Aflahatul Iflahah

53
1 KARYA TULIS ILMIAH EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium) AFLAHATUL IFLAHAH AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR 2014 KARYA TULIS ILMIAH

description

rama

Transcript of Aflahatul Iflahah

  • 1

    KARYA TULIS ILMIAH

    EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN

    KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi

    Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium)

    AFLAHATUL IFLAHAH

    AKADEMI FARMASI SARASWATI

    DENPASAR

    2014 KARYA TULIS ILMIAH

  • 2

    EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN

    KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi

    Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium)

    Aflahatul Iflahah

    NIM: 11.10.02

    AKADEMI FARMASI SARASWATI

    DENPASAR

    2014

  • 3

    EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN

    KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi

    Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium)

    Karya Tulis Ilmiah ini untuk Memenuhi Syarat Kelulusan

    pada Program Studi Diploma III Farmasi

    Akademi Farmasi Saraswati Denpasar

    Aflahatul Iflahah

    NIM: 11.10.02

    AKADEMI FARMASI SARASWATI

    DENPASAR

    2014

  • 4

  • 5

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI

    Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji Pada

    Tanggal 14 Agustus 2014

    Panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah Berdasarkan

    SK Direktur Akademi Farmasi Saraswati

    No. 612/AKFAR/E.10.VIII/2014

    Tanggal 9 Agustus 2014

    Ketua : Ni Made Dharma Shantini Suena, S.Farm., M.Sc., Apt

    Anggota : I Made Agus Sunadi Putra, S.Si., M.Biomed., Apt

    Erna Cahyanngsih, S.Si., Apt

    Kadek Duwi Cahyadi, S.Farm., M.Sc., Apt

  • 6

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Aflahatul Iflahah

    NIM : 111002

    Program Studi : Ahli Madya Farmasi

    Tempat/Tanggal lahir : Denpasar, 1 Februari 1993

    Alamat : Jalan Raya Kuta Gg. Sadasari Blok B No. 4

    Telepon : 0361-762316

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak menjiplak setengah atau

    sepenuhnya karya tulis ilmiah orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

    dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, maka saya bersedia dituntut sesuai

    peraturan perundangan yang berlaku.

    Denpasar, 14 Agustus 2014

    Yang Membuat Pernyataan,

    (Aflahatul Iflahah)

  • 7

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    karya tulis ilmiah ini dengan judul Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi dengan

    Kombinasi Suspending Agent PGA (Pulvis Gummi Arabici) dan CMC-Na

    (Carboxymethylcellulosum natrium) untuk memenuhi syarat kelulusan pada

    program studi Diploma III Farmasi Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.

    Terwujudnya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

    telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga maupun ide-ide. Oleh karena

    itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Drs. I Gede Made Saskara Edi, M.Psi., Apt., selaku Direktur Akademi Farmasi

    Saraswati Denpasar.

    2. Elis Suwarni, S.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Farmasi

    Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.

    3. Ni Made Dharma Shantini Suena, S.Farm., M.sc., Apt., selaku pembimbing I

    yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan,

    pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan karya tulis ini.

    4. I Made Agus Sunadi Putra, S.Si., M.Biomed., Apt., selaku pembimbing II yang

    telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan,

    pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan karya tulis ini.

    5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen, Staf, dan Laboran Akademi Farmasi Sarawati

    Denpasar yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan

    kepada penulis.

    6. Ayah, ibu dan keluarga penulis yang telah memberikan semangat, dukungan, dan

    bantuan dalam penulisan karya tulis ini.

    7. Rekan-rekan di Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.

  • 8

    Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi

    Tuhan Yang Maha Esa sebagai amal ibadah, Amin.

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,

    oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis

    harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.

    Denpasar, Agustus 2014

    Penulis

  • 9

    ABSTRAK

    Suspensi dibuat karena beberapa zat aktif obat mempunyai kelarutan yang

    praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk cair. Konsentrasi PGA

    sebagai suspending agent adalah 5-10%, namun PGA pada konsentrasi kurang dari

    10% memiliki viskositas yang rendah sehingga dapat mempercepat terjadinya

    sedimentasi. Oleh karena itu PGA dikombinasikan dengan CMC-Na yang merupakan

    suspending agent yang dapat meningkatkan viskositas serta dapat meningkatkan

    kestabilan suspensi. Sifat fisik yang diinginkan adalah suspensi yang memiliki

    partikel tidak cepat mengendap dan mudah diredispersi. Tujuan penelitian adalah

    untuk mengetahui karakteristik suspensi dengan kombinasi suspending agent PGA

    dan CMC-Na. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pengolahan data

    secara deskriptif. Pada penelitian dibuat empat formula yaitu formula I, II, III, dan IV

    untuk diamati tampilan, warna, bau dan rasa, dihitung kecepatan dan volume

    sedimentasi yang terbentuk, serta diuji redispersibilitas dari masing-masing formula.

    Kombinasi PGA dan CMC-Na berturut-turut dari formula I, II, III, dan IV adalah 5%

    dan 0,25%; 3,75% dan 0,5%; 2,5% dan 0,75%; 1,25% dan 1%.

    Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula I, II, III, dan IV berturut-turut

    adalah 0,2318; 0,233; 0,124; dan 0,0021 (cm/menit). Sedangkan hasil pengujian

    volume sedimentasi adalah 0,031; 0,046; 0,152; dan 0,554. Hasil pengujian

    redispersibilitas yaitu 0%; 0%; 15%; dan 50%. Formula I dan II merupakan formula

    dengan sistem kombinasi dimana sistem deflokulasi lebih dominan sedangkan

    formula III dan IV juga merupakan formula dengan sistem kombinasi tetapi sistem

    flokulasi lebih dominan. Di akhir pengamatan, pada formula I dan IV tidak ada

    perubahan bau dan rasa sedangkan pada formula II dan III ada perubahan bau dan

    rasa.

    Kata Kunci: suspensi, suspending agent, PGA, CMC-Na

  • 10

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERSYARATAN ...................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................ iv

    SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

    DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ...................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

    1.4.1 Manfaat teoritis .............................................................................. 3 1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

    2.1 Suspensi ..................................................................................................... 4 2.1.1 Pengertian ...................................................................................... 4 2.1.2 Formulasi umum............................................................................. 4 2.1.3 Sifat-sifat partikel suspensi ............................................................. 6 2.1.4 Stabilitas suspensi ........................................................................... 7 2.1.5 Persyaratan suspensi ....................................................................... 9 2.1.6 Pembuatan sediaan suspensi ........................................................... 9 2.1.7 Evaluasi sediaan suspensi ............................................................... 10

    2.2 Monografi Formulasi Sediaan Suspensi ...................................................... 11 2.2.1 Talk ................................................................................................ 11 2.2.2 PGA ............................................................................................... 11 2.2.3 CMC-Na ......................................................................................... 12 2.2.4 Gliserin........................................................................................... 13 2.2.5 Sirop gula ....................................................................................... 14 2.2.6 Aqua destillata................................................................................ 14

    BAB III METODELOGI PENELITIAN ...................................................... 15

    3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................. 15 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 15

  • 11

    3.3 Alat ............................................................................................................ 15 3.4 Bahan ......................................................................................................... 15 3.5 Formula Suspensi ....................................................................................... 16 3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................... 16

