Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
Transcript of Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
1/11
ADSORPSI SULFAT MENGGUNAKAN CHARCOAL HASIL
KARBONISASI
Teza Nur Firlansyah, Indah Rizky Natalia, Bambang Ismuyanto*, dan Bambang Poerwadi
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas BrawijayaJl. MT. Haryono No. 167, Malang, 6541, Telp : (0341) 587710 ext : 1333, Fax: (0341)574140
Abstrak
Teza Nur Firlyansyah dan Indah Rizky Natalia, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas Brawijaya, Januari 2016, Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi
Non-Ishotermal, Dosen Pembimbing: Ir. Bambang Ismuyanto, MS dan Ir. Bambang Poerwadi,
MS.
Beberapa industri di Indonesia banyak yang mengalami permasalahan limbah cair dengan
kandungan polutan yang tinggi, salah satu polutan yang terkandung didalamnya yaitu sulfat.Berdasarkan Peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 400mg/L. Salah satu
metode penggolahan limbah cair yang mengandung sulfat yaitu adsorpsi. Pemanfaatan batu bara
sebagai adsorben dilakukan untuk menambah fungsi umum batu bara sebagai bahan bakar yangmenimbulkan masalah emisi gas dari batu bara tersebut.
Penelitian ini terdiri dari dua buah tahap yaitu, karbonisasi batu bara untuk menghasilkan
charcoal yang digunakan sebagai adsorben, dan menurunkan konsentrasi sulfat menggunakancharcoal . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi massa adsorben dan waktu
adsorpsi. Konsentrasi awal larutan sampel limbah cair sintetis vriasi sulfat sebesar 700 mg/L.
Variasi massa adsorben yang digunakan yaitu sebesar 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram dan 10
gram. Sedangkan variasi waktu adsorpsi yaitu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit,dan 90 menit.
Hasil dari penelitian ini yaitu, charcoal hasil karbonisasi belum berhasil karena masih terdapat
volatile matter yang terkandung dan char yang terbentuk tidak optimal. Tetapi charcoal hasilkarbonisasi dapat digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan konsentrasi sulfat pada limbah
cair sintetis, dimana penurunan terbesar terjadi pada menit ke-75, untuk massa adsorben 2 gram
penurunan konsentrasi sulfat sebesar 436,18 mg/L, massa adsorben 4 gram sebesar 454 mg/L,massa adsorben 6 gram sebesar 503,84 mg/L, massa adsorben 8 gram sebesar 509,81 mg/L dan
untuk massa adsorben 10 sebesar 581,50 mg/L. Namun pada menit ke-90, terjadi peningkatan
konsentrasi sulfat. Sedangkan untuk persentase reduksi sulfat, adsorbat yang terserap denganmenggunakan adsorben charcoal pada massa 2 gram sebesar 59,5%, massa 4 gram sebesar 63,5%,
massa 6 gram sebesar 68,8%, massa 8 gram sebesar 69.1% dan untuk massa adsorben 10 gram persentase reduksi sulfat sebesar 77, 2%.
Kata Kunci : Karbonisasi, Adsorben, Adsorpsi, Sulfat.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
2/11
Abstract
Teza Nur Rizky Firlyansyah and beautiful Natalia, Chemical Engineering Program, Faculty ofEngineering, Universitas Brawijaya, in January 2016, Sulfate Adsorption Using Charcoal Non-
Ishotermal carbonization results, Supervisor: Ir. Bambang Ismuyanto, MS and Ir. Bambang
Poerwadi, MS.
Some industries in Indonesia are experiencing many problems of wastewater containing
pollutants are high, one of the pollutants contained therein, namely sulfate. Based on Government
Regulation no. 82 of 2001 on the Management of Water Quality and Water Pollution Control,
sulfate concentration allowed is 400mg / L.
One method penggolahan liquid waste containing
sulfuric ie adsorption. Utilization of coal as adsorbent done to increase the general function of coal
as a fuel is causing the problem gas emissions from coal.
This study consisted of two phases, carbonization of coal to produce charcoal is used as
adsorbent, and lowering the concentration of sulfate using charcoal. The variables used in this
study include the mass of adsorbent and adsorption time. The initial concentration of the sample
solution synthetic liquid waste vriasi sulfate of 700 mg / L.
