PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG INISIASI MENYUSU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/115/1/Final Isi...
Transcript of PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG INISIASI MENYUSU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/115/1/Final Isi...
PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS LEPO-LEPO
KOTA KENDARI TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh:
SITI AFRIANI NIM. P00324014071
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2017
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Siti Afriani
2. Tempat Tangal Lahir : Unaaha, 10 April 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki / Indonesia
6. Alamat : Anduonoohu Lor. Belibis
Kota Kendari
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Lalonggowuna, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Tongauna, Tahun Tamat 2011
3. SMA Negeri 1 Unaaha, Tamat Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2014 sampai sekarang.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi
Baru Lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasmia Naningsih, SST., M.Keb.,
selaku Pembimbing I dan Ibu Wahida S. S.Si.T., M.Keb., selaku Pembimbing
II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu dr. Jeni Arni Harli T., selaku Kepala Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.
3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
4. Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Feryani, S.Si.T.,
M.Ph., selaku Penguji II, dan Ibu Yustiari, SST., M.Kes., selaku Penguji III.
v
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda Sudin dan Ibunda tercinta Roslina yang
telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang,
serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-
saudaraku, terima kasih atas pengertiannya selama ini.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2014.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juni 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2017
Siti Afriani 1, Hasmia Naningsih 2, Wahida S 2
Latar Belakang: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi. Sebanyak 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada sejak hari pertama dilahirkan. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai satu jam setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan di Puskesmas Lepo-Lepo pada bulan Juni-Juli 2017. Populasi penelitian ini adalah ibu bersalin yang tercatat di Ruangan Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016 sebanyak 212 ibu bersalin, dengan sampel sebanyak 54 responden yang ditetapkan secara accidental sampling. Variabel independen yakni umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas, sedangkan variabel dependen yakni pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu yang cukup lebih banyak pada ibu yang memiliki umur 20-35 tahun, yakni sebanyak 19 responden (35,2%). Pengetahuan ibu yang cukup lebih banyak pada ibu dengan paritas II, yakni sebanyak 12 responden (22,3%). Pengetahuan ibu yang cukup lebih banyak pada ibu dengan pendidikan menengah, yakni sebanyak 13 responden (24,1%). Pengetahuan ibu yang baik lebih banyak pada ibu yang tidak bekerja, yakni sebanyak 21 responden (38,9%). Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Daftar Pustaka : 22 (2007-2016) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
INTISARI ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ................................................................ 9
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................... 9
2. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini ...................... 15
3. Tinjauan Tentang Bayi Baru Lahir ............................... 22
B. Landasan Teori ................................................................ 24
C. Kerangka Konsep ............................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................. 27
B. Tempat Penelitian ............................................................ 27
C. Waktu Penelitian .............................................................. 27
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 27
E. Variabel Penelitian ........................................................... 29
viii
F. Definisi Operasional ......................................................... 29
G. Instrumen Penelitian ......................................................... 30
H. Prosedur Pengumpulan Data ........................................... 31
I. Pengolahan Data .............................................................. 31
J. Penyajian Data ................................................................. 32
K. Analisis Data .................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 34
B. Pembahasan .................................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 57
B. Saran ................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ................ 36
2. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................... 37
3. Distribusi Umur Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari .. 37
4. Distribusi Paritas Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari 38
5. Distribusi Pendidikan Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ........................................................................................ 38
6. Distribusi Pekerjaan Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari 39
7. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Umur di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................... 40
8. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Paritas di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................... 41
9. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................... 42
10. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................... 43
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Kuesioner Penelitian
4. Master Tabel Penelitian
5. Surat Ijin Penelitian
6. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut Air Susu Ibu (ASI)
sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI
eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang
dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti kita
ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk
menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama. Selain itu dalam
proses menyusui yang benar, bayi akan mendapat perkembangan
jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Roesli,
2013).
Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk
menyusui bayinya. Hal ini antara lain karena kemampuan bayi untuk
menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses
menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya
proses alami dari bayi untuk menyusu segera setelah lahir. Selama ini,
penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah
lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Ternyata
proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk menyusu (Roesli,
2013).
Setiap 1000 kelahiran hidup, 35 bayi di antaranya meninggal. JIka di
kalikan dalam setahun, sedikitnya 175.000 bayi meninggal sebelum usia
1
mencapai satu tahun. Hal serupa dilaporkan World Health Report tahun
2005. Tiap 6 menit, satu bayi meninggal, sedangkan tiap 2,5 menit satu
balita meninggal. Di Indonesia saat ini tercatat Angka Kematian Bayi
masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup dan sekitar
175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses dimana bayi dibiarkan
mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). IMD
akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif
(ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi
kebutuhannya hingga usia dua tahun, dan mencegah anak kurang gizi
(Maryunani, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui.
Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun
dan mencegah anak kurang gizi. Bayi yang baru lahir sangat rentan
terhadap kematian akibat hipotermia. Namun 16 persen kematian bayi
dapat dicegah melalui pemberian ASI pada sejak hari pertama dilahirkan.
Angka ini naik menjadi 22 persen jika pemberian ASI dimulai satu jam
setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini (Roesli,
2013).
Diperkirakan program Inisiasi Menyusui Dini dapat menyelamatkan
sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan
pertama kelahiran .Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi
akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari
2
berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam
kehidupannya (Wardani, 2012).
Angka menyusui dini di Indonesia masih rendah; survey terakhir
(SDKI, 2013) menemukan bahwa ibu yang melaksanakan Inisiasi
Menyusu Dini hanya terjadi pada 32 persen dan total ibu yang melahirkan,
hal ini lebih rendah dibandingkan hasil survey serupa (SDKI 2013/14),
yaitu 40 persen. Dengan demikian, promosi program Inisiasi Menyusu Dini
bisa menjadi kebijakan yang penting dalam menurunkan angka kematian
bayi baru lahir, dan informasi tentang ini harus ditujukan kepada para
pembuat kebijakan, penyedia layanan dan masyarakat luas (Dewi, 2014).
Pemerintah Indonesia merekomendasikan inisiasi Menyusu Dini
(IMD) sebagai tindakan penyelamat kehidupan karena IMD dapat
menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan
(Depkes RI, 2012).
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam
melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa bantuan
dan fasilitasi dari bidan. Misalnya untuk mendukung program Inisiasi
Menyusu Dini, penelitian yang dilakukan terhadap kelompok ibu bersalin
menunjukkan bahwa sebagian besar informan difasilitasi IMD oleh bidan
sedangkan sebagian besar informan tidak difasilitasi IMD. Dalam
penelitian tersebut dari 7 informan yang tidak IMD, hanya 3 informan yang
alasannya karena hal yang sulit dihindari, yaitu ibu sakit sehabis operasi
caesar, bayi harus langsung masuk inkubator, dan ibu mengalami
perdarahan. Sedangkan 4 informan lainnya tidak IMD karena alasan yang
3
sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi akan dibersihkan dan dibedong
terlebih dahulu (Komalasari, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Roesli (2013) menunjukkan bahwa
dari 900 orang ibu di Jabotabek didapatkan kenyataan 70,4% dari ibu
tersebut tak pernah mendapatkan informasi tentang IMD sehingga
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pelaksanaan
IMD. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan sikap ibu yang rendah untuk menyusui diantaranya adalah
karena faktor nyeri dan kelelahan pasca melahirkan dan kurangnya
pengetahuan ibu tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Menurut
Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Semakin baik pengetahuan ibu post partum
tentang manfaat IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak akan
membantu ibu dalam bertindak untuk memberikan ASI sedini mungkin
kepada anaknya.
