Afriani Masitoh (20130700059)

30
MANFAAT EKSTRAK BATANG SIWAK TERHADAP PENURUNAN KARIES GIGI Afriani Masitoh 20130700059 Universitas Hang Tuah Surabaya, Fakultas Kedokteran Gigi [email protected] Abstrak Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang paling bannyak terjadi di Indonesia. Karies adalah suatu proses kronis, regresif dengan dimulai dengan larutnya mineral email akbat gangguan keseibangan antara email dan sekitarnya disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial kemudian terjadi destruksi komponen-komponen organic. Asam tersebut akan menurunkan keasaman (pH) mulut. Penurunan pH mulut dibawah 5,5 akan menyebab kan terjadinya demineralisasi email gigi. pH saliva dapat mempengaruhi rongga mulut terkait dengan penyakit karies dan periodontal. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan berkumur. Salah satu larutan kumur alami yang dapat digunakan adalah larutan kumur ekstrak siwak (Salvadora persica). Beberapa komponen utama yang esensial dalam menjaga kesehatan rongga mulut adalah klorid, kalsium oksalat, fluorid, kandungan zat kimia lain seperti vitamin C, tanin, resin, alkaloid, trimetilamin, silica, saponin, flavonoid, dan sterol.Kandungan kimiawi siwak dapat mencegah penurunan pH saliva karena memiliki efek bakterisida yang mencegah pembentukan metabolisme asam oleh bakteri mulut khusunya Streptococcus Mutan, dapat meningkatkan aktivitas buffer saliva dengan menaikkan sekresi saliva rongga mulut. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak batang siwak (Salvadorapersica) terhadap pH saliva dan Streptococcus Mutan dalam potensinya menurunkan indeks karies gigi. Dalam 1

description

efe

Transcript of Afriani Masitoh (20130700059)

Page 1: Afriani Masitoh (20130700059)

MANFAAT EKSTRAK BATANG SIWAK TERHADAP PENURUNANKARIES GIGI

Afriani Masitoh20130700059

Universitas Hang Tuah Surabaya, Fakultas Kedokteran [email protected]

Abstrak

Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang paling bannyak terjadi di Indonesia. Karies adalah suatu proses kronis, regresif dengan dimulai dengan larutnya mineral email akbat gangguan keseibangan antara email dan sekitarnya disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial kemudian terjadi destruksi komponen-komponen organic. Asam tersebut akan menurunkan keasaman (pH) mulut. Penurunan pH mulut dibawah 5,5 akan menyebab kan terjadinya demineralisasi email gigi. pH saliva dapat mempengaruhi rongga mulut terkait dengan penyakit karies dan periodontal. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan berkumur. Salah satu larutan kumur alami yang dapat digunakan adalah larutan kumur ekstrak siwak (Salvadora persica). Beberapa komponen utama yang esensial dalam menjaga kesehatan rongga mulut adalah klorid, kalsium oksalat, fluorid, kandungan zat kimia lain seperti vitamin C, tanin, resin, alkaloid, trimetilamin, silica, saponin, flavonoid, dan sterol.Kandungan kimiawi siwak dapat mencegah penurunan pH saliva karena memiliki efek bakterisida yang mencegah pembentukan metabolisme asam oleh bakteri mulut khusunya Streptococcus Mutan, dapat meningkatkan aktivitas buffer saliva dengan menaikkan sekresi saliva rongga mulut. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak batang siwak (Salvadorapersica) terhadap pH saliva dan Streptococcus Mutan dalam potensinya menurunkan indeks karies gigi. Dalam artikel ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak siwak mampu meningkatkan buffer saliva dan menghambat adanya bakteri Streptococcus Mutan sehingga berpotensi mengurangi indeks karies gigi.

Kata Kunci : PH saliva, ekstrak siwak, karies, Streptococcus Mutan

1

Page 2: Afriani Masitoh (20130700059)

Latar Belakang

Karies gigi merupakan masalah utama penyakit gigi yang dapat mengganggu aktivitas manusia sehari-hari. Karies adalah suatu proses kronis yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari makanan, yang menimbulkan destruksi komponen-komponen organik dan akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan lubang.

Flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif besar, seperti Streptococcus mutans menjadi penyebab awal terjadinya karies tersebut. S. mutans terdapat di dalam plak sebagai bakteri penghasil asam yang kuat serta sangat resisten terhadap asam. Selain itu S. mutans tidak hanya sebagai pembentuk polisakarida ekstraseluler yang stabil, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkoloni pada pH permukaan gigi yang relatif rendah, sehingga S. mutans dianggap sangat berperan dalammenyebabkan karies.

Prevalensi karies di Indonesia masih tergolong tinggi. Pada analisisdata Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun keatas pernah mengalami karies sebesar 71,2%. Penduduk yang berumur 12 tahun mengalami karies sebesar 43,9%, usia 15 tahun sebesar 37,4% dan meningkat sebesar 51,1% pada umur 18 tahun. Sedangkan menurut SKRT 2004, karies sendiri merupakan masalah dalam kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 90,05%. Berdasarkan angka prevalensi karies yang tinggi di Indonesia, pencegahan terhadap terbentuknya plak yang merupakan salah satu penyebab karies, sangat diperlukan.

Penggunaan kayu siwak (Salvadora persica) telah dikenalsemenjak berabad-abad lalu, terutama oleh bangsa Arab kuno yang hingga sekarang masih digunakan sebagai alat kebersihan mulut. Suatu studi komparatif periodontal yang dilakukan terhadap pengguna siwak dengan non pengguna siwak menunjukkan bahwa masyarakat pengguna siwak memiliki status periodontal yang lebih baik dibandingkan masyarakat non pengguna siwak.Batang kayu siwak mampu meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulut karena komponen mekanisnya yang berupa serat-serat batang kayu siwak serta komponen kimia yang dikandungnya.

