Agama Islam

download Agama Islam

of 66

Transcript of Agama Islam

Modul Psikologi Agama &Pendidikan Agama IslamPengertian Agama Menurut Harun Nasution agama berasal dari kata a berarti tidak dan gam berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi/ diam ditempat/ ikatan. Pendapat yang lain mengatakan bahwa agama adalah undang-undang/ hukum/ patuh/taat dan lain-lain. Jadi agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia yang berasal dari kekuatan gaib yang menguasai manusia dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Atau agama berarti pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. Atau pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. Jadi menurut Harun Nasution ada 4 unsur dalam agama, al: 1. 2. Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib ( baik/ buruk )

3. Respons yang bersifat emosional dari manusia ( yang terlihat dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut atau perasaan cinta) 4. Paham akan adanya yang kudus/ suci ( kitab-kitab,tempat ibadah dll )

Pada sisi lain agama dapat ditinjau dari dua sisi yakni secara substantif dan secara fungsional. Secara substantif agama berarti system kepercayaan pada kuasa illahi/ diatas manusia dan praktek pemujaan/ ritual diarahkan pada kuasa illahi tersebut. Adapun secara fungsional agama berarti apa yang kita lakukan sebagai individu dalam usaha kita mengatasi masalah yang dihadapi karena menyadari bahwa kita nanti akan mati. Jadi secara fungsional menghubungkan agama dengan upaya manusia menjawab masalah kehidupan /masalah eksistensial. Mengapa agama penting dalam hidup ? 1. 2. 3. Karena agama merupakan sumber moral ( alexis Carrel ) Karena agama merupakan petunjuk kebenaran( Alghozali ) Karena agama merupakan sumber informasi dunia metafisika ( ibn Kholdun )

4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik dikala suka atau duka, membantu menghadapi kesukaran dan menentramkan batin. PERANAN AGAMA 1. Faktor motifatif, yang mendorong, mendasari dan melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia. 2. 3. Faktor kreatif, mendorong manusia untuk berkreasi baru. Faktor sublimatif , yang mengkuduskan perbuatan manusia

4. Faktor Integratif, agama dapat memadukan segenap kegiatan manusia baik sebagai individu / anggota masyarakat. FUNGSI AGAMA Dalam kehidupan individu, agama sebagai system nilai yang memuat norma-norma tertentu, dan norma-norma ini menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Dalam kehidupan masyarakat: 1. 2. 3. Fungsi edukatif ( amar makruf nahi mungkar ) Fungsi penyelamat ( dunia akhirat ) Fungsi pendamai ( jika berdosa dengan cara bertaubat, akan damai hatinya ).

4. Fungsi social control ( penganut agama merasa terikat batin dengan ajaran atau norma/ sebagai pengawas sosial secara individu/kelompok) 5. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas (secara psikologis dalam satu kesatuan) mereka memiliki kesamaan

6. Fungsi transformatife, agama mampu merubah kehidupan seseorang menjadi kehidupan baru. 7. Fungsi kreatif, anjuran bekerja produktif-inovasi baru.

8. Fungsi sublimatif,mengkuduskan segala usaha manusia baik urusan dunia/ akhirat bila dengna niat baik ( ibadah ). Dalam Pembangunan 1. Sebagai etos pembangunan

2.

Sebagai motivasi untuk mengejar kehidupan yang labih baik.

Perbedaan Agama Wahyu dan Agama Budaya Agama Wahyu 1. 2. 3. 4. 5. Dari wahyu Allah Ajaran ketuhanannya Monotheisme mutlak Disampaikan oleh Nabi/rasul Punya kitab suci yang outentik Ajaran-ajaranya bersifat tetap, tak berubah

Agama Budaya 1. 2. 3. 4. 5. Berasal dari pikiran/perasaan manusia Ajaranya animism, dinamisme atau politheisme Tidak ada Rasul Tidak punya kitab suci yang outentik Ajaran berubah-ubah.

Pengertian Islam Secara etimologi 1. 2. 3. Aslama yang berarti menyerah( pada kehendak Allah secara bulat, total,mutlak ) Silmun yang berarti damai, damai dengan Allah ataupun makhluk Salima yang berarti selamat baik dunia maupun akhirat.

Jadi Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya agar tunduk, patuh dan senantiasa berserah diri semata-mata hanya kepada Allah sampai akhir hayatnya. Beberapa karakteristik agama islam 1. Islam agama fitrah

2. 3. 4. 5. i)

Islam agama moderat Islam agama rasional Islam agama tauhid( karakteristik yang paling menonjol) Islam agama sempurna (kesempurnaannya ditandai oleh 3 kenyataan ) Dihimpunya semua kebenaran oleh para nabi yang pernah lahir

ii) Islam bukan hanya agama ibadah pada Allah, tapi juga sebagai way of life, Islam menghendaki kepatuhan mutlak itu dalam semua tindakan baik sosial politik dll. iii) Pengakuan dari Allah bahwa islam adalah agama yang sempurna. (alyauma.. Universalitas Ajaran Islam Dari berbagai pengertian Islam menunjukkan bahwa agama Islam adalah sikap penyerahan diri / pasrah kepada Tuhan dengan segala bentuk realisasinya, dan ini menjadi sikap hidup yang universal, yang akan mewujudkan kedamaian, keselamatan serta kesempurnaan lahir batin , dunia dan akhirat. Karena fungsi Islam yang dibawa Rosul adalah menyempurnakan ( ajaran sebelumnya ) , dan meluruskan ( ajaran sebelumnya yang telah diselewengkan ). Berarti disini Islam pada hakekatnya ( asas dan prinsipnya ) satu, akan tetapi secara operasionalnya mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan intelektual serta kebudayaan dan peradaban umat manusia. Oleh karena itu Islam yang dibawa nabi Muhammad berarti Islam yang final / terakhir dan berlaku universal ( untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman ) dan Dinamis ( mampu bergerak dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat ) walau munculnya kurang lebih 15 abad yang lalu. Pada sisi lain nilai universalitas ajaran Islam ini sesuai dengan natur kemanusiaan manusia,yakni sikap kepasrahan yang mutlak dari manusia itu sendiri, karena sebenarnya setiap makhluk dibumi ini atau setiap ciptaan Allah yang ada di bumi baik benda hidup maupun benda mati mempunyai natur kepasrahan kepada Tuhan secara mutlak . Jadi karena manusia berasal dari benda mati ( bahan alam ) yang telah pasrah kepada Tuhan ( QS; Fushilat :11 ) maka seharusnya manusiapun harus tunduk atau pasrah pula kepada Tuhan. Hanya saja bedanya kepasrahan manusia kepada Tuhan tidak terjadi secara otomatis dan pasti tapi karena pilihan dan keputusannya sendiri ( manusia punya moral atau amoral ) Natur ( fitrah ) manusia dilukiskan dalam perjanjian primordial antara anak turun Adam dan Tuhan itu sendiri . Jadi kesimpulannya bahwa landasan universal Islam itu terlihat dalam :

1.

Bahwa Islam sesuai dengan natur kemanusiaan manusia ( adanya perjanjian primordial ).

2. Bahwa inti semua agama yang benar adalah Islam/ pasrah, dan ini berlaku untuk setiap orang disemua tempat dan waktu. Dinamika Ajaran Islam Sebagaimana perkataan Mohammad Iqbal bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad rupanya berdiri diantara dunia purba dan dunia modern. Dari sisi sumber, masa turunnya wahyu, maka ia menjadi milik dunia purba, dan dari sisi spirit, semangat dan jiwa ajaran wahyunya, maka ia milik dunia modern. Kapan saja tidak pernah using. Otentisitas Ajaran Islam Otentisitas ajaran Islam terjamin setelah dibukukannya ajaran itu oleh Nabi. Adapun sistem pembukuan ajaran itu antara lain : 1. Membukukan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip ajaran Islam sebagai wahyu Allah yang tertuang dalam Alquran. 2. Memberikan penjelasan dan teladan secara operasional dalam kehidupan sosial budaya yang terkenal dengan Assunnah dan Al Hadits 3. Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya dengna sistem ijtihad. Ketiga landasan dasar itulah yakni Alquran, Assunnah, dan Ijtihad, yang merupakan sumber pokok ajaran Islam. Yang disini berarti bahwa Alquran sebagai sumber dasar, Sunnah sebagai sumber operasional dan ijtihad sebagai sumber dinamikanya, yang dengan ketiganya ini akan membentuk sistem budaya dan peradaban yang sempurna dan dinamis. Mengapa terjadi konflik agama? 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengetahuan agama yang dangkal Fanatisme berlebihan Agama sebagai doktrin yang bersifat normative Simbol-simbol Tokoh agama Sejarah

7.

Berebut surga

Ruang Lingkup Ajaran Islam 1. 2. 3. Aqidah Syariah ( Meliputi ibadah dan muamalah ) Akhlak

Dimensi Aqidah Aqidah artinya perjanjian dan kokoh. Secara teknis aqidah berarti Iman, kepercayaan, keyakinan. Atau aqidah berarti kepercayaan yang menghujam atau tersimpul dalam hati. Ciri-ciri Aqidah 1. 2. 3. Aqidah didasarkan pada keyakinan hati ( tidak menuntut yang serba rasional ) Aqidah sesuai dengan fitrah manusia Aqidah tidak hanya diyakini tetapi diucapkan dan diamalkan.

Prinsip Aqidah 1. Aqidah didasarkan atas tauhid ( mengEsakan Allah dari segala dominasi yang lain ). Tauhid ini harus ditopang oleh 5 komitmen: a. b. c. d. e. 2. Komitmen utuh pada Tuhan dan menjalankan pesanNya Menolak pedoman hidup yang tidak berasal dari Tuhan Tujuan hidupnya jelas Punya visi yang jelas dengan manusia lain Penekanan pada kualitas hidup. Aqidah itu dipelajari, diamalkan dan didakwahkan.

3. Scope pembahasan tentang Tuhan dibatasi dengan larangan memperdebatkan eksistensi dzat Tuhan 4. Akal adalah untuk memperkuat aqidah, bukan mencari aqidah

Dimensi Akhlak

Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, etika. Secara terminologi menurut Al ghozali akhlak berarti sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu muncul perbuatan yang mudah dan tak memerlukan pertimbangan lebih dulu. Ciri-ciri akhlak 1. 2. 3. Akhlak merupakan ekspresi sifat dasar seseorang yang konstan dan tetap Dilakukan secara berulang-ulang sehingga tanpa berpikir dulu Pelaksanaannya tidak ragu-ragu karena itu merupakan keyakinan seseorang.

Prinsip umum akhlak 1. 2. 3. 4. Harus berdasarkan pada Alquran dan Sunnah, bukan tradisi Adanya keseimbangan ( hubungan dengan Allah dan dengan sesama makhluk ) Dilakukan semata- mata karena Allah Dilakukan menurut proporsinya.

AL QURAN 1.Pengertian Secara etimologi Alquran berarti bacaan/ yang dibaca. Secara terminologi Alquran berarti firman Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat Annas, yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir. Definisi lain mengatakan bahwa Alquran adalah Lafadz yang berbahasa arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang mampu menentang kepada tiap orang yang membuat serupa dengannya. Dari definisi tersebut diatas maka dapat kita simpulkan bahwa yang menjadi kriteria Alquran antara lain : 1) 2) 3) AlQuran adalah firman Allah Menggunakan bahasa arab Diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril

4)

Sampai kepada kita dengan jalan mutawatir

5) Mengandung mukjizat ( bersifat memberi tantangan pada siapapun yang tidak percaya pada kebenaran wahyuNya). 6) 7) 8) AlQuran ditulis didalam mushaf Kita diperintahkan untuk membacanya Diawali dengan surat Alfatihah dan diakhiri dengan surat Annas.

