agroforestri.doc
Transcript of agroforestri.doc
BAB I .PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroforestri sebagai sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek
sosial,ekonomi dan ekologi, yang merupakan pengkombinasian pepohonan dengan
tanaman pertanian dan atau ternak, baik secara bersama maupun bergiliran
sehingga satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optimal dalam
arti berkesinambungan. Agroforestri ini sebenarnya adalah menanam pepohonan di
lahan pertanian. Maka dapat kita ketahui bahwa dalam satu lahan tersebut, terdapat
beberapa kombinasi tanaman yang saling berinteraksi. Interaksi antar tanaman ini
ternyata tidak selalu positif. Interaksi tersebut dapat negatif atau juga netral. Maka,
diperlukan pemahaman dan pengkajian lebih lanjut mengenai seperti apa
agroforestri itu
Agroforestri, sebagai satu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang
pertanian, kehutanan, dan peternakan berupaya mengenali dan mengembangkan
sistem agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara
sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dimana
pengelolaan dan pemanenannya dilakukan oleh petani. Dengan demikian kajian
agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga
masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu,
maka agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamik.
Sistem yang mengkombinasikan tanaman ini sebenarnya dapat menghasilkan
banyak sekali manfaat. Manfaat yang diperoleh tidak hanya dalam segi
ekologi,sosial tetapi juga ekonomi. Pada skala lahan, agroforestri selain berfungsi
penting dalam mempertahankan pendapatan petani dimana petani dapat
memperoleh penghasilan tidak hanya dari satu jenis tanaman, tetapi beberapa jenis
tanaman lainnya yang dibudidayakan di lahan tersebut. Contohnya, bila dalam
suatu lahan agroforestri membudidayakan pohon kopi, pisang, nangka, dan alpukat.
Tanaman-tanaman tersebut memiliki waktu panen yang berbeda dan nilai komersial
yang cukup tinggi. Jadi, meskipun kopi atau nangka belum memasuki masa panen,
petani masih memperoleh penghasilan dari panen pisang.
Selanjutnya juga diperoleh manfaat konservasi tanah dan air, juga berperan
penting dalam mempertahankan kesuburan tanah yang dapat diperoleh dari bahan
masukan seresah yang banyak dari penerapan pola agroforestri yang berbeda dari
penerapan sistem monukultur. Masukan seresah ini banyak sekali manfaatnya
selain diatas yaitu sebagai pengatur iklim mikro serta mampu mempertahankan
limpasan permukaan.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 1
1.2 Tujuan
a. Mengantarkan mahasiswa untuk mengenali beberapa sistem agroforestri yang
ada, dengan jalan mengenali karakteristik dan komponen penyusun agroforestri.
b. Mempelajari interaksi pohon dengan tanah dan lingkungan di sekitarnya.
c. Mengevaluasi potensi keuntungan ekonomi dari sistem agroforestri.
d. Mengevaluasi manfaat ekologi sistem agroforestri.
e. Mampu mengukur kandungan dari biomasa tumbuhan bawah,seresah dan
pohon.
f. Mampu menghitung tingkat ketebalan seresah serta membandingkannya dan
mengetahui faktor penyebab perbedaan tersebut
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Agroforestri
a) Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek
sosial dan ekologi,dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan
tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau
bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan
yang optimal dalam arti berkesinambungan.
(P.K.R. Nair)
b) Agroforestri adalah sistem pengelolaan lahan berkelanjutan dan mampu
meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi
produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman tahunan) dengan tanaman hutan
dan/atau hewan (ternak), baik secara bersama atau bergiliran, dilaksanakan pada
satu bidang lahan dengan menerapkan teknik pengelolaan praktis yang sesuai
dengan budaya masyarakat setempat.
(K.F.S. King dan M.T. Chandler)
c) Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman
berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak
berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada
komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi
ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya.
(Huxley dalam ICRAFT, 1999)
2.1.1 Klasifikasi agroforestri berdasarkan komponen penyusunnya
a) Agrisivikultur
Adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen
kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen pertanian (atau tanaman
non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaun panjang dan
tanaman non kayu dari jenis tanaman semusim. Contohnya adalah pohon
mahoni ditaman berbaris diantara ubi kayu di Lampung Utara.
b) Silvopastura
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 3
Adalah sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (tanaman
berkayu) dengan komponen peternakan (binatang ternak) disebut sebagai sistem
silvopastura.Contohnya pohon atau perdu pada padang penggembalaan atau
produksi terpadu antara ternak dan produk kayu.
c) Agrosilvopastura
Adalah pengkombinasian komponen berkayu dengan pertanian dan
sekaligus peternakan pada unit manajemen lahan yang sama. Pengkombinasian
dalan sistem agrosilvopastura dilakuakan secara terencana untuk
mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa kepada masyarakat. Contohnya Parak
di Maninjau dengan berbagai macam pohon seperti kayu manis, pala, durian dan
beberapa paku-pakuan liar dari hutan.
( Nair, 1989)
2.1.2 Kalsifikasi Agroforestri Berdasarkan Tingkat Kompleksitasnya
Klasifikasi lahan agroforestri dapat pula dilakukan berdasarkan tingkat
kompleksitasnya bila dibandingkan dengan system monukultur.Kriteria yang
digunakan ICRAF untuk membedakan multistrata dengan agroforestri sederhana
adalah didasarkan pada jumlah spesies dari pohon pendamping dan kerapatan
populasinya,yang ditunjukkan dengan besarnya luas bidang dasar (LBD) atau
disebut juga basal area (luas lahan yang diduduki oleh pohon)
(Hairiah et al.,2006)
2.1.3 Klasifikasi berdasarkan tingkat tutupan kanopinya
P.K.R Nair mendefinisikan agroforestri sebagai sistem penggunaan lahan
terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui
pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan atau ternak, baik secara
bersama maupun bergiliran sehingga satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau
hewan yang optimal dalam arti berkesinambungan. Agroforestri ini sebenarnya adalah
menanam pepohonan di lahan pertanian. Maka dapat kita ketahui bahwa dalam satu
lahan tersebut, terdapat beberapa kombinasi tanaman yang saling berinteraksi. Interaksi
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 4
antar tanaman ini ternyata tidak selalu positif. Interaksi tersebut dapat negatif atau juga
netral. Maka, diperlukan pemahaman dan pengkajian lebih lanjut mengenai seperti apa
agroforestri itu.
Sistem yang mengkombinasikan tanaman ini sebenarnya dapat menghasilkan
manfaat. Manfaat yang diperoleh tidak hanya dalam segi ekologi, tetapi juga ekonomi.
Adanya pepohonan berperan dalam konservasi air dan cadangan karbon. Sehingga,
keberadaan pohon ini juga memberikan udara yang sejuka yang saat ini sudah jarang
kita rasakan. Dari segi ekonomi, petani dapat memperoleh penghasilan tidak hanya dari
satu jenis tanaman, tetapi beberapa jenis tanaman lainnya yang dibudidayakan di lahan
tersebut. Contohnya, bila dalam suatu lahan agroforestri membudidayakan pohon kopi,
pisang, nangka, dan alpukat. Tanaman-tanaman tersebut memiliki waktu panen yang
berbeda dan nilai komersial yang cukup tinggi. Jadi, meskipun kopi atau nangka belum
memasuki masa panen, petani masih memperoleh penghasilan dari panen pisang
misalnya.
Sistem Agroforestri
Agroforestri memiliki dua jenis sistem yaitu agroforestri sederhana dan
kompleks. Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda. Agroforestri
sederhana pada umumnya memiliki jumlah pohon naungan tidak lebih dari lima.
Sebaliknya, agroforestri kompleks memiliki lebih dari lima pohon naungan. Kita perlu
terjun langsung ke lapang agar lebih mengenal sistem-sistem agroforestri ini dan
melakukan analisis. Pengamatan yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu
pengamatan kanopi dan posisi pohon, LBD, dan lain-lain. Setelah melakukan
pengamatan, kemudian kita wajib mengolah data. Tujuannya adalah agar lebih akurat
dalam menentukan jenis sistem agroforestri yang kita amati.
Tabel 1. Perbedaan Agroforestri Sederhana dan Kompleks
NoKeterangan Pembeda
Agroforestri Sederhana
Agroforestri Kompleks
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 5
1.Jumlah Pohon Naungan
Kurang dari 5 jenis
Lebih dari 5 jenis
2.Tingkatan Kanopi
Terbuka / rendah
Tertutup / tebal
3. LBD Maksimal 80%
Lebih rendah dari agroforestri sederhana
Gambar 1. Tahapan Perkembangan Agroforestri
Sumber : www.coretan-elfaheem.blogspot.com
Gambar di atas menggambarkan bagaimana sejarah agroforestri. Dimulai
dengan adanya pembukaan hutan alami yang dialih-fungsikan menjadi lahan
sawah tanaman pangan (A ke B). Hal ini mungkin dikarenakan petani melihat
potensi tanaman pangan yang cukup besar dibandingkan hutan, tentu dalam
konteks ekonomi. Kemudian, karena alasan ekologi dan beberapa alasan lainnya,
lahan tanaman pangan atau tanaman semusim kemudian diberi sisipan tanaman
tahunan. Tetapi karena seleksi alam, lahan menjadi tidak subur dan tanaman
juga terancam kematian. Maka dilakukan rehabilitasi, dimana agroforestri ini
menjadi salah satu alternatif untuk menyelamatkan ekologi di lahan tersebut.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 6
2.1.4 Klasifikasi Agroforestri Berdasarkan Istilah Teknis
a) Sistem agroforestri
Sistem agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta
pengaturannya, tingkat pengelolaan teknis atau ciri-ciri sosial- ekonominya.
Penggunaan istilah sistem sebenarnya bersifat umum. Ditinjau dari komposisi
biologis, contoh sistem agroforestri adalah agrisilvikultur, silvopastura,
agrosilvopastura.
b) Sub-sistem agroforestri
Sub-sistem agroforestri menunjukkan hirarki yang lebih rendah daripada
sistem agroforestri, meskipun tetap merupakan bagian dari sistem itu sendiri.
Meskipun demikian, sub-sistem agroforestri memiliki ciri-ciri yang lebih rinci
dan lingkup yang lebih mendalam. Sebagai contoh sistem agrisilvikultur masih
terdiri dari beberapa sub - sistem agroforestri yang berbeda seperti tanaman
lorong (alley cropping), tumpangsari (taungya system) dan lain -lain.
c) Praktek agroforestri
Berbeda dengan sistem dan sub - sistem, maka penggunaan istilah
‘praktek’ dalam agroforestri lebih menjurus kepada operasional pengelolaan
lahan yang khas dari agroforestri yang murni didasarkan pada
kepentingan/kebutuhan ataupun juga pengalaman dari petani lokal atau unit
manajemen yang lain, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen
agroforestri. Praktek agroforestri yang berkembang pada kawasan yang lebih luas
dapat dikategorikan sebagai sistem agroforestri.
d) Teknologi agroforestri
Penggunaan istilah ‘teknologi agroforestri’ adalah inovasi atau
penyempurnaan melalui intervensi ilmiah terhadap sistem-sistem atau praktek-
praktek agroforestri yang sudah ada untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar. Oleh karena itu, praktek agroforestri seringkali juga dikatakan sebagai
teknologi agroforestri.