Variations in the mass of adsorbentused is equal to 2 grams, 4 grams, 6 grams, 8 grams and 10 grams. While variations of adsorption
time of 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, 60 minutes, 75 minutes and 90 minutes.
The results of this study is, charcoal carbonization results have not been successful because
there is a volatile matter contained and char which is formed is not optimal.But charcoal carbonization results can be used as an adsorbent for lowering the concentration of
sulfate in synthetic liquid waste, where the largest decline occurred in the 75th minute, to the mass
of adsorbent 2 grams decrease sulfate concentration of 436.18 mg / L, the mass of adsorbent 4
grams of 454 mg / L, the mass of adsorbent 6 grams of 503.84 mg / L, the mass of adsorbent 8
grams of 509.81 mg / L and for the mass of adsorbent 10 at 581.50 mg / L. But in the 90th minute,
concentration of sulphate is increase.
As for the percentage of sulfate reduction, adsorbate
adsorbed by using the adsorbent charcoal in a mass of 2 grams of 59.5%, a mass of 4 grams of63.5%, a mass of 6 grams of 68.8%, the mass of 8 grams of 69.1% and for adsorbent 10 grams
percentage of sulfate reduction by 77, 2%.
Keywords: Carbonization, Adsorbents, Adsorption, Sulfate.
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
3/11
1
I. Pendahuluan
Beberapa industri di Indonesia banyak
yang mengalami permasalahan limbah
cair dengan kandungan polutan yang
tinggi, salah satunya adalah kandungan
sulfat pada limbah cair tersebut. Contoh
beberapa industri yang menghasilkan
limbah cair dengan kandungan sulfat
tinggi yaitu industri kimia seperti industri
pertambangan, logam, industri plating ,
dan industri pembuatan berbagai bahan
kimia seperti, industri pewarna, kaca,
sabun, tekstil, dan fungisida (Greenwood
dkk, 1984). Sehingga diperlukan
treatment pada limbah cair tersebut
sebelum dialirkan ke sungai atau laut,
supaya memiliki kadar sulfat yang sesuai
dengan baku mutu kandungan sulfat yang
telah ditentukan pada Peraturan
Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air,
konsentrasi sulfat yang diperbolehkan
adalah 400 mg/L.
Sulfat merupakan sejenis poliatom
dengan rumus SO42- yang memiliki massa
molekul 96,06 satuan massa atom. Ion
sulfat terdiri dari atom pusat sulfur yang
dikelilingi oleh empat atom oksigen. Pada
umumnya, sulfat terbentuk secara alami
dan terdapat dalam jumlah yang sangat
besar di lingkungan (Aprianti, 2008).
Sulfat tidak beracun, dan unsur S
(belerang) pada sulfat merupakan unsur
hara yang diperlukan untuk berbagai jenis
sistem kehidupan. Namun, kandungan
sulfat yang tidak tepat atau berlebihan
pada air limbah dapat menimbulkan
masalah pencemaran terhadap lingkungan
sekitarnya. Konsentrasi sulfat tinggi dapat
merusak keseimbangan alami siklus
sulfur. Pada kondisi anaerobik, sulfat
dapat dengan mudah diubah menjadi
hidrogen sulfida oleh mikroorganisme.
Hidrogen sulfida sangat berbahaya bagi
ekosistem lingkungan karena memiliki
reaktivitas toksisitas dan korosivitas yang
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
metode pengolahan yang tepat untuk
mengurangi bahkan menghilangkan sulfat
dari limbah industri sebelum dibuang.
(Wei Cao, et al , 2013:2063)
Terdapat berbagai macam metode
untuk mengolah limbah cair yang
mengandung sulfat, yaitu ion exchange,
adsorpsi, elektrodialisis, netralisasi
dengan CaCO3, biological treatment dan
presipitasi secara kimia (S.Koumaiti, et al ,
2011:1570). Penanganan limbah cair
yang secara umum banyak digunakan
yaitu adsorpsi, karena proses adsorpsi
memiki keuntungan dari segi alat, biaya
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
4/11
2
investasi, selektivitas yang tinggi dan
waktu konsumsi yang singkat. (Wei Cao,
et al , 2013:2603 ) .