Program Inisiasi Menyusu Dini mempunyai manfaat yang sangat
besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam
penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di
beberapa rumah sakit, maupun di klinik praktek bidan, sehingga
penerapannya masih perlu dikembangkan (Roesli, 2013).
4
Berdasarkan latar belakang di atas maka telah dilakukan penelitian
dengan judul: “Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini
pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan ibu bersalin
tentang Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir di Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari tahun 2017”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu bersalin tentang
Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir di Puskesmas Lepo-Lepo
Kota Kendari tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu bersalin tentang Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari tahun 2017.
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu sehubungan dengan
Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir berdasarkan umur ibu
bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2017.
c. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu sehubungan dengan
Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir berdasarkan paritas ibu
bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2017.
5
d. Untuk mengidentifikasi pekerjaan ibu sehubungan dengan Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir berdasarkan umur ibu bersalin di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kebidanan dan sebagai
perbandingan untuk peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi bidan yaitu dapat menjadi pertimbangan saat memberikan
informasi dalam pelayanan kesehatan khususnya masalah Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir.
b. Bagi institusi yaitu hasil penelitian ini menjadi tambahan referensi
bacaan di perpustakaan dan diharapkan menambah wawasan
pembaca, khususnya dalam ilmu kebidanan.
c. Bagi peneliti, yaitu menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian dan memperdalam pengetahuan tentang Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir serta sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Studi Diploma III
Politeknik Kesehatan Kendari.
6
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Nurnani (2010) dengan judul: Faktor-faktor yang mendorong ibu untuk
melakukan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Abunawas Kota
Kendari tahun 2010. Jenis penelitian adalah deskriptif, variabel
bebasnya yaitu dukungan tenaga kesehatan psikologi ibu, fisik ibu, dan
jumlah sampel 30 orang. Dari 30 orang sampel terdapat 12 orang
(40%) yang melakukan IMD dengan baik berdasarkan oleh tenaga
kesehatan, 18 orang (60%) ibu yang melakukan IMD dengan baik
berdasarkan faktor fisikologis ibu.
2. Ariska (2014) dengan judul: Gambaran Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi
Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi
tahun 2014. Jenis penelitian adalah deskriptif. Variabel penelitian
meliputi pengetahuan, sikap, kondisi ibu dan kondisi bayi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi
Menyusu Dini dalam kategori cukup (60,5%); sikap ibu nifas tentang
Inisiasi Menyusu Dini dalam kategori positif (73,2%).
3. Sidarni (2016) dengan Judul: Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas
Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari Tahun 2016. Jenis penelitian adalah deskriptif.
Variabel penelitian meliputi pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu
7
Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tertinggi
dalam kategori cukup (59,3%); dan Sikap ibu nifas tentang Inisiasi
Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari tertinggi dalam kategori positif (57,4%).
Perbedaan dengan peneliti adalah tempat penelitian dan variabel
yang diteliti, dimana peneliti menggunakan variabel umur, paritas,
pendidikan dan pekerjaan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami secara
sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku
itu terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan
untuk berbuat (Wahit, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang
sangat utuh terbentuknya tindakan seeorang (over behavior).
Karena dalam penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
9
Menurut Taufik (2010), pengetahuan merupakan
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan lain
sebagainya).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan yang
mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang
yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat
menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
10
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap
suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
untuk menjabarkan suatu materi dalam struktur organisasi.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian lain berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir
sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola
kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan
mencapai usia reproduksi (Notoatmodjo, 2010).
11
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses untuk menumbuh
kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku seseorang yang
terjadi melalui pengajaran. Pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang karena
dapat membuatnya untuk lebih mudah menerima ide-ide atau
teknologi baru dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan
masyarakat yang semakin menuntut kualitas. Perubahan yang
cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat dibutuhkan yang berpengetahuan baik yang didapatkan
dari proses selama mengikuti pendidikan. Tingkat pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
untuk menerima informasi yang semakin baik.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian, kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah seseorang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang tersebut menerima informasi
baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
seseorang tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang
setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang
12
bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik
terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada di rumah.
4) Paritas
Wanita yang baru pertama kali hamil biasanya masih
mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan kehamilannya,
dan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki seputar
kehamilan juga masih lebih sedikit dibandingkan wanita dengan
paritas tinggi (Wiknjosastro, 2012).
5) Sumber informasi
Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh sumber
informasi yang diperoleh, baik itu melalui media cetak seperti
Koran, majalah, buku atau poster, juga melalui media elektronik
seperti TV, Radio dan Internet, maupun melalui petugas
kesehatan atau orang-orang yang dekat dengan seseorang di
seputar lingkungannya (Notoatmodjo, 2010).
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu:
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga
13
gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara
ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau
metode coba-salah/coba-coba.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh
orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan
kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.
Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris, ataupun berdasarkan penalaran
sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima
pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya
adalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
14
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh pengetahuan.
4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.
2. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini
a. Pengertian
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu
ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini
IMD merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri
dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,
bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu
(Depkes RI, 2010).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting
payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2012). ASI
merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
15
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas
maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusu yang benar,
ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan (Arini, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (early initiaton) atau permulaan
menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir dengan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya
selama satu jam segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk
menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
ibunya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan The
breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2013).
b. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Wiknjosastro (2012), manfaat inisiasi menyusu dini
antara lain:
1) Ketika proses menyusu berlangsung, terjadi pelepasan hormon
oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang menyebabkan
kontraksi. Kontraksi inilah yang membantu rahim untuk kembali
kebentuk dan ukuran semula seperti saat belum hamil. Selain
itu kontraksi ini dapat mengurangi jumlah perdarahan pasca
melahirkan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
2) Refleks hisap bayi paling kuat terjadi pada 30 menit pertama
setelah dilahirkan. Isapan bayi pada putting ibu akan
16
merangsang pengeluaran hormon prolactin (yang merangsang
produksi ASI) dan hormon oksitosin (yang merangsang
pengeluaran ASI). Kerja kedua hormon tersebut akan membuat
kolostrum cepat keluar.
3) Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat mengurangi tingkat stress
pada bayi. Bayi akan merasa hangat karena kulit ibu memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan suhu dengan suhu yang
dibutuhkan.
4) Kedekatan antara ibu dengan bayi membuat bayi tampak lebih
tenang sehingga denyut jantungnya pun stabil.
5) Pemberian ASI pada jam-jam pertama dapat menekan angka
kematian bayi pada beberapa bulan pertama kehidupannya.
Kontak kulit dalam proses menyusu dini sangat penting
karena alasan-alasan berikut :
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat sehingga akan
menurunkan angka kematian bayi akibat Hipotermi (penurunan
suhu tubuh).
