FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BAGI …
Transcript of FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BAGI …
i
FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
BAGI HASIL DEPOSITO PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA PERIODE 2018 - 2020
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
AULIA EKA YUNITA
NIM : 11160850000061
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BAGI HASIL
DEPOSITO PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE
2018 - 2020
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
AULIA EKA YUNITA
NIM : 11160850000061
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing I
Dr. Herni Ali HT, SE., MM Ivalaili, M.I.E
NIDN. 04221255902 NIP. 198803182018012001
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Selasa, 7 April 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Aulia Eka Yunita
2. NIM : 11160850000061
3. Program Studi : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Faktor Dominan yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil
Deposito pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2018 - 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 April 2020
1. Santi Yustini, SE., M.Ak
NIDN. 2021078701 (...............................)
Penguji I
2. Ade Ananto Terminanto, SE., MM
NIP. 196811252014111002 (...............................)
Penguji II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aulia Eka Yunita
NIM : 11160850000061
Program Studi : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya ini, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar penrnyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 25 Juli 2021
Yang menyatakan,
Aulia Eka Yunita
v
FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BAGI HASIL
DEPOSITO PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE
2018 - 2020
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan faktor eksternal
bank syariah yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
bank umum syariah di Indonesia periode 2018 - 2020. Adapun faktor internal
yang akan diteliti adalah financing to deposit ratio (FDR), non performing
financing (NPF), dan beban operasional pendapatan operasional (BOPO),
sedangkan faktor eksternal yang akan diteliti adalah suku bunga Bank Indonesia
dan inflasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi data panel dengan Random Effect Model (REM). Eviews 9
digunakan sebagai aplikasi pengolah data dalam penelitian ini. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan variabel FDR, BOPO dan inflasi secara parsial
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah bank umum syariah,
sedangkan variabel NPF dan suku bunga Bank Indonesia secara parsial tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah bank umum syariah.
Secara simultan, kelima variabel berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah bank umum syariah. Faktor dominan yang
berpengaruh dalam penelitian ini adalah variabel inflasi.
Kata Kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga Bank
Indonesia, Inflasi.
vi
FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BAGI HASIL
DEPOSITO PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE
2018 - 2020
ABSTRACT
This research intend to discover impact internal and external factor syariat bank
which affect mudharabah profit sharing on common syariat bank in Indonesia on
2018 - 2020 period. Internal factor that will be studied are financing to deposit
ratio (FDR), non performing financing (NPF), and operating burden ratio to
operating income (BOPO). Meanwhile, external factorthat will be studied are
interest rate Bank of Indonesia and inflation. Analysis method used by this
research was panel data regression analysis with Random Effect Model (REM).
Eviews 9 used as a tool to process data in this research. Based on research, FDR,
BOPO and inflation variable partially affect profit sharing rate on mudharabah of
common syariat bank, while NPF variable and interest rate Bank of Indonesia
partially did not affect the profit sharing rate on mudharabah of common syariat
bank. Simultaneously all five variable significantly affect the affect the profit
sharing rate on mudharabah of common syariat bank. Dominant factor impacting
this research was inflation.
Key word: Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF),
operating burden ratio to operating income (BOPO), interest rate Bank of
Indonesia, inflation.
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Aulia Eka Yunita
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juni 1998
3. Alamat : Jl. H. Samiin RT/RW. 001/05
Jurang Mangu Barat, Pondok Aren,
Tangerang Selatan 15223
4. Telepon : 08983356978
5. Email : [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2016 – 2021 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Tahun 2013 – 2016 : SMKN 18 Jakarta
3. Tahun 2010 – 2013 : SMPN 177 Jakarta
4. Tahun 2004 – 2010 : SD Kartika X - 4
III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAN
1. Divisi Acara Global Money Week Indonesia 2019 – Youth Finance
Indonesia (2019).
2. Panitia Bimbingan Test SPMB Komisariat Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018).
3. Divisi Seminar Nasional Islamic Banking Days – HMJ Perbankan
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017).
4. Divisi Kesehatan Islamic Banking Days – HMJ Perbankan Syariah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016).
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu a’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Faktor Dominan yang Mempengaruhi Tingkat Bagi
Hasil Deposito pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2018 - 2020”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E).
Shalawat serta salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW serta keluarga dan
para sahabatnya yang menjadi teladan umat manusia.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu melalui penulisan skripsi ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah berjasa dalam kehidupan penulis, yaitu kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta, yakni Ayahanda Alm. Agus Sudrajat dan Ibunda
Rachmawati yang telah melimpahkan kasih sayang dan telah mencintai
kedua anaknya dengan tulus, ikhlas dan selalu memberikan nasihat dan
dukungan kepada anaknya, serta Mia yang telah menjadi adik yang selalu
memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullaah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.,
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., MBA., selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syariah dan Ibu Yuke Rahmawati, M.A., selaku Sekretaris
Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
ix
6. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM dan Ibu Ivalaili, M.I.E., selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan senantiasa
membimbing serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis
dalam menyusun skripsi ini.
7. Seluruh Bapak.Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
mencurahkan ilmunya hingga terselesaikannya karya ini.
8. Staf Tata Usaha dan Staf Akademik serta karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah membantu penulis terkait kebutuhan administrasi penulis
dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya karya ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan, yakni Salma, Glendis, Agnes, Siska, Rara,
Tiya dan Okke yang selalu menemani, memberikan dukungan dan
meluangkan waktunya yang tak terlupakan.
10. Sahabaat-sahabat seperjuangan dari bangku SMA hingga saat ini, yakni
Jihan Risya, Eka, Alif dan Nuri yang selalu memberikan dukungan,
meluangkan waktu, semoga silaturahmi ini tetap terjalin hingga nanti.
11. Shidqi Akram yang selalu meluangkan waktu dan tenaganya serta
membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Perbankan Syariah 2016 yang telah memberikan dukungan
dan doanya hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk karya ini.
Wassalamu a’laikum Warahmatullahi Wabarakatu
Jakarta, Juli 2021
Aulia Eka Yunita
NIM : 11160850000061
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Batasan Masalah ........................................................................................... 15
C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 16
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 17
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 20
A. Teori-Teori terkait dengan Penelitian ........................................................... 20
1. Bank Syariah .............................................................................................. 20
2. Deposito Mudharabah ................................................................................ 21
3. Bagi Hasil .................................................................................................. 24
4. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasi ........................................ 26
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 35
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 48
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis ..................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 57
xi
A. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 60
C. Data dan Sumber Data .................................................................................. 60
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 61
E. Metode Analisis Data .................................................................................... 62
1. Estimasi Model Persamaan Regresi Data Pane ......................................... 63
2. Pemilihan Estimasi Model Persamaan Regresi Data Panel ....................... 64
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 66
4. Uji Hipotesis .............................................................................................. 67
F. Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 69
1. Variabel Dependen Penelitian ................................................................... 69
2. Variabel Independen Penelitian ................................................................. 69
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 73
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 73
1. Sejarah Singkat BCA Syariah .................................................................... 73
2. Sejarah Singkat BTPN Syariah .................................................................. 74
3. Sejarah Singkat Bank Victoria Syariah ..................................................... 74
4. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin ..................................................... 75
5. Sejarah Singkat Bank Panin Dubai Syariah ............................................... 76
6. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia ............................................... 77
7. Sejarah Singkat Bank Mega Syariah ......................................................... 77
B. Temuan Hasil Penelitian ............................................................................... 78
1. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 78
2. Uji Stasioneritas ......................................................................................... 80
3. Pengujian Model Regresi Data Panel ........................................................ 83
xii
4. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 92
5. Uji Hipotesis .............................................................................................. 94
BAB V SIMPULAN, INFLASI DAN SARAN ................................................ 103
A. Simpulan ..................................................................................................... 103
B. Implikasi ..................................................................................................... 103
C. Saran ........................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 .............................................................................................................. 1
Diagram 1.2 .............................................................................................................. 3
Diagram 1.3 .............................................................................................................. 6
Diagram 1.4 .............................................................................................................. 8
Diagram 1.5 ............................................................................................................ 10
Diagram 1.6 ............................................................................................................ 12
Diagram 1.7 ............................................................................................................ 13
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 .................................................................................................................. 5
Tabel 2.1 ................................................................................................................ 34
Tabel 2.2 ................................................................................................................ 26
Tabel 2.3 ................................................................................................................ 28
Tabel 2.4 ................................................................................................................ 29
Tabel 2.5 ................................................................................................................ 30
Tabel 2.6 ................................................................................................................ 35
Tabel 3.1 ................................................................................................................ 58
Tabel 3.2 ................................................................................................................ 59
Tabel 4.1 ................................................................................................................ 78
Tabel 4.2 ................................................................................................................ 80
Tabel 4.3 ................................................................................................................ 81
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 83
Tabel 4.5 ................................................................................................................ 84
Tabel 4.6 ................................................................................................................ 85
Tabel 4.7 ................................................................................................................ 86
Tabel 4.8 ................................................................................................................ 87
Tabel 4.9 ................................................................................................................ 89
Tabel 4.10 .............................................................................................................. 90
Tabel 4.11 .............................................................................................................. 94
Tabel 4.12 .............................................................................................................. 95
Tabel 4.13 ............................................................................................................ 100
Tabel 4.14 ............................................................................................................ 101
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ............................................................................................................. 49
Gambar 4.1 ............................................................................................................. 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini Asia Tenggara telah tumbuh dan berkembang menjadi pusat industri
keuangan dan perbankan syariah. Bersama dengan Malaysia, Indonesia tumbuh
menjadi salah satu negara penggerak industri keuangan dan perbankan di kawasan
tersebut. Berkembangnya sistem keuangan dan perbankan syariah di Indonesia
dan Malaysia, mendorong negara-negara yang berada di Asia Tenggara untuk ikut
berpartisipasi dalam pengembangan industri keuangan dan perbankan
syariah.(Rama, 2015). Industri keuangan syariah di Indonesia pun semakin diakui
dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan prestasi Indonesia yang diberikan oleh
Islamic Finance Development Indicator (IFDI) sebagai negara dengan industri
keuangan syariah terbaik keempat di dunia setelah Malaysia, Bahrain dan Uni
Emirat Arab (UEA) pada tahun 2019. Shaima Hassan menyampaikan penilaian
tersebut dilakukan dengan mengukur lima indikator yang memiliki peran penting
terhadap perkembangan industri keuangan syariah, yakni pertumbuhan kuantitatif,
pengetahuan (knowledge), tata kelola (goverment), kesadaran (awareness) dan
Corporate Social Responsibility (CSR). Naiknya peringkat Indonesia salah
satunya didorong dengan perkembangan aset yang dimiliki oleh industri keuangan
dan perbankan syariah di Indonesia (Nurrahman, 2019).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Hingga Desember 2020 tercatat, jumlah market share perbankan
syariah Indonesia sebesar 6,51%, terdiri dari 65,21% Bank Umum Syariah,
2
32,33% Unit Usaha Syariah dan 2,46% Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (OJK,
2020). Meningkatnya jumlah market share perbankan syariah di Indonesia
didorong dengan pertumbuhan aset perbankan syariah.
Diagram 1.1
Perkembangan Total Aset, Pembiayaan yang Disalurkan dan Dana Pihak Ketiga Perbankan
Syariah di Indonesia periode Desember 2018 - Desember 2020
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia, Desember 2020
Berdasarkan statistik OJK pada Desember 2020, jumlah aset perbankan
syariah Indonesia sebanyak 608,9 triliun, dengan jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun sebesar 475,8 triliun dan dana yang telah disalurkan kepada
masyarakat sebanyak 394,6 triliun. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan
dengan jumlah aset perbankan syariah pada Desember 2019 yang berjumlah
sebesar 538,3 triliun, dengan jumlah dana pihak ketiga sebesar 425,3 triliun dan
dana yang disalurkan kepada masyarakat sebesar 365,1 triliun (OJK, 2020).
Salah satu hal yang mendorong meningkatnya market share dan aset
perbankan syariah di Indonesia adalah tingkat kesadaran masyarakat Indonesia
untuk mulai menggunakan sistem perbankan yang bebas bunga. Bank syariah
489.7 538.3
608.9
329.3 365.1
394.6 380
425.3
475.8
0
100
200
300
400
500
600
700
Des'2018 Des'2019 Des'2020.
Total Aset Pembiayaan Dana Pihak Ketiga
3
menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya dan
terbebas dari bunga. Produk yang ada di bank syariah juga sama dengan produk
yang ada di bank konvensional. Hanya saja yang menjadi pembeda dari produk
yang ada di bank syariah adalah adanya akad dalam setiap produk bank syariah.
Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank syariah menerbitkan produk
tabungan, giro dan deposito yang menggunakan akad wadiah dan mudharabah.
Sedangkan dalam pendistribusian dana ke masyarakat, bank syariah menerbitkan
beberapa produk yang dapat dikategorikan dalam akad kerja sama, akad jual beli,
akad sewa menyewa dan akad pendukung lainnya.
Berdasarkan data statistik OJK pada Desember 2020, jumlah dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah dari masyarakat sebesar 475,79
triliun dengan jumlah rekening nasabah sebanyak 36,43 juta yang tersebar di
seluruh Indonesia. Adapun dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan
syariah tersebut, terdiri dari produk tabungan sebesar 34,12%, giro sebesar
14,23% dan deposito sebesar 51,56% (OJK, 2020).
Diagram 1.2
Instrumen Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia, Desember 2020
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa deposito menjadi
Giro 14%
Tabungan 34%
Deposito 52%
Giro Tabungan Deposito
4
produk yang paling banyak dipilih masyarakat untuk menginvestasikan dananya
di perbankan syariah dikarenakan dalam jangka panjang, deposito dinilai lebih
menguntungkan dibandingkan dengan produk penghimpun dana lainnya. Deposito
pada bank syariah menggunakan akad mudharabah sebagai prinsip dalam
pengelolaan dananya. Akad mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua
pihak, dimana salah satu pihak sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan
pihak lainnya sebagai pengelola dana (mudharib) dan apabila memperoleh
keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah ditetapkan pada awal
akad, sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana ,
kecuali kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian dari shahibul maal, maka
kerugian tersebut akan ditanggung oleh shahibul maal (Nurhayati & Wasilah,
2015).
Dalam produk deposito mudharabah, besaran imbal hasil antara nasabah dan
pihak bank ditentukan dengan besaran yang disebut dengan nisbah. Nisbah adalah
persentase keuntungan antara nasabah dengan pihak bank yang telah disepakati
pada awal akad. Imbal hasil yang besar dapat menjadi daya tarik nasabah untuk
menginvestasikan dananya di bank syariah. Sebaliknya, imbal hasil yang kecil
menjadi salah satu alasan mengapa nasabah tidak tertarik untuk menginvestasikan
dananya di bank syariah. Kondisi ini mampu mempengaruhi nasabah dalam
memilih produk investasi pada bank syariah.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk menghitung tingkat bagi hasil
antara nasabah dan pihak bank, yaitu bagi hasil yang dihitung dari laba bersih
yang diperoleh (profit and loss sharing) dan bagi hasil yang dihitung dari
5
pendapatan yang diperoleh (revenue sharing). Dalam implementasinya, bank
syariah di Indonesia menggunakan metode equivalent rate sebagai dasar
perhitungan bagi hasil. Equivalent Rate merupakan metode perhitungan bagi hasil
dengan cara mengkonversikan tingkat keuntungan nasabah pada produk tabungan,
giro dan deposito dalam bentuk persentase yang kemudian dikalikan dengan
pendapatan dari investasi yang diterima bank syariah (Susilawati, 2019). Besaran
equivalent rate deposito pada Bank Umum Syariah di Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1.1
Tingkat Bagi Hasil Bank Umum Syariah di Indonesia
Jangka Waktu
Desember
2018
Desember
2019
September
2020
1 Bulan 6,12% 5,71% 5,22%
3 Bulan 6,49% 6,12% 5,81%
6 Bulan 6,12% 5,45% 4,35%
12 Bulan 5,19% 4,68% 4,50%
>12 Bulan 4,60% 5,35% 5,91%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia, Desember 2018 - Desember 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat bagi hasil deposito pada bank
syariah di Indonesia dari Desember 2018 hingga September 2020 cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan
adanya faktor internal dan faktor eksternal yang terjadi dalam perbankan. Faktor
internal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat bagi hasil bank syariah
adalah kinerja keuangan dan kinerja manajemen bank syariah. Kinerja keuangan
6
bank syariah dapat diukur melalui rasio keuangan bank syariah, seperti rasio
Return on Assets (ROA), rasio Return on Equity (ROE), rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR), rasio Non Performing Financing (NPF), dan rasio Beban
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sedangkan kondisi eksternal yang
dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat bagi hasil bank syariah adalah
keadaan makro ekonomi suatu negara seperti kebijakan suku bunga dan inflasi.
