AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN...

91
AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN DI ASMAT PADA HARIAN KOMPAS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh Rheza Alfian NIM: 1113051000047 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2019 M  

Transcript of AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN...

Page 1: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN DI ASMAT PADA

HARIAN KOMPAS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Rheza Alfian

NIM: 1113051000047

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2019 M

 

Page 2: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

 

Page 3: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

 

Page 4: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

 

Page 5: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

v

KATA PENGATAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur peneliti panjatkan

kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya penelitian skripsi ini dapat

berjalan dengan baik tanpa halangan yang berarti. Shalawat dan serta salam juga

tidak lupa ditunjukkan kepada Nabi besar Muhamad SAW.

Begitu banyak kesan dan manfaat yang dirasakan oleh peneliti saat

menyelesaikan skripsi ini. Peneliti tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga

mendapatkan pelajaran bahwa tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras.

Selain itu, peneliti menjadi lebih terbuka dalam berpikir bahwa Islam adalah agama

yang begitu menjunjung tinggi perbedaan serta penuh cinta kepada seluruh

manusia.

Peneliti skripsi ini tentu memiliki beragam tantangan dalam pengerjaannya.

Namun, dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak, peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Karena itu, dalam kesempatan ini

peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Orangtua tercinta, Ayahnda Saroji dan Ibunda Umiyanah yang sangat

luar biasa memerjuangkan dan mendukung peneliti untuk bisa meraih

pendidikan setinggi-tingginya, memberikan kasih sayang doa yang tak

terhingga sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.

Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.

3. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, Dr. Roudhonah, M.Ag., Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si.

4. Ketua Jurusan Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si., Serketaris Jurusan

Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan

waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal

perkulihan.

5. Bintan Humeira, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing yang telah begitu

bijaksana memberikan ilmunya kepada peneliti di tengah kesibukan

 

Page 6: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

vi

yang padat, serta membimbing peneliti dengan sabar agar skripsi ini

selesai dengan baik dan juga bermanfaat.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mengajari dan memberi ilmu kepada peneliti. Mohon maaf apabila ada

kesalahan kata atau sikap yang menyinggung selama perkulihan.

7. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tela berbaik hati

dalam meberikan buku-buku yang dibutuhkan oleh peneliti.

8. Teruntuk adik tersayang, Muhammad Alfi Syahri dan Almira Tsalisa

yang selalu memberi motivasi dan semangat setiap harinya.

9. Segenap keluarga besar LPM Journo Liberta, yang selalu memberikan

tempat dan waktu bagi penulis untuk belajar.

10. Seluruh teman-teman Jurnalistik 2013 yang selalu menjadi tempat

berbagi dan belajar banyak hal di dalam kelas, semoga silaturahmi di

antara kami tidak terputus sampai di sini.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang tidak dapat

disebutan stau persatu. Semoga amal dan kebaikan kalian selalu dijabah

oleh Allah SWT.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang telah peneliti lakukan dapat

bermanfaat untuk para pembaca, memberikan nilai kebaikan khususnya

bagi peneliti maupun pembaca sekalian dan semoga dapat menjadi kebaikan

dalam bidang dakwah dan komunikasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Aamiin Ya Rabbal Alamiiin

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 29 April 2019

Rheza Alfian

 

Page 7: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

vii

ABSTRAK

Nama: Rheza Alfian

NIM: 1113051000047

Agenda Media Terkait Bencana Kesehatan Di Asmat pada Harian Kompas

Bencana kesehatan terjadi di Asmat, Papua. Sejak awal Januari 2018, total

sebanyak 76 orang meninggal akibat gizi buruk dan campak. Peristiwa ini pun

mendapat perhatian khusus, bahkan sampai ditetapkan menjadi Kejadian Luar

Biasa (KLB). Terkait dari sisi pemberitaan, media pun memberikan perhatian

khusus. Media cetak maupun online ramai-ramai menjadikan kejadian ini sebagai

bahan pemberitaan. Hingga, percakapan mengenai bencana kesehatan di Asmat pun

ramai di ruang publik. Salah satu media yang cukup vokal dalam memberitakan

bencana kesehatan ialah surat kabar Harian Kompas.

Melihat dari uraian di atas, peneliti memunculkan sebuah pertanyaan;

“Bagaimana pemberitaan Harian Kompas terkait bencana kesehatan di Asmat?”,

“Apakah hanya sekadar memberitakan ada sebuah bencana di Asmat?”, dan

“Bagaimana agenda media Harian Kompas terkait bencana kesehatan di Asmat?”,

serta “Bagaimana peran sebuah media dalam sebuah bencana?”.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat pemberitaan Harian Kompas dari

bulan Januari 2018 hingga bulan Maret 2018, dengan menggunakan teori agenda

media yang merupakan hasil proses pemilahan tentang berita apa yang akan dimuat

serta ditonjolkan melalui pemberitan media massa. Metode yang digunakan adalah

analisis isi (content analysis) dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat

deskriptif. Langkah dalam metode analisis isi yaitu menentukan variabel, definisi

operasional dan konseptualisasi terkait bencana kesehatan di Asmat. Kemudian

berita-berita dalam Harian Kompas dikategorisasikan ke dalam indikator korban

yang ditimbulkan akibat gizi buruk dan campak, hal yang menyebabkan bencana

kesehatan di Asmat terjadi, bantuan yang diberikan kepada korban bencana

kesehatan di Asmat, pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam penanggulangan

bencana, hambatan yang dihadapi dalam memberikan bantuan, pentingnya

diversifikasi pangan, gambaran umum wilayah Asmat, kondisi Asmat pasca

bantuan, dan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah pusat untuk

penanggulangan bencana. Selanjutnya peneliti menggunakan coding sheet sebagai

alat ukur penelitian ini dan menggunakan rumus Holsty (1969).

Hasil dari penelitian ini adalah Harian Kompas lebih menonjolkan kategori

kategori yang berkaitan tentang mitigasi bencana, seperti hal yang menyebabkan

bencana kesehatan di Asmat terjadi, kebijakan yang harus dilakukan pemerintah

pusat untuk penanggulangan bencana, bantuan yang diberikan kepada korban

bencana kesehatan di Asmat, dan korban yang ditimbulkan akibat gizi buruk dan

campak. Hal tersebut dapat dilihat dari dominannya kategori di atas jika dilihat dari

frekuensi munculnya kategori, luas kolom dominan, dan penempatan kategori

berdasarkan headline dan non headline.

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Bencana Kesehatan, Asmat,

Harian Kompas.

 

Page 8: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................... iv

KATA PENGATAR .................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 4

D. Metedologi Penelitian .................................................................... 5

E. Kerangka Konsep .......................................................................... 9

F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 13

A. Agenda Setting ............................................................................ 13

B. Agenda Media ............................................................................. 16

C. Media Cetak ................................................................................ 21

 

Page 9: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

ix

1. Sejarah Media Cetak ................................................................ 24

2. Kelebihan dan Kelemahan Media Cetak ................................. 25

D. Bencana Kesehatan di Asmat ...................................................... 28

E. Media Massa dan Mitigasi Bencana ............................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 36

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ............................................... 36

1. Paradigma Penelitan ................................................................ 36

2. Pendekatan Penelitian .............................................................. 36

3. Metode Penelitian .................................................................... 36

B. Subjek dan Objek Penelitian ....................................................... 37

C. Popuasi dan Sampel ..................................................................... 37

D. Operasionalisasi Konsep ............................................................. 38

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 43

1. Data Primer .............................................................................. 43

2. Data Sekunder .......................................................................... 44

F. Teknik Analisis Isi ....................................................................... 44

1. Definisi Analisis Isi ................................................................. 44

2. Ciri-Ciri dalam Analisis Isi ...................................................... 46

G. Uji Realibilitas ............................................................................. 48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ........................................ 51

 

Page 10: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

x

A. Analisis Kategori Dominan dalam Pemberitaan Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas ........................................................ 51

B. Analisis Luas Kolom berdasarkan Kategori Dominan ................ 56

C. Analisis Penempatan Kategori berdasarkan Kategori Dominan . 58

D. Interpretasi Peneliti ...................................................................... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 74

A. Kesimpulan .................................................................................. 74

B. Saran ............................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 76

 

Page 11: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas

............................................................................................................................... 50

Tabel 2. Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Semua Kategori ............................. 50

Tabel 3. Jumlah Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas

berdasarkan Frekuensi Muncul ............................................................................. 52

Tabel 4. Luas Kolom Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian

Kompas berdasarkan Kolom yang Paling Luas .................................................... 58

Table 5. Penempatan Kategori Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada

Harian Kompas berdasarkan Munculnya Headline dan Non Headline ................ 61

 

Page 12: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap media massa mempunyai tujuan dalam setiap isi pemberitaannya.

Baik untuk sekadar memberitakan peristiwa atau untuk menggiring opini pembaca.

Tujuan dalam pemberitaan di media massa itu pun lebih dikenal dengan agenda

media atau agenda setting.

Dalam literatur komunikasi, teori agenda media atau Agenda Setting

dikemukakan Maxwell McCombs and Donald L. Shaw. Menurut mereka, teori ini

menggambarkan kemampuan media berita (news media) untuk menentukan topik

yang akan menjadi pemikiran dan pembicaraan publik.

Agenda setting adalah media membentuk persepsi khalayak yang dianggap

penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan isyarat atau

tanda tentang mana isu mana yang lebih penting.1 Oleh karena itu, model agenda

setting mengasumsikan adannya hubungan positif antara penilaian yang diberikan

media massa pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada

persoalan itu. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap

penting pula oleh masyarakat.

Media massa juga dapat dan memang telah memengaruhi perubahan,

apalagi jika itu menyangkut kepentingan orang banyak. Media juga mampu

menggalang opini publik terhadap suatu peristiwa. Media massa baru akan benar-

1 Dewi Saidah, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.

52.

 

Page 13: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

2

benar berpengaruh jika sebelumnya ia berhasil menjalin kedekatan dengan

khalayaknya.2 Jadi, media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan

memberitahu apa yang mereka pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka

miliki, namun memberi tahu hal dan isu apa yang harus dipikirkan. Masyarakat luas

cenderung menilai bahwa apa-apa yang disampaikan melalui media massa adalah

hal yang memang layak untuk dijadikan isu bersama dan menjadi cakupan ranah

publik.

Dalam tataran praktis, pemberitaan medialah yang menentukan apa yang

menjadi bahan pemikiran dan obrolan publik (public agenda). Teori Agenda media

menegaskan betapa besar pengaruh media pada pemikiran dan perilaku publik.

Itulah sebabnya media disebut sebagai “kekuatan keempat” (fourth estate) setelah

pemerintah (eksekutif), parlemen (legislatif), dan peradilan (yudikatif).

Menurut penulis, media massa yang melakukan agenda media atau agenda

setting direpresentasikan dengan penerbitan berita dengan tema Bencana Kesehatan

di Asmat yang diterbitkan oleh Harian Kompas.

Harian Kompas memberitakan bencana kesehatan yang terjadi di Asmat

menelan banyak korban jiwa. Sebanyak 58 anak dinyatakan meninggal akibat

wabah yang tersebar di 23 distrik di Kabupaten Asmat, Papua. Hingga kini, jumlah

anak yang menderita karena wabah tersebut mencapai 471 anak.3

2 William L. Rivers, Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat

Modern, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 41. 3 Diakses dari kompas.com yang berjudul 58 Anak Meninggal akibat Wabah Campak di

Asmat pada 20 Juli 2018 (Berita tanggal 15 Januari 2018-

https://regional.kompas.com/read/2018/01/15/11530901/58-anak-meninggal-akibat-wabah-

campak-di-asmat

 

Page 14: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

3

Tidak kurang dari 10 edisi dengan tema Bencana Kesehatan di Asmat

menjadi headline (laporan utama) pada halaman pertama tertanggal 13 Januari

2018, padahal, saat itu media lain menurunkan pemberitaan terkait korupsi,

pemilihan umum kepada daerah (pilkada), tunggakan pajak, dan isu-isu lainnya.

Dari banyaknya edisi Bencana Kesehatan di Asmat yang menjadi laporan utama

pada halaman depan Harian Kompas, dapat menunjukan Harian Kompas sedang

menonjolkan isu Bencana Kesehatan di Asmat sebagai isu terpenting yang harus

diketahui oleh publik.

Pemberitaan mengenai Bencana Kesehatan di Asmat pun menjadi topik

yang hangat diperbincangkan di kalangan media massa, masyarakat, ataupun di

pemerintahan.

Salah satu contoh nyatanya ialah pemberian “kartu kuning” untuk Presiden

RI Joko Widodo yang diberikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Universitas Indonesia (UI). BEM UI memberikan kartu kuning kepada presiden

dikarenakan menurut mereka pemerintah lambat dalam menangani kasus Bencana

Kesehatan di Asmat.4 Ini berarti secara tidak langsung, pemberitaan di media massa

khususnya Harian Kompas terkait isu bencana kesehatan yang terjadi di Asmat

berpengaruh dan menjadi pembicaraan di masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Agenda Media terkait Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas”. Peneliti ingin mengetahui apa saja

kategori yang Harian Kompas angkat dalam isu bencana kesehatan di Asmat,

4 Berita pada kompas.com dengan judul Ini Alasan Ketua BEM UI Acungkan Kartu Kuning

ke Jokowi, diakses pada tanggal 7 Maret 2018 pukul 21.30 WIB.

 

Page 15: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

4

kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan

terkait isu tersebut dan bagaimana Harian Kompas meletakkan isu bencana

kesehatan di Asmat dalam surat kabarnya. Dugaan sementara penelitian ini adalah

sebuah media massa dapat membantu dalam penanganan dan penanggulangan

bencana (mitigasi bencana) melalui pemberitaannya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis

merumuskan batasan dan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Batasan Masalah:

a. Batasan masalah dalam penelitian ini hanya pada tema pemberitaan

Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas edisi 13 Januari sampai

30 Maret 2018.

2. Rumusan Masalah:

a. Kategori apa yang paling dominan dalam tema pemberitaan Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas?

b. Berapa besar luas kolom kategori dominan dalam tema pemberitaan

Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas?

c. Bagaimana penempatan kategori dominan dalam tema pemberitaan

Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,

penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian:

 

Page 16: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

5

a. Mengetahui kategori berita yang dominan pada tema pemberitaan Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas.

b. Mengetahui luas kolom kategori dominan dalam pemberitaan Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas.

c. Mengetahui penempatan kategori dominan dalam pemberitaan Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas.

2. Manfaat Penelitian:

Adapun penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara akademis

maupun sosial masyarakat tentang bagaimana suatu media memberitakan sesuatu

yang dianggap penting bagi publik dan media itu sendiri.

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

terkait media massa dan teori-teori komunikasi serta perkembangannya

hingga saat ini.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat terkait agenda yang dilakukan oleh media massa. Masyarakat

diharapkan mengerti semua yang diberitakan oleh media massa merupakan

hasil pemilihan tema di ruang redaksi.

D. Metedologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Menurut Earl Babbie, paradigma merupakan model atau skema

fundamental yang mengorganisir pandangan kita tentang suatu hal, walaupun

paradigma tidak secara tepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting.

 

Page 17: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

6

Secara umum, paradigma didefinisikan sebagai suatu keseluruhan sistem berpikir

(a whole system of thinking).5

Penelitian ini menggunakan paradigma positivis, karena dilaksanakan

dengan berpedoman pada konsep yang sudah ada sebelumnya. Auguste Comte,

bapak positivistik menyatakan untuk pertama kalinya bahwa ilmu pengetahuan

dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap suatu hal atau fenomena yang dapat

diamati secara nyata. Lebih lanjut ia juga menekankan tentang pentingnya data dan

fenomena empiris baik langsung maupun tidak langsung, sebagai sumber utama

dan satu-satunya dalam merumuskan pengetahuan, yang disebutnya sebagai

positive knowledge.6

Definisi dari paradigma positivis adalah metode yang terorganisir untuk

mengombinasikan logika berpikir secara deduktif dan pengamatan dari pelaku

individu untuk menemukan hubungan sebab akibat yang biasa dipergunakan untuk

memprediksi pola umum dari suatu gejala.7 Secara metodologis, paradigma

positivis menyatakan pertanyaan penelitian dan hipotesis di awal penelitian, untuk

kemudian diuji secara empiris. Paradigma positivis memandang realitas sebagai

sesuatu yang ada di luar sana dan diatur oleh mekanisme alamiah. Kepentingan

utama dari penelitian dengan paradigma positivis adalah untuk menemukan

kebenaran universal dengan membuktikan konsep-konsep atau variabel tertentu.