    3.6.1 Pembuatan suspensi ........................................................................ 16 3.6.2 Pengamatan tampilan ...................................................................... 18 3.6.3 Pengamatan warna, bau, dan rasa .................................................... 18 3.6.4 Perhitungan kecepatan sedimentasi dan volume sedimentasi, serta

    pengujian redispersibilitas .............................................................. 18

    BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 20

    4.1 Pengamatan Tampilan ................................................................................ 20 4.2 Pengamatan Warna, Bau, dan Rasa ............................................................ 20 4.3 Perhitungan Kecepatan Sedimentasi dan Volume Sedimentasi, serta Pengujian

    Redispersibilitas ......................................................................................... 21

    BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 24

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 27

    7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 27

    7.2 Saran .......................................................................................................... 28

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 31

    RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 37

  • 12

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Sifat-Sifat Partikel Suspensi .............................................................. 6

    Tabel 3.1 Formula Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA dan

    CMC-Na ........................................................................................... 16

    Tabel 4.1 Tampilan Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA dan

    CMC-Na ........................................................................................... 20

    Tabel 4.2 Warna Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA dan CMC-

    Na ..................................................................................................... 20

    Tabel 4.3 Bau dan Rasa Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA dan

    CMC-Na ........................................................................................... 21

    Tabel 4.4 Tinggi Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent

    PGA dan CMC-Na ............................................................................ 21

    Tabel 4.5 Kecepatan Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent

    PGA dan CMC-Na ............................................................................ 22

    Tabel 4.6 Volume Akhir Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending

    agent PGA dan CMC-Na .................................................................. 22

    Tabel 4.7 Volume Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent

    PGA dan CMC-Na ............................................................................ 23

    Tabel 4.8 Pengujian Redispersibilitas Suspensi dengan Kombinasi Suspending

    agent PGA dan CMC-Na .................................................................. 23

  • 13

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Volume Sedimentasi yang Dihasilkan oleh Penambahan Berbagai

    Jumlah Zat Pembentuk Flokulasi .................................................... 9

    Gambar 3.1 Skema Pembuatan Suspensi ........................................................... 17

    Gambar 3.2 Evaluasi Suspensi .......................................................................... 19

  • 14

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Pengamatan Hari Pertama Menit 15 Setelah Pengojokan ................ 32

    Lampiran 2 Pengamatan Hari Pertama Menit 30 Setelah Pengojokan ................ 32

    Lampiran 3 Pengamatan Hari Pertama Menit 45 Setelah Pengojokan ................ 32

    Lampiran 4 Pengamatan Hari Pertama Menit 60 Setelah Pengojokan ................ 33

    Lampiran 5 Pengamatan Hari Kedua ................................................................. 33

    Lampiran 6 Pengamatan Hari Ketiga ................................................................. 33

    Lampiran 7 Pengamatan Hari Keempat ............................................................. 34

    Lampiran 8 Pengamatan Hari Kelima................................................................ 34

    Lampiran 9 Pengamatan Hari Keenam .............................................................. 34

    Lampiran 10 Pengamatan Hari Ketujuh............................................................. 35

    Lampiran 11 Pengamatan Hari Ketujuh Setelah Uji Redispersibilitas ................ 35

  • 15

    DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

    FI : Formula 1

    FII : Formula 2

    FIII : Formula 3

    FIV : Formula 4

    Suspensi : Sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam

    bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan

    pembawa

    Suspending Agent : Agen pensuspensi/bahan pensuspensi/bahan tambahan

    yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam

    pembawa dan meningkatkan viskositas.

    PGA : Pulvis gummi arabici

    CMC Na : Carboxymethylcellulosum natrium

    Dispersi : Tersebar

    Redispersi : Kembali tersebar

    Kombinasi : Menggabungkan beberapa objek

    Hidrofilik : Zat-zat yang suka air

    Hidrofobik : Zat-zat yang takut air

    Viskositas : Kekentalan

    Cake : Endapan/sedimen yang tidak dapat teredispersi

    Caking : Proses pembentukan sedimen (endapan) yang tidak dapat

    teredispersi dalam suatu sistem suspensi

    Flokulasi : Proses terjadinya endapan yang cepat

    Deflokulasi : Proses terjadinya endapan yang lama

    Flocculating Agent : Agen pemflokulasi

    Multiple Dose : Pemakaian berulang

    Wetting Agent : Agen pembasah/bahan pembasah

    F : Volume sedimentasi

  • 16

    Vu : Volume akhir endapan/sedimentasi

    Vo : Volume awal endapan/sedimentasi

    Flocculation Equilibrium : Keseimbangan flokulasi

    Incompatibilities : Ketidakcocokan

    Mixer : Pengadukan cepat

    Flok : Gumpalan yang terbentuk karena agregasi sejumlah

    partikel halus yang tersuspensi

    V : Kecepatan sedimentasi

    d : Jari-jari partikel terdispersi

    1 : Massa jenis fasa dalam

    2 : Massa jenis fasa luar

    g : Percepatan gravitasi

    : Viskositas fasa luar

    V : Kecepatan

    s : Perpindahan

    t : Selang waktu.

    Rasio : Perbandingan

    Kesetimbangan : Stabil

  • 17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.5 Latar Belakang

    Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi sangat berperan

    aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak

    ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan

    karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien, dan peningkatan kualitas obat.

    Menurut Priyambodo (2007), berdasarkan bentuk sediaannya, obat dapat

    digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk sediaan padat/solida, bentuk

    sediaan semipadat/semisolida, dan bentuk sediaan cair/liquida. Contoh dari

    bentuk sediaan padat/solida adalah tablet dan kapsul, sedangkan contoh dari

    bentuk sediaan semipadat/semisolida adalah salep, krim, jel, dan pasta. Contoh

    dari bentuk sediaan cair/liquida adalah larutan, suspensi, dan emulsi.

    Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan obat yang berbentuk cair

    terdiri atas bahan padat tidak larut namun dapat tersebar merata ke dalam

    pembawanya. Menurut Anonim (1979), suspensi adalah sediaan yang

    mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi

    dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat

    mengendap, dan bila dikocok perlahanlahan, endapan harus terdispersi kembali.

    Beberapa ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi

    kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.

    Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat

    mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam

    bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk

    menelan, mudah diberikan pada anak-anak, serta untuk menutupi rasa pahit atau

    aroma yang tidak enak dari zat aktif obat. Alasan lain adalah karena air

    merupakan pelarut yang paling aman bagi manusia. Untuk itu air digunakan

  • 18

    sebagai medium pembawa pada sebagian besar sediaan suspensi. Walaupun zat

    aktif obat memiliki kelarutan buruk dalam air, zat aktif obat tetap dapat dibuat ke

    dalam bentuk sediaan cair/liquida dengan adanya bantuan suspending agent.

    Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu bentuk

    sediaan suspensi. Salah satunya adalah pemilihan suspending agent. Menurut

    Chaerunisaa dkk (2009), suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan.

    Golongan pertama adalah polisakarida yang terdiri dari gom akasia (gom

    arab)/PGA, tragakan, na-alginat (sodium alginat), starch (amilum), karagen

    (chondrus extract), xanthan gum (polysaccharide b-1449/ corn sugar gum), serta

    guar gum (guar flour). Golongan kedua adalah turunan selulosa, contohnya

    metilselulosa, CMC-Na (karboksimetil selulosa), avicel, dan hidroksi etil

    selulosa. Golongan ketiga adalah clay misalnya bentonit, aluminium-magnesium

    silikat (veegum), dan hectocrite (salah satu senyawa mineral berbentuk tanah

    liat). Golongan keempat adalah polimer sintetik contohnya golongan carbomer.