Adsorben memiliki peran yang sangat
penting dalam proses adsorpsi sehingga
metode adsorpsi membutuhkan adsorben
dengan karakteristik tertentu supaya dapat
menyerap suatu zat limbah penyebab
pencemaran air. Karakteristik tersebut
meliputi, luas permukaan, volume pori
dan ukuran diameter pori rata-rata. Pada
umumnya adsorben yang digunakan
adalah adsorben yang berbahan dasar dari
alam maupun sintetis. Salah satu contoh
bahan dasar adsorben yang terbuat dari
alam adalah batu bara.
Batu bara di Indonesia sangat
berlimpah jumlahnya. Menurut
Kementerian ESDM jumlah produksi batu
bara pada tahun 2011 mencapai 353.4 juta
ton meningkat 28.4% dibandingkan pada
tahun 2010 dan sekitar 43 juta ton atau
54.1% digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pembangkit listrik yang
dikelola oleh PT PLN (Persero) dan
pengembangan listrik swasta
( Independent Power Producer ). Secara
umum pemanfaatan batu bara masih
digunakan sebagai sumber tenaga listrik,
padahal batu bara dapat diolah menjadi
charcoal sehingga memiliki porositas
untuk dimanfaatkan sebagai adsorben.
Charcoal merupakan residu karbon
yang didapat dari proses pirolisis batu bara
pada suhu 400-700oC dan juga dapat
digunakan sebagai adsorben dikarenakan
memiliki pori. Pembuatan charchoal
dapat dilakukan dengan cara karbonisasi,
yaitu proses pengarangan atau pemanasan
dalam ruangan tanpa adanya oksigen dan
bahan kimia lainnya. Pada umumnya,
bahan untuk pembuatan charcoal
menggunakan batu bara. Batu bara
merupakan bahan bakar fosil yang
terbentuk dari endapan tumbuhan yang
telah terkonsolidasi antara tingkatan
batuan lainnya yang diubah oleh pengaruh
tekanan dan panas selama jutaan tahun
sehingga membentuk lapisan batu bara.
II. Metode
Pre-treatment batu bara dan proses
karbonisasi. Jenis batu bara yang
digunakan pada penelitian ini adalah batu
bara jenis sub-bituminus yang berasal dari
Kalimantan Selatan, Indonesia. Sampel
dihancurkan terlebih dahulu dengan
crusher dan diayak menggunakan ayakan
30 mesh. Selanjutnya batu bara yang telah
diayak diumpankan kedalam reaktor
karbonisasi untuk dipanaskan dari suhu
ruang 25°C hingga suhu 600°C. Saat suhu
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
5/11
3
telah mencapai 600oC, suhu dijaga
konstan 600oC (+ 25oC) selam 120 menit.
Batu bara ini dianalisa Proximate, EDX,
BET, dan FTIR.
Adsorpsi Sulfat menggunakan batu
bara hasil karbonisasi. Sampel penelitian
dibuat sebesar 700 mg/L, dengan cara
mencampurkan Sodium Sulfat ( Na2SO4)
dengan akuades. Campuran tersebut
kemudian dihomogenisasi hingga
tercampur sempurna dan di masukkan
kedalam gelas erlenmayer sebesar 50 mL.
Batu bara yang telah dikarbonisasi
dimasukkan kedalam gelas erlenmayer
yang bersi 50 mL larutan sampel yang
akan diadsorpsi dan ditutup dengan
sumbat karet dibagian mulut gelas
erlenmayer. Gelas erlenmayer tersebut
diletakkan diatas shaker , sehingga terjadi
pengocokan didalamnya. Pengocokan
dilakukan sesuai dengan variasi waktu
kontak yang ditentukan dengan kecepatan
pengadukan sebesar 240 rpm. Proses ini
dilakukan pada suhu kamar. Larutan
kemudian di sentrifugasi dan disaring
untuk memiahkan residu adsorben dan
filtrat.
Analisa Sulfat. Analisa sulfat
dilakukan menggunakan metode
turbidimetri, yaitu sampel diencerkan
menjadi konsentrasi 30 mg/L sebanyak 50
mL yang kemudian ditambahkan dengan
larutan buffer yang terbuat dari campuran
MgCl2.6H2O, CH3COONa, CH3COOH,
KNO3, dan Akuades. Setelah penambahan
10 mL larutan buffer dilakukan
penambahan BaCl2 sebnayak 0.03 g yang
kemudian diaduk selama 1 menit dan
didiamkan selama 5 menit. Penambahan
BaCl2 bertujuan untuk mendapatkan
suspensi BaSO4. Kemudian larutan
dimasukkan kedalam turbidimeter dan
didapatkan hasil analisis sulfat.
