Agus Saefudin_Tugas Individu APS
-
Upload
agussaefudin -
Category
Documents
-
view
44 -
download
1
description
Transcript of Agus Saefudin_Tugas Individu APS
1
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DENGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008
PADA SMK NEGERI 2 BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA
(MENUJU SEKOLAH UNGGUL YANG TOP)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individual Mata Kuliah Admnistrasi dan Pengelolaan
Sekolah Semester 2 dengan Dosen Pengampu Dr. Awalya, M.Pd.Kons.
Oleh:
AGUS SAEFUDIN NIM. 0102514057
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG APRIL 2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat,
sempat dan diberi kekuatan tetap setia mengabdi pada bidang pendidikan
untuk berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Kuasa pula naskah Makalah Pengalaman Terbaik (Best
Practice) Implementasi Fungsi Manajemen Sekolah yang merupakan tugas
individual (individual task) Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan
Sekolah dengan judul “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 pada SMK Negeri 2
Bawang Kabupaten Banjarnegara (Menuju Sekolah Unggul yang TOP)”
dapat diselesaikan dengan baik.
Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Awalya, M.Pd.Kons. yang telah memberikan bimbingan dan banyak
ilmu tentang Administrasi dan Pengelolaan Sekolah kepada penulis;
2. Drs. Supriyadi, M.M. selaku Kepala SMK Negeri 2 Bawang yang
memberikan ijin dan semangat untuk selalu berbagi demi kemajuan
dunia pendidikan;
3. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (Kepengawasan
Sekolah) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang
merupakan mitra diskusi dan berbagi pengalaman yang luar biasa,
bersama kami mempunyai mimpi untuk pendidikan Indonesia yang lebih
baik lagi;
4. Rekan-rekan guru SMK Negeri 2 Bawang yang merupakan mitra diskusi
dan berbagi yang luar biasa;
iii
5. Seluruh siswa SMK Negeri 2 Bawang yang dahsyat dan luar biasa,
kalian adalah generasi penerus bangsa di tangan kalianlah semoga
tanah air tercinta Indonesia ini semakin maju dan jaya;
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalan
pahala yang berlipat dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Penulis menyadari sebagaimana kata pepatah tak ada gading yang
tak retak, makalah ini pun masih banyak terdapat kekurangan untuk itu
saran demi perbaikan sangat dinantikan. Penulis berharap semoga
makalah ini membawa manfaat dan dapat menjadi media dalam berbagi
bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Amin.
Semarang, 20 April 2015 Penulis, Agus Saefudin, S.Pd. NIM. 0102514057
iv
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ........................................................................ Kata Pengantar ....................................................................... Daftar Isi .................................................................................. Daftar Gambar ......................................................................... Daftar Tabel ............................................................................. Abstrak .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ......................................................
A. Latar Belakang ................................................... B. Rumusan Masalah ............................................. C. Tujuan ................................................................ D. Manfaat ..............................................................
1. Manfaat Teoritis ............................................ 2. Manfaat Praktis .............................................
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................
A. Fungsi Manajemen ............................................. 1. Perencanaan (Planning) ............................... 2. Pengorganisasian (Organizing) ..................... 3. Pelaksanaan (Actuating) ............................... 4. Pengawasan (Controlling) .............................
B. Manajemen Berbasis Sekolah ............................ 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah .... 2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah ...........
C. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 .......... D. Sekolah Unggul .................................................. E. Kerangka Berfikir ................................................
BAB III PEMBAHASAN .........................................................
A. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ............................. 1. Perumusan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ..... 2. Visi SMK Negeri 2 Bawang ............................ 3. Misi SMK Negeri 2 Bawang ........................... 4. Tujuan SMK Negeri 2 Bawang ......................
B. Perencanaan Program ....................................... 1. Tujuan Jangka Pendek SMK Negeri 2
Bawang ......................................................... 2. Program Tahunan SMK Negeri 2 Bawang .....
C. Pengorganisasi (Organizing) .............................. 1. Konsep pengorganisasian ............................. 2. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Bawang ... 3. Deskripsi Tanggung Jawab, Tugas, dan
Wewenang ....................................................
i ii iv v vi vii
1 1 5 6 6 6 7
8 8 9
12 13 14 16 16 17 19 24 30
31 31 31 35 35 36 36
36 38 45 45 46
48
v
D. Penggerakan (Actuating) .................................... E. Kepemimpinan Kepala Sekolah Transfor-
masional dan Visioner dalam Mewujudkan SMK Negeri 2 Bawang sebagai Sekolah Unggul yang TOP ....................................................................
F. Pengawasan (Controlling) Pelaksanaan Program .............................................................
G. Sistem Informasi Manajemen ............................. H. Evaluasi Program ............................................... I. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
pada SMK Negeri 2 Bawang Menuju Sekolah Unggul yang TOP ...............................................
BAB IV PENUTUP .................................................................
A. Simpulan ............................................................ B. Saran .................................................................. C. Rekomendasi .....................................................
DAFTAR PUSTAKA
56
61
65 68 71
73
87 87 88 89
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir ...................................................
Gambar 2. Proses Pengorganisasian ......................................
Gambar 3. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Bawang ............
Gambar 4. Langkah-langkah Dasar Proses Pengawasan .......
Gambar 5. Kerangka Dasar Evaluasi Program ........................
30
45
47
66
72
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Pilar-pilar Mutu ........................................................... 22
viii
ABSTRAK
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DENGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008
PADA SMK NEGERI 2 BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA
(MENUJU SEKOLAH UNGGUL YANG TOP)
Oleh: Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah memberikan deskripsi tentang implementasi fungsi-sungsi manajemen berbasis sekolah pada SMK Negeri 2 Bawang, meliputi: visi, misi, dan tujuan sekolah; perencanaan (planning) tujuan jangka pendek dan program tahunan; konsep pengorganisasian (organizing) dan struktur organisasi; penggerakan (actuating); kepemimpinan kepala sekolah transfomasional dan visioner dalam mewujudkan sekolah unggul; pengawasan (controlling) pelaksanaan program; sitem informasi manajemen; evaluasi program; dan implementasi manajemen berbasis sekolah dengan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dalam mewujudkan sekolah unggul.
Visi sekolah merupakan gambaran tentang masa depan sekolah yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Tujuan merupakan penjabaran dari pernyataan misi. Perencanaan yang tepat berdasarkan tujuan jika diorganisasikan secara benar serta dilaksanakan secara taat azas akan efektif mencapai tujuan sekolah yang telah ditetukan.
Kepemimpinan sekolah yang visoner dan transformatif dalam manajemen berbasis sekolah (MBS) mempunyai penting dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial diperlukan dalam melihat ketercapaian hasil antara perencanaan dengan pelaksanaan. Sistem informasi manajemen yang dikelola secara tepat akan mendukung pelaksanaan manajemen sekolah. Ada tiga faktor penting dalam konsep evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement), deskripsi obyek penilaian, dan kriteria yang dipertanggungjawabkan (defensible criteria).
Kata Kunci: manajemen berbasis sekolah, fungsi manajemen, sistem
manajemen mutu, sekolah unggul
ix
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT
WITH QUALITY MANAGEMENT SYSTEM ISO 9001: 2008
SMK NEGERI 2 BAWANG DISTRICT BANJARNEGARA
(EFECTIVE SCHOOL TO THE TOP)
By: Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057
The purpose of writing this paper is to provide a description of the implementation of the function-based management sungsi school at SMK Negeri 2 Onions, include: vision, mission, and objectives of the school; planning (planning) short-term goals and annual programs; concept of organizing and organizational structure; actuating; transfomasional school leadership and visionary in realizing superior schools; controlling the implementation of the program; management information system; program evaluation; and implementation of school-based management with quality management system ISO 9001: 2008 in realizing a superior school.
The vision of the school is a picture of the future that is realistic school and wants to be realized within a certain time. The mission is the act or attempt to realize the vision. The objective is the elaboration of a mission statement. Proper planning based on goals if organized correctly and consistently implemented the principle would effectively achieve the objectives that have been ditetukan school.
Visoner school leadership and transformative in school-based management has an important in achieving the vision and mission that has been set. Supervision is a basic process that is essentially required in view of the achievement of results between planning and execution. Management information system managed properly will support the implementation of school management. There are three important factors in the evaluation of the concept, namely: judgment, a description of the object of assessment, and defensible criteria.
Keywords: school-based management, functions of management, quality
management system, efective schools
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan
dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis
produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta
penduduknya. Persaingan global di segala bidang ini tidak hanya
melanda negara-negara ASEAN tetapi juga negara-negara diseluruh
penjuru dunia. Bagi negara maju, mungkin adanya persaingan global
hanya menuntut mereka untuk menyesuaikan diri dengan negara-
negara yang lain. Tetapi bagi negara berkembang seperti Indonesia,
adanya persaingan global menuntut untuk meningkatkan segala sektor
negara baik politik, ekonomi, pendidikan maupun ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Peningkatan semua sektor tentunya dilaksanakan melalui
pembangunan bangsa. Dalam upaya pembangunan bangsa,
tampaknya pengembangan sumber daya manusia adalah yang paling
penting dan utama jika dibandingkan dengan pengembangan sumber
daya alam. Masalah SDM tidak bisa lepas dari masalah tenaga kerja.
Kualitas tenaga kerja sangat tergantung pada kualitas SDM. Oleh
karena itu, kualitas SDM harus mendapatkan prioritas utama untuk
ditingkatkan dan dikembangkan guna mendapatkan kualitas tenaga
kerja yang baik. Peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi
generasi muda calon tenaga kerja merupakan tanggung jawab dunia
pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses
penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh dan terampil. Dengan kata
lain, melalui pendidikan akan diperoleh calon tenaga kerja yang
2
berkualitas sehingga lebih produktif dan mampu bersaing dengan rekan
mereka dari negara lain.
Dalam hal ini, pertambahan penduduk yang tidak memiliki
keterampilan kerja akan mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu
pasar utama bagi produk-produk asing dan pasar lapangan kerja bagi
tenaga asing. Pertumbuhan penduduk yang tidak dikelola dengan baik
akan menjadi bencana bagi Indonesia jika tidak diikuti dengan
peningkatan kulitas SDM. Pertumbuhan penduduk tahun 2010 sampai
pada tahun 2035 merupakan bonus demografi bagi indonesia. Bonus
demografi ini merupakan suatu fenomena dimana struktur penduduk
sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena jumlah penduduk
usia produktif sangat besar, sedangkan proporsi usia muda sudah
semakin kecil dan yang berusia lanjut belum banyak. Diperkiran oleh
pemerintah tahun 2035 working age mencapai 70 % dan dependency
rasio mecapai 40 % artinya pada tahun 2035 sekitar 7 orang
produktivitas dengan 4 orang tidak produktivitas mampu menopang
perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.
Peningkatan kulitas SDM adalah jawaban atas tuntutan dan
tantangan perubahan jaman. Pengelolaan pendidikan terutama yang
berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja harus menjadi titik perhatian
utama agar mampu merubah struktur dan kualits tenaga kerja yang
memiliki daya saing dan produktivitas tinggi dalm membangun ekonomi
masyarakat. Pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Trilling dan Fadel (2011) menyatakan
bahwa pada era global ini yang terpenting adalah bagaimana
memfungsikan pendidikan sebagai sebuah proses menyiapkan peserta
didik agar sukses menempuh kehidupannya di masa depan.
Kemampuan untuk menghadapi masa depan itulah yang perlu
ditumbuhkembangkan dalam proses pendidikan. Pendidikan kejuruan
sebagai salah satu bagian dari sistem Pendidikan Nasional memainkan
peran yang sangat strategis bagi terwujudnya angkatan tenaga kerja
nasional yang terampil. Lulusan SMK diharapkan menjadi sumber daya
3
manusia yang siap pakai, dalam arti ketika mereka telah menyelesaikan
sekolahnya dapat menerapkan ilmu yang telah mereka dapat sewaktu
di sekolah.
SMK Negeri 2 Bawang sebagai penyelanggara pendidikan
kejuruan senantiasa berupaya secara sungguh-sungguh membentuk
tenaga kerja terampil tingkat menengah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Finch dan Crunkilton (1999) yang menyatakan tujuan akhir kurikulum
pendidikan kejuruan tidak hanya diukur melalui pencapaian prestasi
berupa nilai tetapi melalui unjuk kerja di dunia kerja. Dengan demikian,
kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi pada proses berupa
pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan dalam lingkungan
sekolah serta produk yang merupakan efek dari pengalaman dan
kegiatan pembelajaran. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut
kurikulum yang diterapkan oleh SMK Negeri 2 Bawang senantiasa
memperhatikan 3 hal mendasar, yaitu: (1) kegiatan pembelajaran yang
dilakukan harus menanamkan tata nilai yang kuat dan jelas sebagai
landasan pembentukan karakteristik dan budaya bangsa yang luhur, (2)
kegiatan pembelajaran juga harus memberikan sesuatu yang
bermakna, baik yang ideal maupun pragmatis sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, dan (3) kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus
memberikan arah yang terencana bagi kepentingan bersama peserta
didik, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
SMK Negeri 2 Bawang berupaya mewujudkan diri sebagai
sekolah unggul dan berkualitas yang bukan hanya sebagai tempat
kegiatan pembelajaran tetapi juga laboratorium bagi kehidupan nyata
siswa di tengah deras perubahan globalisasi dan tantangan jaman yang
sangat dinamis. SMK Negeri 2 Bawang mengupayakan bahwa sekolah
merupakan cermin yang memberikan gambaran nyata tentang
kompetitifnya persaingan dalam dunia kerja yang nyata sehingga
sekolah bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam kehidupan tetapi juga sikap mental yang
mewujud dalam karakter yang kuat dan tangguh. Hal ini tertuang dalam
4
motto sekolah yang bukan hanya dalam kalimat dan slogan
penyemangat tetapi menjadi rel dalam mewujudkan lulusan yang
berkualitas, yaitu SMK Negeri 2 Bawang TOP yang mempunyai makna
bahwa siswa-siswanya T berarti terampil, O berarti Optimis, dan P
berarti profesional.
Sekolah ideal bagi SMK Negeri 2 Bawang adalah sekolah yang
bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan ansich tetapi sekolah yang
secara komprehensif dan integratif memandang bahwa manusia adalah
makhluk yang khas dan unik sehingga harus dimaksimalkan potensinya
secara utuh baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan
demikian lulusan yang dihasilkan diharapkan adalah sosok manusia
paripurna yang bukan hanya memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tetapi
juga mempunyai kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ),
kecerdasan ganda (MQ) juga kecerdasan transedental (TQ). Acuan
mutu untuk menjamin ketercapaian sekolah ideal dengan demikian
menjadi penting dalam pelaksanaan seluruh kegiatan.
SMK Negeri 2 Bawang menyadai sepenuhnya bahwa sekolah
unggul hanya mungkin diwujudkan jika pengelolaan sekolah baik secara
administratif maupun manajerial dilaksanakan secara baik dan benar
serta memperhatikan mutu pelayanan yang diberikan. Acuan mutu yang
digunakan untuk pencapaian mutu pendidikan pada SMK Negeri 2
Bawang adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan sistem
manajemen mutu berstandar internasional ISO 9001:2008. Standar
nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah
sedangkan standar manajemen ISO 9001:2008 mengacu pada klausul-
klausul manajemen mutu berstandar internasional. SNP dipenuhi
secara sistematis dan bertahap. Delapan standar nasional pendidikan,
meliputi: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi
lulusan, (4) standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar
pembiayaan, dan (8) standar penilaian. Kedelapan SNP tersebut
5
memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan lainnya dan sebagian
standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya.