    Dalam penelitian ini, akan dilakukan formulasi suspensi menggunakan

    kombinasi suspending agent yaitu Pulvis Gummi Arabici (PGA) dan

    Carboxymethylcellulosum Natrium (CMC-Na). Menurut Rowe dkk (2009),

    konsentrasi PGA sebagai suspending agent adalah 5-10%. Menurut Nussinovitch

    (1997) dalam Anggreini DB (2013), PGA pada konsentrasi kurang dari 10%

    memiliki viskositas yang rendah dapat mempercepat terjadinya sedimentasi yang

    menyebabkan sediaan menjadi tidak stabil. Oleh karena itu PGA dikombinasikan

    dengan CMC-Na yang merupakan suspending agent yang dapat meningkatkan

    viskositas serta dapat meningkatkan kestabilan dari suspensi yang dihasilkan.

    Untuk itu dilakukan suatu penelitian yang berjudul Hasil Evaluasi Fisik Sediaan

    Suspensi dengan Kombinasi Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici (PGA) dan

    Carboxymethylcellulosum Natrium (CMC-Na).

  • 19

    1.6 Perumusan Masalah

    Bagaimanakah hasil evaluasi fisik sediaan suspensi dengan kombinasi

    suspending agent PGA dan CMC-Na?

    1.7 Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui hasil evaluasi fisik sediaan suspensi dengan kombinasi

    suspending agent PGA dan CMC-Na.

    1.8 Manfaat Penelitian

    1.8.1 Manfaat teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan terutama tentang formulasi suspensi

    dengan kombinasi PGA dan CMC-Na sebagai suspending agent.

    1.8.2 Manfaat praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang hasil

    evaluasi fisik sediaan kombinasi dari PGA dan CMC-Na sebagai

    suspending agent terhadap suspensi, sehingga nantinya dapat digunakan

    sebagai bahan pertimbangan dalam formulasi pembuatan suspensi.

  • 20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.3 Suspensi

    2.3.1 Pengertian

    Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam

    bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dimana zat

    yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok

    perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung

    zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak

    boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim, 1979).

    Menurut Agoes (2012), bergantung pada cara/rute pemberian, suspensi dapat

    diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu suspensi oral, suspensi aplikasi

    eksternal seperti losion, dan suspensi sediaan injeksi.

    2.3.2 Formulasi umum

    Formula umum dari suatu sediaan suspensi meliputi:

    1. Zat aktif obat

    2. Bahan tambahan, terdiri dari:

    a. Bahan pensuspensi (suspending agent)

    Fungsinya adalah untuk memperlambat pengendapan, mencegah

    penurunan partikel, mencegah penggumpalan resin dan bahan

    berlemak.

    Penggolongan suspending agent:

    1) Golongan polisakarida, terdiri dari

    a) Gom akasia (Gom Arab)/PGA

    b) Tragakan

    c) Na-alginat (Sodium alginat)

  • 21

    d) Starch (Amilum)

    e) Karagen (Chondrus extract)

    f) Xanthan Gum (Polysaccharide B-1449/ Corn Sugar Gum)

    g) Guar Gum (Guar Flour)

    2) Turunan Selulosa, dapat berupa:

    a) Metilselulosa

    b) CMC-Na (Karboksimetil Selulosa Natrium)

    c) Avicel

    d) Hidroksi Etil Selulosa

    3) Golongan Clay, misalnya:

    a) Bentonit

    b) Aluminium-Magnesium Silikat (Veegum)

    c) Hectocrite (salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat)

    4) Polimer Sintetik contohnya golongan Carbomer

    b. Pendapar

    Fungsi zat pendapar dalam sediaan adalah untuk:

    1) Mengatur pH

    2) Memperbesar potensi kerja pengawet

    3) Meningkatkan kelarutan zat berkhasiat/obat

    c. Bahan pembasah (wetting agent)/humektan

    Fungsi dari bahan pembasah adalah untuk menurunkan tegangan

    permukaan bahan dengan air memperkecil sudut kontak dan

    meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut (hidrofobik).

    d. Pemanis

    Fungsinya adalah untuk memperbaiki rasa dari sediaan.

    e. Pewarna dan Pewangi

    Penggunaan pewarna dan pewangi harus serasi.

  • 22

    f. Pengawet

    Pengawet sangat dianjurkan jika dalam sediaan tersebut mengandung

    bahan alam atau bila mengandung larutan gula encer karena dapat

    merupakan tempat tumbuh mikroba. Selain itu, pengawet diperlukan

    juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple

    dose).

    g. Flavour

    3. Bahan pembawa: biasanya air (Chaerunissa dkk, 2009).

    2.3.3 Sifat-sifat partikel suspensi

    Tabel 2.1 Sifat-Sifat Partikel Suspensi (Agoes, 2012)

    Terflokulasi Terdeflokulasi

    Partikel membentuk agregat longgar. Partikel berada dalam suspensi sebagai

    satuan terpisah.

    Kecepatan sedimentasi tinggi karena partikel tersedimentasi sebagai suatu flok

    yang merupakan kumpulan partikel.

    Kecepatan sedimentasi lambat karena tiap-tiap partikel tersedimentasi secara

    terpisah dan ukuran partikel minimal.

    Sedimen terbentuk secara cepat. Sedimen terbentuk lambat.

    Sedimen tersusun secara longgar dan menunujukkan struktur seperti tangga.

    Partikel tidak terikat secara ketat satu

    dengan yang lainnya, dan tidak

    membentuk massa keras dan rapat. Sedimen mudah diredispersi sehingga

    dapat membentuk suspensi aslinya.

    Sedimen menjadi sangat kompak sebagai hasil tekanan berat dari lapisan

    lebih atas dari material tersedimentasi.

    Forsa tolak-menolak antarpartikel

    dilewati dan terbentuk (massa) kue yang keras yang sulit, jika tidak

    mungkin, diredispersi.

    Suspensi kadang-kadang tidak terlihat karena sedimentasi yang cepat dan

    keberadaan daerah supernatan yang

    jernih. Hal ini dapat diminimalkan jika

    volume sedimentasi dibuat besar. Idealnya jika volume sedimen mencakup

    volume dan suspensi.

    Suspensi menunjukkan tampilan yang menyenangkan (bagus), karena partikel

    tersuspensi untuk waktu relatif lama.

    Cairan supernatan juga masih keruh,

    walaupun sedimentasi terjadi secara tampak.

    Menurut Priyambodo (2007), sistem kombinasi suatu suspensi yang

    ideal, tentu saja adalah kecepatan sedimentasi harus sekecil mungkin sehingga

    partikel tetap dalam bentuk dispersi merata dan apabila terbentuk endapan

    (cake) maka dapat dengan mudah terdispersi kembali dengan pengojokan

  • 23

    ringan, sehingga stabilitas suspensi menjadi optimal. Kondisi ideal ini dapat

    dicapai dengan penggabungan sistem di atas.

