Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

download Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

of 11

Transcript of Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    1/11

    ADSORPSI SULFAT MENGGUNAKAN CHARCOAL  HASIL

    KARBONISASI

    Teza Nur Firlansyah, Indah Rizky Natalia, Bambang Ismuyanto*, dan Bambang Poerwadi

    Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas BrawijayaJl. MT. Haryono No. 167, Malang, 6541, Telp : (0341) 587710 ext : 1333, Fax: (0341)574140

    *) [email protected] 

    Abstrak

    Teza Nur Firlyansyah dan Indah Rizky Natalia, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas Brawijaya, Januari 2016, Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi

     Non-Ishotermal, Dosen Pembimbing: Ir. Bambang Ismuyanto, MS dan Ir. Bambang Poerwadi,

    MS.

    Beberapa industri di Indonesia banyak yang mengalami permasalahan limbah cair dengan

    kandungan polutan yang tinggi, salah satu polutan yang terkandung didalamnya yaitu sulfat.Berdasarkan Peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 400mg/L. Salah satu

    metode penggolahan limbah cair yang mengandung sulfat yaitu adsorpsi. Pemanfaatan batu bara

    sebagai adsorben dilakukan untuk menambah fungsi umum batu bara sebagai bahan bakar yangmenimbulkan masalah emisi gas dari batu bara tersebut.

    Penelitian ini terdiri dari dua buah tahap yaitu, karbonisasi batu bara untuk menghasilkan

    charcoal   yang digunakan sebagai adsorben, dan menurunkan konsentrasi sulfat menggunakancharcoal . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi massa adsorben dan waktu

    adsorpsi. Konsentrasi awal larutan sampel limbah cair sintetis vriasi sulfat sebesar 700 mg/L.

    Variasi massa adsorben yang digunakan yaitu sebesar 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram dan 10

    gram. Sedangkan variasi waktu adsorpsi yaitu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit,dan 90 menit.

    Hasil dari penelitian ini yaitu, charcoal  hasil karbonisasi belum berhasil karena masih terdapat

    volatile matter   yang terkandung dan char   yang terbentuk tidak optimal. Tetapi charcoal hasilkarbonisasi dapat digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan konsentrasi sulfat pada limbah

    cair sintetis, dimana penurunan terbesar terjadi pada menit ke-75, untuk massa adsorben 2 gram

     penurunan konsentrasi sulfat sebesar 436,18 mg/L, massa adsorben 4 gram sebesar 454 mg/L,massa adsorben 6 gram sebesar 503,84 mg/L, massa adsorben 8 gram sebesar 509,81 mg/L dan

    untuk massa adsorben 10 sebesar 581,50 mg/L. Namun pada menit ke-90, terjadi peningkatan

    konsentrasi sulfat. Sedangkan untuk persentase reduksi sulfat, adsorbat yang terserap denganmenggunakan adsorben charcoal  pada massa 2 gram sebesar 59,5%, massa 4 gram sebesar 63,5%,

    massa 6 gram sebesar 68,8%, massa 8 gram sebesar 69.1% dan untuk massa adsorben 10 gram persentase reduksi sulfat sebesar 77, 2%.

    Kata Kunci : Karbonisasi, Adsorben, Adsorpsi, Sulfat.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    2/11

    Abstract

    Teza Nur Rizky Firlyansyah and beautiful Natalia, Chemical Engineering Program, Faculty ofEngineering, Universitas Brawijaya, in January 2016, Sulfate Adsorption Using Charcoal Non-

     Ishotermal carbonization results, Supervisor: Ir. Bambang Ismuyanto, MS and Ir. Bambang

    Poerwadi, MS.

    Some industries in Indonesia are experiencing many problems of wastewater containing

     pollutants are high, one of the pollutants contained therein, namely sulfate. Based on Government

    Regulation no. 82 of 2001 on the Management of Water Quality and Water Pollution Control,

    sulfate concentration allowed is 400mg / L. 

    One method penggolahan liquid waste containing

    sulfuric ie adsorption. Utilization of coal as adsorbent done to increase the general function of coal

    as a fuel is causing the problem gas emissions from coal. 

    This study consisted of two phases, carbonization of coal to produce charcoal   is used as

    adsorbent, and lowering the concentration of sulfate using charcoal. The variables used in this

    study include the mass of adsorbent and adsorption time.  The initial concentration of the sample

    solution synthetic liquid waste vriasi sulfate of 700 mg / L. 

    Variations in the mass of adsorbentused is equal to 2 grams, 4 grams, 6 grams, 8 grams and 10 grams. While variations of adsorption

    time of 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, 60 minutes, 75 minutes and 90 minutes.  

    The results of this study is, charcoal  carbonization results have not been successful because

    there is a volatile matter  contained and char  which is formed is not optimal.But charcoal  carbonization results can be used as an adsorbent for lowering the concentration of

    sulfate in synthetic liquid waste, where the largest decline occurred in the 75th minute, to the mass

    of adsorbent 2 grams decrease sulfate concentration of 436.18 mg / L, the mass of adsorbent 4

    grams of 454 mg / L, the mass of adsorbent 6 grams of 503.84 mg / L, the mass of adsorbent 8

    grams of 509.81 mg / L and for the mass of adsorbent 10 at 581.50 mg / L. But in the 90th minute,

    concentration of sulphate is increase. 

