AGROFORESTRY.docx

16
AGROFORESTRY Pengertian Agroforestry Agroforestry merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang berperan serta (Departemen Kehutanan, 1992). Dalam sistem agroforestry terdapat interaksi antara ekologi dan ekonomi diantara komponen-komponen yang berbeda (Van Noordwijck, et al. 1994) Bentuk Agroforestry Beberapa bentuk agroforestry adalah sebagai berikut (Departemen Kehutanan, 1992). a. Agrisilviculture yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang matang untuk memproduksi sekaligus hasil- hasil pertanian dan kehutanan. b. Sylvopastural system, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk menghasilkan kayu dan untuk pemeliharan ternak. c. Agrosylvo-pastoral system yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus pemeliharan hewan ternak. d. Multipurpose forest tree production systems , yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia ataupun pakan ternak.

Transcript of AGROFORESTRY.docx

Page 1: AGROFORESTRY.docx

AGROFORESTRY

Pengertian AgroforestryAgroforestry merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari

dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan

lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya

masyarakat yang berperan serta (Departemen Kehutanan, 1992). Dalam sistem agroforestry

terdapat interaksi antara ekologi dan ekonomi diantara komponen-komponen yang berbeda

(Van Noordwijck, et al. 1994)

Bentuk Agroforestry

Beberapa bentuk agroforestry adalah sebagai berikut (Departemen Kehutanan, 1992).

a.         Agrisilviculture yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang matang

untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian dan kehutanan.

b.        Sylvopastural system, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk menghasilkan kayu dan

untuk pemeliharan ternak.

c.         Agrosylvo-pastoral system yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil

pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus pemeliharan hewan ternak.

d.        Multipurpose forest tree production systems, yaitu sistem pengelolaan dan penanaman

berbagai jenis kayu yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan dan

buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia ataupun pakan ternak.

Ciri Agroforestry

Beberapa ciri penting agroforestry (Departemen Kehutanan, 1992) adalah :

a.   Agroforestry biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan),

minimal satu diantaranya tumbuhan berkayu.

b.        Siklus sistem agroforestry selalu lebih dari satu tahun.

c.         Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.

d.        Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product).

e.         Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya penaung,

pelindung dari angin, penyubur tanah atau peneduh.

f.   Sistem agroforestry yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun

ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budaya monokultur.

Page 2: AGROFORESTRY.docx

Menurut Ohorella (2004), Agroforestry memiliki beberapa keunggulan baik dari segi

ekologi/lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan politik yaitu sebagai berikut.

a.         Memiliki stabilitas ekologi yang tinggi karena agrofrorestry memiliki multijenis

   Multi jenis : memiliki keanekaragaman hayati yang lebih banyak atau memiliki rantai

makanan/energi yang lebih lengkap.

      Multi strata tajuk, dapat menciptakan iklim mikro dan konservasi tanah dan air yang lebih baik

           Kesinambungan vegetasi, sehingga tidak pernah terjadi keterbukaan permukaan tanah yang

ekstrim, yang merusak kesinambungan ekologinya

           Penggunaan bentang lahan secara efisien

b.    Memiliki keunggulan ekonomi, yakni memberi kesejahteraan kepada petani relatif lebih tinggi

dan berkesinambungan, karena agroforestry memiliki :

        Tanaman yang ditanam lebih beragam, biasanya dipilih jenis-jenis tanaman yang mempunyai

nilai komersial dengan potensi pasar yang besar.

           Kebutuhan investasi yang relatif rendah, atau mungkin dapat dilakukan secara bertahap.

c.   Keunggulan sosial budaya yang berhubungan dengan kesesuaian (adaptability) yang tinggi

dengan kondisi pengetahuan, keterampilan dan sikap budaya masyarakat petani, karena

memiliki :

    Teknologi yang fleksibel, dapat dilaksanakan dari sangat intensif untuk masyarakat yang sudah

maju sampai kurang intensif untuk masyarakat yang masih tradisional dan subsisten.

     Kebutuhan input, proses pengelolaan sampai jenis agroforestry umumnya sudah sangat dikenal

dan biasa dipergunakan oleh masyarakat setempat.