Pandangan positivisme ini begitu kuat mengklaim bahwa ilmu adalah ilmu

pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak

5 W. Lawrence Neuman, Sosial research method, (Wisconsin: Pearson Education Inc,

2003), h. 70 6 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 31. 7 W. Lawrence Neuman, Sosial Research Method, h. 70.

 

Page 18: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

7

positivistik bukanlah ilmu. Tradisi positivisme ini kemudian melahirkan

pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial di mana

objek penelitian memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioral, di

mana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat

diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan

fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif dengan menentang

sikap-sikap subjektif.8

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yang berorientasi pada hasil yang bersifat pasti dan jelas. Alur berpikir

yang mendasari penelitian dengan pendekatan ini adalah deduktif, yang berarti

penelitian didasarkan pada teori atau konsep tertentu yang akan dibuktikan atau

untuk menjawab permasalahan.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggambarkan atau

menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan

demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih

mementingkan aspek keluasan data atau hasil riset dianggap merupakan hasil

representasi dari seluruh populasi.9 Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk

menggambarkan atau menjelaskan suatu kejadian. Pendekatan kuantitatif dalam

penelitian ini digunakan agar dapat mengetahui kuantitas ketertarikan media pada

isu Bencana Kesehatan di Asmat.

3. Subjek dan Objek Penelitian

8 Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 32 9 Rachmat Kriyanto, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 55.

 

Page 19: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

8

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan.

Subjek penelitian ini adalah media pemberitaan Harian Kompas, sedangkan objek

penelitiannya adalah seluruh pemberitaan yang memuat isu Bencana Kesehatan di

Asmat.

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan penulis lakukan ialah berbentuk deskriptif. Jenis

penelitian deskriptif bertujuan memberikan gambaran lengkap mengenai keadaan

sosial dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam sebuah penelitian. Penelitian

deskriptif ini akan menentukan dan melaporkan keadaan yang sekarang sedang

terjadi. Jenis penelitian deskriptif juga membantu memberikan gambaran atau

uraian atas suatu keadaan dengan sejelas mungkin. Dalam penelitian ini data yang

bersifat kuantitatif dengan teknik analisi isi akan diinterpretasikan hasil

pengkodingannya.10

5. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis isi. Analisis isi yang

dimaksud penulis ialah metode analisi isi secara kuantitatif, penulis perlu

menekankan di sini karena metode analisis isi saat ini telah berkembang, seperti

framing, semiotika, dan lain-lain. Namun semua metode analisis isi mempunyai

tujuan yang sama, yaitu memahami isi konten serta apa yang terkandung di dalam

isi dokumen.11

10 Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM,

2003), h. 105 11 Eriyanto, Analisis Isi, (Jakarta: Kencana, 2011), h.1.

 

Page 20: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

9

Analisis isi hanya memfokuskan pada konten yang tersurat atau yang nyata

dalam suatu dokumen yang akan diteliti.12 Peneliti hanya memberi tanda apa yang

dilihat berupa suara atau tulisan. Dalam analisis isi kuantitatif, ketepatan dalam

mengidentifikasikan isi pernyataan, seperti penghitungn, penyebutan yang

berulang-ulang dari kata-kata tertentu sangat diutamakan. Secara umum analisis isi

ialah metode untuk mengetahui apa pesan yang tampak secara objektif, replikabel,

dan sistematis.

E. Kerangka Konsep

Dalam analisis isi, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahap awal dari

analisis isi adalah merumuskan tujuan dan konseptualisasi. Penulis kemudian

menyusun lembar coding. Semua data ini dihitung dan ditabulasi, dalam bentuk

tabel dan grafik. Sebelum lembar coding dipakai dalam penelitian, kategori-

kategori perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian kategori ini untuk mengetahui

apakah kategori dalam lembar coding yang akan digunakan sudah terpercaya

(reliable) atau belum. Bila dari hasil uji kategori menunjukan sudah reliablel, baru

kategori yang telah ditentukan layak digunakan dalam penelitian.

Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan tujuan analisis, apa yang ingin diketahui lewat analisis isi, hal-

hal apa saja yang menjadi masalah penelitian dan ingin dijawab lewat

analisis isi.

b. Konseptualisasi dan Opersionalisasi, merumuskan konsep penelitian dan

melakukan opersionalisasi sehingga konsep bisa diukur.

12 Eriyanto, Analisis Isi, h.2.

 

Page 21: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

10

c. Lembar coding, yaitu menurunkan operasionalisasi ke dalam lembar

coding. Lembar coding dimasukkan hal yang ingin dilihat dan cara

pengukurannya.

d. Populasi dan sampel, peneliti merumuskan populasi dan sampel analisis isi,

apakah populasi dapat diambil semua (sensus) atau hanya mengambil

beberapa konten saja (sampel).

e. Pelatihan coder dan pengujian validitas kepercayaan (realibilitas), penulis

memberikan pelatihan kepada coder yang akan membaca dan menilai isi.

Penulis menguji realibilitas. Jika reaibilitas belum memenuhi syarat,

dilakukan pengubahan lembar coding sampai angka realibilitas.

f. Proses coding, penulis mengkode semua isi berita ke dalam lembar coding

yang telah disusun.

g. Penghitungan realibilitas final, penulis menghitung angka realibilitas dari

hasil coding dengan menggunakan rumus atau formula yang tersedia.

h. Input data dan analisis, penulis melakukan input data dari lembar coding

dan analisis data.

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menulis skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap

skripsi-skripsi terdahulu. Ternyata sudah ditemukan kesamaan dan perbedaan

dalam penelitian ini.

Adapun skripsi yang sudah penulis temukan adalah sebagai berikut. Skripsi

oleh Wina Saputri, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016yang berjudul Analisis Isi Pemberitaan

Eksekusi Mati Mary Jane Fiesta Veloso di Tempo.co. Kesamaan dalam skripsi ini

 

Page 22: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

11

adalah dari teori yang digunakan yaitu teori agenda media dan teknik analisis isi,

namun terdapat perbedaan dalam konten yang diteliti serta kategori yang

digunakan.

Lalu skripsi Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Bunda Disayang Allah

oleh Bobby Dwi Sanjaya, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Dalam skripsi ini ditemui

kesamaan pada bagian unit analisis datanya, yaitu menggunakan paragraf. Selain

itu tidak ditemukan lagi kesamaan dengan skripsi yang penulis tulis.

Ada juga skripsi dari Diana Patricia Manulong, mahasiswi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu politik Universitas Indonesia pada tahun 2012 yang berjudul

Representasi Agenda Media Dalam Surat Kabar Nasional, Analisis Isi Isu

Lingkungan Dalam Kompas dan Koran Tempo. Perbedaan yang ada ialah skripsi

ini menggunakan dua media. Di sini peneliti membandingkan media yang satu

dengan media yang lainnya.

Dari tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian skripsi ini

tidak hasil dari penjiplakan atau penelitian ulang skripsi terdahulu. Skripsi ini

benar-benar dibuat sesuai dengan kriteria yang berlaku, yaitu dengan melakukan

penelitian yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Sehingga jauh dari

plagiarisme.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri dari

lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengna penyusunan sebagai

berikut:

 

Page 23: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

12

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Signifikansi Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan .

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang deskripsi pengertian Agenda Media, Berita, Media

Cetak, Bencana, Bencana Kesehatan, dan Konseptualisasi.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Meliputi Pendekatan dan Disain Penelitian, Ruang dan Lingkup Penelitan,

Pupulasi dan Sampel, Operasionalisasi Konsep, Teknik Pengumpulan Data, Teknik

Pengolahan dan Analisis Data, dan Analisis Isi.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini, penulis menjelaskan hasil temuan data yang didapatkan serta

diuji dan diolah berdasarkan statistika. Berbagai temuan serta analisa data akan

dibahas pada bab ini.

BAB V: PENUTUP

Meliputi Kesimpulan dan Saran

 

Page 24: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Agenda Setting

Teori agenda setting ditemukan oleh McComb dan Donald L Shaw sekitar

tahun 1968. Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer

isu untuk memengaruhi agenda publik.1 Khalayak akan menganggap suatu isu itu

penting karena media menganggap isu itu penting juga. Jadi asumsi dasar dari teori

agenda setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa

maka media itu akan mempengaruhi khalayak yang menganggap penting. Apa yang

dianggap penting bagi media maka penting juga bagi masyarakat. Apabila media

massa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan

memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Asumsi ini berasal dari asumsi lain

bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini

berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Dalam literatur lain, agenda setting atau penentuan agenda ialah saat media

menunjukan arti penting dari suatu isu melalui liputan-liputannya. Penentuan isu

liputan dalam suatu media pun tidak ditentukan secara sepihak, tetapi juga

mempertimbangkan audien dalam menentukan prioritas liputan.2

Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang

menganggap media mempunyai kekuatan memengaruhi khalayak. Bedanya, teori

1 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 222. 2 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h.495.

 

Page 25: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

14

peluru memfokuskan pada sikap, pendapat, atau bahkan perilaku. Agenda setting

memfokuskan pada kesadaran dan pengetahuan (kognitif).

Stephen W. Littlejohn dan Karren Foss mengutip Rogers dan Dearing

mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari

tiga bagian. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media.

Kedua, agenda media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan

agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya

memengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan (policy) adalah apa yang

dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan

kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik, karena itu, riset yang

menggunakan model ini, harus mengkaji ketiga hal tersebut.

Werner Severin dan James W. Tankard dalam buku Communication

Theories, Origins, Methods, Uses in the Mass Media mengatakan ada 3 dimensi

atas agenda di atas, yaitu:

1. Agenda Media, dimensinya adalah:

a. Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita

b. Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi

berita dengan kebutuhan khalayak.

c. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi sauatu persitiwa.

2. Agenda Publik, dimensinya adalah:

a. Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik

tertentu.

 

Page 26: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

15

b. Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan

individu dengan ciri pribadi.

c. Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak

senang akan topik berita.

3. Agenda Kebijakan, dimensinya adalah:

a. Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu

berita tertentu.

b. Kemungkinan kegiatan (likelihood of action), yakni kemungkinan

pemerintah melaksanankan apa yang diibaratkan.

c. Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatan yang

mungkin dilakukan pemerintah.

McCombs dan Donald Shaw mengatakan pula bahwa audience tidak hanya

mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga

mempelajari seberapa besar arti penting yang diberikan pada suatu isu atau topik

dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.

Menurut Sosiolog Robet Park, media lebih banyak menciptakan kesadaran

tentang suatu isu, bukan menciptakan pengetahuan ataupun sebuah sikap. Ada 3

level agenda setting menurut Park, yaitu:

a. Penciptaan Kesadaran

b. Menentukan Prioritas

c. Mempertahankan Isu

Para peneliti telah lama mengetahui bahwa media memiliki kemampuan

untuk menusun isu-isu bagi masyarakat. Wartawan Amerika Serikat Walter

Lippman memandang masyarakat tidak merespon pada kejadian sebenarnya dalam

 

Page 27: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

16

lingkungan, tetapi ada “gambaran di dalam kepala” yang disebut dengan

lingkungan palsu (pseudoenvironment).3 Menurut Lippman, sebuah lingkungan

sebenarnya terlalu besar dan komplek, juga menuntut adanya kontak langsung

sehingga menimbulkan banyak detail dan keragaman. Masyarakat harus membuat

model yang lebih sederhana untuk memahami apa yang sedang terjadi. Kemudian,

media massa lah yang memberikan masyarakat model yang lebih sederhana dengan

menyusun agenda untuk publik.

Donal Shaw dan Maxwell McCombs juga mengatakan pengaruh media

massa (kemampuan untuk memengaruhi perubahan kognitif antar individu untuk

menyusun pemikiran mereka) telah diberi nama fungsi penyusunan agenda dari

komunikasi massa. Di sini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa,

kemampuannya untuk menata mental, dan mengatur dunia.4 Singkatnya, media

massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu apa yang harus dipikirkan

masyarakat, tetapi mereka secara mengejutkan berhasil dalam memberitahu kita

tentang apa yang harus dipikirkan.

B. Agenda Media

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam

komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi cenderung lebih banyak memengaruhi

pengetahuan dan tingkat kesadaran seseorang.5

Model agenda setting mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara

penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan pengertian khalayak

3 Stephen W. Littenjohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba Humatika,

2009), h. 415. 4 Stephen W. Littenjohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi, h. 416. 5 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 156.

 

Page 28: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

17

pada persoalan tersebut. Konsep mengenai agenda media ini diambil dari teori

agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw.6

Ide dasar dari teori ini bahwa media memberikan perhatian yang berbeda pada

setiap isu. Dari berbagai isu yang muncul atau mengemuka, ada isu yang

diberitakan dengan porsi yang besar, ada yang diberitakan dengan porsi yang kecil.

Perbedaan perhatian media terhadap isu ini akan berpengaruh terhadap kognisi

(pengetahuan dan citra) suatu peristiwa di mata khalayak. Liputan berita yang

diulang-ulang untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik

merupakan kemampuan media yang berfungsi sebagai penentu agenda.

Berdasarkan teori agenda setting maka diturunkanlah konsep agenda media.

Menurut McQuail dan Sven Windahl, agenda media memiliki konsep sebagai suatu

isu yang ditampilkan oleh media.7 Begitu juga dengan Rogers dan Dearing

mendefinisikan agenda media sebagai suatu peristiwa dan isu dalam isi media

terhadap yang menjadi pada prioritas perhatian.8

Media memberikan perhatian yang berbeda pada setiap isu, dari isu yang

muncul, terdapat isu yang diberitakan dengan porsi besar, ada juga yang diberitakan

dengan porsi kecil, ini yang mendasari agenda media. Pemilihan kata-kata yang

digunakan juga bisa berdampak terhadap masyarakat. Perbedaan perhatian media

inilah yang dapat memengaruhi kognisi suatu peristiwa di mata masyarakat.

Masyarakat cenderung mengetahui tentang hal-hal yang dibertitakan media dan

6 Denis Mc Quail, Sven Windahl, Communication Models for the Study of Mass

Communication, edisi ke-2, (London: Longman, 1996), h. 127. 7 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 196. 8 Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010) h.90.

 

Page 29: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

18

menerima terhadap isu yang ditampilkan.9 Dengan kata lain, agenda media dapat

menjadi agenda masyarakat. Misalnya, media memberitakan tentang naiknya kurs

rupiah terhadap dollar, sehingga masyarakat juga ikut memperbincangkan apa yang

sedang diberitakan oleh media massa. Fungsi penentuan agenda media mengacu

pada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, untuk

mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik.10 Jadi dapat dikatakan

agenda media adalah soal proporsi pemberitan yang ditampilkan media kepada

khalayak.

Latar belakang lahirnya agenda media diambil dari teori agenda setting yang

dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L Shaw. Mereka memberi

contoh bahwa media dapat memberi pengaruh terhadap khalayak dalam pemilihan

presiden melalui penayangan berita, isu, citra, maupun penampilan kandidat itu

sendiri.11 Menurut Becker & McLeod dan Iyenger & Kinder dalam Canggara,

mengakui bahwa meningkatnya penonjolan atas isu yang berbeda bisa memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap opini publik.

Mannheim menyatakan dalam buku Nurudin menyampaikan dimensi-

dimensi dalam Agenda Media, yaitu:12

1. Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

9 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 197. 10 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah, Metode,

dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h 261. 11 Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi (Jakarta: Rajawali

Press, 2006) h. 124. 12 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013)

h.198.

 

Page 30: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

19

2. Tingkat menonjolnya bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi

berita dengan kebutuhan khalayak.

3. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi suatu peristiwa.

Konsep ini dapat langsung diturunkan ke dalam indikator pengukuran.