Penelitian tentang analisa kandungan batang kayu siwak kering dengan ekstraksi menggunakan etanol 80%, kemudian dilanjutkan dengan eter dan diteliti kandungannya melalui prosedur kimia Exhaustive Chemical Procedure(ECP), menunjukkan bahwa siwak mengandung zat-zat kimia seperti: trimetilamin, alkaloid yang diduga sebagai salvadorin, klorida, sejumlah besar fluorida dan silika, sulfur, vitamin C, serta sejumlah kecil tanin, saponin, flavenoid, dan sterol.Ekstrak siwak juga memiliki efek antibakterial dan antifungal yang signifikan. Ekstrak siwak efektif dalam melawan bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi, oleh karena itu siwak dipercaya memiliki efek anti pembentukan plak gigi serta berpengaruh pula terhadappatogenesis dari karies dengan menurunkan virulensi dari bakteriperiodontopatogenik.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

2

Page 3: Afriani Masitoh (20130700059)

mengetahui pengaruh pemberian larutan ekstrak siwak terhadap potensinya dalam menurunkan indeks karies gigi.

Rumusan Masalah

Apakah ekstrak kayu siwak berpotensi meningkatkan PH saliva dan mengurangi adanya Streptococcus Mutan dalam menghambat terjadinya karies gigi?

Tujuan

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh larutan ekstrak siwak terhadap pH saliva dan bakteri rongga mulut yakni Streptococcus mutans , yang merupakan faktor yang berhubungan dengan karies gigi, sehingga dapat digunakan sebagai tindakan preventif untuk mencegah terjadinya karies gigi.

Landasan Teori

Teori Penelitian yang Sebelumnya

Siwak (Salvadora persica) merupakan salah satu alat pembersih mulut yang berpotensi sebagai antibakteri karena mengandung senyawa yang bersifat antibakteri. Senyawasenyawa bermanfaat yang dikandung oleh siwak ditemukan pada ekstrak siwak antara lain glikosida, sterol, terpenoid, flavonoid, tanin, alkaloid, natrium klorida, kalium klorida, sulfat, nitrat, tiosianat, salvadorin, saponin, vitamin C, silika, resin, sianogenik atau lignan glikosida, oleat, linoleat, asa9m stearat, benzil-isotiosianat, trimetilamina, β-sitosterol, asam m-anisik, kandungan mineral yang tinggi 27,6%, sulfur, fluorida yang berlimpah, dan garam yang mengandung klorin. Siwak mengandung Zat-zat ini dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan mulut.

Menurut World Health Organization Report Series (826), siwak dapat menghilangkan plak tanpa menyebabkan luka pada gigi. Karies gigi sering disebabkan oleh S. mutans. Bakteri ini mampu melekat pada permukaan gigi; memproduksi enzimglukuronil transferase. Enzim tersebut menghasilkan glukan yang tidak larut dalam air dan berperan dalam menimbulkan plak dan koloni pada permukaan gigi. Sedangkan B. melaninogenicus bersifat patogen pada mulut dan infeksi gigi. Bakteri ini dijumpai pada retakan gigi, permukaan korona gigi, dan sebagai flora pada periodontitis lanjut.

Saat ini, siwak telah digunakan di Afrika, Amerika Selatan, Asia Timur, Timur Tengah termasuk Arab Saudi, dan seluruh Negara-negara Islam. Penggunaan siwak dengan cara dikunyah telah dilakukan di banyak budaya di dunia. Di Timur Tengah, pengunyahan siwak menjadi suatu hal umum (Al-Lafi dan Ababneh,1995).

Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya memijat (massage).

3

Page 4: Afriani Masitoh (20130700059)

Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial danantidecay system. Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi (El-Mostehy et al, 1983).

Teori yang Digunakan

1. Karies Gigi

Definisi

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Penyakit ini menyerang permukaan gigi-geligi yang mengakibatkan kerusakan mahkota gigi dan apabila tidak dilakukan perawatan akan meluas ke pulpa dan dapat merusak seluruh mahkota gigi. Hal ini kemudian akan menimbulkan rasa sakit, terganggunya fungsi mastikasi, terjadi inflamasi jaringan gingiva dan pembentukan abses pada jaringan sekitar gigi (Rosenberg, 2010).

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Faktor tersebut sangat bervariasi dan berbeda diantara individu. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), Invironment (substrat), agent (mikroorganisme) dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut (Rosenberg, 2010), yaitu :

a. Environment (substrat)

Diet Karbohidrat

Subrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Jenis makanan keras lebih menghambat terbentuknya plak pada permukaan gigi dibandingkan dengan jenis makanan yang yang lunak. Jenis makanan yang asin juga menghambat terbentuknya plak dibandingkan dengan makanan yang manis, karena makanan manis merupakan energi bagi kuman. Begitu juga dengan makanan yang cair dapat menghambat terbentuknya plak, sedangkan

4

Page 5: Afriani Masitoh (20130700059)

makanan yang melekat dapat mempercepat pertumbuhan plak yang beresiko pada karies (Seminario dkk., 2005).

Para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida dan monosakarida; dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibandingkan karbohirat lainya. Pada percobaan in vitro membuktikan plak akan tumbuh bila ada karbohidrat, sedangkan karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat. Bila plak tebal dan terlihat jelas yang disebut debris. Debris lebih banyak mengandung sisa makanan dan plak lebih banyak mengandung mikroorganisme / bakteri asidogenik dan proteolitik (Seminario dkk., 2005).