      Filosofi budaya yang efisien, yakni memperoleh hasil yang relatif besar dengan biaya atau

pengorbanan yang relatif kecil.

d.        Keunggulan politis karena dapat memenuhi hasrat politik masyarakat luas dan kepentingan

bangsa secara keseluruhan, yakni :

    Agroforestry dapat dan sangat cocok dilakukan oleh masyarakat luas, adanya pemerataan

kesempatan usaha serta menciptakan struktur supply yang lebih kompetitif.

       Dapat meredakan ketegangan atau konflik politik yang memanas akibat ketimpangan peran

antar golongan dan ketidakadilan ekonomi.

       Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan direspon dengan rasa memiliki dan menjaga

sumber daya hutan/lahan yang memberi manfaat nyata kepada mereka.

Tujuan akhir program agroforestry adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

petani, terutama yang berada di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif

masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut  dengan

Page 3: AGROFORESTRY.docx

memeliharanya (Departemen Kehutanan, 1992; Mayrowani dan Ashari, 2011).  Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa agroforestry adalah suatu sistem penggunaan lahan dengan

suatu tujuan produktifitas tertentu, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Agar kegiatan agroforestry  dapat memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat, maka kegiatan ini perlu dikemas dalam kerangka bisnis

agroforestry (agribisnis).

Menurut Departemen Kehutanan (1992), pengembangan agroforestry harus

direncanakan sejak semula, sebagai suatu bagian integral dari sistem agribisnis agroforestry

di daerah yang bersangkutan. Dengan demikian dalam sistem  bisnis agroforestry merupakan

suatu kesatuan sistem, baik sub-sistem produksi, maupun subsistem lainnya yang

menyangkut pemberian input, proses pasca panen dan pemasaran. Di samping itu,

pengembangan sistem bisnis agroforestry akan berjalan lancar jika ditopang oleh sarana dan

prasarana dan pengembangan kelembagaan yang sesuai. 

1. Pengertian dan Penjelasan Agroforestry<br />Konsepsi agroforestry dirintis oleh suatu tim dari Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan dinegara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Penelitian yang dilakukan dibidang kehutananpun sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas.Menurut tim, kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilanjutkan, namun perlu ada perhatian pula terhadap masalah-masalah yang selama ini diabaikan, yaitu sistem produksi kayu bersamaan dengan komoditi pertanian, dan /atau peternakan, serta merehabilitasi lahan-lahan kritis.Dilain pihak ditemukan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan, yang seakan-akan tidak dapat dikendalikanlagi. Kecenderungan pengrusakan lingkungan ini perlu dicegah dengan sungguh-sungguh, dengan cara pengelolaan lahan yang dapat mengawetkan lingkungan fisik secara efektif, tetapi sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan sandang bagi manusia.Menurut International Council for Research in Agroforetry, mendefinisikan Agro forestry sebagai berikut : " Suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanamaan (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yanag sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat" . (King dan Chandler, 1978)Dalam suatu seminar mengenai Agroforestry dan pengendalian perladangan berpindah-pindah, di Jakarta Nopember 1981, mendefinisikan Agroforestry sebagai berikut :" Suatu metode penggunaan lahan secara oftimal, yang mengkombinasikan sitem-sistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi kombinasi produksi kehutanan dan produksi biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan azas kelestarian, secara bersamaan atau berurutan, dalam kawasan hutan atau diluarnya, dengan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat " (Satjapradja, 1981). Nair (1989) setelah