    2.3.4 Stabilitas suspensi

    Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang

    dapat terbagi rata kembali bila dikocok, karena hal ini merupakan suatu

    persyaratan dari suatu suspensi. Pengendapan itu sendiri disebabkan adanya

    tegangan antar permukaan zat padat dengan zat cairnya bila tegangan antar

    permukaan zat padat ini lebih besar dari teganga permukaan zat cairnya, maka

    zat padat tersebut akan mengendap dan sebaliknya bila tegangan antar

    permukaan zat padat lebih kecil maka zat padat tersebut akan ditekan ke atas

    sehingga pengendapan tidak akan terjadi. Selain dari tegangan antar

    permukaan zat, Hukum Stokes juga perlu dipertimbangkan yaitu:

    V = d2

    1

    2 g

    18

    Dimana:

    V = kecepatan sedimentasi

    d = jari-jari partikel terdispersi

    1 = massa jenis fasa dalam

    2 = massa jenis fasa luar

    g = percepatan gravitasi

    = viskositas fasa luar

    Dari rumus di atas terlihat bahwa:

    a. Semakin kecil ukuran partikel laju pengendapan suspensi akan semakin

    lambat.

    b. Semakin tinggi viskositas maka kecapatan pengendapan akan semakin

    berkurang.

    c. Selisih massa jenis yang semakin kecil menyebabkan kecepatan

    pengendapan juga semakin lambat (Alviany, 2008).

  • 24

    Menurut Hartanto (2010), kecepatan adalah hasil bagi antara

    perpindahan dan waktu dengan rumus umum kecepatan yaitu :

    =

    Dimana:

    V = kecepatan

    s = perpindahan

    t = selang waktu.

    Hal lain yang perlu dipertimangkan adalah volume sedimentasi (F),

    yaitu:

    =

    Menurut Martin dkk (2008), volume sedimentasi (F) didefenisikan

    sebagai perbandingan atau rasio volume akhir endapan (Vu) terhadap volume

    awal dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. Volume sedimentasi dapat

    mempunyai nilai yang berjarak kurang dari 1 sampai lebih besar dari 1 dan

    dalam hal ini, volume akhir dari endapan (F) adalah lebih kecil dari volume

    awal suspensi seperti terlihat dalam Gambar 2.1, di mana F=0,5. Jika volume

    endapan dalam suatu suspensi yang mengalami flokulasi sama dengan volume

    awal suspensi, maka F=1 (Gambar 2.1). Produk yang demikian dikatakan

    dalam keseimbangan flokulasi (flocculation equilibrium) dan menunjukkan

    tidak adanya supernatan jernih pada pendiaman. Oleh karena itu, secara

    farmasetis dapat diterima. F dapat mempunyai harga lebih dari 1, yang berarti

    bahwa volume akhir suspensi dari endapan adalah lebih besar dari volume

    suspensi awal. Hal ini terjadi karena hasil flokulat yang terbentuk dalam

    suspensi adalah sebegitu longgar dan lunak sehingga volume yang dapat

    dicapai lebih besar dari volume suspensi awal. Keadaan ini terlukis dalam

    Gambar 2.1, di mana terlihat ditambahkan pembawa ekstra yang cukup untuk

  • 25

    mengisi endapan dan nilai F adalah 1,5. (Gambar 2.1) formula (b) dan (c)

    secara farmasetis dapat diterima.

    Gambar 2.1 Volume Sedimentasi yang Dihasilkan oleh Penambahan

    Berbagai Jumlah Zat Pembentuk Flokulasi

    Sumber: Martin dkk (2008)

    2.3.5 Persyaratan suspensi

    Persyaratan suspensi adalah:

    1. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

    2. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali

    3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

    4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sedimen mudak

    dikocok dan dituang (Anonim, 1979).

    2.3.6 Pembuatan sediaan suspensi

    1. Metode dispersi

    Pada metode ini, pembawa harus diformulasikan agar fase padat

    dengan mudah dibasahi dan didispersikan. Dalam hal ini surfaktan dapat

  • 26

    digunakan untuk menjamin pembasahan zat padat hidrofobik dengan

    seragam (Lachman dkk, 2012).

    2. Metode presipitasi (pengendapan)

    Dalam bagian ini, ada tiga metode pengendapan yakni pengendapan

    pelarut organik, pengendapan yang dipengaruhi oleh perubahan pH dari

    medium, serta penguraian rangkap.

    Pada metode pengendapan pelarut organik, obat-obat yang tidak

    larut dalam air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelarut-

    pelarut organik yang bercampur dengan air, kemudian menambahkan fase

    organik pada air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut organik

    yang digunakan adalah etanol dan metanol.

    Pada metode pengendapan yang dipengaruhi oleh perubahan pH

    dapat diterapkan pada obat-obat yang memiliki kelarutan yang tergantung

    pada harga pH. Contohnya pada suspensi estradiol dan suspensi insulin.

    Pada metode penguraian rangkap hanya melibatkan proses kimia

    yang sederhana (Lachman dkk, 2012).

    2.3.7 Evaluasi sediaan suspensi

    Pokok bahasan selanjutnya akan menguraikan tentang metode

    pengujian. Kriteria kinerja berikut bermanfaat untuk menetukan stabilitas

    sistem terflokulasi dari sistem dispersi:

    1. Tampilan

    Tampilan dalam gelas ukur silinder berskala atau kontener gelas

    transparan.

    Jawab pertanyaan berikut:

    a. Pada saat kesetimbangan, apakah warna dan tampilan sedimen terlihat

    sama?

    b. Apakah terlihat sedimen retak/pecah atau apakah ada kantong udara dalam

    sedimen?

  • 27

    c. Apakah terlihat sisa/residu penuangan di atas sedimen yang uniform dan

    jumlahnya minimal, atau apakah ada bahan terkoagulasi melengket pada

    dinding dalam kontener?

    2. Warna, bau, dan rasa

    Karakteristik ini penting pada suspensi yang diberikan secara oral.

    Variasi warna mengindikasikan distribusi yang buruk dan/atau perbedaan

    ukuran pertikel. Variasi rasa terutama konstituen aktif sering disebabkan oleh

    perubahan ukuran partikel, bentuk kristal, dan disolusi partikel. Perubahan

    warna, bau, dan rasa dapat pula mengindikasikan ketidakstabilan kimia.

    3. Penentuan kecepatan sedimentasi, volume sedimentasi, dan resuspendabilitas.

    Sampel tidak mahal dimasukkan ke dalam silinder kaca berkalibrasi

    (100-1000 ml) yang digunakan untuk menentukan stabilitas fisika suspensi.

    Dapat pula digunakan untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari suspensi

    terflokulasi dan terdeflokulasi.

    Tinggi sedimen yang terbentuk ditentukan sebagai fungsi waktu, dan

    pengujian kecepatan sedimentasi diulang secara periodik selama penyimpanan

    (Agoes, 2012).

    2.4 Monografi Formulasi Sediaan Suspensi

    2.4.1 Talk

    Talk merupakan senyawa yang tidak larut dalam hampir semua pelarut.

    Pemerian talkum adalah serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat

    pada kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu. Penyimpanan

    senyawa ini dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1979).

    2.4.2 PGA/Pulvis Gummi Arabici

    Gom akasia yang dikenal sebagai gom Arab merupakan eksudat kering

    yang diperoleh dari batang dan akar Acacia Senegal L dengan struktur berupa

    sebuah kompleks, yaitu agregat dari gula dan hemiselulosa dengan berat

  • 28

    molekul kurang lebih 240.000-580.000. Agregat tersebut terdiri dari inti asam

    arabat yang terhubung dengan kalsium, magnesium, dan kalium bersama

    dengan gula arabinosa, galaktosa, dan rhamnosa. Secara mikroskopis, akasia

    berupa serpihan (flake) tipis/tetesan sferoidal/granul/serbuk berwarna

    putih/putih kekuningan.