Saliva

Saliva memegang peranan penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi. Saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi. Flow Rate atau saliva istirahat mempunyai ritme tertentu dalam sehari. Viskositas dari saliva yang kental dan tidak jernih akan menghambat pembersihan sel (agglutination). Sedangkan Jika kemampuan buffer salivaturun/berkurang, mulut akan asam sehingga remineralisasi hilang dan demineralisasi meningkat akhirnya terjadi perlunakan email gigi (Seminario dkk., 2005).

b. Agent (mikroorganisme)

Mikroorganisme menempel pada gigi bersama dengan plak atau debris. Plak gigi adalah endapan lunak yang menempel pada permukaan gigi berwarna transparan seperti agar-agar mengandung banyak kuman. Plak akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Plak merupakan media lunak non mineral yang menempel erat di gigi. Plak terdiri dari mikroorganisme 70 % dan bahan antar sel 30% (Sabbah dkk 2009)

Proses pembentukan plak yaitu, beberapa menit setelah permukaan gigi bersih akan terbentuk pelikel (selaput tipis) yang menempel erat di permukaan gigi. Pelikel tersebut adalah glukoprotein, yang berasal dari saliva dan mempunyai kecenderungan untuk mengikat mikrooraganisme tertentu. Setelah 24 jam terbentuk koloni mikroorganisme di pelikel serta akan terikat bahan lain misalnya karbohidrat dan unsur-unsur yang ada

5

Page 6: Afriani Masitoh (20130700059)

dalam saliva; lalu terbentuklah plak, (Riyanti 2005)menjelaskan bagaimana proses karies terjadi dalam hubungannya dengan substrat dan mikroorganisme di dalam plak. Fase pertama adalah proses penempelan Streptokokus di pelikel, yaitu antaraIunidentified protein (glikoprotein) di pelikel dengan permukaan Streptokokus. Fase kedua ialah proses menjadi banyaknya Streptokokus yang menempel dan terjadi sintesis ekstraseluler glukan dengan mediator sel-sel lain. Streptokokus bertambah banyak dan sukrosa menjadi padat. Metabolisme glukan oleh streptokokus melalui enzimglikociltransferase menghasilkan energi dan asam laktat dan akan terus terbentuk selama ada sukrosa. Energi ini diperlukan mikroorganisme (Riyanti 2005)

Terdapat sejumlah organisme asidogenik yang dapat ditetapkan melalui kemampuan berkoloni pada gigi untuk menurunkan pH sampai 4,1. Adanya lingkungan gula yang menguntungkan Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis, Lactobacillus acidophilus, Caser dan Actinomyces viscosus hampir memenuhi kriteria ini. Streptococcus mutans merupakan kuman kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat, karena fermentasi kuman-kuman tersebut tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi (Rosenberg, 2010).

c. Host

Komposisi gigi (struktur gigi)

.......... Struktur gigi pada permukaan email yang cacat akan memudahkan plak melekat dan terbentuk (Mitra, 2010). Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies. Struktur email gigi terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal yang terpenting, yaitu hidroksil apatit; rumus kimianya: Ca10(PO4)6 (OH)2 . Elemen kimia lain yang lebih terdapat di permukaan email adalah F, Cl, zn, Pb da Fe : kandungan karbonat dan magnesium lebih sedikit dibandingkan email dibawahnya. Mineralisasi email tidak hanya melalui pulpa dan dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap meletakkan komposisi mineral langsung ke permukaan gigi atau email (maturasi pasca erupsi) (Graham 2010).

Morfologi gigi / Anatomi gigi

. . Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Morfologi gigi dapat ditinjau dari dua permukaan yaitu permukaan oklusal dan permukaan halus.Pada permukaan gigi

6

Page 7: Afriani Masitoh (20130700059)

yang cembung, daerah yang terlindung di bawahnya akan terjadi pengumpulan sisa makanan dan plak sehingga jika tidak dibersihkan akan mempermudah terjadinya karies (Rosenberg, 2010).

Susunan gigi / Posisi gigi

Posisi gigi yang terletak tidak dalam lengkung rahang yang baik, gigi geligi akan tumbuh berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (overlapping) hal ini akan memungkinkan sisa makanan dan plak lebih mudah tertinggal diantara gigi tersebut sehingga akan mendukung timbulnya karies, karena daerah tersebut sulit dibersihkan (Rosenberg, 2010).

d. Waktu

Proses terjadinya karies perlu waktu tertentu, karena bakteri kariogenik butuh waktu lama dalam memfermentasikan karbohidrat menjadi asam yang akan melarutkan email (Rosenberg, 2010).Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010).

Peranan Streptococcus Mutans dalam pembentukan karies

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus mutans adalah karies gigi. Karies gigi dapat bertambah parah dengan bantuan beberapa hal, seperti gula, air liur dan juga bakteri pembusuknya. Setelah mengkonsumsi sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa dan bahkan setelah beberapa menit sikat gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk pembentukan plak gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta – juta bakteri yang dikenal dengan Streptococcus mutans juga bertahan pada pada glikoprotein itu. Meski banyak bakteri yang juga melekat, tetapi hanya Streptococcus mutans lah yang dapat menyebabkan rongga atau lubang pada gigi (Ari, 2008).

