Agama Semester IV

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya dari dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi lain adalah satu-satunya jalan penyaluran sexs yang disah kan oleh agama.dari sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologis nya yang secara kodrat memang harus disalurkan. Sebagaimana kebutuhan lain nya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis sebenar nya juga harus dipenuhi. Agama islam juga telah menetapkan bahwa stu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan pernikahn, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan sex namun lebih dari

description

nn

Transcript of Agama Semester IV

Page 1: Agama Semester IV

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya dari

dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di

sisi lain adalah satu-satunya jalan penyaluran sexs yang disah kan oleh agama.dari

sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang

bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama,

namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologis nya yang secara

kodrat memang harus disalurkan.

Sebagaimana kebutuhan lain nya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis

sebenar nya juga harus dipenuhi. Agama islam juga telah menetapkan bahwa stu-

satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan

pernikahn, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih

mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an

telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam

hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya

sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan sex namun lebih dari itu pernikahan

juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat

membangun surge dunia di dalam nya. Smua hal itu akan terjadi apabila pernikahan

tersebut benar-benar di jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah

ditetapkan islam.

Page 2: Agama Semester IV

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit

tentang:

1.      Definisi pernikahan

2.      Hikmah/manfaat pernikahan

3.      Tujuan Pernikah dalam islam

4.      Hukum nikah

5.      Bagaimana bimbingan memilih jodoh menurut islam

C.    Tujuan Pembahasan

1.      Untuk mengetahui makna dari pernikahan itu

2.      Untuk memahami hikmah, hukum-hukum, dan tujuan pernikahan

3.      Agar bisa memilih pasangan hidup dengan tepat menurut pandangan islam

Page 3: Agama Semester IV

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pernikahan

Perkahwinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur.

Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang menghalalkan

persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang

menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam. Perkataan zawaj

digunakan di dalam al-Quran bermaksud pasangan dalam penggunaannya perkataan

ini bermaksud perkahwinan Allah s.w.t. menjadikan manusia itu berpasang-pasangan,

menghalalkan perkahwinan dan mengharamkan zina.

Adapun nikah menurut syari’at nikah juga berarti akad. Sedangkan pengertian

hubungan badan itu hanya metafora saja.

Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua

sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak

dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau

masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat

bagi sekalian alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari

mulai bagaimana mencari kriteria calon calon pendamping hidup, hingga bagaimana

memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya.

Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan

yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan yang

sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Melalui makalah yang singkat ini

insyaallah kami akan membahas perkawinan menurut hukum islam.

Pernikahan adalah sunnah karuniah yang apabila dilaksanakan akan mendapat

pahala tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan

karna tidak mengikuti sunnah rosul.

Page 4: Agama Semester IV

Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda

yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau

akad.

Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga yang

sakinah mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang solihah.

Keturunan inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah

karena keturunan merupakan generasi bagi orang tuanya.

B.     Hikmah Pernikahan

Allah SWT berfirman :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir.”(Ar-ruum,21)

Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia didunia ini

berlanjut, darigenerasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui

hubungan suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan.

Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan

berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan

penghormatan muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas didalam rumah

tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan suasana yang

menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk

kepentingan dunia dan akhirat.

Page 5: Agama Semester IV

Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :

a)      Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan

berketurunan.

b)      Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu

mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.

c)      Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan

bencrengkramah dengan pacarannya.

d)     Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan

yang diciptakan.

C.    Tujuan Pernikahan dalam Islam

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi

kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan

cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan

berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang

telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur

Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah

untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah

menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang

perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara

pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan

untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan

lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka

hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”.

Page 6: Agama Semester IV

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

 Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq

(perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah,

sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :

 “Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu

mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali

kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka

tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk

menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.

Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang

dhalim.”

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari’at Allah. Dan

dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-

batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di

atas :

“Artinya : “Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua),

maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang

lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi

keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya

berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum

Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui “ .

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan

syari’at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga

berdasarkan syari’at Islam adalah wajib.

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan

berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah

salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-

Page 7: Agama Semester IV

amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah

(sedekah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !.

Mendengar sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : “Wahai

Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan

mendapat pahala ?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab : “Bagaimana

menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah

mereka berdosa .? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi : “Begitu

pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan

memperoleh pahala !” .

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan

bani Adam, Allah berfirman :

“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri

dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang

bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”.

Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh

anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu

mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih

tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar.