Konsep ini merujuk pada teori agenda setting yang dikemukakan oleh McComb

dan Shaw mempunyai tiga indikator, yakni:13

1. Isu yang diberitakan media. Dengan melihat isu mana yang paling banyak

diberitakan oleh media, maka isu tersebutlah yang ingin disorot oleh media.

2. Panjang berita dalam surat kabar. Dengan mengukur panjang berita dalam

halaman surat kabar.

3. Penempatan isu tersebut dalam halaman-halaman surat kabar.

Dengan tiga indikator pengukuran, agenda media yang dimaksud adalah

isu-isu yang mendapat perhatian media. Hal itu dilihat dengan frekuensi isu yang

sering muncul, pemberian kolom yang panjang, dan penempatan isu di halaman

depan sehingga mudah diakses oleh khalayaknya.

Variabel media massa diukur melalui analisis isi kuantitatif. Analisis ini

untuk menentukan rangking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang),

penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatannya, frekuensinya), konflik

(cara penyajiannya).14

13 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 197. 14 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 225.

 

Page 31: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

20

Media massa menentukan agenda media jika awak media benar- benar

intens mencoba persuasi pembaca. Dalam hal ini dapat ditemukan dalam konsep

framing, bahwa framing adalah pusat ide yang terorganisir dalam menyampaikan

konteks dan saran mengenai isu yang diseleksi, diberikan penekanan, pengecualian,

dan elaborasi. Demikian, baik framing maupun agenda dalam media memiliki

keterkaitan yang mendasar, setidaknya begitulah menurut Tankard.15

Menganalisis framing diperlukan untuk mengkaji lebih mendalam kekuatan

media massa dalam mempengaruhi berbagai sistem, seperti sistem politik. Menurut

Beterson, framing adalah bingkai, dimaknai sebagai struktur konseptual atau

perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan, dan

wacana.16 Perbedaan bingkai terlihat pada peletakan berita (utama atau biasa),

volume berita, dan teknik kecendrungan pemberitaannya. Gaya berita dan opini

media yang ditawarkan juga bisa menjadi frame bagi khalayak untuk menentukan

sikap antarisu politik. Demikianlah, analisis framing mengedepankan perspektif

multidispliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi.

Proses framing berfokus pada strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta

ke dalam berita. Gunanya hal itu agar berita tersebut lebih bermakna, lebih menarik,

lebih berarti atau lebih diingat, dan untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai

perspektifnya.17

15 Glenn G. Sparks, Media Effects Research; A Basic Overview, (Wadsworth: Cengage

Learning, 2006), h. 182. 16 Mubarok dan Made Dwi Andjani, Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam

Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas, (Purwokerto: STAIN, Vol.3 No.1, Februari-

Juli 2012), h.27. 17 Agus SB, Deradikalisasi Dunia Maya: Mencegah Simbiosis Terorisme dan Media,

(Jakarta: DaulatPress, 2016), h. 64

 

Page 32: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

21

Penulisan berita yang berlandaskan prinsip pembingkaian atau framing.

Mampu mewujudkan suatu tulisan yang jelas dan komunikatif saat melakukan

strategi framing pesan yakni dengan menggarisbawahi atau menonjolkan perspektif

penulis terhadap gagasan inti pemberitaan agar pembaca terpengaruh pada ideologi

kita.Pembingkaian terhadap suatu realitas menjadi sebuah berita merupakan suatu

strategi dalam politik redaksi media untuk menarik perhatian khalayak dalam

memberikan respon terhadap wacana teks dalam berita Atas dasar itu, diharapkan

analisis penelitian ini mampu mengkaji fenomena agenda media dalam

pembingkaian pemberitaan di Harian Kompas.

C. Media Cetak

Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diuna dan Acta

Senatus dikerajaan romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johanes

Guttenberg menemukan mesin cetak hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti

surat kabar, tabloid, dan majalah. Media cetak adalah segala barang cetak yang

dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan.18

Sejarah media modern berawal dari buku cetak. Meskipun pada awalnya

upaya pencetakan buku hanyalah merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk

memproduksi teks yang sama atau hampir sama, yang telah disalin dalam jumlah

yang besar, namun upaya itu tentu saja masih dapat disebut semacam revolusi.

Lambat laun perkembangan buku cetak mengalami perubahan dalam segi isi

semakin bersifat sekular dan praktis. Kemudian semakin banyak pula karya

populer, khususnya dalam wujud brosur dan pamflet politik dan agama yang ditulis

18 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya , (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), cet pertama,

h. 228

 

Page 33: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

22

dalam bahasa daerah, yang ikut berperan dalam proses transformasi abad

pertengahan. Jadi, pada masa terjadinya revolusi dalam masyarakat buku pun ikut

memainkan peran yang tidak dapat dipisahkan dari proses revolusi itu sendiri.19

Hampir dua ratus tahun setelah ditemukannya percetakan barulah apa yang

sekarang ini kita kenal sebagai surat kabar prototif dapat dibedakan dengan surat

edaran, pamflet, dan buku berita akhir abad keenam belas dan abad ketujuh belas.

Dalam kenyataannya terbukti bahwa suratlah yang merupakan bentuk awal dari

surat kabar, bukannya lembaran yang berbentuk buku. Surat edaran diedarkan

melalui pelayanan pos yang belum sempurna dan berperan terutama untuk

menyebarluaskan berita menyangkut peristiwa yang ada hubungannya dengan

perdagangan internasional. Jadi, munculnya surat kabar merupakan pengembangan

suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan

dilingkungan dunia usaha.

Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat

komersial (dijual secara bebas), bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat,

menyajikan adpertensi, hiiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.20

Dalam konsep pengertian diatas, media cetak (surat kabar dan majalah)

memiliki kadar inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak pada masa itu

pandangan yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika

dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada

individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai–nilai), dan

19 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya , (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), cet pertama,

h. 229. 20 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, h. 230.

 

Page 34: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

23

kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru, yakni kebutuhan para

usahawan kota dan orang profesional. Kualitas kebaruannya bukan terletak pada

unsur teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsinya yang tepat bagi

kelas sosial tertentu yang berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan suasana

yang secara sosial dan politis lebih bersifat permisif (terbuka).

Sejarah perkembangan surat kabar serta majalah selanjutnya dapat

dipaparkan sebagai serangkaian perjuangan, kemajuan dan pengulangan, yang

mengarah ke iklim kebebasan, atau bisa juga dilihat sebagai kelanjutan dari sejarah

kemajuan ekonomi dan teknologi. Memang sejarah perkembangan pers setiap

bangsa tidak mungkin dipaparkan dalam satu pemaparan ringkas. Terlepas dari hal

tersebut, patut dicatat bahwa unsur – unsur penting tersebut, yang sering kali

berbaur dan berinteraksi satu sama lain, merupakan faktor penentu dalam

perkembangan institusi pers. Tentu saja dengan kadar pengaruh yang berbeda –

beda.21

Media cetak koran adalah medium massa utama bagi orang untuk

memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tak ada sumber berita yang bisa

menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat

popularitas dan pengaruh koran. Industri koran mengungguli media berita lain di

hamper segala aspek. Satu dari tiga orang Amerika memiliih membaca koran setiap

hari, jauh lebih banyak ketimbang orang yang menonton berita televisi sore hari.

Datangya cukup mengejutkan, sekitar 1.570 koran harian menerbitkan 52,4 juta

eksemplar setiap harinya, dan belum termasuk koran mingguan. Karena setiap

21 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa , (Jakarta: Penerbit Airlangga), Edisi Kedua ,

h. 9

 

Page 35: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

24

eksemplar diberikan rata-rata 2,2 orang maka koran-koran harian itu sampai ke 116

juta pembaca setiap harinya. Dan koran mingguan mengeluarkan 50 juta eksemplar.

Dengan demikian perkiraan sirkulasi itu sampai keempat orang per eksemplar,

maka koran ini menjangkau sekitar 200 juta orang setiap minggunya.22

Dengan menurunnya sirkulasi, koran harian menghadapi tantangan besar.

Bahkan sirkulasi edisi Minggu yang menyemangati industri ini juga mulai turun.

Pendapatan advertising juga sedang mengalami transisi. Efisiensi dilakukan

melalui pembagian berita dan fasilitas produksi dan tindakan penghematan lainnya.

Pada Masa Depresi 1930-an, ketika hampir semua sektor ekonomi turun,

koran adalah salah satu di antara sedikit bisnis yang tetap menguntungkan di abad

ke-20. Bahkan meski sirkulasi sedikit turun, dari 62,8 juta menjadi 52,4 juta pada

tahun 1988, industri ini tetap meraup laba. Kebanyakan perusahaan rantai bisnis

koran yang besar, yang menguasai hampir semua harian, melaporkan meraup

untung kisaran 20 peresen.23

Pada tahun 1990an koran mulai masuk ke dunia internet dengan situs berita.

Pelan-pelan, koran menjual ruang online untuk pengiklan yang mungkin juga sudah

beriklan di edisi cetaknya.24

1. Sejarah Media Cetak

Penemu pertama Media Cetak adalah Johannes Gutenberg pada tahun 1455

terutama di Negara Eropa. Perkembangan awal terlihat dari penggunaan daun atau

tanah liat sebagai medium, bentuk media sampai percetakan. Gutenberg mulai

22 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 7. 23 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 90. 24 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 93.

 

Page 36: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

25

mencetak Bible melalui teknologi cetak yang telah ditemukannya. Teknologi mesin

cetak Gutenberg mendorong juga peningkatan produksi buku menjadi hitungan

yang tidak sedikit. Teknologi percetakan sendiri menciptakan momentum yang

justru menjadikan teknologi ini semakin mendorong dirinya untuk berkembang

lebih jauh.

Lanjutan dari perkembangan awal media cetak adalah di mana

perkembangan teknologi yang belum berkembang, yaitu media cetak dibuat

memakai mesin tik untuk membuat suatu iklan produk sedangkan gambar-gambar

atau animasi yang memperbagus iklan produk itu dibuat secara manual dengan

menggunakan pena.

Tanda-tanda perkembangan media cetak adalah melek huruf (kemampuan

untuk baca-tulis). Memang melek huruf adalah kondisi yang dipunyai oleh kaum

elite. Bahasa yang berkembang pun hanya beberapa bahasa pokok, bahasa latin –

misalnya. Perkembangan pendidikan pada abad 14 juga mendorong perkembangan

orang yang melek huruf. Perkembangan media cetak sekarang yaitu didukungnya

perkembangan teknologi yang sudah berkembang, sehingga dapat memudahkan

orang untuk membuat suatu iklan yang lebih kreatif dan atraktif.

2. Kelebihan dan Kelemahan Media Cetak

a. Kelebihan Media Cetak

Setiap media memiliki kelebihan masing-masing, media cetak juga

memiliki kelebihan dibanding media elektronik. Kelebihan media cetak secara

umum dibanding media elektronik terletak dari “daya tahan” informasi. Dari

berbagai jenis media massa, media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki

 

Page 37: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

26

oleh media lain. hasil cetakan tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga

pembaca bisa mengulanginya sampai mengerti isi pesan yang disampaikan,

tanpa biaya tambahan. Selain itu, halaman media cetak, menurut Mondry, bisa

terus ditambah seandainya diperlukan.25

Surat kabar harian memiliki kelebihan lebih khusus lagi bila

dibandingkan dengan media cetak lain. sesuai periodesasi terbitnya, informasi

surat kabar harian diterima pembaca setiap hari sehingga informasi diperoleh

terus secara berkesinambunga. Informasi yang disampaikan surat kabar lebih

lengkap dibanding radio dan televisi. Dengan halaman yang cukup banyak,

apalagi kini banyak surat kabar yang terbit dengan 32 halaman atau lebih,

informasi tentang suatu peristiwa dapat diberitakan secara mendalam, dari

berbagai sisi, sedangkan radio dan televisi butuh jam tayang khusus guna

melakukan hal itu.

Tabloid dan majalah yang periodesasi terbitnya lebih lama dibanding

surat kabar, berusaha menampilkan informasi yang lebih lengkap lagi, juga

dengan gaya penulisan feature yang lebih memikat sehingga tetap disukai

pembaca.26

b. Kelemahan Media Cetak

Kelemahan media cetak yang pertama ialah lambat dan tidak langsung.

Kelebihan media elektronik sebenarnya merupakan kelemahan media cetak.

Informasi media cetak tidak bisa cepat dan langsung. Berita media cetak baru

25 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia

2008), h. 21. 26 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, h. 22.

 

Page 38: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

27

kaan diterima khalayak sesuai periodesasinya. Surat kabar harian terbit setiap

hari, informasinya diterima publik sehari hanya sekali, tabloid atau majalah

mingguan berarti informasinya diterima masyarakat seminggu sekali. Hal ini

membuat para pembaca media cetak mengalami sedikit penghambatan dalam

informasi.

Kelemaha kedua yaitu jauh. Informasi yang disampaikan media cetak

terkesan “jauh” karena pembaca tidak dapat mengetahui secara langsung

peristiwa seperti yang disampaikan media elektronik. Guna mengatasi kekurang

itu, media cetak menampilkan foto-foto yang menarik guna mengimbangi

tayangan televisi, juga memuat tulisan atau informasi yang lengkap, bahkan

dengan penlisan feature guna mengimbangi informasi media elektronik.

Ketiga, tidak akrab. Pada media etak, tidak ada penyiar yang

menyampaikan, tetapi harus disiarkan oleh diri sendri. Sebagai sumber

informasinya, jajaran redaksi tidak ada yang akrab dengan pembaca, bahkan

mungkin tidak kenal sama sekali. Berbeda dengan penyiar atau pembaca berita

televisi atau radio, tentu banyak yang kenal (minimal suaranya), bahkan

mengidolakan mereka.

Keempat, tidak fleksibel. Membaca informasi media cetak tentu tidak

bisa dilakukan sambil memasak atau mengendarai kendaraan sehingga bisa

dikatakan tidak fleksibel, sedangkan dengan radio bisa mendapatkan

informasinya. Perbandingan kelemahan antara surat kabar, tabloid, dan majalah

pada umumnya terkait periode terbit dan banyaknya halaman. Hal serupa juga

 

Page 39: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

28

terjadi antara tabloid yang umumnya terbit mingguan dengan majalah yang dua

mingguan atau bulanan, isi majalah lengkap dan bahasanya lebih dalam.

D. Bencana Kesehatan di Asmat

Harian Kompas memberitakan bencana kesehatan yang terjadi di Asmat,

menelan banyak korban jiwa. Sebanyak 58 anak dinyatakan meninggal akibat

wabah yang tersebar di 23 distrik di Kabupaten Asmat, Papua. Hingga kini, jumlah

anak yang menderita karena wabah tersebut mencapai 471 anak.27

Hingga akhir Januari, sedikitnya 71 anak meninggal dan 800 orang dirawat

di rumah sakit di Asmat.28 Uskup Aloysius Murwito dari keuskupan Agats-Asmat

menceritakan pengalamannya berhadapan dengan anak-anak dengan kondisi minim

gizi di wilayah tersebut. Tim keuskupan Agats menemukan situasi ini saat kegiatan

pelayanan Natal pada 2017 di Kampung As dan Kampung Atat, Distrik Pulau Tiga.

Menurutnya, kondisi anak-anak sangat memprihatinkan dengan kondisi fisik yang

sangat kurus.

Ketika krisis kesehatan gizi buruk dan campak di Asmat ini menjadi sorotan

media, kondisi geografis wilayahnya (yang didominasi rawa berlumpur dan sungai-

sungai) dianggap sebagai salah satu pemicu utama kasus tersebut. Kondisi ini

diperparah harga bahan bakar minyak (BBM) yang relatif lebih mahal akibat suplai

27 Diakses dari kompas.com yang berjudul 58 Anak Meninggal akibat Wabah Campak di

Asmat pada tanggal 10 Desember 2018 (Berita tanggal 15 Januari 2018) -

https://regional.kompas.com/read/2018/01/15/11530901/58-anak-meninggal-akibat-wabah-

campak-di-asmat, Penulis: Kontributor Jayapura, John Roy Purba. 28 Diakses dari BBC Indonesia yang berjudul Lima Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang

Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat pada 10 Desember 2018 (Berita tanggal 31 Januari 2018)

- https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42872190, Penulis: Redaksi.