Berikut ini akan dibahas secara mendalam mengenai beberapa faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya tingkat bagi hasil deposito pada bank syariah di
Indonesia.
Financing to Deposit Ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan dalam
bank syariah untuk mengukur kemampuan bank syariah dalam memenuhi
kebutuhan likuiditasnya. Perhitungan FDR dilakukan dengan membandingkan
jumlah pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat dengan jumlah dana pihak
ketiga. Pendapatan bagi hasil dalam bank syariah salah satunya bergantung pada
FDR suatu bank. Hal tersebut dikarenakan, semakin banyak dana dari masyarakat
yang dapat dihimpun, maka semakin banyak dana yang dapat didistribusikan
kembali ke masyarakat. Semakin baik kualitas pendistribusian dana ke
masyarakat, maka semakin besar tingkat pengembalian yang akan diterima oleh
bank syariah (Haruniang & Suprayogi, 2015). Besarnya FDR pada bank syariah di
Indonesia dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 1.3
Financing to Deposit Ratio Bank Umum Syariah di Indonesia
7
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia, Desember 2018 - Desember 2020
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2018, nilai FDR bank
syariah di Indonesia berada di angka 78,82%. Kemudian di tahun 2019 nilai FDR
kembali menurun menjadi 77,91%. Hingga pada Desember 2020 tercatat, nilai
FDR bank syariah di Indonesia sebesar 76,36%. Berdasarkan grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa nilai FDR bank syariah di Indonesia mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Standar untuk rasio FDR pada suatu bank syariah adalah 80%
- 100%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Somantri dan Sukmana pada
2019, meningkatnya FDR pada bank syariah mengindikasikan kemampuan
likuiditas bank syariah menurun dikarenakan dana pada bank syariah banyak
dialokasikan untuk pembiayaan, sedangkan FDR yang rendah mengindikasikan
kemampuan likuiditas bank syariah tersebut baik (Somantri & Sukmana, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arfiani dan Mulazid pada 2017
menunjukkan bahwa variabel FDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi
hasil deposito bank syariah. Hal tersebut dikarenakan FDR yang semakin tinggi
akan menghasilkan pendapatan bank syariah yang semakin tinggi pula dan dengan
meningkatnya pendapatan bank syariah akan meningkatkan kinerja bank syariah,
sehingga besar kecilnya FDR akan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil bank
syariah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sabtatianto dan Yusuf pada
78.53% 77.91%
76.36%
0 0
0
75.00%
76.00%
77.00%
78.00%
79.00%
Des'2018 Des'2019 Des'2020
8
2018 menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi
hasil deposito bank syariah. Hal terebut dikarenakan meningkatnya pendapatan
bank syariah tidak mempengaruhi kinerja bank syariah sehingga besar kecilnya
FDR tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil bank syariah.
Non Performing Financing merupakan rasio keuangan yang digunakan oleh
bank syariah untuk mengukur besaran pembiayaan yang bermasalah (kurang
lancar, diragukan dan macet). Rasio NPF dapat dihitung dengan membandingkan
total NPF dan total pembiayaan yang disalurkan bank syariah. Semakin tinggi NPF
pada suatu bank mengindikasikan jumlah pembiayaan yang bermasalah semakin
besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas bank syariah dalam menganalisis
debiturnya buruk, sehingga dapat berdampak langsung pada perolehan
pendapatan yang akan diterima bank syariah. Apabila pendapatan bank syariah
menurun, maka pengembalian yang diterima deposan menurun, sehingga dapat
mempengaruhi besaran tingkat bagi hasil yang diberikan bank syariah kepada
deposan. Namun, sebaliknya jika rasio NPF pada bank syariah rendah, maka
pengembalian yang diterima oleh deposan semakin tinggi (Haruniang &
Suprayogi, 2015). Besarnya NPF pada bank syariah di Indonesia dapat dilihat
pada diagram berikut.
Diagram 1.4
Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia
9
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia, Desember 2018 - Desember 2020
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada Desember 2018 nilai NPF bank
syariah di Indonesia mengalami penurunan. Hingga pada September 2020
tercatat, nilai NPF bank syariah di Indonesia mengalami peningkatan kembali
menjadi 3,13%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfiani dan
Mulazid pada 2017 menunjukkan bahwa variabel NPF secara parsial berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah dikarenakan adanya pembiayaan
yang bermasalah dapat mengurangi pendapatan yang diterima bank syariah,
sehingga tingkat pengembalian yang akan diterima oleh deposan menurun.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nofianti, et.al pada 2015 menunjukkan
bahwa variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito bank syariah dikarenakan pihak bank telah mengalokasikan sejumlah
dana sebagai cadangan untuk menangani pembiayaan yang bermasalah sehingga
meningkatnya NPF tidak mempengaruhi besaran tingkat bagi hasil deposito bank
syariah.
Beban Operasional dan Pendapatan Operasional merupakan salah satu rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari kinerja suatu
bank. Perhitungan BOPO dapat dilakukan dengan membandingkan beban
3.26%
3.23%
3.28%
0
0
0
0
0
0
3.20%
3.22%
3.24%
3.26%
3.28%
3.30%
Des'2018 Des'2019 Des'2020
10
operasional dan pendapatan operasional bank syariah (Sabtatianto & Yusuf,
2018). Semakin tinggi rasio BOPO bank syariah maka efisiensi bank syariah
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya semakin tinggi dikarenakan jumlah
beban operasional yang harus dikeluarkan bank syariah lebih kecil dibandingkan
dengan pendapatan operasionalnya. Semakin efisien operasional bank syariah,
maka jumlah pendapatan yang diperoleh meningkat. Meningkatnya pendapatan
bank syariah akan meningkatkan pengembalian yang diterima deposan. Besarnya
BOPO pada bank syariah dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 1.5
Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia, Desember 2018 - Desember 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi pada bank syariah di
tahun 2018 berada di angka 89,18%, kemudian di tahun 2019 cenderung
mengalami penurunan, dan berada di angka 84,45%. Kemudian di tahun 2020
tingkat efisiensi bank syariah mengalami peningkatan menjadi 85,55%. Hal ini
mengindikasikan bahwa kegiatan operasional oleh bank syariah sudah dijalankan
secara efisien.
89.18%
84.45%
86.12%
0
0
0
0
0
0
82.00%
84.00%
86.00%
88.00%
90.00%
Des'2018 Des'2019 Des'2020
11
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Permatasari pada 2018, menunjukkan
bahwa variabel BOPO berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito bank
syariah. Hal tersebut dikarenakan dengan meningkatnya pendapatan bank syariah,
dapat mempertahankan nasabah melalui tingkat pengembalian bagi hasil yang
tinggi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nofianti, et al pada 2015
menunjukkan bahwa variabel BOPO tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi
hasil bank syariah dikarenakan besar kecilnya BOPO tidak berdampak pada besar
kecilnya tingkat bagi hasil deposito bank syariah.
Selain faktor internal perusahaan, keadaan makro ekonomi suatu negara
mampu mempengaruhi kegiatan usaha yang berada di negara tersebut termasuk
sektor keuangan dan perbankan. Dalam makro ekonomi BI Rate dan Inflasi
memiliki keterkaitan yang sangat erat, sehingga menjadi salah satu pilihan yang
sulit bagi pemerintah. Hal tersebut dikarenakan apabila tingkat inflasi di suatu
negara meningkat dan jumlah uang yang beredar meningkat, maka untuk
mengatasinya adalah dengan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.
Dengan adanya pengurangan jumlah uang yang beredar, mengakibatkan tingkat
suku bunga menjadi tinggi. Meningkatnya suku bunga dapat berdampak pada
penurunan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu peran pemerintah diperlukan
untuk mengatur instrumen pengendali suku bunga agar tetap terkontrol.
Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) merupakan salah satu instrumen
pengendali suku bunga yang digunakan Bank Indonesia untuk mencapai sasaran
kebijakan moneter (Kemu & Ika, 2016). Sedangkan menurut Bank Indonesia, BI
Rate adalah suku bunga acuan yang diumumkan kepada publik dan ditetapkan
12
Bank Indonesia melalui Rapat Bulanan Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam
menetapkan kebijakan moneter. BI Rate dijadikan sebagai suku bunga acuan
untuk perbankan untuk menetapkan suku bunganya (BI, 2016). Berikut ini grafik
yang menunjukkan perubahan tingkat suku bunga Bank Indonesia periode
Desember 2018 hingga Desember 2020.
Diagram 1.6
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik periode Desember 2018 - Desember 2020
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga Bank Indonesia
mengalami perubahan yang berfluktusi. Pada Desember 2018 tingkat suku bunga
Bank Indonesia berada pada poin 6%, Hingga pada Desember 2020, tingkat suku
bunga Bank Indonesia tercatat sebesar 3,75%.
Dalam bank konvensional, suku bunga menjadi instrumen penting untuk
menarik minat nasabah dalam menginvestasikan dananya. Sedangkan dalam bank
6.00% 5.00%
3.75%
0 0
0
0 0
0
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
Des'2018 Des'2019 Des'2020
13
syariah, tingkat bagi hasil nasabah menjadi instrumen penting dalam menarik
minat nasabah. Apabila suku bunga Bank Indonesia meningkat, maka tingkat suku
bunga pada bank konvensional akan meningkat pula. Hal tersebut tentu akan
menarik minat masyarakat untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki pada
bank konvensional dibandingkan menginvestasikan dana pada bank syariah
dikarenakan pengembalian yang akan diterima nasabah bank konvensional akan
lebih besar dibandingkan dengan pengembalian yang diterima nasabah bank
syariah sehingga dapat mempengaruhi jumlah deposito dan pendapatan bank
syariah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Halimatussa’idah dan Septiarini
pada 2019 menunjukkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank syariah. Hal tersebut
dikarenakan suku bunga masih dijadikan acuan perbankan syariah dalam
menentukan tingkat bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Permatasari pada 2018 menunjukkan bahwa
variabel suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada bank syariah. Hal tersebut dikarenakan beberapa
manajemen bank syariah tidak menjadikan suku bunga Bank Indonesia sebagai
acuan untuk memberikan nisbah bagi hasil.
Menurut Bank Indonesia, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan
terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Apabila terjadi kenaikan
harga barang pada satu atau dua produk tidak dapat disebut dengan inflasi (BI.go.id,
2020). Berikut adalah data inflasi yang terjadi di Indonesia periode Desember
14
2018 hingga Desember 2020
Diagram 1.7
Tingkat Inflasi di Indonesia periode Desember 2018 - Desember 2020
Sumber : Statistik Bank Indonesia periode Desember 2016 - Desember 2020
Dari grafik diatas dapat dilihat tingkat inflasi di Indonesia cenderung
mengalami penurunan. Pada Desember 2018, tingkat inflasi berada pada angka
3,13%. Kemudian pada Desember 2019, tingkat inflasi kembali mengalami
penurunan menjadi 2,72%. Hingga Desember 2020, tercatat tingkat inflasi di
Indonesia sebesar 1,68%. Penurunan inflasi menunjukkan harga barang-barang
yang ada mengalami penurunan, sehingga daya beli masyarakat kembali
membaik.
Meningkatnya inflasi memaksa Bank Indonesia untuk menekan laju inflasi.
Untuk menekan infasi, kebijakan yang dapat diambil oleh Bank Indonesia adalah
dengan meningkatkan suku bunga. Apabila tingkat suku bunga naik, maka tingkat
suku bunga deposito pada bank konvensional meningkat pula sehingga
masyarakat akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki
ke bank konvensional dan memungkinkan nasabah bank syariah beralih ke bank
konvensional. Untuk mempertahankan nasabah, langkah yang dapat diambil bank
syariah adalah dengan meningkatkan persentase bagi hasil. Jadi dapat disimpulkan
3.13% 2.72%
1.68%
0 0
0
0 0
0
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
Des'2018 Des'2019 Des'2020
15
untuk mempertahankan nasabah bank syariah, tingkat bagi hasil yang akan
diberikan nasabah dapat mengikuti tingkat inflasi yang terjadi di suatu negara.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Halimatussa’idah
dan Septiarini pada 2019 menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Hal tersebut
dikarenakan apabila inflasi terjadi secara berfluktuatif, maka kegiatan
perekonomian termasuk sektor perbankan cenderung menyesuaikan dengan
kondisi ekonomi yang sedang terjadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Arfiani dan Mulazid pada 2017 menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Hal
tersebut dikarenakan dalam bank syariah antara pihak bank dan nasabah terikat
dalam investasi bersama dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama, sehingga
tingginya inflasi tidak mempengaruhi pendapatan yang diperoleh bank syariah
sehingga inflasi tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya tingkat bagi hasil
deposito bank syariah.
Dari fenomena gap yang terdapat pada penelitian terdahulu ketidaksesuaian
fenomena gap dengan teori yang ada, antara lain menurunnya rasio FDR tidak
diikuti dengan menurunnya tingkat bagi hasil, meningkatnya rasio NPF tidak
diikuti dengan menurunnya tingkat bagi hasil, meningkatnya rasio BOPO tidak
diikuti dengan meningkatnya tingkat bagi hasil. Selain itu dalam penelitian
terdahulu ditemukan beberapa perbedaan dan tidak konsisten hasil penelitian antar
peneliti.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
16
dengan judul Faktor Dominan yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil
Deposito pada Bank Umum Syariah periode 2018 - 2020. Adapun variabel
yang akan diteliti adalah beberapa variabel yang sebelumnya sudah menjadi objek
penelitian, yaitu rasio Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF), Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Suku
Bunga Bank Indonesia dan Inflasi, dimana sampel dari penelitian ini terdiri dari 7
Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia dan secara rinci akan dibahas pada
bab selanjutnya.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Objek penelitian berfokus pada Bank Umum Syariah di Indonesia yang
terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan dan berstatus kepemilikan swasta
nasional, yaitu BCA Syariah, BPN Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank
Syariah Bukopin, Bank Panin Dubai Syariah, Bank Mualamat Indonesia
dan Bank Mega Syariah.
2. Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor internal dan
faktor eksternal yang dinilai mempengaruhi tingkat bagi hasil. Faktor
internal bank syariah yang akan diteliti adalah Financing to Deposit Ratio
(FDR), Net Performing Financing (NPF), dan Beban Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), sedangkan faktor eksternal bank syariah
yang akan diteliti adalah Suku Bunga Bank Indonesia dan Inflasi.
3. Jangka waktu pengamatan dimulai dari periode Maret 2018 hingga
Desember 2020.
17
4. Data sekunder yang digunakan adalah Laporan Keuangan Triwulan dari
masing - masing bank yang menjadi objek penelitian.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah variabel Financing to Deposit Ratio berpengaruh secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah periode
Maret 2018 - Desember 2020?.
2. Apakah variabel Net Performing Financing berpengaruh secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Umum
Syariah periode Maret 2018 - Desember 2020?.
3. Apakah variabel Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
berpengaruh secara parsial terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank
Umum Syariah periode Maret 2018 - Desember 2020?.
4. Apakah variabel suku bunga Bank Indonesia berpengaruh secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah periode
Maret 2018 - Desember 2020?.
5. Apakah variabel inflasi berpengaruh secara parsial terhadap tingkat bagi
hasil deposito pada Bank Umum Syariah periode Maret 2018 - Desember
2020?.