    Kegunaan dari akasia/PGA adalah sebagai agen pengemulsi (emulsifying

    agent), agen penstabilisasi (stabilizing agent), agen pensuspensi (suspending

    agent), pengikat tablet, dan agen peningkat viskositas (viscosity-increasing

    agent). Akasia/PGA umumnya dipakai pada formulasi farmasetik untuk obat

    oral dan topical yang membutuhkan suspending agent atau emulsifying agent

    di mana pemakainnya juga terkadang dikombinasikan dengan gom tragakan.

    Gom Arab tidak kompatibel dengan natrium alginate dan gelatin karena dapat

    menyebabkan terjadinya endapan. Penggunaan gom Arab dalam sediaan

    suspensi yaitu pada konsentrasi 5-10%. Menurut Hui (1992) dalam Meliala

    dkk (2014), gum arab/ PGA memiliki keunikan karena kelarutannya yang

    tinggi dan viskositasnya rendah.

    Cara pencampuran dengan bahan aktif dilakukan di dalam mortir, bahan

    aktif yang ingin disuspensi digerus bersama dengan gom Arab/PGA hingga

    homogen lalu ditambahkan air sebanyak 1 kali berat gom Arab/PGA, gerus

    hingga terbentuk campuran yang homogen, selanjutnya ditambahkan sisa air

    yang tersedia sambil diaduk hingga homogen. Pada pemakainnya, gom

    Arab/PGA ternyata memiliki beberapa ketidakcocokan (incompatibilities)

    dengan bahan-bahan tertentu, seperti: amidopirin, kresol, etanol 95%, garam-

    garam ferri, morfin, fenol, fisostigmin, tannin, timol, vanillin, dan lain-lainnya

    (Anwar, 2012).

    2.4.3 CMC-Na/Carboxymethylcellulosum Natrium

    Aplikasi CMC-Na dalam sediaan farmasi banyak digunakan dalam

    sediaan topikal ataupun oral karena sifatnya yang dapat meningkatkan

  • 29

    viskositas. Sebagai peningkat viskositas, konsentrasi yang dibutuhkan adalah

    0,25-1,0%, bila lebih dari itu akan terbentuk cairan dengan kekentalan yang

    tinggi. Berwarna putih atau hampir putih, tidak berbau, serbuk granul dengan

    titik leleh: 227-2520C. Praktis tidak larut dalam aseton, alkohol, eter, dan

    toluene. Mudah didispersikan dalam air dengan berbagai suhu membentuk

    larutan koloidal yang jernih. Dapat larut dalam air panas dan dingin,

    menghasilkan larutan jernih tetapi membentuk agregat saat pertama kali

    dibasahi oleh air. Karakteristik larutan tergantung panjang rantai dan

    substitusi. Sebagai peningkat viskositas, konsentrasi yang dibutuhkan adalah

    0,25-1,0%, bila lebih dari itu akan terbentuk cairan dengan kekentalan yang

    tinggi. Menurut Adinugraha dkk (2005) dalam Nisa dan Putri (2014), CMC-

    Na bersifat hidrofilik dimana partikel akan menyerap air dan terjadi

    pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak,

    tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap

    dan terjadi peningkatan viskositas.

    Cara melarutkan CMC yang baik adalah dengan ditaburkan dalam air

    dingin/air hangat dan dibiarkan selama 30 menit lalu diaduk perlahan-lahan

    sampai larut. Atau diaduk kuat-kuat dengan pengadukan cepat (mixer).

    Pertimbangan formulasi bahan ini larut dalan cairan lambung-usus dan

    beberapa pelarut organik polar. Banyak digunakan dalam sediaan dan topikal

    sebagai bahan pengental, bahan pengemulsi, bahan penstabil, dan bahan

    pensuspensi (Anwar, 2012).

    2.4.4 Gliserin

    Gliserin merupakan senyawa kimia yang memiliki kelarutan dapat

    dicampur dengan air dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam

    kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak. Pemerian dari gliserin

    adalah cairan seperti sirop; jernih, tidak berbau; manis diikuti rasa hangat.

    Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat

  • 30

    membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu

    mencapai lebih kurang 200. Penyimpanan senyawa ini dalam wadah tertutup

    baik. Khasiat dan penggunaan gliserin sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

    Menurut Rowe dkk (2009), pemakaian gliserin untuk wetting agent adalah

    kurang dari atau sama dengan 30%, sedangkan menurut Anwar (2012),

    pemakain gliserin pada konsentrasi lebih dari 20% efektif sebagai

    antimikroba.

    2.4.5 Sirop gula

    Sirupus simplex atau sirop gula adalah senyawa yang memiliki pemerian

    cairan jernih, tidak berwarna. Cara pembuatan sirup simplek adalah dengan

    melarutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben 0,25% b/v

    secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirop. Penyimpanan senyawa ini

    dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk (Anonim, 1979). Menurut Anwar

    (2012), konsentrasi pemanis dalam larutan oral atau suspensi rata-rata diantara

    10% sampai dengan 50% pada formulasi.

    2.4.6 Aqua destillata

    Aqua destillata atau juga bisa disebut dengan air suling merupakan air

    yang dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian aqua

    destilasi berupa cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai

    rasa. Untuk penyimpanan yaitu dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1979).

  • 31

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode pengolahan

    data secara deskriptif. Perlakuan yang diberikan pada unit eksperimen yaitu

    mengombinasikan PGA dan CMC-Na dengan konsentrasi berbeda. Perlakuan ini

    dilakukan untuk mengetahui karakteristik suspensi dengan kombinasi suspending

    agent PGA dan CMC-Na terhadap tampilan, warna, bau, rasa, kecepatan

    sedimentasi, volume sedimentasi dan kemampuan redispersi.

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Saraswati

    Denpasar pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014.

    3.3 Alat

    Alat yang digunakan adalah beberapa alat yang berada di laboratorium

    Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, yaitu mortir dan stamper, gelas ukur,

    sudip, timbangan analitik, sendok tanduk, botol semprot, kertas perkamen,

    aluminium foil, Beaker glass, dan lain sebagainya.

    3.4 Bahan

    1. Talk : 10 g

    2. PGA : 12,5 g

    3. CMC-Na : 2,5 g

    4. Gliserin : 40 ml

    5. Sirop Gula : 80 ml

    6. Aqua Destillata : 258 ml

  • 32

    3.5 Formulasi suspensi

    Tabel 3.1 Formulasi suspensi dengan Kombinasi Suspending Agent PGA dan

    CMC-Na

    Bahan Konsentrasi (%)

    Fungsi F I F II F III F IV

    Talk 2,5 2,5 2,5 2,5 Bahan aktif

    PGA 5 3,75 2,5 1,25 Suspending agent

    CMC-Na 0,25 0,5 0,75 1 Suspending agent

    Gliserin 10 10 10 10 Wetting agent

    Sirop Gula 20 20 20 20 Pemanis

    Aqua Destillata 63 64 65 66 Cairan pembawa

    3.6 Prosedur Penelitian

    3.6.1 Pembuatan suspensi

    Sediaan suspensi terdiri dari empat formula (Tabel 3.1). PGA dan CMC-

    Na digerus sampai homogen kemudian dilarutkan dengan air sampai

    terbentuknya mucilago, kemudian bahan yang akan dibuat suspensi

    ditambahkan gliserin dan digerus sampai homogen pada mortir dan stemper

    lain. Campuran bahan yang akan dibuat suspensi dan gliserin dituang sedikit

    demi sedikit ke dalam larutan PGA dan CMC-Na sambil diaduk sampai

    homogen. Setelah itu, dimasukkan ke dalam gelas ukur beserta dengan air

    bilasan dari mortir dan ditambahkan sirop gula. Terakhir ditambahkan Aqua

    destillata hingga 100 ml.