Dengan memperhatikan uraian di atas, penulis memandang
penting untuk berbagi pengalaman terbaik (best practice) tentang
implementasi Manajamen Berbasis Sekolah dengan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001: 2008 pada SMK Negeri 2 Bawang untuk mewujudkan
sekolah unggul yang TOP yang merupakan akronim dari terampil,
optimis dan profesional sebagaimana motto yang senantiasa
didengungkan untuk membangkitkan semangat warga sekolah untuk
selalu maju dari waktu ke waktu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana visi, misi, dan tujuan SMK Negeri 2 Bawang ?
2. Bagaimana perencanaan (planning) tujuan jangka pendek dan
program tahunan SMK Negeri 2 Bawang ?
3. Bagaimana konsep pengorganisasian (organizing) dan struktur
organisasi yang diterapkan oleh SMK Negeri 2 Bawang ?
4. Bagaimana fungsi penggerakan (actuating) yang dilaksanakan SMK
Negeri 2 Bawang ?
5. Bagaimana fungsi kepemimpinan kepala sekolah transfomasional
dan visioner dalam mewujudkan SMK Negeri 2 Bawang sebagai
sekolah unggul yang TOP?
6. Bagaimana fungsi pengawasan (controlling) pelaksanaan program
yang diterapkan pada SMK Negeri 2 Bawang ?
7. Bagaimana sitem informasi manajemen yang diterapkan oleh SMK
Negeri 2 Bawang ?
8. Bagaimana evaluasi program yang diterapkan oleh SMK Negeri 2
Bawang ?
9. Bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah dengan
sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dalam mewujudkan
6
sekolah unggul pada SMK Negeri 2 Bawang Kabupaten
Banjarnegara ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan
makalah best practice ini sebagai berikut:
1. Mendeskripskan visi, misi, dan tujuan SMK Negeri 2 Bawang;
2. Mendeskripsikan perencanaan (planning) tujuan jangka pendek dan
program tahunan SMK Negeri 2 Bawang;
3. Mendeskripsikan konsep pengorganisasian (organizing) dan struktur
organisasi yang diterapkan oleh SMK Negeri 2 Bawang;
4. Mendeskripsikan fungsi penggerakan (actuating) yang dilaksanakan
SMK Negeri 2 Bawang;
5. Mendeskripsikan fungsi kepemimpinan kepala sekolah
transfomasional dan visioner dalam mewujudkan SMK Negeri 2
Bawang sebagai sekolah unggul yang TOP;
6. Mendeskripsikan fungsi pengawasan (controlling) pelaksanaan
program yang diterapkan pada SMK Negeri 2 Bawang;
7. Mendeskripsikan sitem informasi manajemen yang diterapkan oleh
SMK Negeri 2 Bawang;
8. Mendeskripsikan evaluasi program yang diterapkan oleh SMK
Negeri 2 Bawang;
9. Mendeskripsikan implementasi manajemen berbasis sekolah
dengan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dalam
mewujudkan sekolah unggul pada SMK Negeri 2 Bawang
Kabupaten Banjarnegara.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan deskripsi penerapan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan layanan jasa pendidikan pada SMK Negeri 2
Bawang sehingga dapat memberikan kejelasan tentang
7
implementasi teoritis yang diajarkan pada mata kuliah Administrasi
dan Pengelolaan Sekolah ke dalam praksis nyata pengelolaan
sekolah dengan manajemen berbasis sekolah dan sistem
manajemen mutu ISO 9001: 2008.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Stakeholder termasuk Dinas Pendidikan dan Pengawas
Sekolah agar dapat memberi dukungan penuh pada sekolah
dalam mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah
(MBS) dan akan lebih baik jika penjaminan mutu menerapkan
sistem manajemen mutu berstandar internasional ISO 9001:
2008 sehingga sekolah dapat mengoptimalkan potensi dan
sumber daya yang ada untuk mewujudkan tujuan sekolah yang
pada tataran luas berarti pula mewujudkan tujuan negara, yaitu:
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengawasan dan bimbingan
tetap diberikan dalam koridor kemitraan sehingga sekolah
termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas secara
berkelanjutan.
b. Bagi Kepala Sekolah diharapkan dapat menerapkan
kepemimpinan secara eklektif dengan memperhatikan situasi
dan kondisi yang ada sehingga unit-unit keja dan warga sekolah
dapat melaksanakan kerja secara maksimal dan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam berperan aktif dalam
menerapkan fungsi-fungsi manajemen secara benar sehingga
tujuan sekolah dapat dicapai.
c. Bagi guru sebagai tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan
staf tata usaha diharapkan dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya secara optimal dengan memberikan layanan prima
pada seluruh siswa sehingga fungsi manajemen dapat berjalan
dengan baik dan tujuan sekolah dapat dicapai.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Fungsi Manajemen
Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh
A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan
bahwa: manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu
merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin
(leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian,
manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan bahwa: manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Dalam konteks pendidikan, Satori (1980) memberikan pengertian
manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi
pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang
tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu, Nawawi (1992)
mengemukakan bahwa administrasi pendidikan sebagai rangkaian
kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis
yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga
pendidikan formal.
Kegiatan dalam manajemen pendidikan adalah tindakan-
tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan
dengan fungsi-fungsi manajemen ini, Siagian (1977) mengungkapkan
9
pandangan dari beberapa ahli. Menurut G.R. Terry terdapat empat
fungsi manajemen, yaitu: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan controlling
(pengawasan). Henry Fayol menyatakan terdapat lima fungsi
manajemen, meliputi: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), commanding (pengaturan), coordinating
(pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan). Lebih lanjut Harold
Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen,
mencakup: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
staffing (penentuan staf), directing (pengarahan), dan controlling
(pengawasan). Sedangkan L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi
manajemen, yaitu: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), staffing (penentuan staf), directing (pengarahan),
coordinating (pengkoordinasian), reporting (pelaporan), dan budgeting
(penganggaran).
Fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif
persekolahan dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry dipaparkan
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk
menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa perencanaan dapat
didefinisikan sebagai proses di mana manajer menentukan tujuan
dan masa depan serta mengembangkan tindakan yang dirancang
untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa: perencanaan (planning) adalah pemilihan
atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
10
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan
kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat
diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.
Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan :
a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan;
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-
masalah utama;
c. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
d. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
e. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
f. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai
bagian organisasi;
g. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah
dipahami;
h. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
i. Menghemat waktu, usaha dan dana.
Lebih lanjut Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu:
a. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut : (1) menggunakan kata-kata yang sederhana, (2)
mempunyai sifat fleksibel, (3) mempunyai sifat stabilitas, (4) ada
dalam perimbangan sumber daya, dan (5) meliputi semua
tindakan yang diperlukan.
b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
modal.
c. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan
tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa
terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
11
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
b. Merumuskan keadaan saat ini;
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono
(1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah
serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka
perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana
global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan
jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang
disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang
mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang,
dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-
kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian
tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun
perencanaan strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting
sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan
sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang
sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan
percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian
lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-
langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum
tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini
merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan
ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai
ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau
masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang
akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
12
b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi
internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil
analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi
sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -
sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan
menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa
yang akan datang.
c. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk
mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu,
perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus,
seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar
tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana
kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung
operasi perusahaan.
d. Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan
strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep
perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks
pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena
memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi
berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga
membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin
sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian
(organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa:
pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga
mereka dapat bekerja sama secara efisien. Lousie E. Boone dan
13
David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian sebagai
tindakan perencanaan dan pelaksanaan struktur organisasi serta
proses mengatur orang dan sumber daya fisik untuk melaksanakan
rencana dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dari kedua
pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada
dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana
yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah
bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan
dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi
(1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi,
diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan
pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b)
pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian
kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan
kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f)
organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko
mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu:
(a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total
menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu
orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme
untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan
yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam
fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
14
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen,
sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian di atas,
pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas
dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan
(actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu
mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan
manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi
atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut
merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan
antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang
tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan
rumusan tentang pengawasan sebagai: … the process by which
manager determine wether actual operation are consistent with
plans.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan
oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan
15
yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan,
bahwa: pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan
yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat
berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan
organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan
untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa
proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:
a. Penetapan standar pelaksanaan;
b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
d. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
e. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan
saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga
menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan
demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses
interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di
sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses
manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena
16
bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya
melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu
dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses
manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan
kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan
pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah
harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis,
pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara
berkelanjutan.
B. Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan
dari school-based management. MBS merupakan paradigma baru
pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah
dengan pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber
daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih
memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan.
Pada sistem MBS sekolah dituntut secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan
mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber daya,
baik kepada masyarakat maupun pemerintah (Mulyasa, 2007).
Lebih lanjut Edmond yang dikutip Nurcholis (2003)
menyatakan bahwa MBS merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada
kemandirian dan kreatifitas sekolah. Manajemen berbasis sekolah
17
(MBS) adalah bentuk alternatif manajemen sekolah sebagai hasil
dari desentralisasi pendidikan. Secara umum, manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan
sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat)
untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional.
Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah
untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi
langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Sejalan dengan jiwa
dan semangat desentralisasi serta otonomi dalam bidang
pendidikan, kewenangan sekolah juga berperan dalam menampung
konsensus umum yang meyakini bahwa sedapat mungkin keputusan
seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki akses paling baik
terhadap informasi setempat, yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kebijakan, dan yang terkena akibat-akibat dari
kebijakan tersebut.
2. Tujuan MBS
Mulyasa (2007) menyatakan bahwa tujuan utama manajemen
berbasis sekolah (MBS) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi
masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu
diperoleh melalui partisipas orang tua, kelenturan pengelolaan
sekolah, peningatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat
menumbuhkembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan
pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyakarat
18
terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu
akan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Nurcholis (2003) menyatakan bahwa bujuan manajemen
berbasis sekolah, sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam megelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia;
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama;
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti
dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta
memberikan beberapa keuntungan berikut:
a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh
langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.
b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti
kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus
sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang
sekolah, dan perubahan perencanaan.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) jika diterakan dengan
baik dan benar akan memberikan beberapa manfaat bagi sekolah,
diantaranya:
a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan
kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugasnya;
19
b. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam
menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong
profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai
manajer maupun pemimpin sekolah;
c. Guru didorong untuk berinovasi;
d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat
dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat sekolah dan peserta didik.
C. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008
Danim (2008) menyatakan bahwa mutu dalam pengertian umum
mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja,
baik berupa barang maupun jasa. Barang dan jasa pendidikan itu
bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,
proses, luaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari
beberapa sisi, yaitu: (1) kondisi baik atau tidaknya masukan sumber
daya manusia, seperti: kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha,
dan siswa; (2) memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material
berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana dan prasarana
sekolah, dan lain-lain; (3) memenuhi atau tidaknya kriteria masukan
yang berupa perangkat lunak, seperti: peraturan, struktur organisasi,
dan deskripsi kerja; serta (4) mutu masukan yang bersifat harapan dan
kebutuhan, seperti: visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.
Mutu poses pembelajaran mengandung makna bahwa
kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan multi jenis
masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi
peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses
pendidikan ini adalah derajat kesehatan, keamanan, kedisiplinan,
keakraban, saling menghormati, kepuasan, dan lain-lain subjek selama
memberikan dan menerima jasa layanan. Menurut Umaedi (1999),
manajemen sekolah dan manajemen kelas berfungsi menyinkronkan
20
berbagai masukan tersebut atau menyinergikan semua komponen
dalam interaksi belajar dan mengajar. Semua komponen bersinergi
mendukung proses pembelajaran.
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
program pembelajaran tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan
dengan nilai yang dicapai peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler
dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh siswa
selama mengikuti program ektrakurikuler. Di luar kerangka itu, mutu
luaran juga dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas,
dorongan untuk maju, dan lain-lain yang diperoleh anak didik selama
menjalani pendidikan. Mutu sebuah sekolah juga dapat dilihat dari tertib
adminsitrasinya. Salah satu bentk tertib administrasi adalah adanya
mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara vertikal maupun
horizontal.
Pemikiran tentang model peningkatan mutu pada awalnya
berasal dari duna industri. Setelah Jepang mengalami kekalahan pada
Perang Dunia II dapat bangkit kembali secara dratis dipicu oleh gagasan
W. Edward Deming tentang pembangunan sistem kualitas atau mutu
sekitar tahun 1950. Keberhasilan itu menarik negara-negara industri
untuk menyelidiki strategi Jepang dalam mebangun mutu. Dari sinilah
lahir manajemen mutu terpadu (TQM=Total Quality Management).
Jepang menggunakan istilah sendiri dalam manajemen mutu, yaitu
Kaizen yaitu penyempurnaan berkisambungan yang melibatkan semua
orang baik manajemen puncak, manajer maupun karyawan. Pokok dari
Kaizen adalah manajemen harus menyadari untuk memuaskan
pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan bila ingin tetap hidup
dan memperoleh laba. Dengan demikian, produk suatu negara harus
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan pemerintah dan jika
standar mutu telah terpenuhi barulah produk dari suatu industri dapat
dipasarkan.
21
Standar mutu nasional yang berlaku di Indonesia adalah SNI
(Standar Nasional Indonesia) dan SII (Standar Industri Indonesia),
sedangkan standar mutu internasional yang banyak diterapkan di
Indonesia adalah ISO 9000 (International Standardization for
Organization 9000) dan BS 5750 (British Standard 5750). Standar mutu
internasional merupakan bagian dari peningkatan mutu TQM. TQM
adalah suatu manajemen kualitas terpadu yang didefinisikan sebagai
suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continous
performance improvement) pada setiap level operasi atau proses dalam
setiap area fungsional dari organisasi dengan menggunakan semua
sumber daya manusia dan modal yang tersedia. TQM pada prinsipnya
adalah standar mutu yang fokusnya memberikan kepuasan pada
pelanggan (Gaspersz, 2002).
Penerapan ISO dalam bidang pendidikan meliputi: (1) komitmen
pimpinan puncak lembaga atas mutu, (2) sistem mutu, (3) penentuan
hak-hak dan kewajiban pelanggan pendidikan, (4) dokumen
pengendalian, (5) pembelian, (6) kebijakan pembelian sarana dan
prasarana, (7) pelayanan prima terhadap stakeholder, (8) arsip induk
peserta didik, (9) sistem penilaian hasil belajar, (10) pengembangan staf
edukastif dan administratif. Transformasi menuju sekolah unggul yang
bermutu diawali dengan mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu
oleh dewan sekolah, administrator, staf, siswa, guru dan komunitas.
Prosesnya diawali dengan mengembangkan visi dan misi sekolah oleh
seluruh warga sekolah sebagai pandangan cita-cita ke depan yang akan
dicapai. Visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan konstumer,
mendorong keterlibatan total komunitas dalam program,
mengembangkan sistem pengukuran nilai tambah pendidikan,
menunjang sistem yang diperlukan staf dan siswa untuk mengelola
perubahan serta perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya
kerras membuat produk pendidikan menjadi lebih baik. Sekolah yang
bermutu harus memenuhi pilar mutu sebagaimana tabel 1 berikut.
22
Tabel 1. Pilar-pilar Mutu
Pilar Mutu Kekuatan Kelemahan
Fokus pada Kostumer
Secara bekala mengadakan pertemuan dengan staf, siswa, orang tua dan wakil-wakil komunitas untuk mewumuskan keinginannya.
Tidak menanggapi keluhan atau kepedulian staf, siswa, orang tua atau komunitas.
Keterlibatan Total
Para staf bersama-sama bertanggung jawab untuk memecahkan masalah saat mengembangkan sekolah unggul bermutu terpadu.
Secara umum, staf menunggu manajemen atau orang lain memecahkan masalah.
Pengukuran Mengumpulkan data untuk mengukur perbaikan dan untuk mengembangkan solusi.
Tidak mencatat kemajuan, dan hanya berjalan menuju masalah berikutnya.