2.Kandungan AlQuran a. b. c. d. e. Larangan dan perintah Hukum halal dan haram Amtsal ( perumpamaan ) Ayat Muhkamat ( ayat yang terang dan mudah dipahami ) Ayat Mutasyabihat ( ayat yang mengandung beberapa pengertian ).

Ahmad Hanafi dalam ushul fiqih menyatakan, ada 5 macam isi pokok yang terkandung dalam AlQuran, yaitu : a. b. Tauhid Beribadah

c. Janji dan ancaman ( janji pahala bagi orang yang mau menerima kebenaran, dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari ) d. e. Jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat ( berupa hukum atau peraturan ) Sejarah cerita umat masa lalu.

3.Fungsi AlQuran a. Petunjuk bagi orang yang bertaqwa dan manusia secara keseluruhan ( (AlBaqarah:2, Al Imran : 138, Al Anam:153 ) b. c. Pembeda antara yang haq dan yang benar ( al Imran: 3-4 ) Peringatan bagi orang yang bertaqwa ( Al Haqah :48 )

d. e.

Obat/penawar bagi penyakit jiwa ( Yunus : 57 ) Pengajaran / nasihat bagi manusia ( AlImran : 138 )

f. Korektor bagi kitab-kitab suci yang sebelumnya atau penyelewengan yang dilakukan manusia dalam agama mereka . ( Al Imran :71, Al Baqarah : 79 yang artinya Maka celakalah bagi orang yang menulis Al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, Ini dari Allah (dengan maksud ) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatannya itu. ) g. Sebagai bahan renungan atau pemikiran bagi orang yang mau berpikir sebagai pelajaran( Ashod :29 ) h. Sebagai sumber pengetahuan yang sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari sepanjang masa. i. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW.

4.Bukti Keoutentikan AlQuran a. AlQuran punya sejarah penulisan yang gemilang ( hal ini berbeda dengan Matius yang ditulis tahun 50 M, dan Yahya ditulis sekitar tahun 80 90 M, padahal Nabi Isa wafat tahun 33 M ). b. AlQuran selain ditulis juga dihafalkan. ( hafalan Nabi diuji oleh M. Jibril tiap bulan Romadlon ). Sebab-sebab hafalan mereka mudah antara lain : c. d. AlQuran turun secara berangsur-angsur Ia turun dengan bahasa mereka sendiri ( arab ) Disamping menghafalkan, mereka juga mengamalkan isinya Ingatan mereka kuat karena mayoritas meraka buta huruf AlQuran tidak kehilangan bahasa aslinya ( bahasa arab ) Allah sendiri yang akan tetap memelihara/ menjaganya.

5.Bukti Kebenaran AlQuran Fungsi AlQuran adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad yang telah dikemukakan dalam tantangan-tantangan yang sifatnya bertahap. Bukti kebenaran AlQuran terangkum dalam 3 aspek yaitu : a. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya , sebagai contoh ketelitian redaksinya:

b.

Lafadz Lafadz Lafadz

berjumlah 365x berarti jumlah hari dalam 1 tahun / ada 30x berarti jumlah hari dalam 1 bulan ada 12x berarti jumlah bulan dalam 1 tahun

Pemberitaan tentang hal-hal yang gaib

Contoh dalam surat Yunus :92, yang artinya Badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi bahan pelajaran bagi generasi berikutnya. Peristiwa itu terjadi tahun 1200 SM, dan pada awal abad 19 M terdapat ahli purbakala Lorex menemukan dilembah raja Luxor Mesir jasad Firaun yang utuh. Selain itu Elliot Smith pada tangggal 8 juli 1908 diizinkan oleh pemerintah Mesir untuk membuka pembalut Firaun tersebut dan ditemukan satu jasad yang masih utuh. c. Terdapat isyarat-isyarat ilmiahnya

Contoh dalam surat Yunus : 5, Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan dari matahari . Al Baqarah :223, Bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria sedang wanita sekedar mengandung karena mereka bagaikan lading. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain. 6.Tujuan Pokok AlQuran ( dari sejarah diturunkannya ) 1) Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia ( yang tersimpul Tuhan dan hari pembalasan ) 2) Petunjuk mengenai akhlak yang murni ( baik secara individual maupun kolektif )

3) Petunjuk mengenai syariat dan hokum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti. Erba berpasang-pasangan 7.Kewahyuan AlQuran Kata wahyu secara bahasa berarti bisikan halus atau pemberitahuan dengan lisan atau tulisan. Ada 2 bukti kewahyuan AlQuran : 1) AlQuran yang merupakan mukjizat baik dari segi isi maupun uslub keindahan bahasanya tidak dapat ditiru oleh siapapun.( dalam surat Hud:13-14, AlBaqarah 231, Yunus:38, Athur:38). Bahkan Nabi sendiri tidak mampu mengarang AlQuran, dalam AlIsra:88)

2) Adanya informasi dari Allah sendiri yang menerangkan kenyataan tidak adanya saling pertentangan dalam AlQuran. ( AnNisa:82 , yang artinyaApakah mereka itu tidak memikirkan AlQuran? Sekiranya AlQuran itu bukan wahyu dari Allah, tentu akan mereka jumpai didalamnya pertentangan yang banyak. 8.Mukjizat AlQuran Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia membuatnya( diluar kesanggupannya ). Mukjizat ini timbul dari para Rasul untuk menguatkan kedatangan mereka dan pengakuan merka sebagai rasul. Mukjizat ini juga sebagai bukti terpenting bagi kewahyuan AlQuran. Ada 2 macam 1)Kemukjizatan isi AlQuran a) Karena didalamnya juga memuat isi kitab-kitab terdahulu (Almaidah:3) b) Isinya bersifat universal dan cocok untuk tiap ruang dan waktu (dengan penjelasan haditsnya) c) Isinya merupakan petunjuk bagi manusia menuju bahagia dunia akhirat. d) Diantara isinya berup ramalan-ramalan tentang peristiwa yang belum terjadi tapi lalu terjadi dalam peristiwa sejarah. Contoh ramalan tentang kemenangan akhir romawi melawan persi tahun 622-624 m (Arrum:2-4) turun setelah pertama kali persi menang. e) Memuat ayat-ayat ilmiah (yang kemudian diakui kebenarannya oleh Iptek modern ). Contoh : I. Adzariyat :49 dan Alluqman:10, :Bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Allah serba berpasang-pasangan. Dan ini terbukti bahwa selain manusia semuanya juga berpasangpasangan. II. Alhijr ;22. Bahwa fungsi angin adalah untuk mengawinkan tumbuhan yang saling berjauhan. III. AlAmbiya :30. Dulu langit dan bumi itu bersatu lalu pecah menjadi 2 bagian dan bahwa air itu adalah sumber dari segala kehidupan. IV. Almukminun:14. Tentang proses terjadinya manusia. V. Albaqarah : 222. Tentang darah haid yang mengandung penyakit maka suami harus menjauh VI. ibumu AzZumar:6. Dia menjadikan kamu dalam perut kejadian-

demi kejadian dalam 3 kegelapan. Menurut teori ilmu kedokteran modern adalah 3 macam selaput dalam rahim ibu yaitu charion, amnion, dinding uterus. METODE PENAFSIRAN ALQURAN Corak dan Metodologi Tafsir 1.Corak Tafsir Bil Matsur ( Riwayat ) Yaitu tafsir yang berpedoman pada/ disandarkan pada tafsir sahabat, tabiin dan tabiittabiin. Atau tafsir yang terdapat dalam AlQuran sendiri atau dalam hadits atau dalam perkataan sahabat sebagi penjelasan bagi apa yang dikehendaki Allah dalam firmanNya. Contoh dalam Quran Syarat-syarat tafsir bil matsur 1. Mengambil riwayat yang diterima dari Rasul dengan menghindari yang dloif dan maudlu 2. Memegangi pendapat para sahabat 3. Mempergunakan ketentuan-ketentuan bahasa 4. Mengambil mana yang dikehendaki untuk siyaq pembicaraan dan ditunjuki oleh undangundang syara Kelebihan Tafsir Bil Matsur 1. Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami AlQuran 2. Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-pesannya 3. Mengikat mufasir dalam bingkai teks ayat-ayat sehingga membatasinya terjerumus dalam subyektifitas berlebihan. Kelemahan 1. Terjerumusnya sang mufassir dalam uraian kebahasaan yang bertele-tele sehingga pesan pokok AlQuran menjadi kabur. 2. Seringkali konteks turunnya ayat ( asbabul nuzul ) hamper terabaikan sama sekali

Sebab kelemahan tafsir bil matsur 1. Banyak riwayat yang disisipkan orang zindiq dari bangsa Yahudi atau Persi

2. Usaha-usaha penganut madzhab yang jauh menyimpang dari kebenaran 3. Bercampurnya riwayat yang shohih dan yang tidak shohih (disandarkan pada sahabat dan tabiin tanpa menyebutkan sanadnya) 4. Riwayat isroilliyat yang mengandung dongeng yang tidak dibenarkan. 2.Corak Tafsir Bil ArRoyi (penalaran) Yaitu metode tafsir yang berdasarkan pikiran atau ijtihad. Dari sini muncul berbagai aliran sehingga pndapat bermacam-macam. Sehingga tafsir ini ada yang dipuji dan ada yang dicela (dihukumi haram). Tafsir bil rayi ini walau sempurna syaratnya jika berlawanan dengan tafsir bil matsur yang bisa diterima secara qathI, maka bil rayi itu ditolak , jika tidak berlawanan maka masing-masing menguatkan yang lain. Pendekatan tafsir bil rayi dan corak coraknya 1) Metode tahlily/ tajziiy, yaitu metode tafsir yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat AlQuran dari berbagai seginya dengan memperlihatkan runtutan ayat sebagaimana tercantum dalam mushaf. 2) Metode maudluiy, yakni mufasir berupaya menghimpun ayat-ayat AlQuran dari berbagai surah dan yang berkaitan dengan topik yang ditetapkan sebelumnya, lalu mufasir menganalisis kandungan ayat tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Ikhtilaf ulama tentang boleh tidaknya menafsiri Quran dengan ijtihad / rayu v v Boleh Tidak boleh

Alasan tidak boleh v v Bila dengan rayu berarti mengatakan sesuatu terhadap Allah tanpa ilmu. Hadits dari ibn Abbas

v Riwayat dari sahabat dan tabiin bahwa mereka tidak mau menafsirkan Quran dengan ijtihad mereka Alasan yang membolehkan v Firman Allah

v v

Doa Rasul pada ibn Abbas Andaikata tafsir dengan ijtihad tidak boleh, tentu akan hilang kebanyakan hukum

Syarat mufassir 1) 2) 3) 4) 5) Aqidah yang benar Bersih dari hawa nafsu Menafsirkan dengan sunnah, quran, qaul sahabat, tabiin Menguasai bahasa arab dan cabang-cabangnya Mengetahui pokok-pokok ilmu yang berkaitan dengan Quran

Adab mufasir 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Niat baik dan tujuan benar Berakhlak mulia Taat dan beramal Jujur, tawadlu serta berjiwa mulia Vokal dalam menyampaikan kebenaran Wibawa (penampilan baik ) Sikap tenang dan mantap Mendahulukan orang yang lebih utama dari dirinya.