 

Page 40: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

29

BBM yang tidak lancar di wilayah itu. Tentu saja, persoalan di balik krisis

kesehatan tersebut tidak melulu soal geografis.

Dua belas tahun lalu, pada 2006, masyarakat Asmat pernah terbebas dari

kejadian luar biasa campak. Jika pada 2018 ini campak kembali menyerang anak-

anak di Asmat tentu dikondisikan oleh berbagai faktor.29 Kementerian Kesehatan

menilai salah satu faktornya adalah imunisasi yang tidak optimal di Asmat. Dalam

ungkapan yang lebih lugas, wabah campak muncul lagi karena program imunisasi

di wilayah itu belum merata. Dengan kata lain, tidak semua anak di Asmat

terjangkau oleh program imunisasi.

Dalam keadaan di atas, penularan dan penyebaran campak sangat mungkin

terjadi pada saat ada momentum berkumpulnya warga. Wabah campak di Asmat

kali ini, seperti diduga oleh mantan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Agats, Steven Langi, muncul saat pergelaran pesta budaya Asmat yang berlangsung

pada akhir 2017 lalu. Dalam acara itu hampir semua warga masyarakat Asmat

berkumpul. Wabah campak tentu akan lebih mematikan jika menjangkiti anak-anak

dengan masalah gizi buruk. Padahal khususnya sayuran dan ikan, seperti yang

disampaikan oleh Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito yang dikutip Kompas,

makanan bergizi di Asmat sangat kurang.

Mereka yang jauh dari Ibukota Kabupaten Asmat, menurut Murwito, tidak

setiap hari mendapatkan ikan. Mereka juga relatif kurang mempunyai kesadaran

untuk hidup sehat.

29 Diakses dari Beritagar.id yang berjudul Mengapa Bencana Kesehatan di Papua Terulang

Lagi? Pada 10 Desember 2018 (Berita tanggal 15 Januari 2018) –

https://beritagar.id/artikel/editorial/mengapa-bencana-kesehatan-di-papua-terulang-lagi, Penulis:

Redaksi.

 

Page 41: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

30

Pada 2017 lalu kabar tentang warga kabupaten Yahukimo yang meninggal

karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sudah terdengar, meski

tidak sesanter berita wabah di Asmat kali ini. Jumlahnya pun cukup besar, yaitu 38

orang. Semuanya meninggal dalam keadaan sakit dan tidak mendapat pelayanan

kesehatan yang selayaknya.

Sebulan setelah status kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Asmat,

Papua dicabut, kematian anak akibat gizi buruk masih terjadi. Berbagai kondisi,

termasuk pemahaman orang tua tentang kesehatan, menjadi kendala di lapangan.

Status KLB akibat gizi buruk dan campak di Asmat dicabut sejak 5 Februari

2018. Tercatat korban meninggal mencapai 72 anak-anak, yakni 66 meninggal

karena campak dan 6 anak meninggal karena gizi buruk. Dari jumlah itu,

berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sebanyak 8 anak meninggal di rumah

sakit, sementara sisanya meninggal di kampung. Setelah pencabutan status KLB,

masih ada anak-anak yang meninggal dunia akibat gizi buruk. Salah satunya

Priskila yang berusia 5 tahun yang meninggal pada 4 Maret 2018.

Selama KLB, berbagai penanganan kesehatan dilakukan pemerintah

Indonesia, antara lain memberikan vaksinasi terhadap lebih dari 10.000 anak Asmat

yang ada di 224 kampung di 23 distrik, dan perawatan pada korban di RSUD Agats.

Pasca KLB, pemerintah juga masih melanjutkan program pemenuhan gizi dan

pendampingan bagi keluarga yang anak-anaknya mengalami gizi buruk.

Pelaksanan tugas (Plt) Direktur RSUD Asmat di Agats, Nokir mengatakan ketika

KLB dihentikan, di RSUD Agats ada 12 pasien yang masih dirawat inap, yang

 

Page 42: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

31

terdiri dari 9 anak gizi buruk, dan 3 anak karena campak. Menurut Nokir, para orang

tua di Asmat sudah punya sedikit pemahamann soal manfaat pelayanan kesehatan.30

Salah satu kendala yang dihadapi Asmat pasca dicabutnya status KLB

adalah ketersediaan tenaga medis, terutama kedokteran, dari total 16 puskesmas

yang ada, sebagian besat tidak ada dokter. Alasannya, rata-rata dokter tidak mau

ditempatkan di pedalaman yang tidak ada infrastrukturnya. Untuk itu, sementara

dikirim tim kesehatan dari TNI dan Kementerian Kesehatan yang berdasarkan

penugasan. Infrastruktur transportasi juga menjadi kendala yang signifikan, meski

warga sudah punya kesadaran untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan,

namun mereka terhambat transportasi.

E. Media Massa dan Mitigasi Bencana

Media memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan bencana di

Indonesia. Saat ini media tidak hanya memberi informasi terkait adanya peristiwa

bencana saja, media juga dapat mengedukasi masyarakat tentang mitigasi bencana.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan media adalah pengganda

BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam

penanggulangan bencana. Media mampu mempengaruhi keputusan politik,

mengubah perilaku dan menyelamatkan masyarakat. Apa yang publik pikirkan

seringkali tergantung pada apa yang publik terima dari media. Secanggih apapun

seseorang atau pemerintah dalam menangani bencana, tanpa bantuan publikasi

30 Diakses dari BBC Indonesia yang berjudul Kematian Anak Akibat Gizi Buruk di Asmat

Berlanjut meski KLB Sudah Berakhir pada 10 Desember 2018 (Berita 12 Maret 2018) -

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43363665, Penulis: Tito Sianipar.

 

Page 43: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

32

media massa sama saja nihil, karena tidak ada masyarakat yang tahu apa yang telah

dilakukannya dalam penanganan bencana yang terjadi, setidaknya itulah yang

dikatakan Sutopo dalam acara Forum Komunikasi Wartawan BNPB di Hotel

Mercure, Tateli Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu 13 September 2017.31

Dalam memberikan informasi, media bukan hanya berperan menyajikan

peristiwa kepada publik, melainkan diwajibkan memberikan edukasi dalam

membentuk masyarakat yang siap menghadapi bencana. Informasi pun mesti

proporsional dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang akurat.

Artinya, bencana tidak dipandang sebagai sebuah peristiwa yang dapat

meningkatkan trafik atau rating. Karena bila seperti itu, pemberitaan hanya terfokus

pada sisi “drama” saja.

Dissasterchannel.co32 mengutip makalah yang berjudul Media dan Agenda-

agenda Pemberdayaan Pascabencana menyatakan Ada dua hal yang

mengindikasikan besarnya peran dan perhatian media terhadap bencana. Pertama,

bencana biasanya menciptakan situasi yang tidak pasti (uncertainty). Dalam situasi

seperti itu, masyarakat akan memuncak rasa ingin tahunya. Kedua, bencana bagi

media merupakan sebuah “event” besar yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Sebagai sebuah “event”, bencana memiliki daya tarik yang luar biasa tanpa harus

direkayasa. Bencana sendiri sudah mengandung unsur dramatik bukan buatan.

31 Diakses dari beritasatu.com yang berjudul Media Berperan Penting dalam

Penanggulangan Bencana pada 28 Januari 2019 pukul 17.50 WIB (Berita tanggal 14 September

2017) - https://www.beritasatu.com/nasional/452502-media-berperan-penting-dalam-

penanggulangan-bencana.html, Penulis: Margaretha Feybe L / JEM. 32 Disasterchannel.co adalah portal kebencanaan pertama di Indonesia. Portal ini diinisasi

oleh Planas PRB, TEMPO, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Portal ini

merupakan langkah awal dari tujuan besar pihak-pihak tersebut untuk membangun knowledge

management center untuk mereduksi dampak bencana. Berbeda dengan portal lainnya, porsi

informasi kebencanaan dalam portal DisasterChannel.co lebih banyak tentang semangat

pengurangan risiko bencana.

 

Page 44: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

33

Dengan kata lain memiliki nilai berita yang sangat tinggi, bahkan mirip dengan

sebuah cerita fiksi lengkap dengan unsur-unsur pendukungnya, seperti alur

dramatik, problematika, solusi, dan aksi-reaksi yang muncul dari berbagai karakter

manusia.

Pemberitaan mengenai bencana dapat menjadi sebuah pemicu untuk

menumbuhkan empati. Rasa empati, pada akhirnya, mendorong yang tidak berada

pada situasi sulit untuk membantu yang berada pada situasi sulit, sehingga dalam

konteks bencana, kesulitan korban bisa diminimalisir. Namun, peran media tidak

hanya sampai di situ. Media mesti berperan membangun kesejajaran antara korban

dan bukan korban; bahwa empati adalah kewajaran yang mesti dimiliki dalam

hubungan antar sesama manusia. Karena dengan hal tersebut, akan terjadi empati

yang berkelanjutan serta solidaritas yang kokoh, sehingga tidak ada lagi korban-

korban yang terabaikan.33

Media juga berperan dalam mengontrol serta menjembatani informasi

tentang kondisi dan kebutuhan korban terhadap publik, sehingga distribusi bantuan

bisa tepat guna dan tepat sasaran. Misalnya, dalam kasus bencana kemanusiaan

Pengungsi Rohingya, Rumah Zakat mengakomodir kebutuhan potong rambut dari

para korban. Kebutuhan semacam itulah yang seringkali luput dari kesadaran dan

pemahaman publik.

Indonesia sebagai negara yang termasuk rawan bencana dan untuk

menghadapi degradasi lingkungan akibat global warming harus memperkuat sistem

33 Diakses dari disasterchannel.co yang berjudul Peran Media dalam Bencana pada 28

Januari 2019 pukul 17.54 WIB (Artikel tanggal 2 Februari 2015) -

http://disasterchannel.co/2015/05/02/peran-media-dalam-bencana/, Penulis: RN.

 

Page 45: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

34

komunikasi dan edukasi menghadapi bencana alam pada masyarakat. Hal ini

penting untuk mencapai human security dalam pembangunan yang berkelanjutan

sehingga dapat meminimalisir dampak korban jiwa maupun material. Peran

strategis dari media massa dalam menyediakan informasi sangat diperlukan oleh

masyarakat, baik dalam kondisi pra atau sebelum bencana, saat bencana terjadi,

maupun pascabencana. Informasi reguler yang disediakan oleh media akan menjadi

semacam sistem peringatan dini (early warning system) bagi masyarakat dan

mengingatkan masyarakat yang khususnya berada di wilayah rawan bencana

sehingga masyarakat menjadi lebih siap saat menghadapi bencana. Informasi dari

media massa akan dapat mengurangi kepanikan masyarakat akibat isu-isu dan

rumor yang tidak jelas mengenai kondisi bencana.

Masyarakat Indonesia memerlukan edukasi mengenai bencana dan

pencegahannya, media massa dapat menjadi medium dalam mendukung edukasi

ini. Pemahaman mengenai bencana alam dan dampaknya, perlu diinformasikan

kepada masyarakat. Sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Bencana, definisi bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sedangkan bencana alam adalah

bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,

banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

 

Page 46: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

35

Berkaitan dengan paparan di atas, dalam penyajian berita bencana di media

massa dengan mengelompokan bencana menjadi dua kategori. Kategori pertama

adalah bencana alam, yaitu bencana yang ditimbulkan oleh dinamika bumi,

misalnya gempa tektonik, gempa vulkanik, dan lainnya. Kategori yang kedua

adalah bencana anthropogene, yaitu bencana akibat kinerja manusia dalam

memanfaatkan sumber daya alam yang melampaui batas kewajaran dan tidak ramah

lingkungan.34 Berkaitan dengan fungsi media massa, media memiliki tanggung

jawab untuk ‘meluruskan’ informasi dan menjelaskan rumor yang berkembang,

menyajikan yang berupa fakta dari realitas sebenarnya. Media massa mampu

menenangkan masyarakat dari kepanikan akibat bencana, dengan berita secara

akurat dan lengkap, termasuk informasi tentang cara dan langkah yang harus

dilakukan masyarakat dalam kondisi darurat.

34 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h.63.

 

Page 47: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

1. Paradigma Penelitan

Penelitian ini menggunakan salah satu jenis paradigma yakni positivistme,

yaitu memandang realitas atau suatu fenomena itu dapat diklasifikasikan, teramati

dan terukur. Pengaruh positivisme dalam penelitian komunikasi sangat jelas ketika

persoalan yang dipertanyakan berkaitan dengan perilaku-perilaku orang dalam

berkomunikasi, kekuatan media dalam memengaruhi dan merubah perilaku

khalayak.1

2. Pendekatan Penelitian

Metode ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif untuk mendapat

informasi guna penarikan kesimpulan dan penambilan keputusan yang sistematis

terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.2

3. Metode Penelitian

Penelitan ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi merupakan

teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk menarik referensi dari isi dan

mengetahui gambaran karakteristik isi. Penelitian dengan metode ini analisis isi

bertujuan untuk mengidentifikasi secara sisitematis isi komunikasi yang tampak,

objektif, valid, replikasi dan reliabel.3

1 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group, 2008), h. ix. 2 Benny Kurniawan, Metodologi Penelitian (Tangerang: Jelajah Nusa, 2012), h.21. 3 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 15.

 

Page 48: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

37

Pada dasarnya, analisis isi menekankan metode penelitian yang

menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat kesimpulan yang valid dari

suatu teks. Maksud dari kesimpulan adalah tentang pengirim pesan, pesan itu

sendiri, ataupun penerima pesan.4 Dengan cara menghitung atau mengukur aspek

dari isi dan menyajikannya secara kuantitatif. Analisis isi hanya menekankan pada

apa yang tersurat dengan memberi tanda atau meng-coding apa yang dilihat

peneliti.

Unit pencatatan yang digunakan adalah unit tematik. Unit tematik melihat

topik pembicaraan dari suaru teks yang sama menjadi satu kesatuan.5 Jadi, teknik

analisis isi, menggunakan penekatan kuantitatif berdasarkan dari frekuensi yang

jelas akan jumlah dan presentase kejadian dari varibel melalui angka.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek merupakan responden yang memahami objek penelitian sebagai

pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian, sedangkan yang

dimaksud dengan objek yaitu sasaran dalam penelitian.6 Subjek dalam penelitian

ini adalah Harian Kompas. Sedangkan objeknya adalah berita-berita berita-berita

terkait bencana kesehatan yang terjadi di Asmat, Papua.

C. Popuasi dan Sampel

Populasi didefinisikan sebagai kesimpulan yang didapat dari wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

4 Robert Philip Weber, Basic Content Analysis, 2th ed, (California: Sage Publications,

1990), h.9. 5 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 84 6 Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 76

 

Page 49: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

38

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sedangkan

sampel yakni sebagian dari elemen-elemen tertentu suatu populasi yang diteliti.7

Peneliti mengambil seluruh populasi sebagai sumber data penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah berita terkait bencana kesehatan yang terjadi

di Asmat, Papua yang diberitakan Harian Kompas sebanyak 65 judul dan 63 sub

judul berita (total 128 item) dari tanggal 10 Januari sampai 13 Maret dengan

menggunakan judul dan sub judul sebagai sampel.

D. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep yaitu suatu proses untuk menjabarkan pengertian

suatu konsep yang abstrak dengan menggunakan beberapa indikator-indakator. Hal

itu dilakukan untuk menunjukan dan mengukur konsep sehingga dapat

menurunkannya pada tingkat yang lebih konkret.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini hanya menggunakan

satu variabel, yaitu agenda media. Analisis isi merupakan penghitungan tentang

berita mana yang dimuat, serta apa berkembang dari setiap berita. Sedangkan berita

bencana kesehatan di Asmat adalah laporan mengenai bencana kesehatan yang

berkembang dalam Harian Kompas.