Komitmen Manajemen memiliki komitmen untuk memberikan pelatihan, sistem dan proses yang dibutuhkannya untuk mengubah cara kerja guna memperbaiki mutu dan meningkatkan produktivitas.
Dukungan untuk mutu terisolasi dan tidak diakui oleh staf, siswa dan komunita.
Perbaikan Berkelanjutan
Secara konstan mencari cara untuk memperbaiki setiap proses pendidikan.
Mengisi dengan hal-hal sebagaimana adanya dan sekalipun ada masalah tidak menganggapnya sebagai masalah.
Elemen-elemen yang harus ada dalam ISO 9001: 2008 meliputi:
sistem manajemen mutu (quality management system), tanggung jawab
manajemen (management responsibility), manajemen sumber daya
manusia (resource management), realisasi produk (product realization),
serta pengukuran, analisis dan perbaikan (measurement, analysis, and
improvement). Penjelasan elemen-elemen yang ada dalam ISO 9001:
2008 sebagai berikut:
23
1. Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
mensyaratkan adanya: (1) syarat umum, yaitu: menetapkan,
menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutunya, serta
terus menerus memperbaiki kefektifan sistem manajemen mutu
sesuai dengan standar internasional, (2) persyaratan dokumentasi
mensyaratkan bahwa setiap aktivitas harus terdokumentasikan
secara tertulis agar dapat dikomunikasikan dan dimengerti semua
pihak, (3) dokumen dalam sistem manajemen mutu, meliputi:
kebijakan mutu dan sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur operasi
standar, dokumen yang digunakan dalam manajemen untuk
perencanaan operasi, dan pengedalian proses efektif, yaitu instruksi
kerja dan formulir, serta rekaman.
2. Tanggung Jawab Manajemen (Management Responsibility),
meliputi: (1) komitmen manajemen menjadi taggung jawab kepala
sekolah dalam menjalankan dan menerapkan manajemen mutu
dibuktikan dengan sosialisasi ke organisasi masalah regulasi,
menetapkan kebijakan mutu, sasaran mutu, melakukan tinjauan
manejemen dan memastikan adanya sumber daya, (2) fokus pada
kepuasan pelanggan, (3) merumuskan kebijakan mutu, (4)
perencanaan, (5) tanggung jawab, wewenang dan komunikasi, (6)
evaluasi manajemen, dan (7) memperhatikan input dari hasil
evaluasi.
3. Pengelolaan Sumber Daya (Resource Management), yaitu dengan
meningkatkan kualitas sumber daya baik guru, karyawan dan staf
dengan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan penambahan
pengalaman. Juga melengkapi sarana dan prasarana, yaitu: gedung,
ruang kerja, dan kelengkapan terkait, serta menciptakan lingkup
kerja yang mendukung untuk mencapai kesesuaian dengan
persyaratan produk atau jasa.
4. Realisasi Produk (Product Realization) dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) lingkup perencanaan meliputi sasaran mutu,
persyaratan produk, proses, dokumen, dan sumber daya yang
24
diperlukan, verifikasi, validasi, pemantauan dan pengukuran
sehingga produk itu bisa diterima dan rekaman sebagai bukti bahwa
produk telah memenuhi persyaratan, (2) ketepatan sesuai
permintaan pelanggan, (3) perancangan dan pengembangan, (4)
pembelian, (5) produksi dan penyediaan jasa, serta (6) pengendalian
sarana pemantauan dan pengukuran.
5. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan (Measurement, Analysis, and
Improvement), meliputi: (1) rencana organisasi, (2) pengukuran dan
pemantauan (audit internal) sesuai dengan standar ISO dan tindak
lanjut, (3) produk yang tidak sesuai maka diadakan koreksi atau
melepaskan, (4) analisa data kepuasan pelanggan, kesesuaian
dengan syarat produk, karakteristik kecederungan proses dan
produk, termasuk juga peluang untuk pencegahan dan pemasok.
D. Sekolah Unggul
Secara ontologis, sekolah unggul dalam perspektif Departemen
Pendidikan Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk
mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk
mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input), proses
pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tersebut. Sekolah unggul merupakan
lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki
sekolah yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditunjang oleh
akhlakul karimah. Sekolah unggul dikembangkan untuk mencapai
keistimewaan dalam luaran pendidikannya. Untuk mencapai
keistimewaan tersebut, maka masukan, proses pendidikan, guru dan
tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana
penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan
tersebut.
25
Sekolah unggulan yang lahir belakangan, tentu berdasar pada
inovasi kekinian dan sengaja dipersiapkan terhadap kebutuhan
modernitas yang berkembang sangat pesat. Sebagai salah satu
alternatif pendidikan kontemporer, sekolah unggulan berusaha
menampilkan visi orientasi pendidikannya pada dataran realitas.
Berbagai kemungkinan masa depan yang bakal terjadi, pendidikan
unggulan mencoba menawarkan “nilai jual”, daripada “jual nilai” yang
kehilangan realitasnya. Sekolah unggulan tentu saja mengadopsi dari
beberapa sistem pendidikan. Sampai sekarang, sekolah unggulan
masih tergolong langka dan tidak semua orang dapat menyentuh model
sekolah itu. Sekolah unggulan mencoba tampil beda dari yang lain.
Sistem pendidikannya dikelola secara profesional dan dilengkapi
dengan fasilitas yang memadahi, dari gedung sekolah sampai tempat
pemondokan disediakan dengan sarana mewah serta alat-alat
penunjang belajar tercukupi yang disediakan untuk anak didik.
Seperti yang banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan bahwa
model sekolah unggulan merupakan terobosan baru untuk
menjembatani antara dua sisi yakni kualitas ilmu-ilmu umum dan
kualitas ilmu-ilmu agama. Di tengah era global yang sedang berjalan ini,
dua nilai keilmuan tersebut harus dipadukan menjadi entitas yang utuh.
Keilmuan umum (modern) tanpa dilandasi oleh nilai agama akan
menyeret manusia kepada jurang kehancuran atau paling tidak bisa
diklaim sebagai manusia sekuler. Sebaliknya nilai agama tanpa
ditopang dengan nilai keilmuan umum akan tergilas oleh orang yang
memiliki iptek yang canggih. Model semacam inilah yang seharusnya
diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang ada.
Menurut Fasli Jalal, Dirjen Peningkatan Mutu pendidik dan
Tenaga Kependidikan, bahwa yang dinamakan sekolah unggul adalah
(1) Sekolah yang mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh
anak dengan berbagai perbedaan bakat, minat kebutuhan belajar, (2)
Sekolah mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang
dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang memberikan
26
kebanggaan, dan (3) Sekolah yang mampu membangun karakter
kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa. Namun,
sekolah unggulan ini perlu dicermati kembali, karena ada yang kurang.
Kata unggul menyiratkan superioritas atas sekolah lain, sekaligus
menunjukkan kesombongan intelektual yang sengaja ditanamkan
lingkungan sekolah atas sekolah lain yang kurang bermutu. Di negara
maju seperti di Amerika Serikat pun, untuk menunjukkan sekolah yang
bermutu, tidak digunakan istilah unggulan (excellent)
melainkan effective, develop, accelerate, dan essential.
Dari sisi ukuran muatan unggulan, sekolah unggulan di Indonesia
banyak yang tidak memenuhi persyaratan dan salah kaprah. Karena
sekolah unggulan hanya diukur dari kemampuan akademis anak didik
semata. Dalam konsep yang benar, sekolah unggulan dapat dimaknai
sebagai sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kualitas
kepandaian dan kreativitas anak didik sekaligus menggunakan sumber
daya yang dimiliki untuk mendorong prestasi anak didik secara optimal.
Dengan demikian, bukan hanya prestasi akademis yang ditonjolkan,
melainkan sekaligus potensi psikis, etik, moral, religi, emosi, spirit,
kreativitas, dan intelegensianya. Departemen Pendidikan Nasional telah
menetapkan sejumlah kriteria yang harus dimiliki sekolah unggul,
meliputi :
1. Masukan (input) yaitu siswa diseleksi secara ketat dengan
menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksud adalah : (1) prestasi
belajar superior dengan indicator angka rapor, Nilai Ujian Nasional,
dan hasil tes prestasi akademik, (2) skor psikotes yang meliputi
intelegensi dan kreativitas, (3) tes fisik, jika diperlukan.
2. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan
belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam
kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
27
3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi
keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik
maupun sosial-psikologis.
4. Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik
dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun
komitmen dalam melaksanakan tugas. Untuk itu perlu diadakan
insentif tambahan guru berupa uang maupun fasilitas lainnya seperti
perumahan.
5. Kurikulum dipercaya dengan pengembangan dan improvisasi secara
maksimal sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki
kecepatan belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
seusianya.
6. Kurun waktu belajar lebih lama dibandingkan sekolah lain. Karena
itu perlu ada asrama untuk memaksimalkan pembinaan dan
menampung para siswa dari berbagai lokasi. Di kompleks asrama
perlu adanya sarana yang bisa menyalurkan minat dan bakat siswa
seperti perpustakaan, alat-alat olah raga, kesenian dan lain-lain yang
diperlukan.
7. Proses belajar mengajar harus berkulitas dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan (accountable) baik kepada siswa, lembaga
maupun masyarakat.
8. Sekolah unggul tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta
didik di sekolah tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial
kepada lingkungan sekitarnya.
9. Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar
kurikulum nasional melalui pengembangan kurikulum, program
pengayaan dan perluasan, pengajaran remedial, pelayanan
bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas
dan disiplin.
Ada beberapa faktor yang harus dicapai bila sekolah tersebut
bisa dikategorikan sekolah unggul:
28
1. Kepemimpinan kepala sekolah yang profesional
Kepala Sekolah seharusnya memiliki kemampuan pemahaman dan
pemahaman yang menonjol. Dari beberapa penelitian, tidak didapati
sekolah yang maju namun dengan kepala sekolah yang bermutu
rendah.
2. Guru-guru yang tangguh dan profesional
Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan
langsung dengan siswa. Guru yang profesional mampu mewujudkan
harapan-harapan orang tua dan kepala sekolah dalam kegiatan
sehari-hari di dalam kelas.
3. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas
Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh
kegiatan sekolah. Tidak hanya itu, visi dan misi dapat dicerna dan
dilaksanakan secara bersama oleh setiap elemen sekolah.
4. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan
berbagai fasilitas mewah, lingkungan tersebut bisa berada di tengah
sawah, yang jelas lingkungan yang kondusif adalah yang lingkungan
yang dapat memberikan dimensi pemahaman secara menyeluruh
bagi siswa
5. Jaringan organisasi yang baik
Organisasi yang baik dan solid baik itu organisasi guru, orang tua
akan menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk
belajar dan terus berkembang. Dialog antar organisasi tersebut
dilaksanakan dan dikembangkan dengan baik, misalnya forum orang
tua murid dengan forum guru dalam menjelaskan harapan dari guru
dan kenyataan yang dialami guru di kelas.
6. Kurikulum yang jelas
Permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang sentralistik
dimana pemerintah membuat kurikulum dan dilaksanakan secara
nasional. Muatan lokal dalam kurikulum hanya memuat 20%
sehingga potensi daerah dan kemampuan mengajar guru dan
29
belajar siswa menjadi terbatas dan kurang optimal. Selain itu pola
evaluasi yang juga sentralistik menjadikan daerah semakin
tenggelam dalam kekayaan potensi dan budayanya. Diharapkan
akan muncul sekolah unggul dari tiap daerah karena memiliki corak
dan pencapaian sesuai dengan potensinya.
7. Evaluasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah
tercapai
Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentifikasi
dan dapat terukur target pencapaian pembelajaran sehingga
evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan kemampuan
siswa.
8. Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah
Di sekolah unggulan dimanapun, selalu melibatkan orang tua dalam
kegiatannya. Kontribusi yang paling minimal sekali adalah
memberikan pengawasan secara sukarela kepada siswa pada saat
istirahat. Pada proses yang intensif, orang tua dilibatkan dalam
proses penyusunan kurikulum sekolah sehingga orang tua memiliki
tanggung jawab yang sama di rumah dalam mendidik anak sesuai
pada tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian diharapkan
akan terjalin sinkronisasi antara pola pendidikan di sekolah dengan
pola pendidikan di rumah
Model sekolah unggul akan terwujud bila sekolah tidak eksklusif
bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian dari masyarakat
sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (a sense of
community). Dalam masyarakat setiap individu berhubungan dengan
individu lain, dan masing-masing memiliki potensi dan kualitas yang
dapat disumbangkan pada sekolah.
30
E. Kerangka Berfikir
Dari landasan teori sebagaimana uraian di atas dapat dibangun
kerangka berfikir bahwa manajemen berbasis sekolah dengan standar
mutu ISO 9001: 2008 dapat mewujudkan sekolah unggul. Makalah ini
akan mendeskripsikan implementasi manajemen berbasis sekolah
dengan standar mutu ISO 9001: 2008 dalam mewujudkan SMK Negeri
2 Bawang Kabupaten Banjarnegara sebagai sekolah unggul yang dalam
terminologi visi dan misi sekolah dituangkan dalam slogan TOP yang
merupakan akronim dari terampil, optimis, dan profesional. Kerangka
berfikir ditunjukkan oleh gambar 1 berikut.
Seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan staf tata usaha mempunyai peran dan andil sesuai
dengan tupoksinya masing-masing untuk merealisasikannya dengan
pembiasaan dan pembudayaan layanan prima dan budaya unggul
dalam segenap aspek. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 membutuhkan
dukungan semua warga sekolah dalam tiap unit kerja untuk memberikan
pelayanan prima untuk mewujudkan sekolah unggul.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Fungsi Manajemen Berbasis
Sekolah:
1. Visi, Misi, dan Tujuan
2. Perencanaan (Planning)
3. Pengorganisasian (Organizing)
4. Penggerakan (Actuating)
5. Pengawasan (Controlling)
6. Kepemimpinan (Leading)
7. Sistem Informasi Manajemen
8. Evaluasi Program
Implementasi Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan Berstandar
Internasional dengan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) ISO
9001: 2008
SMK Negeri 2 Bawang sebagai
Sekolah Unggul yang TOP
(Terampil, Optimis, dan
Profesional) yang Menghasilkan
Lulusan Paripurna dengan yang
Cerdas Intelektual (IQ), Emosional
(EQ), dan Spiritual (SQ)
31
BAB III PEMBAHASAN
A. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1. Perumusan Visi, Misi, dan Tujuan
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang
realistik dan ingin diwujudkan dala kurun waktu tertentu. Visi dapat
dikatakan sebagai peryataan yang diucapkan atau ditulis hari ini
tetapi menggambarkan proses perencanaan masa yang akan
datang. Ada empat macam fungsi visi bagi suatu organisasi
termasuk sekolah, yaitu:
a. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti
tujuan dan tugas pokok;
b. Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen/
citizen, pihak lain yang terkait);
c. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti
pertumbuhan dan perkembangan;
d. Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan perlu
ditafsirkan dengan baik, tidak mengandung multi makna
sehingga dapat menjadi acuan yang mempersatukan semua
pihak dalam sebuah organisasi.
Perumusan visi mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi.
b. Visi harus disebarkan di kalangan anggota organisasi
(stakeholder)
c. Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan
tindakan organisasi yang penting.
Rumusan visi yang baik seharusnya memberikan isyarat-isyarat
sebagai berikut:
a. Visi berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama.
32
b. Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai
dengan norma dan harapan masyarakat.
c. Visi organisasi harus mencerminkan standar keunggulan dan
cita-cita yang ingin dicapai.
d. Visi harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya
inspirasi, semangat dan komitmen bagi stakeholder.
e. Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan
pengembangan ke arah yang lebih baik.
f. Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan organisasi.
g. Dalam merumuskan visi harus disertai indikator pencapaian visi.