  • 33

    Gerus Gerus

    Gerus

    Gerus

    Gambar 3.1 Skema Pembuatan Suspensi

    Tambahkan sirop gula

    Campur ke dalam mortir

    Mucilago

    Talk CMC-Na Gliserin PGA

    Tambahkan aqua destillata

    sampai 100 ml

    Masukkan ke dalam gelas ukur termasuk air

    bilasan dari mortir

  • 34

    3.6.2 Pengamatan tampilan

    Pengamatan tampilan dilakukan secara manual dengan pencahayaan

    masing-masing formula dalam gelas ukur dengan senter dari hari pertama

    sampai hari ke tujuh. Pokok pengamatannya adalah warna dan tampilan

    sedimen, tingkat kekeruhan, serta terbentuknya cake/endapan.

    3.6.3 Pengamatan warna, bau, dan rasa

    Pengamatan warna dilakukan secara manual dengan pencahayaan

    masing-masing formula dalam gelas ukur dengan senter dari hari pertama

    sampai hari ke tujuh, sedangkan pengamatan bau dan rasa dilakukan di awal

    dan di akhir pengujian.

    3.6.4 Perhitungan kecepatan sedimentasi dan volume sedimentasi, serta

    pengujian redispersibilitas

    Suspensi disimpan dalam gelas ukur dengan keadaan tidak terganggu.

    Suspensi tersebut diukur meliputi tinggi suspensi, tinggi sedimentasi, volume

    suspensi, serta volume akhir sedimentasi dari hari pertama sampai hari ke

    tujuh. Data yang didapat, digunakan untuk menghitung kecepatan dan volume

    sedimentasi.

    Kecepatan sedimentasi dihitung menggunakan rumus umum kecepatan

    yaitu persamaan satu (1) sedangkan untuk mengukur rasio volume akhir

    endapan terhadap volume awal dari suspensi (volume sedimentasi) digunakan

    persamaan dua (2).

    V = s/t .....................Persamaan 1 (Hartanto, 2010)

    F = Vu/Vo ....................Persamaan 2 (Martin dkk, 2008)

    Pengujian redispersibilitas dilakukan secara manual dengan menggojok

    silinder setelah terjadi sedimentasi. Satu kali inversi menyatakan bahwa

    suspensi 100 % mudah teredisperi. Setiap penambahan inversi mengurangi

    persen kemudahan redispersi sebanyak 5% seluruh sediaan (Anggreini, 2013).

  • 35

    Gambar 4.2 Evaluasi Suspensi

    Formula II

    Evaluasi

    Kecepatan dan volume sedimentasi

    serta redispersibilitas

    Warna, bau, dan rasa

    Tampilan

    Formula I Formula IV

    Formula III

  • 36

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.4 Pengamatan Tampilan

    Tabel 4.1 Tampilan Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA dan

    CMC-Na Hari FI FII FIII FIV

    I

    15 + + - -

    30 + + + -

    45 + + + - 60 + + + -

    II + + + +

    III + + + +

    IV + + + +

    V + + + + VI + + + +

    VII +o +o + + Keterangan : + = sedimen terlihat sama, - = belum terbentuk sedimen, o = cake,

    = tingkat kekeruhan

    4.5 Pengamatan Warna, Bau, dan Rasa

    Tabel 4.2 Warna Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA dan

    CMC-Na

    Hari FI FII FIII FIV

    I

    15 - - - -

    30 - - - -

    45 - - - -

    60 - - - -

    II - - - -

    III - - - -

    IV - - - -

    V - - - -

    VI - - - -

    VII - - - - Keterangan : - = warna tidak berubah

  • 37

    Tabel 4.3 Bau dan Rasa Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent PGA

    dan CMC-Na

    Hari FI FII FIII FIV

    I Bau khas dan rasa

    manis

    Bau khas dan

    rasa manis

    Bau khas dan

    rasa manis

    Bau khas dan

    rasa manis

    VII Bau khas dan rasa

    manis

    Bau dan rasa

    kurang sedap

    Bau dan rasa

    tidak sedap

    Bau khas dan

    rasa manis Keterangan : bau dan rasa diamati di awal dan di akhir

    4.6 Perhitungan Kecepatan Sedimentasi dan Volume Sedimentasi, serta

    Pengujian Redispersibilitas

    Tabel 4.4 Tinggi Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent

    PGA dan CMC-Na

    Hari FI FII FIII FIV

    I

    15 0,4 cm 0,1 cm - -

    30 0,6 cm 0,6 cm 0,1 cm -

    45 0,6 cm 0,7 cm 0,1 cm -

    60 0,7 cm 1 cm 0,3 cm -

    II 0,7 cm 1,4 cm 1,7 cm 5,5 cm

    III 0,7 cm 1,4 cm 1,7 cm 4,5 cm

    IV 0,6 cm 0,8 cm 1,4 cm 4 cm

    V 0,6 cm 0,8 cm 1,2 cm 4 cm

    VI 0,6 cm 0,8 cm 1,2 cm 3,5 cm

    VII 0,6 cm 0,6 cm 1,2 cm 3,4 cm

    Rumus: =

    Keterangan :

    V = kecepatan (cm/menit)

    s = perpindahan (cm)

    t = selang waktu (menit)

    Diketahui : s1 = 17 cm

  • 38

    Tabel 4.5 Kecepatan Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending

    agent PGA dan CMC-Na

    Hari FI FII FIII FIV

    I

    15 1,107 1,127 0 0

    30 0,547 0,547 0,563 0

    45 0,364 0,362 0,376 0

    60 0,272 0,267 0,278 0

    II 0,011 0,011 0,011 0,008

    III 0,006 0,005 0,005 0,004

    IV 0,004 0,004 0,004 0,003

    V 0,003 0,003 0,003 0,002

    VI 0,002 0,002 0,002 0,002

    VII 0,002 0,002 0,002 0,002

    Rata-rata 0,2318 0,233 0,124 0,0021

    Tabel 4.6 Volume Akhir Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi

    Suspending agent PGA dan CMC-Na Hari FI FII FIII FIV

    I

    15 1 ml 0,3 ml 100 ml 100 ml

    30 3 ml 3 ml 0,3 ml 100 ml

    45 3 ml 4 ml 0,3 ml 100 ml

    60 4 ml 7 ml 1 ml 100 ml

    II 4 ml 8 ml 10 ml 34 ml

    III 4 ml 8 ml 10 ml 28 ml

    IV 3 ml 5 ml 9 ml 25 ml

    V 3 ml 4 ml 7 ml 24 ml

    VI 3 ml 4 ml 7 ml 22 ml

    VII 3 ml 3 ml 7 ml 21 ml

    Rumus: F = Vu/Vo

    Keterangan :