Jadi operasionalisasi konsep analisis isi menurut penjabaran di atas adalah

suatu laporan berita mengenai bencana kesehatan di Asmat yang berkembang di

Harian Kompas. Berita di Harian Kompas ini dioperasionalisasikan sebagai urutan

7 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2008), h. 139.

 

Page 50: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

39

ranking tema berita bencana kesehatan di Asmat. Tema tersebut terdiri atas sepuluh

tema isu bencana kesehatan dari 10 Januari hingga 13 Maret 2018.

Langkah selajutnya, setelah pengumpulan berita-berita, peneliti membuat

kategorisasi. Sesuai dengan tujuan penelitan ini untuk bagaimana pemberitaan

bencana kesehatan yang berkembang terkait bencana kesehatan di Asmat di Harian

Kompas. Diperlukan instrumen utama dalam penelitian ini, yakni kategorisasi.

Fungsi kategorisasi identik dengan kuisioner dalam survei, agar objektif, maka

kategorisasi perlu dijaga reliabilitasnya.

Untuk mempermudah dalam menganalisis berita, maka peneliti membuat

tabel berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang di dalamnya mengandung

muatan isu bencana kesehatan. Pemberitaan ini memuat korban yang ditimbulkan

akibat gizi buruk dan campak, hal yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat

terjadi, bantuan yang diberikan kepada korban bencana kesehatan di Asmat,

pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam penanggulangan bencana, hambatan

yang dihadapi dalam memberikan bantuan, pentingnya diversifikasi pangan,

gambaran umum wilayah Asmat, kondisi Asmat pasca bantuan, dan kebijakan yang

harus dilakukan pemerintah pusat untuk penanggulangan bencana. Berikut

penjelasan lengkapnya:

1. Korban yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk dan Campak.

Pada kategori ini yang dimaksud adalah seluruh pemberitaan yang

menyatakan bahwa gizi buruk dan campak menimbulkan korban baik

korban jiwa maupun korban terdampak. Kategori ini terfokus hanya pada

korban manusianya saja.

 

Page 51: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

40

2. Hal yang Menyebabkan Bencana Kesehatan di Asmat Terjadi.

Penekanan pada ketegori ini adalah seluruh pemberitaan yang

menyatakan bahwa bencana kesehatan yang terjadi di Kabupaten Asmat

ialah akibat minimnya pendidikan kesehatan, gaya hidup masyarakat,

kurangnya tenaga kesehatan, hingga infrastruktur yang tidak memadai.

3. Bantuan yang Diberikan kepada Korban Bencana Kesehatan di Asmat.

Kategori ini maksudnya ialah seluruh pemberitaan yang menyatakan

adanya kegiatan pemberian bantuan kepada korban setelah bencana

kesehatan di Asmat terjadi, baik dalam bentuk materi ataupun non materi.

4. Pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Bencana.

Penekanan dari kategori ini ialah seluruh pemberitaan yang

menyatakan peran pemerintah daerah harus dimaksimalkan, baik dari segi

peran maupun anggaran, tidak termasuk apa yang harus dilakukan oleh

pemerintah pusat, karena masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

sudah mempunyai tanggung jawab otonomi daerahnya masing-masing.

5. Hambatan yang Dihadapi dalam Memberikan Bantuan.

Kategori ini ialah yang menyatakan adanya hambatan untuk

melakukan pertolongan maupun bantuan, seperti medan yang sulit

dijangkau. Fokusnya pada hal-hal yang menyebabkan pemberitan bantuan

terhambat.

6. Pentingnya Diversifikasi Pangan.

Seluruh pemberitaan yang menyatakan diversifikasi pangan ialah

hal penting. Diversifikasi pangan adalah program yang dimaksudkan agar

masyarakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong

 

Page 52: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

41

untuk juga mengonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan

pokok yang selama ini dikonsumsinya. Di Indonesia, diversifikasi pangan

dimaksudkan agar masyarakat Indonesia tidak menganggap nasi sebagai

satu-satunya makanan pokok yang tidak dapat digantikan oleh bahan

pangan yang lain.

7. Gambaran Umum Wilayah Asmat.

Maksudnya ialah penggambaran umum warga, lingkungan, serta

gaya hidup masyarakat di wilayah Asmat.

8. Kondisi Asmat Pasca Bantuan.

Penekanan kategori ini ada pada keadaan di Asmat saat bencana

kesehatan telah mendapatkan pertolongan.

9. Kebijakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Pusat untuk Penanggulangan

Bencana.

Pada kategori ini ialah kebijakan yang seharusnya diambil

pemerintah pusat terkait penanganan bencana kesehatan di Asmat, tidak

termasuk apa yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah.

Setelah semua data selesai diberi kategori, data tersebut diberikan kepada

coder atau juri. Juri bertugas melakukan uji koder yaitu membantu penelitian dalam

memberi kategori berita-berita ke dalam tema yang ada dalam lembar koding. Tiga

orang juri dipilih yang sesuai dengan kriteria dalam syarat-syarat metode penelitan

anaisis isi, yaitu:

a. Rheza Alfian (Peneliti)

b. Fakhrizalhaq (Mahasiswa)

c. Denny Aprianto (Mahasiswa)

 

Page 53: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

42

Setiap juri akan diberikan alat ukur dan diminta untuk memberikan

penilaian sesuai dengan petunjuk dalam lembar coding. Juri akan diminta untuk

membaca berita Harian Kompas kemudian memasukannya ke dalam coding sheet,

yakni berupa tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori berita yang akan diukur.

Setelah itu, hasil dari pengisian juri ini yang diperbandingkan, dihitung berapa

persamaan dan berapa perbedaannya. Hasil dari kesepakatan itulah yang dijadikan

sebagai keofisien reliabilitas.

Diperlukan rujukan dalam penelitian dengan membuat definisi operasional.

Definisi operasional merupakan bagian terpenting dalam mendefinisikan apa yang

diteliti oleh peneliti dalam menjabarkan konsep atau variabel yang diukur dalam

sebuah penelitian secara detil berupa prilaku, aspek atau karakteristik. Dengan

demikian definisi operasional bukan mendefinisikan pengertian atau makna pada

teori namun lebih terkait dengan hal-hal yang menghubungkan ukuran atau

indikator dari suatu variabel.8 Penelitian ini terdiri dari satu variabel, yaitu agenda

media pemberitaan bencana kesehatan yang terjadi di Asmat.

Demi memenuhi unsur objektivitas, hasil penghitungan dari proses

pengukuran unit analisis perlu diuji kembali. Dibutuhkan rumus yang dipakai dalam

penghitungan tingkat keterpercayaan antar juri pada penelitian ini menggunakan

intercoder reliability dari Holsti, yaitu:9

CR= 2M x100%

N1+N2

8 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013) h.97. 9 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 290.

 

Page 54: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

43

Keterangan:

CR = Coeficient Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding

NI, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding

Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, 0 berarti tidak ada satupun yang

disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna di antara para coder.

Makin tinggi angka, makin tinggi pula angka reliabilitas. Dalam formula Holsti,

angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70 persen. Artinya,

kalau hasil perhitungan menunjukan angka reliabilitas di atas 0,7 berarti alat ukur

ini benar-benar reliabel. Tetapi, jika di bawah angka 0,7, berarti alat ukur (coding

sheet) bukan alat yang reliabel.10

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer didapat mealui observasi. Observasi merupakan kegiatan

mengamati secara langsung tanpa mediator.11 Adapun observasi yang penulis

lakukan dengan meninjau hasil berupa teks berita yang telah dikumpulkan dari

Harian Kompas, selama 1 Januari hingga 30 Maret 2018 sebanyak 128 judul

beserta sub judul pemberitaan.

10 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 290. 11 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, h.106.

 

Page 55: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

44

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh

organisasi yang bukan pengolahnya. Data sekunder ini diperoleh dari buku,

jurnal, dan situs-situs internet yang berkaitan dengan isu pemberitaan yang

menjadi objek penelitian.

F. Teknik Analisis Isi

1. Definisi Analisis Isi

Analisis isi merupakan salah satu penelitian yang dipakai untuk

mengetahui isi yang terdapat dalam dokumen. Perbedaan analisis isi dengan

bentuk penelitian yang lain adalah penggunannya. Analisis isi dipakai untuk

mengukur secara kuantitatif aspek-aspek tertentu dari isi secara tersurat.12

Dalam sejarahnya menurut Kripendoff, analisis isi hadir pertama kali di

Swedia pada abad XVII. Namun, sampai pada 1920-an analisis isi baru

mendapat pengakuan sebagai metode ilmiah oleh para ilmuan sosial dari

berbagai bidang. Hingga saat ini, beragam disiplin ilmu menggunakan metode

ini seperti sosiologi, komunikasi, psikologi, politik, dan antropolgi.13 Pada abad

ke-20, analisis isi dinilai sangat penting dalam bidang politik terkait efek

propaganda dan pesan persuasif lainnya.14

Berelson dalam Andi Bulaeng mengemukakan bahwa analisis isi adalah

cara yang digunakan untuk menggambarkan isi pernyataan suatu komunikasi

12 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 1. 13 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 6. 14 Daniel Riffe, dkk., Analyzing Media Messages: Using Quantitative Content Analysis in

Research, 2th ed (New York: Routledge, 2014), h. 4.

 

Page 56: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

45

dengan cara menganisis dan mempelajarinya secara objektif, kuantiatif, dan

sistematis.15 Kripendorf melihat analisis isi sebgai teknik untuk membuat

inferensi yang sahih datanya dan dapat ditiru lewat konteksnya.16 Sementara

Budd mengatakan analisis isi adalah sesuatu yang digunakan untuk mengolah

pesan dan menganalisis pesan dengan cara yang sistematis.17 Pesan adalah apa

yang terlihat, didengar, dirasakan, atau dibaca. Sebaliknya, analisis isi tidak

meniliti aliran produksi dan pertukaran makna, ini berkaitan dengan penafsiran.

Dengan kata lain, analisis isi meneliti apa yang tersurat, bukan tersirat.

Pada dasarnya seperti yang diutarakan Robert Philip Weber dalam

bukunya Basic Content Analysis edisi ke-2 bahwa analisis isi menekankan

metode penelitian untuk mendapat kesimpulan dari pesan yang valid pada teks.

“Content analysis is a research method that uses a set of

proceduresto make valid inferences from text. 1 These inferences are about

thesender(s) of the message, the message itself, or the audience of the

message.”18

Kesimpulan tersebut didapat dengan cara menghitung atau mengukur

aspek dari isi dan menyajikannya secara kuantitatif. Analisis isi hanya

menekankan pada apa yang tersurat dengan memberi tanda atau meng-coding

apa yang dilihat peneliti. Jadi, dapat dikatakan, analisis isi adalah suatu metode

15 Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer (Yogyakarta: Andi, 2004),

h. 164. 16 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 15. 17 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, h. 230. 18 Robert Philip Weber, Basic Content Analysis, 2th ed (California: Sage Publications,

1990), h.9.

 

Page 57: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

46

penelitian yang dilakuan untuk meneliti pesan dengan melakukan serangkaian

prosedur secara sistematis, objektif, dan kuantitatif.

Ilmu komunikasi menggunakan analisis isi sebagai salah satu metode

utama. Analisis isi sebagai penelitian yang mempelajari isi media. Peneliti dapat

mengetahui tren dari isi, gambaran isi, dan karakteristik pesan. Selain hal itu,

dalam ilmu komunikasi analisis isi juga mempelajari semua konteks

komunikasi (komunikasi organisasi, kelompok, maupun antarpribadi), dengan

syarat adanya dokumen.19

2. Ciri-Ciri dalam Analisis Isi

Dalam penelitian menggunakan analisis isi, harus memiliki ciri-ciri

objetif, sistematis, replikabel, isi yang tampak, perangkuman, dan generalisasi.

Objektif artinya betul menamplikan isi yang ada dalam teks dan bukan dari

subjektivitas dari peneliti. Terdapat dua hal dari objektif anaisis isi yakni

validitas dan reliabilitas20. Validitas mengandung arti tentang alat ukur

mengenai keabsahan suatu varibel apa sesuai dengan yang diharapkan.21

Sedangkan reliabilitas berarti sejauh mana menghasilkan hasil yang sama,

ketika teks yang sama dikerjakan lebih dari satu coder atau orang yang

berbeda.22

19 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 11. 20 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 16. 21 Robert Philip Weber, Basic Content Analysis, 2th ed, h.18. 22 Robert Philip Weber, Basic Content Analysis, 2th ed, h.17.

 

Page 58: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

47

Sistematis berarti penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan

definisi dan kategori yang sama untuk semua bahan yang akan dianalisis.23

Sementara replikabel yakni penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang

dengan menghasilkan temuan yang sama juga, meskipun dilakukan oleh

peneliti, waktu, dan konteks yang berbeda-beda.

Lalu isi yang tampak, artinya bagian dari isi yang terlihat nyata atau

tampak. Sedangkan perangkuman (summarizing) dibuat untuk membuat

gambaran umum karakteristik dari suatu pesan. Terakhir yaitu generalisasi,

yang digunakan jika analisis isi menggunakan sampel untuk memberikan

gambaran populasi.24

Sebagai sebuah metode penelitian, tentu analisis isi juga memiliki

tahapan-tahapan. Terdapat tiga tahap dalam analisis isi, yaitui:25

a. Merumuskan masalah

Rumusan masalah masih berbentuk konsep-konsep. Suatu konsep

dengan tema tertentu yang harus dicari ukuran-ukurannya dan apa

termasuk dalam tema tersebut. Ukuran-ukuran ini disebut

kategorisasi.

b. Menyusun kerangka konseptual untuk riset deskriptif atau kerangka

teori untuk riset eksplanasi.

23 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 19 24 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 29-30. 25 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran , h. 234.

 

Page 59: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

48

Peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan ukuran

atau operasional dari suatu tema. Hasilnya adalah sebuah

kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran suatu tema,

misalnya tema berita politik.

c. Menyusun perangkat metodologi

1) Menentukan prosedur atau metode pengukuran, dalam hal

ini ukuran-ukuran tetentu dijabarkan dalam suatu konsep, umumnya

dalam bentuk kategori beserta indikator-indikatornya.

2) Menentukan unit analisis, kategorisasi dan uji realibilitas.

3) Menentukan populasi dan sampel.

4) Menentukan metode pengumpulan data.

5) Menentukan metode analisis.

6) Analisis dan interpretasi data.

G. Uji Realibilitas

Untuk memeperoleh reliabelitas dan validitas kategori isu dalam konten

pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat diadakan pengujian kategori pada tiga

orang juri atau koder yang dipilih dan mampu memberikan penelitian secara

objektif. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien

reliabelitas.

Kategori yang terdapat pada pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada

Harian Kompas adalah kategori isu pemberitaan dan kategori bentuk pemberitaan.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.

 

Page 60: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

49

Tabel 1. Kategori Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada

Harian Kompas

No. Kategori Pemberitaan

1. Korban yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk dan Campak

2. Hal yang Menyebabkan Bencana Kesehatan di Asmat Terjadi

3. Bantuan yang Diberikan kepada Korban Bencana Kesehatan di Asmat

4. Pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Bencana

5. Hambatan yang Dihadapi dalam Memberikan Bantuan

6. Pentingnya Diversifikasi Pangan

7. Gambaran Umum Wilayah Asmat

8. Kondisi Asmat Pasca Bantuan

9. Kebijakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Pusat untuk

Penanggulangan Bencana

Pada penelitian selama tiga bulan, Harian Kompas menerbitkan 128

judul dan sub judul pemberitaan terkait Bencana Kesehatan di Asmat. Ada 20 judul

dan sub judul yang dimasukan ke dalam lembar koding untuk diujikan kepada para

juri atau koder. Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada

pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat.

Tabel 2. Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Semua Kategori

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2 18 15 3 0.83

Juri ke 1 dan 3 18 14 4 0.78

Juri ke 2 dan ke 3 18 15 3 0.83

 

Page 61: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

50

Komposit Reabilitas = 3(0.81) = 0.92

1 + (3 − 1) (0.81)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0.83

(hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan

antar juri 1 dan 3 sebesar 0.78 (menunjukkan kesepakatan baik antar kedua juri).

Kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0.83 (menunjukkan kesepakatan yang sangat

baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar

juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang

ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori

yang dibuat yaitu sebesar 0.92, hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik

di antara para juri. Setelah dilakukan penghitungan reliabelitas terhadap tiga juri

atas kategori-kategori tersebut, kategori dapat dianggap reliabel sebagai sebuah

kategori penelitian.

 

Page 62: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

51

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Kategori Dominan dalam Pemberitaan Bencana Kesehatan di

Asmat pada Harian Kompas

Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas dibagi

dalam 9 kategorisasi. Kategori tersebut ialah korban yang ditimbulkan akibat gizi

buruk dan campak, hal yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat terjadi,

bantuan yang diberikan kepada korban bencana kesehatan di Asmat,

pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam penanggulangan bencana, hambatan

yang dihadapi dalam memberikan bantuan, pentingnya diversifikasi pangan,

gambaran umum wilayah Asmat, kondisi Asmat pasca bantuan, dan kebijakan yang

harus dilakukan pemerintah pusat untuk penanggulangan bencana. Kategori atau

indikator ini digunakan untuk menemukan agenda yang dianggap penting oleh

suatu media, Salah satu cara mengukur agenda media adalah dengan melihat

kategori atau indikator yang ditonjolkan media.

Berikut ini adalah hasil jumlah berita dari kategori pemberitaan Bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas, total ada 65 judul dan 63 sub judul berita

(total 128 item).

Tabel 1. Jumlah Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada

Harian Kompas berdasarkan Rangking Frekuensi Muncul

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Korban yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk

dan Campak

16 13 %

2. Hal yang Menyebabkan Bencana Kesehatan

di Asmat Terjadi

23 18 %

 

Page 63: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

52

3. Bantuan yang Diberikan Kepada Korban

Bencana Kesehatan di Asmat

21 16 %

4. Pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam

Penanggulangan Bencana

12 9 %

5. Hambatan yang Dihadapi Dalam Memberikan

Bantuan

11 9 %

6. Pentingnya Diversifikasi Pangan 15 12 %

7. Gambaran Umum Wilayah Asmat 6 5 %

8. Kondisi Asmat Pasca Bantuan 3 2 %

9. Kebijakan yang Harus Dilakukan Pemerintah

Pusat untuk Penanggulangan Bencana

21 16 %

Total 128 100 %

Dari penghitungan jumlah judul dan subjudul pada tabel di atas

menunjukkan kategori pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian

Kompas terdapat 128 item. Jumlah kategori pemberitaan yang paling dominan

terdapat pada kategori hal yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat terjadi

sebanyak 23 pemberitaan atau sekitar 18% dari total pemberitaan. Hairan Kompas

menganggap pemberitaan kategori ini sangat penting dibandingkan dengan kategori

lainnya, sebab dengan mengetahui apa yang menyebabkan bencana kesehatan di

Asmat dapat terjadi, pembaca dalam hal ini pemerintah dan publik dapat

mengetahui apa yang harus dilakukan untuk merespon bencana kesehatan ini.

Setelah memberikan frekuensi yang dominan pada kategori hal yang

menyebabkan bencana kesehatan di Asmat terjadi, Harian Kompas memberikan

frekuensi yang dominan selanjutnya pada kategori kebijakan yang harus dilakukan

pemerintah pusat untuk penanggulangan bencana dengan frekuensi muncul

sebanyak 21 kali atau sekiatr 16% dari total pemberitaan. Kategori ini memiliki

 

Page 64: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

53

frekuensi muncul yang sama dengan kategori bantuan yang diberikan kepada

korban bencana kesehatan di Asmat. Dengan memunculkan kategori ini secara

dominan, Harian Kompas mengajak pembaca untuk mengetahui apa kebijakan

yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat, kebijakan yang dimaksud ialah seperti

penetapan peristiwa ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), apa upaya yang harus

dilakukan dalam menanggulangi bencana ini, dan lain sebagainya. Kemudian,

Harian Kompas juga menstimulus pembaca melalui pemberitaannya dengan

memberitakan kategori bantuan yang diberikan kepada korban bencana kesehatan

di Asmat. Dengan memberikan dominasinya kepada kategori ini, Harian Kompas

menganggap kategori ini juga cukup penting untuk diketahui pembaca. Sebab,

ketika pembaca mengetahui apa saja bantuan yang telah diberikan kepada korban

bencana kesehatan di Asmat, publik dapat mengetaui sudah sampai mana kejadian

luar biasa ini mendapat perhatian dari pemerintah. Tidak hanya itu, dengan

mengetahui kategori ini, publik juga dapat mengetahui apa saja bantuan yang

kurang dan dapat segera memberikan bantuan yang belum ada di tempat bencana

kesehatan tersebut.

Masih terkait dengan tiga kategori sebelumnya, kategori yang dominan

muncul selanjutnya ialah kategori mengenai korban yang ditimbulkan akibat gizi

buruk dan campak dengan frekuensi 16 kali muncul atau sekitar 13% dari total

pemberitaan. Kategori ini cukup penting untuk diberitakan karena kategori ini dapat

mengukur seberapa besar bencana kesehatan yang terjadi di Asmat. Ketika sebuah

bencana tidak diketahui seberapa besar jumlah korbannya, tentu sangat sulit untuk

menetapkan seberapa parah bencana yang ada, sebab sebuah bencana yang

memiliki jumlah korban jiwa yang sangat banyak dapat mempengaruhi kebijakan

 

Page 65: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

54

apa saja yang harus diambil pemerintah, serta juga akan sulit mengetahui seberapa

besar bantuan yang dibutuhkan dalam bencana tersebut.

Tidak hanya berfokus pada pemberitaan inti di atas, Harian Kompas juga

memberitakan kategori lainnya yang cukup penting, yaitu kategori pentingnya

diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan adalah program yang dimaksudkan agar

masyarakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong untuk

juga mengonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan pokok yang

selama ini dikonsumsinya.1 Di Indonesia, diversifikasi pangan dimaksudkan agar

masyarakat Indonesia tidak menganggap nasi sebagai satu-satunya makanan pokok

yang tidak dapat digantikan oleh bahan pangan yang lain. Indonesia memiliki

beragam hasil pertanian yang sebenarnya dapat dijadikan makanan pokok seperti

sukun, ubi, talas, dan sebagainya yang dapat menjadi faktor pendukung utama

diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara menuju

swasembada beras dengan mengurangi konsumsi beras sehingga total konsumsi

tidak melebihi produksi. Sebagaimana diketahui, bahwa makanan pokok di Papua

ialah sagu. Namun anak-anak di Asmat lebih menyukai beras dan mie instan yang

tidak ditanam di tanah mereka sendiri.2 Harian Kompas melalui pemilihan

narasumbernya mendorong agar masyarakat di Papua, khususnya Asmat untuk

lebih banyak mengkonsumsi sagu yang sudah menjadi makanan pokok masyarakat

di sana. Kategori ini mendapat frekuensi muncul sebanyak 15 kali atau sekitar 12%

dari total pemberitaan. Diversifikasi pangan merupakan salah satu penyebab

bencana kesehatan di Asmat ini terjadi, tetapi penulis memberikan tempat sendiri

1 Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. 2 B Josie Susilo Hardianto, Ironi Asmat: Gizi Buruk di Tengah Rawa Penuh Sagu dan Ikan,

26 Januari 2019, Harian Kompas.

 

Page 66: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

55

bagi kategori ini. Alasannya ialah persoalan pangan di Papua cukup kompleks.

Melalui banyaknya frekuensi yang muncul terkait kategori ini, Harian Kompas

cukup menaruh perhatian soal diversifikasi pangan sebagai salah satu penyebab

terjadinya bencana kesehatan di Asmat.

Pada kategori dominan selanjutnya, dengan frekuensi muncul sebanyak 12

kali atau sekitar 9% dari seluruh total pemberitaan yaitu kategori

pengoptimalisasian otonomi daerah. Pada pemberitaannya Harian Kompas cukup

banyak menyinggung terkait otonomi daerah. Harian Kompas menganggap untuk

menanggulangi sekaligus mencegah kembali terjadinya bencana ksehatan di

Asmat, pemerintah daerah punya andil penting. Sebagaimana yang telah diketahui

bahwa setiap daerah di Indonesia diberikan kesempatan untuk mengatur daerahnya

sendiri dengan tetap berpusat kepada pemerintah pusat. Otonomi daerah yang

diberitakan Harian Kompas meliputi bagaimana penggunaan anggaran maupun

kebijakan pemerintah daerah misalnya melalui pemberitaan tanggal 31 Januari

dengan judul Meninjau Dana Otonomi.

Kategori hambatan yang dialami dalam memberikan bantuan memang

kurang banyak frekuensi munculnya dibandingkan kategori di atas, kategori ini

hanya muncul sebanyak 11 kali atau sekitar 9% dari seluruh total pemberitaan,

namun kategori ini cukup penting menggambarkan bagaimana sulitnya menjangkau

tempat terjadinya bencana, tidak hanyak geografis, kategori pemberitaan hambatan

yang dialami dalam memberrikan bantuan juga datang dari sumber daya, misalnya

tercermin dari berita berjudul Persoalan Bahan Bakar Hambat Kerja relawan.

 

Page 67: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

56

Lalu ada kategori yang sedikit sekali muncul terkait gambaran umum

wilayah Asmat, kondisi Asmat pasca bantuan dengan masing-masing frekuensi

kemunculan sebanyak 6 dan 3 pemberitaan atau sekitar 5% dan 2% dari total

pemberitaan yang ada. Kategori gambaran umum wilayah Asmat hanya berisi

informasi terkait geografis dan masyarakat Asmat saja, sedangkan kategori Asmat

pasca bantuan hanya berisi beberapa pemberitaan mengenai telah membaiknya

wilayah Asmat dari bencana kesehatan. Harian Kompas tidak berfokus pada dua

kategori ini, melihat data yang ada, Harian Kompas lebih fokus pada

penanggulangan dan pencegahan bencana kesehatan.

B. Analisis Luas Kolom berdasarkan Kategori Dominan

Setelah kategori yang dominan muncul ditemukan kemudian penulis akan

meneliti berapa luas kolom yang dimiliki oleh setiap kategori-kategori yang ada.

Untuk mengukur luas kolom, digunakan penghitungan manual dari setiap koran

yang diteliti. Penulis menggunakan penggaris dengan satuan centimeter (cm) untuk

mengukur luas kolom. Penghitungan luas kolom dimulai dari huruf pertama

pemberitaan yang ditulis. Analisis luas kolom ini dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana proporsi tema pemberitaan Bencana Harian di Asmat pada Harian

Kompas dimuat dengan melihat seberapa luas tema pemberitaan ini ditampilkan.

Tabel 2. Luas Kolom Pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat pada

Harian Kompas berdasarkan Luas Kolom

No. Kategori Luas Kolom Persentase

1. Korban yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk

dan Campak

2.287,6 cm2

14 %

 

Page 68: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

57

2. Hal yang Menyebabkan Bencana Kesehatan di

Asmat Terjadi

2.872,4 cm2 17 %

3. Bantuan yang Diberikan Kepada Korban

Bencana Kesehatan di Asmat

2.580 cm2 15 %

4. Pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam

Penanggulangan Bencana

1427.6 cm2

9 %

5. Hambatan yang Dihadapi Dalam Memberikan

Bantuan

1.634 cm2 10 %

6. Pentingnya Diversifikasi Pangan 2.236 cm2 13 %

7. Gambaran Umum Wilayah Asmat 688 cm2 4 %

8. Kondisi Asmat Pasca Bantuan 120.4 cm2 1 %

9. Kebijakan yang Harus Dilakukan Pemerintah

Pusat untuk Penanggulangan Bencana

2.924 cm2 17 %

Total 16.770 cm2 100 %

Luas kolom dalam surat kabar sangat berpengaruh dengan panjangnya suatu

pemberitaan. Panjang pemberitaan juga selaras dengan banyaknya pesan yang ingin

diberikan kepada pembaca. Pada analisis luas kolom ini, tiga kategori yang paling

luas kolomnya hampir selaras dengan hasil temuan data kategori yang dominan

muncul, hanya saja, untuk kolom yang paling luas ditempati kategori kebijakan

yang harus diambil pemerintah pusat diikuti dengan hal yang menyebabkan

bencana kesehatan di Asmat terjadi dan kategori bantuan yang diberikan kepada

korban bencana kesehatan di Asmat.

 

Page 69: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

58

Pada urutan keempat dan kelima ditempati kategori korban yang

ditimbulkan akibat gizi buruk dan campak dan pentingnya diversifikasi pangan, hal

ini juga selaras dengan frekuensi munculnya dominan pada temuan data

sebelumnya.

Kategori selanjutnya ditempati kategori hambatan yang dialami dalam

memberikan bantuan. Pada kategori frekuensi dominan muncul sebelumnya

ditempati kategori pengoptimalisasian otonomi daerah, kali ini dua kategori ini

bertukar posisi peringkat pada luas kolom. Kategori hambatan yang dialami dalam

memberikan bantuan pemberitannya ditulis lebih panjang dari kategori

pengoptimalisasian otonomi daerah.

Pada kategori yang paling tidak dominan ditempati kategori gambaran

umum wilayah Asmat dan kondisi Asmat pasca bantuan. Lagi-lagi temuan data ini

selaras dengan temuan data pada frekuensi munculny kategori dominan

sebelumnya.

C. Analisis Penempatan Kategori berdasarkan Kategori Dominan

Setelah kategori yang dominan muncul dan luas kolom per kategori

diketahui. Selanjutnya penulis akan meneliti penempatan kategori di dalam surat

kabar Harian Kompas. Metode analisis untuk mengetahui penempatan kategori

tema pemberitaan Bencana Kesehatan di Harian Kompas ialah dengan cara melihat

koran Harian Kompas secara langsung, kemudian penulis memilahnya menjadi

beberapa bagian: Headline dan non headline, serta pada halaman berapa

pemberitaan bencana kesehatan ditempatkan. Headline merupakan penempatan

pemberitaan pada halaman awal sebuah surat kabar, yaitu pada halaman 1 dan

 

Page 70: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

59

diteruskan ke halaman 15, sedangkan non headline adalah penempatan halaman di

luar halaman 1 dan 15. Menurut Djunaedy Kurniawan, headline news sebagai suatu

berita yang dianggap paling layak untuk dimuat di halaman depan, dengan judul

yang menarik perhatian dan menggunakan tipe huruf lebih besar dari suatu surat

kabar.3 Kemudian ada kategori korban yang ditimbulkan akibat gizi buruk dan

campak dan hal yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat terjadi, pada dua

kategori ini, proses penempatan headline dan non headline tidak terlalu berbeda.

Harian Kompas melalui penempatan ketiga kategori yang dominan penempatan

headline ingin menstimulus pembaca dan mengatakan bahwa peristiwa bencana

Kesehatan di Asmat ialah isu yang penting untuk diberitakan.

Untuk memudahkan analisis, penulis akan membuat skoring pada headline

dan non headline. Headline penulis beri poin 3 dan non headline akan mendapatkan

1 poin. Headline diberi 3 poin karena posisinya yang sangat strategis, berada di

halaman depan, sedangkan sebaliknya, 1 poin diberikan kepada non headline

karena letaknya yang tidak begitu strategis dibandingkan non headline.

Table 3. Penempatan Kategori Pemberitaan Bencana Kesehatan di

Asmat pada Harian Kompas berdasarkan Munculnya Headline dan Non

Headline

No. Kategori Keterangan Skor

1. Korban yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk

dan Campak

10 kali 6 kali 36

2. Hal yang Menyebabkan Bencana Kesehatan

di Asmat Terjadi

9 kali 14 kali 41

3 Djunaedy Kurniawan, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.,

1990).

