konfessionslosen, juga dari para pemuda sosialis, yang memprotes ketidakadilan gereja atas saya. Mualaf.Com dari swaramuslim.net dan berbagai sumber

Muslim Jerman : Menepis Praduga dengan Open Day di Masjid-Masjid Masjid-masjid di Jerman sejak tanggal 3 Oktober lalu tampak lebih sibuk dari biasanya. Dalam sehari, sedikitnya mereka menerima 100 ribu tamu yang berkunjung ke tempat yang biasanya hanya dipakai oleh Muslimin Jerman itu Para tamu adalah warga Jerman non-Muslim yang ingin lebih mengenali Islam. Mereka berpartisipasi dalam kelompok-kelompok diskusi dan mengunjungi pameran kebudayaan Islam yang sengaja digelar berbarengan dengan hari peringatan penyatuan dua Jerman itu.

Acara yang dihajat oleh Central Council of Muslims (CCM) ini lebih meriah dari tahun sebelumnya. Tahun lalu, pengunjungnya hanya separo tahun ini.

Sapaan salam "Assalamu 'alaikum" saling diucapkan tiap kali para tamu berpapasan. Beberapa orang tampak sibuk menjelaskan makna salam, dan arti Islam yang berarti damai. Pembukaan acara sengaja digelar berbarengan dengan peringatan penyatuan Jerman. Mengapa demikian? "Untuk menunjukkan bahwa kami adalah juga bagian integral dari Jerman. Kami juga memperingati penyatuan itu," ujar Mounir Azzaoui, juru bicara CCM.

Di Jerman saat ini terdapat sedikitnya 2.300 masjid dan Islamic Center. Sekitar 3,2 juta Muslim tinggal di Jerman, bersama 82 juta warga lainnya. Muslim Jerman umumnya berasal dari Turki, Maroko, dan Tunisia.

Masing-masing masjid kini mempunyai kurikulum sendiri bagi jamaahnya. Isinya, adalah mengarahkan mereka agar mampu menjadi humas bagi agamanya. Di Jerman, terutama sejak genderang perang melawan terorisme ditabuh Amerika Serikat pascatragedi 11 September, Muslim acap disudutkan. Agama Islam kerap diasosiasikan sebagai agama penuh kekerasan.

Padahal berbeda dengan anggapan itu, Islam justru agama yang mendukung penuh perdamaian dan keadilan, ujar Azzaoui. Faktanya, kata dia, kata Islam sendiri berarti menyerahkan diri atau tunduk kepada Allah. Akar kata Islam adalah dari salam yang berarti damai.

Pemerintah membuka diri

Berbeda dengan dua tahun lalu, pemerintah Jerman kini bersikap lunak terhadap Muslim. Sebelumnya, hubungan kalangan Muslim-pemerintah Jerman sempat tegang, menyusul diberlakukannya larangan berjilbab di institusi resmi pemerintah, termasuk sekolah-sekolah.

Bulan lalu, mereka menggelar diskusi dengan kalangan Muslim di Berlin. Penyelenggaranya adalah Menteri Dalam negeri Jerman, Wolfgang Schauble. Pesertanya adalah 15 orang perwakilan dari 3,2 juta Muslim Jerman. Menurut rencana, dialog itu akan diadakan rutin dua tahun sekali.

Dalam pertemuan itu, pemerintah menyampaikan keinginannya untuk bersama-sama menanggulangi munculnya ekstremitas beragama. Namun banyak kalangan menilai dialog itu hanya pengalihan dari kontroversi yang berkembang sehubungan dengan dibatalkannya sebuah pertunjukkan opera Idomeneo yang di dalamnya antara lain berisi adegan pemenggalan kepala Nabi Muhammad dan Yesus Kristus.

Dalam pertemuan itu, Schauble mengakui hubungan pemerintah dengan komunitas Muslim tidak selalu harmonis. Meski begitu, hubungan itu tetap pada koridor toleransi.

Pada pertemuan itu, komunitas Muslim menginginkan agar larangan berjilbab diperlonggar. Mereka meminta agar para siswa Muslimah tetap diizinkan berjilbab dan mengikuti pelajaran berenang.

Badr Mohammed, tokoh sekuler asal Turki yang mengepalai European Integration Center di Berlin, menyambut positif dialog itu. Ia menyebut pertemuan tiga jam itu sebagai pertemuan bersejarah dalam mematahkan sekat lintas budaya . Ia berharap agar keharmonisan ini tetap berlanjut.

Terbesar Ketiga Setelah Kristen dan Katolik

Islam di Jerman tumbuh subur sejak tahun 1960, berbarengan dengan masuknya imigran Muslim dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Jerman. Hingga tahun 2004, jumlah Muslim di Jerman mencapai 3,2 persen dari seluruh populasi. Islam menjadi agama terbesar ketiga setelah Kristen Protestan dan Katolik.

Mayoritas Muslim di Jerman berasal dari Turki (hampir 90 persen), diikuti kemudian oleh kelompok-kelompok yang lebih kecil dari bekas Yogoslavia, Albania, Arab, Iran, dan Afganistan.