    As for the percentage of sulfate reduction, adsorbate

    adsorbed by using the adsorbent charcoal  in a mass of 2 grams of 59.5%, a mass of 4 grams of63.5%, a mass of 6 grams of 68.8%, the mass of 8 grams of 69.1% and for adsorbent 10 grams

     percentage of sulfate reduction by 77, 2%.

    Keywords: Carbonization, Adsorbents, Adsorption, Sulfate.

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    3/11

     

    I.  Pendahuluan

    Beberapa industri di Indonesia banyak

    yang mengalami permasalahan limbah

    cair dengan kandungan polutan yang

    tinggi, salah satunya adalah kandungan

    sulfat pada limbah cair tersebut. Contoh

     beberapa industri yang menghasilkan

    limbah cair dengan kandungan sulfat

    tinggi yaitu industri kimia seperti industri

     pertambangan, logam, industri  plating ,

    dan industri pembuatan berbagai bahan

    kimia seperti, industri pewarna, kaca,

    sabun, tekstil, dan fungisida (Greenwood

    dkk, 1984). Sehingga diperlukan

    treatment   pada limbah cair tersebut

    sebelum dialirkan ke sungai atau laut,

    supaya memiliki kadar sulfat yang sesuai

    dengan baku mutu kandungan sulfat yang

    telah ditentukan pada Peraturan

    Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang

    Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air,

    konsentrasi sulfat yang diperbolehkan

    adalah 400 mg/L.

    Sulfat merupakan sejenis poliatom

    dengan rumus SO42- yang memiliki massa

    molekul 96,06 satuan massa atom. Ion

    sulfat terdiri dari atom pusat sulfur yang

    dikelilingi oleh empat atom oksigen. Pada

    umumnya, sulfat terbentuk secara alami

    dan terdapat dalam jumlah yang sangat

     besar di lingkungan (Aprianti, 2008).

    Sulfat tidak beracun, dan unsur S

    (belerang) pada sulfat merupakan unsur

    hara yang diperlukan untuk berbagai jenis

    sistem kehidupan. Namun, kandungan

    sulfat yang tidak tepat atau berlebihan

     pada air limbah dapat menimbulkan

    masalah pencemaran terhadap lingkungan

    sekitarnya. Konsentrasi sulfat tinggi dapat

    merusak keseimbangan alami siklus

    sulfur. Pada kondisi anaerobik, sulfat

    dapat dengan mudah diubah menjadi

    hidrogen sulfida oleh mikroorganisme.

    Hidrogen sulfida sangat berbahaya bagi

    ekosistem lingkungan karena memiliki

    reaktivitas toksisitas dan korosivitas yang

    tinggi. Oleh karena itu, diperlukan

    metode pengolahan yang tepat untuk

    mengurangi bahkan menghilangkan sulfat

    dari limbah industri sebelum dibuang.

    (Wei Cao, et al , 2013:2063)

    Terdapat berbagai macam metode

    untuk mengolah limbah cair yang

    mengandung sulfat, yaitu ion exchange,

    adsorpsi, elektrodialisis, netralisasi

    dengan CaCO3, biological treatment dan

     presipitasi secara kimia (S.Koumaiti, et al ,

    2011:1570). Penanganan limbah cair

    yang secara umum banyak digunakan

    yaitu adsorpsi, karena proses adsorpsi

    memiki keuntungan dari segi alat, biaya

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    4/11

     

    investasi, selektivitas yang tinggi dan

    waktu konsumsi yang singkat. (Wei Cao,

    et al , 2013:2603 ) .

    Adsorben memiliki peran yang sangat

     penting dalam proses adsorpsi sehingga

    metode adsorpsi membutuhkan adsorben

    dengan karakteristik tertentu supaya dapat

    menyerap suatu zat limbah penyebab

     pencemaran air. Karakteristik tersebut

    meliputi, luas permukaan, volume pori

    dan ukuran diameter pori rata-rata. Pada

    umumnya adsorben yang digunakan

    adalah adsorben yang berbahan dasar dari

    alam maupun sintetis. Salah satu contoh

     bahan dasar adsorben yang terbuat dari

    alam adalah batu bara.

    Batu bara di Indonesia sangat

     berlimpah jumlahnya. Menurut

    Kementerian ESDM jumlah produksi batu

     bara pada tahun 2011 mencapai 353.4 juta

    ton meningkat 28.4% dibandingkan pada

    tahun 2010 dan sekitar 43 juta ton atau

    54.1% digunakan untuk memenuhi

    kebutuhan pembangkit listrik yang

    dikelola oleh PT PLN (Persero) dan

     pengembangan listrik swasta

    ( Independent Power Producer ). Secara

    umum pemanfaatan batu bara masih

    digunakan sebagai sumber tenaga listrik,

     padahal batu bara dapat diolah menjadi

    charcoal   sehingga memiliki porositas

    untuk dimanfaatkan sebagai adsorben.

