Agama

11
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai umat muslim, kita wajib membayar zakat karena itu merupakan rukun islam yang ke-4. Zakat merupakan perwujudan kecintaan dan kasih sa yan g ke pa da sesama umma t manus ia. Ke ci nt aan Muz akki ak an menghilangkan rasa dengki dan iri hati dari kalangan Mustahik. Zakat juga merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki ummat Islam. Sal ah sat u pr ble ma tik a me nda sar yan g saa t ini ten gah di had api le h  bangsa Indnesia adalah prblematika kemiskinan. !erdasarkan data resmi, angka kemiskinan di negara kita mencapai "# juta jiwa, atau sekitar $#,4 persen dari ttal  penduduk Indnesia $ .Sementara itu, angka pengangguran juga sangat tinggi, yaitu sekitar %& juta jiwa, atau $%,' persen dari ttal penduduk % . (akta ini merupakan hal yang sangat irnis, mengingat Indnesia adalah sebuah negara yang dikaruniai kekayaan alam yang luar biasa hebatnya. )amun demikian, kndisi ini tidak terman*aatkan dengan baik, sehingga yang terjadi  justru sebaliknya. +i mana-mana kita menyaksikan *enmena eksplitasi alam yang tidak terkendali. Sumber daya alam lain nya, seperti mineral dan barang tamban g, juga tidak dapat diptimalkan peman*aatannya bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat. ang terjadi adalah, semua kekayaan tersebut, terknsentrasi di tangan segeli nt ir kel mpk sehi ngga me nci pt aka n kesenj ang an ya ng luar bi as a  besarnya. adahal, llah S/0 telah mengingatkan bahwa pemusatan k ekayaan di tangan segelintir rang adalah perbuatan yang sangat dibenci-)ya. kibatnya adalah munculny a kesen jangan yang luar biasa di tengah -tenga h masy arakat kita. $ +ata !ir usat Statistika 1!S2 %334 % +ata !ir usat Statistika 1!S2 %33% $

description

islam

Transcript of Agama

Makalah Bahasa Indonesia

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Sebagai umat muslim, kita wajib membayar zakat karena itu merupakan rukun islam yang ke-4. Zakat merupakan perwujudan kecintaan dan kasih sayang kepada sesama ummat manusia. Kecintaan Muzakki akan menghilangkan rasa dengki dan iri hati dari kalangan Mustahik. Zakat juga merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki ummat Islam.Salah satu problematika mendasar yang saat ini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah problematika kemiskinan. Berdasarkan data resmi, angka kemiskinan di negara kita mencapai 36 juta jiwa, atau sekitar 16,4 persen dari total penduduk Indonesia1.Sementara itu, angka pengangguran juga sangat tinggi, yaitu sekitar 28 juta jiwa, atau 12,7 persen dari total penduduk2.

Fakta ini merupakan hal yang sangat ironis, mengingat Indonesia adalah sebuah negara yang dikaruniai kekayaan alam yang luar biasa hebatnya. Namun demikian, kondisi ini tidak termanfaatkan dengan baik, sehingga yang terjadi justru sebaliknya. Di mana-mana kita menyaksikan fenomena eksploitasi alam yang tidak terkendali.

Sumberdaya alam lainnya, seperti mineral dan barang tambang, juga tidak dapat dioptimalkan pemanfaatannya bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Yang terjadi adalah, semua kekayaan tersebut, terkonsentrasi di tangan segelintir kelompok sehingga menciptakan kesenjangan yang luar biasa besarnya. Padahal, Allah SWT telah mengingatkan bahwa pemusatan kekayaan di tangan segelintir orang adalah perbuatan yang sangat dibenci-Nya. Akibatnya adalah munculnya kesenjangan yang luar biasa di tengah-tengah masyarakat kita.

1 Data Biro Pusat Statistika (BPS) 2004

2 Data Biro Pusat Statistika (BPS) 2002

Makalah ini mencoba untuk menguraikan analisis mengenai zakat dan peranannya di dalam mengembangkan perekonomian nasional, khususnya ekonomi syariah. Adapun struktur penulisan makalah ini mencakup urgensi zakat melalui lembaga, makna dan hikmah zakat, analisis fungsi zakat sebagai distributor pendapatan, dan golongan golongan yang berhak mendapat zakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai beikut:1. Apakah makna dan hikmah dari zakat?

2. Apa fungsi zakat sebagai distributor pendapatan?

3. Siapakah golongan yang berhak menerima zakat? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menguraikan analisis mengenai zakat dan peranannya di dalam mengembangkan perekonomian nasional.2. Untuk merealisasikan pengelolaan zakat melalui lembaga (amil). 3. Pemberian zakat kepada orang orang yang berhak menerimanya.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Urgensi zakat melalui lembaga

Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allah SWT yang terdapat dalam QS. At-Taubah ayat 60. Juga pada firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 103. Dalam QS. 9 : 60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat (amilina alaiha). Sedangkan dalam QS. 9 : 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik).