Sebagian besar Muslim tinggal di Berlin dan beberapa kota besar di bekas Jerman Timur. Di wilayah bekas Jerman Barat jumlah Muslim relatif sedikit. Hal ini disebabkan oleh kebijakan penghentian pengiriman tenaga kerja dari luar Jerman sejak 1989. Umumnya, Muslim di Jerman menganut aliran suni. Muslim aliran syiah hanya sebagian kecil saja,umumnya dianut oleh mereka yang berasal dari Libanon. Sedang Muslim asal Turki menganut paham Alawy.

Sedikitnya ada delapan organisasi Muslim yang cukup berpengaruh di Jerman. Antara lain adalah Diyanet Isleri Turk Islam Birligi, Islamische Memeinschaft Milli Gorus, dan Verband der Islamischen Gemeinden der Bosniaken. Organisasi besar Hizbut Tahrir dilarang dan dibekukan pemerintah sejak tahun 2002. tri/wikipedia ( tri/delspiegel/riol )

Selamat Carissa, semoga dikuatkan di jalan ridhaNya! Diiringi linangan airmata, Carissa meminta semua mendoakannya agar dikuatkan menjalani Islam. Alhamdulillah, seminggu sebelum memasuki bulan Ramadhan, Carissa mengucapkan kalimat syahadat

Sabtu lalu wanita baya ini dengan resmi dan pasti menerima Islam sebagai jalan hidupnya. Diapun rupanya diam-diam telah mempersiapkan nama baru yang singkat Nur (cahaya) dengan harapan semoga dengan Islam hidupnya akan semakin bersinar. Nur adalah asli wanita Amerika putih. Setiap minggu sejak sekitar 4 bulan lalu tanpa mengenal lelah, baik di saat hujan ataupun panas, wanita cacat itu selalu datang tepat waktu di Islamic Forum for non Muslims dengan kendaraan orang cacat (Wheel chair).

Walaupun Carissa adalah wanita cacat (lumpuh) namun penampilannya melebihi sebagian wanita karena memang dia adalah wanita yang berkecukupan. Sejak memulai belajar islam di Islamic Forum, dia sudah memakai pakaian Muslimah, bahkan memakainya setiap kali keluar dari rumahnya. Justru suatu ketika dia pernah berkata: Saya merasa lebih terlindungi dengan jilbab dan pakaian saya ini.

Selain itu, bagi Carissa, belajar Islam bukan sekedar untuk tahu. Dia belajar dan sekaligus mempraktekkannya. Seringkali sampai kepada hal-hal yang kecilpun dipertanyakan, misalnya bagaimana kalau dia mengambil wudhu dan susah mencuci kaki karena keadaannya. Atau suatu ketika mempertanyakan bagaimana kalau naik ke bus dengan kereta orang cacat dan disentuh oleh sopir bus pria (di saat dibantu menaiki bus), dll.

Bahkan sejak belajar Islam, segala hal-hal yang menjadi praktek kaum Muslimin menjadi perhatiannya, seperti makanan, minuman, pakaian, dll. Ternyata belakangan saya tahu kalau Carissa belum melakukan syahadat karena khawatir setelah shahadah dia gagal melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan. Dia bahkan pernah berkata: I really believe strongly that this is the truth, but worried not to be able to carry out what Allah wants me to do.

Sejak belajar Islam Carissa juga telah memperlihatkan trust (kepercayaan) yang tinggi kepada saya, sehingga terkadang hal-hal yang pribadi juga dikonsultasikan. Suatu ketika ada seorang lelaki mendekatinya. Semua hal ditanyakan, misalnya bolehkan saya bicara lewat telpon, bolehkan saya ketawa jika berbicara dengan pria tersebut, dll. Bahkan, walaupun belum mendeklarasikan imannya, dia sudah bertekad untuk tidak akan menikah kecuali jika orang tersebut benar-benar punya komitmen dengan Islam.

Carissa juga memiliki keingin tahuan yang sangat tinggi. Terkadang karena dia mendominasi kelas dalam melakukan pertanyaan, saya bercanda: Kamu saja mewakili yang lain bertanya. Memang sebagian besar peserta forum, khususnya yang pendatang baru masih ragu-ragu bertanya. Boleh karena memang masih malu, boleh juga karena khawatir menanyakan sesuatu yang dianggap sensitive dan menyinggung. Padahal, seringkali setiap memulai kelas itu, khususnya jika ada pendatang baru saya menjelaskan bahwa dalam Islam tidak ada yang perlu disakralkan untuk ditanyakan.

Pengaruh Huda

Carissa sangat mengagumi salah seorang peserta Islamic forum yang juga baru masuk Islam. Dia adalah Huda (Saya tulis di media ini sebelumnya berjudul "I am a second wife" ). Hudalah yang ternyata diam-diam selama ini selalu melakukan dawah infiradi (dawah secara individu) kepada Carissa, sehingga dia seolah menjadi mentor pribadinya.