IJTIHAD A.Pengertian Ijtihad secara bahasa berarti mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan. Secara istilah ijtihad berarti menggunakan seluruh kemampuan berpikir untuk menetapkan hokum-hukum agama. Atau ijtihad dapat juga diartikan sebagai usaha sungguh-s ungguh seorang atau beberapa orang ulama tertentu yang memiliki syarat-syarat tertentu pada waktu tertentu untuk merumuskan kepastian hokum tentang suatu masalah yang belum secara tegas ditentukan hukumnya dalam AlQuran. B.Pembagian Ijtihad

Dilihat dari segi jumlah mujtahidnya : 1. Ijtihad fardli / individual ( dasar peristiwa Nabi mengutus Muadz bin jabal ke Yaman untuk menjadi qadli) 2. Ijtihad jamaI / kolektif ( contoh seperti yang dilakukan para sahabat pada masa Abu Bakar untuk menghadapi orang yang enggan berzakat ) Dilihat dari segi lapangan/ materi ijtihad 1. Berijtihad untuk menentukan hukum suatu perkara yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh Quran atau sunnah Nabi. ( contoh hukum transplantasi / pencangkokan, dsb ) 2. Berijtihad sekedar untuk mengartikan menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat/ hadits yang ada.contoh lafadz Aulamastumunnisa menurut SyafiI wudlu menjadi batal (hakiki ), menurut Hanafi wudlu tidak batal (majazi). C.Kedudukan Ijtihad Ijtihad sebagai sumber hokum ketiga setelah quran, hadits ( dasarnya adalah peristiwa dialog Nabi dengan Muadz). D. Lapangan Ijtihad 1. Perkara-perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuan hukumnya dalam Quran / sunnah. Contoh hukum bayi tabung, 2. Ayat Quran atau sunnah Nabi yang belum jelas maknanya ( mengandung berbagai macam makna E.Peranan Ijtihad 1. Ijtihad adalah salah satu unsur penting dalam islam (sumber ke 3 , menutup pintu ijtihad sama dengan menolak sumber islam tersebut ) 2. 3. 4. Ijtihad sebagai sumber dinamika Islam, untuk menghindari taqlid Sabda Rasul Ijtihad merupakan manifestasi kemerdekaan berpikir dalam Islam

5. Makin berkembangnya permasalahan baru didunia sementara itu belum terjawab dalam rumusan mujtahid lama. F.Syarat-syarat Ijtihad

syarat umum 1. 2. 3. 4. Islam Dewasa Berakal sehat Kuat daya tangkap dan ingatannya

Syarat pokok 1. Menguasai AlQuran dan ilmu alQuran , terutama ayat-ayat hokum, asbabul nuzul, nasikh mansukh) 2. 3. 4. 5. 6. Menguasai hadits dan hukum hukum hadits Menguasai bahasa arab dan ilmu-ilmu bahasa arab Menguasai ilmu ushul fiqih Memahami tujuan pokok syariat Islam Memahami qawaid fiqhiyah

Syarat- syarat pelengkap 1. Mengetahui tidak hanya dalil yang qathI tentang kasus yang dihadapi

2. Mengetahui masalah-masalah yang telah tercapai consensus, masalah khilafiah, dan masalah yang belum ada kepastian hukumnya. 3. Saleh dan takwa.

Bentuk-bentuk Ijtihad 1. 2. 3. 4. Ijma Qiyas Maslahah mursalah Istihsan

IJMA

Ijma secara bahasa yaitu menghimpun, mengumpulkan, bersatu dalam pendapat. Menurut istilah yaitu kesepakatan para ulama terhadap suatu masalah sepeninggal Rasul. Macam-macam ijma 1. Ijma Shorih(Qathi)

Yaitu ijma para mujtahid yang dinyatakan secara terang/jelas baik dengan perkataan, tulisan / perbuatan. .ijma shorih sama dengan ijma bayani (jelas) QathI ( pati, tegas ), hakiki ( ijma yang sebenarnya ). Contoh pengangkatan Abu Bakar sebagai kholifah, memerangi umat islam yang enggan berzakat, haram mengikuti upacara natal bersama. 2. Ijma sukuti ( dzanni )

Yaitu kesepakatan para mujtahid secara diam-diam. Dan diam disini dianggap menyetujui. Contoh haramnya operasi pemulihan selaput dara bagi wanita, karena mengandung tujuan tidak baik ( mengelabuhi/ menipu laki-laki ) Dasar ijma Menurut AsyafiI hanya ijma shorih yang boleh jadi hujjah. Selain AsSyafiI bentu 2 ijma itu boleh jadi hujjah ( Hanafiah ) Unsur-unsur Ijma 1) 2) 3) 4) Adanya sejumlah mujtahid ketika terjadi suatu peristiwa Ada kesepakatan para mujtahid secara umum Kesepakatan itu diiringi dengan pendapat masing-masing mujtahid secara jelas Kesepakatan itu dapat diwujudkan dalam suatu hokum

Kehujjahan Ijma Hukum yang berdasarkan ijma merupakan hukum syara yang pasti yang tak boleh ditentang atau dihapuskan. Bukti kehujjahan ijma 1) Allah memerintahkan untuk taan kepada ulil amri

2) Hukum yang disepakati para mujtahid adalah hukum islam yang akan terpelihara dari kesalahan. 3) Ijma pada hokum syarI harus didirikan pada landasan hukum syara

QIYAS Qiyas menurut bahasa berarti mengukur sesuatu. Menurut istilah menyamakan suatu kejadian yang tidak ada nash kepada kejadian lain yang ada nashnya ( karena adanya kesamaan illat ). Contoh pembunuhan terhadap ahli waris, tanda tangan dengan cap jari, Minum khomer,jual beli waktu adzan ( makruh ) Kehujahan Qiyas Qiyas menjadi hujah syariyah terhadap hukum syara tentang tindakan manusia ( (Annisa:59, al Hasyr :2, Yasiin:79, hadits muadz bin jabal, beberapa dalil rasional diantaranya : Allah tidak mensyariatkan hukum kecuali demi kemaslahatan ( tujuan akhir bagi pembentukan hokum islam ) Bahwa nash Quran dan sunnah tidak mungkin bertambah lagi padahal masalah selalu berkembang. Qiyas merupakan dalil yang dikuatkan oleh naluri ucapan yang selamat dan benar.

Rukun Qiyas 1) .. Yaitu sesuatu yang terdapat hukumnya dalam nash

2) ..Yaitu sesuatu yang hukumnya tidak ada dalam nash dan hokum disamakan dengan . 3) yaitu hokum syara yang terdapat dalam nash menurut dan disepakati sebagai hokum asal bagi cabang. 4) .. keadaan tertentu yang dipakai sebagai dasar bagi hukum asal, lalu cabang itu disamakan kepada asal dalam hal hukumnya. Hukum yang disamakan kepada cabang dengan qiyas harus memenuhi syarat: 1) 2) Merupakan hukum syara amaliah yang ditetapkan nash ( bukan dari ijma ) Illat yang ada pada hukum asal itu hendaknya dapat terjangkau oleh akal

3) Hukum asal tidak ditakhsis, karena jika hukum asal itu dihususkan berarti tidak bisa disamakan kepada lainnya dengan jalan qiyas. Beberapa keraguan yang menolak qiyas

1) Karena menganggap qiyas adalah sebagai dugaan sehingga yang dihasilkannyapun juga bersifat dugaan. ( Larangan mengikuti hukum yang bersifat dugaan adalah dalam bidang aqidah ). 2) Sahabat pernah melarang menggunakan royu ( Umar. Ra ).

ISTIHSAN Secara bahasa istihsan berarti menganggap baik suatu hal. Menurut istilah yaitu menjalankan keputusan yang tidak didasarkan atas qiyas, tapi didasarkan atas: 1) Kepentingan umum untuk kepentingan keadilan, atau

2) Perpindahan hukum dari hukum yang dikehendaki oleh qiyas jail pada hokum yang dikehendaki oleh qiyas khofi, atau dari hukum kulli, kepada hukum yang bersifat pengecualian, karena adanya dalil yang menguatkan perpindahan itu. Atau istihsan bisa juga diartikan meninggalkan hokum suatu hal atu peristiwa yang bersandar pada dalil syara menuju pada hukum lain yang bersandar pada dalil syara pula, karena ada suatu dalil syara yang mengharuskan meninggalkan hukum tersebut. Pertalian dengan qiyas dan maslahah mursalah adalah : v v Qiyas, 2 peristiwa salah satu tidak ada dalil Istihsan, 2 peristiwa sama-sama ada dalil

v Maslahah mursalah, peristiwa yang baru yang belum ada dalil dan mujtahid menciptakan hukum baru. MASLAHAH MURSALAH Yaitu kebaikan yang tidak disinggung-singgung oleh syara atau agama untuk mengerjakan atau meningalkannya, tapi kalau dikerjakan akan mendatangkan manfaat. Contoh: Pengumpulan atau penulisan AlQuran pada masa Abu Bakar ra. Pembayaran pajak ( diIrak ketika Islam masuk disana ) Adanya surat nikah Adanya sistem penjara (LP) Menceetak uang sebagai alat tukar.dll.

Syarat-syarat maslahah mursalah untuk bisa dijadikan sebagai hujjah: 1) Harus benar-benar membuahkan maslahah atau tidak berdasarkan mengada-ada atau dugaan semata. 2) Maslahah itu sifatnya umum, buka bersifat perseorangan ( manfaat untuk seluruh umat).

3) Hukum yang diambil tidak berlawanan dengan tata hokum / dasar ketetapan nash dan ijma. Contoh manyamakan laki-laki dengan wanita dalam waris ( ini tidak benar, maslahah berarti batal ) 4) 5) Hanya berlaku dalam masalah muamalah ( karena soal ibadah tetap tidak berubah ) Maslahah adalah karena kepentingan yang nyata diperlukan oleh masyarakat.

HADITS

1. Pengertian Hadits, Sunnah, Khobar dan AtsarHaditsHadits secara bahasa berarti baru lawan kata dari Menurut istilah ahli hadits: Menurut istilah ahli ushul : Assunnah Secara bahasa artinya jalan, tradisi atau kebiasaan. Asunnah lawan dari bidah. Asunnah menurut muhaditsin kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi SAW baik sebelum atau sesudah menjadi rasul, sedang hadits hanya berkaitan dengan sesudah nabi diangkat menjadi rasul. Menurut ahli ushul asunnah berkaitan hanya dengna hukum saja. Secara istilah Assunnah sama dengan hadits, jadi synnah ada 3 macam yaitu: Sunnah Sunnah Sunnah ( membenarkan perbuatan sahabat sholat ashar di Bani Quraidloh ) Sebab hadits dinamakan dengan hadits. , dekat ( ).

Menurut Imam Zamakhsyari karena memakai kata Menurut Imam Al Kirmany karena kedudukannya setelah Alquran

KhobarYaitu berita dari seseorang kepada seseorang ( dari nabi, sahabat , dan tabiin )

AtsarYaitu bekas atau sisa sesuatu Menurut jumhur sama dengan khobar dan hadits Menurut fuqaha berita dari ulama salaf, sahabat dan tabiin dll. Atsar lebih Am dari pada khabar.

Hakikat Asunnah dan HaditsSunnah : amaliah mutawatir ( dari nabi, sahabat dan tabiin dll ) Hadits : Peristiwa yang disandarkan kepada Nabi walau hanya 1x dan oleh 1 periwayat. Perkataandan perbuatanRasul yang tidak termasuk syariat 1. Segala sesuatu yang sifatnya manusiawi, berdiri, duduk, jalan, minum, tidur, makan ( bukan hukum syariat namun jika ada dalil yang menunjukkan tuntutan maka berhukum syariat. 2. Yang sifatnya pengetahuan, kepintaran dll, contoh mengatur siasat perang, pertanian dll.