(Nair ,1993)
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 7
2.1.5 Klasifikasi Berdasarkan Orientasi Ekonomi
a) (Subsistence agroforestry)agroforestri dalam klasifikasi ini diusahakan oleh pemilik lahan sebagai
upaya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. ciri-ciri penting yang bisa
dijumpai adalah lahan yang diusahakan terbata,Jenis yang diusahakan beragam
(polyculture) dan biasanya hanya merupakan jenis-jenis lokal non-komersial saja
(indigenous dan bahkan endemic) serta ditanam/dipelihara dari permudaan alam
dalam jumlah terbatas,Pengaturan penanaman tidak beraturan
(acak),Pemeliharaan/perawatan serta aspek pengelolaan lainnya tidak
intensif.contoh penanaman pohon pinang [Areca catechu] pada lahan
masyarakat Dayak).
b) Agroforestri skala semi-komersial (Semi-commercial agroforestry)
Pada wilayah-wilayah yang mulai terbuka aksesibilitasnya, terutama bila
menyangkut kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki motivasi ekonomi
dalam penggunaan lahan yang cukup tinggi, terjadi peningkatan kecenderungan
untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil yang dapat dipasarkan
untuk memperoleh uang tunai.
c) Agroforestri skala komersial (Commercial agroforestry)
Pada orientasi skala komersial, kegiatan ditekankan untuk memaksimalkan
produk utama, yang biasanya hanya dari satu jenis tanaman saja dalam
kombinasi yang dijumpai .Ciri-ciri antara lain:
(Darussalam, 2011).
2.2 Deskripsi Manfaat Ekonomi pohon dalam Agroforestri
2.2.1 Nilai Ekonomi Pohon
a) Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan:
Meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau tiap-tiap musim;
perbaikan kualitas nutrisi, pemasaran, dan proses-proses dalam
agroindustri.
Diversifikasi produk dan pengurangan risiko gagal panen.
Keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan.
b) Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar:
Suplai yang lebih baik untuk memasak dan pemanasan rumah (catatan:
yang terakhir ini terutama di daerah pegunungan atau berhawa dingin)
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 8
c) Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan
mentah kehutanan maupun pertanian:
Pemanfaatan berbagai jenis pohon dan perdu, khususnya untuk produk-
produk yang dapat menggantikan ketergantungan dari luar
(misal: zat pewarna, serat, obat-obatan, zat perekat, dll.) atau yang
mungkin dijual untuk memperoleh pendapatan tunai.
Diversifikasi produk.
d) Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya pada daerah dengan
persyaratan hidup yang sulit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai:
Mengusahakan peningkatan pendapatan, ketersediaan pekerjaan yang
menarik.
Mempertahankan orang-orang muda di pedesaan, struktur keluarga
yang tradisional, pemukiman, pengaturan pemilikan lahan.
Memelihara nilai-nilai budaya.
e) Memelihara dan bila mungkin memperbaiki kemampuan produksi dan jasa
lingkungan setempat:
Mencegah terjadinya erosi tanah, degradasi lingkungan.
Perlindungan keanekaragaman hayati.
Perbaikan tanah melalui fungsi ‘pompa’ pohon dan perdu, mulsa dan
perdu.
Shelterbelt, pohon pelindung (shade trees), windbrake, pagar hidup
(lifefence).
Pengelolaan sumber air secara lebih baik.
(von Maydell dalam ICRAFT, 1986)
2.3 Mengevaluasi fungsi Ekologi pohon dalam sistem agroforestri
2.3.1 Definisi Biomassa
a) Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas
permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat
kering per satuan luas.
(Brown ,1997).
b) Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan
sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme,
populasi, atau komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total
bobot kering semua bagian tumbuhan hidup.Biomassa tumbuhan
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 9
bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dari udara
dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis.
(Hamilton dan King, 1988)
c) Biomassa vegetasi merupakan berat bahan vegetasi hidup yang terdiri dari
bagian atas dan bagian bawah permukaan tanah pada suatu waktu tertentu.
Biomassa hutan dapat digunakan untuk menduga potensi serapan karbon
yang tersimpan dalam vegetasi hutan karena 50% biomassa tersusun oleh
karbon.
(Darussalam, 2011).
2.3.2 Pendekatan dalam Estimasi Biomassa di atas Permukaan Tanah
Estimasi biomassa di atas permukaan tanah dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu:
(i) Pendekatan langsung dengan membuat persamaan allometrik; dan
(ii) Pendekatan tidak langsung, dengan menggunanai biomassa expansion
factot: Meskipun terdapat keuntungan dan kekurangan dari masingmasing pendekatan,
tetapi harus diperhatikan bahwa pendekatan tidak langsung didasarkan padaf aktor
yang dikembangkan pada tingkat tegakan dari hutan dengan kanopi yang tertutup
(rapat) dan tidak dapat digunakan untuk membuat estimasi dari pohon secara
individu (IPCc, 2003). Kandungan karbon vegetasi hutan sekunder dapat diestimasi
menggunakan nilai biomassa yang diperoieh dari persamaan allometric ataupun
nilai bionrassexpansion factor (BEF) dimana 50% dari biomassa adalah karbon
yang tersimpan.
(Zulkifli, dkk, 2010).
2.3.3 Cara Untuk Mengukur Biomassa
Terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa yaitu:
1) Sampling dengan pemanenan (Destructive sampling) secara in situ
2) Sampling tanpa pemanenan (Non-destructive sampling) dengan data
pendataan hutan secara in situ
3) Pendugaan melalui penginderaan jauh dan
4) Pembuatan model.
Untuk masing masing metode di atas, persamaan allometrik digunakan untuk
mengekstrapolasi cuplikan data ke area yang lebih luas. Penggunaan persamaan
allometrik standard yang telah dipublikasikan sering dilakukan, tetapi karena
koefisien persamaan allometrik ini bervariasi untuk setiap lokasi
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 10
dan spesies, penggunaan persamaan standard ini dapat mengakibatkan galat (error)
yang signifikan dalam mengestimasikan biomassa suatu vegetasi.
(Sutaryo, 2009).
2.3.4 Definisi Seresah
a) Seresah adalah bagian mati tanaman berupa daun, cabang, ranting, bunga dan
buah yang gugur dan tinggal di permukaan tanah baik yang masih utuh ataupun
telah sebagian mengalami pelapukan. Termasuk pula hasil pangkasan tanaman
atau dari sisa-sisa penyiangan gulma yang biasanya dikembalikan ke dalam
lahan pertanian oleh pemiliknya.
(Darusman D,2002)
b) Serasah merupakan salah satu komponen di dalam hutan yang juga dapat
menyimpan karbon. Serasah didefinisikan sebagai bahan organik mati yang
berada di atas tanah mineral. Kualitas serasah ditentukan dengan melihat
morfologinya terutama yang berasal dari daun yang gugur untuk mengasumsikan
kecepatan dekomposisinya.
(Soemarwoto O, et al. 1985)
2.3.4.1 Manfaat Serta Peran Seresah
a) Mempertahankan kegemburan tanah melalui: perlindungan permukaan tanah
dari pukulan langsung tetesan air hujan, sehingga agregat tidak rusak dan pori
makro tetap terjaga.
b) Menyediakan makanan bagi organisma tanah terutama makroorganisma
'penggali tanah', misalnya cacing tanah. Dengan demikian jumlah pori makro
tetap terjaga.
c) Menyaring partikel tanah yang terangkut oleh limpasan permukaan. Dengan
demikian, air yang mengalir ke sungai tetap jernih.
Selanjutnya peran dari seresah sendiri adalah sebagai berikut :
1) Peran seresah yang pertama adalah melalui penutupan tanah penting untuk
mengendalikan penguapan yang berlebihan pada musim kemarau sehingga tanah
tetap lembab dan kekeringan tidak terjadi secara berkepanjangan. Pada musim
penghujan seresah di permukaan tanah berperanan penting dalam meningkatkan
jumlah air yang masuk ke dalam tanah, mengurangi jumlah dan laju limpasan
permukaan pada lahan-lahan berlereng.
2) Peran seresah yang kedua adalah mempertahankan kandungan bahan organik
tanah tetap tinggi. Petani mengatakan bahwa tanah yang banyak seresahnya,
tanah menjadi gembur, 'dingin'dan banyak cacingnya. Tanda tanda tanah gembur
adalah tanah yang tidak padat, mudah diolah, dan subur, maka produksi biji kopi
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 11
juga tinggi. Tanah kaya bahan organik, tanah menjadi gembur banyak pori
makronya dan mampu menahan air, sehingga tanah tetap lembab.
(Suprayogo D,dkk 2004)
2.3.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses jatuhnya seresah ke tanah
a) Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap jatuhnya seresah adalah suhu. Suhu
yang panas menyebabkan jatuhan seresah meningkat.
b) Angin
Angin akan memperkecil kekuatan melekatnya bagian tumbuhan yang
sudah kering dan meningkatkan jatuhan seresah.
c) Tumbuhan itu sendiri
Bagian tumbuhan yang sudah kering tidak dapat disuplai makanan lagi karena
sel-selnya sudah mati,sehingga jatuh
((Fiqa, P dan Sofiah. 2011)
2.3.4.3 Faktor yang Mempengaruhi proses dekomposisi seresah
a) Waktu
Waktu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses pelapukan
karena semakin lama waktu maka semakin banyak seresah yang terdekomposisi.
b) Suhu
Pada suhu yang optimal maka organisme tanah aktif mendekomposisi
seresah sehingga laju dekomposisi semakin besar.
c) Iklim
Iklim sangat berpengaruh pada proses humifikasi.
d) Kelembaban
Pada keadaan yang lembab akan merangsang tumbuhnya jamur yang
kemudian jamur-jamur tersebut akan merombak seresah.
e) pH
Pada suatu tanah yang mempunyai pH rendah maka tanahnya berwarna
hitam atau gelap, hal ini menunjukkan tingkat dekomposisi yang tinggi pada
tanah tersebut.
((Fiqa, P dan Sofiah. 2011))
2.3.4.4 kecepatan pelapukan seresah
Pelapukan adalah hilangnya seresah dari permukaan tanah karena peristiwa
pembusukan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh kondisi iklim mikro, aktivitas
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 12
organisma tanah dan karakteristik dari seresah. Kecepatan pelapukan seresah akan
menentukan lamanya penutupan permukaan tanah.
Kecepatan pelapukan daun ditentukan pula oleh sifat daun itu sendiri, yang
ditunjukkan oleh lendir dan kelenturan daun.
a. Pada kondisi segar, bila daun di'peras' atau di'remas' di antara jari dan telapak
tangan kita atau bila di 'pirit' diantara dua jari kita maka daun menjadi licin
'berlendir'. Makin banyak lendir yang dihasilkan maka semakin cepat daun
tersebut lapuk.
b. Pada kondisi kering, kecepatan pelapukan daun ditentukan oleh sifatnya ketika
diremas. Bila diremas daun pecah dengan sisi-sisi tajam maka daun tersebut
lambat lapuk, bila daun tetap lemas maka daun cepat lapuk.
c. Kelenturan daun, bila daun kering dikibaskan daun tetap lentur berarti daun
tersebut cepat lapuk dan bila kaku daun tersebut lama lapuk
( Hairiah K,2004)
2.3.4.5 kualitas seresah
Seresah akan mengalami pelapukan (dekomposisi). Laju dekomposisi seresah
ditentukan oleh 'kualitas'nya yaitu nisbah kandungan C:N, kandungan lignin dan
polyphenol. Seresah dikategorikan cepat lapuk apabila nisbah C:N <25, kandungan
lignin <15 % dan polyphenol <3 % (Palm dan Sanchez, 1991). Seresah asal daun
tanaman yang kandungan N nya tinggi (>3%) akan lebih cepat lapuk dan cocok
dipakai untuk pupuk N, sehingga dapat membantu mengurangi penggunaan pupuk
urea. Contohnya seresah dari famili Leguminosae yang umum dipakai sebagai
penaung kopi seperti dadap (Erythrina sububrams), kayu hujan gamal atau
(Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala). Namun demikian seresah
tersebut akan cepat lapuk, keberadaannya di permukaan tanah relatif singkat yaitu
sekitar 4-6 minggu. Dengan demikian permukaan tanah akan lebih cepat terbuka
dan kemungkinan terjadinya kehilangan tanah akibat erosi semakin
besar.Sebaliknya seresah yang kandungan N nya rendah, justru menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat (terutama tanaman yang pertumbuhannya cepat).