2) Ibu dan bayi merasakan ketenangan. Ibu merasa tenang karena
bayi terlahir dengan selamat, bayi pun merasa tenang karena
merasakan kehangatan dalam dekapan ibu.
3) Saat berada di atas dada, bayi akan menjilati dada ibu. Ketika
proses ini terjadi, sebenarnya bayi sedang menelan bakteri
yang ada didada ibu. Bakteri ini berperan dalam meningkatkan
daya tahan tubuh bayi.
17
4) Bayi yang terjaga dalam 1-2 jam pertama setelah kelahiran
yang mengeratkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi
dengan lebih baik.
5) Saat bayi berhasil menemukan putting susu ibu dan menyusu
untuk yang pertama kalinya, saat itulah ia mendapatkan
kolostrum. Kolostrum sudah diketahui mempunyai banyak
manfaat, salah satunya kaya akan zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai jenis infeksi.
6) Saat bayi berhasil menyusu dini, ini akan mempengaruhi
keberhasilannya dalam menyusu secara eksklusif berikutnya.
7) Segala aktivitas yang dilakukan bayi di atas dada dan perut ibu,
seperti menyentuh, menghisap, dan menjilati dada maupun
putting susu, akan merangsang pelepasan hormon oksitosin,
yang berperan dalam pencegahan perdarahan pasca persalinan
dengan meningkatkan kontraksi Rahim dan berperan penting
pula dalam refleks pengeluaran ASI.
8) Menyempurnakan fungsi neurologis. Koordinasi syaraf untuk
menelan, menghisap. Dan bernapas, pada bayi yang baru lahir
bisa jadi belum sempurna. Dengan sesegera mungkin
memberikan kesempatan kepada bayi untuk menghisap ASI
dari putting payudara ibu, fungsi koordinasi saraf-saraf tersebut
jadi lebih cepat sempurna.
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebh baik
18
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang
aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin
bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih
cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir.
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan
bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi
ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin,
prolactin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi (Wiknjosastro, 2012).
c. Proses Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2013), proses inisiasi menyusu dini antara
lain:
1) Segera setelah lahir, badan dikeringkan seperlunya, kecuali
kedua tangannya.
2) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Ibu dan bayi dapat diselimuti agar tetap
hangat. Bila perlu, pakaikan topi pada kepala bayi.
3) Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya.
4) Ibu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sbelum
menyusu.
5) Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersetuhan dengan
kulit ibu sampai minimal satu jam atau lebih sampai kegiatan
menyusu pertama selesai.
19
6) Setelah selesai menyusu, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang
berat badannya, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
7) Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung.
d. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2013), tatalaksana inisiasi menyusu dini
antara lain:
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat bersalin.
2) Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya
pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.
3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan
misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali
kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan
kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
5) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi
melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kontak kulit
ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.
6) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut tapi tidak memaksa bayi ke
putting susu.
7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-
tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat
20
berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.
Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam. Jika belum menemukan putting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan denga kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama.
8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan misalya operasi Caesar.
9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap
setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang
invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi
dapat dtunda.
10) Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama
24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu
dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan
yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
e. Penatalaksanaan IMD pada Operasi Caesar
Apabila menjalani operasi Caesar dengan pembiusan secara
spinal (pembiusan lokal) dan ibu tetap sadar selama proses operasi
berlangsung, bayi yang lahir segera dikeringkan tanpa
menghilangkan lemak yang menempel ditubuhnya (jika ada).
Kemudian bayi akan ditengkurapkan diperut atau dada ibu. Bayipun
dibiarkan untuk berusaha mencari sendiri putting susu ibu, dengan
21
tidak memaksakan meletakkan bayi diputing susu ibu. Apabila
dilakukan pembiusan (anastesi) umum, sang ayah dapat
melakukan kontak kulit dengan kult bayi saat menunggu ibu selesai
operasi. Bila kontak ditunda, bayi dapat dimasukkan kedalam
inkubator. Inisiasi menyusu dini dapat dilakukan setelah kondisi ibu
dan bayi stabil (Riskana R, 2012).
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada
persalinan Caesar, berikut ini tatalaksananya:
1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.
2) Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20º-25ºC. Disediakan
selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu.
Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari
kepala bayi.
3) Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi,
atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap
diletakkan didada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan
atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan
ibu atau kamar pulih (Roesli, 2013).
3. Tinjauan Tentang Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran. Serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2014).
22
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan
fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Untuk
itu, petugas yang menolong persalinan harus tinggal bersama ibu
dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil.
Setelah bayi lahir, berikan bayi kepada ibunya secepat
mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk
mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir, ikatan
batin, dan pemberian ASI. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya
apabila bayi telah siap. Jangan paksakan bayi untuk menyusu.
Makanan pertama dan utama bayi baru lahir tentu saja ASI.
ASI sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan bayi. Tekstur ASI
juga sangat sesuai dengan pencernaan bayi. Selain itu, jumlah zat
gizi yang terkandung di dalam ASI akan berubah sesuai dengan
kebutuhan bayi. Sehingga, sampai usia 6 bulan, kebutuhan gizi
bayi dapat terpenuhi melalui ASI tanpa diberikan makanan
pendamping ASI (Widodo, 2013).
b. Tanda-Tanda Bayi Memperoleh ASI Cukup
Tanda-tanda bayi memperoleh ASI cukup menurut Depkes
RI (2012) adalah:
1) Bayi buang air kecil minimal 6 kali per hari dan warna urin jernih
atau kekuningan
23
2) Bayi sering buang air besar kuning dan tampak seperti berbiji.
3) Bayi tampak puas, dengan saat-saat lapar, tenang dan
mengantuk. Bukanlah hal yang baik bila bayi tidur terus.
4) Bayi menyusu paling sedikit 10 kali dalam 24 jam.
5) Payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui.
6) Ibu dapat merasakan turunnya ASI ketika bayi pertama kali
menyusu.
7) Ibu dapat mendengar bunyi menelan ketika bayi menelan ASI.
8) Berat badan bayi naik.
B. Landasan Teori
Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri sesegera setelah lahir. Melalui kontak kulit bayi
dengan ibunya, setidaknya selam 1 jam sesegerah setelah lahir, yang
dinamakan The Breast Orawl atau merangkak mencari payudara.
Inisiasi menyusu dini dipercaya dapat menghindarkan bayi dari
serangan penyakit berbahaya dalam masa paling rentan dalam hidupnya,
selain itu juga dapat menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang menjadi telaah
sesoorang setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, baik
memalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang
diperoleh baik dalam bentuk pendidikan formal, dan non formal maupun
pengalaman berdasarkan interaksi sosial. Karena itu pengetahuan sangat
24
penting dalam proses pengambilan keputusan untuk pemberian inisiasi
menyusu dini.
Pengetahuan ibu sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan
inisiasi menyusu dini (IMD). Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka
cenderung mendorong orang untuk mengklasifikasikan hasil dari
pengetahuan tersebut, demikian juga maikn tinggi pendidikan seseorang
sangat mempengaruhi pembentukan sikap, pemahaman akan baik
buruknya, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
25
C. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)
Pekerjaan
Paritas
Pendidikan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
yakni untuk mendeskripsilan pengetahuan ibu bersalin tentang Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
tahun 2017.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari tahun 2017.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2017.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu bersalin yang
tercatat di Ruangan Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
tahun 2016 sebanyak 212 ibu bersalin.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang dirawat di
ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara.