2. Posisi/ Fungsi Sunnah terhadap Alquran Menurut Ibnu Hazm secara global sunnah sama dengan Alquran karena sama-sama wahyu ( sederajat ): Dari segi kekuatannya Sunnah terletak setelah Al Quran. Karena Sunnah qothI hanya secara global saja , sedangkan AlQuran QothI baik secara global maupun terperinci. Sebab kedudukan Quran lebih tinggi dari Sunnah ( Imam Asyatiby ) a Quran diterima dengan jalan yakin, sedang haduts dengan jalan dlon ( keyakinan pada sunnah hanya secara global saja ) b Assunnah terkadang menerangkan sesuatu yang mujmal ( global ) jadi karena pensyarah maka ia jadi cabang.

c

Peristiwa Nabi mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman :

Adapun secara rinci Fungsi Asunah terhadap Alquran adalah : a _________________ yaitu menetapkan atau mengokohkan apa yangtelah ada dalam Alquran contoh :______________________________________ ini mengokohkan ayat________________________________________ b. __________________ Yaitu menerangkan apa yang tak mudah dipahami dalam Alquran. Contoh: ________________________________________________________ c. __________________ yaitu membatalkan/ mengganti suatu hukum/ menghapus atau menyalin ). ContohTentangharamnyabangkai __________________________________ Kecualibangkaiikandanbelalang __________________________________ Tentangwasiatpadakeluarga ______________________________________ Laranganwasiatpadakeluarga_____________________________________ Boleh hanya 1/3 saja _____________________________________ d. ______________________ Yaitu mewujudkan hukum yang tidak tersebut dalam Alquran . Conto : Haram nikah dengan saudara rodloah, haram makan himar piaraan, haram makan binatang bertaring, tentang tata cara sholat safar. # Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi H.Qudsi : Dinisbatkan kepada Allah sedang Rasul menceritakan dan meriwayatkan dari Allah. Contoh H. Nabawi : Dinisbatkan pada Rasul dan diriwayatkan dari beliau pula. Dalil kahujahan Sunnah Filsafat pendidikan Hakekat Masyarakat Pengertian Masyarakat

Masyarakat ialah satu kelompok atau sekumpulan kelompok-kelompok yang mendiami suatu daerah. Pengertian lain mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relative sama yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai satu kesatuan ( kelompok ). Teori tentang terbentuknya masyarakat Teori Atomistik Masyarakat dibentuk atas dasar kehendak bersama untuk tujuan bersama para individu yang kemudian menjadi warga masyarakat itu. Karena sebelum terbentuknya Negara manusia sebagai pribadi yang bebas dan independent, kebebasan itu dimiliki sebagai anugerah alamiah dari Tuhan. Individu merupakan asas sebagai unit terkecil terbentuknya wujud masyarakat. Dengan demikian individu ( secara analogis ) seperti atom-atom sebagai unsure terkecil pembentuk benda materi. OKI teori ini bernama atomisme karena hakikat individu itu ialah atom yang membentuk masyarakat. Teori Organisme Menurut teori ini kebersamaan dan keseluruhan sebagai satu totalitas lebih utama dari pada bagian-bagian. Jadi masyarakat lebih utama dari pada individu. Karena individu sejak lahir sampai dewasa selalu bersifat ketergantungan sehingga kebersamaan dalam masyarakat sedemikian bulat sampai sampai individu kehilangan individualitasnya. Teori Integralistik Menurut teori ini asas kekeluargaan menjadi prinsip kehidupan bersama demi kesejahteraan bersama, walau yang diutamakan seluruh warga masyarakat, namun tidak megabaikan individu, karena realitas yang wajar adalah menghormati pribadi = menghormati keseluruhan masyarakat sebagai satu totalitas. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan Menjadi kenyataan bahwa masyarakat yang relative baik, maju, modern adalah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan yang relatif baik, modern, dalam wujud lembaga-lembaganya maupun jumlah dan tingkat orang yang terdidik. Jadi masyarakat yang maju karena adanya pendidikan yang maju baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Dan pendidikan yang modern hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang modern pula. Sebaliknya masyarakat yang kurang berpen

didikan akan tetap terbelakang, tidak hanya dalam segi intelektual tapi juga dari segi kulturalnya ISLAM DAN PENDIDIKAN 1. Pengertian Pendidikan Menurut Marimba secara sempit pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dalam arti luas pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya yakni mencakup pendidikan oleh diri sendiri, lingkungan dan orang lain ( guru ), seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati. AbdurRohman Annahlawi mengatakan bahwa pendidikan ( tarbiyah ) terdiri dari 4 unsur, yaitu (1) menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa, (2) mengembangkan seluruh potensi, (3) menarahkan seluruh potensi menuju kesempurnaan, (4) dilaksanakan secara bertahap. Adapun pengertian Pendidikan Islam menurut Zarkawi Soejati adalah : 1) Jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawentahkan nilai-nilai Islam baik yang tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam lembaga-lembaga yang diselenggarakan ( Islam sebagai sumber nilai ) 2) Jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan ( islam sebagai bidang studi ) 3) Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut ( Islam sebagai sumber nilai dan sebagai bidang studi ) Prof Dr. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam, atau bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin. Dari berbaai pengertian diatas jelas bahwa Pendidikan Islam tidak sekedar menyangkut cirri has, melainkan lebih mendasar lagi yaitu menyangkut tujuan ideal yakni insane kamil/ manusia paripurna. 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Dasar ideal Pendidikan Islam adalah Al Quran dan Sunnah Rosul. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan , maka isi Al Quran dan Haditslah sebagai fundamennya Tujuan Pendidikan Agama Islam

Al Ghozali

Kesempurnaan manusia yang puncaknya dekat dengan Alloh Kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat Mokhmad Athiyah Al Abrosy Membantu pembentukan akhlaq yang mulia Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat Persiapan mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan Menumbuhkan semangat ilmiah Menyiapkan pelajar dari segi profesioanl, tehnis supaya dapat menguasai profesi tertentu.

-

Dr. Ahmad Marimba Tujuan akhir pendidikan islam adalah terbentuknya kepribadian muslim

-

Asyaibani menatakan bahwa tujuan Pendidikan Islam antara lain : 1) Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubaan pengetahuan, tingkah laku, jasmani rohani dan kemampuan-kemampuan lain. 2) Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat

3) Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,seni, dan lain-lain. Kesimpulan: Tujuan pendidikan islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal kecerdasan, perasaan dan panca indera sehingga memiliki kepribadian yang utama. Dasar pelaksanaan pendidikan agama 1. Yuridis 2. Religius 3. Sosial psycologis 1) Dasar Yuridis / Hukum

1. Dasar Ideal Yakni dasar dari falsafah Negara pancasila yakni sila ke satu ( untuk merealisasikan hal tersebut maka diperlukan pendidikan ) 2. Dasar Struktural / Konstitusional Yakni UUD 1945 Bab XI Pasal 29 Ayat 1 dan 2 3. Dasar Operasioanl Yakni dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah. 2) Dasar Religius QS. An Nahl 125 QS. Al Imron 104 QS. At Tahrim 6 Hadits Nabi 3) Dasar Sosial Psychologi Dalam jiwa manusia terdapat satu kebutuhan asasi, kebutuhan universal yang mengalahkan kebutuhan lainnya. Yakni kebutuhan untuk mengenal Tuhannya, mendekat padanya 3. Faktor-faktor Pendidikan Agama 1. Faktor peserta didik 2. Faktor pendidik 3. Faktor tujuan pendidikan 4. Faktor alat alat pendidikan 5. Faktor lingkungan / millien Kesemuanya itu menentukan berhasil dan tidaknya suatu pendidikan dilaksanakan 1. Faktor peserta didik

Yaitu Bahan mentah dalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Diantara ahli pendidikan ada masalah tentang benarkah anak itu dapat dididik, berkaitan dengan hal tersebut muncul 3 aliran a. Nativisme Menurut Schopenhouer; bahwa baik atau buruknya anak tergantung dari pembawaan bukan terpengaruh dari luar. Dalam hal ini terdapat 2 golongan besar: 1. Golongan yang dipimpin oleh Rausseau: Bahwa manusia itu pada dasarnya baik, jika ia jahat itu karena pengaruh lingkungan. 2. Golongan yang dipmpin oleh Mensius: Pada dasarny amnesia itu jahat, ia menjadi baik karena bergaul dengan masyarakat. Hal ini juga dikatakan oleh Machiavelli lalu diikuti oleh Musolini seorang dictator dari jerman. b. Empirisme Tokohnya John Locke: Perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung oleh lingkungan sedangkan bakat itu tidak ada pengaruhnya. Dasarnya adalah teori Tabula rasa yaitu bahwa dilahirkan jiwa anak dalam keadaan suci, bersih seperti kertas putih yang belum ditulisi ISLAM DAN MASALAH SOSIAL EKONOMI Sistem perekonomian di Indonesia ada 2 macam yaitu ; sektoral dan moneter. Sistem sektoral yaitu semua jenis produksi, manufactur, dan lain-lain, sedangakn sistem ekonomi moneter contohnya Bank, lembaga keuangan ( kredit, utang piutang dan lain-lain ) Fiqih bisnis / ekonomi Islam yaitu bentuk ekonomi yang berdasarkan syariah yang selalu menampilkan etika dan moral tetap berpegang pada dasar ajaran Islam. Atau sekumpulan aturan yang berhubungan dengan ekonomi, yang dalam syariat merupakan dasar-dasar paradigm sekaligus azaz dari kebijakan muamalah secara umum. Prinsip dasar fiqih bisnis 1) Prinsip taqwa kepada Allah ( kontinyu ) 2) Keterkaitan antara dunia dan akhirat dalam semua hukum-hukumnya secara seimbang.

3) Perhatian terhadap aspek etika yang sesuai dengan tingkatan kemanusiaan dan kedudukannya sebagai kholifah di bumi 4) Memperhatikan aspek kemaslahatan, baik secara individual atau kolektif 5) Memperhatikan aspek keadilan dan keutamaan ( persamaan hak dan kewajiban secara umum ) 6) Mencegah/ melarang segala bentuk yang tidak terpuji baik ucapan, perbuatan dan lain-lain. 7) Membolehkan semua yang baik dan mengharamkan semua yang jelek Beberapa faktor yang memberi peluang tumbuhnya sistem perekonomian Islam 1) Adanya komitmen para individu muslim ( pengusaha ) untuk menegakkan etika dan usaha islami 2) Sektor-sektor produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dipegang pemerintah dan tak boleh diberikan pada swasta ( peningkatan yang perlu ditingkatkan adalah profesionalisasi bukan swastanisasi ) 3) Harus mempunyai kekuatan politis ( political will ) yang bisa membantu rakyat kecil Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat 1) 2) 3) 4) 5) Menciptakan pusat-pusat ekonomi umat Program pemagangan kreativitas dunia usaha Membangkitkan jiwa wiraswasta umat Kerja sama perguruan tinggi dengan dunia usaha Pemberdayaan institusional umat

Beberapa bentuk perekonomian Islam 1) Syirkah, yaitu akad dalam bentuk kerja sama baik dalam bidang modal / jasa antara sesame pemilik modal dan jasa tersebut. Bentuk perserikatan antara lain; (1) Syirkah harta, (2) syirkah kerja , yang bergerak dalam bidang jasa seperti CV, PT, dan lain-lain. 2) Qiradh, secara bahasa yaitu hutang, atau pinjaman. Menurut Syara akad mengenai penyerahan modal kepeda seseorang atau badan usaha agar dikembangkan dan keuntungan dibagi sesuai dengan perjanjian. Syarat dan Rukun Qiradh

a) b) c) d)

Kedua belah pihak baligh dan berakal Modal harus jelas jumlahnya Keuntungan pembagian harus dicantumkan dalam akad perjanjian Masing masing pihak punya landasan amanah