Hal tersebut dikarenakan tanaman membutuhkan unsur N dalam jumlah banyak,
tetapi seresah belum busuk atau lapuk. Jadi belum ada N yang dilepaskan ke dalam
tanah, sedangkan tanaman telah membutuhkan N.
Namun dilain sisi, seresah lambat lapuk, sehingga permukaan tanah akan
terlindung dalam waktu cukup lama. Komposisi seresah yang bagaimana yang kita
butuhkan? Idealnya, dalam suatu kebun harus mampu menghasilkan seresah yang
beragam kecepatan pelapukannya, sehingga kebutuhan untuk penyediaan hara dan
mulsa dapat dipenuhi. Namun pada kenyataannya, hal tersebut sulit untuk
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 13
dilakukan karena adanya tarik ulur antara kebutuhan ekonomi dan ekologi
(lingkungan), serta alasan lainnya .
(Loetsch, F dan K.F Haller. 1964)
2.3.5 Berat Isi Tanah
a) Berat isi tanah adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel
tanah (pasir, debu, liat)
(Pearson et al, 1995).
b) Berat isi tanah ialah kerapatan tanah persatuan volume.
(Hanafiah, 2005).
c) Berat isi adalah perbandingan antara masa tanah dengan volume partikel
ditambah dengan ruang pori.
(Kurniawan, 2007).
d) Berat isi yaitu bobot per satuan volume tanah kering oven, yang biasanya
dinyatakan sebagai gram/cm3
(Henry,D.F, 1994).
2.3.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Berat Isi TanahSamsul (2011) menuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi berat isi
tanah sebagai berikut:
a) Struktur Tanah
Tanah yang mempunyai struktur yang mantap (lempeng)
mempunyai (BI) yang lebih tinggi daripada tanah yang mempunyai
struktur yang kurang mantap (remah).
b) Pengolahan Tanah
Jika suatu tanah sering diolah tanah tersebut memiliki berat isi yang
tinggi daripada tanah yang dibiarkan saja, dan didalam pengolahan tanah
yang baik akan menghasilkan tanah yang baik pula.
c) Bahan Organik
Jika didalam tanah banyak ditemukan bahan organik, tanah tersebut
memiliki berat isi lebih banyak dibanding tanah yang tidak memiliki
bahan organik.
d) Agregasi Tanah
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 14
Agregasi merupakan proses pembentukan agregat-agregat tanah.
Dengan terbentuknya agregat-agregat itu tanah menjadi berpori-pori,
sehingga tanah menjadi gembur, dapat menyimpan dan mengalirkan air
dan udara.
e) Tekstur Tanah
Tanah dengan tekstur tanah pasir memiliki luas permukaan yang
lebih kecil daripada tanah dengan tekstur liat. Dilihat dari ukuran
partikelnya, partikel pasir lebih besar daripada partikel liat. Sehingga
dapat disimpulkan partikel pasir lebih berat daripada partikel liat.
(Samsul ,2011)
2.3.5.2 Faktor yang Dipengaruhi Berat Isi Tanah
a) Perakaran
Apabila kandungan bobot isi dalam suatu tanah tinggi, maka total ruang
pori tanah tersebut rendah. Akibatnya tanaman sulit menembus lapisan dalam
tanah, hal ini karena tanaman memerlukan ruang pori yang relatif tinggi untuk
bisa menembus lapisan dalam suatu tanah.
b) Pengolahan Tanah
Apabila kandungan bobot isi dalam suatu tanah tinggi, maka total ruang
pori tanah tersebut rendah. Kandungan ruang pori yang rendah inilah
menyebabkan pengolahan tanah semakin mudah. Jika keadaan tanah mantap
maka bobot isi menjadi tinggi sehingga dibutuhkan pengolahan tanah yang lebih
intensif agar tanah dapat mempunyai porisitas yang lebih makro untuk
pergerakan akar tanaman.
c) Aerasi
Apabila kandungan bobot isi dalam suatu tanah tinggi, maka total ruang
pori tanah tersebut rendah. Hal ini mengakibatkan pertukaran udara dalam tanah
menjadi terganggu. Karena celah pori yang digunakan sebagai tempat pertukaran
udara dalam tanah menjadi sedikit atau sempit, sehingga aerasi dalam tanah pun
terganggu.
d) Infiltrasi Air
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 15
Pada tanah yang mempunyai pori kecil seperti liat, pori yang dimilikinya
mikro dan kemampuan memegang airnya tinggi sehingga infiltrasi berjalan
lambat dan menyebabkan bobot isi menjadi tinggi.
e) Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah yang mantap menyebabkan bobot isi tanah makin
tinggi.
( Hardjowigeno 1992)
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 16
BAB III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Praktikum lapang ini dilaksanakan pada hari sabtu 19 oktober
2013 di desa Pait Kecamatan Kasembon yang ada di DAS Kali Konto bagian hilir
dan Desa Sumberagung (Dusun Sumbermulyo) Kecamatan Ngantang Kabupaten
Malang.
3.2 Alat
3.2.1 Alat
1. ( Frame alumunium ukuran 2x (0.5 x 0.5) m2
2. Tali rafia : Untuk membuat plot dengan
panjang 20 m sebanyak 6 buah
3. Gunting tanaman : Untuk memotong semua
tumbuhan bawah yang ada pada kuadaran.
4. Kantong Plastik : Untuk membawa sampel yang
akan di kering ovenkan di laboratorium
5. Spidol : Untuk memberi label agar tidak tertukar
atau terjadi kesalahan data
6. Penggaris : Untuk mengukur
7. Timbangan : Untuk menimbang tumbuhan bawah
maupun seresah yang diperoleh dari lapangan serta sampel
tanah
8. Alat tulis : Untuk mencatat data yang
diperoleh di lapangan selama praktikum.
9. Cawan : Untuk tempat meletakkan tanah ke dalam oven
10. Kertas : Untuk memberi nama atau label
11. Cetok dan lempak : Untuk menggali tanah di sekitar
box besi sampel tanah
12. Oven : Untuk mengoven sampel tanah
13. Box besi : Sebagai tempat sampel tanah
14. Tongkat Kayu : Untuk meratakan box besi dengan tanah
15. Palu : UntukMembantu box besi agar masuk ke dalam
tanah
16. Plastik : UntukTempat sampel tanah dan seresah
17. Kompas :Untuk mengetahui arah utara sebagai patokan
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 17
18. Kamera : Untuk mendokumentasikan 3.2.2 Bahan
1. Tanah
2. Air
3. Understory
4. Seresah
5. Ranting
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara Kerja Menyiapkan plot pengamatan Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap lahan agroforestri yang dipilih
searah dengan mata angin sesuai dengan kondisi lahan, dengan langkah sebagai
berikut:
a) Pilih lokasi yang kondisi vegetasinya seragam. Hindari tempat-tempat yang
terlalu rapat atau terlalu jarang vegetasinya.
b) Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap hektar lahan yang dipilih searah
dengan mata angin, dengan langkah sebagai berikut:
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 18
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 19
3.3.2 Cara Kerja Pengukuran Biomasa Tumbuhan Bawah
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 20
3.3.3 Cara Kerja Pengukuran Biomasa Seresah
3.3.4 Cara Kerja Mengukur Ketebalan seresah
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 21
Catatan :
Gambar 2. Penempatan kuadran (titik contoh) dalam Sub plot
3.3.5 Pengamatan Biomassa Kayu Mati
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 22
3.3.6 Cara Kerja Mengukur Berat Isi Tanah
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 23
3.3.7 Cara Kerja Mengevaluasi Struktur Komponen Penyusun Agroforestri
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 24
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
Materi 1. Deskripsi Bio-Fisik lahan Agroforestri
4.2. Mengevaluasi Struktur Komponen Penyusun Lahan Agroforestri
4.2.1 Hasil Pengamatan dan Analisis Data
Hasil dari pengamatan ini dapat diketahui setelah mengolah data ke
excel. Data-data yang perlu diolah antara lain nama pohon, jarak x dan y, dan
panjang tajuknya di setiap arah mata angin. Dengan memasukkan data-data
tersebut, kita juga segera mengetahui posisi pohon. Sehingga dengan begitu, kita
dapat melihat bagaimana tingkat kerapatannya tiap plot.
a) Desa Pait
Tabel 1. Pengolahan Data Lapang Desa Pait
Kuadran 1
No Nama pohon
Simbol x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Randu 1 3,90 3,90 78 110 56 98
2 Pisang 2a 1,10 9,10 180 165 171 keluar plot
2b 1,70 7,00 157 170 180 180
2c 2,10 2,00 70 190 160 140
2d 6,00 7,10 270 250 260 300
3 Meranti 3 6,00 8,80 240 390 480 380
4 Sengon 4 9,20 1,80 550 520 390 keluar plot
5 Durian 5 0,00 8,00 456 keluar plot
470 270
Tabel 2. Pengolahan Data Lapang Desa Pait
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 25
Kuadran 2
No Nama pohon
Simbol x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Randu 1 1,00 9,20 keluar plot
170 210 keluar plot
2 Pisang 2a 10,00 8,00 190 keluar plot
200 215
3 Meranti 3 0,00 0,00 75 keluar plot
keluar plot
keluar plot
4 Sengon 4 2,00 3,00 150 290 200 200
Tabel 3. Pengolahan Data Lapang Desa Pait
Kuadran 3
No Nama pohon
Simbol x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Randu 1a 2,20 4,30 110 156 80 100
1b 3,10 1,10 175 100 keluar plot 86
2 Pisang 2a 0,00 8,00 50 210 200 210
2b 5,00 9,00 190 300 180 200
2c 8,20 4,00 30 210 100 100
2d 9,10 0,00 180 220 keluar plot keluar plot
3 Sengon 4 2,00 2,30 110 180 96 198
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 26
Tabel 4. Pengolahan Data Lapang Desa Pait
Kuadran 4
No Nama pohon
Simbol x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Randu 1a 8,00 8,70 100 82 90 75
1b 6,80 2,40 110 98 97 100
2 Pisang 2d 9,70 10,00 keluar plot 220 180 keluar plot
4 Sengon 4 0,00 1,00 430 260 keluar plot keluar plot
5 Durian 5 0,10 8,10 180 175 160 keluar plot
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 27
b). Desa Sumberagung
Tabel 5. Pengolahan Data Lapang PLOT Desa Sumberagung
Kuadran 1
No Nama pohon
Simbol x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Kopi 1a 4,80 8,90 25 19 32 27
1b 0,90 4,40 53 49 51 100
2 Pisang 2a 1,80 1,60 100 210 110 100
2b 3,00 3,00 210 50 153 80
3 Angsana 3 7,80 6,00 50 200 210 100
4 Lamtoro 4a 4,40 7,30 50 50 200 200
4b 3,80 7,1 53 51 110 90
Kuadran 2
No Nama pohon
Tanaman ke-
x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Kopi 1a 5,4 5,3 51 48 37 42
1b 6 2 53 46 41 39
1c 4 1,8 56 51 42 53
1d 3,20 3,10 49 45 32 38
1e 1,90 3,20 52 42 37 39
2 kemuning 6a 9,10 0,80 55 52 43 54
6b 9,80 9,80 keluar plot 130 146 140
3 Durian 5 0,20 1,00 300 210 176 126
4 waru 7 2,30 3,10 170 160 210 180
Tabel 7. Pengolahan Data Lapang PLOT Desa Sumberagung
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 28
Kuadran 3
No Nama pohon
Tanaman ke-
x (m) y (m) lebar tajuk (cm)
utara timur selatan barat
1 Kopi 1a 5,9 5,8 13 20 18 25
1b 7,3 6 48 50 50 80
1c 6,00 8,40 25 25 49 50
1d 1,90 8,90 50 56 36 63
1e 1,00 9,80 keluar plot 73 48 80
1f 9,90 10,00 keluar plot keluar plot
100 76
2 Durian 5 0,10 0,10 230 310 keluar plot
226
3 Kakao 8 3,80 7,80 83 64 120 145
Kuadran 4Tabel
NoNama pohon
Tanaman ke- x (m) y (m)lebar tajuk (cm)utara timur selatan barat
1 Kopi 1a 3,8 9,8 25 34 41 19 1b 0,8 7,3 50 38 25 50 1c 3,20 2,00 37 46 61 282 Lamtoro 4 1,30 7,10 150 132 121 183
3 Durian 5 8,10 8,30keluar plot
120 300 230
4 waru 7 6,20 6,10 60 72 53 415 Nangka 9 7 4 200 193 210 1806 Mlinjo 10 1,4 2,7 21 14 19 26
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 29
4.2.2 Interpretasi hasil perhitungan Plot Komplek dan gambar kanopi
a) Desa Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang
Pada plot 1 terdapat pohon pisang, meranti, sengon, dan randu. Posisi
pohon di plot 1 terlihat tidak teratur dan jaraknya berjauhan satu dengan yang
lain. Tajuk terkecil dimiliki pohon randu. Hal ini dikarenakan kondisi pohon
randu yang juga terlihat kurang terawat. Sedangkan pohon sengon di plot 1 ini
memiliki tajuk yang cukup lebar. Terdapat dominan pohon Pisang pada plot 1
karena pada lapangan diameter tanaman kopi banyak dibawah 5 cm.