27
Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus:
qpZNd
qpZNn
.1
..22
2
Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi p = estimator proporsi populasi (0.05) q = 1,0 – p Z2 = 1.96 d = 0.05
Sehingga didapatkan:
qpZNd
qpZNn
.1
..22
2
05,0105,0.96,1121205,0
05,0105,0.96,121222
2
n
95,0.05,0.842,32110025,0
95,0.05,0.842,3212
n
1825,05275,0
68894,38
n
71,0
68894,38n
49,54n ≈ 54 responden
Untuk menentukan sampel maka digunakan teknik accidental
sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel yang dilakukan secara
kebetulan, dimana orang yang ditemui berkunjung ke Ruang
Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari secara kebetulan
ditetapkan sebagai sampel (Arikunto, 2012).
28
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan ibu.
2. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan ibu bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada
bayi baru lahir.
F. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu bersalin mengenai inisiasi menyusu dini pada bayi
baru lahir yang dapat dinilai melalui pertanyaan melalui kuisioner, yang
meliputi: definisi IMD, manfaat IMD, keuntungan IMD, serta pentingnya
kontak kulit dan menyusu sendiri.
Kriteria objektif :
Baik : Bila skor yang diperoleh 76-100%
Cukup : Bila skor yang diperoleh 56-75%
Kurang : Bila skor yang diperoleh 0-55% (Notoatmodjo, 2012).
2. Umur
Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan, dengan
kategori:
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
29
c. > 35 tahun (Depkes RI, 2010).
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden,
baik lahir hidup maupun mati, dengan kategori:
a. Paritas I
b. Paritas II
c. Paritas III
d. Paritas > III (Pudiastuti, 2012).
4. Pendidikan
Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang
diselesaikan oleh responden, dengan kategori:
a. Pendidikan Dasar : SD dan SMP
b. Pendidikan Menengah: SMA Sederajat
c. Perguruan Tinggi: Diploma dan Sarjana (Depdiknas, 2003).
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden
sehari-hari, dengan kategori:
a. Bekerja : Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta
b. Tidak Bekerja : IRT (Ibu Rumah Tangga) (Notoatmodjo, 2012).
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang
digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan variasi
dichotomous choice. Untuk pertanyaan pengetahuan terdiri dari 20
30
pertanyaan, dimana pertanyaan mendapat skor 1 jika menjawab benar
dan skor 0 jika menjawab salah. Adapun pengisian kuesioner dengan
memberikan tanda centang (√) pada lembar kuesioner yang sudah
disediakan.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk
yang dikembangkan dalam penelitian ini.
I. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang
diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan
pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi
kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan
segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah
diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan
dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum
menyerahkan kuesioner.
2. Pengkodean (coding)
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap
berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode
31
untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk
memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang
mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang
mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap
jawaban responden.
3. Pemberian skor (scoring)
Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor.
4. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
5. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2012).
J. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
K. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
32
disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka
digunakan rumus:
%100N
fP
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : Angka persentase (Sugiyono, 2012).
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari terdiri dari
4 (empat) Kelurahan, yakni Kelurahan Lepo-Lepo, Wundudopi,
Baruga, dan Watubangga yang merupakan wilayah administratif
Kecamatan Baruga, dengan luas wilayah ± 13.130 Ha. dengan
batas wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua dan
Kecamatan Kadia
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Poasia
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo
pada tahun 2015 sebanyak 24.571 jiwa yang tersebar di 4 (empat)
kelurahan dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 5.639
jiwa. Adapun penyebaran penduduk tiap kelurahan adalah sebagai
berikut:
1) Kelurahan Lepo-Lepo : 1.302 KK dengan 5.557 jiwa.
2) Kelurahan Wundudopi : 968 KK dengan 4.432 jiwa.
34
3) Kelurahan Baruga : 1.904 KK dengan 8.761 jiwa.
4) Kelurahan Watubangga : 1.465 KK dengan 5.821 jiwa.
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Lepo-Lepo terdiri dari:
1) Sarana Kesehatan Pemerintah
a) Puskesmas Induk 1 unit yang merupakan puskesmas
perawatan yang menyelenggarakan rawat jalan, rawat inap,
rawat umum dan kebidanan serta unit gawat darurat 24 jam
yang berlokasi di kelurahan Lepo-Lepo.
b) Puskesmas pembantu 2 unit, masing-masing terletak di
Kelurahan Watubangga dan Kelurahan Baruga.
c) Puskesmas keliling 2 unit, masing-masing berlokasi di
Kelurahan Baruga dan Kelurahan Watubangga, keduanya
sudah berfungsi.
2) Sarana Kesehatan
a) Rumah bersalin 2 unit, yang berlokasi di Kelurahan
Wundudopi dan Kelurahan Baruga.
b) Praktek dokter berkelompok 1 unit, berlokasi di Kelurahan
Wundudopi.
3) Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat
a) Posyandu 18 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 4 unit,
di Kelurahan Baruga 4 unit, di Kelurahan Watubangga 6
unit dan di Kelurahan Wundudopi 4 unit.
35
b) Posyandu lansia 3 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 1
unit, di Kelurahan Baruga 1 unit dan di Kelurahan
Watubangga 1 unit.
d. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Lepo-Lepo
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Jumlah tenaga Status
Jumlah PNS Honorer Sukarela
Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Keperawatan Sarjana Kes. Masyarakat Sarjana Kebidanan Apoteker Ahli madya keperawatan Ahli madya kebidanan Ahli madya Gizi Ahli madya kesling Ahli madya analisis kes Perawat Perawat gigi Bidan SPAG SPPH SMF Tenaga administrasi Pekarya kesehatan Sopir Petugas kebersihan Tukang masak dan cuci SMU
3 1 3
10 1 1
17 16 2 1 1
11 3 5 1 2 1 3 1 1 1 - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 2 1
- - - 1 - -
17 - 3 1 3 2 - - - - - - - - - - -
3 1 3
11 1 1
34 16 5 2 4
13 3 5 1 2 1 3 1 1 2 2 1
Sumber: Data Sekunder, Tahun 2017.