6. Apakah variabel FDR, NPF, BOPO, BI Rate dan Inflasi berpengaruh
secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum
Syariah periode Maret 2018 - Desember 2020?.
18
7. Dari kelima variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan
mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah
periode Maret 2018 - Desember 2020?.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisa pengaruh secara parsial variabel Financing to Deposit
Ratio terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah
periode Maret 2018 - Desember 2020.
2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial variabel Non Performing
Financing terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah
periode Maret 2018 - Desember 2020.
3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial variabel Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional terhadap tingkat bagi hasil deposito pada
Bank Umum Syariah periode Maret 2018 - Desember 2020.
4. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial variabel suku bunga Bank
Indonesia terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah
periode Maret 2018 - Desember 2020.
5. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial variabel inflasi terhadap
tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah periode Maret 2016 -
Desember 2020.
6. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan variabel FDR, NPF, BOPO,
BI Rate dan inflasi terhadap tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum
Syariah periode Maret 2018 - Desember 2020.
7. Untuk menganalisis variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat
19
bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah periode Maret 2018 -
Desember 2020.
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
yang diantaranya:
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan terselesaikannya penelitian ini dapat melatih
sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang
perbankan syariah Indonesia terutama mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Bagi Perbankan
Diharapkan dengan terselesaikannya penelitian ini dapat memberikan
informasi tambahan terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
bagi hasil Bank Umum Syariah, sehingga penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi bank syariah dalam mengambil
keputusan dan kebijakan perusahaan.
3. Bagi Akademisi
Diharapkan dengan terselesaikannya penelitian ini dapat memperluas
wawasan, pengetahuan dan referensi keilmuan terkait perbankan syariah serta
bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian
yang akan dilakukan di masa mendatang.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian
1. Pengertian Bank Syariah
Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu “banco” yang memiliki arti peti
atau lemari atau bangku (Sudarsono, 2012). Menurut Undang-Undang RI No.
21 tahun 2008, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank menjadi sebuah lembaga
perantara (intermediary) yang menghubungkan antara nasabah yang memiliki
kelebihan dana dan nasabah yang memiliki kekurangan dana. Sistem
perbankan yang diakui di Indonesia ada dua, yakni sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah.
Menurut Sudarsono (2012), bank syariah merupakan lembaga keuangan
yang tugas intinya adalah untuk memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai
dengan prinsip syariah. Menurut Kasmir (2014), bank syariah merupakan
lembaga keuangan yang kegiatan operasionalnya berlandaskan prinsip syariah
dengan perhitungan bagi hasil sebagai dasar pembagian keuntungan, baik
untung maupun rugi. Berdasarkan jenisnya bank syariah dapat dikategorikan
menjadi tiga yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Bank Umum Syariah (BUS)
21
merupakan bank yang kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, misalnya menerbitkan surat pengakuan hutang, pembukaan Letter
of Credit (L/C), penerbitan garansi bank dan sebagainya. Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam pengoperasiannya
tidak memberikan layanan dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Unit
Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dari data statistik
OJK tercatat jumlah Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 14 institusi, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 162 institusi, dan Unit Usaha
Syariah (UUS) sebanyak 20 institusi yang persebarannya berada di seluruh
Indonesia (OJK, 2020).
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bank syariah adalah
lembaga keuangan yang kegiatan usahanya mulai kegiatan penghimpunan
dana hingga pendistribusian dana kepada masyarakat berlandaskan dengan
hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Bank syariah
juga dikenal dengan bank yang kegiatan usahanya terbebas dari bunga atau
riba dan imbalan yang akan diterima oleh nasabah disebut dengan bagi hasil.
2. Deposito Mudharabah
Dalam menjalankan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat, bank
syariah menyediakan fasilitas berupa tabungan, giro dan deposito. Dari
produk-produk penghimpun dana yang ada, deposito masih menjadi
primadona masyarakat dalam menginvestasikan dana yang dimilikinya.
22
Berbeda dengan deposito yang dikeluarkan oleh bank konvensional yang
menerapkan sistem bunga, produk deposito dari bank syariah menggunakan
akad mudharabah dengan menerapkan sistem bagi hasil. Deposito merupakan
salah satu instrumen investasi pada bank yang penarikannya tidak dapat
dilakukan kapan saja melainkan hanya pada jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan antara pihak bank dan nasabah.
Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008, mendefinisikan deposito sebagai
investasi dana jangka panjang dengan menggunakan akad mudharabah atau
akad lainnya yang sesuai prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu. Menurut Yaya, et al., (2016) deposito
mudharabah merupakan jenis simpanan dengan skema dimana nasabah
sebagai shahibul maal mempercayakan pihak bank untuk mengelola dana
yang diinvestasikannya dengan ketentuan nisbah yang telah disepakati di awal
akad.
Menurut Sudarsono (2012) deposito mudharabah merupakan dana
simpanan dari pihak ketiga yang pencairannya hanya dapat dilakukan pada
jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan yakni satu bulan, tiga bulan, enam
bulan, dua belas bulan, atau lebih dari dua belas bulan. Jadi dapat disimpulkan
deposito mudharabah merupakan jenis simpanan pada bank syariah yang
pembagian keuntungan berdasarkan bagi hasil yang telah ditentukan di awal
akad dan pencairan dananya dapat dilakukan pada jangka waku tertentu.
Adapun ketentuan-ketentuan dari deposito mudharabah berdasarkan Fatwa
DSN-MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 adalah sebagai berikut:
23
1. Dalam deposito mudharabah, nasabah sebagai pemilik dana (shahibul
maal), sedangkan pihak bank sebagai pengelola dana (mudharib).
2. Sebagai pengelola dana, bank harus mengelola dan mengembangkan dana
yang telah dihimpun untuk digunakan dalam sektor usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Modal harus diserahkan secara tunai.
4. Pembagian keuntungan antara pihak bank dan nasabah
dinyatakan dalam nisbah dan disepakati pada awal akad.
5. Bank menutup biaya operasional deposito menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak berhak mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
Terdapat beberapa aspek yang membedakan deposito mudharabah
dengan deposito pada bank konvensional, antara lain: (1) Berdasarkan prinsip
yang digunakan dalam pengelolaan dananya, deposito mudharabah
menggunakan prinsip dan aturan syariat Islam sebagai pondasinya, sedangkan
dalam deposito konvensional menggunakan prinsip kapitalis, (2) Pembagian
keuntungan yang diterima dalam deposito mudharabah sesuai dengan nisbah
bagi hasil yang telah disepakati di awal akad dan nominal yang diterima bisa
berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kinerja pengelola dananya, sedangkan
dalam deposito konvensional pembagian keuntungannya menggunakan
prinsip bunga dan besarannya tetap, tidak bergantung pada kinerja pengelola
dananya, (3) Dalam pengelolaan dana deposito mudharabah terbatas pada
24
jenis usaha yang halal saja, sedangkan pada deposito konvensional
cakupannya sangat luas dan tidak terbatas hanya pada jenis usaha yang halal
saja, (4) Dalam pencatatan akuntansinya, deposito mudharabah tidak dicatat
sebagai hutang dan piutang melainkan dicatat sebagai investasi tidak terikat
dan hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra, sedangkan dalam
pencatatan akuntansi bank konvensional, deposito dicatat sebagai hutang bank
dan piutang nasabah, sehingga hubungan antara bank dan nasabah adalah
kreditur (pihak yang memiliki piutang) dan debitur (pihak yang memiliki
hutang) (Mustofa, 2015).
Secara singkat, perbedaan deposito mudharabah dengan deposito
konvensional dapat dilihat pada tabel perbedaan dibawah ini.
Tabel 2.1
Perbedaan Deposito Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No Dilihat Dari Deposito Mudharabah Deposito Konvensional
1 Penyelenggara Bank Syariah Bank Konvensional
2 Penerapan Prinsip Syariat Islam Ekonomi Kapitalis
3 Pembagian Keuntungan Sesuai Nisbah Sistem Bunga
4 Pengelolaan Dana
Terbatas, pada usaha yang
halal saja
Tidak Terbatas
5
Hubungan dengan
Nasabah
Kemitraan Kreditur-Debitur
6
Pancatatan dalam
Akuntansi
Investasi tidak terikat Hutang-Piutang
Sumber : Mustofa, 2015
25
3. Bagi Hasil
Salah satu yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional
adalah dalam hal pembagian hasil usaha kepada nasabah. Pembagian hasil
usaha dalam bank syariah dikenal dengan istilah bagi hasil atau profit sharing
and loss sharing. Bagi hasil merupakan tingkat pengembalian atas dana yang
telah diinvestasikan oleh nasabah bank syariah dalam bentuk tabungan, giro
dan deposito. Bagi hasil dibagikan bank syariah sesuai dengan nisbah, yaitu
proporsi pembagian keuntungan antara pihak bank dan nasabah yang
ditetapkan pada saat akad terjadi. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi persentase bagi hasil, yaitu (1) jumlah pendapatan bank, (2)
nisbah yang telah ditetapkan, (3) jumlah deposito mudharabah dan (4) jangka
waktu deposito (Farizi & Riduwan, 2016).
Dalam fatwa DSN MUI No. 15/DSN-MUI/IX/2000 disebutkan terdapat
dua metode yang dapat digunakan dalam pembagian hasil usaha antara pihak
bank dan nasabah, yaitu:
1. Prinsip bagi hasil (net revenue sharing), merupakan pembagian hasil
usaha antara pihak bank dan nasabah yang perhitungannya berdasarkan
total pendapatan bersih usaha tersebut.
2. Prinsip bagi untung (profit sharing), merupakan pembagian hasil usaha
antara pihak bank dan nasabah yang perhitungannya berdasarkan laba
bersih yang diterima dari usaha tersebut.
Umumnya pada bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil sebagai
dasar dalam pembagian keuntungan dalam produk-produk tertentu yang
26
menggunakan akad bagi hasil, seperti akad mudharabah dan musyarakah.
Berikut adalah perbedaan dari sistem bagi hasil dengan sistem bunga.
Tabel 2.2
Perbedaan Deposito Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga
Persentase pembagian bagi hasil
ditetapkan dalam nisbah pada awal akad
disepakati dengan asumsi untung
rugi.
Persentase bunga ditentukan pada
awal perjanjian dengan asumsi selalu
untung.
Apabila usaha yang dijalankan
mengalami kerugian akan ditanggung
bersama.
Apabila usaha yang dijalankan
mengalami kerugian akan
ditanggung sendiri oleh nasabah
Apabila usaha yang dijalankan
mengalami keuntungan yang banyak,
maka bagi hasil yang diterima
menyesuaikan..
Apabila usaha yang dijalankan
mengalami keuntungan yang
banyak, pembayaran bunga tetap.
Eksistensi bagi hasil tidak diragukan
lagi.
Eksistensi bunga masih diragukan.
Sumber: Heri Sudarsono, 2012
Sistem bagi hasil menjadi alternatif dari sistem bunga yang masih
diterapkan dalam perbankan Indonesia, dimana sistem bagi hasil mampu
memberikan keadilan bagi pihak bank dan nasabah, serta lebih mengutamakan
nilai kebersamaan, persaudaraan, etika dan keadilan dalam bertransaksi.
27
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Deposito
Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang
dijadikan variabel dalam penelitian. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Financing to Deposit Ratio
Salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank adalah menggunakan rasio Financing to Deposit Ratio
(FDR). Rasio FDR merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank syariah dalam memenuhi kebutuhan
likuiditasannya. Perhitungan FDR dilakukan dengan membandingkan
jumlah pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat dan jumlah dana
pihak ketiga. Kualitas pembiayaan menjadi hal yang penting dalam rasio
ini, dikarenakan semakin baik kualitas pendistribusian dana ke masyarakat,
maka semakin besar pula tingkat pengembalian yang akan diterima bank
syariah (Haruniang & Suprayogi, 2015).
Tingginya tingkat pendistribusian dana ke masyarakat, memiliki risiko
yang cukup tinggi yaitu risiko nasabah yang gagal bayar. Namun apabila
bank syariah tidak memanfaatkan dana yang dimilikinya, maka akan
menghilangkan kesempatan bagi bank syariah untuk memperoleh
keuntungan dari dana tersebut. Tingginya dana pihak ketiga yang diterima
bank syariah maka akan meningkatkan pendistribusian dana ke
masyarakat. Meningkatnya pendistribusian dana akan meningkatkan FDR
bank syariah. Meningkatnya FDR maka akan meningkatkan tingkat bagi
28
hasil bank syariah (Haruniang & Suprayogi, 2015). Berikut rumus yang
digunakan untuk mengukur FDR.
Rasio FDR = Jumlah Pendapatan
X 100% Total DPK
Berdasarkan ketentuan yang diterbitkan Bank Indonesia yang dimuat
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP/tahun 2004, besarnya
FDR tidak boleh melebihi 110%. Berikut adalah tabel penilaian FDR.
Tabel 2.3
Penilaian Financing to Deposit Ratio
Persentase Predikat
50% ≤ FDR ≤ 75% Sangat Sehat
75% ≤ FDR ≤ 85% Sehat
85% ≤ FDR ≤ 100% Cukup Sehat
100% ≤ FDR ≤ 120% Kurang Sehat
FDR > 120% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP/tahun 2004
b. Non Performing Financing
Dalam bank konvensional untuk mengukur tingkat pinjaman yang
bermasalah menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL). Sedangkan
dalam bank syariah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
pembiayaan yang bermasalah adalah dengan menggunakan rasio Non
Performing Financing (NPF). NPF merupakan salah satu rasio yang
digunakan dalam mengukur kesehatan bank syariah.
29
Rasio NPF digunakan oleh bank syariah untuk mengukur besaran
pembiayaan bermasalah yang dihadapi bank syariah. Semakin tinggi rasio
NPF menunjukkan kualitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah
semakin buruk. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pembiayaan
bermasalah, antara lain perubahan kebijakan pemerintah, adanya
perubahan nilai tukar (kurs), meningkatnya harga produksi, menurunnya
daya beli masyarakat, bencana alam dan meningkatnya inflasi (Arfiani &
Mulazid, 2017). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.8/21/PBI/2006
Pasal 9 menyebutkan ditinjau dari kualitas pembiayaan dalam bank syariah
dalam dikategorikan menjadi lima golongan, yaitu pembiayaan lancar,
pembiayaan dalam perhatian khusus, pembiayaan kurang lancar,
pembiayaan diragukan dan Pembiayaan macet. Berikut adalah rumus yang
digunakan untuk mengukur tingkat pembiayaan bermasalah pada bank
syariah.
Rasio NPF = Pembiayaan Bermasalah
X 100% Total DPK
Adapun penilaian kriteria Non Performing Financing berdasarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbs/tahun 2007 adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.4
Penilaian Non Performing Financing
Persentase Predikat
NPF < 2% Sangat Sehat
2% ≤ NPF < 5% Sehat
30
5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
8% ≤ FDR < 12% Kurang Sehat
NPF ≥ 12% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbs/tahun 2007
c. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
bank adalah dengan menggunakan rasio Beban Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank syariah dalam mengendalikan pendapatan operasional
dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan secara tepat (Cahya et
al., 2020). Biaya operasional sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan bank
syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya, seperti biaya tenaga kerja,
biaya pemasaran, biaya sewa dan lainnya. Sedangkan pendapatan
operasional merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan
usaha bank syariah (K & Sunaryo, 2012). Batas aman dari rasio efisiensi
berdasarkan bank Indonesia adalah 83%. Rumus yang digunakan untuk
mengukur efisiensi Beban Operasional dan Pendapatan Operasional.