Pada plot 2 terdapat pohon pisang, randu, dan sengon. Dibandingkan
pada plot 1, posisi pohon di plot 2 memilki banyak space kosong. Karena
disamping jumlah pohon yang berdiameter diatas 5 cm yang tidak banyak, juga
dikarenakan sebaran pohon yang tidak teratur. Hal ini juga dapat dilihat dari
kesuburan pada plot 2 yang tidakcukup tinggi.
Pada plot 3 terdapat pohon randu, pisang, dan sengon. Kondisi di Plot 3
hampir sama dengan kondisi di Plot 1 yaitu di dominasi pohon pisang. Tajuk
terbesar dimiliki pohon pisang.
Pada plot 4 terdapat pohon durian, pisang, dan randu. Pada plot 4 jumlah
pohon yang berdiameter di atas 5 cm sedikit, sehingga hanya ada 4 pohon yang
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 30
di identifikasi. Kerapatan tutupan kanopi di plot 4 lebih sedikit dari pada pohon
di plot 3 dan 1.
Secara posisi, beberapa pohon terlihat menggerumbul di pinggir, dan di
tengah tampak renggang. Sehingga yang dapat dilihat adalah bahwa petani di
sana kurang memperhatikan jarak tanamnya. Selain itu, dapat juga dikarenakan
pohon-pohon yang ada di sisi lain tersebut diameternya kurang dari 5 cm dan
kanopinya rendah.
Pada umumnya, dalam mengusahakan suatu lahan agroforestri,
keteraturan jarak tanam memang tidak terlalu diperhatikan petani. Mereka
beranggapan bahwa asalkan ada sisa ruang di lahannya, maka dapat ditanami
komoditas lain yang dapat memberi keuntungan. Padahal dengan pengaturan
jarak tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut agar lebih
optimal. Adanya pengaturan jarak tanam ini bertujuan untuk mengurangi
kompetisi antar tanaman dalam perebutan air dan unsur hara karena turut
memperkirakan panjang telusuran akar tanaman tersebut.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap pixel tajuknya, berikut hasilnya :
1. Total Pixel : 256956
2. Pixel Tajuk : 138054
3. Pixel Non Tajuk : 118902
4. % Tutupan Kanopi : 53,726%
Dari data-data di atas, maka agroforestri ini merupakan jenis
komplek. Faktor yang mendukung adalah tanaman penaung yaitu lima jenis
tanaman antara lain randu, sengon, meranti, dan durian. Sedangkan pisang
memiliki tajuk yang tidak besar, bahkan terkesan jarang memiliki tajuk. Hal ini
dikarenakan tanaman pisang di sana tampaknya kurang diperhatikan petani,
sehingga terlihat tidak terawat. Selain jumlah pohon penaung, agroforestri di
sana juga memiliki tingkatan kanopi tertutup, dengan 53, 726% hal ini
dikarenakan tanaman yang berada pada plot Desa Pait memilki tanaman tinggi
seperti sengon, meranti, dan durian. Hal ini juga menyebabkan tanaman-tanman
tersebut memilki kanopi yang lebar. Sehingga walaupun jumlah jenis pohon
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 31
terdiri dari 5 jenis namun karena hal tersebut menyebabkan plot tersebut
memiliki tingkatan kanopi tertutup. Dari keseluruhan subplot, yang memiliki
tingkat kerapatan terbesar adalah subplot 1. Hal ini dikarenakan data-data kanopi
pohon di subplot 1 terlihat rata, tidak ada yang kosong pada setiap sisinya.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 32
Gambar Kanopi Vertikal (Strata Tajuk)
Sub Plot 3 Sub Plot 4
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 33
Sub Plot 2Sub Plot 1
Strata pohon di plot Desa Pait memiliki 2 strata. Pada subplot 1 dan 3
memiliki dua strata, sedangkan di subplot 1 dan 2 memiliki satu strata.. Pada
strata pertama, terdapat pohon-pohon yang cukup tinggi dengan kanopi cukup
lebar. Pohon-pohon yang termasuk pada strata pertama adalah pohon durian,
meranti,randu, dan sengon. Sedangkan strata kedua yaitu pisang.
b) Desa Sumberagung Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang
Pada plot 1 terdapat pohon kopi, pisang,angsana, dan lamtoro. Posisi
pohon di plot 1 terlihat tidak teratur seperti jarak antara pohon 1 ke pohon yang
lainnya ada yang sangat dekat hingga kanopi bertumpuk dan ada juga antar
pohon yang berjauhan. Tajuk terkecil dimiliki pohon kopi. Hal ini dikarenakan
kondisi pohon kopi yang rata-rata diameternya antara 5 hingga dibawah 5 cm.
Sedangkan pohon Angsana di plot 1 ini memiliki tajuk yang cukup lebar.
Pada plot 2 terdapat pohon kopi, durian, kemuning, dan waru.
Dibandingkan pada plot 1, posisi pohon di plot 2 memilki lebih banyak pohon.
Karena disamping jumlah pohon yang berdiameter diatas 5 cm yang cukup
banyak, juga dikarenakan sebaran pohon merata. Hal ini juga dapat dilihat dari
kesuburan pada plot 2 yang cukup tinggi. Pada plot 2 lebih didominasi tanaman
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 34
Strata 1
Strata 2
kopi. Kerapatan tutupan kanopi renggang karena di dominasi tanaman kanopi
yang kebanyakan masih memiliki diameter dibawah 5 cm.
Pada plot 3 terdapat pohon kopi dan coklat. Kondisi di Plot 3 hampir
sama dengan kondisi di Plot 2 yaitu di dominasi pohon kopi. Tajuk terbesar
dimiliki pohon coklat. Kerapatan tutupan kanopi renggang karena di dominasi
tanaman kanopi yang kebanyakan masih memiliki diameter dibawah 5 cm.
Pada plot 4 terdapat pohon kopi, lamtoro, durian, waru, nangka, dan
mlinjo. Pada plot 4 jumlah pohon yang berdiameter di atas 5 cm cukup banyak,
di plot 4 memikili keragaman tanaman..
Secara posisi, beberapa pohon terlihat menggerumbul di satu sisi tertentu
sehingga tampak renggang. Dapat dilihat bahwa petani di sana kurang
memperhatikan jarak tanamnya. Selain itu, dapat juga dikarenakan pohon-pohon
yang ada di sisi lain tersebut diameternya kurang dari 5 cm dan kanopinya
rendah.
Pada umumnya, dalam mengusahakan suatu lahan agroforestri,
keteraturan jarak tanam memang tidak terlalu diperhatikan petani. Mereka
beranggapan bahwa asalkan ada sisa ruang di lahannya, maka dapat ditanami
komoditas lain yang dapat memberi keuntungan. Padahal dengan pengaturan
jarak tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut agar lebih
optimal. Adanya pengaturan jarak tanam ini bertujuan untuk mengurangi
kompetisi antar tanaman dalam perebutan air dan unsur hara karena turut
memperkirakan panjang telusuran akar tanaman tersebut.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap pixel tajuknya, berikut hasilnya :
1. Total Pixel : 242544
2. Pixel Tajuk : 70544
3. Pixel Non Tajuk : 172000
4. % Tutupan Kanopi : 29,085%
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 35
Dari data-data di atas, maka agroforestri ini merupakan jenis
komplek. Faktor yang mendukung adalah tanaman penaung lebih dari lima jenis
tanaman antara lain kopi, pisang, angsana, lamtoro, durian, kemuning, waru,
coklat, nangka, dan mlinjo. Persen tutupan kanopi didapatkan sebesar 29,085%
dikarenakan kebanyakan tanaman yang berada di plot Desa Sumberagung
didominasi oleh tanaman yang masih tergolong muda karena dari masing-
masing tanaman memiliki tinggi pohon yang sedang, seperti rata- rata tinggi
pohon untuk tanaman kopi antara 2- 3 m, pohon coklat memiliki ketinggian 2 m,
dan sebagainya. Selain itu hal ini juga dipengaruhi dari sebaran tanaman yang
didominasi tanaman kopi dengan lebar tajuk yang sedikit.
Gambar Kanopi Vertikal (Strata Tajuk)
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 36
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 37
Sub Plot 1 Sub Plot 2
Sub Plot 3 Sub Plot 4
Strata pohon di plot kompleks memiliki 3 strata. Pada subplot 1,2, dan 3
memiliki dua strata, sedangkan di subplot 4 memiliki 3 strata. Pada strata
pertama, terdapat pohon-pohon yang cukup tinggi dengan kanopi cukup lebar.
Pohon-pohon yang termasuk pada strata pertama adalah pohon durian, waru,
lamtoro, kemuning, dan angsana. Sedangkan strata kedua yaitu mlinjo, nangka,
dan kakao. Sedangkan strata ketiga adalah pisang.
4.3. Deskripsi manfaat ekonomi pohon dalam sistem agroforestri
4.3. 1 Aspek Sosial Ekonomi Petani AgroforestriA. Hasil Wawancara Petani Agroforestri
1. Petani agroforestri di Desa Pait, Kecamatan Kasembon, Malang
Nama : Pak Riono
Luas lahan : 10.000 m2
Komoditi : kopi, pohon durian, randu, sengon (15 tahun), pisang
Hasil Panen : kopi 1 ton/ tahun (berat basah)
Pupuk : pupuk kandang 1 kw / ha
Pemeliharaan :Lahan pertanian Pak Riono tidak dilakukan
pemeliharaan, hal tersebut terbukti dengan banyaknya
seresah yang berserakan di bawah pohon yang dapat
digunakan sebagai pupuk kompos. Pak Riono hanya
melakukan pemangkasan pada tanaman kopi yang
dilakukan setiap 3 bulan sekali dan pemberian pupuk
kandang 1 kali dalam 1 tahun. Serta untuk pengairannya
Pak Riono mengandalkan air hujan.