    F : volume sedimentasi

    Vu : volume akhir endapan/sedimentasi (ml)

    Vo : volume awal suspensi (ml)

    Jadi diperoleh hasil:

  • 39

    Tabel 4.7 Volume Sedimentasi Suspensi dengan Kombinasi Suspending agent

    PGA dan CMC-Na

    Hari FI FII FIII FIV

    I

    15 0,01 0,003 1 1

    30 0,03 0,03 0,003 1

    45 0,03 0,04 0,003 1

    60 0,04 0,07 0,01 1

    II 0,04 0,08 0,1 0,34

    III 0,04 0,08 0,1 0,28

    IV 0,03 0,05 0,09 0,25

    V 0,03 0,04 0,07 0,24

    VI 0,03 0,04 0,07 0,22

    VII 0,03 0,03 0,07 0,21

    Rata-rata 0,031 0,046 0,152 0,554

    Tabel 4.8 Pengujian Redispersibilitas Suspensi dengan Kombinasi

    Suspending agent PGA dan CMC-Na FI FII FIII FIV

    Pengojokan Caking/0% Caking/0% 17 kali/15% 10 kali/50%

  • 40

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Kestabilan fisik suspensi adalah hambatan utama dalam memformulasikan

    suspensi karena masalah yang sering terjadi meliputi kecepatan sedimentasi yang

    tinggi maupun kemampuan redispersi yang buruk. Oleh karena itu diperlukan

    penggunaan suspending agent untuk meningkatkan kestabilan fisik suspensi. Dalam

    penelitian ini, setiap formula suspensi menggunakan kombinasi suspending agent

    yaitu Pulvis Gummi Arabici (PGA) dan Carboxymethylcellulosum Natrium (CMC-

    Na). Menurut Anggreini (2013), pemilihan suspending agent didasarkan pada

    karakteristik suspending agent yaitu dapat meningkatkan kekentalan untuk

    membentuk suspensi yang ideal, bersifat kompatibel dengan eksipien lain, dan tidak

    toksik.

    Penelitian yang dilakukan meliputi pengamatan tampilan, warna, bau, dan rasa,

    perhitungan volume sedimentasi, kecepatan sedimentasi, dan pengujian

    redispersibilitas. Pengamatan tampilan, warna, bau, dan rasa dilakukan untuk

    mengetahui perbedaan tampilan, warna, bau, dan rasa dari masing-masing formula.

    Perhitungan volume sedimentasi dilakukan untuk mengetahui rasio pengendapan

    yang terjadi selama penyimpanan pada waktu tertentu, sedangkan perhitungan

    kecepatan sedimentasi dilakukan untuk mengetahui hasil bagi antara perpindahan zat

    yang terdispersi dalam selang waktu tertentu. Pengujian redispersibilitas dilakukan

    untuk mengetahui kemampuan suspensi untuk teredispersi dengan pengojokan.

    Percobaan ini dilakukan dengan membuat suspensi dengan formulasi PGA dan

    CMC-Na, gliserin, sirop gula, serta air sebagai pembawa. PGA dan CMC-Na

    berfungsi sebagai suspending agent, gliserin berfungsi sebagai wetting agent/agen

    pembasah, dan sirop gula berfungsi sebagai pemanis. Suspensi ini dibuat dengan

    metode dispersi karena talk merupakan senyawa yang tidak larut dalam hampir semua

    pelarut sehingga ditambahkan gliserin agar mudah dibasahi. Menurut Priyambodo

  • 41

    (2007), zat-zat hidrofobik sangat sukar untuk terdispersi dan seringkali mengambang

    pada permukaan cairan karena pembasahan cairan yang jelek. Menurut Lachman dkk

    (2012), prinsip metode dispersi adalah pembawa harus diformulasikan agar fase padat

    dengan mudah dibasahi dan didispersikan. Dalam hal ini surfaktan dapat digunakan

    untuk menjamin pembasahan zat padat hidrofobik dengan seragam.

    Hasil pengujian dan pengamatan menunjukkan bahwa formula I dan II

    merupakan formula dengan kombinasi sistem flokulasi dan deflokulasi dimana sistem

    deflokulasi lebih dominan. Di akhir pengamatan sedimen menjadi sangat kompak

    (cake) sehingga tidak dapat didispersikan kembali. Suspensi menunjukkan tampilan

    yang menyenangkan (bagus) dengan cairan yang masih keruh walaupun sedimentasi

    terjadi secara tampak. Sifat tersebut merupakan sifat dari sistem deflokulasi,

    sedangkan sifat dari sistem flokulasi yang muncul adalah sedimen terbentuk secara

    cepat. Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula I adalah sebesar 0,2318

    cm/menit dan formula II sebesar 0,233 cm/menit. Tidak ada perubahan bau dan rasa

    pada formula I, sedangkan timbul bau dan rasa kurang sedap pada formula II.

    Formula III dan IV juga merupakan formula dengan kombinasi sistem flokulasi

    dan deflokulasi dimana sistem flokulasi lebih dominan. Sifat dari sistem deflokulasi

    yang muncul pada kedua formula tersebut adalah sedimen terbentuk lambat,

    sedangkan sifat dari sistem flokulasi yang muncul yaitu suspensi tidak terlihat karena

    cairan berwarna jernih, partikel membentuk agregat longgar sehingga sedimen dapat

    diredispersi. Hasil pengujian redispersibilitas yaitu 15% untuk formula III dan 50%

    untuk formula IV. Di akhir pengamatan timbul bau dan rasa tidak sedap pada formula

    III sedangkan pada formula IV tidak timbul bau dan rasa tidak sedap. Hasil pengujian

    kecepatan sedimentasi formula III adalah sebesar 0,124 cm/menit dan formula IV

    sebesar 0,0021 cm/menit.

    F merupakan volume sedimentasi dengan nilai F adalah 1 menunjukkan bahwa

    partikel suspensi yang dihasilkan terdispersi merata dalam cairan pembawanya.

    Menurut Hui (1992) dalam Meliala dkk (2014), gum arab/PGA memiliki keunikan

    karena kelarutannya yang tinggi dan viskositasnya rendah. Menurut Adinugraha dkk

  • 42

    (2005) dalam Nisa dan Putri (2014), CMC-Na bersifat hidrofilik dimana partikel akan

    menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula

    dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan

    lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas. Menurut Agoes (2012), viskositas

    yang lebih besar dari medium dispersi akan memberikan keuntungan sedimentasi

    yang lebih lambat.

    Pengujian redispersibilitas dipengaruhi oleh partikel yang terbentuk dalam suatu

    sistem suspensi. Apabila partikel berada sebagai satuan terpisah maka partikel akan

    membentuk sedimen yang sangat kompak (cake) sehingga sediaan akan sulit

    diredispersi, sedangkan partikel dengan agregat longgar menyebabkan partikel tidak

    terikat secara ketat antara satu dengan yang lainnya maka suspensi tidak membentuk

    massa yang keras dan rapat sehingga sediaan masih dapat teredispersi secara

    homogen dan membentuk suspensi aslinya.

    Suspensi yang ideal adalah suspensi yang memenuhi persyaratan. Menurut

    Farmakope Indonesia Edisi III (1979), persyaratan suspensi adalah:

    5. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

    6. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali

    7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

    8. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sedimen mudak dikocok dan

    dituang.