36
2. Variabel Penelitian
a. Pengetahuan Responden
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu bersalin
di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 25 46,3 Cukup 23 42,6 Kurang 6 11,1
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi memiliki pengetahuan dalam kategori baik,
yakni sebanyak 25 orang (46,3%), dan terendah memiliki
pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 6 orang (11,1%).
b. Umur Responden
Distribusi responden berdasarkan umur ibu bersalin di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Umur Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
< 20 12 22,2 20 – 35 34 62,9
> 35 8 14,9
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi pada umur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 34
37
orang (62,9%), dan terendah pada umur > 35 tahun sebanyak 8
orang (14,9%).
c. Paritas Responden
Distribusi responden berdasarkan paritas ibu bersalin di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Paritas Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)
I 20 37,0 II 25 46,3 III 7 12,9
> III 2 3,8
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi pada paritas II, yakni sebanyak 25 orang
(46,3%), dan terendah pada paritas paritas ≥ IV sebanyak 2 orang
(3,8%).
d. Pendidikan Responden
Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu bersalin di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Pendidikan Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
Dasar 12 22,2 Menengah 25 46,3
Tinggi 17 31,5
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
38
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi memiliki pendidikan menengah, yakni sebanyak
25 orang (46,3%), dan terendah memiliki tingkat pendidikan SD
sebanyak 12 orang (22,2%).
e. Pekerjaan Responden
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu bersalin di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Pekerjaan Ibu Bersalin di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Bekerja 19 35,2 Tidak Bekerja 35 64,8
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi adalah responden yang tidak bekerja atau ibu
rumah tangga, yakni sebanyak 35 orang (64,8%), dan terendah
responden yang tidak bekerja sebanyak 19 orang (35,2%).
3. Analisis Variabel Penelitian
a. Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Umur
Distribusi pengetahuan ibu bersalin sehubungan dengan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan umur di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
39
Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Umur di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Umur (Tahun)
Pengetahuan Ibu Tentang IMD Jumlah
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
< 20 9 16,7 2 3,7 1 1,8 12 22,2 20 – 35 11 20,4 19 35,2 4 7,5 34 62,9
> 35 5 9,2 2 3,7 1 1,8 8 14,9
Total 25 46,3 23 42,6 6 11,1 54 100
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 12
responden (22,2%) yang berumur < 20 tahun, terdapat 9
responden (16,7%) yang memiliki pengetahuan baik, 2 responden
(3,7%) yang berpengetahuan cukup dan 1 responden (1,8%) yang
berpengetahuan kurang. Dari 34 responden (62,9%) yang berumur
20-35 tahun, terdapat 11 responden (20,4%) yang berpengetahuan
baik, 19 responden (35,2%) yang berpengetahuan cukup dan 4
responden (7,5%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 8
responden (14,9%) yang berumur > 35 tahun, terdapat 5
responden (9,2%) yang berpengetahuan baik, 2 responden (3,7%)
yang berpengetahuan cukup dan 1 responden (1,8%) yang
berpengetahuan kurang.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu yang cukup sehubungan pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir lebih banyak pada ibu yang
memiliki umur 20-35 tahun, yakni sebanyak 19 responden (35,2%).
40
b. Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Paritas
Distribusi pengetahuan ibu bersalin sehubungan dengan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan paritas di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Paritas di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Paritas
Pengetahuan Ibu Tentang IMD Jumlah
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
I 9 16,7 8 14,8 3 5,5 20 37,0 II 11 20,3 12 22,3 2 3,7 25 46,3 III 3 5,5 3 5,5 1 1,8 7 12,9
> III 2 3,8 0 0 0 0 2 3,8
Total 25 46,3 23 42,6 6 11,1 54 100
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 20
responden (37,0%) dengan paritas I, terdapat 9 responden (16,7%)
yang memiliki pengetahuan baik, 8 responden (14,8%) yang
berpengetahuan cukup dan 3 responden (5,5%) yang
berpengetahuan kurang. Dari 25 responden (46,3%) dengan
paritas II, terdapat 11 responden (20,3%) yang berpengetahuan
baik, 12 responden (22,3%) yang berpengetahuan cukup dan 2
responden (3,7%) yang berpengetahuan kurang. Dari 7 responden
(12,9%) dengan paritas III, terdapat 3 responden (5,5%) yang
berpengetahuan baik, 3 responden (5,5%) yang berpengetahuan
cukup dan 1 responden (1,8%) yang berpengetahuan kurang.
Sedangkan dari 2 responden (3,8%) dengan paritas > III, terdapat 2
41
responden (3,8%) yang berpengetahuan baik, 0 responden (0%)
yang berpengetahuan cukup dan 0 responden (0%) yang
berpengetahuan kurang.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu yang cukup sehubungan pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir lebih banyak pada ibu dengan
paritas II, yakni sebanyak 12 responden (22,3%).
c. Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pendidikan
Distribusi pengetahuan ibu bersalin sehubungan dengan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan pendidikan di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Pendidikan
Pengetahuan Ibu Tentang IMD Jumlah
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Dasar 2 3,7 7 13,0 3 5,5 12 22,2 Menengah 9 16,6 13 24,1 3 5,5 25 46,3
Tinggi 14 26,0 3 5,5 0 0 17 31,5
Total 25 46,3 23 42,6 6 11,1 54 100
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 12
responden (22,2%) dengan pendidikan dasar, terdapat 2
responden (3,7%) yang memiliki pengetahuan baik, 7 responden
(13,0%) yang berpengetahuan cukup dan 3 responden (5,5%) yang
berpengetahuan kurang. Dari 25 responden (46,3%) dengan
42
pendidikan menengah, terdapat 9 responden (16,6%) yang
berpengetahuan baik, 13 responden (24,1%) yang berpengetahuan
cukup dan 3 responden (5,5%) yang berpengetahuan kurang.
Sedangkan dari 17 responden (31,5%) dengan pendidikan tinggi,
terdapat 14 responden (26,0%) yang berpengetahuan baik, 3
responden (5,5%) yang berpengetahuan cukup dan 0 responden
(0%) yang berpengetahuan kurang.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu yang cukup sehubungan pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir lebih banyak pada ibu dengan
pendidikan menengah, yakni sebanyak 13 responden (24,1%).
d. Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pekerjaan
Distribusi pengetahuan ibu bersalin sehubungan dengan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan pekerjaan di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin Sehubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Pekerjaan
Pengetahuan Ibu Tentang IMD Jumlah
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Bekerja 4 7,4 11 20,4 4 7,4 19 35,2 Tidak Bekerja 21 38,9 12 22,2 2 3,7 35 64,8
Total 25 46,3 23 42,6 6 11,1 54 100
Sumber: Data Primer, 2017.
43
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 19
responden (35,2%) yang bekerja, terdapat 4 responden (7,4%)
yang memiliki pengetahuan baik, 11 responden (20,4%) yang
berpengetahuan cukup dan 4 responden (7,4%) yang
berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 35 responden (64,8%)
yang tidak bekerja, terdapat 21 responden (38,9%) yang
berpengetahuan baik, 12 responden (22,2%) yang berpengetahuan
cukup dan 2 responden (3,7%) yang berpengetahuan kurang.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu yang baik sehubungan pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini pada bayi baru lahir lebih banyak pada ibu yang tidak
bekerja, yakni sebanyak 21 responden (38,9%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi memiliki pengetahuan dalam kategori baik, yakni
sebanyak 25 orang (46,3%), dan terendah memiliki pengetahuan
dalam kategori kurang sebanyak 6 orang (11,1%). Dari hasil penelitian
juga ditemukan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan baik
lebih banyak melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini dibandingkan
dengan responden yang berpengetahuan kurang.
Tingginya tingkat pengetahuan responden tersebut disebabkan
karena informasi yang diperoleh responden melalui puskesmas atau
44
tenaga kesehatan penerimaannya cukup baik, sehingga
mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka. Selain itu, para ibu juga
memperoleh informasi melalui media-media cetak dan media
elektronik serta buku-buku yang dibacanya untuk meningkatkan
pengetahuan mereka terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.