III. Hasil dan Pembahasan
Karakterisasi Batu bara
Pada penelitian ini sampel batubara
yang digunakan berasal dari Kalimantan.
Beberapa jenis analisis dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dan jenis batu
bara antara lain analisis Proximate, EDX,
BET dan FTIR. Untuk analisis Proximate
dilakuakn dengan pemanasan dimana
kondisi perlakuan diatur berdasarkan
standar yang telah ditetapkan dari Test
Methods for Activated Carbon, CEFIC
tahun 1986. Dan analisa EDX dilakukan
untuk mengetahui kandungan karbon dan
oksigen yang terkandug didalam batu bara
sebelum karbonisasi. Hasil dari analisis
proximate dan EDX dapat dilihat pada
gambar 3.1
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
6/11
4
Gambar 3. 1. Tabel Hasil Analisis Proximate dan
Kadungan Karbon dan Oksigen
Maka dapat disimpulkan bahwa batu bara
yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan batu bara jenis sub-bituminus
dikarenakan pada hasil analisis proximate
dan kandungan karbon dan oksigen
terlihat nilai yang didapat masuk didalam
range pada literatur, meskipun kandungan
kelembapan pada data hasil penelitian
sedikit berbeda dari range data di literatur.
Selain analisis proximate dan
kandugan karbon dan oksigen, dilakukananalisis spektrofotometri FTIR yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan
gugus fungsi yang dimiliki oleh batu bara
sebelum dan setelah karbonisasi yang
dapat dilihat pada gambar 3.2
Gambar 3. 2 Hasil Analsis FTIR Batu Bara
Berdasarkan hasil grafik dari FTIR
yang didapat pada Gambar 3.2 diketahui
bahwa kedua sampel batu bara sebelum
dan sesudah karbonisasi memiliki pola
gugus fungsi yang sama yang dapat dilihat
pada Tabel gugus fungsi hasil FTIR. Hal
ini berbeda dengan dasar teori mengenai
terjadinya perubahan gugus fungsi O – H
pada batu bara sesudah karbonisasi.
Sehingga menunjukkan bahwa proses
karbonisasi yang dilakukan pada
penelitian ini belum terbentuk char secara
sempurna dan masih mengandung volatile
matter seperti gugus fungsi O-H yang
seharusnya hilang pada proses karbonisasi
tetapi masih ada. Oleh karena itu dapat
dikatakan proses karbonisasi yang
dilakukan pada penelitian ini belum
berhasil.
Kemudian untuk mengetahui
karakteristik fisik seperti luas permukaan,
diameter pori rata-rata dan volume pori
pada adsorben charcoal , dilakukan
analisis BET ( Brunauer Emmet and
Teller ). Hasil analisis BET dapat dilihat
pada gambar 3.3
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
7/11
5
Gambar 3. 3 Karakteristik Adsorben dari Hasil Analisis BET
Dari hasil analisis BET di atas,
didapatkan diameter pori sebesar
1.26035x103 nm sehingga jenis adsorben
yang digunakan ini termasuk kategori
adsorben macropores sebagaimana yang
diungkapkan oleh V.J Inglezakis
(2006:33), adsorben dikategorikan jenis
macorpores apabila diameter pori
adsorben lebih dari 50 nm. Sedangkan
ukuran diameter sulfat (SO42-) menurut
Atkins (2006:776), memiliki ukuran
diameter sebesar 0.44 nm. Dari
perbandingan ukuran dimater tersebut,
sulfat berpotensi dapat masuk ke pori
adsorben charcoal karena ukuran
diameter sulfat lebih kecil dibandingkan
diameter pori adsorben.
Penurunan Konsentrasi SulfatMenggunakan Adsorben Charcoal.
Pada penelitian ini, proses adsorpsi
limbah sintetis yang menggandung sulfat
menggunakan adsorben charcoal
dilakukan dengan menggunakan shaker .