 

Page 71: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

60

3. Bantuan yang Diberikan Kepada Korban

Bencana Kesehatan di Asmat

17 kali 4 kali 55

4. Pengoptimalisasian Otonomi Daerah dalam

Penanggulangan Bencana

6 kali 6 kali 24

5. Hambatan yang Dihadapi Dalam

Memberikan Bantuan

3 kali 8 kali 17

6. Pentingnya Diversifikasi Pangan 4 kali 11 kali 23

7. Gambaran Umum Wilayah Asmat - 6 kali 6

8. Kondisi Asmat Pasca Bantuan 1 kali 2 kali 5

9. Kebijakan yang Harus Dilakukan Pemerintah

Pusat untuk Penanggulangan Bencana

5 kali

16 kali

31

Total 55 kali 73 kali

Pada temuan data penempatan kategori yang paling dominan ialah kategori

bantuan yang diberikan kepada korban bencana kesehatan di Asmat. Sebelumnya

pada temuan kategori yang dominan menurut frekuensi muncul dan temuan data

pada luas kolom dominan, kategori ini menempati peringkat ketiga. Jika dicermati,

kategori tidak pernah keluar dari tiga besar temuan data yang sudah didapatkan.

Harian Kompas secara kontinyu memberikan porsi yang proposional pada kategori

ini mulai dari frekuensi muncul, luas kolom dominan, dan penempatan pemberitaan

kategori pada surat kabarnya. Dengan meletakkan kategori ini sebanyak 17 kali

(dominan di antara kategori lainnya) atau hampir empat kali lipatnya dari yang ada

pada non headline. Harian Kompas nampaknya menganggap kategori ini sangat

penting untuk dijadikan laporan utama dalam surat kabarnya.

 

Page 72: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

61

Masih seperti kategori sebelumnya, Harian Kompas juga memberikan porsi

yang lebih pada kategori hal yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat tejadi.

Sebelumnya pada temuan data kategori yang dominan menurut frekuensi muncul,

kategori ini mendapatkan peringkat yang paling dominan, namun untuk temuan

data luas kolom dominan dan penempatan kategori, kategori ini hanya menempati

peringkat kedua. Kendati menempati peringkat kedua pada dua temuan terakhir,

kategori ini dapat dikatakan mendapat porsi yang sangat lebih dibandingkan

kategori lainnya. Kategori ini tidak pernah keluar dari peringkat kedua dalam setiap

temuannya. Dengan 9 kali headline dan 14 kali non headline, Harian Kompas

mencoba untuk memberikan porsi yang proposional terhadap kategori ini.

Pada posisi ketiga, ialah kategori korban yang ditimbulkan akibat gizi buruk

dan campak. Sebelumya kategori ini hanya menempati peringkat keempat dalam

dua temuan yang telah diteliti. Namun, untuk penempatan kategori kategori ini

berhasil naik satu peringkat dengan 10 kali headline dan 6 kali non headline ini,

Harian Kompas mencoba untuk membuat kategori ini tetap mendapatkan porsi

yang lebih.

Kategori selanjutnya yaitu kebijakan yang harus dilakukan pemerintah

pusat. Kali ini, kategori ini menempati posisi keempat, setelah sebelumnya pada

kategori frekuensi yang dominan muncul pada peringkat kedua dan luas kolom

dominan pada peringkat pertama. Pada temuan data penempatan kategori, kategori

ini mendapatkan porsi 5 kali headline dan 16 non headline. Tidak dominan secara

headline, namun Harian Kompas menyeimbangkan pemberitaan tentang kategori

ini pada pemberitaan non headline sebanyak 16 kali muncul (paling dominan di

antara seluruh kategori non headline).

 

Page 73: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

62

Kategori pengoptimalisasian otonomi daerah mendapatkan tempat yang

proposional. Dengan menenmpati headline dan non headline sebanyak masing-

masing 6 kali. Setelah sebelumnya dalam temuan data kategori yang dominan

muncul menurut frekuensi terbitnya pada posisi keenam dan luas kolom dominan

pada peringkat ketujuh, dalam temuan data penempatan kategori, kategori ini

menempati posisi kelima. Bisa dibilang, pemberitaan terkaait kategori ini juga

cukup proposional baik menurut frekuensi muncul, luas kolom, maupun

penempatan kategori.

Setelah sebelumnya menempati peringkat kelima dalam dua temuan data

terakhir, kategori pentingnya diversifikasi pangan kali ini menempati peringkat

keenam dengan 4 kali headline dan 11 kali non headline. Dengan sedikitnya

penempatan kategori ini pada headline, Harian Kompas tetap berusaha memberikan

porsi yang lebih pada kategori ini melalui pemberitaan pada non headline yaitu 11

kali headline.

Pada kategori hambatan yang dihadapi dalam memberikan bantuan

menempati 3 kali headline dan 8 kali non headline atau menempati peringkat

ketujuh, sama seperti temuan data di kategori dominan menurut frekuensi muncul,

dan berbeda satu peringkat pada luas kolom yaitu peringkat delapan. Di setiap

bencana, hambatan dalam melakukan pertolongan selalu ada dan beragam

macamnya. Dengan adanya pemberitaan terkait hambatan dalam memberikan

bantuan pada suatu bencana, diharapkan pemerintah dan publik mengetahui apa

saja yang harus dilakukan agar bantuan yang datang tidak terhambat. Dalam kasus

bencana kesehatan di Asmat, misalnya, Harian Kompas membantu melalui

beberapa pemberitaan seperti dengan judul Persoalan Bahan Bakar Hambat Kerja

 

Page 74: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

63

Relawan pada tanggal 24 Januari 2019, atau pada tanggal 25 Januari 2019 dengan

subjudul Terisolir.

Kategori yang tidak paling dominan selanjutnya menurut penempatan

pemberitaan ialah gambaran umum di Asmat dan kondisi Asmat pasca bantuan.

Lagi-lagi Harian Kompas tidak memberikan porsi yang lebih pada dua kategori in,

selaras dengan temuan data pada analisis sebelumnya, padahal kategori kondisi

Asmat pasca bantuan merupakan kategori yang cukup penting, karena dengan

memberitakan kategori ini secara proposional, pembaca dapat mengetahui

perkembangan yang terjadi di Asmat, sayangnya kategori ini tidak mendapat tempat

yang lebih seperti kategori-kategori yang lain.

D. Interpretasi Peneliti

Harian Kompas mengcover pemberitaan Bencana Kesehatan di Asmat

dengan intens. Sebanyak 65 judul dan 63 sub judul atau 975 paragraf diterbitkan

Harian Kompas pada periode Januari hingga Maret 2018. Dari hasil temuan data

dan analisis didapatkan bahwa Harian Kompas lebih menonjolkan kategori yang

berkaitan tentang mitigasi bencana4, seperti hal yang menyebabkan bencana

kesehatan di Asmat terjadi, kebijakan yang harus dilakukan pemerintah pusat untuk

penanggulangan bencana, bantuan yang diberikan kepada korban bencana

kesehatan di Asmat, dan korban yang ditimbulkan akibat gizi buruk dan campak.

Hal tersebut dapat dilihat dari dominannya kategori di atas jika dilihat dari frekuensi

4 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana Pasal 1 poin 9, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi

risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana.

 

Page 75: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

64

munculnya kategori, luas kolom dominan, dan penempatan kategori berdasarkan

headline dan non headline.

Dengan lebih mengangkat beberapa kategori dari keseluruhan kategori

pemberitaan yang ada, menandakan bahwa Harian Kompas menganggap kategori

yang dimunculkan secara dominan lebih penting untuk diberitakan secara intens

dibandingkan kategori lainnya. Salah satu indikator agenda media ialah dengan

melihat isu-isu yang ditonjolkan media. Dengan demikian hasil tersebut

menunjukkan bahwa Harian Kompas berfokus pada kategori-kategori yang

berkaitan tentang mitigasi bencana.

Media dapat menentukan agendanya melalui pemberitaan secara intens

untuk mencoba persuasi pembaca. Dalam hal itu dilakukan dengan framing atau

pembingkaian. Media memberikan ide yang terorganisir dalam menyampaikan

konteks dan saran mengenai isu yang diseleksi, diberikan penekanan, pengecualian,

dan elaborasi. Perbedaan bingkai terlihat pada peletakan berita (headline atau non

headline), volume berita, dan teknik kecendrungan pemberitaannya. Menurut

Eriyanto, agenda media dapat diukur dari panjang berita dalam surat kabar, ataupun

penempatan berita dalam sebuah surat kabar.5 Gaya berita dan opini media yang

ditawarkan juga bisa menjadi frame bagi khalayak untuk menentukan sikap. Berita

tersebut dapat menjadi bentuk komunikasi yang dilakukan media dengan tujuan

untuk memperoleh citra dan sebagainya.

Harian Kompas intens memberitakan kategori hal yang menyebabkan

bencana kesehatan di Asmat terjadi. Hal yang menyebabkan bencana kesehatan di

5 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-

Ilmu Sosial Lainnya, h. 197.

 

Page 76: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

65

Asmat terjadi berisi tentang apa-apa saja hal yang dapat menyebabkan gizi buruk

dan campak meluas di Asmat. Jika informasi apa saja yang menyebabkan bencana

terjadi, tindakan dan penanganan yang tepat terhadap bencana tersebut dapat

diketahui dan segera untuk dilakukan.

Pemberitaan mengenai hal yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat

terjadi tentu juga berdampak signifikan. Misalnya, pengiriman relawan untuk

membantu di tempat terjadinya bencana, relawan dapat dengan cepat datang. Salah

satu efek positif dari pemberitaan bencana pada media disampaikan oleh Kepala

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo pada saat

pembekalan bencana bagi media di kantor BNPB, 21 Februari 2019. Doni

mengatakan banyak relawan, LSM, komunitas, yang datang pada jam-jam pertama

saat bencana. Tentu ini merupakan dampak positif dari sebuah pemberitaan

bencana.6 Reputasi media dan pekerjanya dalam suatu bencana yang terjadi dapat

dipandang dari dua sisi.7 Pertama, media dan pekerja media mampu menghadirkan

informasi yang dibutuhkan publik, meskipun kebijakan redaksional dalam

pewartaan bencana sesungguhnya dapat diarahkan ke hal-hal yang lebih

memperbesar atensi publik pada korban bencana. Kedua, media berperan besar tak

hanya dalam pewartaan bencana namun juga dalam aksi-aksi langsung penanganan

bencana. Jadi, semakin cepat informasi mengenai bencana diketahui, semakin cepat

pula penanggulangan bencana dapat dilakukan.

6 Christoforus Ristianto, Kepala BNPB: Peran Media Besar Kurangi Risiko Kebencanaan,

(kompas.com: 21 Februari 2018), diakses pada 23 April 2019,

https://nasional.kompas.com/read/2019/02/21/11155841/kepala-bnpb-peran-media-besar-kurangi-

risiko-kebencanaan. 7 Nunung Prajarto, Bencana, Informasi, dan Keterlibatan Media, (Universitas Gajah Mada:

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2008), h.20.

 

Page 77: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

66

Temuan data berikutnya merupakan efek dari kategori hal yang

menyebabkan bencana kesehatan di Asmat terjadi, yaitu kategori kebijakan yang

harus dilakukan pemerintah pusat untuk penanggulangan bencana. Kategori ini

merupakan kategori yang sangat ditunggu oleh publik. Kebijakan pemerintah

sangatlah penting untuk menetapkan status bencana tersebut. Misalnya yang terjadi

di Asmat, bencana kesehatan ini resmi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Penetapan KLB oleh pemerintah pusat mendapat dampak positif, hal ini

juga berpengaruh pada temuan data selanjutnya, yaitu kategori bantuan yang

diberikan kepada korban bencana kesehatan di Asmat. Kategori ini berbicara

tentang apapun bantuan yang diberikan kepada korban dalam bentuk apapun, mulai

dari materi hingga non materi. Interpretasi peneliti dari hasil temuan ini ialah ketika

publik sudah mengetahui apa yang menyebabkan bencana kesehatan terjadi, lalu

pemerintah sudah mengambil tindakan, maka selanjutnya ialah aliran bantuan yang

akan datang. Bantuan makanan mulai melimpah saat KLB ditetapkan, bantuan

makanan, obat-obatan, serta tenaga medis terus mengalir deras ke Asmat pasca-

penetapan status KLB gizi buruk dan campak. Berton-ton makanan masuk ke Agats

dari Timika melalui jalur udara dan laut. Bantuan ditempatkan di gudang milik

Dinas Sosial Kabupaten Agats di dekat pelabuhan dan di tengah Kota Agats serta

di gudang keuskupan.8 Sekali lagi, peran media sangat berpengaruh pada

penanggulangan bencana, khususnya kategori kebijakan yang harus di ambil

pemerintah pusat.

8 Erwan Hernawan, Di Balik Gizi Buruk Asmat, (tempo.co: edisi 12-18 Februaru 2018),

diakses pada 23 April 2019, https://investigasi.tempo.co/232/di-balik-gizi-buruk-asmat.

 

Page 78: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

67

Harian Kompas juga memberikan ruang yang lebih pada kategori korban

yang dtimbulkan oleh gizi buruk dan campak. Meski tidak seintensif tiga kategori

inti di atas, kategori ini mendapat ruang yang lebih dari segi penempatan kategori.

Kategori ini mendapatkan kesempatan 10 kali headline (kedua terbanyak setelah

kategori bantuan yang diberikan kepada korban bencana kesehatan di Asmat).

Dengan memberitakan kategori ini, Harian Kompas juga turut membantu pendataan

terkait korban yang muncul. Hal ini berkaitan dengan tiga kategori sebelumnya

yang jika kategori muncul, pemerintah juga dapat memetakan seberapa besar

bencana kesehatan yang sedang terjadi di Asmat, untuk kemudia mengambil

keputusan dan bantuan dapat diberikan secara maksimal.

Yang menarik kemudian adalah Harian Kompas juga menekankan

pemberitaan pada kategori pentingnya diversifikasi pangan di Papua. Papua

merupakan daerah yang sangat istimewa, mulai dari letak geografisnya, sama

dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Menjadi ironi ketika Papua yang

makanan utamanya ialah sagu yang jumlahnya melimpah mengalami krisis

kesehatan. Di Papua, sagu mulai tergantikan dengan beras dan mie instan. Padahal,

sagu juga memiliki komponen yang penting. Komponen yang sangat penting dari

tepung sagu adalah karbohidrat, kira-kira 92,5 persen dari bahan keringnya. Sagu

mengandung karbohidrat yang lebih tinggi dibanding beras merah dan jagung, yaitu

sekitar 95,0 persen dari bahan keringnya. Beras merah hanya mengandung

karbohidrat sekitar 75,0 persen dan jagung hanya sekitar 64,0 persen. Kandungan

vitamin dalam sagu sangat kurang terutama vitamin A, B dan C. 9 Menyadari

9 Endah Ernawati, Heliawaty, Pipi Diansari, Peranan Makanan Tradisional Berbahan Sagu

Sebagai Alternatif Dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat: Kasus Desa Laba, Kecamatan Masamba,

Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 2018).

 

Page 79: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

68

potensi gizi sagu yang tidak selengkap dan sebaik bahan makanan pokok lain, sagu

harus dikonsumsi bersama-sama dengan bahan lain yang lebih baik kadar gizinya,

keadaan ini diperparah dengan anak di Asmat yang lebih menyukai mie instan.

Melihat hal ini Harian Kompas berinisiatif untuk juga mengangkat isu diversifikasi

pangan, yang bila dilihat, hal ini sangatlah amat penting.

Tidak hanya berbicara tentang diversifikasi pangan, Harian Kompas juga

mengkritisi terkait kebijakan otonomi daerah, seperti anggaran otonomi daerah.

Harian Kompas menganggap jika anggaran otonomi daerah digunakan secara bijak

dan efektif, maka bencana kesehatan di Asmat tidak harus terjadi. Bukan hanya

pemerintah daerah saja yang menjadi perhatian, pemerintah pusat pun juga dikritisi

kebijakannya dalam menangani kasus bencana kesehatan di Asmat ini.

Dengan melihat kategori-kategori yang dominan pada setiap judul dan sub

judul pemberitaan terkait bencana kesehatan di Asmat, sesuai dengan teori agenda

setting, bahwa media menonjolkan suatu isu untuk dianggap penting oleh

masyarakat dan menjadi hal yang diperbincangkan. Dalam buku Em Griffin,

McCombs dan Donald Shaw mempercayai bahwa media memiliki kemampuan

untuk menyebarkan hal yang menarik dari sebuah isu dari agenda media kepada

agenda publik.10

Harian Kompas melalui pemberitaannya ingin menunjukan suatu media

dapat membantu dalam terjadinya sebuah bencana. Seperti perkataan Kepala Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo di

acara pembekalan bencana bagi media di kantor BNPB, Jakarta Timur, Kamis

10 Em Griffin, A first Look At Communication Theori, Sixth Edition, (New York: McGraw

Will Companies, 2006), h. 395.