Pengetahuan adalah keyakinan mengenai suatu objek yang telah
dibuktikan kebenarannya. Kiranya sudah jelas bahwa hanya yang
mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu yang dianggap benar,
sehingga keyakinan yang hanya secara kebetulan benar tidak dapat
diterima sebagai pengetahuan. Pengetahuan harus dibuktikan dengan
kebenaran karena pengetahuan merupakan kemampuan seseorang
untuk mengingat fakta, symbol, prosedur, teknik dan teori
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut Carlson (2008), banyak faktor yang menyebabkan
pemberian Inisiasi Menyusu Dini tidak terlaksana dengan baik, salah
satunya adalah kesalahan pada tata laksana laktasi yang
menyebabkan penurunan produksi ASI (sindrom ASI kurang) dan
sebagian besar ibu yang tidak menyusui bayinya bukan karena
gangguan fisik, melainkan lebih banyak karena ibu tidak tahu tentang
tata laksana laktasi. Dalam wawancara pada sebagian ibu menyusui
mengatakan mengetahui tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini
melalui petugas kesehatan tempat pemeriksaan antenatal, sebagian
melalui teman, namun sebagian ibu tidak mendapatkan informasi yang
mendalam tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, mengingat
45
pentingnya hal tersebut selayaknya petugas kesehatan harus terus
memberikan pemahaman yang terkait dengan pengetahuan Inisiasi
Menyusu Dini.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2012), tentang pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif bahwa tingkat tahu seseorang diartikan sebagai
mengingat kembali terhadap suatu spesifikasi dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Lebih lanjut
dikatakannya bahwa pada umumnya setiap orang, sebelum bersikap
dan bertindak terhadap sesuatu objek, terlebih dahulu ia mengetahui
apa objek yang hendak disikapi dan ditindaki. Meski demikian, sering
seseorang menyikapi bahkan langsung bertindak terhadap suatu objek
tanpa lebih dahulu mengetahui tentang objek yang hendak disikapi
dan ditindakinya.
Berdasarkan data demografi diperoleh bahwa mayoritas usia
responden berada pada rentang usia 25-35 (62,9%) ini dikaitkan
dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa
pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan bertambahnya
usia. Dan peneliti berasumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka
dapat menggali lagi memori yang pernah didapatkan sebelumnya baik
itu dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dimilikinya tentang IMD.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI)
merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena di dalam
ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-
46
penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi
pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain
imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI berisiko terhadap infeksi
saluran pernapasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman,
2006). Namun saat ini pemberian ASI semakin menurun, penyebab
menurunnya pemberian ASI adalah kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, pemasaran susu formula,
dan faktor sosial ekonomi. Selain itu juga, masih banyak masyarakat
yang suka memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (Agnes,
2007).
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini harus dipersiapkan
sedemikian rupa karena pengetahuan tentang ASI belum dapat
dipahami sepenuhnya oleh masyarakat, keluarga, ibu-ibu, bahkan
masih banyak tenaga kesehatan yang belum memahami betul tentang
pemberian ASI. Berbagai terobosan yang dilakukan untuk
menggalakkan ASI, baik melalui media cetak ataupun media
elektronik, baik oleh kader maupun oleh tenaga kesehatan sendiri.
Pengetahuan dan pendekatan yang cukup sehingga ibu dapat
mengambil suatu sikap dan keputusan serta bertanggung jawab
terhadap kesehatannya, makin tinggi pendidikan seseorang makin
banyak informasi atau pengetahuan yang dimiliki dan begitu
sebaliknya. Saat ini, pengetahuan ibu menyusui masih terkendala oleh
pendidikan, usia dan latar belakang keluarga, dan ini merupakan
kendala keberhasilan pemberian ASI.
47
Menurut Ambarwati (2008), Inisiasi Menyusu Dini dapat
meningkatkan keberhasilan produksi ASI, sehingga bayi dapat
menyusui tanpa ada gangguan dari produksi ASI ibu. Dalam hal ini,
semua responden mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini bagi
ibu. Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki ibu dapat
memberikan kesadaran untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini pada
saat setelah persalinan.
Pengetahuan tentang inisiasi Menyusu Dini harus dimiliki oleh ibu
post partum yang akan sangat penting dilakukan pada saat setelah ibu
melahirkan bayinya. Sehingga Inisiasi Menyusu Dini dapat dilakukan
dengan tepat dan ibu mau bekerjasama dengan bidan dalam
melakukan Inisiasi Menyusu Dini setelah melahirkan bayinya. Inisiasi
Menyusu Dini memiliki dampak atau manfaat yang banyak bagi ibu
dan bayinya sendiri.
2. Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang
cukup sehubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru
lahir lebih banyak pada ibu yang memiliki umur 20-35 tahun, yakni
sebanyak 19 responden (35,2%) dibandingkan dengan umur kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Menurut Nursalam dalam Handayani (2007), umur adalah usia
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
48
tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Menyusui bayi memerlukan kondisi kesehatan ibu yang baik,
tidak saja kondisi fisik tetapi juga kondisi psikologis ibu. Umur 20 – 35
tahun adalah kelompok umur yang paling baik untuk kehamilan sebab
secara fisik sudah cukup kuat dan dari segi mental siudah cukup
dewasa. Umur > 35 tahun dianggap berisiko dan berbahaya, sebab
secara fisik jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup akan mulai
mengalami penurunan kesehatan reproduksi.
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk
kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab
itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat
mendukung dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, sedangkan
umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara
fisik, mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan
serta pemberian ASI (Arini H, 2012).
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas, serta cara
mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20
tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial
dalam menghadapi kehamilan, persalinan. Pada primipara dengan
usia 35 tahun ke atas dimana produksi hormon relatif berkurang,
mengakibatkan proses laktasi menurun yang akan berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu sehubungan dengan pelaksanaan Inisiasi
49
Menyusu Dini. Ibu yang melahirkan pada umur tersebut berisiko
karena pada usia ini erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat
mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan (Arini H, 2012).
3. Pengetahuan Ibu sehubungan dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Paritas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang
cukup sehubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru
lahir lebih banyak pada ibu dengan paritas II, yakni sebanyak 12
responden (22,3%). Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa
responden yang memiliki paritas I dan III lebih banyak memiliki
pengetahuan yang cukup baik sehubungan dengan Inisiasi Menyusu
Dini dibandingkan dengan paritas lebih dari III.
Paritas adalah status melahirkan anak pada seorang wanita
(Varney, 2008). Paritas II-III merupakan jumlah yang paling aman
ditinjau dari sudut kesehatan. Paritas yang tinggi atau paritas lebih dari
III mempunyai faktor resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan.
Paritas ibu II dan III merupakan jumlah paling aman ditinjau dari sudut
kesehatan mempunyai lebih dari tiga anak termasuk resiko tinggi dan
maksimal dua anak digolongkan resiko rendah (Pudiastuti, 2012).
Paritas ibu terkait dengan pengalaman ibu dalam melahirkan.