D. Hukum Pernikahan

a. Hukum Asal Nikah adalah Mubah

Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah mubah artinya boleh

dikerjakan boleh ditinggalkan. Dikerjakan tidak ada pahalanya dan ditinggalkan tidak

berdosa. Meskipun demikian, ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukan

pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib, makruh atau haram.

b. Nikah yang Hukumnya Sunnah

Page 8: Agama Semester IV

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah itu sunnah.

Alasannya yang mereka kemukakan bahwa perintah nikah dalam berbagai Al Qur’an

dan hadist yang hanya merupakan anjuran walaupun banyak kata-kata amar

dalam ayat dan hadist tersebut. Akan tetapi bukanlah amar yang berarti wajib sebab

tidak semua amar harus wajib, kadangkala menunjukkan sunnah bahkan suatu ketika

hanya mubah. Adapun nikah hukumnya sunnah bagi orang yang sudah mampu

memberi nafkahdan berkendak untuk nikah.

c. Nikah yang Hukumnya Wajib.

Nikah menjadi wajib menurut pendapat sebagian ulama dengan alasan bahwa

diberbagai ayat dan hadits sebagaimana tersebut diatas disebutkan wajib. Terutama

berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majah seperti dalam sabda Rasululullah SAW, “

barang siapa yang tidak mau melakukan sunnahku, maka tidaklah termasuk

golonganku.”

Selanjutnya nikah itu menjadi wajib sesuai dengan faktor dan situasi. Jika ada

sebab dan factor tertentu yang menyertai nikah menjadi wajib. Contohnya : jika

kondisi seseorang sudah mampu memberi nafkah dan takut jatuh pada perbuatan zina,

dalam situasi dan kondisi seperti itu wajib nikah. Sebab zinah adalah perbuatan keji

dan buruk yang dilarang Allah SWT, Rasulullah bersabda sebagai berikut : Dari

Aisyah ra., Rasulullah SAW bersabbda: “ nikahilah olehmu wanita-wanita itu, sebab

sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta bagimu”. ( HR. Al Hakim dan Abu

Daud ).

d. Nikah yang Hukumnya Makruh

Hukum nikah menjadi makruh apabila orang yang akan melakukan

perkawinan telah mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat, tetapi ia belum

mempunyai bekal untuk memberi nafkah tanggungaanya.

e. Nikah yang Hukumnya Haram

Nikah menjadi haram bagi seseorang yang mempunyai niat untuk menyakiti

perempuan yang dinikahinya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang tidak mampu menikah hendaklah dia puasa karena dengan puasa

hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang”. ( HR. Jamaah Ahli Hadits )

Page 9: Agama Semester IV

Firaman Allah di dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 3 yang

Arinya: “ Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi “ ( Q.S. An

Nisa:3)

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan

juga orang–orang yang layak ( menikah ) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-

laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan

kepada mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas ( pemberianNya), Maha

Mengetahui, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an surat An Nur ayat 32 yang

Artinya: “ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-

orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui.” ( Q.S. An Nur:32)

Berpijak dai firman Allah dan hadits sebagaimana tersebut di atas, maka

bahwa hukum menikah itu akan berubah sesuai dengan factor dan sebab yang

menyertainya. Misalnya, orang-orang yang belum balig, seorang pemabuk atau sakit

gila, maka dalam situasi dan kondisi semacam itu seseorang haram untuk menikah.

Sebab, jika mereka menikah dikhawatirkan hanya akan menimbulkan mudharat yang

lebih besar pada orang lain.

E.     Memilih Jodoh Menurut Islam

Setiap orang yang berumah tanggah tentu mengharapkan keluarganya akan

menjdi keluarga yang sakinah mawadah warakhmah. Kehidupan rumah tangganya

dapat menjadi surga didunia dapat menjadi diri dan keluarganya. Apalagi pada saat

ini banyak sekali kasus peceraian keluarga dijumpai ditengah-tengah masyakat yang

semakin berkembang ini. Alasan dalam peceraian itu bermacam-macam, dari alas an

pendapatan istri lebih besar dari pada suami, selingkuh dengan adanya orang ke tiga,

kekerasan dalam rumah tanggah, dan lain-lain.

Page 10: Agama Semester IV

Maka dari itu dalam membanggun mahligai surge rumah tangga persiapan awal

harus dilakukan pada saat memilih jodoh. Islam mengangjurkan kepada umatnya

ketika mencari jodoh itu harus berhati-hati baik laki-laki maupun perempuan, hal ini

dikarenakan masa depan kehidupan rumah tangga itu berhubungan sangat erat dengan

cara memilih suami maupun istri. Untuk itu kita sebagai umat muslim harus

memperhatikan kriteria dalam memilih pasangan hidup yang baik.

