aergrgertgerg

15
FAKTOR RISIKO TERJADINYA OSTEOARTHRITIS (OA) PADA KASUS USIA LANJUT DISUSUN OLEH HAFIDIANI (1102010117) BLOK ELEKTIF GERIATRI KELOMPOK 1 TUTOR : dr. H. Achmad Sofwan, MKes 1

description

erge5herthw5rhgwethrfgweb t t twtbrtgbtwg

Transcript of aergrgertgerg

FAKTOR RISIKO TERJADINYA OSTEOARTHRITIS (OA) PADA KASUS USIA LANJUT

DISUSUN OLEH

HAFIDIANI (1102010117)

BLOK ELEKTIF

GERIATRI KELOMPOK 1

TUTOR : dr. H. Achmad Sofwan, MKesFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2013-2014FAKTOR RISIKO TERJADINYA OSTEOARTHRITIS (OA) PADA KASUS USIA LANJUT ABSTRACT

Background : Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Gejala yang menonjol adalah adanya nyeri sendi. Osteoartritis disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi.Ada beberapa faktor risiko bisa terkena Osteoarthritis (OA) anatara lain dari umur, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. Case Report : Tn. U, 65 tahun dulu bekerja sebagai tukang bangunan, suka merokok dan alergi terhadap debu. Sekarang menjadi sering nyeri sendi di daerah lutunya. Dari riwayat keluarga juga ada yang mengalami nyeri sendi.Discussion : Seringkali, penyebab OA tidak diketahui. Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan, tetapi faktor lain juga dapat menyebabkan OA antara lain: Osteoarthritis cenderung untuk menurun dalam keluarga, kelebihan berat badan meningkatkan risiko, fraktur atau cedera sendi lainnya bisa menyebabkan osteoartritis di kemudian hari, pemakaian sendi berlebihan jangka panjang di tempat kerja atau dalam olahraga dapat menyebabkan osteoarthritis. Conclusion and Suggestion : Secara garis besar faktor risiko untuk timbulnya Osteoarthritis (OA) bermacam-macam. Beberapa menunjukkan adanya hubungan antara Osteoarthritis (OA ) dengan reaksi alergi dan infeksi. Riset lain juga menunjukkan adanya faktor keturunan (genetik) yang terlibat dalam penurunan penyakit ini, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga dan umur.Keywords: risk factors, OsteoarthritisPENDAHULUANOsteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena Osteoarthritis (OA). Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Prevalensi Osteoarthritis (OA) juga terus meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 70% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita Osteoarthritis (OA). Prevalensi Osteoarthritis (OA) lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena Osteoarthritis (OA). Pasien Osteoarthritis (OA) biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Osteoarthritis (OA) seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali sebagai idiopatik. Osteoarthritis (OA) sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik. Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya Osteoarthritis (OA). Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor penyebab pasien bisa terkena Osteoarthritis (OA) pada usia lanjut. Terdapat seorang pria berinisial U, berusia 65 tahun tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Mulya 3 sejak tahun 2010, menderita Osteoarthritis (OA) sejak 7 bulan yang lalu. Tn. U bekerja sebagai tukang bangunan, suka merokok, alergi terhadap debu dan ada riwayat keluarga yang juga menderita nyeri sendi. Sehingaa perlu dilakukan penelitian yang mendalam terhadap subjek penelitian.

DESKRIPSI KASUS

Tn. U berusia 65 tahun dengan status belum menikah, beragama islam, suku bangsa Jawa dan tinggal di daerah Mantraman Jakarta Pusat. Latar belakang pendidikan SD. Memiliki hobi membaca koran. Tn. U pernah bekerja sebagai tukang bangunan dan juga pekerjaan sampingannya jualan kopi. Ketika beliau sedang berjualan kopi tiba-tiba datang petugas satpol PP untuk membawanya ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 pada tahun 2010 untuk dijadikan penghuni di Panti Sosial tersebut karena tidak memiliki keluarga di Jakarta.