Rasio BOPO = Beban Operasional
X 100% Pendapatan Operasional
Adapun penilaian kriteria BOPO berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/tahun 2011
31
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5
Penilaian Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
Persentase Predikat
BOPO ≤ 83% Sangat Sehat
83% < NPF ≤ 85% Sehat
85% < NPF ≤ 87% Cukup Sehat
87% < FDR ≤ 89%
Kurang
Sehat
NPF > 89% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/tahun 2011
d. Suku Bunga Bank Indonesia
Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) merupakan instrumen
pengendali suku bunga yang digunakan Bank Indonesia untuk mencapai
sasaran kebijakan moneter (Kemu & Ika, 2016). Menurut Kamus Bank
Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur
Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan. BI Rate
diimplementasikan dalam operasi moneter yang dilakukan oleh Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang guna mencapai
sasaran professional moneter (BI, 2016) Jadi dapat disimpulkan bahwa
suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) merupakan tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur dan
32
menjadi acuan tingkat suku bunga di pasar uang dan bank konvensional
dalam menetapkan suku bunga simpanan dan kreditnya.
Adapun fungsi utama dari penetapan suku bunga Bank Indonesia
adalah untuk menekan laju inflasi dan menjaga agar perekonomian tetap
stabil. Apabila inflasi yang terjadi lebih tinggi daripada target yang telah
ditetapkan, maka Bank Indonesia akan meningkatkan BI Rate. Sedangkan
apabila inflasi yang terjadi dimasa mendatang lebih rendah daripada target
yang telah ditetapkan, maka Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
(Zuhri et al., 2020). Hal tersebut dimaksudkan untuk menekan jumlah
uang yang beredar di masyarakat sehingga angka inflasi dapat terjaga daya
beli masyarakat dan aktivitas produksi kembali membaik.
e. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga yang terjadi secara umum meliputi
barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu (Arfiani & Mulazid, 2017).
Inflasi merupakan suatu kondisi perekonomian yang ditandai dengan
meningkatnya harga barang dan jasa secara keseluruhan dan memberi
dampak pada menurunnya daya beli masyarakat dan menurunnya tingkat
investasi masyarakat (Halimatussa’idah & Septiarini, 2019). Jadi dapat
disimpulkan bahwa inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang
dan jasa yang terjadi secara terus-menerus dalam waktu tertentu.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi yaitu
disebabkan meningkatnya permintaan atas suatu produk, menurunnya
penawaran atas suatu produk dan ekspektasi pasar. Adapun indikator
33
utama yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk
memantau pergerakan harga serta produk yang dikonsumsi oleh
masyarakat, yaitu (BI, 2020).
1. Bahan Makanan
2. Makanan jadi, minuman dan tembakau
3. Perumahan
4. Sandang
5. Kesehatan
6. Pendidikan dan Olahraga
7. Transportasi dan Komunikasi
Terjadinya inflasi di suatu negara akan berdampak besar pada
kegiatan perekonomian di negara tersebut, terutama dalam sektor
keuangan dan perbankan. Berikut adalah beberapa dampak yang
dirasakan dari inflasi.
1. Meningkatnya suku bunga
2. Menurunnya daya beli masyarakat
3. Menurunnya nilai mata uang
4. Menurunnya kegiatan produksi
5. Distorsi pajak pendapatan
Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan inflasi agar tidak terus meningkat (Utami, 2011).
34
1. Menetapkan kebijakan moneter dengan cara meningkatkan jumlah
cadangan minimum pada perbankan, meningkatkan suku bunga
diskonto, dan politik pasar bursa (jual-beli surat berharga)
2. Menetapkan kebijakan fiskal, dengan mengatur pemasukan dan
pengeluaran yang berkaitan dengan perpajakan.
3. Menetapkan kebijakan out dengan cara menurunkan bea masuk atas
produk-produk impor.
35
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dijadikan sebagai referensi
dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini merupakan pengembangan dari
penelitian Permatasari pada tahun 2018, dimana variabel FDR, BOPO, Suku
Bunga dan Inflasi digunakan. Sedangkan variabel ROA tidak digunakan. Dalam
penelitian variabel NPF ditambahkan untuk meneliti faktor dominan yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
No. Judul
Penulis
(Tahun)
Hasil Persamaan Perbedaan
1. Analisis
Pengaruh Return
On Assets
(ROA), Beban
Operasional dan
Pendapatan
Operasional
(BOPO), dan
Suku Bunga
terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
Andryani
Isna K. dan
Kunti
Sunaryo
(2012)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
semua variabel yang
diteliti berpengaruh
secara bersama-sama
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
Sedangkan untuk
secara parsial variabel
ROA dan suku bunga
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil dan
- Variabel
BOPO,
Suku
Bunga dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharab
ah
- Variabel
ROA
- Perbedaa
n tahun
penelitia
n yaitu
periode
2009-
2011.
- Menggun
akan
36
pada Bank
Umum Syariah
variabel BOPO tidak
berpengaruh.
analisis
regresi
berganda
2. Pengaruh
BOPO, CAR,
FDR dan ROA
terhadap Tigkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Reandy
Sabtatianto
dan
Muhamad
Yusuf
(2018)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
semua variabel yang
diteliti secara simultan
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
BUS. Sedangkan,
secara parsial variabel
ROA berpengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah dan
variabel FDR, CAR
dan BOPO tidak
berpengaruh.
- Variabel
FDR,
BOPO,
dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharab
ah
- Variabel
ROA dan
CAR
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2012-2016
- Alat yang
digunakan
adalah
Eviews
versi 8.0
3. Analisis
Pengaruh
Return On
Assets (ROA),
Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Nana
Nofianti,
Tenny
Badina dan
Aditiya
Erlangga
(2015)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
variabel ROA, Suku
Bunga, FDR, memiliki
pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
Sedangkan variabel
- Variabel
FDR, NPF,
BOPO, dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharab
ah
- Variabel
ROA
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2011-2013
37
Operasional
(BOPO), Suku
Bunga,
Financing to
Deposit Ratio
(FDR) dan Non
Performing
Financing
(NPF)
terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
BOPO dan NPF
tidak berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
Mudharabah
- Analisis
regresi
berganda
4. Pengaruh
Kinerja
Keuangan,
Inflasi dan Suku
Bunga terhadap
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
Rosalia
Permatasar
i dan
Andayani
(2018)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
BOPO berpengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
Sedangkan variabel
ROA, FDR, Suku
Bunga, dan Inflasi
tidak berpengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
- Variabel
FDR dan
BOPO
- Laporan
keuangan
yang
digunakan
laporan
keuangan
triwulan
- Variabel
ROA
- Periode
penelitian
2012-2015
- Analisis
regresi
berganda
38
5. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Return Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
(Studi Empiris
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
tahun 2012-
2016)
Khairul
Umuri,
Endang
Ahmad
Yani dan
Abdi
Triyanto
(2018)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
secara parsial BOPO
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
BUS. Sedangkan FDR
dan NPF tidak
berpengaruh, sehingga
dapat disimpulkan dari
secara simultan ketiga
faktor tersebut tidak
berpengaruh terhadap
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah BUS
- Variabel
FDR, NPF
dan BOPO
- Analisis
regresi
data panel
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2012-2016
- Alat yang
digunakan
adalah
Eviews
versi 8.0
6. Pengaruh Return
On Asset, Return
On Equity dan
Financing to
Deposit Ratio
terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
(pada Bank
Umum Syariah
Periode 2012-
Zulfikar
Faza dan
Ummiy
Fauziyah
Laily
(2018)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
variabel ROA, ROE
dan FDR secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
BUS. Sedangkan
secara parsial variabel
ROA berpengaruh
negatif signifikan dan
FDR berpengaruh
Variabel
FDR
- Variabel
ROA dan
ROE
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2012-2017
- Analisis
regresi
berganda
39
2017) positif seginifikan, dan
ROE tidak
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
7. Analisa
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
trehadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Tahun 2012-
2018
Nia
Sulfiyani,
dan Rimi
Gusliana
Mais
(2019)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
secara parsial hanya
variabel CAR yang
memiliki pengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah,
sedangkan variabel
lainnya, yakni ROA,
FDR, BOPO dan NPF
tidak berpengaruh,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
secara bersama-sama
semua variabel tidak
memiliki pengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
- Variabel
FDR, NPF,
BOPO, dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Analisis
regresi
data panel
- Variabel
ROA dan
CAR
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2012-2018
8. Analisis Tingkat
Bagi Hasil
Bayu Tri
Cahya,
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
- Variabel
FDR,
- Variabel
ROA
40
Mudharabah : di
Tinjau dari
Rasio Return On
Assets (ROA),
Financial to
Deposit Ratio
(FDR) dan
Biaya
Operasional dari
Pendapatan
Operasional
(BOPO) (Studi
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Periode 2014-
2018)
Rikha
Zakiyyah,
Rukmini
dan
Aryanti
Muhtar
Kusuma
(2020)
secara parsial variabel
ROA dan NOPO
memiliki pengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
Sedangkan secara
parsial variabel FDR
tidak memiliki
pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
Secara simultan,
ketiga variabel yang
diteliti memiliki
pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
BOPO, dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2012-2018
- Analisis
regresi
berganda
- Menggun
akan
SPSS
sebagai
alat
ujinya
9. Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Tingkat Bagi
Hasil Simpanan
Mudharabah
pada Bank
Umum Syariah
Indonesia (Studi
Lydia
Rahmadhi
ni Arfiani
dan Ade
Sofyan
Mulazid
(2017)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
secara parsial variabel
yang berpengaruh
terhadap tingkaat bagi
hasil adalah FDR dan
NPF. Sedangkan
variabel inflasi tidak
berpengaruh. Secara
- Variabel
FDR, NPF,
Inflasi dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2011-2015
- Alat yang
digunakan
adalah
Eviews
41
Kasus pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
periode 2011-
2015
simultan ketiga
variabel ini secara
bersama- sama
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
versi 8.0
10. Pengaruh Non
Performing
Financing, Dana
Pihak Ketiga dan
Inflasi terhadap
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
Maulita
Sari dan
Anwar
Made
(2017)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
secara parsial variabel
NPF dan DPK
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
Sedangkan variabel
inflasi secara parsial
tidak berpengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil mudharabah
- Variabel
NPF,
Inflasi, dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Teknik
pengambil
an sampel
mengguna
kan teknik
purposive
sampling
- Variabel
DPK
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2015-2016
- Menggun
akan
analisis
regresi
berganda
11. Pengaruh Return
On Asset (ROA)
dan Financing to
Deposit Ratio
(FDR) terhadap
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
Rahmawat
y dan
Tiffany
Andari
Yudina
(2015)
Peneliian ini
menyimpulkan bahwa
variabel ROA dan
FDR secara simultan
berpengaruh tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah pada
Bank Umum Syariah
- Variabel
FDR dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Muharaba
h
- Variabel
ROA
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2008-2012
42
pada Bank
Umum Syariah
(BUS). Sedangkan
secara parsial,
variabel ROA
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
dan variabel FDR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
- Teknik
pengambil
an sampel
mengguna
kan teknik
purposive
sampling
12 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
pada BMT
Maslahah Se-
Kabupaten
Situbondo
Yulinartati,
Diyah
Prabowula
n dan Tara
Ayu
Adevia utri
(2020)
Penelitian ini
menyimpulkan
bahwa variabel FDR
dan laba operasional
berpengaruh positif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah,
variabel CAR, NPF,
BOPO berpengaruh
negatif terhadap
tingkat bagi hasil
deposito
mudharabah, dan
variabel ROA tidak
- Variabel
FDR, NPF,
BOPO dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Muharaba
h
- Variabel
ROA,
CAR dan
laba
operasiona
l.
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2014-2019
43
berpengaruh positif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
13 The
Internal
Faktors
Determini
ng Rate of
Return on
Mudharab
a Deposits
in Sharia
Commerci
al Banks in
Indonesia
Leni
Yulyani,
Jajang
W
Mahri,
Suci
Apriliani
Utami,
Anen
Cakhyan
en
(2018)
Penelitian Ini
menyimpulkan
bahwa ketiga
variabel yang diteliti,
yaitu variabel ROA,
NPF dan BOPO
secara bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito
mudharabah.
Sedangkan secara
parsial variabel ROA
dan BOPO
berpengaruh
signifikan positif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah dan
variabel NPF
berpengaruh
signifikan negatif
- Variabel
NPF,
BOPO dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Teknik
pengambil
an sampel
mengguna
kan teknik
purposive
sampling
- Laporan
keuangan
yang
digunakan
laporan
keuangan
triwulan
- Variabel
ROA
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2014-2016
-
44
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
14 The Effect
of
Financial
Performan
ce toward
Profit
Sharing
Rate on
Mudharab
ah Deposit
of Sharia
Banking in
Indonesia
Heri
Sudarso
no dan
Miranti
Aprilia
Saputri
(2018)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
dalam jangka pendek,
variabel FDR dan
suku bunga
berpengaruh positif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito,
variabel ROA dan
BOPO berpengaruh
negatif terhadap
tingkat bagi hasil
deposito dan variabel
NPF tidak
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito. Sedangkan
dalam jangka panjang,
variabel suku bunga
berpengaruh positif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito,
variabel FDR dan
BOPO berpengaruh
- Variabel
FDR, NPF,
BOPO,
Suku
Bunga dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
-
- Variabel
ROA
- Metode
yang
digunakan
untuk
analisis
data yaitu
dengan
mengguna
kan Auto-
Regressive
Distributed
Lag
(ARDL)
untuk
mengetahu
i
keterkaitan
variabel
dalam
jangka
pendek
dan
45
negatif terhadap
tingkat bagi hasil
deposito dan variabel
ROA dan NPF tidak
berpengaruh. terhadap
tingkat bagi hasil
deposito
panjang
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2011-2017
-
15 The
Impact of
ROA,
BOPO and
FDR to
Indonesian
Islamic
Banks
Mudharab
ah Deposit
Profit
Sharing
Laila
Mugi
Harfiah,
Atiek Sri
Purwati
dan
Permata
Ulfah
(2016)
Penelitian ini
menyimpulkan
bahwa variabel
ROA, BOPO dan
FDR memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito, dimana
naik turunnya
tingkat bagi hasil
deposito sebesar
47,9% dapat
dijelaskan oleh
variabel ROA,
BOPO dan FDR.
Sedangkan 52,1%
dijelaskan oleh
variabel lain yang
tidak diteliti
- Variabel
FDR,
BOPO dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Laporan
keuangan
yang
digunakan
laporan
keuangan
triwulan
- Variabel
ROA
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2011-2014
46
16 The Impact of
ROA, BOPO,
FDR, CAR,
NPF on
Mudharabah
Profit Sharing
Rate
Bramandit
a dan
Harun
(2020)
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
secara parsial, variabel
ROA, BOPO, FDR
dan CAR berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
Sedangkan variabel
NPF tidak
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
- Variabel
FDR, NPF,
BOPO dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Variabel
ROA dan
CAR
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2016-2018
- Metode
analisis
data
mengguna
kan uji
OLS
setalah uji
asumsi
klasik.
17 Factors
that
Influence
the Level
of Profit
Sharing
Mudharab
ah in
Purnama
Putra,
Ade
Qutrotul
Labania
h dan
Tjiptoha
di
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
variabel FDR, NPF,
CAR dan DPK
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
- Variabel
FDR, NPF,
Inflasi dan
Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
- Variabel
CAR dan
DPK
- Perbedaan
tahun
penelitian
yaitu
2013-2017
47
Islamic
Banks
Using
Financing
as a
Moderatin
g Variabel
Sawarju
wono
(2020)
mudharabah.
Sedangkan variabel
inflasi berpengaruh
signifikan positif
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah. Selain
itu variabel
pembiayaan sebagai
variabel moderat
mampu memodoresi
variabel NPF, CAR,
DPK dan inflasi
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
- Alat yang
digunakan
dalam
mengolah
data
adalah
smart PLS
2.0
-
Sumber: Data yang sudah diolah, 2021
48
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh antara variabel independen
yang terdiri dari Financing to Deposit Ratio (X1), Non Performing Financing
(X2), Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (X3), Suku Bunga Bank
Indonesia (X4) dan Inflasi (X5) terhadap variabel dependennya yaitu Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Y) sehingga dapat disimpulkan kerangka
pemikiran seperti dibawah ini.