Panen : tanaman kopi dipanen 1 tahun sekali dengan harga jual
per kilonya Rp. 19.000,-. Buah durian dipanen setiap 1
tahun sekali dengan sistem tebasan Rp. 1.000.000,- per
pohon. Pohon sengon dipanen dalam waktu 10 tahun
sekali dengan sistem tebasan kisaran harga 1-2 juta per
pohon. Tanaman pisang dipanen setiap 3 bulan sekali
dengan sistem borongan seharga Rp. 100.000,- per
tandan dan ada yang dikonsumsi sendiri.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 38
Tabel 9. Pendapatan dari beberapa tanaman
Pada wawancara dengan petani ini, kami melakukan wawancara kepada
Pak Wiji yang merupakan kakak dari Pak Riono. Hal tersebut dikarenakan Pak
Riono sedang tidak ada di lahan, beliau sedang bekerja di tempat lain. Oleh
karena itu dari hasil wawancara dengan petani, data yang diperoleh sangat
terbatas sehingga banyak data-data yang tidak dapat digali lebih dalam. Dari
data di atas dapat diketahui bahwa data yang lengkap adalah pohon kopi dengan
rincian sebagai berikut : kopi memiliki manfaat dengan diambil biji buahnya
untuk dibuat minuman kopi. Waktu panen hanya dilakukan satu tahun sekali.
Hasil panen yang diperoleh 1 ton. Untuk harga yang dipasarkan yaitu Rp 19.000.
Penghasilan petani pada lahan ini bersifat tahunan karena tanaman yang ditanam
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 39
No Nama Lokal
Manfaat Ekonomi
Waktu Panen
Hasil yang diperoleh,(kg/ha)
Harga dipasaran(Rp/kg)
PisangBuah, daun, jantung
3 bulan sekali
Rp 100.000
Durian Buah1 tahun sekali
Tebasan tiap pohon
Rp 1.000.000
SengonKayu bangunan
4-10 tahun
Rp 500.000 – Rp 2.000.000
Kopi Buah1 tahun sekali
1 ton Rp 15.000
Randu Kayu1 tahun sekali
Tebasan tiap pohon
Rp. 1.000.000
kebanyakan dapat dipanen satu tahun sekali meskipun panen yang dilakukan
tidak secara serentak tetapi bertahap. Disini dimungkinkan petani melakukan
pekerjaan lain selain bekerja sebagai petani di lahannya sendiri untuk
mendapatkan pendapatan dalam jangka pendek di dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
Tabel 10. Kalender Musim
KegiatanBulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemupukan VPemangkasan v v v vPanen pohon: 1. Kopi v 2. Sengon v3. Durian v4. Pisang v v v v5. Randu vPanen tanaman Semusim
Panen ternak/ lebah/ ikan/sapi
Dari kalender musim tanam dapat diketahui kegiatan tanaman dalam
masa pertumbuhan mulai dari penanaman sampai dengan pemanenan. Dari
kalender musim tanam tersebut dibuat contoh lima pohon, yaitu kopi, durian,
sengon, randu dan pisang. Untuk tanaman semusim tidak ada, selain itu ternak
atau lebah atau ikan juga tidak ada. Berdasarkan data tabel kalender musim
maka dapat diperkirakan paling banyak dibutuhkan tenaga kerja pada bulan 6
sampai 9 karena terjadi pemanenan tanaman pada lahan serta tetap melakukan
pemeliharaan tanaman.
Pada waktu memanen umumnya petani tidak membutuhkan tenaga kerja
karena kebanyakan tanaman ini dijual dengan sistem tebasan, sehingga petani
hanya mendapatkan uang bersih tanpa dipotong tenaga kerja. Dalam
pemangkasan tanamannya petani dapat melakukannya sendiri, sehingga juga
tidak membutuhkan tenaga kerja. Pemupukan hanya disini hanya melakukan
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 40
pemupukan pada daun karena untuk keadaan tanah sudah banyak seresah dan
unsur hara yang menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
2. Petani agroforestry di Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Malang
Bapak Amad merupakan petani agoforestri di daerah Sumberagung,
Ngantang. Beliau menanam beraneka macam tanaman pepohonan di lahan
pertaniannya. Tanaman yang beliau tanam antara lain buah manggis, durian,
duku, kopi, langsep, cengkeh, alpukat, kedondong, kaliandra, dsb. Luas lahan
pertanian yang beliau miliki adalah 1 ha. Jika dilihat dari beragamnya jenis
tanaman serta banyaknya jumlah tanaman dalam lahan baik kayu maupun non
kayu, agroforestri ini termasuk agroforestri kompleks/multistrata. Pada lahan
agroforestri ini pola tanam yang digunakan adalah sistem tumpangsari, dimana
tanaman kopi sebagai tanaman utamanya, kemudian tanaman durian, nangka dan
dadap sebagai naungannya, sebab kopi membutuhkan naungan untuk dapat
tumbuh dengan baik.
Bapak Amad mulai menanam buah durian sejak tahun 1970, namun pada
tahun 2002 beliau bekerjasama dengan Universitas Brawijaya untuk
pengembangan usaha tani tersebut. Sedangkan untuk usaha tani kopi sudah ada
sejak jaman Belanda menjajah Indonesia. Bibit tanaman durian yang beliau
tanam merupakan bibit milik sendiri, yaitu bibit durian jingga, durian manalagi,
dsb. Durian yang ditanam ini berbuah 3 kali dalam satu tahun. Perawatannya
dilakukan oleh anggota keluarga yakni dengan memberikan pupuk organik dan
pemberian pestisida nabati. Pestisida nabati tersebut merupakan pestisida buatan
sendiri yang dibuat berasal dari daun sirih, tanaman gadung, daun mimba, dsb.
Pengairan untuk lahan pertanian Bapak Amad mengandalkan air hujan.
Untuk pemasaran, Bapak Amad memasarkan hasil pertaniannya dengan
sistem tebasan untuk buah duku, alpukat, kedondong, cengkeh, pete, dan
manggis. Sedangkan untuk buah durian, beliau kadang menjualnya sendiri ke
konsumen. Begitu juga dengan harga jualnya yang bervariasi, dengan harga jual
tertinggi adalah produksi kopi, yaitu Rp 19.000,-/kg, serta durian yang juga dapat
mencapai Rp 20.000,-/buah (tergantung besar dan kualitas buahnya). Pendapatan
yang diterima petani pemilik dengan beberapa jenis tanaman tersebut per
tahunnya mencapai Rp 219.000.000 – Rp 231.500.000 dengan penyumbang
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 41
pendapatan terbanyak adalah tanaman kopi dengan hasil produksi mencapai 10
ton atau setara dengan 10.000 kg per tahun. Dengan berusaha tani sistem
agroforestry ini, Pak Amad mengaku memperoleh banyak keuntungan. Yaitu
biaya produksi yang beliau keluarkan cukup sedikit namun hasil penjualan yang
beliau peroleh sangat tinggi sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-
hari keluarga Bapak Amad.
Tabel 11. Kalender kegiatan dan kalender panen
Kegiatan Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemupukan √ √Penyiangan √ √ √Pemangkasan √ √Panen :1. Kopi √ √2. Langsep √ √3. Duku √ √4. Cengkeh √5. Manggis6. Durian √ √7. Kaliandra
Panen tanaman semusim
-
Panenternak/lebah/ikan/ sapi
√
Dari data hasil wawancara dengan Bapak Amad (pemilik lahan agroforestri),
diperoleh data yang kami sajikan dalam bentuk tabel seperti di atas. Berdasarkan tabel
kalender kegiatan di atas, diketahui waktu pemupukan dilakukan pada bulan Juli dan
Agustus. Kemudian penyiangan dilakukan 3 kali dalam 1 tahun, yaitu bulan Maret,
Juni, dan Desember. Sedangkan untuk pemangkasan tanaman kopi dilakukan setiap
bulan Mei dan September. Namun, waktu pemanenan dari setiap jenis tanaman berbeda-
beda. Bapak Amad hanya memiliki lahan dalam bentuk sistem agroforestri dan juga
ternak, beliau tidak memiliki lahan tanaman semusim, sehingga kegiatan hanya
dilakukan untuk tanaman agroforestry-nya dan berternak.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 42
B. Kesimpulan dari Hasil Wawancara Petani dalam Penggunaan Sistem
Agoforestri
Dengan adanya keanekaragaman jenis tanaman pada lahan agroforestri yang
dimiliki oleh kedua petani diatas, maka akan semakin rapat tajuk antar pohon, semakin
banyak pula seresah yang dihasilkan oleh tanaman. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai
indikator kesuburan dan kelembaban tanah, kandungan bahan organik, dan keberadaan
kehidupan biologi dalam tanah. Semakin beranekaragam jenis tanaman, maka tanah
akan semakin subur dan gembur, karena mengandung bahan organik yang berasal dari
seresah tanaman agroforestri. Adanya tajuk yang rapat maka kelembapan tanah akan
semakin tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas kehidupan biologi tanah juga
akan semakin meningkat karena keadaan tanah yang lembab dan gembur.
Dengan berbagai kondisi di atas, maka keanekaragaman jenis tanaman
agroforestri tersebut dapat dikatakan sebagai penyubur tanah, memberikan jasa
lingkungan kepada masyarakat setempat berupa penyerapan tenaga kerja,penyedia
udara bersih (O2), penyimpan air, dan lain sebagainya. Sedangkan manfaat lain yang
diperoleh dengan adanya keanekaragaman jenis tanaman yang ditanam pada lahan
agroforestri tersebut adalah manfaat dari segi ekonomi. Petani pemilik lahan dapat
memperoleh hasil produk tidak hanya dari satu jenis tanaman saja, tetapi dari beberapa
jenis tanaman yang ada dilahannya tersebut. Semakin benarekaragam jenis tanaman
yang ditanam maka akan semakin tinggi pula pendapat yang diterima oleh petani
pemilik lahan agroforestri tersebut.
Waktu pemeliharaan dan panen juga memberikan manfaat sosial ekonomi untuk
petani pemilik lahan. Dengan pemeliharaan yang tidak dilakukan secara bersamaan,
selain meringankan pekerjaan juga tidak memberatkan pengeluaran (biaya)
pemeliharaan, jadi pengeluaran bisa dilakukan secara bertahap juga. Sedangkan dari
segi waktu pemanenan yang tidak dilakukan secara bersama, selain mempermudah dan
memperingan pekerjaan juga dapat memberikan pemasukan (pendapatan) secara merata
dan relatif stabil setiap bulannya.
4.4 Mengevaluasi fungsi ekologi pohon dalam sistem agroforestri
4.4.1 Data Estimasi Biomasa Pohon dan karbon tersimpan
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 43
a). Desa Pait Kasembon
Tabel 12. Data LBD di Desa Pait Kasembon
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 44
Tabel 13. Data Biomassa Pohon. Cadangan Karbon dan Biomassa Akar
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 45
Total Biomassa Pohon : 13059,37051
Total C-Stock : 6007,31
Total Biomassa Akar : 3264,842628
Kesimpulannya yaitu Desa Pait termasuk pada sistem agroforestry kompleks
karena terdiri dari 8 jenis pohon yang di tanam.