Maka setiap kali Huda absen dari kelas, sudah pasti Carissa meminta agar ceramah yang disampaikan bisa dirangkum dalam tulisan untuk dia sampaikan ke Huda. Tidak jarang juga dia singgah di tokoh buku Islamic Center untuk membelikan buku yang dia tahu disenangi oleh Huda. Seringkali pula ketika Carissa menyampaikan pertanyaan yang mungkin dianggap kurang sesuai oleh Huda, biasanya Huda memberikan tanda untuk menghentikan pertanyaan tersebut.

Huda pulalah rupanya yang meyakinkan Huda bahwa setelah belajar Islam dan yakin bahwa inilah jalan benar, jangan lagi menyia-nyiakan kesempatan itu. Huda menasehatkan Carissa untuk mendeklarasikan iman (syahadat) sebelum Ramadhan. Alhamdulillah, seminggu sebelum memasuki bulan Ramadhan Carissa mengucapkan syahadat. Diiringi linangan airmata, Carissa meminta kepada semua yang menyaksikan untuk mendoakannya agar dikuatkan menjalan Islam setelah resmi masuk ke dalamnya.

Sabtu lalu, hari pertama puasa, Carissa datang lebih awal dari waktu biasanya. Rupanya dia datang membawa setumpuk pertanyaan, mulai dari masalah-masalah puasa, sahur, dll. Carissa juga menceritakan bagaimana dia berusaha melaksanakan shalat secara benar. Dia meletakkan buku penuntun shalat di depan kursi rodanya dan membacanya. Dia juga meminta saya untuk merekam bacaan-bacaan shalat sehingga memudahkan bagi dia menghafalnya.

Selamat Carissa, semoga dikuatkan di jalan ridhaNya! (oleh Syamsi Ali , Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Tulisan ini dimuat di www.hidayatullah.com)

Ramadhan di Amerika Serikat Gundah dan kecewa. Inilah yang dirasakan umat Islam di Amerika Serikat pada Ramadhan tahun ini. Mereka pantas kecewa karena sejumlah cendekiawan dan ulama dari luar negeri yang diundang untuk berceramah dan menjadi imam shalat Tarawih di negara itu tak mendapatkan izin masuk.

Ada juga yang sudah berada di AS kemudian dideportasi. Ini tentu membuat kekecewaan yang makin dalam. Larangan dan deportasi terhadap sejumlah ulama asing di AS tentu berimbas pada rencana kegiatan secara keseluruhan. Jadwal yang telah disusun oleh sejumlah pusat kegiatan Islam selama Ramadhan kemudian harus diubah.''Kami membutuhkan jawaban dari Pemerintah AS atas kebijakan yang mereka lakukan,'' ungkap Nihad Awad, direktur eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR).

Menurut Awad, sejumlah cendekiawan dan imam yang diundang oleh umat Islam AS tak diberi akses masuk. Namun, hingga kini pemerintah tak memberikan penjelasan atas langkahnya itu. Kasus itu juga menimpa Ismail Mullah.

Mullah yang kelahiran Gujarat, India, kini tinggal di Afrika Selatan. Menurut Awad, dia harus kembali ke negaranya meski telah sampai di Bandara Internasional Dulles. Dengan demikian, Mullah tak jadi memberikan ceramah dan gagal memimpin shalat Tarawih.

''Kami ingin agar semua orang taat hukum. Kami juga ingin menjaga keamanan negara. Namun, pada saat yang sama hal ini mestinya tak dilakukan dengan melanggar hak-hak orang lain. Mestinya AS menjadi negara yang terbuka,'' kata Awad.

Hal lain yang menjadi pertanyaan, kata Awad, adalah pemerintah menunggu dulu para cendekiawan dan imam itu tiba di AS. Namun, kemudian pemerintah menolak atau tidak memberi izin masuk. Bila sebelumnya pemerintah menginformasikan itu maka pihak pengundang dapat segera mencarikan gantinya.

Awad mengakui sejak peristiwa 11 September 2001 Pemerintah AS tak memberikan visa bagi sejumlah cendekiawan Muslim ternama, termasuk dari Arab. Mereka dicurigai memberikan dukungan pada kelompok-kelompok teroris.

Menurut Awad, baru-baru ini cendekiawan Muslim Tariq Ramadhan juga tak diizinkan masuk ke AS. Pemerintah AS menuduh Ramadhan telah memberikan donasi sebesar 600 euro ke sebuah lembaga kemanusiaan resmi di Prancis. Donasi ini sebagai bantuan kemanusiaan untuk Palestina.

Pada 2005 lalu cendekiawan Muslim asal Inggris, Zaki Badawi, juga mengalami hal yang sama. Ia tidak diizinkan masuk ke AS dan tertahan di Bandara John F Kennedy, New York. Dia mestinya memberikan kuliah tentang hukum dan agama di Chautauqua Institution.

Pada akhirnya Pemerintah AS memang meminta maaf dan mencabut larangan masuknya Zaki Badawi ke AS. Zaki kemudian diizin