Page 4: AGROFORESTRY.docx

meninjau kembali definisi-definis tersebut, mengusulkan untuk menggunakan definisi yang dirumuskan oleh Lundgren dan Raintree sebagai berikut :" Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertaian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan didalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan" (Nair, 1989)Menurut definisi tersebut mencakup selang variasi yang cukup luas dan dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :a. Dasar struktural ; menyangkut–komponen, seperti sistem-, seperti sistem silvikultur, silvopastur, agrisilvopastur. b. Dasar fungsional ; menyangkut fungsi utama atau peranan dari sistem, terutama komponen kayu-kayuan.c. Dasar sosial ekonomi ; menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi) atau intensitas dan skala pengelolaan, atau tujuan-tujuan usaha (subsistem, komersial, intermedier)d. Dasar ekologi ; menyangkut kondisi lingkungan dan kecocokan ekologi dan sistem.Bentuk Bentuk AgroforestriBeberapa model Agroforestri yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :a. " Agrisilvopastur " , yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian dan kehutanan. b. " Sylvopastoral system " , yaitu suatu sistem pengelolaan lahan hutan untuk menghasilkan kayu dan memelihara ternak. c. " Agrosylvo-pastoral system " , yaitu suatu sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan, dan sekaligus untuk memelihara hewan ternak. d. " Multipurpose forest " , yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia, ataupun pakan ternak. Teknologi Agroforestry dikawasan hutan di Jawa dilaksanakan dengan menggunakan bentuk Tumpangsari. Inmas Tumpangsari, dan terakhir Tumpangsari Selama Daur Tanaman Pokok dalam Perhutanan Sosial. Tumpangsari berarti menduduki lahan hutan atau ikut memanfaatkan lahan hutan untuk sementara waktu adalah tanaman pertanian , yaitu pada tanaman hutan muda. Perbedaan dengan Inmas Tumpangsari dalam hal penerapan teknolologi pertanian yang digunakan, mencakup penggunaan teknologi sebagai berikut :a. Penggunaan bibit unggul tanaman pertanian.b. Perbaikanpengolahan dan konservasi tanah.c. Penggunaan pupuk.d. Pemilihan waktu yang tepat untuk penanaman dan pemberian pupuk, sehubungan dengan waktunya turun hujan. Pengembangan teknologi Agroforestry dengan bentuk Tumpangsasi dan Imas Tumpangsari dikategorikan bersipat sementara sedangkan sistem Tumpangsari Selama Daur Tanaman Pokok dalam Perhutanan Sosial terjadi adanya kesinambungan produksi tanaman pertanian selama daur tanaman pokok. Teknologi selama daur merupakan bagian dari program Perhutanan Sosial. Dalam pelaksanaan perhutanan ada dua kegiatan pokok :a). Pelaksanaan Agroforestry selama daur.b). Pembinaan dan pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH)Pembentukan KTH dimaksudkan sebagai wadah untuk menyalurkan informasi, baik dari dari lembaga Instansi terkait, maupun dari petani, berupa usul-usul untuk melancarkan pekerjaan. Dengan lain perkataan, KTH dimaksudkan untuk menyalurkan informasi secara " top down" maupun " botton up" Perbedaan-perbedaan yang penting dengan tumpangsari biasa, elain jangka waktu kontrak,dalam tumpangsari selamadaur adalah :a). Jarak tanam tanaman pokok dapat lebih lebarb). Selain tanaman pokok dapat ditanam :• Tanaman pertanian semusim selama kurang dari 4 tahun ; untuk tahun ke-empat