Di desa ini termasuk dalam agroforestri kompleks pohon yang ditanam lebih
dari lima jenis pohon. Adapun jenis pohon yang ada disana adalah pohon durian,
pisang, lamtoro, sengon. Tanaman utamanya adalah pisang, karena lahan disana dibuat
seperti pekarangan . jarak tanamnyapun tidak beraturan. Luas basal daerah untuk
tanaman pohon sebesar 19,95%. Jika di interpretasikan angka 19,95% menunjukkan
luas daerah yang khusus ditanami oleh pohon pisang. Untuk biomassa pohon pisang
didapatkan angka sebesar 1305,37051. Sedangkan total cadangan karbon yang
disimpan pada pohon sebesar 6007,31. Total biomassa akar 3264,842628. Total pohon
yang ada di plot Desa Pait ada 26 pohon dan kerapat jenis sebesar 30,7as6%.
Pada desa Pait, terdapat beberapa vegetasi yaitu tanaman pisang, lamtoro,
durian, sengon, mangga, dan beberapa tanaman yang tidak teridentifikasi nama
tanamanya, dimana pada tabel disimbolkan dengan pohon A, pohon B, dan pohon C.
Biomassa akar pada masing-masing vegetasi ini berbeda, yaitu akumulasi total
biomassa akar pada pohon A adalah sebesar 480,04568kg, pohon B sebesar
1774,6533kg, pohon C sebesar 43,102287kg, pohon pisang sebesar 10,771849kg, pohon
lamtoro sebesar 215,06179kg, pohon durian sebesar 670,09099kg, pohon sengon
sebesar 42,69378222 kg, dan pohon mangga sebesar 28,42286482kg. Untuk total
biomassa akar seluruh vegetasi di desa Pait sebesar 3264,842628kg.
b). Desa Sumberagung, Ngantang
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 46
Tabel 14. Data LBD Pohon (Data Lapangan)
Kuadran 1
Kuadran 2
Tabel 15. Data LBD Pohon (Data Lapangan)
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 47
Kuadran 3
Tabel 16. Data LBD Pohon (Data Lapangan)
Kuadran 4
Tabel 17. Data LBD Pohon (Data Lapangan)
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 48
Tabel 18. Estimasi Biomassa Pohon, C-Stock, dan Biomassa Akar di Desa Sumber Agung, Ngantang
Kesimpulannya adalah di Desa Ngantang merupakan sistem agroforestry kompleks dengan jumlah jenis tanaman sebanyak 10 jenis pohon. Tanaman utamanya adalah kopi dengan pohon penaungnya adalah lamotor, durian, kapas, alpukat, nangka.
4.4.2 Data Estimasi Biomasa Pohon dan karbon tersimpan
1. Pembahasan LBD dan biomassa pohon
Sama halnya dengan Desa Pait, Di Desa Sumberagung, Kecamtana Ngantang
juga termasuk dalam agroforestri kompleks, hanya saja jenis pohon di Desa
Sumberagung lebih banyak dari Desa Pait. Jumlah pohon di plot pengamatan ada 39
pohon dengan 10 jenis pohon. Kerapatan populasinya sebesar 975 pohon /ha serta
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 49
kerapatan jenis pohon sebesar 25,64%. Di desa Sumberagung tanaman kopi adalah
tanaman utama yang diusahakan, karena di lahannya merupakan lahan kopi dengan
banyak naungannya seperti pohon durian, kakao, alpukat. Untuk total biomassa pohon
sebesar 3100,526. Cadangan karbon yang dapat disimpan pada pohon di plot
pengamatan sebesar 1426,24% serta total biomassa akar sebesar 775,131.
2. Pembahasan biomassa akar
Pada desa Sumberagung, terdapat beberapa vegetasi yaitu tanaman kopi,
lamtoro, durian, kakao, pisang, kapas, alpukat, nangka, genitu, dan satu tanaman yang
tidak teridentifikasi nama tanamanya, dimana pada tabel disimbolkan dengan pohon
A. Biomassa akar pada masing-masing vegetasi ini berbeda, yaitu akumulasi total
biomassa akar pada pohon kopi adalah sebesar 71,67526kg, pohon lamtoro sebesar
111,80069 kg, pohon durian sebesar 174,5571kg, pohon kakao sebesar 7,1438561 kg,
pohon pisang 1,0552342 kg, pohon kapas sebesar 223,96584 kg, pohon alpukat
sebesar 50,22287801 kg, pohon nangka sebesar 10,33083559 kg, pohon genitu
sebesar 11,990899 kg, dan pohon A sebesar 112,3889495 kg. Untuk total biomassa
akar seluruh vegetasi di desa Sumberagung sebesar 775,1315509 kg.
3. Pembahasan perbandingan biomassa akar di desa Pait dan desa Sumberagung
Berdasarkan data diatas, yaitu di desa Pait dan desa Sumberagung, dapat
disimpulkan bahwa biomassa akar di desa Pait lebih besar dibandingkan biomassa
akar di desa Sumberagung yaitu sebesar 3264,842628 kg untuk akumulasi biomassa
akar seluruh vegetasi di desa Pait yang meliputi tanaman pisang, lamtoro, durian,
sengon, mangga, dan beberapa tanaman yang tidak teridentifikasi nama tanamanya,
dimana pada tabel disimbolkan dengan pohon A, pohon B, dan pohon C. Sedangkan,
biomassa akar di desa Sumberagung hanya sebesar 775,1315509 kg akumulasi
biomassa akar seluruh vegetasi di desa Sumberagung yang meliputi tanaman kopi,
lamtoro, durian, kakao, pisang, kapas, alpukat, nangka, genitu, dan satu tanaman yang
tidak teridentifikasi nama tanamanya, dimana pada tabel disimbolkan dengan pohon
A. Selisih biomassa akar di desa Pait dan desa Sumberagung adalah sebesar
2489,7111 kg untuk total seluruh vegetasi yang ada pada kedua lokasi tersebut.
4.4.3 Mengukur
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 50
a). Desa Pait Kecamatan Kasembon
Tabel 19.perhitungan biomassa
Pohon mati Diameter Jari-jari dan tinggi (cm)
Biomassa Stok karbon
Pisang 1 (kuadran 3)
Jari – jari : 9,85 cmTinggi : 256 cm
V = π . r2 . t = 3,14 . (9,85)2 . 256 = 3,14 . 97,02 . 256 = 77,98 cm3
Stok karbon = 77,98 x 0,46= 35,87
= 35,87
pisang 2
(kuadran 4)
Jari – jari : 15,5 cm
Tinggi : 295cm
V = π . r2 . t = 3,14.(15,5)2
.295 = 3,14.240,25 .295 = 222,54 cm3
Stok karbon= 222,54 x 0,46= 102,37
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 51
pohon x
(kuadran 3)
Jari – jari : 13 cmTinggi : 40 cm
Volume :V = π . r2 . t= 3,14 . (13)2 . 40= 3,14 . 169 . 40= 21,22 cm3
Stok karbon = 21,22 x 0,46= 9,76
= 9
Di desa ini termasuk dalam agroforestri kompleks. Adapun jenis pohon yang ada
disana adalah pohon durian, pisang, lamtoro, sengon. Jarak tanamnya pun tidak
beraturan.Untuk kerapatan pohon pada plot ini yaitu sebesar 1,49 . dan pada plot ini
ditemukan 2 jenis pohon mati aitu pohon pisang dan pohon X. Untuk Nekromassa pohon
pisang mati(tumbang) didapatkan total cadangan karbon yang disimpan pada pohon mati
sebesar 138,24 dan untuk total cadangan karbon atau stok karbon untuk pohon X sebesar
9,76. Sehingga Total Nekromassa pohon mati yang ada di plot Desa Pait sebesar 148.
b). pohon mati di Desa Sumberagung
Tabel 20.
Stok karbon = Biomassa per satuan luas x 0,46 Pohon mati Diameter Jari-jari dan
tinggi (cm)Biomassa Stok karbon
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 52
Kopi tunggak (kuadran 2)
Jari – jari : 7,35 cmTinggi : 19 cm
V = π . r2 . t = 3,14 . (7,35)2 . 19 = 3,14 . 54,92 . 19 = 3,22 cm3
Stok karbon = 3,22 x 0,46= 1,48
Pisang 1 dan 2 Pisang 1Diameter : Pangkal : 30 cm Tengah : 23 cm Ujung : 20 cmDiameter rata-rata : 24,3 cm
Pisang 2Diameter : Pangkal : 44 cmTengah : 41 cm Ujung : 36 cmDiameter rata-rata : 40,3 cm
Jari – jari : 12,15 cmTinggi : 82 cm
Jari – jari : 20,15 cmTinggi : 120 cm
V = π . r2 . t= 3,14 . (12,15)2 . 82= 3,14 . 147,62 . 82= 38,009 cm3
V = π . r2 . t= 3,14 . (20,15)2 . 120= 3,14 . 406,2 . 120= 152,98 cm3
Stok karbon = 38,009 x 0,46 = 17,48
Stok karbon= 152,98 x 0,46= 70,37
Pohon Kopi (kuadran 3)
Diameter : Pangkal : 16 cm Tengah : 13 cm Ujung : 10 cmDiameter rata-rata : 13 cm
Jari – jari : 6,5 cmTinggi : 169 cm
Y = π. D2.h.p/ 40= 3,14. 132.169.1,49/ 40= 33,41
Stok karbon = 33,41 x 0,46= 15,37
= 9
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 53
Di desa ini juga masuk dalam agroforestri kompleks, tanaman kopi adalah tanaman
utama yang diusahakan, karena di lahannya merupakan lahan kopi dengan banyak
naungannya seperti pohon durian, kakao, alpukat. Jarak tanamnya pun sedikit
beraturan.Untuk kerapatan pohon pada plot ini yaitu sebesar 1,49. dan pada plot ini
ditemukan 4 pohon mati aitu pohon pisang dan pohon kopi. Untuk Nekromassa pohon pisang
mati(tumbang) didapatkan total cadangan karbon yang disimpan pada pohon mati sebesar
87,85 dan untuk total cadangan karbon atau stok karbon untuk pohon kopi sebesar 16,85.
Sehingga Total Nekromassa pohon mati yang ada di plot Desa Sumber Agung sebesar 104,7.