 

Page 80: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

69

(21/2/2019). Ia mengatakan pemberitaan di media dapat mengurangi risiko

kebencanaan.

“Peran media dalam keterbukaan informasi dan akses media

menjadi ujung tombak dari bangsa untuk mengurangi risiko bencana dan

meningkatkan kesiapsiagaan,”11

Sementara itu, senada dengan Doni, Kepala Pusat Data Informasi dan

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho

pada acara Forum Komunikasi Wartawan BNPB di Hotel Mercure, Tateli

Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu 13 November 2017 lalu. Ia mengatakan peran

media massa sangat penting dalam membantu penanggulangan bencana.

“Media adalah pengganda BNPB dan BPBD dalam

penanggulangan bencana. Media mampu mempengaruhi keputusan politik,

mengubah perilaku dan menyelamatkan masyarakat. Apa yang publik

pikirkan seringkali tergantung pada apa yang publik terima dari media.

Secanggih apapun seseorang atau pemerintah dalam menangani bencana,

tanpa bantuan publikasi media massa sama saja nihil. Karena tidak ada

masyarakat yang tahu apa yang telah dilakukannya dalam penanganan

bencana yang terjadi” ucap Sutopo.12

Tidak hanya memberitakan tentang bencanannya saja, Harian Kompas juga

berperan aktif dalam membahas kebijakan pemerintah terkait bencana kesehatan di

Asmat. Mulai dari bagaimana seharusnya otonomi daerah ditingkatkan, pentingnya

diversifikasi pangan, sampai hal yang harusnya dilakukan oleh pemerintah pusat.

11 Christoforus Ristianto, Kepala BNPB: Peran Media Besar Kurangi Risiko Kebencanaan,

(kompas.com: 21 Februari 2018), diakses pada 23 April 2019,

https://nasional.kompas.com/read/2019/02/21/11155841/kepala-bnpb-peran-media-besar-kurangi-

risiko-kebencanaan. 12 Margaretha Feybe L / JEM, Media Berperan Penting dalam Penanggulangan Bencana,

Beritasatu.com, Kamis, 14 September 2017, https://www.beritasatu.com/nasional/452502/media-

berperan-penting-dalam-penanggulangan-bencana.

 

Page 81: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

70

Secara tidak langsung, sebagai media yang lingkupnya nasional, Harian Kompas

ingin menjembatani dan mengedukasi publik, mengenai apa yang harus dilakukan

dan apa yang tidak harus dilakukan pengambil kebijakan dalam menangani suatu

bencana.

Hal di atas selaras dengan penelitian yang dilakukan Joseph Scanlon,

Professor Emeritus and Director, Emergency Communications Research Unit,

Carleton University, Ottawa, Canada yang dipublikasikan pada tahun 2014 yang

berbunyi:

The social science literature has established that the media play a

key role in many aspects of crisis and disasters. Mass media participation

is critical, for example, for effective warning and the mass media may be

the glue that binds societies in certain occasions.13

Menurut Scanlon, media memainkan peran kunci dalam banyak aspek krisis

dan bencana. Partisipasi media massa sangat penting, misalnya, untuk peringatan

yang efektif dan media massa dapat menjadi perekat yang mengikat masyarakat

pada kesempatan tertentu. Pernyataan ini mengindikasikan, bahwa saat ini media

tidak hanya memberitakan tentang peristiwa bencana saja, melalui pemberitaan

media mampu memperingatkan tentang adanya bencana dan membuat masyakarat

berempati. Dengan munculnya empati masyarakat terhadap bencana, masyarakat

akan memberikan bantuannya, mulai dari materi maupun non materi.

Pemberitaan yang dilakukan Harian Kompas, mempunyai banyak peran

penting. Setelah menjadi yang pertama memberitakan adanya bencana kesehatan di

13 Joseph Scanlon, Research about the Mass Media and Disaster: Never (Well Hardly Ever)

The Twain Shall Meet, dipublikasi pada 17 Januari 2014.

 

Page 82: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

71

Asmat, banyak media yang juga meliput bencana ini. Tidak hanya itu, perbincangan

bencana kesehatan di Asmat pun memenuhi ruang publik sehingga membuat

pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait bencana kesehatan di Asmat.

Apa yang dilakukan oleh Harian Kompas mengindikasikan agenda yang dibuat oleh

media, dapat menjadi agenda publik, serta menjadi agenda (kebijakan) pemerintah.

Ini melengkapi strukur agenda setiting. Selain itu, Harian Kompas menegaskan

bahwa sebuah media dapat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan

bencana (mitigasi bencana).

Melihat fenomena media dan bencana kesehatan di atas, dapat dilihat bahwa

media massa dapat menjadi sarana persebaran informasi tentang bencana sebagai

peristiwa serta informasi lain untuk meminimalkan korban akibat bencana yang

terjadi. Selain itu media massa dapat bertindak sebagai agen pendukung operasional

manajemen suatu departemen atau paling jauh sebagai rekan pemerintah dalam

menghadapi bencana yang akan, sedang dan telah terjadi. Penanganan informasi

bencana yang dilakukan media pun, pada kapasitas media sebagai sumber

informasi, harus mengacu pada strategi nasional penanganan bencana karena

ketidakakuratan informasi berpeluang menciptakan bencana baru dalam bencana

yang tengah terjadi.

Inti dari keterlibatan media massa dalam sebuah bencana, terdapat pada

masalah pemberian informasi yang bersifat mengingatkan, pemberian informasi

yang berujud laporan dan perkembangan peristiwa dan tindakan atau aksi langsung

maupun tidak langsung dalam pemberian bantuan guna menyelamatkan manusia,

mengurangi jumlah korban, meringankan penderitaan korban serta mengurangi

kerugian lain yang bisa ditimbulkan. Bentuk-bentuk keterlibatan itu bisa

 

Page 83: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

72

diterjemahkan dalam aneka format informasi dan berita yang disajikan media,

menjadi forum bagi masyarakat untuk menjalin kontak dengan korban bencana dan

instansi-instansi resmi, serta tindakan-tindakan heroik pekerja media yang berada

di lokasi saat bencana terjadi. Dengan kata lain dapat ditegaskan, media mampu

berperan penting dalam pemberian informasi dini prabencana, saat kejadian dan

paskabencana.

 

Page 84: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menjelaskan dan menganalisa data yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dalam pemberitaan bencana

Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas selama Januari hingga Maret 2018

mengandung kategori korban yang ditimbulkan akibat gizi buruk dan campak, hal

yang menyebabkan bencana kesehatan di Asmat terjadi, bantuan yang diberikan

kepada korban bencana kesehatan di Asmat, pengoptimalisasian Otonomi Daerah

dalam penanggulangan bencana, hambatan yang dihadapi dalam memberikan

bantuan, pentingnya diversifikasi pangan, gambaran umum wilayah Asmat, kondisi

Asmat pasca bantuan, dan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah pusat untuk

penanggulangan bencana.

1. Kesimpulan Analisis Kategori Dominan Muncul Menurut Frekuensi

Dari analisis pada bab sebelumnya, disimpulkan kategori pemberitaan yang

paling dominan terdapat pada kategori hal yang menyebabkan bencana kesehatan

di Asmat terjadi sebanyak 23 pemberitaan atau sekitar 18% dari total pemberitaan.

Hairan Kompas menganggap pemberitaan kategori ini sangat penting dibandingkan

dengan kategori lainnya, sebab dengan mengetahui apa yang menyebabkan bencana

kesehatan di Asmat dapat terjadi, pembaca dalam hal ini pemerintah dan publik

dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk merespon bencana kesehatan ini.

 

Page 85: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

74

2. Kesimpulan Analisis Kategori Dominan Menurut Luas Kolom

Pada kesimpulan analisis luas kolom ini, tiga kategori yang paling luas

kolomnya hampir selaras dengan hasil temuan data kategori yang dominan muncul,

hanya saja, untuk kolom yang paling luas ditempati kategori kebijakan yang harus

diambil pemerintah pusat diikuti dengan hal yang menyebabkan bencana kesehatan

di Asmat terjadi dan kategori bantuan yang diberikan kepada korban bencana

kesehatan di Asmat.

3. Kesimpulan Analisis Kategori Dominan Menurut Penempatan

Headline dan Non Headline

Pada temuan data penempatan kategori yang paling dominan ialah kategori

bantuan yang diberikan kepada korban bencana kesehatan di Asmat. Sebelumnya

pada temuan kategori yang dominan menurut frekuensi muncul dan temuan data

pada luas kolom dominan, kategori ini menempati peringkat ketiga. Jika dicermati,

kategori tidak pernah keluar dari tiga besar temuan data yang sudah didapatkan.

Harian Kompas secara kontinyu memberikan porsi yang proposional pada kategori

ini mulai dari frekuensi muncul, luas kolom dominan, dan penempatan pemberitaan

kategori pada surat kabarnya. Dengan meletakkan kategori ini sebanyak 17 kali

(dominan di antara kategori lainnya) atau hampir empat kali lipatnya dari yang ada

pada non headline. Harian Kompas nampaknya menganggap kategori ini sangat

penting untuk dijadikan laporan utama dalam surat kabarnya.

Hasil analisis dari kategori dominan yang muncul, luas kolom, serta

penempatan berita menunjukkan hasil yang selaras. Kategori yang dominan muncul

selalu berjalan seiringan dengan luasnya kolom pada surat kabar, maupun

 

Page 86: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

75

penempatan headline pada surat kabar, hanya ada beberapa saja kategori saja yang

bertukar urutan dalam rangking tabel.

Harian Kompas telah melakukan perannya sebagai media yang melakukan

sebuah tindakan mitigasi bencana melalui pemberitaannya yang tidak hanya

memberitakan adanya suatu peristiwa bencana, tetapi disertakan dengan upaya

pengambilan empati pembaca, pemberitaan apa dan yang harus dilakukan

pemerintah pusat maupun daerah serta masyarakat dalam menanggulangi bencana.

B. Saran

1. Bagi redaksi Harian Kompas yang merupakan surat kabar nasional jangan

ragu untuk tetap berbeda dalam hal apapun, termasuk pemilihan isu untuk

diberitakan. Harian Kompas telah berhasil membuat isu bencana kesehatan

di Asmat menjadi penting di mata publik maupun pemerintah walaupun di

sisi media lain, isu ini kurang menjadi perhatian.

2. Bagi pembaca, pemberitaan semestinya bukan hanya sumber informasi

tentang suatu peristiwa saja, pemberitaan juga bisa menjadi sumber disiplin

ilmu. Contohnya seperti apa yang disampaikan Harian Kompas terhadap

tema bencana kesehatan di Asmat, publik dapat mengetahui bagaimana

suatu media dapat membantu penanganan suatu bencana melalui

pemberitaannya yang mengandung sisi mitigasi bencana.

 

Page 87: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

76

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aw, S. (2010). Komunikasi Sosial Budaya . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bulaeng, A. ( 2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta:

Andi.

Bungin, B. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Cangara, H. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo - (2006).

Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Press.

Daniel Riffe, d. (2014). Analyzing Media Messages: Using Quantitative Content

Analysis in Research, 2th ed. New York: Routledge.

Denis Mc Quail, S. W. (1996). Communication Models for The Study of Mass

Communication. London: Longman.

Edi Santoso, M. S. (2010). Teori Komunikasi. Yogykarta: Graha Ilmu.

Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Griffim, n. (2006). A First Look At Communication Theory, Sixth Edition. New

York: McGraw Will Companies.

Kountur, R. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:

PPM.

Kriyanto, R. (2006). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

 

Page 88: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

77

Kurniawan, B. (2012). Metodologi Penelitian . Tangerang: Jelajah Nusa.

Kurniawan, D. (1990). Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramdia Pustaka

Utama.

McQuail, D. (t.thn.). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Airlangga.

Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia.

Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.

Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Ruslan, R. (2008). Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. (Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Saidah, D. (2015). Metode Penelitian Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

SB, A. (2016). Deradikalisasi Dunia Maya: Mencegah Simbiosis Terorisme dan

Media,. Jakarta: Daulat Press.

Sparks, G. G. (2006). Media Effects Research; A Basic Overview. Wadsworth:

Cengage Learning.

Stephen W. Littlejohn, K. A. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba

Humatika.

Sukandarrumidi. (2010). Bencana Alam& Bencana Anthropogene. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Vivian, J. (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.

 

Page 89: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

78

Weber, R. P. (1990). Basic Content Analysis, 2th ed. California: Sage Publications.

Werner J. Severin, J. W. (2011). Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terpaan

di Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group. - (2003). Media

Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenanda Media Group.

Jurnal Penelitian:

Endah Ernawati, H. P. (2018). Peranan Makanan Tradisional Berbahan Sagu

Sebagai Alternatif Dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat: Kasus Desa Laba,

Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

Joseph Scanlon. (2014). Research about the Mass Media and Disaster: Never (Well

Hardly Ever) The Twain Shall Meet.

Mubarok, M. D. (2012). Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam

Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas. Purwokerto: STAIN.

Neuman, W. L. (2003). Sosial Research Method. Wisconsin: Pearson Education

Inc.

Situs Pemberitaan:

Affan, H. (2018, Januari 31). Lima hal yang perlu Anda ketahui tentang wabah

campak dan gizi buruk di Asmat. Diambil kembali dari bbc.com/indonesia:

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42872190

Beritagar, R. (2018, Januari 15). Mengapa Bencana Kesehatan di Papua Terulang

Lagi? Diambil kembali dari beritagar.id:

 

Page 90: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

79

https://beritagar.id/artikel/editorial/mengapa-bencana-kesehatan-di-papua-

terulang-lagi

Hardianto, B. J. (2018, 1 26). Harian Kompas. Diambil kembali dari kompas.com:

kompas.com

Hernawan, E. (2018, 2 12-18). tempo. Diambil kembali dari tempo.co:

https://investigasi.tempo.co/232/di-balik-gizi-buruk-asmat.

Ihsanuddin. (2018, Februari 2). Ini Alasan Ketua BEM UI Acungkan Kartu Kuning

ke Jokowi. Diambil kembali dari kompas.com:

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/02/14512991/ini-alasan-ketua-

bem-ui-acungkan-kartu-kuning-ke-jokowi?page=all

L, M. F. (2017, September 14). Media Berperan Penting dalam Penanggulangan

Bencana. Diambil kembali dari beritasatu.com:

https://www.beritasatu.com/nasional/452502/media-berperan-penting-

dalam-penanggulangan-bencana

L, M. F. (2017, 07 14). Media Berperan Penting dalam Penanggulangan Bencana.

Diambil kembali dari beritasatu.com:

https://www.beritasatu.com/nasional/452502/media-berperan-penting-

dalam-penanggulangan-bencana

Purba, J. R. (2018, Januari 15). 58 Anak Meninggal Akibat Wabah Campak di

Asmat. Diambil kembali dari kompas.com:

https://regional.kompas.com/read/2018/01/15/11530901/58-anak-

meninggal-akibat-wabah-campak-di-asmat

 

Page 91: AGENDA MEDIA TERKAIT BENCANA KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47028...kategori apa saja yang paling dominan, seberapa besar tempat yang diberikan terkait

80

Ristianto, C. (2018, 2 21). kompas. Diambil kembali dari kompas.com:

www.kompas.cpm/read/2019/02/21/111558841

RN. (2015, Mei 2). Peran Media dalam Bencana. Diambil kembali dari

dissasterchannel.co: http://disasterchannel.co/2015/05/02/peran-media-

dalam-bencana/

Sianipar, T. (2018, Maret 12). Kematian Anak Akibat Gizi Buruk di Asmat Berlanjut

meski KLB Sudah Berakhir . Diambil kembali dari bbc.com/indonesia:

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43363665

Peraturan Pemerintah:

Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002. (t.thn.). Ketahanan Pangan.