Yang mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas (amil). Imam Qurthubi3 ketika menafsirkan ayat tersebut (QS. 9 : 60) menyatakan bahwa amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam / pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Karena itu, Rasulullah saw pernah mempekerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaim4. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil zakat5. Muaz bin Jabal pernah diutus Rasulullah saw pergi ke Yaman, di samping bertugas sebagai dai (menjelaskan ajaran Islam secara umum), juga mempunyai tugas khusus menjadi amil zakat. Demikian pula yang dilakukan oleh para khulafaur-rasyidin sesudahnya, mereka selalu mempunyai petugas

3 Al-Qurthubi. Al-Jami Li Ahkam al-Quran, 1993. Jilid 7-8, h. 112-113. 4 ibid, h. 113. 5 ibid, h. 113.

khusus yang mengatur masalah zakat, baik pengambilan maupun pendistribusiannya. Diambilnya zakat dari muzakki (orang yang memiliki kewajiban berzakat) melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik, menunjukkan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal karitatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajiban yang juga bersifat otoritatif (ijbari)6.

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan7, antara lain :

Pertama : Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.

Kedua : untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

Ketiga : Untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.

Keempat : Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami.

Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi di samping akan terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat, akan sulit diwujudkan.2.2 Makna dan Hikmah Zakat

Konsepsi zakat sebagai satu bagian dari rukun Islam merupakan salah satu pilar dalam membangun perekonomian ummat. Dengan demikian dimensi zakat tidak hanya bersifat ibadah ritual saja, tetapi mencakup juga dimensi sosial,ekonomi, keadilan dan kesejahteraan.

Zakat merupakan salah satu kewajiban yang telah disepakati oleh para ulama dan telah diketahui oleh semua umat, sehingga ia termasuk salah satu hal yang mendasar dalam agama, yang mana jika ada salah seorang dari kaum

6 Abdurrahman Qadir. Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, 1998. h. 85.

7 ibid, h. 87.

muslimin yang mengingkari kewajibannya, maka dia telah keluar dari Islam dan dibunuh dalam keadaan kafir, kecuali jika ia baru mengenal Islam, maka dia dimaafkan disebabkan karena kejahilannya akan hukum8.

Adapun mereka yang tidak mengeluarkannya dengan tetap meyakini akan kewajibannya, maka dia berdosa karena sikapnya tersebut, tetapi hal ini tidak mengeluarkannya dari Islam dan seorang hakim (penguasa) boleh mengambil zakat tersebut dengan paksa beserta setengah hartanya sebagai hukuman atas perbuatannya. Jika suatu kaum menolak untuk mengeluarkannya padahal mereka tetap meyakini kewajibannya dan mereka memiliki kekuatan untuk melarang orang memungutnya dari mereka, maka mereka harus diperangi hingga mereka mengeluarkannya9.

Khalifah Abu Bakar Shiddiq bertekad akan memerangi orang-orang yang mau shalat tetapi enggan berzakat10. Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan, dan bila hal ini dibiarkan, maka akan memunculkan pelbagai kedurhakaan dan kemaksiatan yang lain11.

Kewajiban menunaikan zakat yang demikian tegas dan mutlak itu oleh karena di dalam ajaran Islam ini terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahik, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.

Hikmah dan manfaat tersebut adalah:

1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, 8 Abdul Azhim bin Badawi Al Khalafi. Panduan Fiqih Lengkap. Jilid 2. (Bogor, Pustaka Ibnu

Katsir : 2005), hal. 92.

9 Ibid., hal. 93.

10 Wahbah Zuhaily. Al Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, 1989. h 734. 11 Zainal Muttaqin. Kewajiban Menjadi Muzakki, 1997. h 2. sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki.2. zakat merupakan hak bagi mustahik, maka berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya. Zakat, sesungguhnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif yang sifatnya sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan pada mereka, dengan cara menghilangkan atau memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.3. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi dan terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.4. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang bathil (Al-Hadits). Zakat mendorong pula umat Islam untuk menjadi muzakki yang sejahtera hidupnya.5. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, atau yang dikenal dengan konsep economic growth with equity (AM Saefuddin, 1986).2.3 Zakat dan Retrisbusi Pendapatan

Zakat, di samping termasuk ke dalam kategori ibadah mahdlah, juga memiliki dimensi ekonomi. Pada bagian ini, penulis bermaksud untuk menganalisis peran zakat sebagai alat redistribusi pendapatan dan kekayaan.