Dengan pengalaman tersebut ibu akan memperoleh pengetahuan
yang lebih baik lagi. Persalinan yang paling aman bagi ibu adalah yang
kedua dan ketiga, sedangkan persalinan ketiga dan seterusnya secara
dramatis menurunkan kesehatan ibu. Hasil ini sejalan dengan
50
penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010), bahwa mayoritas ibu
yang menyusui bayi yang merupakan anak pertama memiliki proses
menyusu yang tidak efektif dibandingkan dengan ibu yang menyusui
bayinya merupakan anak ketiga dan keempat. Artinya paritas
berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Penelitian Wulandari
(2007), menyatakan bahwa pengalaman memegang peranan penting
dalam meningkatkan pengetahuan terhadap tata laksana laktasi.
Pengalaman seorang ibu dalam hal ini dilihat dari jumlah anak yang
dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali cenderung
untuk memberikan ASI kepada bayinya. Dalam wawancara pada
sebagian ibu diperoleh informasi bahwa ibu yang berparitas satu
(pertama kali melahirkan) cenderung untuk tidak memberikan ASI
esklusif dengan berbagai faktor penyebab antara lain, merasa kurang
percaya diri, ASI tidak keluar, bayi rewel dan dukungan negatif dari
orang tua dan suami.
4. Pengetahuan Ibu Sehubungan dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pendidikan
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
51
negara. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir
dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam
menerima latihan baik secara teori maupun praktek (Eni Maharani dan
Catur Yuantari, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang
cukup sehubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru
lahir lebih banyak pada ibu dengan pendidikan menengah, yakni
sebanyak 13 responden (24,1%) dibandingkan dengan ibu yang hanya
memiliki pendidikan dasar. Semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin tinggi juga daya penalaran terhadap setiap informasi yang
diberikan sehingga lebih mudah untuk melakukan tindakan.
Frekuensi menyusu dini lebih tinggi diantara wanita terpelajar.
Ibu yang terpelajar menyadari keuntungan fisiologi dan psikologis dari
menyusu, ibu terpelajar lebih termotivasi memiliki kesempatan lebih
banyak untuk mendapat informasi serta mempunyai fasilitas yang lebih
baik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan menyusui dini
lebih mungkin ditemukan pada ibu dengan pendidikan tinggi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
kemudahan seseorang untuk dimotivasi kearah yang lebih baik,
sehingga diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
mempunyai motivasi yang baik dalam mengambil keputusan untuk
menyusui bayinya. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih
tinggi akan lebih mudah menerima informasi, sebaliknya pendidikan
52
yang rendah akan menghambat penafsiran informasi seseorang
terhadap objek-objek yang diperkenalkan. Ibu yang berpendidikan
tinggi cenderung lebih mudah untuk menerima informasi dan
pengetahuan tentang menyusui dibanding yang pendidikannya rendah.
Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seorang ibu
dalam pemberian ASI. Penyerapan informasi yang beragam dan
berbeda dipengeruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan akan
berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran,
perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang,
khususnya pengetahuan dalam pemberian ASI.
Dari hasil ini, peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan
tersebut sudah cukup mendukung tingkat pengetahuan responden.
Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang
seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan pendidikan
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh
aspek kehidupan manusia, baiki pikiran, perasaan maupun sikapnya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan
dasar yang dimiliki seseorang, khususnya pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini. Air susu ibu merupakan makanan utama dan terbaik
53
untuk bayi usia 0 – 2 tahun (Astutik, 2013). Pemberian ASI berarti
memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit pada bayi
serta memwujudkan emosional ibu dan bayinya.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
responden dalam berfikir dan bertindak. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan makin mudah menerima sesuatu yang
sifatnya baru dan lebih terampil serta lebih dinamis terhadap setiap
perubahan dalam menerapkan apa yang diperoleh khususnya yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan mereka. Tingkat
pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan
terakhir yang diraih oleh responden (Mubarak, 2010).
5. Pengetahuan Ibu sehubungan dengan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang baik
sehubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir
lebih banyak pada ibu yang tidak bekerja, yakni sebanyak 21
responden (38,9%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Partisipasi wanita dalam angkatan kerja mempunyai pengaruh
penting dalam penurunan fertilitas. Bekerja dapat mengurangi
keinginan wanita untuk membina keluarga besar, karena dengan
memiliki banyak anak akan sangat merepotkan bagi ibu. Di samping
itu sering dilupakan bahwa pekerjaan rumah tangga yang dilakukan
perempuan, yaitu penyediaan barang dan jasa bagi sesama anggota
54
keluarga termasuk suami, merupakan suatu pekerjaan produktif. Jenis
pekerjaan ini menyita banyak waktu dan tenaga, dan menguntungkan
suami, keluarga serta masyarakat. Namun tidak diberi imbalan materi
dan umumnya dianggap sebagai pekerjaan rendah.
Ibu yang tidak bekerja lebih mempunyai kemungkinan mampu
memberikan ASI eksklusif hingga dua bulan pertama. Pada ibu yang
bekerja, lama cuti hamil dan melahirkan yang singkat mengakibatkan
ibu sudah harus kembali bekerja sebelum masa menyusui eksklusif
berakhir. Lain halnya dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang tidak
bekerja mempunyai lebih banyak waktu di rumah untuk mengurus
rumah tangga karena tidak terikat dengan jadwal kerja dan rutinitas
yang padat, sehingga mempunyai peluang yang lebih besar untuk
menyusui secara eksklusif.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi
ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
Seseorang yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan
perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan
memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga
tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga
tidak ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya (Depkes RI,
2011).
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar ibu yang berumur 20-35 tahun memiliki pengetahuan
yang cukup tentang Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir, yakni
sebanyak 19 responden (35,2%).
2. Sebagian besar ibu dengan paritas II memiliki pengetahuan yang
cukup tentang Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir, yakni
sebanyak 12 responden (22,3%).
3. Sebagian besar ibu dengan pendidikan menengah memiliki
pengetahuan yang cukup tentang Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru
lahir, yakni sebanyak 13 responden (24,1%).
4. Sebagian besar ibu yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang
baik tentang Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir, yakni
sebanyak 21 responden (38,9%).
B. Saran
1. Bagi profesi kebidanan, dalam memberikan informasi dalam pelayanan
kesehatan bagi ibu bersalin melalui penyuluhan pendidikan kesehatan
tentang Inisiasi Menyusu Dini.
56
2. Bagi pemerintah setempat, khususnya Dinas Kesehatan diharapkan
melakukan pemantauan tentang pelaksanaan IMD terhadap petugas
kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo dan seluruh tenaga kesehatan
yang bekerja di Puskesmas Lepo-Lepo.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya menggambarkan
pengetahuan dan sikap ibu bersalin tentang IMD tanpa disertai dengan
tindakan. Perlu dilaksanakan penelitian selanjutnya tentang tindakan
ibu bersalin terhadap IMD dengan melakukan observasi kepada ibu
bersalin yang melakukan IMD.
57
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Arini, H. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Departemen Kesehatan RI. 2012. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD.
Jakarta: JNPKKR-JHPIEGO. ________. 2010. Promosi Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Depkes RI. Depdiknas RI, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas RI. Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika. Komalasari, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Persepsi Ketidakcukupan ASI pada Ibu yang Memiliki Bayi Umur 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Skripsi. Depok: UI Jakarta.