Dasar firman Allah SWT yang berbunyi :

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang

yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba

sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka

dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha

mengetahui.”(An-Nisa’, 31)

Dan dari sabda Rasullah yang artinya :

“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabdah :

sesunguhnya seorang wanita itu dinikahi atas empat perkara, yaitu : harta, nasab,

kecantikan, dan agamanya, maka perolehlah yang mempunyai agama maka akan

berdeburlah tanganmu.”

Dalam memilih istri hendaknya menjaga sifat-sifat wajib. Syeh jalaluddin Al-

qosimi Addimasya’i dalam kitab Al-mauidotul Mukminin menyebutkan ada kriteria

bagi laki-laki dalam memilih jodoh :

a)      Baik agamanya : hendaknya ketika memilih istri itu harus memperhatikan agama

dari sisi istri tersebut.

b)      Luhur budi pekertinya : seorang istri yang luhur budi pekertinya selalu sabar dan

tabah menghadapi ujian apapun yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya.

c)      Cantik wajahnya : setiap orang laki-laki cenderung menyukai kecantikan begitu

pula sebaliknya. Kecantikan wajah yang disertai kesolehahhan prilaku membuat

pasangan tentram dan cenderung melipahkan kasih sayangnya kepadanya, untuk

sebelum menikah kita disunahkan untuk melihat pasangan kita masing-masing.

d)     Ringan maharnya : Rasullullah bersabda : “salah satu tanda keberkahan perempuan

adalah cepat kawinnya, cepat melahirkannya, dan murah maharnya.

Page 11: Agama Semester IV

e)      Subur : artinya cepat memperoleh keturunan dan wanita itu tidak berpenyakitan.

f)       Masih perawan : jodoh yang terbaik bagi seorang laki-laki perjaka adalah seorang

gadis. Rasullullah pernah mengikatkan Jabbir RA yang akan menikahi seorang janda

“alangkah baiknya kalau istrimu itu seorang gadis, engkau dapat bermain-main

dengannya dan ia dapat bermain-main denganmu.”

g)      Keturunan keluarga baik-baik : dengan sebuah hadist Rasullallah besabda :

“jauhilah dan hindarkan olehmu rumput mudah tumbuh ditahi kerbau”. Maksudnya :

seorang yang cantik dari keturunan orang-orang jahat.

h)      Bukan termasuk muhrim : kedekatan hubungan darah membuat sebuah pernikahan

menjadi hambar, disamping itu menurut ahli kesehatan hubungan darah yang sangat

dekat dapat menimbulkan problem genetika bagi keturunannya.

Dalam memilih calon suami bagi anak perempuan hendaknya memilih orang

yang memiliki akhlak, kehormatan dan nama baik. Dengan demikian jika ia

menggauli istrinya maka istrinya maka ia menggaulinya dengan baik, jika

menceraikan maka ia menceraikan dengan baik.

Rasullah bersabda :”barang siapa mengawinkan anak perempuannya denga

orang yang fasik makasungguh dia telah memutuskan hubungan persaudaraan.”

Seorang laki-laki berkata kepada hasan bin ali, “sesungguhnya saya memiliki

seorang anak perempuan maka siapakah menurutmu orang cocok agar saya dapat

menikahkan untuknya ?” hasan menjawab :”nikahkanlah dia dengan seorang yang

beriman kepada Allah SWT, jika ia mencintainya maka dia akan memuliahkannya

dan jika dia membencinya maka dia tidak mendoliminya.

Page 12: Agama Semester IV

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda yaitu

laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.

2.      Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu :

a.       Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan

berketurunan.

b.      Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu

mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.

c.       Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan

bencrengkramah dengan pacarannya.

d.      Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan

yang diciptakan.

3.      Tujuan pernikahan :

a)      Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

b)      Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur

c)      Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

d)     Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

e)      Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

B.     Saran

Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik

disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk

memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya

salah dan lupa.

Page 13: Agama Semester IV

DAFTAR PUSTAKA

Rafi Baihaqi, Ahmad, Membangun Surga Rumah Tangga, (surabayah:gita mediah press,

2006)

At-tihami, Muhammad, Merawat Cintah Kasih Menurut Syriat Islam, (surabayh : Ampel

Mulia, 2004)

Muhammad ‘uwaidah, Syaikh Kamil, Fiqih Wanita, (Jakarta:pustaka al-kautsar, 1998)