Menurut C. Namasivayam dan Sanggetha
(2008), pada proses adsorpsi
menggunakan kecepatan shaker sebesar
200 rpm dan waktu 50 menit. Penelitian
tersebut menghasilkan adsorpsi yang baik
pada kondisi operasi tersebut. Pada
penelitian ini porses adsorpsi yang
dilakukan yaitu dengan meningkatkan
kecepatan shaker menjadi 240 rpm
dengan tujuan dapat mengetahui pengaruh
hasil karbonisasi batu bara terhadap
kemampuan penurunan konsentrasi sulfat
pada proses adsorpsi. Selain itu peneliti
melakukan variasi terhadap massa dan
waktu kontak pada proses adsorpsi.
Hasil dari hasil penurunan
konsentrasi sulfat melalui proses adsorpsi
menggunakan charcoal dapat dilihat padagambar 3.4
Gambar 3. 4 Grafik Penurunan Konsentrasi Sulfat
(mg/L)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa
konsentrasi sulfat menurun seiring dengan
bertambahnya waktu dan massa adsorben.
Penurunan konsentrasi sulfat terbesar
pada menit ke-75. Dapat dilihat pada
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
8/11
6
gambar 4.2 penurunan sulfat pada massa
adsorben 2 gram pada konsentrasi awal
732,97 mg/L menjadi 296,85 mg/L yaitu
sebesar 436,18 mg/L. Untuk massa
adsorben 4 gram dari konsentrasi awal 715
mg/L menjadi 261 mg/L yaitu sebesar 454
mg/L. Untuk massa adsorben 6 gram dari
konsentrasi awal 746,91 mg/L menjadi
243,1 mg/L yaitu sebesar 503,84 mg/L.
Untuk massa adsorben 8 gram dari
konsentrasi awal 730,99 mg/L menjadi
221,71 mg/L yaitu sebesar 509,81 mg/L.
Sedangkan untuk massa adsorben 10 gram
dari konsentrasi awal 752,89 mg/L
menjadi 171,38 mg/L yaitu sebesar 581,50
mg/L.
Penurunan sulfat pada masing-
masing massa terjadi hingga menit ke-75,
proses penurunan konsentrasi sulfat
dengan bertambahnya waktu dikarenakan
terserapnya sulfat pada adsorben karena
gaya tarik dari permukaan adsorben lebih
kuat dibandingkan dengan daya yang
menahan sulfat di dalam larutan limbah
sintetis. Hal tersebut dapat terjadi akibat
dari perbedaan konsentrasi pada larutan
limbah sintetis yang lebih besar
dibandingkan konsentrasi di adsorben.
Seiring bertambahnya waktu, konsentrasi
sulfat semakin kecil sampai pada menit
ke-75, namun pada menit ke-90
konsentrasi sulfat meningkat hingga
mendekati konsentrasi awal. Peningkatan
konsentrasi tersebut terjadi akibat telah
tertutupnya seluruh permukaan sisi aktif
adsorben akibat proses adsorpsi sehingga
mengakibatkan potensial adsorpsi dari
adsorben dengan molekul ion sulfat
mengecil dan diikuti mengecilnya
konsentrasi sulfat di larutan lingkungan
(bulk) sehingga mengakibatkan adsorbat
terdifusi kembali ke larutan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Eckhard
(2012:59) pada buku Adsorption
Technology in Water Treatment bahwa
potensial adsorpsi adsorben semakin
berkurang seiring meningkatnya jarak
serap asorbat dari permukaan adsorben
yang terlapisi.
Pada penelitian ini, data persentase
penurunan sulfat atau persentase reduksi
sulfat dapat dilihat pada gambar 3.5
Gambar 3.5 Grafik persentase reduksi konsentrasi sulfat
dengan variasi waktu pada berbagai massa.