Page 5: AGROFORESTRY.docx

dan selanjutnya (diperkirakan tajuk tanaman pokok sudah menutup), disarankan tanaman-tanaman yang tanhan naungan tetapi ekonomis cukup tinggi, seperti kapulaga dan empon-empon.• Tanaman pengisi berupa tanaman keras, yang ditanam dilarikan tanaman pokok, bermanfaat bagi pesangem/masyarakat, dan jumlahnya sebanyak 20% dari jumlah tanaman pokok pada akhir rotasi.• Tanaman sisipan berupa tanaman perkebunan/pertanian, yang ditanam dikiri-kanan tanaman sela, yang bermanfaat bagi pesanggem/masyarakat, dan jumlahnya sebanyak 20% dari tanaman pokok pada akhir rotasi. Bila tanaman sisipan berupa tanaman pertanian/perkebunan, maka tanaman pengisi harus merupakan tanaman hutan, atau sebaliknya.• Tanaman tepi, dibuat disekeliling tanaman, di tepi alur dan jalan pemeriksaan, berupa pohon buah-buahan, seperti durian, petai picung, mangga dll.• Tanaman pagar, dibuat disekeliling tanaman, ditepi alur dan jalan pemeriksaan. Biasanya tanaman secang.• Tanaman sela diantara tanaman pokok untuk mencegah erosi dan meningkatkan kesuburab tanah, seperti lamtorogung, (yang tahan kutu loncat), kaliandra, gamal, flemingia, akan tetapi juga rumput-rumputan seperti setaria, hamilton, dan juga nenas.Pengembangan Agroforestry Memperhatikan kondisi areal yang dipilih dan kondisi sosial ekonomi masyarakat serta mengacu kepada bentuk/model Agroforestry pola tanam yang diterapkan secara garis besar adalah sebagai berikut :a. Tanaman Pokok ; berupa tanaman kehutanan yang merupakan prioritas utama tanaman yang ditujukan sebagai produksi kayu dengan penentuan daur tebang selama 5 tahun. Jenis tanaman yang dipilih yaitu jenis sengon (Faraserianthes falcataria). b. Tanaman Semusim (Tahap I); merupakan tanaman pertanian yang berotasi pendek, ditanam diantara tanaman pokok dengan jarak minimal 30 cm dari batang tanaman pokok. Waktu penanaman dilaksanakan pada tahun pertama/ sebelum tanaman pokok berusia satu tahun, jenis tanaman yang dipilih kacang tanah.c. Tanaman semusim (Tahap II) ; dipilih tanaman pertanian berotasi pendek yang dapat tumbuh dengan/tanpa naungan, ditanam setelah panen tanaman semusim tahap pertama (kacang tanah) sampai batas waktu tanaman pokok berumur dua tahun. Jenis tanaman yang dipilih adalah jahe Gajah.d. Tanaman Keras ; merupakan tanaman pertanian yang berotasi panjang /tanaman perkebunan yang dapat hidup dibawah naungan dan bukan sebagai pesaing bagi tanaman pokok dalam memperoleh cahaya . Ditanaman setelah tanaman pokok berurmur 2 tahun, menempati lahan diantara tanaman pokok, tujuan penanaman untuk untuk memperoleh hasil buah (non kayu). Jenis yang terpilih adalah tanaman kopi .Tujuan pengembangan Agroforestry antara lain :a. Pemanfaatan lahan secara optimal yang ditujukan kepada produksi hasil tanaman berupa kayu dan non kayu secara berurutan dan/atau bersamaan.b. Pembangunan hutan secara multi funfsi dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif.c. Meningkatkan pendapatan petani/penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan meningkatnya kepedulian warga masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya guna mendukung proses pemantapan ketahan pangan masyarakat. d. Terbinanya kualitas daya dukung lingkungan bagi kepentingan masyarakat luas.Link Terkait: http://www.lablink.or.id/Agro/Agroforestri/agf-def.htm<br />

PendahuluanIndonesia merupakan negara sebagai paru-paru dunia, karena wilayah Indonesia yang banyak memiliki pulau dan masih terdapat hutan yang cukup terjaga. Tetapi, eksploitasi hutan dan