Misi merupakan pernyataan mengenai hal-hal yang harus
dilakukan yang berupa tindakan dalam rganisasi. Pernyataan misi
mencerminkan tentang penjelasan produk atau pelaanan yang
dilakukan. Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas
mengenai bidang kegiatan utama organisasi dan secara ekspisit
mengandung apa yang harus dilakukan. Misi merupakan tindakan
atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan penjabaran
visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan
tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata
lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang
dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Ada beberapa kriteria dalam pembuatan misi, yaitu:
a. Penjelasan tentang produk atau pelayanan yang ditawarkan yang
sangat diperlukan oleh masyarakat;
b. Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani;
c. Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya
saing yang meyakinkan masyarakat;
d. Penjelasan aspirasi bisinis yang diinginkan pada masa
mendatang juga bermanfaat dan keuntungannya bagi
masyarakat dengan produk dan pelayanan yang tersedia.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
misi, antara lain:
33
a. Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas mengenai apa
yang hendak dilakukan oleh sekolah.
b. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan
“tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan”
sebagaimana pada rumusan visi.
c. Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi.
Antara indikator visi dengan rumusan misi harus ada hubungan
atau terdapat benang merahnya secara jelas.
d. Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan
diberikan pada masyarakat (siswa)
e. Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki
daya saing yang tinggi, namun disesuaikan dengan kondisi
organisasi.
Tujuan pada dasarnya merupakan penjabaran dari
pernyataan misi sehingga tujuan menggambarkan sesuatu yang
akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
kebijaksanaan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan
misi. Tujuan harus dapat menyediakan dasar yang kuat untuk
menetapkan indikator. Tujuan dapat dijadikan indikator untuk menilai
kinerja sebuah organisasi. Beberapa kriteria tujuan antara lain:
a. Tujuan harus serasi dan mengklarifikasikan misi, visi dan nilai-
nilai organisasi.
b. Pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi
memenuhi misi, program dan sub program organisasi.
c. Tujuan cenderung untuk esensial tidak berubah, kecuali terjadi
pergeseran lingkungan, atau dalam hal isu strategik hasil yang
diinginkan.
d. Tujuan biasanya secara relatif berjangka panjang
e. Tujuan menggambarkan hasil program
f. Tujuan menggambarkan arahan yang jelas dari organisasi.
g. Tujuan harus menantang, namun realistik dan dapat dicapai.
34
Tujuan menggambarkan arahan yang jelas bagi organisasi.
Perumusan tujuan akan strategi/perlakuan, arah kebijakan dan
program suatu organisasi. Oleh karena itu perumusan tujuan harus
memberikan ukuran lebih spesifik dan akuntabel. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan, antara lain:
a. Tujuan organisasi harus memberikan ukuran yang spesifik dan
akuntabel (dapat diukur)
b. Tujuan organisasi merupakan penjabaran dari misi, oleh karena
itu tujuan harus selaras dengan visi dan misi.
c. Tujuan organisasi menyatakan kegiatan khusus apa yang akan
diselesaikan dan kapan diselesaikannya?
Perumusan visi, misi dan tujuan SMK Negeri 2 Bawang
dilaksanakan melalui mekanisme rapat dinas yang dihadiri oleh
pimpinan sekolah, kepala-kepala unit kerja, ketua-ketua kompetensi
keahlian, seluruh dewan guru, tenaga kependidikan, staff tata usaha,
komite sekolah, pengawas SMK, dan Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olah raga Kabuapaten Banjarnegara. Pada rapat dinas tersebut
kepala sekolah menyampaikan visi, misi, dan tujuan sekolah dan
setelah disetujui selanjunya disahkan dengan Surat keputusan
Kepala Sekolah.
Pada awal Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui pemikiran
bahwa diperlukan visi, misi dan tujuan yang lebih visioner seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keniscayaan
perubahan jaman dan tuntutan dunia usaha/industri sebagai mitra
SMK Negeri 2 Bawang maka visi, misi dan tujuan diperbaharui.
Melalui Surat Keputusan Kepala SMK Negeri 2 Bawang Nomor:
800/404/2014 tanggal 12 Juli 2014 tentang Visi, Misi dan Tujuan
SMK Negeri 2 Bawang dengan menimbang: (1) bahwa sekolah
mempunyai tanggung jawab untuk berperan aktif dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional; (2) bahwa SMK Negeri 2 Bawang berupaya
mewujudkan tujuan kurikulum 2013, yaitu: untuk mempersiapkan
35
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia; serta (3) bahwa agar
layanan pendidikan dan program kerja sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional dan implementasi kurikulum 2013 maka perlu
ditetapkan Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 2 Bawang.
2. Visi SMK Negeri 2 Bawang
Terwujudnya lulusan SMK Negeri 2 Bawang yang berilmu, beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terampil, optimis,
profesional (TOP) serta tangguh dalam menghadapi tantangan
jaman.
Slogan penyemangat yang diturunkan dari visi sekolah adalah SMK
Negeri 2 Bawang TOP.
3. Misi SMK Negeri 2 Bawang
Untuk merealisasikan visi sekolah, SMK Negeri 2 Bawang
menetapkan misi sekolah sebagai berikut:
a. Membekali lulusan dengan ilmu yang bermanfaat bagi diri sendiri
dan ataupun bagi orang lain;
b. Membekali lulusan dengan sikap optimal agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
c. Membekali lulusan dengan sikap sosial agar menjadi manusia
yang berakhlak mulia, sehat, mandiri, santun, dan demokratis
serta bertanggung jawab;
d. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan latihan kejuruan
tingkat menengah yang tersusun dan terprogram sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan;
e. Mewujudkan pendidikan pelatihan kejuruan yang efektif, kreatif
dan inovatif;
f. Menciptakan iklim belajar yang kondusif dan budaya kerja yang
profesional.
36
4. Tujuan SMK Negeri 2 Bawang
a. Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja dan dunia usaha
serta mengembangkan sikap profesional;
b. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu
berkompetisi dan mampu mengembangkan diri;
c. Menyiapkan tenaga kerja terampil tingkat menengah untuk
memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini
maupun yang akan datang,
d. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang takwa,
kreatif dan produktif serta mampu berwirausaha.
B. Perencanaan Program
Perencanaan adalah setiap serangkaian kegiatan formal dan
rasional yang bertujuan untuk mengantisipasi kondisi, arah, dan
tantangan di beberapa titik di masa depan untuk mencapai tujuan
meningkatkan kesiapan personil dan organisasi agar bekerja dengan
lebih efektif sehingga mendapatkan tujuan yang relevan dengan cara
yang optimal.
1. Tujuan Jangka Pendek SMK Negeri 2 Bawang
SMK Negeri 2 Bawang pada Tahun Pelajaran 2014/2015
mempunyai tujuan jangka pendek sebagai berikut :
a. Tersusunnya semua peraturan akedemik secara lengkap;
b. Semua peserta didik kelas XII lulus dari satuan pendidikan
dengan nilai rata-rata minimal 7,50;
c. Menaikan nilai UN untuk seluruh mata pelajaran minimal 7,00;
d. Menjuarai Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Kabupaten
Banjarnegara sebanyak 5 cabang dan menjuarai tingkat Provinsi
Jawa tengah sebanyak 2 cabang;
e. Peringkat 3 Tingkat Kabupaten Banjarnegara pada POPDA
Tingkat Kabupaten Banjarnegara;
f. Menjuarai lomba-lomba pada bidang seni tingkat Kabupaten
Banjarnegara sebanyak 3 cabang;
37
g. Menjuarai lomba O2SN tingkat Kabupaten Banjarnegara
sebanyak 3 cabang dan menjuarai tingkat Provinsi Jawa Tengah
sebanyak 1 cabang;
h. Menjuarai lomba FLSN tingkat Kabupaten Banjarnegara
sebanyak 3 cabang dan menjuarai tingkat Provinsi Jawa Tengah
sebanyak 1 cabang;
i. Tersusunnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK negeri
2 Bawang yang memuat Pendidikan karakter dan Budaya
Bangsa Tahun 2013;
j. Memetakan SK/KD untuk semua mata pelajaran;
k. Tersusunnya silabus dan RPP yang memuat Pendidikan karakter
dan Budaya Bangsa Tahun 2013 untuk semua mata pelajaran;
l. Terlaksananya pengembangan kompetensi guru melalui
kegiatan MGMP, Workshop, IHT dan Diklat Kompetensi guru
mata pelajaran untuk seluruh guru;
m. Perluasan dan rehab ruang laboratorium dan bengkel praktik
untuk kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor dan Teknik
Elektronika Industri;
n. Berkembangnya Unit Produksi dan Jasa sesuai dengan
kompetensi keahlian Teknik Audio Video, Teknik Elektronika
Industri, Teknik Sepeda Motor, Teknik Komputer dan Jaringan,
Unit Pertokoan, serta Teaching Industri Perakitan Komputer;
o. Terjalinnya hubungan kerja sama dengan dunia usaha/industri
tingkat Nasional minimal 1 perusahaan untuk tiap kompetensi
keahlian;
p. Terlaksananya sistem informasi sekolah secara online dalam
kegiatan pembelajaran, pengembangan kesiswaan, dan
penelusuran lulusan.
38
2. Program Tahunan SMK Negeri 2 Bawang
39
40
41
42
43
44
(Sumber: Program Tahunan SMK Negeri 2 Bawang, 2014)
45
C. Pengorganisasian (Organizing)
1. Konsep Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara orang-orang,
hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh
kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Fatah
(2008) menyatakan bahwa proses pengorganisasian yaitu
bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para
anggota, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif.
Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang
dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Karakteristik sistem kerja sama dapat dilihat, antara lain:
komunikasi antara orang yang bekerja sama, individu dalam
organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama,
dan kerja sama itu ditujukan untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-
tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber
daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.
Proses pengorganisasian yang dilakukan SMK Negeri 2
mengacu pada Ernest Dale (dalam Fatah, 2008) yang memandang
sebagai sebuah proses jamak dan digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Proses Pengorganisasian
4. Koordinasi
Pekerjaan
3. Penyatuan
Pekerjaan
2. Pembagian
Kerja
1. Pemerincian
Pekerjaan
5. Monitoring
dan
Reorganisasi
46
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam merinci
pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap kedua, membagi
seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat
dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok dengan
memperhatikan bahwa orang-orang yang akan diserahi tugas
didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi serta tidak dibebani
terlalu berat atau terlalu ringan. Tahap ketiga, menggabungkan
pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional dan efisien.
Penyatuan kerja ini disebut sebagai proses departementalisasi yang
berupa unit-unit kerja. Tahap keempat menetapkan mekanisme kerja
untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang
harmonis. Tahap kelima adalah melakukan monitoring dan
mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan
dan meningkatkan efektivitas. Pengorganisasian merupakan proses
yang berkelanjutan sehingga diperlukan penilaian ulang terhadap
keempat langkah sebelumnya secara terprogram untuk menjamin
konsistensi, efektivitas, dan efisiensi dalam memenuhi kebutuhan
dan tercapainya tujuan.
2. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Bawang
Pengorganisasian diyakini merupakan bagian penting dalam
manajemen pendidikan untuk mencapai tujuan sekolah.
Pengorganisasi yang efektif meliputi proses pembagian kerja,
departemenisasi, serta pendelegasian kekuasaan dan wewenang.
Pembagian pekerjaan merupakan penjabaran tugas pekerjaan
sehingga setiap orang dalam organisasi bertanggung jawab dan
melaksanakan seperangkat aktivitas tertentu dan bukan keseluruhan
tugas. Lebih lanjut dilaksanakan departemenisasi yang merupakan
upaya mengelompokkan aktivitas pekerjaan sebagai aktivitas-
aktivitas dan hubungan yang serupa dan logis dapat
diselenggarakan secara serempak. Organisasi akan efektif jika
47
dilaksanakan pembagian wewenang yang berarti pelimpahan
wewenang formal dan tanggung jawab kepada seseorang atas
pelaksanaan aktivitas tertentu. Tujuan pendelegasian adalah agar
organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien.
Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Bawang ditunjukkan oleh
Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Bawang
48
3. Deskripsi Tanggung Jawab, Tugas dan Wewenang
a. Kepala Sekolah (Kasek)
1) Tanggung Jawab
a) Bertanggung jawab kepada Pemerintah Kabupaten dan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
Banjarnegara;
b) Bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan di
sekolah, sesuai dengan visi dan misi sekolah
2) Wewenang
a) Perencanaan Program Kerja Sekolah, RIPS, dan RKPS;
b) Pengorganisasian seluruh program kegiatan di sekolah;
c) Memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan;
d) Menentukan kebijakan untuk perbaikan selanjutnya
3) Tugas
Pengelolaan teknik edukatif mata pelajaran berdasarkan Visi
dan Misi sekolah, yaitu :
a) Mengelola unsur pokok-pokok manajemen sekolah: Man
(guru, karyawan, murid); Money (dana dari orang tua
murid dan pemerintah) dan Material (fasilitas berupa:
gedung, perabot sekolah, alat-alat pelajaran teori dan
praktek);
b) Mengadakan kerja sama dengan pihak luar, seperti orang
tua, pengguna produk (tamatan), jajaran pemerintah, dan
lain-lain
b. Kepala Tata Usaha (KTU)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek atas terselenggaranya
seluruh ketatausahaan.
2) Wewenang
Melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
administrasi dan tata usaha.
49
3) Tugas
a) Menjabarkan kebijakan Kasek;
b) Mengkoordinasi administrasi sekolah;
c) Melaksanakan administrasi umum / korespondensi ke
dalam dan ke luar;
d) Membuat daftar gaji;
e) Mengelola ketatausahaan sekolah;
f) Mengelola administrasi kepegawaian dan pensiunan;
g) Mengelola Buku Induk Pegawai.
c. Wakasek Bidang Kurikulum dan Ketenagaan (Wakasek 1)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek atas terlaksananya KBM,
membina, memberdayakan, dan mengembangkan tenaga
pendidik dan kependidikan.
2) Wewenang
Menyelenggarakan seluruh kegiatan yang berhubungan
dengan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan KBM
dan pembinaan dan pengembangan karir serta tenaga
pendidik dan kependidikan.
3) Tugas
a) Menjabarkan kurikulum menjadi program operasional
mapel di sekolah melalui analisis kurikulum, sinkronisasi,
dan menetapkan kurikulum validasi;
b) Menetapkan program pembelajaran, jadwal kegiatan,
pembagian tugas mengajar, jadwal pelajaran dan bahan
ajar;
c) Mengorganisasi / mengkoordinasi KBM baik teori maupun
praktek yang terdiri dari: Persiapan KBM, Pelaksanaan
KBM, Evaluasi hasil Belajar, Analisis Hasil Evaluasi
Belajar, Perbaikan dan Pengayaan;
d) Mengelola administrasi pendidikan / pengajaran dan Buku
Induk Siswa;
50
e) Merencanakan dan menyusun program pengembangan
kurikulum;
f) Menyusun program pemberdayaan dan pengembangan
ketenagaan;
g) Mengarahkan urusan ketenagaan agar berfungsi
sebagaimana mestinya;
h) Secara rutin menyampaikan hasil kerja kepada Kasek;
i) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
pemberdayaan dan pengembangan ketenagaan;
j) Menetapkan kompetensi personil (guru) sesuai dengan
tugasnya masing-masing;
k) Pendampingan seluruh guru sekolah;
l) Mengusulkan kebutuhan guru;
m) Mengusulkan pengembangan kemampuan guru.
d. Wakasek Bidang Kesiswaan (Wakasek 2)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek dalam penyelenggaraan
PSB dan kegiatan Bidang Kesiswaan.
2) Wewenang
a) Menyelenggarakan PSB;
b) Penanganan Ketertiban Siswa;
c) Menyelenggarakan BK;
d) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler.