Zakat, dalam hal ini, berperan sebagai instrumen yang mengatur aliran redistribusi pendapatan dan kekayaan. Persoalan redistribusi ini bukan merupakan persoalan yang sepele. Macetnya saluran distribusi kekayaan ini akan menyebabkan ketimpangan dan kesenjangan sosial. Bahkan, kesenjangan ini semakin meningkat tajam, terlebih lagi pada tiga dasawarsa terakhir, dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Persoalan kesenjangan yang dihadapi pun tidak kalah besarnya. Segelintir konglomerasi bisnis, sebagai contoh, mampu menyumbang GNP (Gross National Product) Indonesia sebanyak 58 persen. Sementara BUMN sendiri hanya mampu menyumbang 24 persen GNP. Sisanya, yaitu sebesar 18 persen, disumbang oleh mayoritas pengusaha kecil dan menengah yang jumlahnya mencapai + 40 juta jiwa12. Sehingga dengan data tersebut, adalah hal yang wajar jika kemudian kesenjangan sosial menimbulkan potensi konflik sosial yang besar.

Maka dari itu, pelaksanaan kewajiban zakat merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Apalagi pengumpulan zakat di Indonesia masih terbilang sangat minim, yaitu sebesar 800 miliar rupiah, dari total potensi zakat yang mencapai 20 trilyun rupiah setiap tahunnya13. Untuk itu, kesungguhan dan kerja keras seluruh komponen bangsa masih sangat dibutuhkan, agar potensi zakat yang besar ini dapat tergali dan teroptimalkan dengan baik.

12 Data Biro Pusat Statistika, 2005. 13 Data BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) 2004.

2.4 Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Berdasarkan surat At-Taubah ayat 60 ada delapan golongan yang berhak

menerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, hamba sahaya, orang yang berhutang, orang-orang dalam perjalanan, dan para pejuang di jalan Allah (Ibnu Sabil).

Para fuqaha berbeda pendapat dalam pembagian zakat terhadap delapan

golongan tersebut. Imam Al-Syafii dan sahabat-sahabatnya mengatakan bahwa jika yang membagikan zakat itu kepala negara atau wakilnya, gugurlah bagian amilin dan bagian itu hendaklah diserahkan kepada tujuh golongan lainnya jika mereka itu ada semua. Jika golongan tersebut tidak lengkap, zakat diberikan kepada golongan-golongan yang ada saja. Tidak boleh meninggalkan salah satu golongan yang ada. Jika ada golongan yang tertinggal, bagiannya wajib diganti.

Berikut ini merupakan orang orang yang berhak menerima zakat:

1. Faqir

yaitu orang orang yang tidak mempunyai harta, pula tidak mempunnyai penghasilan yang tetap.

2. Miskin

yaitu orang orang yang mempunyai penghasilan yang tetap, tetapi penghasilannya itu tidak mencukupi keperluannya sehari hari (selalu dalam kekurangan).

3. Amil

yaitu orang orang yang bekerja mengelola dan membagi bagikan zakat, kepada yang berhak menerimanya.

4. Mualaf

yaitu orang yang masih lemah hatinya, seperti baru masuk islam

5. Riqab

yaitu hamba (budak) yang akan dimerdekakan oleh tuannya, jika dibayarkan uang ataupun lainnya kepadanya.

6. Gharim

yaitu orang yang menyamai hutang yang tidak kuasa (tidak bisa) membayarnya

7. Sabilillah

yaitu orang orang yang rela berperang pada jalam Allah (meninggikan agama islam) dengan tidak memandang upah atau pangkat dan sebagainya

8. Ibnu Sabil

yaitu orang orang yang bepergian jauh (musafir).

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

Setiap umat muslim wajib membayar zakat karena membayar zakat merupakan rukun islam yang ke-4. Zakat merupakan perwujudan kecintaan dan kasih sayang kepada sesama ummat manusia. Zakat juga merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, institusi ekonomi, dan sebagainya. Selain itu muzakki juga harus mengetahui harta benda yang wajib dizakatkan dan sasaran penerima zakat juga harus diberikan kepada yang berhak.

Dalam ajaran Islam, zakat adalah satu-satunya mekanisme teknis yang diungkap secara detil, yang memadukan aspek dimensi ibadah mahdlah dan dimensi ibadah sosial. Sebagai bukti antara lain kewajiban mengeluarkan zakat, kelompok penerima zakat, maupun prosentase yang harus dikeluarkan, telah diatur sedemikian lengkap oleh Islam, baik sebagaimana yang tertera dalam ayat-ayat Al-Quran maupun hadits Nabi. Tentu saja hal ini semakin memperkuat keyakinan bahwa zakat inilah solusi terhadap berbagai problematika ekonomi umat, terutama di dalam menghadapi persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial.

3.2 Saran

Sebaiknya muzakki mengeahui kriteria kriteria orang yang berhak menerina zakat, dan apabila ingin menyerahkan zakat kepada amil/badan zakat harus kepada lembaga yang telah memenuhi syarat sehingga penyerahan zakat dapat tersalurkan kepada orang orang yang berhak menerimanya. DAFTAR PUSTAKAAbidin, S. A Zainal. 1951. Kunci Ibadah. Semarang ; CV. TOHA PUTRA SEMARANG.Azhim, Abdul. 2005. Panduan fiqih Lengkap. Jilid 2.Bogor ; Pustaka Ibnu Katsir

2