49
Gambar 2.1
Kerangka PemikiranS
50
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis
1. Pengaruh antara Financing to Deposit Ratio terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/11/DPNP/2010
mendefinisikan Financing to Deposit Ratio sebagai rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank syariah dalam memenuhi
kebutuhan jangka pendek yang perhitungannya dilakukan dengan
membandingkan jumlah pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat
dengan jumlah dana pihak ketiga. Financing to Deposit Ratio merupakan
rasio keuangan yang mencerminkan kemampuan likuiditas bank syariah
(Permatasari, 2018). Semakin tinggi rasio likuiditas dari bank syariah
mengindikasikan bank syariah telah menjalankan fungsi sebagai lembaga
intermediary dengan optimal. Semakin baik kualitas pendistribusian dana
yang diberikan ke masyarakat, maka semakin besar pula tingkat
pengembalian yang akan di terima bank syariah (Haruniang & Suprayogi,
2015).
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arfiani dan Mulazid
pada 2017 menunjukkan bahwa variabel Financing to Deposit Ratio
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil mudharabah pada bank
syariah Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sabtatianto dan Yusuf
pada 2018 menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil bank syariah. Semakin tinggi dana yang didistribusikan
ke masyarakat dengan tepat, maka akan membuka peluang yang cukup
51
besar bagi bank syariah untuk menerima pendapatan yang lebih besar.
Meningkatnya jumlah pendapatan bank syariah akan berdampak pada
meningkatnya tingkat bagi hasil atau pengembalian yang akan diterima
nasabah. Namun dengan semakin meningkatnya Financing to Deposit
Ratio pada bank syariah menunjukkan kemampuan likuiditas bank
tersebut menurun dikarenakan dana yang ada dalam bank syariah banyak
dialokasikan untuk pembiayaan, sedangkan Financing to Deposit Ratio
yang rendah menunjukkan kemampuan likuiditas bank syariah tersebut
baik (Somantri & Sukmana, 2019). Untuk itu, bank syariah harus cermat
dalam melakukan analisa pembiayaan terhadap calon debiturnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Financing to Deposit
Ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan likuiditas suatu bank. Berdasarkan penjelasan diatas
Financing to Deposit Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
H0 : Financing to Deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
H1 : Financing to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
52
2. Pengaruh antara Non Performing Financing terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbs/tahun 2007
dijelaskan bahwa Non Performing Financing digunakan oleh bank syariah
untuk mengukur besaran pembiayaan bermasalah yang dihadapi bank
syariah. Semakin tinggi rasio Non Performing Financing, menunjukkan
kualitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah semakin buruk.
Non Performing Financing merupakan pembiayaan yang mengalami
kesulitan pelunasan disebabkan oleh faktor kesengajaan maupun suatu
kejadian yang terjadi diluar ekspektasi nasabah (Arfiani & Mulazid,
2017).
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arfiani dan Mulazid
pada 2017 menunjukkan bahwa variabel NPF secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil mudharabah pada bank syariah.
Semakin tinggi rasio Non Performing Financing akan menyebabkan
pendapatan yang diterima bank syariah menurun yang mengakibatkan
pengembalian yang akan diterima deposan menurun. Sebaliknya, semakin
rendah rasio Non Performing Financing akan menyebabkan pendapatan
yang diterima bank syariah meningkat yang mengakibatkan pengembalian
yang akan diterima deposan meningkat. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Nofianti, et al pada 2015, menunjukkan bahwa variabel Non
Performing Financing tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi
hasil bank syariah.
53
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Non Performing
Financing merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
tingkat pembiayaan bermasalah pada suatu bank. Berdasarkan penjelasan
diatas Non Performing Financing memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
H0 : Non Performing Financing tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
H1 : Non Performing Financing berpengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
3. Pengaruh antara Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Rasio BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank syariah dalam mengendalikan pendapatan operasional
dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan secara tepat. Rasio
BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memakimalkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien
(Umuri et al., 2018). Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Permatasari pada 2018 menunjukkan bahwa variabel BOPO berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Beban Operasional
dan Pendapatan Operasional merupakan rasio keuangan yang digunakan
54
untuk mengukur tingkat efisiensi pada suatu bank. Berdasarkan
penjelasan diatas Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H0 : Beban Operasional dan Pendapatan Operasional tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
H1 : Beban Operasional dan Pendapatan Operasional berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
4. Pengaruh antara Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Menurut Kamus Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan. BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter
yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di
pasar uang guna mencapai sasaran profesional moneter (BI.go.id, 2016).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Halimatussa’idah dan Septiarini pada 2019 menunjukkan bahwa variabel
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari
pada 2018 menunjukkan bahwa variabel suku bunga tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
55
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga Bank
Indonesia merupakan faktor eksternal bank yang digunakan sebagai
acuan suku bunga bank. Berdasarkan penjelasan diatas suku bunga Bank
Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah
H0 : Suku Bunga Bank Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
H1 : Suku Bunga Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
5. Pengaruh antara Inflasi terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Inflasi merupakan keadaan perekonomian yang ditandai dengan
meningkatnya harga barang dan jasa secara keseluruhan dan memberi
dampak pada menurunnya daya beli masyarakat dan menurunnya tingkat
investasi masyarakat (Halimatussa’idah & Septiarini, 2019). Terjadinya
kenaikan angka inflasi akan memaksa Bank Indonesia untuk menekan laju
inflasi. Untuk menekan laju inflasi, kebijakan yang dapat diambil oleh Bank
Indonesia adalah dengan menaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia.
Apabila tingkat suku bunga Bank Indonesia naik, maka tingkat suku bunga
pada bank konvensional meningkat pula. Hal ini menjadikan masyarakat
yang memiliki kelebihan dana untuk menginvestasikan dana tersebut ke
56
bank konvensional dan memungkinkan nasabah bank syariah beralih ke
bank konvensional. Untuk tetap mempertahankan nasabah yang dimiliki,
bank syariah dapat mengambil langkah untuk menaikkan pula tingkat bagi
hasil bank syariah. Jadi dapat disimpulkan untuk mempertahankan
nasabah yang dimiliki bank syariah, tingkat bagi hasil yang akan diberikan
nasabah dapat menyesuaikan dengan inflasi yang terjadi di suatu negara.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Halimatussa’idah dan Septiarini pada 2019 menunjukkan bahwa variabel
inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito bank syariah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arfiani
dan Mulazid pada 2017 menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah.
H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
H1 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2011) mendefinisikan populasi sebagai sebuah wilayah
general yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik
tertentu dengan ketentuan yang telah ditetapkan peneliti untuk di pelajari dan
diteliti hingga menghasilkan sebuah kesimpulan. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar secara
resmi di Otoritas Jasa Keuangan dan beroperasi pada periode Maret 2018 -
Desember 2020.
2. Sampel
Syahrum dan Salim (2014) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari
populasi yang memiliki krieria tertentu yang dapat mewakili populasi
tersebut. Sugiyono (2011) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari objek
atau subjek dengan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi. Sebuah
sampel merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang akan diteliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dalam sebuah
penelitian adalah bagian dari sebuah populasi yang digunakan sebagai objek
penelitian yang dipilih dengan ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel
adalah teknik purposive sampling atau pengambilan sampel dengan kriteria
58
tertentu.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Nama Bank
Kriteria
Keterangan
1 2 3 4
1 BRI Syariah Tidak Memenuhi
2 BNI Syariah Tidak Memenuhi
3 Bank Aceh Syariah Tidak Memenuhi
4 Bank Syariah Mandiri Tidak Memenuhi
5 Bank Muamalat Indonesia Memenuhi
6 Bank Mega Syariah Memenuhi
7 Bank Panin Dubai Syariah Memenuhi
8 BPD NTB Syariah Tidak Memenuhi
9 Maybank Syariah Tidak Memenuhi
10 Bank Syariah Bukopin Memenuhi
11 Bank Victoria Syariah Memenuhi
12 Bank Jabar Banten Syariah Tidak Memenuhi
13 BCA Syariah Memenuhi
14 BTPN Syariah Memenuhi
59
Keterangan Kriteria :
1. BUS yang terdaftar di OJK dan aktif beroperasi pada periode 2018 -
2020.
2. Telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan triwulan
secara lengkap (Neraca, Laporan Laba Rugi dan Distribusi Bagi Hasil) pada
periode 2018 - 2020.
3. Berstatus kepemilikan swasta nasional.
4. Memiliki kelengkapan data terkait variabel dependen dan independen.
Jumlah sampel yang akan di observasi dalam penelitian sebanyak 84
sampel, terdiri dari 7 BUS dengan masing - masing 12 Laporan Keuangan
Triwulan. Berikut in daftar Bank Umum Syariah yang telah memenuhi
kriteria.
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Nama Bank Kode
1 BCA Syariah BCAS
2 BTPN Syariah BTPS
3 Bank Victoria Syariah BVS
4 Bank Syariah Bukopin BSB
60
5 Bank Panin Dubai Syariah BPDS
6 Bank Muamalat Indonesia BMI
7 Bank Mega Syariah BMS
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi penelitian tersebut dilakukan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti. Adapun
tempat pelaksanaan penelitian ini adalah melalui website resmi Otoritas Jasa
Keuangan dan website resmi dari masing-masing Bank Umum Syariah yang
memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan, satu
bulan pengumpulan data dan dua bulan pengolahan data sejak tanggal
dikeluarkannya izin penelitian.
C. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan triwulan BCA Syariah, BTPN Syariah, Bank
Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Dubai Syariah, Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah periode Maret 2018 - Desember
2020. Data penelitian ini diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Bank Indonesia (BI) serta situs resmi masing-masing Bank Umum
61
Syariah. Adapun data yang akan digunakan berkaitan dengan rasio keuangan
Bank Umum Syariah, tingkat bagi hasil deposito mudharabah, suku bunga dan
tingkat inflasi.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang akan di observasi dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan jenis pengumpulan data sebagai berikut.
1. Kepustakaan Otoritas Jasa Keuangan
Data yang diambil dari kepustakaan OJK adalah data yang berkaitan
dengan laporan keuangan Bank Umum Syariah periode Maret 2018 -
Desember 2020.
2. Kepustakaan Bank Indonesia
Data yang diambil dari kepustakaan Bank Indonesia adalah data yang
berkaitan dengan penetapan suku bunga Bank Indonesia dan inflasi periode
Maret 2018 - Desember 2020.
3. Riset Kepustakaan
Pengumpulan data melalui studi kepustakaan dilakukan dengan cara
mengumpulkan informasi berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari
beberapa buku, literatur, artikel, surat kabar serta situs resmi masing-masing
Bank Umum Syariah yang berhubungan dengan rasio keuangan bank syariah
62
yang akan diteliti.
4. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan dengan cara
mengumpukan informasi yang berkaitan dengan penelitian dari beberapa
catatan, notulen rapat, surat kabar dan lainnya. Teknik ini digunakan untuk
mengambil data terkait penelitian berupa sejarah, profil serta struktur
organisasi perusahaan.
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Umum
Syariah menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
menggunakan data berbentuk angka dan metode analisis regresi data panel
dengan menggunakan software eviews versi 9 dan Microsoft Excel 2016. Berikut
ini adalah persamaan model regresi data panel yang digunakan dalam penelitian.
Y it = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + eit
Keterangan:
Y = equivalent rate deposito pada
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = koefisien variabel
X1 = rasio FDR
X2 = rasio NPF
X3 = rasio BOPO
63
X4 = Suku Bunga BI
X5 = Inflasi
e = error
1. Estimasi Model Persamaan Regresi Data Panel
Persamaan regresi data panel merupakan gabungan dari dua data, yaitu time
series dan cross section yang digunakan dalam sebuah penelitian (Amaliah et al.,
2020). Dalam persamaan model ini terdapat tiga model yang dapat digunakan
dalam mengestimasi persamaan regresi data panel, yaitu:
a. Common Effect Model
Model ini merupakan sebuah model dengan asumsi bahwa intercept
dan slope adalah tetap (Sriyana, 2014:108). Perbedaan pada intercept dan
slope dapat dijelaskan oleh variabel pengganggu (error). Persamaan pada
model ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai
parameter (Amaliah et al., 2020).
b. Fixed Effect Model
Model ini merupakan sebuah model dengan asumsi bahwa intercept tidak
tetap dan slope bernilai tetap. Persamaan ini menambahkan variabel dummy pada
parameter sehingga metode ini sering kali disebut sebagai Least Dummy Variabel
Model (Amaliah et al., 2020).
c. Random Effect Model
Model ini merupakan sebuah model dengan asumsi bahwa
64
perbedaan intercept dan slope melalui transmisi error. Untuk itu
parameter yang tepat digunakan dalam model ini adalah dengan metode
Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasi adanya potensi
gangguan antar variabel dalam persamaan tersebut (Amaliah et al., 2020).
2. Pemilihan Estimasi Model Persamaan Regresi Data Panel
Untuk mendapatkan model yang sesuai dengan data penelitian, terdapat
beberapa uji yang perlu dilakukan, seperti:
a. Uji Chow
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat dari
kedua model yaitu, common effect model dengan fixed effect model
(Arfiani & Mulazid, 2017). Pengujian ini dapat dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0 = Common Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Apabila nilai kemungkinan > 0,05, maka H0 diterima yang berarti
bahwa model regresi data panel yang tepat adalah common effect model.
Namun sebaliknya apabila nilai kemungkinan < 0,05, maka H1 diterima
yang berarti bahwa model regresi data panel yang tepat adalah fixed
effect model. Tetapi apabila H0 ditolak, maka harus dilakukan pengujian
kembali terhadap fixed effect model dan random effect model melalui uji
65
hausman.
b. Uji Hausman
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat dari
kedua model yaitu fixed effect model dan random effect model (Arfiani
& Mulazid, 2017). Pengujian ini dapat dilakukan dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Apabila nilai probabilitas pada equation random effect < 0,05,
maka H1 diterima yang berarti model regresi data panel yang tepat
adalah fixed effect model. Namun sebaliknya, apabila nilai probabilitas
pada equation random effect > 0,05, maka H0 diterima yang berarti
model regresi data panel yang tepat adalah random effect model
(Amaliah et al., 2020).
c. Uji Langrange Multiplier
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat dari
kedua model, yakni common effect model dan random effect model.
Pengujian ini dapat dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = Random Effect Model
H1 = Command Effect Model
Apabila nilai probabilitas cross section - BP < 0,05, maka H0
66
diterima yang berarti model regresi data panel yang tepat adalah random
effect model. Namun sebaliknya, apabila nilai probabilitas cross section -
BP > 0,05, maka H1 diterima yang berarti model regresi data panel yang
tepat adalah common effect model (Amaliah et al., 2020).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data yang
digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam
sebuah penelitian data yang diperlukan adalah data yang berdistribusi
normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dapat dilakukan
melalui Uji Jarque-Bera (JB). Uji JB dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai JB dengan nilai pada tabel Chi-square. Apabila
setelah penghitungan, nilai JB > nilai Chi-square tabel, maka data tidak
berdistribusi normal. Namun apabila setelah penghitungan, nilai JB <
nilai Chi-square tabel, maka data berdistribusi normal (Ghozali &
Ratmono, 2017).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menganalisis adanya korelasi
antar variabel independen yang akan diteliti. Apabila terdapat korelasi
67
yang tinggi atau sempurna antar variabel independen maka koefisien
regresi tidak dapat ditentukan. Terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel bebas, salah
satunya dengan melihat nilai koefisien korelasi. Apabila nilai koefisien
korelasi antar variabel bebas melebihi 0,80, maka dapat disimpulkan
bahwa antar variabel terdapat multikoliniearitas (Ghozali & Ratmono,
2017).
Adapun cara lain untuk mendeteksi adanya kolerasi antar variabel
independen adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Faktor (VIF). Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai
VIF nya kurang dari 10, maka dapat disimpulkan data tersebut tidak ada
masalah multikolinearitas. Sedangkan apabila nilai tolerance kurang dari
0,1 dan nilai VIF nya lebih dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut terdapat masalah multikolinearitas (Ghozali & Ratmono, 2017).
4. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk menganalisis secara individual pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) apakah memiliki
pengaruh yang signifikan atau tidak. Analisa ini dilakukan dengan cara
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel dengan tingkat probabilitas
5%. Jika nilai sig < 0,5 atau thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
68
dependen (Ghozali & Ratmono, 2017).
Dalam penelitian ini Uji T dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh tiap variabel independen yakni Financing Deposit Ratio,
Non Performing Financing, Beban Operasional dan Pendapatan
Operasional, BI Rate dan Inflasi terhadap variabel dependennya yaitu
Tingkat Bagi Hasil Deposito pada Bank Umum Syariah
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menganalisis secara bersama-sama pengaruh
variabel independen terhadap (X) terhadap variabel dependen (Y)
apakah memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak. Analisa ini
dilakukan dengan cara membandingkan nilai fhitung dengan ftabel dengan
tingkat probabilitas 5%. Apabila nilai sig < 0,05 atau fhitung > ftabel, maka
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali & Ratmono, 2017).
Dalam penelitian ini Uji F dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya yaitu tingkat bagi hasil deposito pada Bank Umum Syariah
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menganalisis seberapa
besar persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen dalam persamaan regresi yang dihasilkan.
69
Berikut adalah rumus yang digunakan dalam mengukur koefisien
determinasi.
Kd = R2 x 100%
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
R2
= Koefisien korelasi
Jika nilai koefisien determinasi mendekati 0, maka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen lemah. Sedangkan apabila nilai
koefisien determinasi mendekati 1, maka pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen kuat (Ghozali & Ratmono, 2017).
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Definisi operasional variabel ditujukan untuk
memberikan informasi mengenai cara pengukuran mengenai variabel yang akan
diobservasi. Berikut adalah variabel yang berkaitan dalam penelitian ini.
1. Variabel Dependen (Y) - Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Tingkat bagi hasil deposito mudharabah merupakan tingkat
pengembalian nasabah yang ditetapkan oleh bank syariah. Penetapan tingkat
bagi hasil harus disepakati antara pihak bank dan nasabah. Data operasional
yang digunakan dalam penelitian ini tercermin dari distribusi bagi hail
deposito mudharabah yang diperoleh dari laporan keuangan triwulan
70
masing-masing Bank Umum Syariah yang diperoleh dari situs resmi bank
tersebut dari periode Maret 2018 - Desember 2020.
2. Variabel Independen (X)
Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan ada lima yaitu
sebagai berikut :
a. Financing Deposit Ratio (X1)
Financing to Deposit Ratio merupakan rasio keuangan yang
digunakan dalam bank syariah untuk mengukur kemampuan bank syariah
dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Perhitungan FDR dilakukan
dengan membandingkan jumlah pembiayaan yang diberikan kepada
masyarakat dengan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK). Berikut rumus
yang digunakan untuk mengukur rasio FDR
FDR =
Jumlah Pembiayaan
x 100% Total DPK
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan triwulan dari situs resmi masing- masing Bank Umum
Syariah (BUS) periode Maret 2018 - Desember 2020.
b. Non Performing Financing (X2)
Non Performing Financing merupakan salah satu rasio yang
digunakan dalam mengukur besaran pembiayaan bermasalah yang
dihadapi bank syariah. NPF dapat dihitung dengan membandingkan total
71
NPF dengan total pembiayaan yang disalurkan bank syariah. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat pembiayaan
bermasalah bank syariah.
NPF = Pembiayaan Bermasalah
x 100% Total Pembiayaan
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan triwulan dari situs resmi masing- masing Bank Umum
Syariah (BUS) periode Maret 2018 - Desember 2020.
c. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (X3)
Beban Operasional dan Pendapatan Operasional merupakan salah
satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dari kinerja suatu bank. Perhitungan Beban Operasional dan Pendapatan
Operasional dapat dilakukan dengan membandingkan beban operasional
dengan pendapatan operasional bank syariah. Rumus yang digunakan
untuk mengukur efisiensi BOPO berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.13/24/DPNP/tahun 2011 adalah sebagai berikut.
BOPO =
Beban Operasional
x 100% Pendapatan Operasional
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan triwulan dari situs resmi masing- masing Bank Umum
Syariah (BUS) periode Maret 2018 - Desember 2020.
d. Suku Bunga Bank Indonesia (X4)
Menurut Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
72
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh
Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan.
BI Rate menjadi acuan bank konvensional untuk menetapkan suku
bunganya (BI.go.id, 2016).
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
situs resmi Bank Indonesia periode Maret 2018 - Desember 2020.
e. Inflasi (X5)
Bank Indonesia mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga yang
terjadi secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Apabila terjadi kenaikan harga barang pada satu atau dua produk tidak
dapat disebut dengan inflasi (BI.go.id, 2020). Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia
dan Badan Pusat Statistik periode Maret 2018 - Desember 2020.
73
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat BCA Syariah
Berdasarkan Akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009, PT Bank Utama
International Bank diambil alih oleh PT Bank Central Asia (Persero) Tbk
yang kemudian berganti nama menjadi PT. Bank Central Asia Syariah
sehubungan dengan perubahan prinsip dan sistem operasional yang
diterapkan. PT BCA Syariah merupakan salah satu bank umum syariah yang
secara resmi beroperasi sesuai dengan prinsip dan syariat Islam pada 5 April
2010, sesuai dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Gubernur Bank
Indonesia No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tertanggal 2 Maret 2010. Hadirnya
PT BCA Syariah diharapkan mampu menjadi bank yang unggul di industri
perbankan syariah Indonesia dalam memberikan pelayanan yang maksimal
pada nasabah. Komitmen penuh ini diimplementasikan melalui ketersediaan
berbagai layanan yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah, seperti tarik tunai
dan setoran yang dapat dilakukan di seluruh ATM dan mesin EDC milik
BCA tanpa dikenakan biaya. Hingga saat ini tercatat BCA Syariah sudah
memiliki jaringan kantor yang cukup luas terdiri dari 15 unit Kantor Cabang,
13 unit Kantor Cabang Pembantu dan 1 unit Kantor Kas yang tersebar di
seluruh Indonesia.
74
2. Sejarah Singkat BTPN Syariah
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (Persero) Tbk
merupakan anak perusahaan dari BTPN yang secara resmi beroperasi pada
14 Juli 2014 sesuai dengan keputusan Otoritas Jasa Keuangan tertanggal 22
Mei 2014. BTPN Syariah merupakan hasil dari kolaborassi dua perusahaan
yakni PT Bank Sahabat Purbadanarta dan Unit Usaha Syariah BTPN.
Kemudian pada 20 Januari 2014, BTPN mengakuisisi 70% saham PT Bank
Sahabat Purbadanarta. Setelah mengakuisisi saham yang dimiliki oleh PT
Bank Sahabat Purbadanarta, BTPN mengkonversi bank tersebut menjadi PT
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (Persero) Tbk dan mengubah
statusnya menjadi perseroan terbuka pada tanggal 8 Mei 2018. Hingga kini,
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Persero) Tbk telah memiliki 24 unit
Kantor Cabang dan 2 unit Kantor Cabang Pembantu yang tersebar di seluruh
Indonesia.
3. Sejarah Singkat Bank Victoria Syariah
Sesuai dengan Akta Pendirian No. 9 tanggal 15 April 1966, PT Bank
Victoria Syariah pertama kali didirikan dengan nama PT Bank Swaguna.
Kemudian pada 6 Agustus 2009, Bank Swaguna diubah namanya menjadi
Bank Vistoria Syariah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia no. 12.8.KEP.GBI.DpG.2010 tanggal 10 Februari 2010, Bank
Victoria Syariah resmi mengubah prinsip dan sistem operasionalnya dari
bank konevensional menjadi bank syariah. Bank Victoria Syariah resmi
beroperasi dengan prinsip dan syariat Islam pada 1 April 2010. Perubahan ini
75
mendapat dukungan penuh dari PT Bank Victoria International, Tbk sebagai
induk perusahaan dari Bank Victoria. Berdasarkan statistik Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Tercatat Bank Victoria Syariah telah memiliki 7 unit
Kantor Cabang dan 2 unit Kantor Cabang Pembantu yang tersebar di wilayah
Indonesia.
4. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin merupakan bank hasil akuisisi dari PT Bank
Swansarindo International yang kemudian berganti nama menjadi PT Bank
Persyarikatan Indonesia. Perubahan nama terebut dilakukan sesuai dengan
surat persetujuan Bank Indonesia No. 5/4/KEP.DGS/2003 tertanggal 24
Januari 2003. Proses akuisisi yang dilakukan oleh PT Bank Bukopin
dilakukan secara bertahap mulai tahun 2005 sampai 2008. Kemudian pada 27
Oktober 2008 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
no.10/69/KEP.GBI/DpG/2008, PT Bank Persyarikatan Indonesia
memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya sesuai dengan prinsip dan syariat Islam dan mengubah
namanya menjadi PT Bank Syariah Bukopin. PT Bank Syariah Bukopin
resmi beroperasi sebagai bank syariah pada 9 Desember 2008. Berdasarkan
statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga saat ini PT Bank Syariah
Bukopin telah memiliki 12 unit Kantor Cabang, 7 unit Kantor Cabang
Pembantu dan 4 unit Kantor Kas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
76
5. Sejarah Singkat Bank Panin Dubai Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah (Persero) Tbk merupakan salah satu bank
umum yang secara resmi beroperasi sesuai dengan prinsip dan syariat Islam
pada tanggal 2 Desember 2009 sesuai dengan surat keputusan yang
dikeluarkan oleh Gubernur Bank Indonesia No. 11/52/KEP.GBI/DpG/2009
tertanggal 6 Oktober 2009. Sejak awal, PT Bank Panin Dubai Syariah
(Persero) Tbk pernah beberapa kali mengalami penggantian nama. PT Bank
Panin Dubai Syariah (Persero) Tbk didirikan pertama kali di Malang dengan
nama PT Bank Pasar Bersaudara Djaja pada 8 Januari 1972. Kemudian pada
8 Januari 1990, PT. Bank Pasar Bersaudara Djaja mengganti namanya
menjadi PT Bank Bersaudara Jaya. Untuk ketiga kalinya bank ini mengganti
namanya kembali menjadi PT Bank Harfa pada tanggal 27 Maret 1997.
Kemudian pada tanggal 3 Agustus 2009, sehubungan dengan mulai
diterapkannya prinsip dan syariat Islam, PT Bank Harfa mengganti namanya
kembali menjadi PT Bank Panin Syariah. Kemudian pada tanggal 1 Mei
2016, PT Bank Panin Syariah kembali berganti nama kembali menjadi PT
Bank Panin Dubai Syariah (Persero) Tbk sesuai dengan perubahan status dari
perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka dan nama tersebut masih
digunakan sampai sekarang. PT Bank Panin Dubai Syariah (Persero) Tbk
secara resmi mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan menjadi
bank devisa pada tanggal 8 Desember 2015. Hingga saat ini PT Bank Panin
Dubai Syariah (Persero) Tbk memiliki 11 unit Kantor Cabang dan 1 unit
77
Kantor Cabang Pembantu yang tersebar di seluruh Indonesia.
6. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Muamalat Indonesia secara resmi didirikan pada tanggal 1
November 1991 dan secara resmi beroperasi sebagai bank syariah pertama di
Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992 DENGAN MODAL AWAL SEBESAR
Rp.106.126.382.000,-. Bank Muamalat Indonesia lahir dari hasil prakarsa
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) dan pengusaha muslim Indonesia yang ingin menerapkan sistem bagi
hasil dalam perkreditan. Bank Muamalat Indonesia menjadi bank syariah
pertama di Indonesia dan menjadi pelopor berdirinya bank syariah. Pada
tahun 1994, secara resmi Bank Muamalat Indonesia mendapatkan status bank
devisa negara. Setelah sebelumnya terdaftar sebagai perusahaan publik yang
tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Muamalat Indonesia
kemudian melakukan penawaran umum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) sebanyak 5 kali di tahun 2003 dan menjadi bank syariah pertama
yang mengeluarkan sukuk. Bank Muamalat Indonesia terus mengembangkan
produk-produknya, seperti mengeluarkan produk asuransi syariah, dana
pensiun serta multifinance syariah. Tercatat hingga Desember 2020, Bank
Mualamat Indonesia telah memiliki 80 unit Kantor Cabang, 145 unit Kantor
Cabang Pembantu dan 50 unit Kantor Kas yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
7. Sejarah Singkat Bank Mega Syariah
78
Bank Mega Syariah didirikan pertama kali pada tanggal 14 Juli 1990
dengan nama PT Bank Umum Tugu, yang kemudian pada tahun 2001 secara
resmi diakuisisi oleh PT Mega Corporate. Pada tanggal 27 Juli 2004,
melakukan perubahan kegiatan usaha dari bank umum konvensional menjadi
bank umum syariah dan berganti nama menjadi PT Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI), sekaligus mengubah logo perusahaan untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat sebagai bank syariah yang amanah. PT Bank
Syariah Mega Indonesia secara resmi beroperasi pada 25 Agustus 2004 dan
memperoleh izin sebagai bank devisa pada 16 Oktober 2008. Dengan status
ini dapat memperkokoh PT Bank Syariah Mega Indonesia dalam transaksi
devisa dan perdagangan Internasional. Kemudian di tahun 2009, Bank Mega
Syariah secara resmi memperoleh izin dari Kementerian Agama untuk
menerima setoran biaya penyelenggara ibadah haji (BPS BPIH). Berdasarkan
statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Mega Syariah telah memiliki
27 unit Kantor Cabang, 33 unit Kantor Cabang Pembantu dan 5 unit Kantor
Kas yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Deskriptif Variabel Penelitian
79
FDR NPF BOPO
Suku
Bunga
Inflasi
Tingkat
Bagi Hail
Mean 91,44 3,59 91,18 5,00 2,70 4,92
Maximum 196,73 11,28 100,20 6,00 3,40 8,08
Minimum 63,94 0,35 54,85 3,75 1,42 2,82
Observation 84 84 84 84 84 84
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
variabel FDR Bank Umum Syariah periode 2018 - 2020 sebesar 91,44%.
Nilai tertinggi variabel FDR Bank Umum Syariah periode 2018 - 2020
terdapat di Bank Syariah Bukopin pada Triwulan IV tahun 2020 sebesar
196,73%. Nilai terendah variabel FDR Bank Umum Syariah periode 2018 -
2020 terjadi di Bank Mega Syariah pada Triwulan IV tahun 2020 sebesar
63,94%.
Nilai rata-rata variabel NPF Bank Umum Syariah periode 2018 - 2020
sebesar 3,59%. Nilai tertinggi variabel NPF Bank Umum Syariah periode
2018 - 2020 terjadi di Bank Panin Dubai Syariah pada Triwulan I tahun 2018
sebesar 11,28%. Nilai terendah variabel NPF Bank Umum Syariah periode
2018 - 2020 terjadi di Bank BCA Syariah pada Triwulan IV 2018 sebesar
0,35%.
Nilai rata-rata variabel BOPO Bank Umum Syariah periode 2018 - 2020
sebesar 91,18%. Nilai tertinggi variabel BOPO Bank Umum Syariah periode
80
2018 - 2020 terjadi di Bank Panin Dubai Syariah pada Triwulan III tahun
2020 sebesar 100,20%. Nilai terendah variabel BOPO Bank Umum Syariah
periode 2018 - 2020 terjadi di Bank BTPN Syariah pada Triwulan I 2020
sebesar 54,85%.
Nilai rata-rata variabel suku bunga Bank Indonesia sebesar 5%. Nilai
tertinggi variabel Suku Bunga Bank Indonesia sebesar 6% yang terjadi pada
Triwulan IV 2018 - Triwulan II 2019. Nilai terendah variabel suku Bunga
bank Indonesia sebesar 3,75% terjadi pada Triwulan IV 2020.
Nilai rata-rata variabel inflasi sebesar 2,7%. Nilai tertinggi variabel
inflasi sebesar 3,4% yang terjadi pada Triwulan I 2018. Nilai terendah
variabel inflasi sebesar 1,42% terjadi pada Triwulan III 2020.