3) Tugas
a) Menyusun program kegiatan dan mengkoordinasikan
pelaksanaannya;
b) Mengkoordinasikan pelaksanaan pendampingan siswa;
c) Memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan
kesiswaan;
d) Merencanakan dan melaksanakan pendaftaran dan
penerimaan siswa baru;
e) Menegakkan disiplin tata tertib siswa;
51
f) Mengkoordinasikan program BK;
g) Pembinaan/Pengembangan kepribadian siswa;
h) Pembinaan OSIS dan Ekstra Kurikuler;
i) Mengelola administrasi kegiatan siswa;
j) Memperhatikan, memelihara, menjaga suasana sekolah
(keamanan, kebersihan, kerapihan, kesehatan,
kekeluargaan dan kenyamanan);
k) Merencanakan, membuat dan merevisi Buku Pedoman
Siswa.
e. Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana (Wakasek 3)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek dalam menyusun program
kerja pemanfaatan, pemeliharaan dan perawatan sarana
prasarana serta mengkoordinir pelaksanaan pengadaan
sarana prasarana, pemeliharaan, perbaikan dan pengawasan
serta evaluasi penggunaan sarana prasarana di SMK Negeri
2 Bawang.
2) Wewenang
a) Menghimbau ketua Program Keahlian dan atau
penanggung jawab ruangan agar melengkapi daftar
inventaris dan sarana prasarana yang menjadi tanggung
jawabnya;
b) Menghapus barang yang sudah tidak layak dipakai;
c) Menolak barang yang dipesan apabila tidak sesuai
dengan spesifikasi pemesanan dan mengganti barang lain
sesuai dengan kebutuhan sekolah;
d) Memutuskan perbaikan terhadap barang yang rusak;
e) Meminta laporan keadaan sarana prasarana dari Ketua
Kompetensi Keahlian, atau penanggung jawab ruang
secara periodik dan insidentil.
52
3) Tugas
a) Menyusun program kerja pemanfaatan, pemeliharaan dan
perawatan sarana prasarana;
b) Mengkoordinasikan penyusunan kebutuhan sarana
prasarana;
c) Mengkoordinasikan inventarisasi sarana prasarana;
d) Mengkoordinasikan pengadaan bahan praktek serta
perlengkapan sekolah;
e) Mengkoordinasikan pemeliharaan, perbaikan,
pengembangan dan penghapusan sarana;
f) Mengkoordinir pengawasan penggunaan sarana
prasarana;
g) Mengkoordinir evaluasi penggunaan sarana prasarana.
f. Wakasek Bidang Humas dan DU/DI (Wakasek 4)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek atas terwujudnya kerja
sama DU/DI dan pelaksanaan fungsi hubungan masyarakat
atau instansi terkait.
2) Wewenang
Menyusun program dan melakukan promosi, komunikasi dan
kerja sama di DU/DI dan instansi terkait.
3) Tugas
a) Menyusun program kerja sama dengan DU/DI dan instansi
terkait;
b) Menjalin kerja sama dengan DU/DI dan instansi terkait;
c) Mempromosikan potensi sekolah;
d) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program yang
berkaitan dengan hubungan masyarakat;
e) Mengkoordinir Bursa Kerja Khusus (BKK);
f) Mengkoordinir pengembangan Unit Produksi;
53
g) Melaksanakan hubungan masyarakat, khususnya instansi
pendidikan, sekolah, dan DU/DI yang relevan.
g. Wakil Manajemen Mutu (WMM)
1) Tanggung Jawab
a) Memastikan bahwa proses yang diperlukan untuk
pelaksanaan SMM ditetapkan, diterapkan dan dipelihara;
b) Melaporkan kepada Kasek tentang kinerja Sistem
Manajemen Mutu di sekolah dan kebutuhan apapun untuk
perbaikannya;
c) Membangkitkan kesadaran di sekolah tentang pentingnya
stakeholder;
d) Menjadi penghubung dengan pihak luar dalam masalah
yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu.
2) Wewenang
Mengatur, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya
harapan stakeholder, mengendalikan dan mengembangkan
sistem dari seluruh proses yang terjadi sesuai dengan
ketentuan dalam Dokumen Mutu serta kewenangan untuk
menjalin hubungan dengan pihak luar khususnya mengenai
Sistem Manajemen Mutu.
3) Tugas
a) Menyusun program kerja dilengkapi time shedulle;
b) Memonitor dan mengingatkan warga sekolah untuk
bekerja secara maksimum atas tugas dan tanggug
jawabnya;
c) Memeriksa kecukupan dokumen Pedoman Mutu pada
Sistem Manajemen Mutu;
d) Mengesahkan dokumen Standar Operating Procedure
(SOP) pada Sistem Manajemen Mutu;
e) Menyimpan dokumen keseluruhan secara utuh.
54
h. Ketua Kompetensi Keahlian (Kakom)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek atas terlaksananya KBM
Mapel Produktif dan pengelolaan bengkel.
2) Wewenang
Merencanakan dan melaksanakan seluruh kegiatan KBM
Mapel Produktif di Kompetensi keahlian masing-masing.
3) Tugas
Menyusun Program Kegiatan dan mengkoordinasikan
pelaksanaannya, yang meliputi :
a) Bersama Wakasek 1 menyusun jadwal kegiatan KBM
Mapel Produktif;
b) Membuat tata tertib bengkel;
c) Menentukan kebutuhan bahan dan alat KBM Mapel
Produktif;
d) Melaksanakan pengembangan bengkel
i. Koordinator Guru Umum (KGU)
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek atas terlaksananya KBM
dan administrasi pembelajaran kelompok mata pelajaran
normatif dan adaptif baik praktek maupun teori.
2) Wewenang
Merencanakan dan melaksanakan seluruh kegiatan KBM dan
administrasi pembelajaran kelompok mata pelajaran normatif
dan adaptif baik teori maupun praktek
3) Tugas
Menyusun program pembelajaran dan mengkoordinasikan
pelaksanaannya, yang meliputi:
a) Bersama Wakasek 1 dan Kaprog menyusun jadwal
kegiatan KBM kelompok mata pelajaran normatif dan
adaptif;
55
b) Mengkoordinasikan penyusunan perangkat administrasi
mengajar guru kelompok mata pelajaran normatif dan
adaptif;
c) Membuat jadwal dan tata tertib guru piket;
d) Mengawasi jalannya KBM kelompok mata pelajaran
normatif dan adaptif;
e) Melaksanakan pengembangan mata pelajaran kelompok
normatif dan adaptif.
j. Wali Kelas
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek atas terlaksananya
pendampingan, pembimbingan dan monitoring kelas.
2) Wewenang
Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pendampingan, pembimbingan dan monitoring kelas.
3) Tugas
a) Mewakili Kasek dan orang tua dalam pembinaan siswa;
b) Membina kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan siswa;
c) Membantu pengembangan peningkatan kepribadian,
kecerdasan dan keterampilan siswa;
d) Evaluasi nilai rapor dan kenaikan kelas;
e) Membantu Wakasek dalam pembinaan ketertiban dan
kedisiplinan siswa di kelas;
f) Membuat catatan tentang:
(1) Situasi keluarga dan ekonomi;
(2) Ketidakhadiran, pelanggaran, dan perilaku siswa;
(3) Prestasi akademik dan bakat setiap siswa.
56
k. Guru
1) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada Kasek berkenaan dengan
kegiatan KBM menurut mata pelajaran dan tingkat yang
diajarkan.
2) Wewenang
Melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
tugas mengajar.
3) Tugas
a) Program KBM:
(1) Persiapan meliputi analisis kurikulum, silabus, dan
membuat SP/RPP;
(2) Pelaksanaan KBM;
(3) Evaluasi;
(4) Analisis hasil evaluasi belajar;
(5) Perbaikan / pengayaan berdasarkan hasil analisis.
b) Pembinaan terhadap siswa;
c) Pengelolaan kelas dalam KBM.
D. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) dalam bahasa Indonesia artinya adalah
menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan tujuan organisasi. George R. Terry (1986) mengemukakan
bahwa, penggerakan (actuating) merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota organisasi sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi dan
sasaran anggota-anggota organisasi tersebut oleh karena para anggota
itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Jadi actuating
adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara
bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang
masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Penggerakan
57
(actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental dalam
manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan
itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas
sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai
rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
SMK Negeri 2 Bawang dalam menjalankan fungsinya sebagai
sekolah menengah kejuruan yang berupaya mewujudkan lulusan yang
siap memasuki dunia kerja maupun berwirausaha menyadari bahwa
dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Fungsi perencanaan
dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek
abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating ini lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-
orang dalam organisasi. Dengan demikian, penggerakan (actuating)
tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian
agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Jadi penggerakan
merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat
orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan
yang telah dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggerakan
(actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk
mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan,
(2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
(3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan
bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam
organisasi tersebut harmonis.
Dalam implementasi manajemen pendidikan berbasis sekolah
pada SMK Negeri 2 Bawang fungsi penggerakan (actuating)
58
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah sesuai dengan tugas pokok,
fungsi dan wewenangnya masing-masing dalam upaya mencapai tujuan
sekolah. Kegiatan penggerakan (actuating) selalu berkaitan dengan
motivasi, komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen konflik.
Motivasi merupakan suatu kekuatan (power), tenaga (forces),
daya (energy), atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan
dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari
maupun tidak disadari. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam
mempertimbangkan motivasi adalah: fisiologikal, psikologikal, dan
lingkungan (environmental) sebagai faktor-faktor yang penting. Istilah
motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai tenaga
penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan
rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku (Adi, 1994). Motivasi tidak
dapat diamati secar langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
laku seseorang. Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pernyataan ini
mengandung tiga pengertian, yaitu: (a) motivasi mengawali terjadinya
perubahan energi pada diri tiap individu, (b) motivasi ditandai oleh
adanya rasa atau feeling afeksi seseorang, dan (c) motivasi dirangsang
karena adanya tujuan.
Usman (2004) mengartikan komunikasi sebagai proses
penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung
maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis, maupun isyarat. Orang yang
komunikatif adalah orang yang mampu menyampaikan informasi atau
pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, tertulis,
lisan, maupun isyarat sehingga orang lain dapat menerimanya sesuai
dengan pemberi pesan atau informasi. Komunikasi merupakan usaha
yang dilakukan oleh pimpinan lembaga untuk menyebarluaskan
informasi yang terjadi di dalam maupun di luar lembaga yang ada
kaitannya dengan kelancaran tugas mencapai tujuan bersama.
Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan
59
pengorganisasian karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi
satu arah dari atasan, melainkan juga datang dari bawah ke atas atau
antar rekan kerja. Cara-cara yang digunakan sebagai media komunikasi
dalam suatu lembaga dapat bersifat lisan maupun tulisan.
SMK Negeri 2 Bawang menerapkan pedoman komunikasi yang
baik berdasarkan AMA (American Management Assocation), yaitu:
1. Mencari kejelasan gagasan terlebih dahulu sebelum
dikomunikasikan;
2. Meneliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi;
3. Mempertimbangkan keadaan phisik dan manusia keseluruhan
kapan sja komunikasi akan dilakukan;
4. Mengkonsultasikan dengan pihak lain, bila perlu dalam perencanaan
komunikasi;
5. Mengambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala
sesuatu yang membantu atau umpan balik;
6. Mengikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan;
7. Memperhatikan konsistensi komunikasi;
8. Melakukan tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi;
9. Menjadi pendengar yang baik karena berkomunikasi tidak hanya
untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.
Berkaitan dengan kepemimpinan dalam penggerakan (actuating)
SMK Negeri 2 Bawang memandang bahwa kepemimpinan merupakan
suatu proses pengaahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan
sekolah dari warga sekolah baik guru, tenaga kependidikan, karyawan
tata usaha, dan siswa yang saling berhubungan tugasnya. Secara teori
ada banyak tipe kepemimpinan, yaitu: karismatik, paternalistis,
militerisme, otokratis, Laissez Faire, populistis, administratif, dan
demokratis. Kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan
menggunakan tipe kepemimpinan secara eklektif dengan melihat situasi
dan kondisi yang tepat. Hal ini berarti bahwa tipe kepemimpinan yang
dipilih tidak berlaku kaku tetapi adaptable dan luwes sehingga warga
sekolah merasa terayomi dan nyaman dalam bekerja mengoptimalkan
60
potensi yang ada secara mksimal untuk mencapai tujuan sekolah
dengan baik.
Sifat kepribadian pemimpin SMK Negeri 2 Bawang secara ideal
hauslah memiliki: pendidikan yang luas, kematangan mental, sifat ingin
tahu yang tiggi, integratif, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan
analisis yang tajam, memiliki keterampilan komunikasi yang baik,
terampil dalam mendidik, rasional dan obyektif dalam menilai sesuatu,
pragmatisme operasional, naluri penetapan prioritas, pandai mengatur
waktu, mempunyai sifat keberanian, mau mendengar, dan
kesederhanaan. SMK Negeri 2 Bawang dalam upaya menjadi sekolah
yang TOP (terampil, optimis, dan kreatif) sebagaimana visi dan misi
sekolah memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang
transformasional yang berarti dapat mengakomodasi semua
kepentingan dan visioner yang berarti memiliki pandangan jauh ke
depan untuk menjadi sekolah unggul yang dapat mewujudkan lulusan
berkualitas.
Penggerakan (actuating) dalam menjalankan program-program
sekolah untuk mencapai tujuan tidak mungkin terlepas dari konflik
sehingga diperlukan manajemen konflik. Konflik organisasi merupakan
ketidaksesuaian antara dua atau kelompok organisasi yang timbul
dikarenakan adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber
daya yang terbatas atau kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan
bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau
persepsi. Jenis konflik yang biasa terjadi adalah konflik dalam diri
individu, konflik antar individu, konflik antara individu dengan kelompok,
konflik kelompok dalam sekolah, maupun konflik antar organisasi.
Dalam memanajemen konflik yang terjadi diperlukan partisipasi dan
kesadaran dari seluruh warga sekolah termasuk yang berkonflik untuk
mengatasi konflik agar menjadi produktif bukan konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan dan kontra produktif. Metode penyelesaian
konflik yang biasanya diterapkan adalah dengan membangun
konsensus untuk kepentingan sekolah di atas kepentingan individu
61
maupun kelompok, konfrontasi untuk mencari jalan keluar terbaik, dan
penggunaan tujuan yang lebih tinggi dalam hal ini adalah tujuan sekolah
merupakan prioritas utama dengan memberikan layanan prima bagi
siswa dan warga sekolah sehingga tumbuh lingkungan yang kondusif.
E. Kepemimpinan Kepala Sekolah Transformasional dan Visioner dalam Mewujudkan SMK Negeri 2 Bawang sebagai Sekolah Unggul yang TOP
Sekolah unggul hanya mungkin dapat dicapai oleh sekolah yang
menerapkan manajemen dan kepemimpinan pendidikan dengan baik
dan didukung oleh seluruh warga sekolah, masyarakat, dunia
usaha/dunia industri, dan juga pemerintah. Intinya, sekolah harus
mampu menyinergikan seluruh potensi yang ada agar dapat
memberikan layanan pendidikan prima sehingga kegiatan pembelajaran
bermakna dan dihasilkan lulusan yang berkualitas.
Wahyu Sumidjo (1999) mengemukakan bahwa deskripsi tugas
dan tanggung kepala sekolah dapat dilihat dari dua fungsi, yaitu kepala
sekolah sebagai administrator dan sebagai supervisor. Kepala sekolah
sebagai administrator di sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab
atas seluruh proses manajerial yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh
bidang garapan yang menjadi tanggung jawab sekolah. Bidang garapan
manajemen tersebut dapat meliputi bidang personalia, siswa, tata
usaha, kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah
dan masyarakat serta unit penunjang lainnya. Sedangkan, kepala
sekolah sebagai supervisor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
pelayanan terhadap peningkatan kemampuan profesionalisme guru
dalam rangka mencapai proses pembelajaran yang berkualitas. Kepala
sekolah perlu memiliki berbagai kemampuan yang diperlukan untuk
dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Kemampuan
manajerial meliputi technical skill (kemampuan teknik), human skill
(kemampuan hubungan kemanusiaan), dan conceptual skill
(kemampuan konseptual). Kemampuan teknik adalah kemampuan yang
62
berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat, prosedur, metode dan
teknik dalam suatu aktivitas manajemen secara benar (working with
things). Sedangkan, kemampuan hubungan kemanusiaan merupakan
kemampuan untuk menciptakan dan membina hubungan baik,
memahami dan mendorong orang lain sehingga mereka bekerja secara
suka rela, tidak ada paksaan dan lebih produktif (working with people).