    Pada penelitian ini volume sedimentasi (F) dicari nilai paling besar karena

    suspensi yang ideal memiliki nilai volume sedimentasi mendekati 1, sedangkan

    redispersibilitas juga dicari nilai paling besar dengan nilai mendekati 100% karena

    suspensi yang baik memiliki kemampuan untuk teredispersi dengan sedikit

    pengojokan.

  • 43

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Simpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula I adalah 0,2318 cm/menit.

    Sedangkan hasil pengujian volume sedimentasi adalah 0,031. Hasil pengujian

    redispersibilitas yaitu 0% (cake). Tidak ada perubahan bau dan rasa di akhir

    pengamatan.

    2. Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula II adalah 0,233 cm/menit.

    Sedangkan hasil pengujian volume sedimentasi 0,046. Hasil pengujian

    redispersibilitas yaitu 0% (cake). Ada perubahan bau dan rasa di akhir

    pengamatan.

    3. Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula III adalah 0,124 cm/menit.

    Sedangkan hasil pengujian volume sedimentasi adalah 0,152. Hasil pengujian

    redispersibilitas yaitu 15%. Ada perubahan bau dan rasa di akhir pengamatan.

    4. Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula IV adalah 0,0021 cm/menit.

    Sedangkan hasil pengujian volume sedimentasi adalah 0,554. Hasil pengujian

    redispersibilitas yaitu 50%. Tidak ada perubahan bau dan rasa di akhir

    pengamatan.

  • 44

    7.2 Saran

    1. Disarankan untuk melakukan optimasi suspensi dengan kombinasi suspending

    agent PGA dan CMC-Na.

    2. Disarankan untuk menggunakan kombinasi suspending agent yang lain.

    3. Disarankan untuk melakukan optimasi suspensi dengan kombinasi suspending

    agent yang lain.

  • 45

    DAFTAR PUSTAKA

    Adinugraha MP dkk, 2005, Synthesis and Characterization of Sodium

    Carboxymethyl Cellulose From Cavendish Banana Pseudo Stem (Musa

    Cavendishii LAMBERT), Carbohydrate Polymers, 62: 164-169.

    Agoes G, 2012, Sediaan Farmasi Liquida-Semisolida (SFI-7), Penerbit ITB

    Bandung, 124, 142-143.

    Alviany M, 2008, Formulasi Suspensi Kering Yang Mengandung Ekstrak Akar

    Kucing, (online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-126128.pdf, diakses

    13 Januari 2014).

    Anggreini DB, 2013, Optimasi Formula Suspensi Siprofloksasin Menggunakan

    Kombinasi Pulvis Gummi Arabici (Pga) Dan Hydroxypropyl Methylcellulose

    (Hpmc) Dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi tidak dipublikasikan,

    Pontianak, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas

    Tanjungpura Pontianak.

    Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,

    32, 96, 271, 567, 591.

    Chaerunisaa AY, 2009, Farmasetika Dasar, Widya Padjajaran, Bandung, 95-97.

    Effionora A, 2012, Eksipien dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi, PT

    Dian rakyat, Jakarta, 114-116, 149-151, 162, 285.

    Hartanto H, 2010, Rumus Jitu Fisika SMP, IndonesiaTera, Yogyakarta, 116.

    Hui YH, 1992, Encyclopedia of Food Science and Technology, Volume II, John

    Willey and Sons Inc, Canada.

    Lachman L, Lieberman AH, Kanig LJ, 2008, Teori Dan Praktek Fisika Farmasi

    Industri III, Terjemahan oleh Siti Suyatmi, 1994, Jakarta, UI-Press.

    Martin A, Swarbrik J, Cammarata A, 1983, Farmasi Fisik Edisi III, Terjemahan oleh

    Yoshita, 2009, Jakarta, UI-Press.

    Meliala M, Suhaidi I, Nainggolan JR, 2014, Pengaruh Penambahan Kacang Merah

    dan Penstabil Gum Arab Terhadap Mutu Susu Jagung, Skripsi tidak

    dipublikasikan, Medan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

    Pertanian USU.

  • 46

    Nisa D, Putri RDW, 2014, Pemanfaatan Selulosa dari Kulit Buah Kakao sebagai

    Bahan Baku Pembuatan CMC, Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 2 No. 3 p.

    34-42, (online), (

    Nussinovitch A, 1997, Hydrocolloid Applications Chapman & Hall, UK, hal 128.

    Popa L, Ghica MV, 2011, Ibuprofen Pediatric Suspension Design and Optimized by

    Response Surface Phys Colloidal Chem (4).

    Priyambodo B, 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,

    Yogyakarta, 116, 190-191.

    Rincon F dkk, 2008, Rheological Properties of Cedrela Orodata Gum Exudates

    Aqueous Dispersion Food Hydrocolloids 23 (2009).

    Rowe CR, Sheskey JP, Quinn EM, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th

    Ed, Washington, American Pharmacists Association.

  • 47

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 48

    Lampiran 1 Pengamatan Hari Pertama Menit 15 Setelah Pengojokan

    Lampiran 2 Pengamatan Hari Pertama Menit 30 Setelah Pengojokan

    Lampiran 3 Pengamatan Hari Pertama Menit 45 Setelah Pengojokan

  • 49

    Lampiran 4 Pengamatan Hari Pertama Menit 60 Setelah Pengojokan

    Lampiran 5 Pengamatan Hari Kedua

    Lampiran 6 Pengamatan Hari Ketiga

  • 50

    Lampiran 7 Pengamatan Hari Keempat

    Lampiran 8 Pengamatan Hari Kelima

    Lampiran 9 Pengamatan Hari Keenam

  • 51

    Lampiran 10 Pengamatan Hari Ketujuh

    Lampiran 11 Pengamatan Hari Ketujuh Setelah Uji Redispersibilitas

  • 52

    FORMULIR PERSETUJUAN NASKAH KARYA TULIS ILMIAH

    Nama Mahasiswa : Aflahatul Iflahah

    NIM : 111002

    Judul KTI : Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi dengan Kombinasi

    Suspending Agent PGA (Pulvis Gummi Arabici) dan CMC-

    Na (Carboxymethylcellulosum Natrium)

    No Dosen Tanda Tangan

    1 Pembimbing I

    Ni Made Dharma Shantini Suena, S.Farm., M.Sc., Apt

    2 Pembimbing II

    I Made Agus Sunadi Putra, S.Si., M.Biomed., Apt

    3 Penguji I

    Kadek Duwi Cahyadi, S.Farm., M.Sc., Apt

    4 Penguji II

    Erna Cahyaningsih, S.Si., Apt

    Denpasar, 1 September 2014

    Mahasiswa

    (Aflahatul Iflahah)

  • 53

    RIWAYAT HIDUP

    Aflahatul Iflahah lahir di kota Denpasar, Bali, pada tanggal

    1 Februari 1993, merupakan anak terakhir dari empat

    bersaudara pasangan Muhammad Sukan dan Sumarni. Pada

    tahun 1999 memulai pendidikannya di SDN 1 Kuta,

    kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Kuta pada tahun 2005.

    Pada tahun 2008 melanjutkan ke SMAN 1 Kuta. Untuk

    memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi ia melanjutkan

    studinya di Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, angkatan

    2011. Setelah menyelesaikan program studi DIII farmasi, ia

    berniat untuk mengabdikan diri di bidang kefarmasian yang berkompetensi.