3) Musyaqoh Kerja sama pemilik kebun dengan penggarap dengan tujuan untuk dibagi dua sesuai dengan perjanjian 4) Muzaroah

Kerja sama pemilik sawah ( ladang ) dan benih dari penggarap sedangkan pembagian hasil sesuai menurut perjanjian 5) Mukhobaroh Kerja sama pemilik sawah ( ladang dan benih dari pemilik sawah ) Kewajiban zakat untuk paroan sawah atau ladang ini wajib atas pemilik benih 6) Ijaroh ( sewa menyewa ) Akad atas manfaat dengan imbalan / tukaran dengan syarat syarat tertentu 7) Jialah Akad atas manfaat karena keberhasilan sesuatu hal dengan menjanjikan imbalan pada orang yang berhasil melaksanakan tugas Gadai dan pemanfaatan barangnya Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya baik oleh pemilik barang maupun oleh penggadai, kecuali bila mendapat izin dari masing-masing pihak. Akan tetapi bagi pemilik, bila barang gadai itu mengeluarkan hasil maka hasil itu menjadi hak pemilik barang. Namun demikian ketentuan ini bisa bertentangan dengna prinsip Islam dalam hak milik, yakni bahwa hak milik pribadi itu tidak mutlak, tapi berfungsi sosial, sebab harta benda itu hakikatnya milik Allah, ( ANnur :33 ) Mayoritas ulama melarang pemanfaatan barang gadai ini, dengan dalil

Semua pinjaman yang menarik manfaat adalah riba Apabila waktu jatuh tempo dan pemilik barang tidak bisa mengembalikan, maka barang dijual dan hasil selebihnya diberikan pada pemilik barang. Hak milik dalam Islam 1. 2. Hutang piutang yaitu menunda membayar hutang bila sudah mampu hukumnya haram Hiwalah yaitu memindahkan hutang dari seseorang pada orang lain

3. Rianah ( Gadai ) yaitu memanfaatkan barang gadai / jaminan, hal ini diperbolehkan sepanjang tidak mengurangi nilai aslinya, sebagaiman sabda Rosul ( Imam Bukhori ) Boleh menunggangi binatang tergadai dan boleh mengambil air susunya karena ia ( pemanfaat ) wajib memberi makan pada binatang tersebut. Barang gadai tersebut meliputi: barang bergerak, tidak bergerak dan benda hidup. Memanfaatkan barang jaminan secara berlebihan itu diharamkan karena mengandung unsur riba. 4. Ariyah (Pinjam meminjam) yaitu pinjam meminjam dengan mengambil manfaat tanpa mengurangi atau merusak barangnya. 5. Wadiah yaitu menitipkan barang

RIBA, BANK DAN ASURANSI Riba Riba artinya tambahan, atau tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman. AlJurjani merumuskan definisi riba yaitu kelebihan atau tambahan pembayaran tanpa ada ganti/ imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad ( transaksi ) Macam macam riba : 1. Riba Fadli yaitu tukar menukar barang sejenis dengan jumlah yang berbeda

2. Riba Nasiah yaitu kelebihan yang dikenakan pada orang yang berhutang sama-sama sebab waktu yang ditangguhkan ( contoh jual beli dengan dua harga ) 3. Riba Qord yaitu pinjam meminjam atau hutang piutang dengan menarik keuntungan dari orang yang meminjam atau berhutang Bank

Beberapa hukum bank konvensional: 1. Haram mutlak

2. Mubah dengan alasan bahwa adanya bank disuatu Negara merupakan kebutuhan yang tidak bisa dielakkan 3. Syubhat, yakni ragu-ragu tentang haram atau bolehnya

Bank non Islam ( konvensional ) dan bank Islam Bank non Islam atau conventional bank adalah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau badan guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga; sedangkan bank Islam ialah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut hhkum syariat Islam. Sudah tentu bank Islam tidak memakai sistem bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam. Sebagai pengganti sistem bunga, bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba.beberapa sistem pada bank Islam antara lain : 1. Wadiah ( titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito ), 2. Mudlorobah ( kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana atas dasar perjanjian profit ) disini pihak bank tidak mencampuri manajemen perusahaan. 3. Syirkah ( persekutuan ) di sini pihak bank dan pengusaha sama-sama mempunyai andil ( saham ) oleh karena itu kedua belah pihak berpartisipasi mengelola usaha dan memegang resikonya. 4. Murobahah, yakni jual beli barang dengan tambahan harga atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur. 5. Qordh Hasan ( pinjaman yang baik ) yakni bank Islam dapat memberikan pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik, terutama nasabah yang punya deposito di bank Islam itu sebagai salah satu service dan penghargaan bank kepada para deposan, karena deposan tidak menerima bunga atas depositonya dari bank Islam 6. Bank Islam juga dapat menggunakan modalnya dan dana yang terkumpul untuk investasi langsung dalam berbagai bidang usaha yang profitable, dan bank sendiri yang melakukan manajemennya. 7. Bank Islam boleh pula mengelola zakat dinegara yang pemerintahannya tiak mengelola zakat secara langsung. Dan boleh pula sebagian zakat yang terkumpul digunakan untuk proyek-proyek produktif yang hasilnya untuk kepentingan agama dan umum.

8. Bank Islam bolel pula memungut dan menerima pembayaran untuk ; (1) mengganti biayabiaya yang langsung dikeluarkan oleh bank seperti telepon, listrik dll, (2) membayar gaji karyawan bank yang melakukan pekerjaan untuk kepentingan nasabah, atau untuk sarana dan prasarana. Jual beli dengan sistem barter 1. Jual beli barter pada 6 macam barang yang sama jenis dan illatnya ( emas, perak, beras, gandum, padi, kurma, garam ) dilarang kecuali dengan syarat:

sama banyaknya Secara tunai

2. Jika beda jenis tapi sama illat boleh akan tetapi harus tunai ( contoh 1 Gr emas dengan 7 Gr perak , 1 kg kurma dengan 40 kg garam ) 3. Jika beda jenis dan illat kurma dengan emas 1 Gr ) Asuransi Pandangan ulama dan cendekiawan muslim tentang asuransi Ada 4 pendapat tentang asuransi 1. 2. Haram, dalam segala macam dan bentuknya sekarang ini , termasuk asuransi jiwa; Membolehkan semua asuransi dalam prakteknya sekarang ini boleh tanpa harus sama dan tunai ( contoh 10 Kg

3. Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang sematamata bersifat komersial; 4. Menganggap syubhat

Beberapa alasan yang mengharamkan asuransi adalah sebagai berikut: 1. Asuransi pada hakikatnya sama atau serupa dengan judi 2. Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti 3. Mengandung unsur riba/rente 4. Mengandung unsure eksploitasi, karena pemegang polis kalau tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya bisa hilang atau dikurangi uang premi yang dibayarkan

5. Premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis diputar dalam praktek riba ( kredit berbunga ) 6. Asuransi termasuk akad shorfi, artinya jual beli atau tukar menukar mata uang tidak dengan tunai. 7. Hidup dan mati manusia dijadikan obyek bisnis, yang berarti mendahului takdir Tuhan. Adapun beberapa alasan bagi yang membolehkan asuransi termasuk asuransi jiwa antara lain : 1. Tidak ada nash Alquran dan hadits yang melarang asuransi 2. Ada kesepakatan atau kerelaan kedua belah pihak 3. Saling menguntungkan keduabelah pihak 4. Mengandung kepentingan umum ( maslahah amah ), sebab premi-premi yang terkumpul bisa diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk pembangunan 5. Asuransi termasuk akad mudlorobah, artinya akad kerja sama bagi hasil antara pemegang polis ( pemilik modal ) dengan pihak perusahaan asuransi yang memutar modal atas dasar profit. 6. Asuransi termasuk koperasi ( syirkah taawuniyah ) 7. Diqiyaskan ( analogi ) dengan sistem pensiun, seperti Taspen Alasan yang keempat yakni bagi mereka yang membolehkan asuransi yang bersifat sosial pada garis besarnya sama dengan alasan pendapat kedua; sedangkan alasan yang mengharamkan asuransi yang bersifat komersial pada garis besarnya sama dengan alasan pendapat pertama. Adapun alasan bagi mereka yang menganggap asuransi adalah syubhat, karena tidak ada dalildalil syarI yang secara jelas mengharamkan ataupun menghalalkan asuransi. Dan apabila hokum asuransi dikategorikan syubhat, maka konsekwensinya adalah kita dituntut bersikap hati-hati menghadapi asuransi, dan kita baru diperbolehkan mengambil asuransi, apabila kita dalam keadaan dlorurat atau hajat/ kebutuhan. Sikap ideal seorang muslim terhadap masalah khilafiyah seperti masalah asuransi jiwa. Seorang muslim harus bijaksana dalam menghadapi masalah khilafiyah ini. Ia harus berani memilih diantara pendapat- pendapat ulama diatas yang dipandangnya paling kuat dalil/ argumentasinya, baik pendapat itu ringan atau berat untuk dilaksanakan. Penulis cenderung kepada pendapat yang kedua, karena selain alasan-alasan yang dikemukakan diatas , dapat diperkuat dengan alasan-alsan sebagai berikut :

1.

Sesuai dengan kaidah hukum Islam

Pada prinsipnya pada akad-akad itu boleh, sehingga ada dalil yang melarangnya. Bahkan terdapat ayat dan hadits yang memberikan isyarat/ indikasi kehalalan asuransi jiwa, yakni AlQuran surat An-Nisa ayar 8 dan hadits Nabi riwayat bukhori dan Muslim dari Said bin Abu Waqas: Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan orang banyak. 2. Sesuai dengan tujuan pokok hokum Islam: untuk menarik/ mencari kemaslahatan dan menolak atau menghindari kerusakan/ kerugian. 3. Sesuai dengan kaidah hukum Islam

Jika ada dua bahaya/ resiko yang berhadapan ( berat dan ringan ) maka didahulukan bahaya yang ringan atau lebih ringan 4. Asuransi tidak sama dengan judi ( gambling ), karena asuransi bertujuan mengurangi resiko dan bersifat sosial dan membawa maslahah bagi keluarga; sedangkan judi justru menciptakan resiko, tidak sosial dan bisa membawa malapetaka bagi yang terkait dan keluarganya. 5. Asuransi tentunya sudah diperhitungkan secara matematik untung dan ruginya bagi perusahaan asuransi dan bagi pemegang polisnya, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan secara mutlak. 6. Sesuai dengan asas dan prinsip hukum Islam: meniadakan kesempitan dan kesukaran dan hidup bergotong-royong Namun demikian perlu juga mendapat perhatian bagis semua perusahaan asuransi agar manajemen dan sistem asuransi perlu disesuaikan dengna prinsip-prinsip dan jiwa syariat Islam , dan hendaknya sebagian keuntungan dari usaha asuransi, hendaknya digunakan untuk kepentingan sosial dan agama.

REKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM Upaya Mewujudkan Pendidikan Islam Yang Mencerdaskan Oleh: Samsul Afandi A. Pendahuluan Berbicara tentang pendidikan Islam lazimnya memunculkan gambaran yang memilukan dalam pikiran kita tentang ketertinggalan, kemunduran, dan arah tujuan yang tidak jelas. Hal ini muncul manakala pendidikan Islam dihadapkan dengan modernisasi dan globalisasi yang ditandai dengan kemajuan sains Barat, di samping ketika dikaitkan dengan kenangan masa kejayaan Islam dimasa lalu. Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan dunia sekitar abad ke-7 sampai abad ke-15. Setelah itu, masa keemasan itu mulai melayu, statis, bahkan mundur hingga abad ke-21 ini.1 Sebagai agen peradaban dan perubahan sosial, pendidikan islam berada dalam atmosfir modernisasi dan globalisasi dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif. Keberadaannya diharapkan mampu memberikan kontribusi dan perubahan positif yang berarti bagi perbaikan dan kemajuan peradaban umat islam, baik pada dataran intelektual teoritis maupun praktis. Pendidikan Islam bukan hanya sekedar proses transformasi nilai-nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatif globalisasi dan modernisasi. Tetapi yang paling urgen adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan lewat pendidikan Islam tersebut mampu berperan aktif sebagai generator yang memiliki pawer pembebas dari tekanan dan himpitan keterbelakangan sosial budaya, kebodohan, ekonomi dan kemiskinan di tengah mobilitas sosial yang begitu cepat. Kehadiran pendidikan Islam jika ditinjau dari kelembagaan maupun dari nilai-nilai yang ingin dicapainya masih memenuhi tuntutan yang bersifat formalitas dan bukan sebagi tuntutan yang bersifat substansial, yakni tuntutan untuk menelorkan pribadi-pribadi aktif penggerak sejarah dan pemain gesit-tangkas pelopor dan produsen peradaban Islam dimasa mendatang. Sementara itu, pendidikan Islam dalam perkembangannya memunculkan dua pola pikiran yang kontradiktif. Keduanya memiliki bentuk yang berbeda, baik pada aspek materi, sistem pendekatan,maupun dalam bentuk kelembagaannya. Hal itu merupakan akumulasi dari respon sejarah pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua model pikiran itu adalah pendidikan Islam tradisional dan pendidikan Islam modernis. Pendidikan islam tradisionalis lebih menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusif-literalis, dan apologis. Sedangkan pendidikan Islam modernis yang lebih menekankan pada daya pemikiran kritis yang lama-kelamaan terlihat mulai kehilangan identitas keislamannya atau ruh-ruh mendasar islamnya. Ketertinggalan pendidikan Islam -salah satunya- juga dikarenakan oleh terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan Islam yang hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan

kehidupan jasmani. Dengan kata lain pendidikan Islam masih memisahkan antar akal dan wahyu, ayat qouliyah dan ayat kauniyah serta pikir dan zikir. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan paradigmatik, yaitu kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia pendidikan Islam, yang disebabkan karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada konsep abdullah (manusia sebagai hamba), ketimbang sebagai konsep khalifatullah (manusia sebagai khalifah Allah). Saat ini, pendidikan Islam berada pada posisi determinisme historik dan realisme. Dalam artian bahwa, satu sisi umat Islam berada pada romantisme historis di mana mereka bangga karena pernah memiliki para pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi transmisi bagi khazanah Yunani, namun di sisi lain mereka menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan Islam tidak berdaya dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi modern. Hal ini pun didukung dengan pandangan sebagian umat Islam yang kurang meminati ilmu-ilmu umum dan bahkan sampai pada tingkat diharamkan. Hal ini berdampak pada pembelajaran dalam sistem pendidikan Islam yang masih berkutat apa yang oleh Muhammad Abed al-Jabiri, pemikir asal Maroko, sebagai epistemologi bayani, atau dalam bahasa Amin Abdullah disebut dengan hadharah an-nash (budaya agama yang semata-mata mengacu pada teks), di mana pendidikan hanya bergelut dengan setumpuk teks-teks keagamaan yang sebagian besar berbicara tentang permasalahan fikih semata.2 Semua faktor kelemahan tradisi ilmiah dikalangan umat Muslim dan problematika yang komplek terjadi dalam pendidikan Islam, menyebabkan pendidikan Islam selalu berada dalam ketertinggalan dan secara teoritis tidak akan mampu memberikan jawaban terhadap tuntutan liberalis dan humanisasi. Oleh karena itu, keterlanjuran krisis ini hemat penulis jangan hanya dilihat dalam prespektif negatif, tetapi harus dilihat dalam kaca mata dinamika ilmu pengetahuan Islam, dengan jalan merekonstruksi bangunan epistemologi yang masih menggunakan paradigma yang lama untuk diganti dengan paradigma yang baru sesuai dengan konteks (kebutuhan) sekarang atau kekinian. Dengan asumsi inilah dicoba untuk diungkapkan berbagai permasalahan dalam pendidikan Islam, epistemologi pendidikan Islam dan dari sinilah, kemudian dicarikan alternatif baru reformasi- pemikiran epistemologis yang tentunya lebih realistis, inovatif, tegas dan dinamis. B. Mengurai Problematika Pendidikan Islam Pendidikan Islam saat ini, berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan mengenaskan. Hal ini terjadi karena pendidikan Islam mengalami keterpurukan jauh tertinggal dengan pendidikan Barat. Pendidikan Islam sekarang cenderung mengekor dan berkiblat pada Barat. Dengan supremacy knowledge yang dikuasai oleh negara-negara maju, maka hampir dalam semua aspek kehidupan seperti pertahanan dan persenjataan, komunikasi dan informasi, ekonomi, teknologi, perdagangan, pendidikan dan bahkan pengembangan ilmu pengetahuan negara-negara Muslim masih bergantung kepada dunia Barat. Banyak para pemikir pendidikan Islam telah ikut andil dan aktif meyumbangkan ide dan pemikirannya untuk menyelesaikan beberapa problema yang menjadi virus untuk menggrogoti

sistem pendidikan Islam. Mereka selalu memberikan kritikan, masukan, dan menawarkan solusisolusi alternatif yang bisa dipakai untuk mengobati penyakit yang sedang diderita sistem pendidikan Islam saat ini. Namun, pendidikan Islam tampaknya belum mampu untuk bangkit dari keterpurukan dan dapat menjawab berbagai tantangan yang dihadapinya baik itu tantangan eksternal maupun internal. Mengapa pendidikan Islam sampai saat ini masih jauh tertinggal dengan Barat dan berada dalam keterpurukan, dan mengapa pola pendidikan Islam yang digunakan selama ini terkesan lambat untuk membentuk manusia cerdas, kritis, kreatif, dan bermoral? apa faktor-faktor penyebabnya? Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa problematika yang sedang dialami oleh pendidikan Islam saat ini, yaitu: Pertama: format kurikulum yang tidak jelas orientasinya. Orientasi pendidikan Islam masih tidak terarah pada tujuan yang semestinya sesuai dengan orientasi Islam. Pendidikan Islam masih meniti beratkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dari pada kholifatullah. Akhirat disini, tentu saja segala-galanya, hanya saja berkaitan dunia nya belakangan. Di samping itu, masih bersifat devenitive artinya menyelamatkan kaum muslimin dari segala pencemaran dan pengerusakan yang ditimbulkan oleh gagasan Barat yang datang melalui berbagai disiplin ilmu yang dapat mengancam standar-standar moralitas tradisional Islam. Kedua: implementasi pendidikan Islam masih memelihara warisan lama, sehingga ilmu yang dipelajari adalah ilmu klasik dan ilmu modern tidak tersentuh. Sumber-sumber yang dijadikan rujukan hanyalah kitab klasik dan dianggap sebagai ukuran baku dan primadona yang dapat menjawab semua persoalan konterporer. Ketiga: umat Islam cenderung terbuai dengan romantisme masa lalu, sehingga mereka sulit dan enggan melakukan reformasi dan pembaharuan. Mereka seperti orang yang berjalan mundur, lupa bahwa mereka sedang menghadapi arus globalisasi dan modernisasi yang begitu derasnya. Mereka larut dalam lamunan mimpi dan meninggalkan realitas sesungguhnya. Hal ini, menyebabkan pendidikan Islam kalah cepat dengan perubahan sosial, politik, ekonomi, dan kemajuan IPTEK yang dikembangkan oleh Barat. Keempat: model pembelajaran pendidikan Islam masih menekankan dan mempertahankan pada pendekatan intelektual verbalistik dan menegasi interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru dan murid. Sehingga sistem pendidikannya masih mandul, terbelakang dan mematikan daya kritis anak, dan terpaku pada kapasitas keilmuan pendidiknya. Model seperti ini belum mencerdaskan dan memerdekakan anak didik. Kelima: sempitnya pemahaman terhadap esensi ajaran Islam. Terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan Islam yang hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Dari realita ini maka akan tampak adanya pembedaan dan pemisahan antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang sakral dengan yang profan antara dunia dan akhirat.

Keenam: persoalan konseptual-teoritis ini ditandai dengan adanya paradigma dikotomi dalam dunia pendidikan Islam antara agama dan bukan agama, wahyu dan akal serta dunia dan akhirat. Terjadinya dikotomi islamic knowledge dan non islamic knowledge mengakibatkan ilmu-ilmu aqliyah yang menjadi pilar bagi sains dan teknologi menjadi pudar, bahkan lenyap dari tradisi keilmuan dan pendidikan Islam. Pada saat yang sama, ilmu-ilmu aqliyah tadi mengalami transmisi ke dunia Barat. Akhirnya, umat Islampun menjadi terperangah dengan supermacy knowledge yang dikuasai Barat dan mengalami ketergantungan kepada mereka dalam hampir semua aspek kehidupan. Ketujuh: kurangnya respon pendidikan Islam terhadap realitas sosial sehingga peserta didik jauh dari lingkungan sosio-kultural mereka. Pada saat mereka lulus dari lembaga pendidikan Islam mereka akan mengalami social-shock. Seperti pendidikan Islam model pesantren yang mengesampingkan materi sains. Kedelapan: realitas pola pendidikan Islam yang selama ini dipakai cenderung mematikan kreatifitas dan memenjarakan peserta didik. Pendidikan hanya menuntut anak didik untuk selalu patuh dan tidak memberikan ruang kebebasan sedikitpun untuk bersikap kritis dan rasional. Pendidikan Islam terlanjur menitik beratkan pada penimbunan fakta-fakta dan melupakan belajar berfikir. Akibatnya adalah stagnasi yang menjerus pada keadaan statis dan akhirnya macet dan beku dalam berfikir dan bertindak. Kesembilan: interaksi guru dan murid seperti subjek dan obyek. Sistem pendidikan islam banyak tidak didukung oleh guru-guru yang demokratis, yang memberikan kebebasan kepada anak didik untuk mengemukakan pendapat secara bebas dan argumentatif. Pendapat guru di sini adalah segalanya dan pasti benar adanya, yang tidak boleh dibantah apalagi dikritik. Mengkritik guru bisa kuwalat dan tidak barokah, adalah slogan yang sering didengungkan kepada anak didik agar memiliki rasa tadhim dan takut kepada gurunya. Akibatnya, anak didik selalu ketakutan dan tidak berdaya untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan sendiri. Kesepuluh: materi dan bahan ajar sudah tidak layak lagi diajarkan, karena tidak sesuai lagi dengan literatur perkembangan jaman. Kesebelas: metode pembelajaran yang selama ini digunakan lebih menitik beratkan pada sistem hafalan bukan proses berfikir logis. Proses pembelajaran yang hanya berkutat dalam persoalan menghafal definisi, konsep-konsep, teori-teori ini dapat menutup pintu untuk bisa menelorkan konsep dan ide anak didik sendiri. Keduabelas: adanya kesalahan prespektif kebanyakan guru dan umat muslim terhadap anak yang baik. Mereka berpendapat bahwa anak yang baik adalah anak yang memiliki kategori anak yang manis, patuh, pandai menyesuaikan diri dan memiliki disiplin yang kuat. Sementara anak dalam kategori nakal atau durhaka adalah anak yang suka mengkritik, tidak patuh, dan bandel. Sehingga proses pendidikan bukan mendorong anak didik menemukan jati diri yang cerdas, kritis, dan kreatif melainkan justru membawa ke arah wawasan yang dekat ke proses penjinakan dan domestikasi subjek didik.