Kemampuan konseptual adalah kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta
kegiatan organisasi. Dengan kata lain, kemampuan konseptual ini
terkait dengan kemampuan untuk membuat konsep (working with ideas)
tentang berbagai hal dalam lembaga yang dipimpinnya.
Kepemimpinan pendidikan yang diperlukan SMK Negeri 2
Bawang saat ini adalah kepemimpinan yang didasarkan pada jati diri
bangsa yang hakiki dan bersumber dari nilai-nilai budaya dan agama,
serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Ada 3 (tiga) perubahan mendasar dalam manajemen
pendidikan dewasa ini yang berimplikasi pada perilaku kepemimpinan,
yaitu:
1. Perubahan paradigma pendidikan dari yang bersifat sentralistis ke
arah desentralisasi;
2. Adanya pelimpahan wewenang yang luas kepada sekolah atas
dasar pertimbangan profesional dan pertanggungjawaban publik;
3. Adanya kerja sama antara pejabat pemerintahan dengan pemimpin
pendidikan dalam membangun pendidikan yang bermutu.
Kepemimpinan sekolah yang visoner dan transformatif dalam
manajemen berbasis sekolah (MBS) menjadi penting dan relevan untuk
diterapkan dalam mencapai visi dan misi SMK Negeri 2 Bawang sebagai
sekolah yang unggul. Kepala sekolah yang visioner akan membawa
sekolah untuk terus maju dari waktu ke waktu (continous improvement).
Tidak ada kata berhenti untuk sebuah proses dan tidak ada kata final
untuk sebuah perubahan karena yang ada hanyalah proses menuju ke
arah kesejatian ideal. Hal ini bermakna bahwa kondisi ideal adalah
63
sebuah cita-cita yang dituju untuk dicapai dari waktu ke waktu yang terus
bertumbuh kembang untuk selalu maju (Danim, 2008). Visi pada intinya
adalah pandangan jauh ke depan. Dengan demikian kepala sekolah
yang visioner adalah kepala sekolah yang memiliki pandangan ke
depan, yang berarti memiliki pandangan jauh ke depan, mendalam dan
luas yang merupakan daya pikir abstrak dan memiliki kekuatan amat
dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan
tempat. Visi tidak hanya berkaitan dengan apa yang diinginkan oleh
manusia organisasi tetapi juga merujuk pada nuansa-nuansa yang akan
mewarnai gaya kepemimpinan dan manajemen.
Visi merupakan komponen sentral dari semua great leadership.
Visi merupakan atribut kunci kepemimpinan termasuk kepemimpinan
akademik di sekolah. Visi ditetapkan oleh pimpinan sekolah yang dalam
proses penetapannya dilakukan secara bersama oleh komite sekolah,
dewan guru dan karyawan. Penetapan visi sekolah sangat esensial
karena sekolah bukan hanya institusi akademik semata melainkan
sebagai bagian integral dari entitas masyarakat. Visi merupakan atribut
kunci kepemimpinan dan pembuatan keputusan strategik, efektif,
efisien, dan dengan akuntabilitas tertentu. Dengan visi, warga sekolah
dimotivasi, dipandu arah kerjanya, dan dartikulasikan hal-hal yang
mereka inginkan. Dengan demikian visi sekolah pada dasarnya adalah
pernyataan paling fundamental (fundamental statement) mengenai nilai,
aspirasi, dan tujuan institusi sekolah. SMK Negeri 2 Bawang mempunyai
visi mewujudkan lulusan yang berilmu, beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, terampil, optimis, profesional (TOP) serta
tangguh dalam menghadapi tantangan jaman. Dengan visi ini seluruh
warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, staf tata usaha, leboran,
teknisi dan lainnya memiliki panduan dalam mewujudkan sekolah
unggul.
Kepemimpinan kepala sekolah yang visioner akan mampu
mengimplementasikan program-program kerja dalam bentuk kegiatan
nyata sehingga potensi akan terealisasi menjadi manifestasi nyata, yaitu
64
memberikan pelayan prima bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan
terbaik. Visi yang hebat dari kepala sekolah akan secara maksimal
terealisasi jika dapat ditransformasikan dalam diri setiap warga sekolah.
Hal ini berarti bahwa kepala sekolah disamping visioner juga harus
transformasional dalam menjalankan kepemimpinan dan manajemen
pendidikan untuk mewujudkan sekolah unggul yang menghasilkan
lulusan berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah yang visioner dan
transformatif dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:
2008 pada SMK Negeri 2 Bawang senantiasa berupaya merealisasikan
visi dan tujuan sekolah menjadi kegiatan nyata untuk memberikan
pelayan prima bagi siswa dalam koridor sekolah unggul sehingga dapat
dihasilkan lulusan yang berkualitas dan siap terjun dalam masyarakat
sebagai tenaga teknisi menengah, melanjutkan studi maupun
berwirausaha.
Kepala sekolah yang visoner dengan visi yang hebat tidak akan
memiliki makna apa-apa ketika tidak mampu mentransformasikan visi
pada seluruh warga sekolah menjadi tindakan dan kerja nyata. Visi
sekolah yang merupakan panduan untuk melaksanakan kerja nyata
yang berkualitas menuju perbaikan dari waktu ke waktu memerlukan
kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional pad
hakikatnya menekankan seorang pemimpunan perlu memotivasi para
bawahanya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang
mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu
mendefinisikan, mengomunikasikan, dan mengartikulasikan visi
organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas
pemimpinnya. Pemimpin transformasional mengartkulasikan visi masa
depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara
yang intelektual, dan merauh perhatian pada perbedaan-perbedaan
yang dimiliki bawahannya. Dengan demikian, pemimpin
transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai
peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai
tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai
65
menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari
pada apa yang mereka butuhkan. Pemimpin transformasional
mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun
individu.
Kepala SMK Negeri 2 Bawang menerapkan gaya kepemimpinan
visioner yang transformatif dalam upaya mewujudkan visi dan misi
sekolah. Kepala sekolah menyadari betul bahwa diperlukan
peningkatan kemampuan terus menerus dari segenap warga sekolah
dalam mengelola dan mengembangkan sekolah yang berkualitas
unggul. Penerapan manajemen modern yang berorientasi pada
mutu/kualitas meruapakan salah satu pilihan dalam upaya mewujudkan
sekolah unggul dan lulusan berkualitas secara terus menerus karena
sistem manajemen mutu pada hakikatnya perbaikan terus meneru untuk
memperkuat dan mengembangkan mutu sekolah. Tantangan global
dengan diberlakukannya pasar bebas menuntut sekolah untuk
memberikan layanan pendidikan bermutu yang dapat menghasilkan
lulusan berkualitas yang memiliki kompetensi unggul dengan
kecerdasan intelektual tinggi yang diimbangi dengan kecerdasan
emosional dan spritual. Lulusan SMK yang paripurna seperti ini diyakini
akan dapat menjawab tantangan jaman dan dapat menyejahterakan diri,
keluarga dan lingkungannya sehingga pada tataran luas terwujud
masyarakat serta bangsa dan negara yang sejahtera.
F. Pengawasan (Controlling) Pelaksanaan Program
Pengawasan (controlling) diperlukan untuk melihat sejauh mana
hasil tercapai antara perencanaan dengan pelaksanaan. Menurut
Murdick (dalam Fatah, 2008) pengawasan merupakan proses dasar
yang secara esensial diperlukan dalam melihat ketercapaian hasil
antara perencanaan dengan pelaksanaan. Proses dasar pengawasan
terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2)
pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan
66
(3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan
standar dan rencana.
SMK Negeri 2 Bawang dalam menjalankan fungsi organisasinya
menerapkan pengawasan untuk memastikan keterlaksanaan program
yang direncanakan dalam upaya mencapai tujuan sekolah. Langkah-
langkah dasar proses pengawasan yang dilaksanakan ditunjukkan oleh
gambar 4 berikut.
Gambar 4. Langkah-langkah Dasar Proses Pengawasan
Beberapa kondisi yang harus diperhatikan oleh manajemen SMK
Negeri 2 Bawang agar fungsi pengawasan (controlling) dapat berfungsi
efektif, yaitu:
1. Pengawasan dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yang
dipergunakan dalam sistem pendidikan, yaitu: relevansi, efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas. Tujuan-tujuan pendidikan dala berbagai
tingkatan harus sesuai dan berkaitan, dimulai dari Tujuan Pendidikan
nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, sampai dengan
Tujuan-tujuan Mata Pelajaran;
2. Standar keberhasilan pelaksanaan program ditentukan dengan
memperhatikan dua tujuan pokok, yaitu: untuk memotivasi dan untuk
dijadikan patokan guna membandingkan capaian prestasi. Hal ini
Menetapkan
Standar untuk
Mengukur
Prestasi
Tidak Berbuat Apa-
apa
(Memastikan
Bahwa Program
terlaksana secara
Konsisten)
Ambil Tindakan
Korektif
Apakah Prestasi
Memenuhi
Standar
Mengukur
Prestasi Kerja
Tidak
Ya
67
berarti jika pengawasan efektif maka akan dapat memotivasi seluruh
anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi;
3. Pengawasan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan sekolah.
Dalam hal ini yang mendapat perhatian adalah pola dan tata
organisasi, seperti: susunan, peraturan, kewenangan, dan tugas-
tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job description);
4. Sistem pengawasan dikendalikan (steering control) tanpa
mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel,
artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan dan di mana
tindakan korektif harus diambil karena mempunyai implikasi
emosional dan motivasional yang berhubungan dengan konsekuensi
fungsional dan disfungsional;
5. Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan (continous
improvement) untuk peningkatan kualitas secara
berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa pengawasan tidak hanya
mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan
alternatif perbaikan dan menentukan tindakan perbaikan;
6. Pengawasan yang dilakukan mengacu pada prosedur pemecahan
masalah (problem solving), yaitu: menemukan masalah,
menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan,
melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, dan mencegah
timbulnya masalah yang serupa.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang
berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.
Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan
bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Partisipasi penuh warga sekolah dan setia unit kerja mutlak diperlukan
untuk menjamin bahwa perencanaan program dilaksanakan dengan
baik dan benar semata-mata untuk mencapai tujuan sekolah.
68
G. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan keseluruhan jaringan
informasi yang ditujukan kepada pembuatan keterangan-keterangan
bagi pimpinan, ketua-ketua unit kerja, dan para pengguna lainnya yang
berfungsi untuk pengambilan keputusan atau kebutuhan lain dalam
cakupan organisasi sekolah ataupun perorangan. Informasi merupakan
data yang telah diolah dan dianalisis melalui suatu cara sehingga
memiliki makna (worth). Sedangkan data adalah fakta atau fenomena
yang belum dianalisis, seperti: jumlah, angka, nama, lambang yang
menggambarkan suatu obyek, ide, kondisi ataupun situasi.
SMK Negeri 2 Bawang menetapkan persyaratan agar informasi
yang dibutuhkan dapat berfungsi dan bermanfaat bagi pengambilan
keputusan, yaitu: uniformity, lengkap, jelas dan tepat waktu. Untuk
menjamin ketepatan informasi maka dalam mengelola sistem informasi
manajemen memperhatikan hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan;
2. Menentukan sumber data dan informasi yang dibutuhkan;
3. Menentukan siapa yang membutuhkan informasi dan kapan
informasi itu dibutuhkan;
4. Mengkomunikasikan informasi secara tepat dan dapat dipercaya
oleh para pengguna.
SMK Negeri 2 Bawang memiliki domain web
www.smkn2bawang.sch.id dan alamat surat elektronik (email)
[email protected] serta SMS gateway sebagai media
informasi sekolah yang pengelolaannya dimanajemen secara baik dan
tertib untuk mendukung layanan pembelajaran, pengembangan diri, dan
optimalisasi potensi siswa serta warga sekolah lainnya. Konsep sistem
informai manajemen yang diterapkan memiiki beberapa karakteristik,
yaitu:
1. Tim Manajemen Informasi Sekolah (MIS) sebagai satu unit kerja
yang bertugas secara khusus mengelola sistem informasi
manajemen;
69
2. Sistem informasi manajemen merupakan jalinan lalu lintas data dan
informasi dari setiap bagian dan unit-unit kerja di dalam organisasi
sekolah yang terpusat di bagian Tim MIS;
3. Sistem informasi manajemen merupakan jalinan jalinan hubungan
antar bagian dan unit kerja dalam organisasi sekolah melalui satu
bagian SIM;
4. Sistem informasi manajemen merupakan segenap proses yang
mencakup beberapa bagian, yaitu:
a. Pengumpulan data;
b. Pengolahan data;
c. Penyimpanan data;
d. Pngambilan data; dan
e. Penyebaran informasi dengan cepat dan tepat.
5. Sistem informasi manajemen bertujuan agar para pelaksana dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan benar serta pimpinan dapat
membuat keputusan dengan cepat dan tepat.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi maka sistem
informasi manajemen yang diterapkan SMK Negeri 2 Bawang juga
berbasis pada teknologi infoormsi dan komunikasi (TIK). Pemanfaatan
sistem informasi manajemen diimplementasikan dalam pengelolaan
administrasi akademik, kepegawaian, administrasi pelaporan, sarana
dan prasarana, konten pembelajaran, data kesiswaan, pengembangan
diri siswa, dan masih banyak lagi bidang-bidang lain yang membutuhkan
layanan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Kebutuhan aplikasi
database yang dapat mengelola data dan informasi sekolah,
manajemen sekolah dan komite-komite pengajaran dan pembelajaran,
juga mengangkat kebutuhan untuk menjadikan laporan-laporan dari
sekolah secara cepat dan valid kepada instansi terkait seperti laporan
ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun ke Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Mengingat peran sistem informasi manajemen yang begitu
penting sangat diperlukan oleh suatu lembaga/satuan pendidikan.
70
Upaya dan usaha menerapkan IT dalam menunjang kelancaran
kinerjanya, dengan kondisi semacam itu seluruh tenaga kependidikan
dan pendidik terus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki sistem-
sistem yang sudah ada.
Dalam rangka memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sebuah
komitmen terhadap kualitas pendidikan. Terkait dengan visi tersebut
telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk
dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.
Pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma
pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, agar efektif dan efisien.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang
harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007. Implementasi sistem informasi BIOSMK di
sekolah merupakan upaya yang sudah seharusnya dilakukan. Sesuai
dengan standar isi pendidikan yaitu sistem informasi manajemen
pendidikan (SIM) BIOSMK untuk mendukung proses manajemen
pendidikan. Pimpinan sebuah lembaga pendidikan (kepala sekolah)
pada dasarnya adalah pengolah informasi. Seorang pimpinan harus
memiliki kapabilitas untuk memperoleh, menyimpan, mengolah,
mengambil kembali, serta menyajikan informasi sebagai bahan dalam
proses pengambilan keputusan bidang pendidikan yang dapat
dipertanggung jawabankan secara moral.