4.4.4 Mengukur Biomassa Seresah
a) Di Desa Sumber Agung
Tabel 21. Data Seresah Daun
No.Berat Basah
(g)
Berat Basah sub
sampel (g)
Berat Kering sub sampel (g)
Kadar AirTotal Berat Kering
g/0,25m2 kg/400m2 Mg/ha
Kuadran 1 358 100 88.1 13.51 315.40 504.64 12.62
Kuadran 2 167.9 100 80.7 23.92 135.50 216.79 5.42
Kuadran 3 174.2 100 87.4 14.42 152.25 243.60 6.09Kuaadran 4 196.4 100 89.5 11.73 175.78 281.24 7.03
Tengah 180.2 100 87.5 14.29 157.68 252.28 6.31
Total 1076.7 500 433.2 77.86 936.60 1498.56 37.46
Rata-rata 215.34 100.00 86.64 15.57 187.32 299.71 7.49
Tabel 22. Biomassa Ranting
No.Berat Basah
(g)
Berat Basah sub sampel (g)
Berat Kering sub sampel (g)
Kadar Air
Total Berat Kering
g/0,5m2 kg/400m2 Mg/ha
Kuadran 1 198 100 87.1 14.81 172.46 275.93 6.90Kuadran 2 98.4 98.4 86.4 13.89 86.40 138.24 3.46Kuadran 3 130.5 100 86.3 15.87 112.62 180.19 4.50
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 54
Kuadran 4 99.1 99.1 87.2 13.65 87.20 139.52 3.49Tengah 21.7 21.7 18.8 15.43 18.80 30.08 0.75Total 547.7 419.2 365.8 73.65 477.48 763.97 19.10Rata-rata 109.54 83.84 73.16 14.73 95.50 152.79 3.82
Total Berat SeresahRanting Total Rata-rata
Kering daun utuh+hancurg/0,25m2 187.32 477.48 664.80 332.40kg/400m2 299.71 763.97 1063.68 531.84Mg/ha 7.49 19.10 26.59 13.30Cadangan carbon (gr/m2) 299711.07 763967.2 1063678.27 531839.14Cadangan carbon (Mg/ha)
14985.557639.67 10636.78 5318.39
Grafik 1.Cadangan Karbon pada desa Sumber agung
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 55
Nekromas Cadangan karbon(Mg/ha)
Seresah daun14985.55
Ranting 7639.67
Kadar Air (%) =
b) Di Desa Pait
Tabel 23.hasil pengamatan understory
No.Berat Basah
(g)
Berat basah sub sampel(g)
Berat kering sub sampel
Total Berat Keringg/
0,25m2kg/
200m2Mg/ha
kuadran 1 203.5 100 33.3 67.77 108.42 2.71kuadran 2 111.3 100 32.9 36.62 58.59 1.46kuadran 3 81.2 81.2 28.7 28.70 45.92 1.15kuadran 4 40.4 40.4 13.6 13.60 21.76 0.54tengah 0 0 0 0.00 0.00 0.00Total 436.4 321.6 108.5 146.68 234.69 5.87
Rata-rata 87.28 64.32 21.70 29.34 46.94 1.17
Total BK (g) =
Data 24. hasil pengamatan seresah daun
No.Berat Basah
(g)
Berat basah sub sampel (g)
Berat kering sub sampel (g)
Kadar Air
Total Berat Keringg/
0,5m2kg/
400m2Mg/ha
kuadran 1 174.9 100 81.8 22.25 143.07 228.91 5.72kuadran 2 86.5 86.5 65.6 31.86 65.60 104.96 2.62kuadran 3 47 47 35.7 31.65 35.70 57.12 1.43kuadran 4 38.1 38.1 29.7 28.28 29.70 47.52 1.19
tengah 99.6 99.6 80.6 23.57 80.60 128.96 3.22
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 56
Total 446.1 371.2 293.4137.6
2 354.67 567.47 14.19Rata-rata 89.22 74.24 58.68 27.52 70.93 113.49 2.84
Tabel 25. hasil pengamatan ranting
No.Berat Basah
(g)
Berat basah sub sampel (g)
Berat Kering sub sampel(g)
Kadar Air
Total Berat Keringg/
0,5m2kg/
400m2Mg/ha
kuadran 1 80 80 64.4 24.22 64.40 103.04 2.58kuadran 2 33.6 33.6 28.3 15.77 28.30 45.28 1.13kuadran 3 17.3 17.3 10.8 37.57 10.80 17.28 0.43kuadran 4 60.9 60.9 45.7 24.96 45.70 73.12 1.83
tengah 38.1 38.1 28.6 24.93 28.60 45.76 1.14
Total 229.9 229.9 177.8127.4
6 177.80 284.48 7.11Rata-rata 45.98 45.98 45.98 35.56 25.49 35.56 56.90
Total Berat SeresahRanting Understorey Total Rata-rata
Kering daun utuh+hancur
g/0,25m2 354.67 177.80 146.68 679.15 226.38
kg/400m2 567.47 284.48 234.69 1086.64 362.21
Mg/ha 14.19 7.11 5.87 27.17 9.06
Cadangan carbon (gr/m2) 567469.12 284480 234693.12 1086642.24
362214.08
Cadangan carbon (Mg/ha) 5674.69 2844.80 2346.93 10866.42
3622.14
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 57
Nekromas Cadangan karbon(Mg/ha)Seresah daun 5674.69Ranting 2844.80Understorey 2346.93
Grafik 2.Cadangan Karbon pada desa Pait
4.4.5 Menilai Ketebalan Seresah
4.4.5.1 Data Ketebalan Seresah
Tabel 27.Ketebalan Seresah Desa Pait
Titik Pengamatan
Kuadaran I
(cm)
Kuadaran II
(cm)
Kuadaran III
(cm)
Kuadaran IV
(cm)
Tengah(cm)
1 1 0.5 1.7 0.5 0.72 1.2 1 2.3 1.5 1.23 0.7 0.8 1.7 1 1.14 1 1 1.3 1 1.75 2 0.4 0.5 0.4 26 1.2 1.2 1.2 0.7 2.37 0.3 1.2 1.5 1 28 0.5 1.2 1.5 1.2 1.8
Rata-Rata 0.99 0.91 1.46 0.91 1.6
Tabel 28. Data Ketebalan Seresah Desa Sumber Agung
Titik Pengamatan
Kuadaran I(cm)
Kuadaran II(cm)
Kuadaran III(cm)
Kuadaran IV(cm)
Tengah(cm)
1 3 1 2.5 1.5 22 3.1 2 1.5 1.7 2
3 1.9 2 1.8 2.2 1.5
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 58
4 2.3 1.5 3 0.8 2.5
5 1.5 2 1 1 2
6 2.5 2.2 1 2 1.5
7 3.5 1.5 1 2.5 2
8 1.5 1.9 1 1 1.8
Rata-Rata 2.41 1.76 1.6 1.59 1.91
4.4.5.2 Pembahasan dari Data
1) Pembahasan Data Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah pada kegiatan praktikum lapang hanya ditemukan di desa
Pait yaitu dengan berat total kering 146,6 g .Sedangkan pada desa Sumberagung tidak
ditemukan karena memang pada lahan yang di Sumberagung merupakan lahan yang
menejemen pengelolaanya baik yaitu adanya kegiatan penyiangan dari rumput-rumput
liar yang berada dibawah pohon kopi serta tata letak jaraknya tanaman yang tertata
yaitu agroforestri komplek antara (kopi,duren randu , lamtoro dll) serta juga bisa
dikarenakan waktu kami praktikum bertepatan dengan musim kemarau panjang
sehingga tidak menemukan tanaman bawah sedangkan pada lahan yang ada di desa
Pait menejemen pengelolaannya tidak terawat baik.Hal ini dapat terlihat pengaturan
tata letak tanaman yang terlihat tidak beraturan antara tanaman ketela pohon dan
pohon seperti durian,pisang mahoni dan alpukat.Ditambah juga tidak adanya kegiatan
penyiangan yang dilakukan oleh pemilik lahan Sehingga banyak bagian lahan yang
tertutup oleh rumpu-rumput liar di lahan tersebut yang dapat terlihat secara jelas.
2) Data Seresah
Dari hasil data seresah diketahui bahwa pada desa Sumberagung jumlah
seresah yang ditemukan lebih banyak dibandingkan pada desa Pait.Dimana pada desa
Sumberagung total berat basah yang ditemukan pada plot 20 m x 20 m yaitu untuk
seresah daun seberat 1076,76 g sedangkan seresah ranting seberat 547,7 g.Sedangkan
pada desa Pait untuk berat basah total seresah daun 446,1 g dan untuk seresah ranting
sebesar 229,9 g.Sehingga dapat kita simpulkan bahwa pada desa Sumberagung jumlah
masukan seresah baik dari seresah daun maupun ranting lebih banyak dibandingkan
pada desa Pait.
Untuk % Kadar air dari seresah yang berupa ranting dan daun pada desa Pait
lebih tinggi dibandingkan pada desa Sumberagung .Pda desa Pait % kadar air berkisar
antara 22,2 % -33,3 % sedangkan pada desa Sumberagung % kadar air berkisar antara
11,7 %-23,7%.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 59
3) Menilai Ketebalan Seresah
Dari data mengenai ketebalan seresah pada kegiatan praktikum yang
dilaksanakan di dua tempat yaitu pada desa Pait dan desa Sumberagung dapat
disimpulkan terdapat perbedaan ketebalan seresah antara di dua tempat tersebut
dimana pada desa Sumberagung ketebalan seresah rata-rata berkisar 0,9 – 1,6 cm
lebih tinggi dibandingkan di desa Pait yang hanya memiliki ketebalan rata-rata
berkisar 1,59 - 2,4 cm hal ini dikarenakan pada desa Sumberagung komposisi
vegetasinya sangat beragam dan jumlahnya banyak yang bisa dikategorikan sebagai
sistem agroforestri komplek sehingga bahan masukan seresahnya cukup tinggi
dibandingakn desa Pait yang keragaman vegetasinya lebih rendah yang bisa
dikategorikan kedalam sistem Agroforestri sedehana.
Ketebalan lapisan seresah tersebut ditentukan oleh jumlah dan komposisi
masukan seresah yang gugur.Pada kegiatan praktikum lapang Kami hanya
menemukan (cabang dan ranting).Perbedaan komposisi masukan seresah tersebut
akan menentukan 'masa tinggal' seresah di permukaan tanah. Masa tinggal seresah
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kecepatan pelapukan (dekomposisi) seresah seperti
yang dijelaskan pada tinjauan pustaka, dan perpindahan seresah ke lain tempat karena
terangkut oleh aliran permukaan.Lapisan seresah yang tebal pada suatu lahan,
merupakan jaminan bagi perbaikan kondisi fisik tanah. Lapisan seresah yang tebal
dapat memberikan :
(a) Tutupan bagi tanah sehingga dapat melindungi agregat tanah dari pukulan air
hujan.Dimana struktur tanah tetap utuh yang memungkinkan air hujan masuk
ke dalam tanah sehingga bermanfaat untuk mengurangi limpasan permukaan.
(b) Mempertahankan keragaman fauna tanah melalui penyediaan makanan, salah
satunya adalah cacing tanah, dan
(c) Mempertahankan kandungan bahan organik tanah (BOT). Akar tanaman dan
fauna tanah merupakan faktor penting dalam proses ini, karena selama
aktivitasnya ke dua organisme tersebut akan meninggalkan banyak liang
dalam tanah yang dapat menambah jumlah pori makro tanah dan masuknya
air ke dalam tanah (inflltrasi).
(d) Lapisan seresah yang tebal, mampu menjaga iklim mikro tanah (kelembaban
dan suhu tanah) yang menguntungkan bagi perkembangan makro fauna tanah
terutama cacing tanah dan perkembangan akar tanaman. Dengan semakin
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 60
aktifnya ke dua organisma tanah tersebut juga akan bermanfaat untuk
meningkatkan jumlah pori makro tanah.
4) Perbandingan C-Stock di antara Desa Pait dan Desa Sumberagung
Cadangan karbon seresah daun pada Desa Pait dan Sumberagung lebih tinggi di
Desa Sumberagung dengan selisih sebesar 9310.86 Mg/ha. Sedangkan cadangan karbon
ranting lebih tinggi di Desa Sumberagung dengan selisih sebesar 4794.87 Mg/ha.
Mengenai cadangan karbon understorey hanya ada di Desa Pait sebesar 2346.93 Mg/ha.
Hal tersebut dikarenakan, tingginya tutupan kanopi di Desa Sumberagung yang
menjadikan banyaknya seresah dan juga berpengaruh pada banyaknya cadangan karbon.
Selain itu, hal lain yang mempengaruhi adalah titik penempatan frame alumunium pada
kedua plot tersebut. Peletakan frame alumunium dilakukan secara acak. Dapat dikatahui
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan karbon di lahan agroforestri adalah
kerapatan populasi pohon, umur pohon, jenis pohon dan kecepatan pertumbuhan.