Maryunani, Anik, 2012. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Post Partum).
Jakarta: CV. Trans Info Media. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. -------------------. 2010. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta. Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari. Prasetyono, 2012. ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Puskesmas Lepo-Lepo, 2016. Laporan Tahunan Puskesmas Lepo-Lepo.
Kendari: Puskesmas Lepo-Lepo Riskana. R. 2012. Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: UI Press. Roesli, U. 2013. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda, Grup
Puspa Swara.
_______. 2010. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfa Beta. Taufik. 2010. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan
Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Infomedika. Wahit, Mubarak, Iqbal. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Wardani, 2012. Inisiasi Menyusu Dini: Manfaatnya Seumur Hidup. Diakes dari
website: www. Surabaya_eHealth.com. Tanggal 2 November 2016. Widodo, Rahayu. 2013. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat pada Anak.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Wiknjosastro, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Lampiran 1.
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Saudara ............................ Di – Puskesmas Lepo-Lepo Dengan Hormat,
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
”Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi
Baru Lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2017”, maka
saya mohon dengan hormat kepada saudara untuk menjawab beberapa
pertanyaan kuesioner (angket penelitian) yang telah disediakan. Jawaban
saudara diharapkan objektif (diisi apa adanya).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu
takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban
yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,
data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Kendari, Februari 2017 Ttd ...................................
Lampiran 2.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu
Dini pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2017”, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...........................................................
Alamat : ...........................................................
Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian
ini.
Kendari, 2017
Hormat Saya,
(..............................................)
Responden
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3.
LEMBAR KUESIONER
Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Tahun 2017
A. Identitas Responden
Nama Ibu : …………………………
Umur : .......... tahun
Pendidikan : ........................................
Pekerjaan : ........................................
Paritas : ........................................
Inisiasi Menyusu Dini : a. Melakukan IMD b. Tidak Melakukan IMD
B. Penilaian pengetahuan Ibu Bersalin Tentang IMD
1. Inisiasi menyusui dini adalah …
a. Pemberian ASI saja sampai usia bayi 6 bulan
b. Bayi mulai menyusui sendiri setelah bayi lahir melalui kontak kulit
bayi dengan ibunya selama 1 jam sesegera setelah bayi lahir
c. Pemberian susu formula sebagai penganti ASI
2. Berikut ini adalah keuntungan dari inisiasi menyusu dini bagi ibu
adalah kecuali ...
a. Menurunkan resiko perdarahan setelah persalinan
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
ASI
c. Dapat mempersulit pengeluaran plasenta dan pengeluaran nyeri
dari prosedur pasca persalinan
3. Keuntungan inisiasi menyusui dini bagi bayi adalah ...
a. Meningkatkan berat badan yang optimal
b. Memberikan rasa nyaman untuk bayi
c. Memberi kekebalan tubuh pasif pada bayi
4. Berikut manfaat inisiasi menyusu dini adalah, kecuali ...
a. Menunjang tubuh kembang optimal
b. Mengurangi cacat
c. Anak yang menyusui dini dapat lebih muda menyusui kemudian
5. Bagaimana cara yang tepat inisiasi menyusu dini …
a. Begitu lahir bayi diletakan diatas dada ibu
b. Setelah di timbang, dikeringkan dan dibedong bayi diletakan di
dada ibu
c. Tanpa diselimuti setelah mengeringkan tubuh bayi dan
pomotongan tali pusat tanpa penimbang berat badan bayi diletakan
tengkurap di dada atau perut dengan posisi kepala lebih rendah
dari puting susu
6. Beberapa lama bayi diletakan tengkurap diatas dada ibu setelah ia
lahir ..
a. 15 menit
b. 20 menit
c. 30-60 menit
7. Berikut ini adalah pentingnya inisiasi menyusu dini, kecuali …
a. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal bayi
b. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakan diatas dada ibu
akan membuat bayi tenang
c. Bayi akan merasa kedinginan karena tidak di bedong
8. Melalui kontak kulit ke kulit inisiasi menyusu dini akan ...
a. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif
b. Membuat bayi terserang penyakit karena kulit ibu tidak bersih
c. Risiko bayi akan kedinginan lebih besar
9. Kekebalan pasif / imunisasi pertama bayi didapatkan melelui ...
a. Penyuntikan vaksin imunisasi
b. inisiasi menyusu dini
c. di rumah sakit
10. Melalui inisiasi menyusu dini dapat membantu ibu ...
a. mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman
b. menambah beban ibu melahirkan plasenta
c. membuat ibu tidak nyaman
11. Keberhasilan menyusu tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya
yang mahal yang diperlukan adalah, kecuali ...
a. kesabaran dan kesiapan mental ibu
b. kondisi fisik ibu bayi
c. waktu
12. Melalui inisiasi menyusu dini dapat membantu bayi dalam hal ...
a. mengkordinasikan kemampuan isap, telan, dan nafas
b. meningkatkan jalinan ibu dan bayi
c. a dan b benar
13. Cairan emas merupakan istilah dari kolostrum yang didapat pada saat
a. minum susu formula yang mengandung kolostrum
b. pada saat diberi makanan tambahan
c. pada saat bayi diberi ASI segerah setelah lahir
14. Yang berperan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah ...
a. tenaga kesehatan dan ibu
b. ibu saja
c. keluarga/suami saja
15. Pengeluaran kolostrum dan peningkatan produksi ASI merupakan
manfaat dari …
a. inisiasi menyusu dini
b. jumlah makanan yang ibu konsumsi
c. pemeriksaan kehamilan secara rutin
16. Dengan inisiasi menyusu dini dapat membantu ibu dalam hal, kecuali ..
a. fasilitas kelahiran plasenta/ ari-ari
b. pengalihan rasa nyeri
c. membuat ibu tambah stres setelah melahirkan
17. Makanan awal bayi adalah …
a. ASI saja
b. Susu formula sesuai umur bayi
c. Air putih saja
18. Manfaat inisiasi menyusu dini, selain dapat dirasakan ibu dan bayi juga
dapat dirasakan ayah dengan alasan sebagai berikut ...
a. Tidak repot mengurus bayi baru lahir
b. Ayah mendapat kesempatan mengazankan bayi, yang berada
didada ibunya yang merupakan suatu pengalaman batin antara
ketigannya
c. Menambah ikatan kasih sayang diantara ketigannya
19. Langkah awal mencegah terjadinya hipotermi (suhu badan bayi
dibawah batas normal) yang paling tepat adalah ...
a. Kontak kulit dengan ibu dan bayi melalui pelaksanaan IMD
b. Memberi selimut tebal
c. Menjemur bayi dipagi hari
20. Ikatan kasih sayang (bonding) dapat dilaksanakan pada saat ...
a. Segera setelah bayi lahir
b. Setelah kondisi ibu pulih
c. Setelah pulang di rumah
Kunci Jawaban
No. Jawaban No. Jawaban
1. B 11. A
2. B 12 C
3. C 13. C
4. C 14. A
5. C 15. A
6. C 16. C
7. C 17. A
8. A 18. B
9. B 19. A
10. A 20. A