71
H. Evaluasi Program
Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu
perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut TR. Morisson (dalam Fatah, 2008) ada tiga faktor penting
dalam konsep evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement), deskripsi
obyek penilaian, dan kriteria yang dipertanggungjawabkan (defensible
criteria). Tujuan evaluasi dalam implementasi manajemen pendidikan,
antara lain:
1. Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode
kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang
perlu mendapat perhatian khusus;
2. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa
organisasi kepada penggunaan sumber daya pendidikan, baik
manusia/tenaga, sarana prasarana, dan biaya secara efektif dan
efisiensi ekonomis;
3. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, dan
penyimpangan dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan
dan kemajuan belajar.
Kerangka dasar evaluasi program dilaksanakan dengan prosedur
sebagaimana ditunjukkan gambar 5. Pada umumnya unsur program
dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu: pendekatan struktural
dan fungsional. Unsur-unsur program dengan pendekatan struktural,
meliputi: tujuan program, seleksi dasar kegiatan belajar, rasional dan
pendekatan terhadap evaluasi, serta karakteristik siswa (kemampuan).
Sedangkan pendekatan fungsional dipertimbangkan dalam menilai
keseluruhan program sekolah. Berbeda dengan pendekatan struktural
yang mementingkan komponen utama tetapi pendekatan fungsional
menekankan pada fungsi-fungsi utama sutau program, misalnya:
evaluasi dan seleksi, diagnosis dan remedial, penjadwalan, kompetensi
fisik, fungsi kepustakaan, penempatan kerja, latihan jabatan dan testing.
72
Gambar 5. Kerangka Dasar Evaluasi Program
Susunan Kerangka Acuan (Term of Reference) bagi Evaluasi:
1. Tujuan Evaluasi
2. Peranan Evaluasi, yakni untuk apa hasil evaluasi digunakan
3. Kendala
4. Penunjang
Tentukan Unsur-unsur Program:
1. Struktural
2. Fungsional
Kembangkan atau Pilih Teknik Pengumpulan Data bagi masing-masing Unsur
Program:
1. DipersiapkanT
2. Operasional
Buat Jadwal untuk Pengumpulan Data
Kumpulkan dan Susun Data yang Dibutuhkan
Beberapa Kriteria Evaluasi yang Relevan:
1. Koherensi
2. Penyebaran Sumber
3. Tanggapan Pemakai
4. Tanggapan Pelaksana
5. Cost – Effectiveness
6. Kemampuan Generatif
7. Dampak
8. Pengarahan Kebijakan
9. Cost – Benefit Analysis
10. Efek Pelipat Ganda
Kumpulkan dan Susun Data yang Dibutuhkan
Kumpulkan dan Susun Data yang Dibutuhkan
73
I. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMK Negeri 2 Bawang Menuju Sekolah Unggul yang TOP
SMK Negeri 2 Bawang berupaya mewujudkan diri sebagai
sekolah unggul dan berkualitas yang bukan hanya sebagai tempat
kegiatan pembelajaran tetapi juga laboratorium bagi kehidupan nyata
siswa di tengah deras perubahan globalisasi dan tantangan jaman yang
sangat dinamis. SMK Negeri 2 Bawang mengupayakan bahwa sekolah
merupakan cermin yang memberikan gambaran nyata tentang
kompetitifnya persaingan dalam dunia kerja yang nyata sehingga
sekolah bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam kehidupan tetapi juga sikap mental yang
mewujud dalam karakter yang kuat dan tangguh. Hal ini tertuang dalam
motto sekolah yang bukan hanya dalam kalimat dan slogan
penyemangat tetapi menjadi rel dalam mewujudkan lulusan yang
berkualitas, yaitu SMK Negeri 2 Bawang TOP yang berarti siswa-
siswanya T = terampil, O = Optimis, dan P = profesional.
Sekolah ideal bagi SMK Negeri 2 Bawang adalah sekolah yang
bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan ansich tetapi sekolah
yang secara komprehensif dan integratif memandang bahwa manusia
adalah makhluk yang khas dan unik sehingga harus dimaksimalkan
potensinya secara utuh baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Dengan demikian lulusan yang dihasilkan diharapkan adalah sosok
manusia paripurna yang bukan hanya memiliki kecerdasan intelektual
(IQ) tetapi juga mempunyai kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ), kecerdasan ganda (MQ) juga kecerdasan transedental
(TQ). Acuan mutu untuk menjamin ketercapaian sekolah ideal dengan
demikian menjadi penting dalam pelaksanaan seluruh kegiatan.
Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian mutu pendidikan
pada SMK Negeri 2 Bawang adalah Standar Nasional Pendidikan
(SNP) dan sistem manajemen mutu berstandar internasional ISO 9001:
2008. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh
pemerintah sedangkan standar manajemen ISO 9001: 2008 mengacu
74
pada klausul-klausul manajemen mutu berstandar internasional. SNP
dipenuhi secara sistematis dan bertahap. Delapan standar nasional
pendidikan, meliputi: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar
kompetensi lulusan, (4) standar kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian.
Kedelapan SNP tersebut memiliki keterkaitan yang erat antara satu
dengan lainnya dan sebagian santar menjadi prasyarat bagi
pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen
input sistem pemenuhan SNP adalah standar kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan (PTK), standar pengelolaan, standar sarana dan
prasarana, dan standar pembiayaan. Bagian yang termasuk pada
komponen proses adalah standar isi, standar proses, dan standar
evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output
adalah standar kompetensi lulusan (SKL).
SMK Negeri 2 Bawang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang disusun dan dikembangkan secara mandiri
oleh seluruh dewan guru dan didukung oleh komite sekolah dengan
melibatkan secara aktif dunia usaha/industri (DU/DI) di bawah
bimbingan pengawas Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Banjarnegara. Kurikulum yang dikembangkan ini
berdasarkan prinsip perbaikan layanan pembelajaran, pengayaan
pembelajaran, pendayagunaan kondisi alam serta sosial dan budaya.
Dalam kurikulum diatur pengembangan diri siswa yang dilaksanakan
melalui kegiatan ekstra kurikuler dan konseling. Kegiatan ekstra
kurikuler dilaksanakan secara terprogram bagi semua siswa sesuai
dengan minat dan bakat siswa. Di samping untuk pengembangan diri
siswa, kegiatan ekstra kurikuler juga berorientasi untuk meraih prestasi
baik akademik maupun non akademik. Kegiatan konseling yang
dilakukan diperuntukkan bagi semua peserta didik yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.
75
Sesuai dengan standar proses, kegiatan pembelajaran
dilaksanakan melalui perencanaan yang matang yang ditunjukkan
dengan: (1) kualitas silabus yang disusun dan dikembangkan secara
mandiri oleh tiap guru mata pelajaran, (2) kualitas Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan dikembangkan
secara mandiri oleh setiap guru mata pelajaran, dan (3) sumber belajar
yang lengkap yang ditunjukkan dengan ketersediaan buku teks, buku
panduan, internet, lingkungan dan sumber-sumber belajar lain.
Pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas dipastikan akan
menghasilkan lulusan yang berkualitas pula, sehingga kualitas
pengelolaan kelas saat kegiatan pembelajaran mendapatkan perhatian
disamping pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
perencanaan (RPP) baik mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan juga
penutup. Pemantauan, pengawasan, dan evaluasi mempunyai peran
yang penting dalam menjamin kualitas pelaksanaan pembelajaran.
Kompetensi lulusan yang berupaya diwujudkan oleh SMK Negeri
2 Bawang adalah lulusan berkualitas, yaitu lulusan yang memiliki
pengetahuan serta sikap dan keterampilan dilandasi nilai-nilai
keimanan dan budi pekerti yang luhur dengan karakter kebangsaan
yang kuat. Dengan demikian lulusan yang dihasilkan adalah manusia
yang cerdas, berpengetahuan, berkepribadian, berakhlak mulia,
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, berfikir logis dan analisis,
memiliki rasa seni dan memahami budayanya, sehat jasmani, rohani
dan sportif serta siap hidup mandiri dan tangguh dalam menjawab
tantangan jaman. Manusia paripurna seperti inilah yang berusaha
diwujudkan oleh SMK Negeri 2 Bawang.
Penilaian merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran mempunyai peran yang penting sebagai kendali
mutu lulusan. Guru SMK Negeri 2 Bawang membuat rancangan
penilaian yang menggunakan berbagai teknik penilaian, yaitu: tes untuk
preetasi belajar, pengamatan untuk perilaku, lembar penilaian untuk
proses pencapaian kompetensi dan uji kompetensi produktif untuk
76
penilaian pencapaian kompetensi produktif. Prosedur penilaian
dijalankan dengan benar, melalui langkah: (1) guru melaksanakan
penyusunan instrumen yang memenuhi syarat substansi, konstruksi,
dan bahasa, (2) sekolah melakukan validitas empiric terhadap
instrumen penilaian yang telah disusun, dan (3) sekolah memiliki
instrumen penilaian yang berkualitas. Kegiatan penilaian yang
dilaksanakan, meliputi: (1) penilaian oleh guru dalam kegiatan ulangan
harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, (2)
penialian oleh sekolah dalam rangka menentukan nilai akhir peserta
didik termasuk kenaikan kelas dan kelulusan, serta (3) penilaian oleh
pemerintah melalui ujian nasional. Pemantauan penilaian yang
berkualitas dan tindak lanjutnya dilaksanakan secara sistematis
terhadap kualitas soal yang digunakan dan terhadap pelaksanaan
ujian.
Komponen guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas juga
akan menentukan output yang dihasilkan, untuk itu SMK Negeri 2
Bawang berupaya memenuhi jumlah dan kualitas guru serta tenaga
kependidikan yang kompeten sesuai dengan bidang keilmuannya
sehingga dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
berkualitas.
Sarana dan prasarana idealnya memenuhi rasio 1 kelas untuk 1
rombel sehingga tidak ada moving class untuk pembelajaran umum
(normatif dan adaptif). Potensi siswa akan tergali secara maksimal jika
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadahi yang ditunjukkan
dengan lahan yang luas untuk kegiatan olah raga dan pengembangan
diri, ruang kelas yang kondusif, ruang perpustakaan yang luas dan
nyaman dengan koleksi buku yang memadahi serta tersedianya
sumber belajar berbasis internet, laboratorium/bengkel praktik yang
memiliki alat dan bahan praktik lengkap seperti halnya dunia kerja
nyata, tersedianya tempat ibadah yang representatif, dukungan ruang
UKS dan konseling yang nyaman, adanya taman yang hijau dengan
sirkulasi yang teduh, didukung pula dengan ruang kerja guru, pimpinan
77
dan tata usaha yang nyaman. Lebih lanjut sarana dan prasarana yang
diadakan dan dikembangkan senantiasa berorientasi pada pelayanan
prima untuk kenyamanan kegiatan pembelajaran dan optimalisasi
potensi peserta didik.
SMK Negeri 2 Bawang sudah seharusnya dikelola secara
profesional yang ditunjukkan dengan pelaksanaan manajemen yang
rapi berstandar internasional. Dalam tiap kegiatan yang dilaksanakan
selalu melalui perencanaan program yang matang, pelaksanaan
rencana kerja yang maksimal, dengan supervisi, pengawasan dan
evaluasi yang prima yang didukung dengan sistem informasi
manajemen yang handal. Dalam hal pembiayaan maka dilaksanakan
penyusunan program pembiayaan yang akurat, penetapan besaran
biaya operasi non personalia, ATS dan BAHP yang tepat dan pelaporan
pengelolaan program pembiayaan yang tertib. Dengan model seperti ini
maka pengelolaan dan pembiayaan sekolah dapat berjalan dengan
baik.
Kondisi SMK Negeri 2 Bawang pada saat ini dilihat dari
kedelapan standar nasional pendidikan dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Standar Isi
a. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang diterapkan
SMK Negeri 2 Bawang baru didukung oleh dunia usaha/industri
lokal dari Banjarnegara, Banyumas, Kebumen dan Purbalingga.
Dunia usaha/industri yang berskala nasional belum terlibat
dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang
diterapkan padahal kondisi nyata lulusan SMK Negeri 2 Bawang
banyak yang terserap pada perusahaan-perusahaan besar
berskala nasional.
b. Variasi kegiatan ekstra kurikuler sebagai instrumen penting
dalam pengembangan diri siswa masih belum memenuhi bakat
dan minat keseluruhan siswa. Ada bakat-bakat yang tidak dapat
dikembangkan secara optimal dikarenakan tidak tersedianya
78
sarana dan prasarana. Pelatih-pelatih dalam kegiatan ekstra
kurikuler sebagian besar adalah pembimbing internal yang
berasal dari dalam sekolah sendiri.
c. Kegiatan bimbingan konseling sebagai bagian penting dalam
pengembangan diri siswa mengalami kendala yang sangat
signifikan dikarenakan keterbatasan personil guru BP/BK. SMK
Negeri 2 Bawang dengan jumlah siswa lebih dari seribu
seharusnya memikiki 7 orang guru BP/BK yang kompeten. Pada
kenyataannya hanya terdapat 2 guru BP/BK PNS dan 1 orang
guru BK wiyata bhakti. Keterbatasan jumlah guru BP/BK menjadi
masalah yang berarti dalam melakukan layanan dan bimbingan
konseling termasuk karir secara maksimal.
2. Standar Proses
Masih terdapat sebagian guru yang belum melaksanakan kegiatan
perencanaan pembelajaran dengan benar, terutama dalam
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut sebagian besar guru masih sangat tergantung dengan
sumber belajar buku teks berupa LKS. Hal ini disebabkan tidak
semua guru menguasai dengan baik teknologi komputer dan
informasi serta belum terbiasa untuk mengoptimalkan sumber
belajar selain buku. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
masih terdapat guru yang mengajar tidak berdasarkan RPP
maupun ketidaksesuaian antara RPP dengan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan yang dicita-citakan adalah manusia paripurna
yang bukan hanya memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga
cerdas emosi (EQ), cerdas spiritual (SQ), kecerdasan ganda (MQ)
dan juga cerdas transedental (TQ). Lulusan seperti ini akan dapat
diterima masyarakat dengan baik, artinya lulusan berkualitas dari
SMK Negeri 2 Bawang dapat diterima untuk bekerja di dunia
usaha/industri, dapat pula melanjutkan studi ke perguruan tinggi
79
serta dapat berwirausaha. Dalam kenyataannya daya serap lulusan
masih kurang dari 90 % yang ditunjukkan dengan masih ada lulusan
yang belum bekerja, tidak berwiraswasta dan tidak melanjutkan
studi.
4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Berdasarkan pembagian tugas guru masih terdapat guru yang
mengajar tidak tepat sesuai dengan disiplin ilmu kesarjanaannya.
Guru wiyata bhakti masih cukup banyak (18 guru) dan masih
kekurangan jumlah guru BP/BK secara signifikan, yaitu:
berdasarkan analisa kebutuhan seharusnya guru BP/BK sebanyak
7 guru namun dalam kenyatannya hanya 3 guru (2 PNS dan 1
wiyata bhakti).
5. Standar Sarana dan Prasarana
a. Jumlah rombongan belajar sebanyak 31 sedangkan jumlah
ruang belajar teori baru 23. Hal ini menyebabkan diterapkannya
sistem moving class sehingga tidak ada kelas tetap. Kondisi
seperti ini menyulitkan dalam hal pembelajaran afektif siswa
terutama pada latihan tanggung jawab menjaga kebersihan dan
kondisi kelas yang kondusif.
b. Jumlah alat praktik masih belum memenuhi rasio 1:1 sehingga
belum dapat diterapkan pembelajaran individual dan masih
menerapkan pembelajaran sistem kelompok.
6. Standar Pengelolaan
a. Program peningkatan mutu sekolah dilaksanakan secara
berkelanjutan dengan penerapan sistem manajemen mutu
berstandar internasional ISO 9001:2008. Perlu dibangun
kesadaran warga sekolah baik siswa, guru maupun karyawan
tentang pentingnya peningkatan mutu berkelanjutan. Sebagai
lembaga pendidikan maka setiap tahun pelajaran ada siswa
yang lulus dan ada siswa baru sehingga penanaman budaya
mutu sering mengalami keterputusan.
