AGROFORESRTY
Click here to load reader
-
Upload
mardianto-oo -
Category
Documents
-
view
56 -
download
0
Transcript of AGROFORESRTY
AGROFORESRTY
Hairiah, et al., (2003) menjelaskan bahwa agroforestri adalah cabang
ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan yang berupaya
mengenali praktek petani yang telah sejak dahulu telah dilakukan dan
mengembangkan keberadaan system agroforestri baik itu pada aspek teknik,
biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
Dalam bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani.
Sistem-sistem agroforestry mencakup selang variasi yang cukup luas dan
dapat diklasifikasikan berdasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Dasar struktural, menyangkut komposisi komponen-komponen, seperti
sistem-sistem agrisilvikultur, sislvopastur, dan agrosilvopastoral.
2. Dasar fungsional, menyangkut fungsi utama atau peranan dari sistem,
terutama komponen kayu-kayuan.
3. Dasar sosial-ekonomi, menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan
(masukan rendah, masukan tinggi) atau intensitas dan skala pengelolaan, atau
tujuan-tujuan usaha (subsisten, komersial, intermediet).
4. Dasar ekologi, menyangkut kondisi-kondisi lingkungan dan kecocokan
ekologidan sistem.
Beberapa cara lain untuk menggolongkan sistem-sistem agroforestry
sebagai berikut:
1. berdasarkan komponen-komponennya (gabungan antara pohon, tanaman
pangan, padang penggembalaan dan komponen-komponen lainnya).
2. Berdasarkan fungsi pepohonan (apakah pepohonan digunakan untuk produksi
atau untuk konservasi?).
3. Berdasarkan lamanya (apakah sistem itu hanya sementara atau telah terbentuk
secara tetap?)
4. Sistem agroforestry dipandang dari ekologi dan ekonomi lebih kompleks dari
pada sistem monokultur. Suatu sistem agroforestry, produksinya selalu
beranekaragam dan saling tergantung satu sama lainnya. Sekurang-
kurangnya, satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga
siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestry juga bersifat lokal,
karena harus cocok dengan kondisi-kondisi ekologi, sosial-ekonomi dan
kelembagaan setempat. Keadaan ini menunjukkan bahwa sifat keilmuan dari
sistem agroforestry adalah multidisipliner, termasuk antara lain disiplin-
disiplin agronomi dan hortikultura, kehutanan, sosial, ekonomi dan teknologi.
Bentuk-bentuk agroforestry
1. Sistem agrislvikultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan
pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian
dan kehutanan.
2. Sistem silvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk
menghasilkan kayu dan untuk memelihara ternak.
3. Sistem agrosilvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk
memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan, sekaligus
untuk memelihara hewan ternak.
4. Sistem produksi tanaman pohon multi tujuan, yaitu sistem pengelolaan dan
penanaman berbagaijenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan
tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai
bahan makan manusia, ataupun pakan ternak.
Sistem-sistem atau model-model agroforestry dapat ditemui di seluruh
Indonesia, baik sistem-sistem agroforestry tradisional maupun sistem-sistem
agroforestry yang diintroduksi. Sistem-sistem agroforestry juga umum terdapat
di banyak daerah dan sistem ini seringkali dipadukan dalam program-program
pengembangan hutan pada lahan kawasan hutan, di samping diterapkan pada
lahan-lahan pertanian milik perorangan atau komunal. Sebagian contoh sistem-
sistem agroforestry di Indonesia dijelaskan secara lengkap di bawah ini:
PRAKTEK DAN SISTEM AGROFORESTRY DI JAWA
Di jawa barat dan banten (lembaga penelitian ipb, 1986) sistem agroforestry
yang dikenal masyarakat terdiri dari 2 (dua) macam yaitu sistem agroforestry di
dalam kawasan hutan berupa pola tumpangsari dan lahan milik berbentuk
campuran. Hutan tanaman dengan pola tumpangsari berisi tanaman pokok,
tanaman sela, tanaman pengisi dan tanaman tumpangsari berupa palawija (padi,
jagung) dan tanaman semusim lainnya berupa kacang-kacangan, sayuran dan
tanaman obat-obatan (empon-empon) yang tahan naungan. Kebun campuran di
lahan milik berisi tanaman penghasil kayu, buah-buahan dan tanaman lainnya
berupa pisang serta tanaman semusim berupa umbi-umbian, padi, jagung, kacang-
kacangan dan tanaman obat-obatan. Komposisi jenis yang umum ditemui di jawa
barat dan banten adalah kombinasi dari tanaman sengon sebagai tanaman pokok,
dan ubi kayu, padi gogo, cengkeh, kelapa, pisang, teh, jagung, kopi, dan nangka.
Bentuk-bentuk sistem agroforestry (lembaga penelitian ipb, 1986) yang terdapat
di jawa timur tampaknya dipengaruhi oleh kondisi usaha di sekitar, di samping
faktor fisik dan sosial ekonomi masyarakatnya. Sebagai contoh jenis tanaman
agroforestry yang berdekatan dengan hutan jati akan terdiri dari jati pula, daerah
yang berdekatan dengan perkebunan, komoditi agroforestry akan mengantung
komoditi perkebunan. Secara umum komposisi jenis tanaman agroforestry: (1)
kopi, lamtoro, pisang, kelapa, dan bambu, (2) sengon, lamtoro, dan kopi, (3)
lamtoro, kopi, cengkeh, sengon, kelapa, waru, nangka, dan alpokat, (4) kelapa,
lamtoro, dan kopi.
Saat ini di kawasan perum perhutani telah dikembangkan sistem
agroforestry dengan kombinasi komponen didalamnya, antara lain: (1) damar,
pinus, dan poh-pohan, (2) jati dan porang (iles-iles), (3) pinus, gamal, panili, (4)
jati dan garut, (5) jati dan ganyong, (6) kaliandra, kapuk randu, dan lebah madu,
(7) sistem empang parit, (8) jati, mahoni, pohon buah-buahan, tanaman pangan,
dan tanaman pakan ternak. Sistem agroforestry juga digunakan sebagai teknologi
dalam program pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat (phbm),
dimana dalam program ini petani berhak untuk memperoleh bagi hasil dari hasil
kayu yang dihasilkan, baik pada saat penjarangan maupun pada saat tebangan
akhir.