Selanjutnya bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu metabolisme untuk memperoleh energy. Hasil akhir dari glikolisis dibawah kondisi anaerob yaitu asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapat menghancurkan zat kapur fosfat didalam email gigi mendorong kearah pembentukan suatu rongga atau lubang. Streptococcus mutans ini mempunyai suatu enzim yang disebut glucosyl transferase diatas permukaannya yang dapt menyebabkan

7

Page 8: Afriani Masitoh (20130700059)

polimerasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1 – 6) alfa (1 – 3). Pembentukan alfa (1 – 3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri Streptococcus mutans untuk berkembang dan membentuk plak gigi. Enzim yang sama melanjutkan untuk menambahkan banyak molekul glukosa ke satu sama lain untuk membentukdextan yang memiliki struktur sangat mirip dengan amylase dalam tajin. Dextan bersama dengan bakteri melekat dengan erat pada enamel gigi dan menuju ke pembentukan plak gigi. Hal ini merupakan tahap dari pembentukan rongga atau lubang pada gigi yang disebut dengan karies gigi (Ari, 2008)

Streptococcus mutans melekat pada permukaan gigi dengan perantara glukan, dimana produksi glukan yang tidak dapat larut dalam air merupakan factor virulensi yang penting, glukan merupakan suatu polimer dari glukosa sebagai hasil reaksi katalis glucosyl transferase. Glukosa yang pecah dari sukrosa dengan adanya glucosyl tranferasedapat berubah menjadi glukan. 

Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glucosyl transferase dan ftuktosyl transferase. Enzim – enzim ini bersifat spesifik untuk substrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan atau levan. Koloni Streptococcus mutans yang ditutupi oleh glukan dapat menurunkan protensi dan daya anti bakteri saliva terhadap plak gigi (Regina, 2007).

Plak dapat menghambat difusi asam keluar dalam saliva sehingga konsentrasi asam pada permukaan enamel meningkat. Asam akan melepaskan ion hydrogen yang bereaksi dengan Kristal apatit dan merusak enamel, berpotensi lebih dalam ke dalam gigi sehingga Kristal apatit menjadi tidak stabil dan larut (Regina, 2007). Selanjutnya infiltrasi bakteri aciduric dan acidogenik pada dentin menyebabkan dekalsifikasi dentin yang dapat merusak gigi. Hal ini menyebabkan produksi asam meningkat, reaksi pada kavitas oral juga menjadi asam dan kondisi ini akan menyebabkan proses demineratisasi gig terus berlanjut (Regina, 2007). Perlekatan bakteri karena adanya reseptor dextran pada permukaan dinding sel, sehingga mempermudah interaksi intersel selama formasi plak. Dextran berhubungan dengan kariogenik alami bakteri (Regina, 2007). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berkembang dalam suatu plak, yang virilensinya tergantung koloni dan produk – produk yang dihasilkan bakteri 

Patofisiologi Karies Gigi

Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan

8

Page 9: Afriani Masitoh (20130700059)

lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.

2. Siwak (Salvadora persica)

Morfologi, taksonomi, dan karakteristik tanaman siwak

Pada kebanyakan negara muslim, alat pembersih gigi dan mulut yang populer digunakan adalah kayu siwak. Siwak atau miswak diperoleh dari akar, ranting dan batang tanaman Salvadora Persica yang tumbuh di dataran Timur Tengah dan biasa digunakan sebagai sikat gigi guna membersihkan gigi dan struktur gingiva. Pemakaian siwak merupakan tradisi ke-Islaman yang dilakukan oleh bangsa Arab kuno, Babilonia, Yunani dan Romawi. Siwak dipercaya juga digunakan sebagai aktifitas pembersihan dan keagamaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W sekitar tahun 600 SM (Al-Khateeb, 1991).

Tanaman Salvadora Persica yang juga dikenal sebagai pohon arak merupakan tumbuhan yang memiliki ukuran tidak terlalu besar dan memiliki diameter sekitar satu kaki, tinggi 4-6 meter, berbatang lembut dan berwarna putih. Tumbuhan yang mampu hidup hingga usia 25 tahun ini memiliki batang dan akar yang berpori-pori dan mudah dihancurkan oleh gigi. Akar tanaman ini menggembung dan akan menjadi lembut bila direndam di dalam air. Salvadora Persica ataupun siwak dipercaya memiliki kemampuan untuk membersihkan plak dan memelihara kesehatan rongga mulut. Zaenab et al (2004)

Klasifikasi tanaman siwak (Salvadora persica) menurut Tjitrosoepomo (1998) adalah sebagai berikut:

Divisi : EmbryophytaSubdivisi : SpermatophytaKelas : DicotyledonsSubkelas : EudicotiledonsOrdo : BrassicalesFamili : SalvadoraceaeGenus : SalvadoraSpesies : Salvadora persica

9

Page 10: Afriani Masitoh (20130700059)

Kandungan kimia ekstrak batang kayu siwak

Eekstrak siwak memiliki berbagai macam zat biologis, termasuk di dalamnya zat yang sangat signifikan sebagai antibakteri, antifungal, dan anti-plasmodial. Kayu siwak mengandung antibacterial acids, seperti astringen, abrasif, dan saponin yang berfungsi membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan perdarahan pada gusi, dan sebagainya. Sofrata (2010) Cit Nordin (2012) menyebutkan bahwa siwak mengandung bahan aktif yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan gigi dan rongga mulut.