Page 6: AGROFORESTRY.docx

konversi lahan dalam skala massal saat ini telah berimbas kepada kerusakan lingkungan yang sangat parah. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim dunia, pemanasan global, bencana alam banjir, longsor, kekeringan yang datang silih berganti adalah fenomena turunan yang harus dirasakan umat manusia.Berbagai usaha untuk memperbaiki lingkungan selalu terganjal oleh tuntutan ekonomi yang dirasa jauh lebih penting, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan stabilitas ekonomi yang diiringi makin meroketnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, adalah kenyataan pahit lainnya yang harus dihadapi dalam usaha pelestarian alam dan lingkungan.Oleh karena itu, perlu adanya keseriusan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan, agar kelestarian lingkungan dapat tercapai. Solusi yang ditawarkanpun harus dapat bersifat win-win solution, sehingga mampu mengakomodir antara kepentingan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang sama-sama krusialnya sehingga konsep “Hutan Lestari dan Masyarakat Sejahtera” dapat terwujud dalam arti yang sebenarnya. Salah satu solusi yang saat ini menjadi fokus pembicaraan adalah pola agroforestry (Agung Pambudi,2008) .Agroforestry merupakan suatu sistem yang mengkombinasikan antara komponen hutan dengan komponen pertanian. Sehingga akan dihasilkan suatu bentuk pelestarian alam yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi pelakunya serta jaga dapat digunakan untuk pelestarian alam. Agroforestry merupakan ilmu baru dengan teknik lama, maksudnya bahwa sebenarnya agroforestry sudah diaplikasikan oleh masyarakat pada jaman dahulu dan sekarang tehnik ini digunakan kembali, karena dirasa sangat bermanfaat bagi alam dan masyarakat sekarang.Agroforestri telah banyak menarik perhatian peneliti-peneliti teknis dan sosial yang mempelajari pentingnya pengetahuan dasar pengkombinasian antara pepohonan dengan tanaman tidak berkayu pada lahan yang sama, serta segala keuntungan dan kendalanya. Penyebaran ilmu agroforestry diharapkan dapat bermanfaat dalam mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumber daya hutan, meningkatkan mutu pertanian, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

IsiManusia merupakan subjek utama dalam perkembangan jaman. Dibidang pertanian, manusia memiliki fungsi yang sangat komplek. Selain manusia dianggap sebagai perusak lingkungan, manusia juga berperang dalam perkembangan pertanian. Karena, manusia memiliki sifat untuk selalu mencari sesuatu yang lebih dalam hidupnya. Sifat inilah yang selalu mendorong manusia untuk berfikir dan berusaha mencari ataupun merubah sesuatu hal untuk mendapatkan hasil sesuai yang diinginkannya, meskipun terkadang tidak memperhatikan bahkan tidak memperdulikan dampak lingkungan yang akan terjadi. Pada areal hutan misalnya, terjadi perubahan yang signifikan, yaitu perubahan dari areal hutan yang tidak produktif menjadi areal hutan yang produktif, areal yang dapat memberikan hasil produksi maupun nilai ekonomi.Perubahan fungsi hutan tersebut sudah terjadi sejak dahulu, yaitu dengan cara pembabatan hutan untuk dijadikan lahan pertanian secara total atau dengan cara pengkombinasikan komponen hutan dengan pertanian yang saat ini dikenal dengan istilah agroforestry. Definisi agroforestri sendiri sangat banyak, karena setiap ahli memiliki definisi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu definisi agroforestry yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982) yaitu :Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.)dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu

Page 7: AGROFORESTRY.docx

yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.Sistem agroforestry ini berkembang melalui beberapa tahap, yaitu :a) Fase Agroforestry KlasikPada jaman dahulu, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya manusia melakukan perburuan (hunting) dan mengumpulkan makanan (food gathering), sehingga kehidupannya selalu berpindah-pindah (nomaden). Tetapi pada suatu saat pola hidup tersebut berubah ke cara bercocok tanam dan berternak (plant and animals domestication). Sebagai bagian dari cara ini, mereka melakukan penebangan pohon, pembersihan dan pembakaran seresah dan kemudian melakukan budidaya tanaman pangan pada areal bekas hutan tersebut. Dari sinilah awal lahirnya sistem agroforestry.b) Pra-agroforestry ModernPada akhir abad XIX, pembangunan hutan tanaman (pepohonan sengaja ditanam – man-made forest) menjadi tujuan utama. Agroforestri dipraktekkan sebagai sistem pengelolaan lahan. Pada tahun 1800-an mulai ditanam tanaman jati dengan diselingi tanaman pangan semusim, penanaman ini menggunakan sistem “Taungya”. Kelebihan dari sistem ini, yaitu tidak hanya menghasilkan bahan pangan, tetapi juga dapat mengurangi biaya pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman. Di Indonesia sistem ini dikenal dengan nama tumpangsari. Sistem taungya inilah yang menurut para ahli merupakan scikal bakal agroforestry modern.Dalam perkembangan sistem taungya selama lebih dari seratus tahun sejak diperkenalkan (periode 1856 hinga pertengahan 1970-an), hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada perhatian terhadap komponen pertanian, petani ataupun produk-produknya. Pada saat itu sistem taungya memang dirancang dan dilakukan melulu untuk kehutanan saja. Tidak heran bila waktu itu ada yang berpendapat, bahwa di beberapa bagian dunia, masyarakat setempat telah dieksploitasi untuk kepentingan kehutanan. Kesuksesan sistem taungya dikatakan karena adanya masyarakat yang ‘lapar tanah’ (akibat dari keterbatasan penguasaan lahan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi), pengangguran dan kemiskinan (King, 1987). Dengan kata lain, keikutsertaan masyarakat dalam sistem taungya pada waktu itu lebih banyak disebabkan keadaan atau keterpaksaan, bukan keuntungan yang dapat diperolehnya.Agroforestry modern hanya melihat kombinasi antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Dalam agroforestry modern, tidak terdapat lagi keragaman kombinasi yang tinggi dari pohon yang bermanfaat atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu dari sistem tradisional. Sedangkan agroforestry klasik atau tradisional sifatnya lebih polikultur dan lebih besar manfaatnya bagi masyarakat setempat dibandingkan agroforestry modern (Thaman, 1988).Pada waktu itu jarang sekali disinggung oleh para ahli tentang aspek positif konservasi tanah dari pelaksanan sistem taungya. Tujuan taungya hanyalah pembangunan hutan (dengan pemikiran bahwa keberadaan hutan dapat melindungi produktivitas tanah) dan mengeluarkan petani secepatnya dari hutan. Sedangkan problema pengaruh manusia terhadap erosi tanah tidak pernah terlintas dalam pemikiran rimbawan pada waktu itu (King, 1987). Pada waktu itu, ada empat pertimbangan dalam kaitannya dengan hal tersebut:1. Hutan negara dianggap tidak bisa diganggu gugat.2. Ancaman/gangguan terhadap kawasan hutan sebagian besar dianggap berasal dari para petani, khususnya melalui praktek perladangan berpindah.3. Ada anggapan bahwa lebih menguntungkan mengganti hutan-hutan alam yang terlantar atau yang kurang menghasilkan dengan hutan tanaman.4. Pembangunan hutan tanaman merupakan niaga yang mahal, khususnya karena masa pemeliharaan yang lama.Oleh karena itu, filosofi yang ada pada waktu itu adalah pembangunan hutan tanaman dengan

Page 8: AGROFORESTRY.docx

memanfaatkan tenaga kerja dari para tuna karya dan tuna lahan yang ada. Sebagai imbalan, mereka diperkenankan memanfaatkan lahan-lahan di sela-sela anakan tanaman kehutanan untuk bercocok tanam atau aktivitas pertanian. Penjabaran selanjutnya dari sistem taungya tentu saja berbeda di masing-masing negara atau dari satu daerah ke daerah lainnva. Akan tetapi apa yang diuraikan di atas adalah gambaran umum dan merupakan asal mula konsep sistem taungya.c) Agroforestry modernSejak awal tahun 70-an ada pendapat yang menyatakan pentingnya peran pepohonan dalam mengatasi berbagai problema petani kecil dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya kebutuhan bahan pangan. Tujuan peningkatan produksi pangan melalui program “Revolusi Hijau” yang dilaksanakan pada waktu itu memang dapat dicapai. Akan tetapi sebagian besar petani tidak punya cukup modal untuk dapat berpartisipasi dalam program tersebut, karena besarnya biaya untuk irigasi, pemupukan, pestisida dan bahkan untuk penyediaan lahannya sendiri. Selain itu status kepemilikan lahan sebagian petani masih belum pasti.Dilain pihak, permasalahan mengenai berkurangnya areal hutan akibat bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan Bank Dunia (world bank) menggalakkan program perhutanan-sosial (sosial forestry), yang dalam pelaksanaannya dirancang khusus untuk peningkatan produksi pangan dan konservasi lingkungan tanpa mengabaikan kepentingan pihak kehutanan untuk tetap dapat memproduksi dan memanfaatkan kayu.Dari agroforestry modern ini, mulai berkembanglah beberapa hal mengenai agroforestry, baik pada lembaga penelitian, pola pemikirang, sampai konsep-konsep mengenai sistem agroforestry ini. Dalam aplikasinya, sistem agroforestry memiliki sasaran dan tujuan.1. Sasaran dan Tujuan AgroforestrySebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut merupakan refleksi dari adanya konservasi sumber daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestry diharapkan lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar. Di samping itu agroforestry diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Untuk daerah tropis, beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikut menjadi mandat agroforestri dalam pemecahannya (von Maydell, 1986):a. Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan:- Meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau tiap-tiap musim; perbaikan kualitas nutrisi, pemasaran, dan proses-proses dalam agroindustri.- Diversifikasi produk dan pengurangan risiko gagal panen.- Keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan.b. Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar:Suplai yang lebih baik untuk memasak dan pemanasan rumah (catatan: yang terakhir ini terutama di daerah pegunungan atau berhawa dingin)c. Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian:- Pemanfaatan berbagai jenis pohon dan perdu, khususnya untuk produk-produk yang dapat menggantikan ketergantungan dari luar (misal: zat pewarna, serat, obat-obatan, zat perekat, dll.) atau yang mungkin dijual untuk memperoleh pendapatan tunai.