Tn. U, mengeluh bahwa merasa nyeri sendi lutut, bengkak dan kemerahan pada kedua lutut, kaku, dan pergerakannya terbatas. Gejala seperti ini sudah dialaminya sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku tidak ada riwayat penggunaan narkotika, alkohol, tetapi suka merokok. Riwayat pengobatan tidak spesifik karena pasien mengaku jarang mengkonsumsi obat. Pasien meminumnya jika timbul nyeri. Riwayat penyakit keluarga ada yang mengalami gejala seperti nyeri sendi di lutut. Riwayat penyakit dahulu seperti demam dan flu. Pasien juga terdapat alergi terhadap debu karena apabila terpapar dengan debu pasien bersin-bersin dan batuk.DISKUSI

Dari data epidemiologi, ternyata OA menduduki urutan pertama dari golongan reumatik sebagai penyebab kecacatan. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia, jarang yang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk terserang OA lutut. Sedangkan faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis / gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya OA lutut.a. Faktor Predisposisi

I. Faktor Demografi

Usia

Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA. Studi Framingham menunjukkan bahwa 27% orang berusia 63 70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia 80 tahun atau lebih. Studi lain membuktikan bahwa risiko seseorang mengalami gejala timbulnya OA lutut adalah mulai usia 50 tahun. Studi mengenai kelenturan pada OA telah menemukan bahwa terjadi penurunan kelenturan pada pasien usia tua dengan OA lutut.

Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50 80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan. Ras / Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia. Suatu studi lain menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA dibandingkan kulit putih.II. Faktor Genetik

Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang bersifat diturunkan. III. Faktor Gaya Hidup

Kebiasaan Merokok

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan sendi. Hubungan antara merokok dengan hilangnya tulang rawan pada OA lutut dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan sendi.

2. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi hilangnya tulang rawan.

3. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan. Di sisi lain, terdapat penelitian yang menyimpulkan bahwa merokok memiliki efek protektif terhadap kejadian OA lutut. Hal tersebut diperoleh setelah mengendalikan variabel perancu yang potensial seperti berat badan. Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut.IV. Faktor Metabolik

Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan. Studi di Chingford menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebesar 2 unit (kira-kira 5 kg berat badan), rasio odds untuk menderita OA lutut secara radiografik meningkat sebesar 1,36 poin. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa semakin berat tubuh akan meningkatkan risiko menderita OA lutut. Kehilangan 5 kg berat badan akan mengurangi risiko OA lutut secara simtomatik pada wanita sebesar 50%. Demikian juga peningkatan risiko mengalami OA lutut yang progresif tampak pada orang-orang yang kelebihan berat badan dengan penyakit pada bagian tubuh tertentu. Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa terdapat kasus OA lutut tinggi pada penderita osteoporosis. Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus, hipertensi dan hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami obesitas.b. Faktor Biomekanis

I. Riwayat Trauma Lutut

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut. Studi Framingham menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma lutut memiliki risiko 5 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita OA lutut. Hal tersebut biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda serta dapat menyebabkan kecacatan yang lama dan pengangguran. II. Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut seperti genu varum, genu valgus, Legg Calve Perthes disease dan displasia acetabulum. Kelemahan otot quadricep dan laksiti ligamentum pada sendi lutut termasuk kelainan lokal yang juga menjadi faktor risiko OA lutut.III. Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut. Prevalensi lebih tinggi menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan penambang dibandingkan pada pekerja yang tidak banyak menggunakan kekuatan lutut seperti pekerja administrasi. Terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut.IV. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari pada usia lanjut merupakan faktor risiko OA lutut.

V. Kebiasaan olah raga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari maraton dan kungfu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut. Kelemahan otot kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang menyerap materi otot. Tetapi, di sisi lain seseorang yang memiliki aktivitas minim sehari-hari juga berisiko mengalami OA lutut. Ketika seseorang tidak melakukan gerakan, aliran cairan sendi akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi juga berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses degeneratif menjadi berlebihan.Sudut pandang agama

Banyak perubahan yang terjadi pada berbagai organ tubuh yang bisa kita temui pada orang yang berusia lanjut, seperti : kemampuan penglihatan dan pendengaran berkurang, jantung menjadi agak membesar, penggunaan oksigen secara maksimal makin menurun, tekanan darah meningkat, dinding pembuluh darah arteri meningkat, massa otot serta daya genggam tangan menurun, kapasitas pernapasan maksimal menurun, otak mengalami kemunduran serta kerusakan sel-sel saraf, daya tampung kandung kemih menurun sehingga makin sering kencing (bahkan kadang sampai mengompol), dan ginjal makin kurang efisien dalam membuang limbah dari aliran darah. Kondisi-kondisi seperti inilah yang akan memunculkan banyak permasalahan kesehatan pada orang yang lanjut usia.