Ketiga belas: tidak harmonisnya akal dan wahyu. Umat Islam masih banyak yang hanya memandang bahwa akhirat adalah segala-galanya. Sehingga mereka hanya terkesan asik berkutat dengan persoalan-persoalan yang ada kaitan dengannya. Belajar logika, filsafat, matematika, kimia, biologi, dan sains lainnya hukumnya haram. Sementara belajar fiqih, ushul fiqih, tafsir, ilmu-ilmu agama lainnya adalah wajib dan mulia, disertai keyakinan bahwa hal itu bisa menghantarkan kesurga. Perspektif diskriminatif seperti ini harus segera direformasi, jika umat Islam ingin bangkit dari keterbelakangan dan kebodohan. Masalah ini dapat terselesaikan dengan cara mengintegralkan akal dan wahyu menjadi satu kesatuan fungsional dalam proses pendidikan Islam. 3 Keempat belas: rendahnya kualitas intelektual dan penguasaan terhadap teknologi serta profesionalitas tenaga pendidik. Hal ini ditandai dengan kurangnya unsur kreativitas dan produktifitas, kapasitas intelektual yang memadai, karakteristik, skill yang direalisasikan dengan hasil kerja dan kinerja yang baik dieraglobalisasi ini. Unsur kreativitas, diskusi, problem solving, discovery masih menjadi barang langka dalam proses belajar mengajar. 4 Hal ini sudah maklum, karena tenaga pendidik sekarang ini merupakan produk pendidikan Islam model klasik. Kelimabelas: bentuk kurikulum pendidikan Islam masih sekuler. Hal ini terbukti adalanya pembedaan antara materi agama dan umum serta masih berdiri sendiri-sendiri. Jika ada sekolah yang ingin memadukan antara keduanya, maka yang terjadi justru terjadi penumpukan materi yang memberatkan siswa sekaligus menjajah dunia bermain anak seperti yang terjadi MI, MTs, MA, bahkan sampai ada sekolah full day shcool. Keenambelas: terjadinya proses imperialisme epistemologi Barat terhadap pemikiran Islam. Dunia Barat saat ini telah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan tersebut mempengaruhi negara-negara diseluruh dunia. Tidak dipungkiri, Barat memberikan sumbangan yang besar terhadap sains dan teknologi modern. Rahasia kemajuan Barat terletak pada pendekatan sains dan epistemologinya. Epistemologi yang dikuasai oleh ilmuwan-ilmuwan Barat digunakan untuk mewujudkan temuan-temuan baru dalam sains dan teknologi. Epistemologi yang dikembangkan ilmuwan Barat itu selanjutnya mempengaruhi pemikiran para ilmuwan diseluruh dunia seiring dengan pengenalan dan sosialisasi sain dan teknologi mereka. Epistemologi itu dijadikan acuan dalam mengembangkan pemikiran para ilmuwan di masingmasing negara, akhirnya secara praktis mereka terbaratkan; pola pikirnya, pijakan berpikirnya, metode berpikirnya, cara mempersepsi terhadap pengetahuan dan sebagainya mengikuti gaya Barat semuanya. Secara sadar atau tidak sadar mereka telah terbelenggu oleh pengaruh Barat. Padahal epistemologi yang semestinya dijadikan sarana penalaran yang bisa mewujudkan dinamika pemikiran, berubah menjadi penyeragaman cara-cara berpikir. Seolah-olah hanya ada satu model berpikir yang mesti diikuti. Kondisi yang semacam ini makin membuktikan bahwa sesungguhnya telah terjadi proses imperialisme epistemologi Barat terhadap pemikiran masyarakat dunia termasuk Islam.5 ketujuhbelas: fenomena kurikulum pendidikan Islam atau kajian keislaman saat ini masih banyak pada dataran rasional, intelektual, etis, dan irfani, sedikit di wilayah ilmu terapan, skill atau teknologi. 6Kita masih senang bergumul dengan penegetahuan al-quran, tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih, kalam, tasawuf, akhlak, sejarah, pemikiran Islam, ilmu pendidikan, dan teoritik keilmuan lainnya ketimbang pengalaman, keahlian, ketrampilan, dan teknologi yang sifatnya

empiris-positivistik-aplikatif. Mengapa kita berada dalam kondisi seperti ini, paling tidak ada dua alasan. Pertama, karena doing, experience, atau skill dianggap hal yang sekuler, profan, dan inferior jika dibandingkan dengan knowing, intelektual, atau irfani. Kedua, karena umat Islam memang tidak mampu untuk itu, terutama dalam kemampuan epistemologi-metodologispositivistik. Sebenarnya masih banyak problematika yang perlu dikaji dan dikoreksi dan ditemukan solusinya seperti (1). Rendahnya sarana fisik, (2). Rendahnya kualitas guru, (3). Rendahnya kesejahteraan guru, (4). Rendahnya prestasi siswa, (5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, (7). Mahalnya biaya pendidikan dan lain sebagainya, agar pendidikan Islam ke depan dapat bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan, maka harus dilakukan reformasi epistemologi pendidikan Islam. C. Merekonstruksi Epistemologi Pendidikan Islam Sebelum kita membahas bagaimana membenahi epistemologi pendidikan Islam, perlu kita kaji terlebih dahulu seputar pengertian, ruanglingkup, objek, tujuan, landasan epistemologi, dan pendidikan Islam, dengan tujuan agar kita dapat menentukan alternatif yang tepat dan cepat untuk menyelesaikan problematika yang sedang dialami oleh pendidikan Islam saat ini. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Epitemologi Apa sebenarnya epistemologi itu? Dari beberapa literatur dapat disebutkan bahwa Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari obyek yang ingin dipikirkan.7 D.W. Hamlyn Mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dan pengandai-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.8 Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas, diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.9 Bertolak dari beberapa pengertian di atas, kiranya dapat dirinci aspek-aspek yang menjadi cakupan epistemologi atau ruang lingkupnya, yaitu meliputi hakekat, sumber, dan validitas pengetahuan. 2. Objek dan Tujuan Epistemologi Objek epistemologi menurut Jujun S. Suriasumantri berupa Segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.10 Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran atau objek teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi menghantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran , mustahil tujuan bisa terealisasi, sebaliknya tanpa tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah. Selanjutnya, apa yang menjadi tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain mengatakan, Tujuan epistemologi bukanlah hal utama menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi

untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.11 Hal ini menunjukkan bahwa tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan -kendatipun tidak bisa dihindari- akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan. Rumusan ini menumbuhkan kesadaran bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis. Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil, sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses. Seseorang yang mengetahui prosesnya, tentu akan dapat mengetahui hasilnya, tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya. Contoh, seorang guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa empat kali lima sama dengan dua puluh (4 X 5 = 20) dan siswa mengetahui, bahkan hafal. Namun, bagi siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan da hafalannya itu. Dia akan mengejar bagaimana prosesnya, empat kali lima sama dengan dua puluh. Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail, sehingga siswa benarbenar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lain. Dengan demikian, seseorang tidak sekedar mengetahui sesuatu atas informasi orang lain, tetapi benarbenar tahu berdasarkan pembuktian kontektual melalui proses itu. 3. Landasan Epistemologi Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan, sebab ia merupakan tempat berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi mapan, jika memiliki landasan yang kokoh. Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam meyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan. Jadi, imu pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh lewat metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan. Dari pengertian, ruang lingkup, objek, dan landasan epistemologi ini, dapat kita disimpulkan bahwa epistemologi merupakan salah satu komponen filsafat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya berkenaan dengan cara, proses, dan prsedur bagaimana ilmu itu diperoleh. 4. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani-rahani menurut hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut Islam, yang berarti menitikberatkan kepada bimbingan jasmani-rohani berdasarkan ajaran Islam dalam membentuk akhlak mulia.12 Hamdani Ihsan dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam menukil bahwa menurut Syekh Muhammad A. Naquib Al-Atas Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari

segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.13 Musthafa Al-Ghulayaini mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja untuk memanfaatkan tanah air.14 Syahminan Zaini, dalam bukunya Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, agar terwujud kehidupan manusia yang bahagia dan makmur.15 Menurut Zuhairini pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau sesutu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.16 Dari beberapa definisi tersebut, tampak sekali penekanan pendidikan Islam kepada pembentukan kepribadian, akhlak, mengembangkan fitrah dan semua potensi manusia secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam, sehingga diharapkan menjadi muslim yang baik, memiliki pola pikir logiskritis, beriman, bertaqwa, berguna bagi diri dan lingkungannya, dan dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat sesuai dengan ajaran Islam. 5. Membenahi Epistemologi Pendidikan Islam Reformasi epistemologi Islam dalam dunia pendidikan sangat penting dilakukan demi menghasilkan pendidikan bermutu dan yang mencerdaskan, terlebih dalam krisis kekinian yang menyangkut pengetahuan dan pendidikan Islam saat ini. Krisis yang terjadi dalam dunia pengetahuan dan pendidikan Islam saat ini menyebabkan tradiri keilmuan menjadi beku dan mandek, sehingga pendidikan Islam sampai saat ini masih belum mampu menunjukkan perannya secara optimal. Untuk mengatasi kelemahan dan problematika dalam pendidikan Isam tersebut harus dilakukan pembaruan-pembaruan (merekontruksi pendidikan) secara komprehensif agar terwujud pendidikan Islam ideal yang mencerdaskan dan bermoral dengan cara merekonstruksi epistemologi pendidikan Islamnya. Epistemologi pendidikan Islam ini meliputi; pembahasan yang berkaitan dengan seluk-beluk pendidikan Islam, asal-usul, sumber, metode, sasaran pendidikan Islam. Dalam pembahasan ini epistemologi pendidikan Islam lebih diarahkan pada metode atau pendekatan yang dapat dipakai untuk membangun ilmu pengetahuan Islam, dari pada komponenkomponen lainnya, sebab metode atau pendekatan tersebut paling dekat dengan upaya mengembangkan pendidikan Islam, baik secara konseptual maupun aplikatif. Epistemologi pendidikan Islam bisa berfungsi sebagai pengkritik, pemberi solusi, penemu, dan pengembang. Pendekatan epistemologi membuka kesadaran dan pengertian siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan cara atau metode tertentu, sebab ia menyajikan proses pengetahuan di hadapan siswa dibandingkan hasilnya. Pendekatan epistemologi ini memberikan pemahaman dan keterampilan yang utuh dan tuntas. Seseorang yang mengetahui proses sesuatu kegiatan pasti