Beberapa komponen utama yang esensial dalam menjaga kesehatan rongga mulut adalah klorid, kalsium oksalat, fluorid, kandungan zat kimia lain seperti vitamin C, tanin, resin, alkaloid, trimetilamin, silica, saponin, flavonoid, dan sterol.Siwak juga diketahui memiliki efek terapeutik pada gingiva dan struktur di sekitarnya. Efek terapeutik tersebut diperoleh dari kandungan kimia yang terdapat di dalam batang siwak, seperti fluorid, silikon, alkaloid esensial, tanin, gum, dan anthraquinones (Al Bayati, 2008)

Berikut beberapa zat yang memiliki efek antibakteriyang terdapat di dalam siwak Ahmad et al (2011) yakni :

a. Salvadorin. Zat ini memiliki fungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Mekanismenya sebagai antibakteri yakni dengan cara menghambat kerja enzim yang mensintesis protein bakteri.

b. Sulfur. Zat ini dapat bereaksi dengan lipoid dan memblok sistem enzim pada sel mikroorganisme yang dapat menghambat pembelahan dan pertumbuhan mikroorganisme. Kandungan sulfur yang ada pada siwak kurang lebih 4,73%.

c. Flavonoid. Zat ini dapat mengurangi inflamasi. Flavonoid dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan dinding sel bakteri, bersifat lipofilik yang dapat merusak membran mikroba.

d. Tanin. Zat ini bersifat astringen (zat yang bersifat menciutkan), masuk melalui membran mikroba, membentuk kompleks dengan ion metal. Kandungan tanin yang terdapat di dalam siwak memiliki sifat antibakteri dengan cara mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri. Tanin ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, dauh, buah, dan akar. Tanin memiliki sifat mudah larut dalam air, etanol, dan juga aseton. Tanin tidak larut dalam benzen, kloroform, dan eter dan rusak pada suhu 21 derajat.

e. Saponin. Zat ini mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran, dan dapat digunakan sebagai antiinflamasi dan antimikroba. Saponin dapat membentuk senyawa kompleks dengan membran sel bakteri melalui ikatan hidrogen yang kemudian dapat menghancurkan permeabilitas dinding sel bakteri yang dapat mengakibatkan kematian sel.

10

Page 11: Afriani Masitoh (20130700059)

Manfaat Siwak

Siwak (Salvadora persica) merupakan tumbuhan berfamili Salvadoraceae yang umumnya digunakan sebagai bahan pembersih gigi dan efektif untuk mengurangi plak pada gigi tanpa menyebabkan luka pada gigi (Zaenab dkk.2004, Salehi dkk., 2006). Selain itu, siwak juga digunakan sebagai bahan pembuatan pasta gigi dan obat kumur untuk menghambat pertumbuhan bakteripatogen rongga mulut. Ekstrak alkohol siwak memberikan efek antibakteri danefektif menghambat pembentukan akumulasi plak pada percobaan klinik sebagaiobat kumur (Al-Bayaty dkk., 2010). Salman dkk. (2005), dalam penelitiannyamenyimpulkan bahwa ekstrak siwak efektif sebagai bahan antibakteri aerobmaupun bakteri anaerob pada saluran akar.

Siwak tidak hanya membersihkan gigi, tetapi juga memiliki daya antibakteri terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit gigi (Zaenab dkk., 2004). Siwak mengandung bahan antibakteri dan komponen profilaktik lainnya termasuk fluoride, alkaloid, komponen sulfur, glukosinolat, dan minyak volatile seperti isothiosianat (Al-Bayaty dkk., 2010). Siwak dapat bersifat antibakteri dan dapat membersihkan smear layer pada saluran akar karena memiliki berbagai macam kandungan bahan kimiawi yang serupa dengan sodium klorida yaitu salvadourea, salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika, dan resin. Prasad dkk. (2011), dalam penelitiannya tentang efek antibakteri siwak terhadapmikroba patogen menyebutkan bahwa pada siwak yang telah diekstrak mengandung karbohidrat, glikosid, sterol, terpenes flavonoid, tannin, dan alkaloid.Telah dilaporkan juga bahwa ekstrak siwak memiliki sifat antibakteri, antifungal,dan antiplasmodial.

Siwak dapat menghilangkan plak tanpa menyebabkan luka pada gigi. Siwak dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut dengan dua cara, yaitu dengan aksi mekanis dari serabut-serabutnya dan dengan adanya efek kimiawi pada gigi, gusi, dan atau plak gigi. Tanaman ini memiliki kandungan kimiawi yang bersifat antibakteri, yaitu sulfur dan alkaloid. Aktivitas sulfur sebagai antibakteri adalah dengan cara memblok sistem enzim pada mikroorganisme sehingga menghambat pembelahan dan pertumbuhan mikroorganisme tersebut atau dengan cara bereaksi secara kimiawi dengan lipid sel mikroorganisme (Al-Harithi, 2006).

Salvadora persica juga mengandung salvadorin, yaitu suatu alkaloid yang bersifat antibakteri karena memiliki kemampuan menghambat kerja enzim untuk mensintesis protein bakteri. Suatu sel hidup yang normal memiliki enzim untuk melangsungkan proses-proses metabolik, dan protein-protein lainnya, asam nukleat serta senyawa-senyawa lain. Gangguan metabolisme bakteri membuat kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan rusaknya sel bakteri secara permanen yang berlanjut kepada kematian bakteri (Dwiandari, 2006).

Khoory (1983) menjelaskan bahwa siwak kaya akan silika dan fluorida. Silika berfungsi membantu membersihkan gigi karena silika bekerja

11

Page 12: Afriani Masitoh (20130700059)

sebagai bahan penggosok yang dapat menghilangkan noda. Adapun fluorida mengerahkan proses antikariogenik dengan cara sebagai berikut :

1) Perubahan hidroksiapatit menjadi fluorapatit yang lebih tahan terhadap acid dissolution.

2) Bercampurnya acidogenic organism di dalam plak gigi sehingga mengurangi pH dari plak gigi.