Nilai rata-rata variabel tingkat bagi hasil Bank Umum Syariah periode
2018 - 2020 sebesar 4,92%. Nilai tertinggi variabel Tingkat Bagi Hasil Bank
Umum Syariah periode 2018 - 2020 terjadi di BTPN Syariah pada Triwulan I
tahun 2019 sebesar 8,08%. Nilai terendah variabel Tingkat Bagi Hasil Bank
Umum Syariah periode 2018 - 2020 terjadi di Bank Syariah Bukopin pada
Triwulan IV 2020 sebesar 2,82%.
2. Uji Stasioneritas
Tabel 4.2
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller pada Tingkat Level
Variabel
t-
Statistic
Test Critical Values
Probability Keterangan
1% 5% 10%
81
Level Level Level
Tingkat
Bagi
Hasil
-1,837071 -3,511262 -2,896779 -2,585626 0,3604
Tidak
Stasioner
FDR -3,611303 -3,511262 -2,896779 -2,585626 0,0075 Stasioner
NPF -2,489079 -3,511262 -2,896779 -2,585626 0,1218
Tidak
Stasioner
BOPO -1,671242 -3,511262 -2,896779 -2,585626 0,4420
Tidak
Stasioner
Suku
Bunga
-1,498292 -4,420595 -3,259808 -2,771129 0,4888
Tidak
Stasioner
Inflasi -1,078227 -4,200056 -3,175352 -2,728985 0,6831
Tidak
Stasioner
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai kritis pada 1% level, 5%
level, dan 10% level > nilai t-statistic uji Augmented Dickey Fuller pada
tingkat level. Nilai probability variabel FDR < nilai α, maka H0 diterima Ha
ditolak. Sedangkan nilai probability untuk variabel tingkat bagi hasil, NPF,
BOPO, suku bunga dan inflasi > nilai α, maka H0 ditolak Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan untuk variabel FDR data sudah stasioner, sedangkan untuk
variabel lainnya data belum stasioner. Untuk itu, perlu dilakukan uji
Augmented Dickey Fuller pada tingkat 1st difference, untuk memastikan
semua data yang akan diuji bersifat stasioner.
Tabel 4.3
82
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller pada Tingkat 1st difference
Variabel t-Statistic
Test Critical Values
Probability Keterangan 1%
Level
5%
Level
10%
Level
Tingkat
Bagi
Hasil
-8,873479 -3,51229
-
2,897223
-2,585861 0,3600 Stasioner
FDR -9,111288 -3,51229
-
2,897223
-2,585861 0,0000 Stasioner
NPF -11,75701 -3,51229
-
2,897223
-2,585861 0,0000 Stasioner
BOPO -8,984508 -3,51229
-
2,897223
-2,585861 0,0000 Stasioner
Suku
Bunga
-2,85193 -4,420595
-
3,259808
-2,771129 0,0891
Tidak
Stasioner
Inflasi -3,949083 -4,297073
-
3,212696
-2,747676 0,0160 Stasioner
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai kritis pada 1% level, 5%
level, dan 10% level < nilai t-statistic uji Augmented Dickey Fuller pada
tingkat 1st difference. Nilai probability variabel tingkat bagi hasil, FDR, NPF,
BOPO dan inflasi < nilai α, maka H0 diterima Ha ditolak. Sedangkan nilai
probability untuk variabel suku bunga > nilai α, maka H0 ditolak Ha diterima.
Jadi dapat disimpulkan untuk variabel tingkat bagi hasil, FDR, NPF, BOPO
dan inflasi data sudah stasioner, sedangkan untuk variabel suku bunga data
83
belum stasioner. Untuk itu, perlu dilakukan uji Augmented Dickey Fuller
pada tingkat 2nd
difference, untuk memastikan semua data yang akan diuji
bersifat stasioner.
Tabel 4.4
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller pada Tingkat 2nd
difference
Variabel t-Statistic
Test Critical Values
Probability Keterangan 1%
Level
5%
Level
10%
Level
Tingkat
Bagi
Hasil
-8,283446 -3,515536 -2,898623 -2,586605 0,0000 Stasioner
FDR -8,489627 -3,516676 -2,899115 -2,586866 0,0000 Stasioner
NPF -8,049104 -3,516676 -2,899115 -2,586866 0,0000 Stasioner
BOPO -13,4192 -3,514426 -2,898145 -2,586351 0,0001 Stasioner
Suku
Bunga
-4,489435 -4,420595 -3,259808 -2,771129 0,0091 Stasioner
Inflasi -4,951405 -4,582648 -3,320969 -2,801384 0,0065 Stasioner
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai kritis pada 1% level, 5%
level, dan 10% level < nilai t-statistic uji Augmented Dickey Fuller pada
tingkat 2nd
difference. Nilai probability semua variabel < nilai α, maka H0
diterima Ha ditolak. Jadi, dapat disimpulkan untuk hasil uji Augmented
Dickey Fuller pada tingkat 2nd
difference semua data sudah bersifat stasioner.
3. Pengujian Model Regresi Data Panel
84
Dalam regresi data panel terdapat tiga persamaan yang dapat digunakan,
yaitu common effect model, fixed effect modal dan random effect model.
Untuk menentukan model yang akan digunakan dalam penelitian ini perlu
dilakukan pengujian terhadap model yang akan digunakan. Berikut adalah
tahapan yang akan dilakukan untuk menentukan persamaan model yang tepat
pada penelitian ini.
Estimasi dan Pemilihan Model Persamaan Regresi Data Panel
a. Common Effect Model
Tabel 4.5
Common Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 05/29/21 Time: 21:15
Sample: 2018Q1 2020Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 11.67690 1.069510 10.91799 0.0000
X1 -0.013247 0.004471 -2.963150 0.0040
X2 0.055244 0.046730 1.182206 0.2407
X3 -0.077591 0.008719 -8.899279 0.0000
X4 0.171164 0.132242 1.294321 0.1994
X5 0.176650 0.163861 1.078049 0.2843
R-squared 0.612757 Mean dependent var 4.922381
Adjusted R-squared 0.587934 S.D. dependent var 1.198688
85
S.E. of regression 0.769466 Akaike info criterion 2.382510
Sum squared resid 46.18213 Schwarz criterion 2.556140
Log likelihood -94.06543 Hannan-Quinn criter. 2.452308
F-statistic 24.68476 Durbin-Watson stat 0.301332
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Tabel 4.5 diatas merupakan hasil output dari estimasi common effect
model. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan
pengujian dengan menggunakan estimasi fixed effect model.
b. Fixed Effect Model
Tabel 4.6
Fixed Effect Model
Method: Panel Least Squares
Date: 05/29/21 Time: 21:16
Sample: 2018Q1 2020Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.553380 1.922785 2.888196 0.0051
X1 -0.007650 0.003498 -2.186804 0.0320
X2 -0.016329 0.051767 -0.315439 0.7533
X3 -0.015237 0.019625 -0.776402 0.4401
X4 0.148287 0.086880 1.706803 0.0922
X5 0.286840 0.106675 2.688928 0.0089
Effects Specification
86
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.855033 Mean dependent var 4.922381
Adjusted R-squared 0.832885 S.D. dependent var 1.198688
S.E. of regression 0.490020 Akaike info criterion 1.542823
Sum squared resid 17.28862 Schwarz criterion 1.890083
Log likelihood -52.79858 Hannan-Quinn criter. 1.682419
F-statistic 38.60577 Durbin-Watson stat 0.672738
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
c. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk menentukan model terbaik diantara dua
model, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas dari commom effect
model dan fixed effect model. Untuk menentukan model yang terbaik dalam
uji chow dapat ditentukan dari nilai probability nya. Apabila nilai probability
> nilai α, maka H0 diterima yang berarti bahwa model regresi data panel yang
tepat adalah common effect model. Namun, apabila nilai probability < nilai α,
H1 diterima yang berarti bahwa model regresi data panel yang tepat adalah
fixed effect model.
Tabel 4.7
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
87
Cross-section F 20.054925 (6,72) 0.0000
Cross-section Chi-square 82.533713 6 0.0000
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai
probability cross section chi-square (0,0000) < nilai α (0,05), yang berarti H0
ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan berdasarkan uji chow yang
telah dilakukan bahwa model yang terpilih adalah fixed effect model.
Dikarenakan model yang terpilih adalah fixed effect model, maka perlu
dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji hausman.
d. Random Effect Model
Tabel 4.8
Random Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/29/21 Time: 21:17
Sample: 2018Q1 2020Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.562521 1.582343 4.779319 0.0000
X1 -0.007871 0.003463 -2.272956 0.0258
X2 -0.021605 0.049585 -0.435726 0.6642
X3 -0.036121 0.015790 -2.287589 0.0249
88
X4 0.145821 0.086566 1.684501 0.0961
X5 0.267008 0.106196 2.514297 0.0140
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.772001 0.7128
Idiosyncratic random 0.490020 0.2872
Weighted Statistics
R-squared 0.367346 Mean dependent var 0.887176
Adjusted R-squared 0.326791 S.D. dependent var 0.601194
S.E. of regression 0.493276 Sum squared resid 18.97903
F-statistic 9.058029 Durbin-Watson stat 0.640960
Prob(F-statistic) 0.000001
Unweighted Statistics
R-squared 0.488513 Mean dependent var 4.922381
Sum squared resid 60.99929 Durbin-Watson stat 0.199425
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
e. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk menetukan model terbaik diantara dua
model, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas dari fixed effect
model dan random effect model. Untuk menentukan model yang terbaik
dalam uji hausman dapat ditentukan dari nilai probability nya. Apabila nilai
probability pada output equation random effect > nilai α, maka H0 diterima
yang berarti bahwa model regresi data panel yang tepat adalah random effect
model. Namun, apabila nilai probability pada output equation random effect
89
< nilai α, H1 diterima yang berarti bahwa model regresi data panel yang tepat
adalah fixed effect model.
Tabel 4.9
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 4.039865 5 0.5437
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa nilai
probability cross section random (0,5437) > nilai α (0,05), yang berarti H0
diterima H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan berdasarkan uji hausman yang
telah dilakukan bahwa model yang terpilih adalah random effect model.
Dikarenakan model yang terpilih adalah random effect model, maka perlu
dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji langrange multiplier.
f. Uji Langrange Multiplier
Uji Langrange Multiplier dilakukan untuk menentukan model terbaik
diantara dua model, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas dari
random effect model dan commom effect model. Untuk menentukan
model yang terbaik dalam uji ini dapat ditentukan dari nilai probability
cross section- Breusch Pagan. Apabila nilai probability cross section-
90
Breusch Pagan > nilai α, maka H1 diterima yang berarti bahwa model
regresi data panel yang tepat adalah common effect model. Namun,
apabila nilai probability cross section- Breusch Pagan < nilai α, maka H0
diterima yang berarti bahwa model regresi data panel yang tepat adalah
random effect model.
Tabel 4.10
Hasil Uji Langrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 121.0284 3.947046 124.9754
(0.0000) (0.0470) (0.0000)
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa nilai
probability cross section-Breusch Pagan (0,0000) < nilai α (0,05), yang
berarti H0 diterima H1 dittolak. Jadi dapat disimpulkan berdasarkan uji
langrang multiplier yang telah dilakukan bahwa model yang terpilih adalah
random effect model.
Dari berbagai pengujian yang telah dilakukan untuk pemilihan model
persamaan regresi data panel, model yang terpilih untuk digunakan dalam
penelitian ini adalah random effect model, maka persamaan model regresi
91
yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Yit = 7.562521 - 0.007871it - 0.021605it - 0.036121it + 0.145821it + 0.267008it
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa variabel FDR
memiliki nilai probability sebesar 0.0258 < nilai α (0.05) yang berarti variabel
FDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Nilai koefisien
variabel FDR sebesar 0.007871 memiliki tanda negatif, yang berarti apabila
variabel FDR mengalami penurunan satu poin maka menyebabkan penurunan
sebesar 0.007871.
Pada variabel NPF memiliki nilai probabilty sebesar 0.6642 > nilai α
(0.05) yang berarti variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil. Nilai koefisien variabel NPF sebesar 0.021605 memiliki tanda
negatif, yang berarti apabila variabel NPF mengalami penurunan satu poin
maka menyebabkan penurunan sebesar 0.021605.
Pada variabel BOPO memiliki nilai probabilty sebesar 0.0249 < nilai α
(0.05) yang berarti variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil. Nilai koefisien variabel BOPO sebesar 0.036121 memiliki tanda
negatif, yang berarti apabila variabel BOPO mengalami penurunan satu poin
maka menyebabkan penurunan sebesar 0.036121.
Pada variabel Suku Bunga Bank Indonesia memiliki nilai probabilty
92
sebesar 0.0961 > nilai α (0.05) yang berarti variabel Suku Bunga Bank
Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Nilai
koefisien variabel suku bunga Bank Indonesia sebesar 0.145821 memiliki
tanda positif, yang berarti apabila variabel Suku Bunga Bank Indonesia
mengalami peningkatan satu poin maka menyebabkan peningkatan sebesar
0.145821.
Pada variabel Inflasi memiliki nilai probabilty sebesar 0.0140 < nilai α
(0.05) yang berarti variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil. Nilai koefisien variabel inflasi sebesar 0.267008 memiliki tanda
positif, yang berarti apabila variabel Inflasi mengalami peningkatan satu poin
maka menyebabkan peningkatan sebesar 0.267008.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Untuk menentukan apakah data yang digunakan dalam penelitian
berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada nilai probability dalam
tabel uji normalitas. Apabila nilai probability > nilai α = 0.05, maka data
yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Namun, apabila nilai
probability < nilai α = 0.05, maka data yang digunakan dalam penelitian
berdistribusi tidak normal.
93
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: Standardized Residuals
Sample 2018Q1 2020Q4
Observations 84
Mean 1.59e-17
Median 0.041568
Maximum 0.878751
Minimum -1.195086
Std. Dev. 0.456395
Skewness -0.084434
Kurtosis 2.367121
Jarque-Bera 1.501683
Probability 0.471969
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan gambar diatas (gambar 4.1) dapat diketahui bahwa nilai
Jarque-Bera pada uji normalitas data sebesar 1.501683, dengan nilai
probability uji normalitas sebesar 0,471969 > nilai α = 0.05, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji
normalitas yang telah dilakukan, data yang akan digunakan dalam penelitian
telah berdistribusi normal.
b. Uji Multikolonearitas
Uji multikolonearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui adanya korelasi antar variabel independen penelitian. Untuk
mengetahui adanya korelasi dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi
94
pada data penelitian. Apabila nilai koefisien korelasi < 0,80, maka dapat
disimpulkan data yang digunakan dalam penelitian tidak terdapat gejala
multikolonearitas.
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolonearitas
FDR NPF BOPO Suku Bunga Inflasi
FDR 1.000000 0.146755 -0.053193 -0.176652 -0.207330
NPF 0.146755 1.000000 0.569126 -0.110254 -0.007171
BOPO -0.053193 0.569126 1.000000 -0.029810 -0.052045
Suku
Bunga
-0.176652 -0.110254 -0.029810 1.000000 0.590057
Inflasi -0.207330 -0.007171 -0.052045 0.590057 1.000000
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas (tabel 4.11) dapat dilihat bahwa nilai
koefisien antar variabel independen < 0,80. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
multikolonearitas.
5. Uji Hipotesis
a. Uji T
Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
95
secara parsial terhadap variabel dependen, apakah memiliki pengaruh
secara signifikan atau tidak. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel dengan tingkat
probabilitas 5%. Jika nilai sig < 0,5 atau thitung > ttabel, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen (Ghozali & Ratmono, 2017).