mengetahui hasilnya. Sebaliknya, banyak yang mengetahui hasilnya tetapi tidak mengetahui prosesnya. Berbeda siswa yang hanya diberikan roti kemudian dia menikmatinya, dengan siswa yang diajak untuk membuat roti, kemudian menikmatinya. Tentunya pengetahuan siswa yang mengetahui proses pembuatan roti sampai menikmati itu lebih utuh, kokoh, dan berkesan. Seandainya pendekatan epistemologi ini benar-benar diimplementasikan dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan Islam, maka dalam waktu dekat -insyaAllah-siswa dapat memiliki kemampuan memproses pengetahuan dari awal hingga wujud hasilnya. Jika pendidikan Islam mengedepankan pendekatan epistemologi dalam proses belajar mengajar, maka pendidikan Islam akan banyak menelorkan lulusan-lulusan yang berjiwa produsen, peneliti, penemu, penggali, dan pengembang ilmu pengetahuan. Karena epistemologi merupakan pendekatan yang berbasis proses, maka epistemologi melahirkan konsekuensi-konsekuensi logis, yaitu : 1. menghilangkan paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas untuk dinilai, mengajarkan agama lewat bahasa ilmu pengetahuan, dan tidak mengajarkan sisi tradisional saja, tetapi sisi rasional. Selain itu, perlu ditambahkan lagi dengan penggunaan indera dan akal pada wilayah obyek ilmu, sedangkan wahyu memberikan bimbingan atau menuntun akal untuk mewarnai ilmu itu dengan keimanan dan nilai-nilai spiritual. 2. Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi menjadi pola partisipatif antara guru dan murid. Pola ini memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, optimis, dinamis, inovatif, memberikan alasan-alasan yang logis, bahkan siswa dapat pula mengkritisi pendapat guru jika terdapat kesalahan. Intinya, pendekatan epistemologi ini menuntut pada guru dan siswa untuk sama-sama aktif dalam proses belajar mengajar. 3. Merubah paradigma idiologis menjadi paradigma ilmiah yang berpijak pada wahyu Allah SWT. Sebab, paradigma idiologis ini -karena otoritasnya-dapat mengikat kebebasan tradisi ilmiah, kreatif, terbuka, dan dinamis. Praktis paradigma idiologis tidak memberikan ruang gerak pada penalaran atau pemikiran bebas bertanggung jawab secara argumentatif. Padahal, wahyu sangat memberikan keleluasaan bagi akal manusia untuk mengkaji, meneliti, melakukan observasi, menemukan, ilmu pengetahuan (ayat kauniyah) 17 dengan petunjuk wahyu Allah SWT.18 Dan paradigma ilmiah saja tanpa berpijak pada wahyu, tetap akan menjadi sekuler. Karena itu, agar epistemologi pendidikan Islam terwujud, maka konsekuensinya harus berpijak pada wahyu Allah. 4. Guna menopang dan mendasari pendekatan epistemologi ini, maka perlu dilakukan rekonstruksi kurikulum yang masih sekuler dan bebas nilai spiritual ini, menjadi kurikulum yang berbasis tauhid. Sebab segala ilmu pengetahuan yang bersumber pada hasil penelitian pada alam semesta (ayat kauniyah) maupun penelitian terhadap ayat qouliyah atau naqliyah (al-quran dan sunnah) merupakan ilmu Allah SWT. Ini berarti bahwa semua ilmu bersumber dari Allah. Realisasinya, bagi penyusun kurikulum yang berbasis tauhid ini harus memiliki pengetahuan yang komperhensif tentang Islam. Karena kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Terkait dengan pengembangan kurikulum pendidikan Islam, hal-hal yang sifatnya masih melangit, dogmatis, dan transendental perlu diturunkan dan dikaitkan dengan dunia empiris di lapangan. Ilmu-ilmu yang berbasis pada realitas pengalaman empiris, seperti sosiologi, spikologi, filsafat kritis yang sifatnya membumi perlu dijadikan dasar pembelajaran, sehingga ilmu betul-betul menyentuh persoalan-persoalan dan pengalaman empiris.

5. Epistemologi pendidikan Islam diorientasikan pada hubungan yang harmonis antara akal dan wahyu. Maksudnya orientasi pendidikan Islam ditekankan pada perumbuhan yang integrasi antara iman, ilmu, amal, dan akhlak. 19 Semua dimensi ini bergerak saling melengkapi satu sama lainnya, sehingga perpaduan seluruh dimensi ini mampu menelorkan manusia paripurna yang memiliki keimanan yang kokoh, kedalaman spiritual, keluasan ilmu pengetahuan, dan memiliki budi pekerti mulia yang berpijak pada semua bersumber dari Allah, semua milik Allah, difungsikan untuk menjalankan tugasnya sebagai kholifah Allah dan sebagai abdullah, dan akan kembali kepada Allah (mentauhidkan Allah). Bisa dikatakan bahwa hasil produk integrasi ini adalah manusia yang beriman tauhidiyah, berilmu amaliyah, beramal ilmiah, bertaqwa ilahiyah, berakhlak robbaniyah dan berperadaban islamiyah. 6. Konsekuensi yang lain adalah merubah pendekatan dari pendekatan teoritis atau konseptual pada pendekatan kontekstual atau aplikatif. Dari sini pendidikan Islam harus menyediakan berbagai media penunjang untuk mencapai hasil pendidikan yang diharapkan. Menurut perspektif Islam bahwa media pendidikan Islam adalah seluruh alam semesta atau seluruh ciptaan Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW : tafakkaruu filkholqi walaa tafakkaruu fil khooliq, fainnakum laa taqdiruuna qodrohu yang artinya berpikirlah kamu sekalian tentang makhluk ciptaan Allah, jangan kamu berpikir tentang Allah, sesungguhnya kalian tidak akan mampu memikirkan-Nya. (HR.Abu Syekh dari Ibn Abas). 7. Adanya peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan penguasaan materi yang komperhensif tentang materi ajar yang terintegrasi antara ilmu dan wahyu. Setelah kita mengetahui beberapa konsekuensi logis dari penerapan pendekatan epistemologi, perlu kita mengetahui sumber ilmu pengetahuan atau cara memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Mujamil Qomar ditinjau dari cara memperolehnya, adakalnya pengetahuan pedidikan diperoleh setelah mengalami. Ini merupakan pengetahuan pendidikan secara aposteirori (oleh Imam Ghozali disebut ilmu nazari) atau menurut istilah Barat disebut empirisme. Adakalanya pengetahuan pendidikan diperoleh sebelum mengalaminya, hanya melalui perenungan dan penggagasan. Hal ini disebut pengetahuan pendidikan apriori (oleh Imam Ghozali disebut ilmu awali) atau menurut istilah Barat disebut rasionalisme. 20 Jika pengetahuan pendidikan yang pertama bersumber dari indera, maka pengetahuan pendidikan yang kedua bersumber dari akal. Sedangkan asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam adalah dari Allah SWT. Karena itu, jika dibandingkan dengan pengetahuan yang bersumber dari indera dan akal, maka masih ada tingkatan pengetahuan yang jauh lebih tinggi, yaitu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan petunjuk wahyu. Pengetahuan yang bersumber dari indera ataupun akal, kebenarannya bersifat nisbi. Artinya, jika ada penelitian dan pembuktian lain yang berhasil mematahkan hasil penelitian pertama, maka hasil penelitian pertama tidak berlaku lagi dan yang digunakan adalah hasil penelitian kedua, begitu seterusnya. Sedangkan pengetahuan yang bersumber pada petunjuk wahyu, kebenarannya bersifat mutlak. Mujamil menambahkan bahwa di samping itu, masih ada pengetahuan yang diperoleh secara -cuma-cuma- dari Tuhan melalui mimpi, intuisi, ilham, dan semacamnya.21 Betapapun besarnya kekuatan akal untuk menjalankan proses berpikir, bernalar, merenung, menggagas, berspekulasi, dan berimajinasi untuk menemukan pengetahuan baru, tetapi perlu ditegaskan lagi bahwa akal memiliki keterbatasan. Kemampuan akal sangat terbatas. Banyak

realita yang diakui ada, tetapi akal tidak mampu menjangkaunya. Kenyataan ini dapat dijadikan peringatan agar manusia tidak bersifat arogan setelah menemukan dari sedikit ilmu Allah yang tersembunyi dibalik sunnatullah atau alam ciptaan-Nya. Kita tahu bahwa epistemologi Barat memiliki ciri-ciri pendekatan skeptif (keragu-raguan atau kesangsian), pendekatan rasional-empirik, pendekatan dikotomik, pendekatan positif-objektif, dan pendekatan yang menentang dimensi spiritual. Sedangkan epistemologi pendidikan Islam selama ini terkesan masih bersifat teologis, doktrinal, pasif, sekuler, mandul, jalan ditempat, dan tertinggal jauh dengan epistemplogi pendidikan Barat terutama sains dan teknologi. Dalam hal ini, alternatif yang mujarab untuk mencairkan kebekuan epistemplogi dalam bangunan pendidikan Islam dan untuk menyelamatkan umat islam dan peradabannya akibat epistemologi Barat, maka kita harus melakukan reformasi pada epistemologi pendidikan Islam yang sudah terbaratkan, yaitu dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. dengan cara membangun epistemologi yang berpijak pada Al-quran dan As-sunnah yang didesain dengan mempertimbangkan konsep ilmu pengetahuan, islamisasi ilmu pengetahuan dan karakter ilmu dalam perspekti Islam yang bersandar pada kekuatan spiritual yang memiliki hubungan harmonis antara akal dan wahyu, interdependensi akal dengan intuisi dan terkait nilainilai spiritual. Episemologi Pendidikan Islam seperti ini, menjadi tumpuan harapan dalam membangun kehidupan umat Islam yang lebih baik dengan suatu peradaban Islam yang lebih mapan dan stabil. Epistemologi pendidikan Islam seperti ini menekankan totalitas pengalaman dan kenyataan (empirisme) serta menganjurkan banyak cara untuk mempelajari alam (rasionalisme), sehingga ilmu yang diperoleh dari wahyu maupun akal, dari observasi maupun intuisi, dari tradisi maupun spekulasi teoritis benar-benar mencetak generasi-generasi yang seimbang antara intelektual, skill, dan spiritualnya serta moralitasnya. b. kita harus memperioritaskan epistemologi pendidikan Islam yang berbasis proses tauhid, pengalaman empirik, di mana dari realitas empirik ini kemudian diamati, dikaji, dan diteliti dengan mengandalkan metode observasi dan eksperimentasi disertai tehnik-tehniknya dengan spirit tauhid keimanan. Langkah ini menekankan bahwa epistemologi harus dimaknai sebagai proses, prosedur, cara atau kerja metodoligi penelitian guna mencapai pengetahuan baru, bukan epistemologi dalam makna sumber atau alat untuk mencapai pengetahuan. Kemudian, muatanmuatan teologis atau hegemoni teologi atas epistemologi harus dihilangkan sedemikian rupa sehingga epistemologi menjadi independen atau berdiri sendiri. c. orientasi atau penekanan pada knowing (marifah), pengetahuan teoritik, atau akademik yang cenderung menjadikan siswa pasif dalam belajar di bawah otoriter guru, perlu dirubah ke arah orientasi epistemologi pendidikan Islam yang menekankan pada doing, aktivitas dan kreativitas, atau kerja profesional yang menjadikan siswa aktif dan kretif dalam belajar. Dalam proses doing, aktivitas, kreativitas tersebut nilai-nilai spiritual dan moralitas masuk di dalamnya, sehingga di samping siswa menemukan ilmu pengetahuan baru dia juga mengakses nilai-nilai spiritual secara bersamaan. i. mengembangkan metode atau pendekatan yang lebih mencerdaskan siswa dari pada pendekatan tradisional yang menekankan pendekatan hafalan saja, seperti 1) metode aqli (proses berpikir atau rasional) yaitu metode yang dipergunakan untuk memperoleh ilmu

pengetahuan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria kebenaran memalui proses berpikir yang bisa diterim akal. Metode ini memandang bahwa segala sesuatu dianggap benar, jika bisa diterima rasio (lihat Ali Imran, 190-191); 2) metode dzauqi, hikmah, atau jelajah qolbu (metode intuitif) yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan jalan mengasah kepekaan qolbu siswa agar pengetahuan yang tiba-tiba itu muncul, walupun tanpa didahului oleh pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Dalam istilah agama ituitif adalah ilham. Siapa yang mampu menjaga keilkhlasan hatinya selama 40 hari lamanya, maka akan dipancarkan dari dalam hatinya sumber-sumber (seperti mata air) ilmu hikmah (Al-Hadits); 3) metode jadali (metode dialogis atau diskusi) yaitu metode untuk menggali pengetahuan dengan melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk tanya-jawab antara dua orang atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan di hadapan wahyu (lihat surat An-Nahl : 111 dan 125); 4) metode moqaranah (komparatif) yaitu meto