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
9/11
7
Gambar 3.5 menjelaskan bahwa
adsorbat yang terserap dengan
menggunakan adsorben charcoal pada
massa 2 gram sebesar 59,5%, massa 4
gram sebesar 63,5%, massa 6 gram
sebesar 68,8%, massa 8 gram sebesar
69.1% dan untuk massa adsorben 10 gram
memiliki presentase reduksi sulfat sebesar
77, 2%. Peningkatan persentase reduksi
sulfat dapat terjadi meskipun proses
karbonisasi belum berhasil, dikarenakan
adsorben memiliki diameter pori yang berjenis macropore yang dapat dilihat
pada hasil analisis BET sebesar 1.26x103
nm. Selain itu adsorben berpotensi
memiliki kemampuan secara kimiawi
dalam mengadsorpsi sulfat yang dapat
dilihat pada struktur kimia batu bara.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitianyang telah dilakukan dan uraian
pembahasan dari hasil penelitian,
didapatkan kesimpulan
1. Proses karbonisasi yang dilakukan
pada penelitian ini belum berhasil
dikarenakan belum terbentuknya char
secara optimal dan masih terkandung
senyawa volatile pada charcoal hasil
karbonisasi.
2. Metode turbidimetri kurang sesuai
untuk analisis kandungan sulfat pada
penelitian ini, dikarenakan
penambahan barium klorida
menyebabkan terbentuknya suspensi
barium sulfat yang dapat mengendap.
Dimana seharusnya metode
turibidimetri digunakan untuk analisis
senyawa yang membentuk koloid.
3.
Charcoal hasil karbonisasi pada suhu
600oC, dapat menurunkan konsentrasi
sulfat pada limbah cair sintetis.
Dimana penurunan terbesar terjadi
pada menit ke-75, untuk massa
adsorben 2 gram penurunan
konsentrasi sulfat sebesar 436,18
mg/L, massa adsorben 4 gram sebesar
454 mg/L, massa adsorben 6 gram
sebesar 503,84 mg/L, massa adsorben 8
gram sebesar 509,81 mg/L dan untuk
massa adsorben 10 sebesar 581,50
mg/L. Namun pada menit ke-90,
terjadi peningkatan konsentrasi sulfat.
Untuk persentase reduksi sulfat,
adsorbat yang terserap dengan
menggunakan adsorben charcoal pada
massa 2 gram sebesar 59,5%, massa 4
gram sebesar 63,5%, massa 6 gram
sebesar 68,8%, massa 8 gram sebesar
69.1% dan untuk massa adsorben 10
gram persentase reduksi sulfat sebesar
77, 2%.
Daftar Pustaka
Aprianti, M. 2008. Analisis
Kandungan Boron, Seng, Mangan dan
Sulfat dalam Air Sungai Mesjid
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
10/11
8
sebagai Bahan Baku PDAM Dumai.
Pekanbaru: FMIPA-UR.
Atkins. 1990. Physical Chemistry 9th
Edition. New York : W. H. Freeman
and Company.
Cao, Wei., Dang, Zhi., Yuan, Bao-Ling.,
Shen, Chun-Hua., Kan, Jin. dan Xue,
Xiu-Ling. 2013. Sorption Kinetics of
Sulphate Ions on Quaternary
Ammonium-Modified Rice Straw.
Journal of Industrial and Engineering
Chemistry. 20 (2014) 2603 – 2609.
European Council of Chemical
Manufacturers’ Federations (CEFIC).
1986. Test Methods for Activaed
Carbon. European: Brussels.
Greenwood NN, Earnshaw A. 1984.
Chemistry of the Elements. England:
Oxford PergamonPress.
Inglezakis, V.J. & Poulopoulos, S.G.
2006. Adsorption, Ion Exchage and
Catalysis Design of Operations and
Environmental Applications.
Netherlands: Elsevier.
Koumaiti, S., Riahi, K., Ounaies, F. and
Ben Thayer, B. 2011. Kinetic
Modelling of Liquid-Phase
Adsorption of Sulfate onto Raw Date
Palm Seeds. Journal of
Environmental Science and
Engineering . 5 :1570-1580
Namasivayam C. & Sangeetha, D.. 2007.
Application of Coconut Coir Pith For
the Removal of Sulfate and Other
Anions from Water. Elsevier B.V
Desalination. 219 (2008): 1 – 13.
Republik Indonesia. 2001. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air Minum dan Pengendalian
Pencemaran Air. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Speight, James G. 2005. Handbook of
Coal Analysis. New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.
Worch, Eckhard. 2012. Adsorption
Technology in Water Treatment
Fundamentals, Processes and
Modeling. Berlin: Walter de Gruyter
GmbH & Co. KG.
-
8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal
11/11
9