Tabel 4.12
Hasil Uji T
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/29/21 Time: 21:17
Sample: 2018Q1 2020Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.562521 1.582343 4.779319 0.0000
FDR -0.007871 0.003463 -2.272956 0.0258
NPF -0.021605 0.049585 -0.435726 0.6642
BOPO -0.036121 0.015790 -2.287589 0.0249
BI Rate 0.145821 0.086566 1.684501 0.0961
Inflasi 0.267008 0.106196 2.514297 0.0140
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
96
1. Pengaruh Financing to Deposit Ratio Secara Parsial terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil pengujian diatas (Tabel 4.12) dapat dilihat bahwa nilai thitung
pada variabel FDR adalah sebesar -2.272956 dengan nilai probabilitas
variabel FDR sebesar 0.0258 < 0,05, yang berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel FDR memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Arfiani dan Mulazid pada 2017 yang menunjukkan variabel FDR
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudhabarah. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya rasio FDR pada
suatu bank mengindikasikan bahwa jumlah pendapatan yang diterima
oleh bank tersebut besar, sehingga jumlah bagi hasil yang akan
diterima oleh deposan semakin besar pula. Namun sebaliknya,
semakin rendah rasio FDR pada suatu bank mengindikasikan jumlah
pendapatan yang diterima oleh bank tersebut kecil, sehingga jumlah
bagi hasil yang diterima oleh deposan semakin kecil pula.
2. Pengaruh Non Performing Financing Secara Parsial terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil pengujian diatas (Tabel 4.12) dapat dilihat bahwa nilai thitung
pada variabel NPF adalah sebesar -0.435726 dengan nilai probabilitas
variabel NPF sebesar 0.6642 > 0,05, yang berarti H0 diterima dan H1
ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel NPF tidak memiliki
97
pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Nofianti et.al pada 2015 yang menunjukkan variabel NPF tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Meningkatnya rasio NPF dinilai tidak mempengaruhi tingkat bagi hasil
deposito mudharabah dikarenakan setiap bank telah mengantisipasi
adanya risiko pembiayaan macet dan bermasalah dengan
mengalokasikan sejumlah dana yang mereka miliki sebagai dana
cadangan untuk risiko tersebut.
3. Pengaruh Beban Operasiondal dan Pendapatan Operasional
Secara Parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil pengujian diatas (Tabel 4.12) dapat dilihat bahwa nilai thitung
pada variabel BOPO adalah sebesar -2.287589 dengan nilai probabilitas
variabel BOPO sebesar 0.0249 < 0,05, yang berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Permatasari pada 2018 yang menunjukkan variabel BOPO berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal tersebut
dikarenakan semakin efektif bank syariah dalam mengelola manajemen
keuangan bank tersebut, maka semakin besar dana yang dapat
digunakan oleh bank syariah untuk pengembalian dana kepada deposan.
4. Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia Secara Parsial terhadap
98
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil pengujian diatas (Tabel 4.12) dapat dilihat bahwa nilai thitung
pada variabel Suku Bunga BI adalah sebesar 1.684501 dengan nilai
probabilitas variabel Suku Bunga BI sebesar 0.961 > 0,05, yang berarti
H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel
Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari pada 2018 yang
menunjukkan bahwa variabel suku bunga Bank Indonesia tidak
memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Tidak berpengaruhn suku bunga Bank Indonesia terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah terjadi dikarenakan bank syariah yang
berprinsip sesuai dengan syariat Islam, tidak menjadikan suku bunga
Bank Indonesia sebagai acuan dalam memberikan pengembalian dana
kepada deposan melainkan menjadikan nisbah sebagai dasar dalam
pembagian bagi hasil kepada deposan.
5. Pengaruh Inflasi Secara Parsial terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Hasil pengujian diatas (Tabel 4.12) dapat dilihat bahwa nilai thitung
pada variabel BOPO adalah sebesar 2.514297 dengan nilai probabilitas
variabel BOPO sebesar 0.0140 < 0,05, yang berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
99
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Halimatussa'idah dan Septiarini pada 2019 yang menunjukkan bahwa
variabel inflasi berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan apabila angka
inflasi yang terjadi cukup tinggi dan berlangsung secara keseluruhan,
maka akan berdampak secara langsung terhadap sektor perbankan dan
sektor perbankan akan menyesuaikan dengan keadaan ekonomi yang
terjadi saat ini.
6. Faktor Dominan yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Dari hasil pengujian data diatas (Tabel 4.12) dapat dilihat bahwa
nilai probabilitas yang mendekati nilai 0 adalah nilai probabilitas dari
variabel inflasi yakni sebesar 0,0140. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil dari pengujian yang telah dilakukan variabel inflasi
menjadi variabel dominan yang mempengaruhi tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada bank syariah di Indonesia. Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan dengan meningkatnya inflasi di masyarakat
akan menyebabkan harga - harga barang yang ada di masyarakat
meningkat, sehingga dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap
produk-produk yang ada. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah
untuk mengatasi laju inflasi adalah dengan meningkatkan tingkat suku
bunga Bank Indonesia. Meningkatnya suku bunga Bank Indonesia
menjadi acuan bagi bank konvensional untuk meningkatkan bunga
100
kreditnya. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat yang memiliki
kelebihan dana cenderung lebih memilih menginvestasikan dana yang
mereka miliki ke bank konvensional dikarenakan bunga yang diberikan
kompetitif. Menurunnya minat masyarakat terhadap produk bank
syariah mengakibatkan sektor investasi menjadi lesu sehingga akan
berdampak pada jumlah pembiayaan dan tingkat bagi hasil yang akan
dibagikan bank syariah kepada deposan (Rianto et al., 2021).
b. Uji F (Simultan)
Uji F dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
memiliki pengaruh signifikan atau tidak. Untuk mengetahui pengaruh
yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
dapat dilakukan dengan membandingkan nilai sig < 0,05 atau fhitung >
ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali &
Ratmono, 2017).
Tabel 4.13
Hasil Uji F
Weighted Statistics
R-squared 0.367346 Mean dependent var 0.887176
Adjusted R-squared 0.326791 S.D. dependent var 0.601194
S.E. of regression 0.493276 Sum squared resid 18.97903
F-statistic 9.058029 Durbin-Watson stat 0.640960
101
Prob(F-statistic) 0.000001
Unweighted Statistics
R-squared 0.488513 Mean dependent var 4.922381
Sum squared resid 60.99929 Durbin-Watson stat 0.199425
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan tabel data diatas (4.13) dapat dilihat bahwa nilai Fhitung
adalah sebesar 9.058029 > 2.39, dan dengan nilai probabilitas sebesar
0.000001 < 0,5, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini secara bersama-sama variabel
independen memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Haruniang dan Suprayogi pada 2015 dan
Permatasari pada 2018 yang mengemukakan bahwa besaran tingkat bagi
hasil bank syariah dapat dipengaruhi oleh faktor internal bank syariah,
seperti FDR, NPF dan BOPO, sedangkan dan faktor eksternal bank
syariah, seperti suku bunga Bank Indonesia dan inflasi.
c. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menganalisis dan
mengatahui besar persentase variasi nilai dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Uji F
102
Weighted Statistics
R-squared 0.367346 Mean dependent var 0.887176
Adjusted R-squared 0.326791 S.D. dependent var 0.601194
S.E. of regression 0.493276 Sum squared resid 18.97903
F-statistic 9.058029 Durbin-Watson stat 0.640960
Prob(F-statistic) 0.000001
Unweighted Statistics
R-squared 0.488513 Mean dependent var 4.922381
Sum squared resid 60.99929 Durbin-Watson stat 0.199425
Sumber : Output Eviews 9, hasil data yang sudah diolah
Berdasarkan tabel data diatas (4.13) dapat dilihat bahwa besarnya
nilai R2 adalah sebesar 0.488513, yang menunjukkan bahwa besar
persentase variasi nilai dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen dalam penelitian ini sebesar 48,85%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini mampu menjelaskan
48,85% variabel dependennya, sedangkan sisanya sebesar 51,15%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
103
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian analisa yang telah dilakukan, maka kesimpulan
yang dapat diambil dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, variabel FDR, BOPO
dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah.
2. Hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, variabel NPF dan suku
bunga Bank Indonesia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
3. Hasil penelitian yang dilakukan secara simultan, variabel FDR, NPF,
BOPO, suku bunga Bank Indonesia dan inflasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
4. Variabel dominan yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito
mudharabah adalah variabel inflasi.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka implikasi
yang dapat bermanfaat untuk masa mendatang, antara lain:
1. Bank Syariah
Bank syariah menjadi salah satu penggerak dalam sektor
perbankan di Indonesia. Untuk memaksimalkan perkembangan bank
syariah di Indonesia, bank syariah perlu memperhatikan faktor internal
104
dan eksternal bank syariah yang dapat mempengaruhi perkembangan
bank syariah. Meningkatnya laju inflasi dinilai menjadi salah satu
faktor eksternal yang mempengaruhi besaran tingkat bagi hasil
deposito mudharabah. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya laju
inflasi salah satunya dapat diatasi dengan meningkatkan suku bunga
Bank Indonesia. Meningkatnya suku bunga Bank Indonesia menjadi
acuan bagi bank konvensional untuk meningkatkan tingkat suku
bunganya. Dengan meningkatnya suku bunga pada bank konvensional
mengakibatkan dana yang ada di masyarakat banyak terserap oleh
bank konvensional. Hal tersebut dapat mengakibatkan sektor investasi
pada bank syariah menjadi lesu dan dapat mempengaruhi besaran
tingkat bagi hasil bank syariah, termasuk pada produk deposito
mudharabah, sehingga bank syariah perlu mempersiapkan strategi
sebagai antisipasi dari risiko tersebut.
2. Nasabah
Dengan adanya penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat
membantu calon nasabah untuk memilih lembaga keuangan yang tepat
untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki. Nasabah perlu
memperhatikan beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai alat
bantu untuk menganalisa lembaga keuangan yang tepat dan produk
investasi yang tepat untuk dijadikan sebagai alat investasi bagi calon
nasabah.
3. Akademisi
105
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
tambahan dalam terkait dengan lembaga keuangan perbankan syariah
dan dapat dijadikan salah satu kepustakaan kampus.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga terdapat beberapa saran untuk
beberapa pihak antara lain:
1. Bagi Investor
Dalam memilih produk investasi dalam bank syariah, disarankan
untuk memperhatikan dan menganalisis faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi besar kecilnya tingkat bagi hasil dalam produk bank
yang diterbitkan bank syariah, terutama pada produk deposito
mudharabah. Hal ini perlu dilakukan agar nasabah dapat mengetahui
besaran tingkat bagi hasil dan estimasi kemungkinan apabila besaran
nisbah bagi hasil mengalami perubahan.
2. Bagi Perusahaan
Dalam menarik minat calon nasabah untuk berinvestasi disarankan
untuk memberikan besaran nisbah bagi hasil yang menarik. Apabila
nisbah yang diberikan kepada nasabah menarik, maka jumlah dapat
meningkat sehingga market share dan jumlah aset bank syariah di
Indonesia dapat meningkat dan bersaing secara kompetitif dengan
bank konvensional.
106
3. Bagi Regulator
Dalam mengambil kebijakan untuk mengurangi laju inflasi ada
baiknya pembuat kebijakan memperhatikan juga dampak yang akan
dirasakan oleh bank syariah dari kebijakan tersebut, agar
perkembangan dalam sektor perbankan syariah dapat semakin luas.
4. Bagi Akademisi
Untuk akademisi dan peneliti yang akan melakukan penelitian
serupa, disarankan untuk memperluas cakupan penelitian apabila topik
yang akan dibahas menyerupai dengan hasil penelitian ini, seperti
rentang waktu penelitian, jumlah variabel yang akan diteliti, serta
jumlah bank syariah yang dijadikan sebagai objek penelitian agar topik
dan hasil penelitian menjadi lebih akurat.
107
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, E. N., Darnah, & Sifriyani. (2020). Regresi Data Panel dengan
Pendekatan Common Effect Model (CEM), Fixed Effect model (FEM) dan
Random Effect Model (REM) (Studi Kasus: Persentase Penduduk Miskin
Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2015-2018). Jurnal
Estimasi, 1(2), 106–115.
Arfiani, L. R., & Mulazid, A. S. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah pada Bank Umum
Syariah Indonesia Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2011-2015. Iqtishadia, 4(1), 1–23.
BI. (2016). Metadata Bank Indonesia. Diunduh pada 24 Oktober 2020, dari
https://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/seki/Documents/8_Suku_Bunga_In
do_DPM SEKI_2016 (Indonesia) new.pdf
BI. (2020). Inflasi. Diunduh pada 25 November 2020, dari
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/Default.aspx
Cahya, B. T., Zakiyyah, R., Rukmini, & Kusuma, A. M. (2020). Analisis Tingkat
Bagi Hasil Mudharabah : di Tinjau dari Rasio ROA, FDR dan BOPO (Studi
pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2014-2018). Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 6(2), 321–329.
Ghozali, I., & Ratmono, D. (2017). Analisis Multivariat dan Ekonometrika (Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan Eviews 10).
Halimatussa’idah, & Septiarini, D. F. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Perbankan
Syariah di Indonesia Periode 2012-2016. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan
Terapan, 6(7), 1348–1364.
Haruniang, L., & Suprayogi, N. (2015). Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Industri Perbankan Syariah
di Indonesia Periode 2011-2014. JESIT, 2(7), 583–597.
K, A. I., & Sunaryo, K. (2012). Analisis Pengaruh ROA, BOPO dan Suku Bunga
terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum
108
Syariah. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 11(1), 29–42.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Rajagrafindo Persada.
Kemu, S. Z., & Ika, S. (2016). Transmisi BI Rate sebagai Instrumen untuk
Mencapai Sasaran Kebijakan Moneter. Kajian Ekonomi Dan Keuangan,
20(3), 261–284.
Mustofa. (2015). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Deposito Perbankan. An-
Nisbah, 02(01), 257–274.
Nurhayati, S., & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia (Edisi 4).
Salemba Empat.
Nurrahman, A. (2019). IFDI: Peringkat Industri Keuangan Syariah Indonesia
Meroket Ke Peringkat Empat. Diunduh pada 15 Agustus 2020, dari
https://knks.go.id/berita/186/ifdi-peringkat-industri-keuangan-syariah-
indonesia-meroket-ke-peringkat-empat?category=1
OJK. (2020). Snapshot Perbankan Syariah Desember 2020. Diunduh pada 7 Juni
2021, dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/-Snapshot-Perbankan-Syariah-Desember-2020.aspx
Permatasari, R. (2018). Pengaruh Kinerja Keuangan, Inflasi dan Suku Bunga
terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, 7(1), 1–16.
Rama, A. (2015). Analisis Deskripstif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia
Tenggara. The Journal of Tauhidinomics, 1(2), 105–123.
Rianto, A., Hendra, K., & Fajri, R. N. (2021). Pengaruh Inflasi, Tingkat SBBI,
FDR dan NPF terhadap Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito (Studi
Empiris pada Perbankan Syariah yang terdaftar di OJK periode 2013-2017).
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 07(01), 519–524.
Sabtatianto, R., & Yusuf, M. (2018). Pengaruh BOPO, CAR, FDR dan ROA
terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. ULTIMA Accounting, 10(2), 169–186.
Somantri, Y. F., & Sukmana, W. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi FDR pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Berkala
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 4(2), 61–71.
109
Sudarsono, H. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Edisi 4).
EKONISIA.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
ALFABETA.
Susilawati. (2019). Analisis Penerapan Perhitungan Bagi Hasil Berdasarkan
Equivalent Rate Terhadap Tabungan Mudharabah pada PT. Bank Mega
Syariah Kantor Cabang Pembantu Pekanbaru. Jurnal Akuntansi Syariah,
3(1), 48–65.
Umuri, K., Yani, E. A., & Triyanto, A. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Studi Empiris pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2012-2016). Jurnal Ekonomi Dan Perbankan
Syariah, 6(1), 63–89.
Utami, T. (2011). Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi. Gema Maritim, 13(1), 8–12.
Yaya, R., Martawireja, A. E., & Abdurahman, A. (2016). Akuntansi Perbankan
Syariah (Edisi 2). Salemba Empat.
Zuhri, A., Maslichah, & Sudaryanti, D. (2020). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, BI Rate dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Saham Syariah
Indonseia (ISSI) PERIODE 2016-2018. E-JRA, 9(9), 1–13.