Page 9: AGROFORESTRY.docx

- Diversifikasi produk.d. Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang sulit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai:- Mengusahakan peningkatan pendapatan, ketersediaan pekerjaan yang menarik.- Mempertahankan orang-orang muda di pedesaan, struktur keluarga yang tradisional, pemukiman, pengaturan pemilikan lahan.- Memelihara nilai-nilai budaya.e. Memelihara dan bila mungkin memperbaiki kemampuan produksi dan jasa lingkungan setempat:- Mencegah terjadinya erosi tanah, degradasi lingkungan.- Perlindungan keanekaragaman hayati.- Perbaikan tanah melalui fungsi ‘pompa’ pohon dan perdu, mulsa dan perdu.- Shelterbelt, pohon pelindung (shade trees), windbrake, pagar hidup (life fence).- Pengelolaan sumber air secara lebih baik.Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya.Dalam kaitan ini ada beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:A. Produktivitas (Productivity)Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestry jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.B. Diversitas (Diversity)Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem agroforestry menghasilkan diversitas yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian, dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).C. Kemandirian (Self-regulation)Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestry diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk-produk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (a.l. pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokulturD. Stabilitas (Stability)Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.2. Jenis AgroforestryAgroforestry secara sederhana yaitu menanam pepohonan di areal pertanian. Agroforestry sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks.a) Agroforestry sederhanaSistem agroforestry sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.

Page 10: AGROFORESTRY.docx

b) Agroforestry kompleksSistem agroforestry kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak.Penciri utama dari sistem agroforestry kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest (ICRAF, 1996).

PenutupAgroforestry merupakan suatu sistem dengan menggabungkan beberapa komponen hutan dengan komponen pertanian, sehingga sistem ini dapat berperan untuk memperbaiki kondisi lingkungan secara global maupun spesifik serta dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku/ petani agroforestry.Sistem agroforestry muncul dari beberapa tahapan, yaitu fase agroforestry klasik, pra-agroforestry modern, dan agroforestry modern. Sehingga, bisa dikatakan agroforestry merupakan ilmu baru dengan tehnik lama.Pada dasarnya sistem agroforestry dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serrta untuk melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan agroforestry diharapkan dapat memecahkan beberapa masalah sosial dan lingkungan.Sistem agroforestry ini terbagi menjadi 2, yaitu agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Hairiah K., Mustofa Agung Sardjono, Sambas Sabarnurdin. Pengantar Agroforestry. http://www.worldagroforestry.org/SEA/Publications/files/lecturenote /LN0001-04.PDF. diakses pada tanggal10 september 2008.Pambudi,Agung.2008.Agroforestry. http://www.bpdas-jeneberang.net/index.php? option=com_content&task=view&id=30&Itemid=51.diakses pada tanggal 10 september 2008.