80
b. Kegiatan insidental yang tidak termasuk dalam rencana kerja
sementara dilihat dari sisi kepentingan perlu dilaksanakan
memerlukan kebijakan agar tidak mengganggu program yang
telah direncanakan.
7. Standar Pembiayaan
a. Dana yang dikelola oleh SMK Negeri 2 Bawang adalah APBN,
APBD dan Komite yang berasal dari masyarakat.
b. SMK Negeri 2 Bawang membudayakan mekanisme
penggunaan dana untuk kegiatan melalui langkah-langkah:
pengajuan dana dengan proposal, pencairan dana melalui
bendahara sekolah, pembiayaan kegiatan, dan pelaporan
pelaksanaan kegiatan.
8. Standar Penilaian
a. Pada penilaian akhir semester mengikuti soal yang disusun oleh
MGMP Kabupaten Banjarnegara. Hal ini membawa keuntungan
dilihat dari kesamaan soal satu kabupaten sehingga dapat
memetakan posisi keunggulan sekolah dibanding dengan
sekolah yang lain, namun hal ini membawa kelemahan yaitu
guru tidak menyusun sendiri secara utuh soal evaluasi akhir
pembelajaran.
b. Nilai Ujian Nasional sebagai tolok ukur keberhasilan
pembelajaran kognitif untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika dan Bahasa Inggris belum diperoleh secara
maksimal oleh siswa. Masih banyak siswa yang memperoleh
nilai ujian nasional dibawah 7,50 (batas minimum predikat baik).
c. Ulangan Kenaikan Kelas pada akhir tahun pelajaran
dilaksanakan dengan 2 pendekatan, yaitu: Uji Kompetensi
Produktif untuk menilai penguasaan kompetensi keahlian
produktif dan ulangan tertulis untuk menilai kompetensi mata
pelajaran normatif dan adaptif.
81
Dengan memperhatikan kondisi ideal dan kenyataan yang ada
sebagaimana dipaparkan di atas, SMK Negeri 2 Bawang berupaya
mewujudkan kondisi ideal yang diidamkan melalui upaya-upaya,
sebagai berikut:
1. Pengembangan Kompetensi Lulusan
Pengembangan kompetensi lulusan dilaksanakan melakui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a. Penyusunan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM);
b. Penyusunan Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan;
c. Bimbingan Belajar (Intensive Learning) Mata pelajaran Ujian
Nasional;
d. Pembinaan Prestasi Siswa melalui Lomba-lomba, dengan
kegiatan pembinaan-pembinaan tim lomba, meliputi: kontingen
POPDASENI, peserta OSN, peserta O2SN dan FLSN, siswa
berprestasi, LCC, dan LKS (Lomba Kompetensi Siswa);
e. Pelaksanaan lomba-lomba dengan upaya meraih prestasi
tertinggi, dimulai dari tingkat Kabupaten Banjarnegara hingga
Provinsi Jawa Tengah. Adapun lomba-lomba yang direncanakan
diikuti, meliputi: POPDA/SENI, OSN, O2SN, Siswa Berprestasi,
LCC dan LKS serta lomba-lomba insidental yang relevan dengan
bakat dan minat siswa SMK Negeri 2 Bwang baik dalam bidang
akademik maupun non akademik.
2. Pengembangan Standar Isi
Pengembangan standar isi dilakukan melalui kegiatan, sebagai
berikut:
a. Review dan Revisi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan;
b. Workshop Pemetaan SK/KD; dan
c. Penyusunan Perangkat pembelajaran.
3. Pengembangan Standar Proses
Pengembangan standar proses dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan, sebagai berikut:
82
a. Kegiatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar melalui
langkah-langkah efektif, yaitu: (1) pengadaan sarana penunjang
(ATK untuk kegiatan pembelajaran), (2) pengadaan alat
pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk alat olah
raga, (3) pembelian buku pegangan guru, dan (4) pembelian
buku teks siswa.
b. Pengadaan alat dan bahan praktik untuk seluruh kompetensi
yang ada, yaitu: Teknik Audio Video, Teknik Elektronika Industri,
Teknik Sepeda Motor serta Teknik Komputer dan Jaringan.
c. Program pengembangan kesiswaan dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan yang mendukung pengembangan siswa, yaitu: (1)
penyusunan program kesiswaan, (2) pelaksanaan pendaftaran
peserta didik baru, (3) pelaksanaan masa orientasi siswa (MOS),
(4) pemilihan MPK dan pengurus OSIS, dan (4) Latihan dasar
kepemimpinan (LDK).
d. Pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan melibatkan
secara aktif peran dunia usaha/industri mitra.
4. Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan berorientasi
pada profesionalisme melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan;
b. Peningkatan kompetensi guru, melalui kegiatan-
kegiatansebagai berikut:
1) MGMP Sekolah dengan orientasi pembelajaran berbasis
siswa menggunakan metode Lesson Study;
2) MGMP Tingkat Kabupaten Banjarnegara;
3) MGMP Tingkat Provinsi Jawa Tengah;
4) Mengikuti Diklat/Bintek/Workshop/Seminar yang relevan
dengan peningkatan kompetensi guru;
5) Desiminasi Kurikulum 2013;
6) Pengiriman Lomba Guru Berprestasi, OSN Guru dan Lomba
Kompetensi Guru (LKG);
83
7) Workshop/IHT Penerapan PAKEM/CTL;
8) Workshop/IHT PTS/PTK;
9) Penilaian Kinerja Guru.
c. Peningkatan kompetensi tenaga administrasi sekolah, melaui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Diklat/Bintek/Workshop Seminar Tenaga Administrasi
Sekolah;
2) Diklat/Bintek/Workshop Seminar Tenaga Laboratorium;
3) Diklat/Bintek/Workshop Seminar Tenaga Perpustkaan.
d. Peningkatan kompetensi kepala sekolah, melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah);
2) Diklat/Bintek/Workshop Seminar Kepala Sekolah;
3) Supervisi/Penilaian Kinerja Kepala Sekolah;
4) Pengiriman Kepala Sekolah Berprestasi.
5. Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pengembangan sarana dan prasarana mendapatkan prioritas
dalam membangun sekolah unggul karena berdasarkan kondisi
nyata SMK Negeri 2 Bawang masih memiliki sarana dan prasarana
yang kurang berkaitan dengan ruang teori untuk belajar,
laboratorium dan bengkel untuk praktik serta lahan untuk lapangan
olah raga dan pengembangan diri siswa. Pengembangan sarana
dan prasarana melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Pengadaan, pemeliharaan dan perawatan inventaris sekolah;
b. Pemeliharaan dan perbaikan gedung sesuai dengan kebutuhan;
c. Pengadaan dan perawatan tanaman (taman sekolah);
d. Pengadaan tulisan-tulisan ajakan/peringatan (poster); dan
e. Pemeliharaan kebersihan/pengelolaan sampah.
6. Pengembangan Standar Pengelolaan
Pengembangan standar pengelolaan melalui kegiatan-kegiatan,
sebagai berikut:
84
a. Kegiatan pengembangan manajemen sekolah, melalui kegiatan:
(1) workshop penyusunan RKJM dan RKT/RKA, (2) penyusunan
RKJM dan RKA, (3) review profil sekolah, dan (4) penerapan
sistem manajemen mutu berstandar internasional dengan ISO
9001:2008.
b. Kegiatan pengelolaan perkantoran, meliputi: (1) penyusunan
program ketatausahaan, (2) pengadaan sarana pendukung
perkantoran, dan pengadaan ATK.
c. Kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi, meliputi: (1)
penyusunan program supervisi, monitoring dan evaluasi, dan (2)
pelaksanaan kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi.
d. Kegiatan hubungan masyarakat, meliputi: (1) pengembangan
sistem informasi manajenem, (2) penyusunan leaflet, (3) rapat
pleno orang tua/wali murid, (4) rapat dengan wali murid kelas XII
menjelang UN, dan (5) rapat rutin pengurus komite sekolah.
e. Pengembangan administrasi sekolah;
f. Rapat dinas/koordinasi; dan
g. Pelaporan kegiatan.
7. Pengembangan Standar pembiayaan
Pengembangan standar pembiayaan melalui kegiatan:
a. Kegiatan rumah tangga sekolah;
b. Langganan daya dan jasa;
c. Langganan surat kabar dan majalah; serta
d. Bantuan dan sumbangan.
8. Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian
a. Rapat persiapan kegiatan penilaian dalam rangka menyusun
prosedur operasi standar, meliputi: ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, uji kompetensi
produktif dan ujian sekolah.
b. Penyusunan kisi-kisi dan soal ulangan, meliputi: ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, uji
kompetensi produktif dan ujian sekolah.
85
c. Pelaksanaan penilaian, meliputi: ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, uji kompetensi
produktif, ujian sekolah dan ujian nasional.
d. Pemeriksaan kegiatan siswa;
e. Tindak lanjut hasil penilaian dimulai dari analisis hasil ulangan,
remedial dan pengayaan.
f. Penentuan kenaikan kelas dan kelulusan.
g. Buku Laporan Hasil Belajar Siswa (Buku Rapor), melalui
kegiatan pengadaan buku laporan hasil belajar siswa kelas X
dan penulisan buku laporan hasil belajar siswa kelas X, XI dan
XII.
Kepala SMK Negeri 2 Bawang dengan gaya kepemimpinan
visioner yang transformatif selalu mengomunikasikan pelaksanaan
program-program sekolah yang berdasarkan terhadap 8 (delapan)
standar nasional pendidikan tersebut sebagai pilar utama. Selanjutnya
melalui pelaksanaan manajemen mutu dengan selalu memperhatikan
perencanaan yang matang, pelaksanaan kegiatan yang taat azas untuk
kemajuan terus menerus dengan kontrol yang terukur dan jelas, serta
evaluasi dan tindak lanjut maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas
sekolah dari waktu ke waktu (continous improvement).
Praksis pelayanan pendidikan di SMK Negeri 2 Bawang
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 dengan
pendekatan kepemimpinan visoner yang transformatif senantiasa
berdasarkan pada pelayanan prima dalam koridor sekolah unggul. Ada
3 (tiga) hal yang menjadi kunci dalam keberhasilan pelaksanaan sistem
manajemen mutu, yaitu:
1. Pemahaman tugas dari masing-masing unit kerja berdasarkan
sistem operasi standar dan instruksi kerja yang telah disepakati
sebagai manual untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
pelayanan prima dalam budaya unggul;
2. Kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja dalam menjalankan
program sekolah untuk mencapai visi, misi serta tujuan sekolah
86
sesuai yang telah ditetapkan dengan muara pada budaya unggul,
lingkungan yang kondusif untuk belajar, kerja sama yang baik
dengan seluruh stakeholder, baik siswa, orang tua siswa,
pemerintah, dan dunia usaha/industri yang semuanya merupakan
upaya mewujudkan lulusan berkualitas;
3. Membina dan mengembangkan motivasi kerja dan keterampilan
kerja seluruh warga sekolah dengan mengembangkan transparansi
yang didukung oleh komunikasi yang intensif dan semangat
kebersamaan.
87
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Visi sekolah merupakan gambaran tentang masa depan sekolah
yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Misi
merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Tujuan
merupakan penjabaran dari pernyataan misi sehingga merupakan
sesuatu yang akan dicapai dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
2. Perencanaan adalah setiap serangkaian kegiatan formal dan
rasional yang bertujuan untuk mengantisipasi kondisi, arah, dan
tantangan di beberapa titik di masa depan untuk mencapai tujuan
meningkatkan kesiapan personil dan organisasi agar bekerja dengan
lebih efektif sehingga mendapatkan tujuan yang relevan dengan cara
yang optimal.
3. Pengorganisasian dalam manajemen sekolah merupakan tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara
orang-orang, hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan
sekolah yang telah ditentukan.
4. Penggerakan merupakan fungsi yang paling fundamental dalam
manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis
tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat
teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi
sesuai rencana yang telah ditetapkan dengan cara terbaik dan
benar.
5. Kepemimpinan sekolah yang visoner dan transformatif dalam
manajemen berbasis sekolah (MBS) mempunyai penting dalam
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Kepala sekolah yang
visioner akan membawa sekolah untuk terus maju dari waktu ke
88
waktu (continous improvement) seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perubahan jaman dan
dunia kerja.
6. Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial
diperlukan dalam melihat ketercapaian hasil antara perencanaan
dengan pelaksanaan.
7. Sistem informasi manajemen merupakan keseluruhan jaringan
informasi yang ditujukan kepada pembuatan keterangan-keterangan
bagi pimpinan, ketua-ketua unit kerja, dan para pengguna lainnya
yang berfungsi untuk pengambilan keputusan atau kebutuhan lain
dalam cakupan organisasi sekolah ataupun perorangan.
8. Ada tiga faktor penting dalam konsep evaluasi, yaitu: pertimbangan
(judgement), deskripsi obyek penilaian, dan kriteria yang
dipertanggungjawabkan (defensible criteria).
B. Saran
1. Dinas Pendidikan dan Pengawas Sekolah agar dapat memberi
dukungan penuh pada sekolah dalam mengimplementasikan
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan akan lebih baik jika
penjaminan mutu menerapkan sistem manajemen mutu berstandar
internasional ISO 9001: 2008 sehingga sekolah dapat
mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada untuk
mewujudkan tujuan sekolah yang pada tataran luas berarti pula
mewujudkan tujuan negara, yaitu: mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pengawasan dan bimbingan tetap diberikan dalam koridor
kemitraan sehingga sekolah termotivasi untuk selalu meningkatkan
kualitas secara berkelanjutan.
2. Kepala Sekolah diharapkan dapat menerapkan kepemimpinan
secara eklektif dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada
sehingga unit-unit keja dan warga sekolah dapat melaksanakan
kerja secara maksimal dan memberikan kontribusi yang signifikan
89
dalam berperan aktif dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen
secara benar sehingga tujuan sekolah dapat dicapai.
3. Guru sebagai tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan staf tata
usaha diharapkan dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
secara optimal dengan memberikan layanan prima pada seluruh
siswa sehingga fungsi manajemen dapat berjalan dengan baik dan
tujuan sekolah dapat dicapai.
C. Rekomendasi
1. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
terprogram untuk memastikan bahwa manajemen berbasis sekolah
dilaksanakan secara efektif pada tiap satuan pendidikan dengan
mengedepankan layanan prima pada siswa sehingga mekanisme
penjaminan mutu internal terlaksana dengan baik bukan sekedar
akreditasi yang dilaksanakan tiap empat tahun sekali.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kaidah-
kaidah ilmiah dan pendekatan ang tepat untuk melihat pengaruh
implementasi manajemen berbasis sekolah dengan sistem
manajemen mutu ISO 9001: 2008 dalam mewujudkan sekolah yang
unggul.
DAFTAR PUSTAKA Bass, B.M. and Avoilo, B.J. 1994. The Implication of Transactional and
Transformational Leadership: 1994 and Beyond. Journal of
European Industrial Training. 14, 21-47.
Burns, R.J. 1978. Leadership. New York: Harper and Row.
Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan
Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R. 1999. Curriculum Development in
Vocational and Technical Education: Planning, Content, and
Implementation. Michigan: Allyn and Bacon.
Gaspersz, Vincent. 2002. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. 2008. Visionary Leadership Menuju
Sekolah Efektif. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Leithwood, K. dkk. 1999. Transformational Leadership: How Principals can
Help Reform School Culture, School Effectiveness and School
Improvement. New York: St. Lucie Press.
Mulyasa, Enco. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Robbins, Stehen. 1997. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice
Hall. Inc.
Suhardan, Dadang, dkk. 2012. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumidjo, Wahyu. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik
dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Press.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pedidikan dasar dan Menengah, Direktorat pendidikan Menengah
umum.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi
Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta.
Yuki, Gary. 1998. Leadership in Organization. London: Prentice Hall.