3) Membantu memulihkan kembali gigi yang baru rusak.4) Membentuk efek penghambat terhadap pertumbuhan bakteri pada plak

gigi.Komponen anionik pada siwak : Nitrat (NO3-) dilaporkan

mempengaruhi pengangkutan aktif proline pada Escherichia coli dan aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi pengangkutan aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapylococcus aureus sehingga pertumbuhan kedua jenis bakteri ini menjadi terhambat. Komponen lainnya sulfat (SO42-), klorida (Cl-) dan tiosianat (SCN-). Tiosianat bertindak sebagai substrat dalam laktoperoksidase yang digunakan untuk membangkitkan hipotiosianit (OSCN-) dengan keberadaan hidrogen peroksida. OSCN- bereaksi dengan kelompok sulfahidril dan enzim bakteri sehingga menjadi penyebab kematian bakteri.

Al-Bayati dan Sulaiman mengatakan bahwa aktifitas penghambat tertinggi terlihat pada Streptococcus faecalis dengan menggunakan konsentrasi ekstrak sebanyak 200 mg/ml, sedangkan aktifitas paling lemah ditunjukkan terhadap Ps. aeruginosa. Penelitian oleh Pardamean S dan Abidin T (2007) menunjukkan bahwa siwak memiliki efek entibakteri terhadap Streptococcus mutans (p<0.05) dan peningkatan konsentrasi siwak memiliki korelasi yang positif terhadap peningkatan zona hambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Abd El Rahman et al (2002) mengatakan bahwa ekstrak etanol siwak adalah yang paling ampuh dan S.mutans adalah strain yang paling rentan.

Selain memiliki efek antibakteri, siwak juga diketahui memiliki efek analgesik dan anti inflamatori. Mansour et al (1996) Cit Al Sadhan (1999) mempelajari efek analgesik dari siwak dan melaporkan bahwa siwak memiliki efek analgesik yang lebih terhadap rangsangan panas dari pada rangsangan kimia. Hasil penelitian Ahmad et al (2011) menunjukkan bahwa ekstrak dari Salvadora persica memiliki aktivitas analgesik yang panjang pada dosis yang tinggi dibandingkan dosis yang rendah dengan menunjukkan peningkatan waktu reaksi. Anti inflamasi dan analgesik pada ekstrak Salvadora persica mungkin disebabkan karena adanya kandungan flavonoid dan sterol.

12

Page 13: Afriani Masitoh (20130700059)

Pembahasan

Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh interaksi antara produk organisme, ludah, sisa yang berasal dari makanan dan email.Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementara yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan, ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, akibat invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.

Karies gigi adalah penyakit keropos yang dimulai pada lokasi tertentu pada bagian gigi, dan diikuti proses kerusakan atau pembusukan gigi secara cepat. Karies gigi dimulai dengan terjadinya pengikisan mineral-mineral dari permukaan atau enamel gigi, oleh asam organik hasil fermentasi karbohidrat.Karies ditandai dengan yang ditandai dengan kerusakan jaringan,dimulai dari permukaan gigi (pits,fissure dan daerah interprosimal)meluas keatas pulpa .

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sangat luas penyebarannya, diperkirakan melanda penduduk Indonesia lebih dari 90% telah mengalami karies. Secara umum diterima alasan bahwa terjadinya karies gigi akibat dari kebiasaan makan yang salah, terutama karena terlalu seringnya mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung sukrosa.Penyakit tersebut dimulai dari ulah bakteri atau kuman-kuman yang berada pada permukaan gigi. Daya kariogenetiknya dari kuman tersebut timbul karena adanya produksi asam laktat oleh beberapa jenis bakteri asam laktat, dengan akibat pH cairan di sekitar gigi tersebut menjadi rendah atau bersifat sangat asam. Keadaan ini dapat melarutkan mineral-mineral dari permukaan gigi, sehingga gigi jadi keropos dan akan mengakibatkan terjadinya karies.

Bakteri yang paling berperan dalam pembentukan karies adalah bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini, yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plat gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.

Bakteri – bakteri dalam plak yang melekat pada permukaan gigi terutamanya Streptococcus mutan akan memetabolisme sisa makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis karbohidrat yang fermentable, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose. Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan mempunyai berat yang rendah sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri, hasil metabolisme oleh bakteri tersebut dapat menghasilkan asam.

Asam yang paling banyak dihasilkan adalah asam laktat, selain itu juga asam piruvat, asam asetat, asam propionate dan asam formiat. Asam yang terbentuk dari hasil metabolisme ini selain dapat merusak gigi, juga dipergunakan oleh bakteri untuk   mendapatkan energi. Asam-asam ini akan dipertahankan oleh plak permukaan

13

Page 14: Afriani Masitoh (20130700059)

email dan akan mengakibatkan turunnya pH di dalam plak dan pada permukaan email sampai 5,2 –5,5 (pH kritis) dalam waktu 1-3 menit

Asam akan melarutkan mineral gigi. Proses melarutnya mineral dari struktur gigi ini disebut dengan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dalam struktur gigi disebut dengan remineralisasi. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Pada tahap awala terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya bintik hitam yang tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi. Apabila bintik ini dibiarkan maka akan bertambah besar dan dalam. Apabila karies ini belum mencapai email gigi maka belum terasa apa-apa. Pada karies yang cukup dalam biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin atau manis.

Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

Untuk mencegah ketidakseimbangan asam di dalam saliva dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi.Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya karies gigi, sebelummelakukan tindakan kedokteran gigi, salah satu upaya adalah menciptakanlingkungan yang aseptis pada rongga mulut. World Health Organisation (WHO) telah merekomendasikan penggunaan siwak sebagai alat yang efektif untuk kesehatan mulut, yaitu membersihkan struktur gigi dan mencegah pembentukan plak dalam 2 cara : dengan tindakan mekanik serat kayu lunak, dan aksi terapetik konstituen kimia dengan mengunyah siwak itu sendiri.

Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa karena memiliki serat batang yang elastis, kuat, dan tidak mudah patah serta tidak merusak gigi walaupun diaplikasikan dengan tekanan yang keras. Batang siwak yang berdiameter kecil memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis sisa makanan serta plak pada gigi. Selain itu siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.

Siwak (Salvadora persica) secara umum adalah sejenis pohon semak belukar dengan batang utama berbentuk tegak dan memiliki banyak cabang yang rindang, daun muda berwarna hijau. Kandungan Salvadora persica ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamine dan resin, silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut terutama masalah karies gigi.

Batang kayu siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :

a. Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali,

14

Page 15: Afriani Masitoh (20130700059)

akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.

b. Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.

c. Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.

d. Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.

e. Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Komponen anionik antibakterial lainnya terdapat pada beberapa spesies tanaman ini adalah sulfat (SO42-), klorida (Cl-) dan tiosianat (SCN-). Tiosianat (SCN-) bertindak sebagai substrat untuk laktoperoksidase untuk membangkitkan hipotiosianit (OSCN-) dengan keberadaan hidrogen peroksida. OSCN- telah ditunjukkan bereaksi dengan kelompok sulfahidril di dalam enzim bakteri yang berubah menjadi penyebab kematian bakteri. Ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.

Sebuah penelitian tentang perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Hasilnya dilaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.

Siwak mempunyai fungsi dalam menjaga kesehatan rongga mulut melalui berbagai cara. Bisa melalui mekanik yaitu dengan menggunakan siwak secara langsung sebagai pengganti sikat gigi, atau bisa melalui kandungan kimiawinya yaitu antara lain dengan menggunakan siwak dalam bentuk ekstrak.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bikarbonat adalah system bufer yang terpenting dalam saliva. Konsentrasi bikarbonat dalam saliva berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi bikarbonat dalam saliva, semakin tinggi kapasitas bufernya yang mengakibatkan semakin tinggi pula pH saliva.

Kemampuan ekstrak siwak dalam meningkatkan pH saliva juga ditunjukkan melalui komponen kimianya, seperti minyak esensial yang dapat merangsang aliran saliva. Peningkatan laju aliran saliva akan meningkatkan aktivitas buffer yang ada di dalam saliva sehingga pH saliva akan meningkat. Selain itu, kandungan bikarbonat

15

Page 16: Afriani Masitoh (20130700059)

berfungsi sebagai komponen untuk mempertahankan sistem bufer dalam saliva. Konsentrasi bikarbonat dalam saliva berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva, artinya semakin tinggi konsentrasi bikarbonat dalam saliva, semakin tinggi kapasitas bufernya yang mengakibatkan semakin tinggi pula pH saliva.

Tanin dan trimetilamin pada siwak mampu mengurangi perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Selain itu, tannin mampu menghambat aksi enzim glukosiltransferase yang diproduksi oleh S. mutans sehingga akhirnya dapat menghambat terbentuknya plak dan mengurangi karies. Trimetilamin dan tiosianat pada siwak juga memiliki efek bakterisida yang dapat menghambat produksi asam oleh S. mutans, sehingga perkembangan bakteri tersebut dapat terhambat, dan tidak terjadi penurunan pH saliva.

Peran siwak dalam menghambat pertumbuhan S. mutansdidapatkan dari aksi mekanisnya serta komponen kimia yangdikandungnya. Melalui aksi mekanisnya, siwak dapat merangsang sekresisaliva, menurunkan viskositas saliva, dan meningkatkan kecepatan aliransaliva, sehingga didapatkan aksi pembersihan bakteri serta efek anti kariogenik yang lebih baik lagi.Aksi pembersihan bakteri terjadi karena saliva mengandung molekul karbohidrat-protein (glikoprotein) yang menyebabkan beberapa bakteri mengelompok (aglutinasi) dan ditelan, sehingga lama-kelamaan dapat mengurangi akumulasi plak.Saliva juga mengandung urea dan buffer lain, seperti bikarbonat, fosfat, dan protein yang membantu melarutkan asam dalam plak, yang merupakan hasil akhir dari metabolisme bakteri, sehingga pH plak menjadi lebih tinggi dan dapat menghambat pertumbuhan dari S. mutans karena bakteri ini tidak dapat tumbuh dalam suasana alkali.

Sedangkan secara kimia, penghambatan pertumbuhan S. mutansdiperoleh dari komponen-komponen yang terkandung dalam siwak.Kandungan tanin (asam tanan) dalam siwak dapat mengurangi perlekatanbakteri pada permukaan gigi. Selain itu, tanin mampu menghambat aksienzim glukosiltransferase yang diproduksi oleh S. mutans sehinggaakhirnya dapat menghambat terbentuknya plak dan mengurangi karies.Trimetilamin dan tiosianat pada siwak juga memiliki efek bakterisida yangdapat menghambat produksi asam oleh S. mutans, sehingga perkembanganbakteri tersebut dapat terhambat dan karies pun dapat dicegah.

Kesimpulan

Siwak sangat bermanfaat bagi penurunan karies gigi. Kandungan minyak esensial pada siwak dapat memacu dan meningkatkan sekresi saliva, merangsang aliran saliva, serta menambah jumlah produksi saliva. Peningkatan aliran saliva akan meningkatkan aktifitas buffer yang ada di dalam saliva sehingga pH saliva juga akan meningkat. pH saliva merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap pH mulut. Kenaikan PH mulut berakibat kurangnya angka karies gigi.Selain itu ekstrak siwak juga dapat menghambat adanya bakteri S. mutans. Penghambatan pertumbuhan S. mutans diperoleh dari komponen-komponen yang terkandung dalam siwak.Kandungan tanin (asam tanan) dalam siwak dapat mengurangi perlekatanbakteri pada permukaan gigi. Selain itu, tanin mampu menghambat

16

Page 17: Afriani Masitoh (20130700059)

aksienzim glukosiltransferase yang diproduksi oleh S. mutans sehinggaakhirnya dapat menghambat terbentuknya plak dan mengurangi karies.