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. ( Ar Ruum 54).

Bagi anda yang sudah mendekati umur Rasulullah , disamping ibadah yang wajib seperti sholat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat dan haji, perbanyaklah mengerjakan amalan sunah seperti sholat sunah rawatib 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur, 2 rakaat sebelum ashar, 2 rakaat sesudah maghrib dan 2 rakaat sebelum dan sesudah isya, sholat tahjud diakhir malam. Perbanyak zikir dan tasbih setiap pagi, petang dan malam hari. Rutin membaca Quran setiap hari. Perbanyak infak dan sedekah.Proses ketuaan dan berkurangnya kemampuan tubuh tidak bisa kita hindari. Makan obat atau suplemen food hanya usaha lahiriah, semua itu pasti akan berakhir dengan datangnya ajal. Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 96 :

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( An Nahl 96).

Bersabar menghadapi berbagai penyakit yang datang menyapa, sabar menghadapi perjuangan hidup yang berat , selalu ingat dan bertawakkal pada Allah, itu memiliki nilai ibadah tersendiri, dan Allah pasti akan member balasan yang setimpal bagi orang yang sabar, sebagai mana yang dinyatakan Allah dalam surat An Nahl ayat 96 diatas.KESIMPULANDiliat dari kesehariannya pasien bekerja sebagai pekerja berat dan suka merokok. Dapat diliat juga dari umurnya yang semakin lanjut dan ada riwayat keluarga yang mengeluh nyeri sendi lutut. Secara garis besar faktor risiko yang ada pada pasien dapat dihubungkan berdasarkan teori yang ada. SARAN

Untuk terhindar atau mencegah terjadinya Osteoarthritis (OA ) dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

Terapi fisik dan olahraga bermanfaat untuk memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas sendi, dan sebagai latihan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pilihlah jenis olahraga dengan intensitas ringan dan sedang untuk menghindari cedera, dan konsultasikan dulu dengan dokter.

Pola hidup sehat dengan asupan nutrisi yang seimbang serta menghindari rokok.

mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan Lindungi sendi dari beban berlebih dan cedera dengan cara:

o Penggunaan alas kaki yang tepat dan nyaman. Gunakan alas kaki dengan ukuran yang tepat dan batasi penggunaan alas kaki berhak tinggi

o Batasi aktivitas fisik intensitas tinggi

o Berhati-hati saat beraktivitas agar terhindar dari cedera

o Istirahat yang cukup

o Gunakan alat bantu saat beraktivitas jika dibutuhkanUCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya, saya bisa menyelesaikan case report ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Jakarta Timur. Saya berterima kasih kepada pembimbing tutor yaitu dr. H. Achmad Sofwan, MKes yang membimbing blok kepeminatan Geriatri kelompok 1 sehingga case report dapat dibuat dengan hasil yang memuaskan. Terima kasih kepada dr. Hj. RW. Susilowati, Mkes dan DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun sebagai koordinator blok elektif ini serta kepada Dr.Faizal Drissa Hasibuan, SpPD sebagai dosen pengampu. Kepada semua anggota kelompok 1 Geriatri, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.DAFTAR PUSTAKA

Darmojo B. (2006). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: FK UI.

Lozada C.J. (2013). Osteoarthritis Clinical Presentation. http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview. (last update 2013, November 11)Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi 5). Jakarta: Internal Publishing. Ummushofiyya. (2010). Bila Orang Tua Memasuki Usia Senja. http://ummushofiyya.wordpress.com/2010/09/16/bila-orang-tua-memasuki-usia-senja/. (Diakses 16 September 2010)

Za, Fadhil. (2009). Menghadapi Hari Tua. http://www.fadhilza.com/2009/03/tadabbur/menghadapi-hari-tua.htlm. (Diakses 21 maret 2009)10