Apabila dihubungkan dengan faktor yang memperngaruhi hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat kerapatan populasi pohon di Desa Sumberagung yaitu
sebanyak 39 popuasi poho dan lebih tinggi daripada Desa Pait yang hanya berjumlah 26
pohon.
Laporan Agroforestri A2 tahun 2013-2014 Page 61
4.4.6 Mengukur Berat Isi Tanah
4.4.6.1 Perhitungan
Tabel 30.perhitungan berat isi tanah
Plot W1 = Berat
tanah di box
(g/4000 cm3)
W2 = Berat
tanah basah
(gram)
Berat
cawan
(gram)
Berat kering
tanah+cawan
(gram)
W3 = Berat
Kering
tanah (gram)
BI Tanah =
W/V
(g cm-3)
Pait 5700 50 4,58 46,43 41,85 1,19
Sumber
agung4300 50 4,12 48,90 44,78 0,96
Volume Tanah dalam box besi (V) = 20 cm x20 cm x10 cm = 4000 cm3
Berat kering tanah dalam box besi (W) = (W1/W2) x W3 , g/4000 cm3
a. Plot Pait :
W = (W1/W2) x W3
= (5700 /50) x 41,85
= 4770,9 g/4000 cm3
b. Plot Sumber Agung
W = (W1/W2) x W3
= (4300/50) x 44,78
= 3851,08 g/4000 cm3
Berat Isi Tanah (BI) = W/V, g cm-3
a. Plot Pait :
BI = W/V
BI = 4770,9/4000
BI = 1,19 g cm-3
b. Plot Sumber Agung
BI = W/V
BI = 3851,08/4000
BI = 0,96 g cm-3
62
4.4.6.2 Perhitungan Cadangan Karbon di dalam tanah
a) Plot Pait
BI tanah 1,19 g cm-3 = 1192,73 kg m-3
1 HLO = 10000*0,1*1192,73 = 1192725,00 kg = 11927,25 mg
C dalam tanah = 11927,25 * 2/100 = 238,55 Mg/ha
b) Plot Sumberagung
BI tanah 0,96 g cm-3 = 962,77 kg m-3
1 HLO = 10000*0,1*962,77 = 962770,00 kg = 9627,70 mg
C dalam tanah = 9627,70 * 2/100 = 192,55 Mg/ha
4.4.6.3 Pembahasan
Lahan pengamatan di Desa Pait dan Desa Sumberagung termasuk kedalam
agroforestry kompleks. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis vegetasi penyusun
kedua lahan tersebut, masing-masing lahan tersusun lebih dari lima jenis pohon
penyusun.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui nilai berat isi pada lahan di
Desa Pait sebesar 1,19 g cm-3 dan Desa Sumberagung sebesar 0,96 g cm-3.
Pengaruh berat isi di bidang pertanian sangat penting yaitu sebagai
pendukung proses infiltrasi, konsistensi, pergerakan akar dan pengolahan lahan
dan perhitungan berat isi bermanfaat untuk mengetahui tentang kandungan
kebutuhan air di dalam tanah (Rahardjo, 2001). Apabila kandungan bobot isi
dalam suatu tanah tinggi, maka total ruang pori tanah tersebut rendah. Akibatnya
tanaman sulit menembus lapisan dalam tanah, hal ini karena tanaman memerlukan
ruang pori yang relatif tinggi untuk bisa menembus lapisan dalam suatu tanah.
Lahan di Desa Sumberagung lebih banyak ditanami oleh tanaman buah-
buahan yang memiliki perakaran yang lebih besar dan dalam daripada tanaman
singkong serta pohon-pohon kecil yang ada di Desa Pait. Oleh karena itu, pori
tanah di lahan Desa Sumberagung lebih banyak daripada Desa Pait. Pori yang ada
akan sangat mempengaruhi tingkat infiltrasi dalam tanah, semakin banyak pori
maka akan semakin tinggi tingkat infiltrasi dan akan meningkatkan kapasitas
menahan air dan kemampuan tanah dalam melewatkan air.
63
Seresah adalah tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa
vegetasi lainnya di atas lantai hutan atau kebun. Seresah yang telah membusuk
atau mengalami dekomposisi berubah menjadi humus dan akhirnya menjadi
tanah. Rata-rata jumlah seresah di kuadran tengah pada Desa Pait adalah 1,6 dan
Desa Sumberagung adalah 1,9.
Salah satu kelebihan agroforestri dalam mempertahankan sifat fisik tanah
adalah menghasilkan seresah sehingga dapat menambah bahan organik tanah.
Sistem agroforestri dapat mempertahankan kandungan bahan organik tanah di
lapisan atas melalui pelapukan seresah yang jatuh ke permukaan tanah sepanjang
tahun. Pemangkasan tajuk pepohonan secara berkala yang ditambahkan ke
permukaan tanah juga memepertahankan atau menambah kandungan bahan
organik tanah. Kondisi tersebut dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah
dan lebih lanjut dapat meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air.
Kandungan karbon dalam tanah pada desa Pait sebesar 238,55 Mg/ha dan
di Desa Sumberagung sebesar 192,55 Mg/ha. Menurut Hairiah (2007), jumlah
karbon tersimpan antar lahan berbeda-beda tergantung pada keragaman dan
kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya.
Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan
tanahnya baik atau dengan kata lain jumlah karbon tersimpan di atas tanah
(Biomassa tumbuhan) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersmipan di dalam
tanah (bahan organik tanah).
Kandungan kadar karbon organik tanah juga menunjukkan semakin tinggi
umur tanaman semakin besar karbon organik tanah. Komponen penyususn di
Desa Sumberagung lebih banyak tanaman kopi, sedangkan di Desa Pait lebih
banyak tanaman buah-buahan. Tanaman kopi memiliki umur yang lebih panjang
daripada tanaman buah-buahan. Sehingga kadar karbon dalam tanah di Desa
Sumberagung lebih besar daripada Desa Pait. Hal tersebut juga dapat
menunjukkan bahwa tanah di Desa Pait kurang mengandung bahan organic,
karena sebagian besar kadar karbon organic terdapat di dalam tanaman, itu semua
juga dapat dilihat dari perbandingan jumlah seresah yang ada pada kedua lahan
tersebut.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a. 2012. Pengertian dan Penjelasan Agroforestry. (http://
vansaka.blogspot.com/
.../pengertian-dan-penjelasan-agroforestry.htm). Diakses 8 November
2013
Anonimous b. 2012. Agrofestri. (http:// coretan-elfaheem.blogspot.com). Diakses
8 November 2013.
BPT. 2013. Buku Status Riset Agroforestri.
http://bptaciamis.dephut.go.id/publikasi/file/BAB%204-6%20Buku
%20Status%20Riset%20AF.pdf. Diakses tanggal 4 November 2013.
Chusen. 2011. Berat Isi Tanah.
http://chuseenlibrablogspotcom.blogspot.com/2011/06/berat-isi-
tanah.html. Diakses tanggal 4 November 2013.
Darussalam, D. 2011. Pendugaan potensi serapan karbon pada tegakan pinus di
KPH Cianjur perum perhutani II Jawa Barat dan banten.
Darusman D. 2002. Manajemen Agroforestry. Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional "Peranan Stratgis Agroforestry dalam Pengelolaan
Sumber daya Alam secara Lestari dan terpadu", diselenggarakan oleh MAFI tanggal Nopember 2002 di UGM Jogyakarta.
Fiqa, P dan Sofiah. 2011. Pendugaan Laju Dekomposisi Dan Produksi Biomassa
Serasah Pada Beberapa Lokasi Di Kebun Raya Purwodadi. UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi.
Hairiah. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan
Lahan. ICRAF. Bogor
Hairiah K, Suprayogo D, Widianto, Berlian, Suhara E, Mardiastuning A, Prayogo C, Widodo R.H. dan Rahayu, S, 2004. Alih guna lahan hutan menjadi lahan agroforestri berbasis kopi: Ketebalan seresah, populasi cacing tanah dan makroporositas tanah. AGRIVITA 26 (1): 68-80.
Huxley P. 1999. Tropical agroforestry. Blackwell Science. Paris, France. 371p.Justkie. 2012. Indikator Agroekosistem Sehat.
http://justkie.wordpress.com/2012/04/26/indikator-agroekosistem-
sehat/. Diakses tanggal 4 November 2013.
65
(K.F.S. King dan M.T. Chandler). 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.
Diterjemahkan oleh Krisnawati Suryanata. Yogyakarta : UGM Press.
Nair PKR. 1993. An introduction to agroforestry. Kluwer Academic Publihers in
cooperation with ICRAF. Netherlands.Priyanto. 2011. Lapran Penentuan Berat Volume Tanah. http://llmu-
tanah.blogspot.com/2011/12/laporan-penentuan-berat-volume-
tanah.html. Diakses tanggal 4 November 2013.
Priyono, Sugeng. 2010. Primordia.
http://sugengprijono.files.wordpress.com/2010/02/primordia-vol-5-no-
3-2009.pdf. Diakses tanggal 4 November 2013.
Sahat. 2012. Rangkuman Laporan Berat Isi dan Berat Jenis.
http://sahatostcak.blogspot.com/2012/04/rangkuman-laporan-berat-isi-
dan-berat.html. Diakses tanggal 4 November 2013.
Samsul. 2011. Laporan BI dan BJ.
http://blog.ub.ac.id/assesories/files/2011/05/Laporan-BI-dan-BJ.pdf.
Diakses tanggal 4 November 2013.
Soemarwoto O, et al. 1985b. The Talun-Kebun: A Man-made Forest Fitted to Family Needs. Food and Nutrition Bull., 7/3/1985/48-51.
Suprayogo D, Widianto, Purnomosidhi P, Widodo R H, Rusiana F, Aini Z Z,
Khasanah N, dan Kusuma Z, 2004. Degradasi sifat fisik tanah sebagai
akibat alih guna lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur: kajian
perubahan makroporositas tanah. AGRIVITA 26 (1): 60-68.
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Wetlands International Indonesia
Programme. Bogor.
Siarudin, M dan Rachman, E. 2008. Biomassa Lantai Hutan dan jatuhan serasah di kawasan mangrove blanakan subang. Jawa barat.
Von Maydell HJ. 1986. Agroforstwirtschaft in den Tropen und Sub-Tropen. Dalam Rehm S. (Ed.). 1986. Grundlagen des Pflanzenabaus in den Tropen und Sub-Tropen. Eugen Ulmer, Stuttgart, Germany. 169-190.
Zulkifli, Hilda dan Setiawan, D. 2010. Kandungan Karbon Tersimpan Dalam
Serasah Sebagai Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Perkotaan. Universitas
Sriwijaya. Palembang
66
LAMPIRAN
Pengamatan Terhadap Tanaman Bawah serta Seresah
Gambar 1. Penempatan frame Gambar 2.Proses pengambilan seresah
Gambar 3. Pengambilan seresah Gambar 4. Penghitungan ketebalan seresah
Gambar 5. Mengur ketebalan seresah Gambar 6. Pengambilan seresah
67
Keterangan : Untuk gambar (1,2 dan 3) di desa Pait Untuk gambar (4,5 dan 6) di desa Sumberagung
Pengamatan BI Tanah
68
Penimbangan sampel tanah
Pengambilan sampel tanah
Pengambilan sampel tanah
Pemasangan box besi ke dalam tanah
Dokumentasi keadaan lahan agroforestry Pak Riono
Dokumentasi wawancara petani
69