Daftar Pustaka

Al-Lafi, T., Ababneh, H. 1995. The Effect of the Extract of the Miswak (ChewingSticks) Used in Jordan and the Middle East on Oral Bacteria. Int Dent J 45(3):218-22.

Al-Khateeb, TL., O’Mullane, DM., Whelton, H., Sulaiman, MI. 1991. PeriodontalTreatment Needs among Saudi Arabian Adults and Their Relationship to theUse of the Miswak. Community Dent Health 8(4): 323-8.

Al-Harithi, N. 2006. Miswak, The Natural Toothbrush, Yemen Times 14.

Al Bayati FA, Sulaiman KD. In vitro antimicrobial actiyity of Salvadora persica L.extracts against some isolated oral pathogens in Iraq. Turk J boil 2008; 32: 57-62.

Al-Bayaty, F.H., Aiman H. A., Nidhal A.W. A., and Mahmood A. A., 2010, Effect ofMouth Wash Extracted From Salvadora persica (Miswak) on Dental Plaque Formation: A Clinical Trail, Journal of Medicinal PlantsResearch, 4(14) h. 1446-1454, http : // www. Academic journals. org / JMPR, 9/09/2013.

Ari, W. N. 2008. Streptococcus Mutans, Si Plak Dimana-mana, Available from :http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-mutans 31.pdf[kamis, 14 Oktober 2015].

Dwiandari, HP., Widjijono, Sastromihardjo, W. 2006. Pengaruh Konsentrasi PropolisTerhadap Daya Antibakteri Staphylococcus aureus (Kajian secara in vitro) Ind J Dent 13(3): 156-9.

Elvin-Lewis, M. 1982. Te Therapeutic Potential of Plants Used in Dental FolkMedicine.Odontostomatol Trop 5:107:17.

El-Mostehy, DR., Ragaii, M., Al-Jassem, AA., Al-Yassin, IA., El-Gindy, AR.,Shoukry, E. 1983. Siwak-As An Oral Health Device (Preliminary Chemical and Clinical Evaluation). Hamdard26:41-50. Khoory, T. 1983. The Use of Chewing Sticks in Preventive Oral Hygiene. Clin Prev Dent 5:11-14.

Graham J. Mount. Minimal intervention dentistry: cavity classification &preparation. J Minm Intev Dent 2009; 2:150-62.

17

Page 18: Afriani Masitoh (20130700059)

Mitra M. Hubungan status karies dan gingivitis dengan oral higiene pada anakusia6-12 tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin KabupatenSerdang Bedagai. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasSumatera Utara, 2010.

Nordin FNM, Mohsain SRAS, Tarmizi SM, Razzak MMA. A review on the sunnahof miswak (Salvadora persica) and its potentially to improve oral health. Revelation and science 2012; 02: 33-41.

Riyanti E. Penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Jurnal Kedokteran GigiAnak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005. Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rosenberg, J.D. 2010. Dental Cavities. Article. (Serial Online) (Cited 2012 April 29).Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/oo1055.htm.

Salehi P, Momeni Danaie SH., 2006, Comparison of the Antibacterial Effects ofPersica Mouthwash with Chlorhexidine on Streptococcus mutans in Orthodontic Patients, DARU, 14, h. 178-182, http://journals. tums.ac.ir/upload_files/pdf/_/3015.pdf, [kamis, 14 Oktober 2015]

Sabbah WA, Stewart BL, Owusu GB. Prevalence and determinants of caries among1-5 year-old Saudi children in Tabuk, Saudi Arabia. The Saudi Dental Journal 2009; 1(2):1-2.

Salman, T.H., Moataz G. A., Osama M. A., 2005, The Antimicrobial Effect of WaterExtraction of Salvadora persica (Miswak) as a Root Canal Irrigant. Al–Rafidain Dent J, 5(1), http://www. rafidaindentj. net/ index. php/ rdj/article/view/59, 12/09/2013. Regina, R. A. 2007. The Effect of Mouthwash Containing Cetylpyrydinium Chloride on Salivary Level of Streptococcus mutans, J PDGI, 57(1), page 19-24

Seminario, A., Broukal, Z., Ivancakova, R. 2005. Mutans Streptococci and theDevelopment of Dental Plaque. Prague Medical Report. 106: 349-58.

Shingare P, Chaugule V. Comparative evaluation of antimicrobial activity of miswak,propolis, sodium hypochlorite and saline as root canal irrigants by microbial culturing and quantification in chronically exposed primary teeth. GERMS 2011; 12-21.

Sofrata AH. Salvadora persica (miswak): an effective way of killing oral pathogens.Tesis: Stockholm: Karolinska Institutet, 2010: Abstrak; 4.

18

Page 19: Afriani Masitoh (20130700059)

Prasad, Anthonamma K., Jyothirmayi N., Sowijanya K.D., Sharlotte V.R.L., PriyankaA., Mounika S.J., 2011, In vitro Assay of Herbaceous Extracts of Salvadora persica L. Against Some Pathogenic Microbes. ResearchJournal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 2(4): 860. http:// www. rjpbcs. com/ pdf/ 2011 2(4)/[91].pdf, 12/09/2013.

Zaenab, Murdiastuti HW, Anny VP, Logawa B. 2004. Uji Antibakteri Siwak(Salvadora persica Linn.) terhadap Streptococcus mutans (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus.Makara Kesehatan 8(2): 37-40.

19