    Charcoal   merupakan residu karbon

    yang didapat dari proses pirolisis batu bara

     pada suhu 400-700oC dan juga dapat

    digunakan sebagai adsorben dikarenakan

    memiliki pori. Pembuatan charchoal  

    dapat dilakukan dengan cara karbonisasi,

    yaitu proses pengarangan atau pemanasan

    dalam ruangan tanpa adanya oksigen dan

     bahan kimia lainnya. Pada umumnya,

     bahan untuk pembuatan charcoal  

    menggunakan batu bara. Batu bara

    merupakan bahan bakar fosil yang

    terbentuk dari endapan tumbuhan yang

    telah terkonsolidasi antara tingkatan

     batuan lainnya yang diubah oleh pengaruh

    tekanan dan panas selama jutaan tahun

    sehingga membentuk lapisan batu bara.

    II.  Metode

     Pre-treatment batu bara dan proses

    karbonisasi. Jenis batu bara yang

    digunakan pada penelitian ini adalah batu

     bara jenis sub-bituminus yang berasal dari

    Kalimantan Selatan, Indonesia. Sampel

    dihancurkan terlebih dahulu dengan

    crusher  dan diayak menggunakan ayakan

    30 mesh. Selanjutnya batu bara yang telah

    diayak diumpankan kedalam reaktor

    karbonisasi untuk dipanaskan dari suhu

    ruang 25°C hingga suhu 600°C. Saat suhu

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    5/11

     

    telah mencapai 600oC, suhu dijaga

    konstan 600oC (+ 25oC) selam 120 menit.

    Batu bara ini dianalisa  Proximate, EDX,

     BET, dan FTIR.

     Adsorpsi Sulfat menggunakan batu

    bara hasil karbonisasi. Sampel penelitian

    dibuat sebesar 700 mg/L, dengan cara

    mencampurkan Sodium Sulfat (  Na2SO4)

    dengan akuades. Campuran tersebut

    kemudian dihomogenisasi hingga

    tercampur sempurna dan di masukkan

    kedalam gelas erlenmayer sebesar 50 mL.

    Batu bara yang telah dikarbonisasi

    dimasukkan kedalam gelas erlenmayer  

    yang bersi 50 mL larutan sampel yang

    akan diadsorpsi dan ditutup dengan

    sumbat karet dibagian mulut gelas

    erlenmayer. Gelas erlenmayer tersebut

    diletakkan diatas shaker , sehingga terjadi

     pengocokan didalamnya. Pengocokan

    dilakukan sesuai dengan variasi waktu

    kontak yang ditentukan dengan kecepatan

     pengadukan sebesar 240 rpm. Proses ini

    dilakukan pada suhu kamar. Larutan

    kemudian di sentrifugasi dan disaring

    untuk memiahkan residu adsorben dan

    filtrat.

     Analisa Sulfat. Analisa sulfat

    dilakukan menggunakan metode

    turbidimetri, yaitu sampel diencerkan

    menjadi konsentrasi 30 mg/L sebanyak 50

    mL yang kemudian ditambahkan dengan

    larutan buffer yang terbuat dari campuran

    MgCl2.6H2O, CH3COONa, CH3COOH,

    KNO3, dan Akuades. Setelah penambahan

    10 mL larutan buffer dilakukan

     penambahan BaCl2 sebnayak 0.03 g yang

    kemudian diaduk selama 1 menit dan

    didiamkan selama 5 menit. Penambahan

    BaCl2  bertujuan untuk mendapatkan

    suspensi BaSO4. Kemudian larutan

    dimasukkan kedalam turbidimeter dan

    didapatkan hasil analisis sulfat.

    III.  Hasil dan Pembahasan

    Karakterisasi Batu bara

    Pada penelitian ini sampel batubara

    yang digunakan berasal dari Kalimantan.

    Beberapa jenis analisis dilakukan untuk

    mengetahui karakteristik dan jenis batu

     bara antara lain analisis  Proximate, EDX,

     BET dan FTIR. Untuk analisis Proximate 

    dilakuakn dengan pemanasan dimana

    kondisi perlakuan diatur berdasarkan

    standar yang telah ditetapkan dari Test

     Methods for Activated Carbon, CEFIC

    tahun 1986. Dan analisa  EDX   dilakukan

    untuk mengetahui kandungan karbon dan

    oksigen yang terkandug didalam batu bara

    sebelum karbonisasi. Hasil dari analisis

     proximate dan EDX dapat dilihat pada

    gambar 3.1

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    6/11

     

    Gambar 3. 1. Tabel Hasil Analisis Proximate dan

    Kadungan Karbon dan Oksigen

    Maka dapat disimpulkan bahwa batu bara

    yang digunakan dalam penelitian ini

    merupakan batu bara jenis  sub-bituminus 

    dikarenakan pada hasil analisis proximate 

    dan kandungan karbon dan oksigen

    terlihat nilai yang didapat masuk didalam

    range pada literatur, meskipun kandungan

    kelembapan pada data hasil penelitian

    sedikit berbeda dari range data di literatur.

    Selain analisis  proximate dan

    kandugan karbon dan oksigen, dilakukananalisis spektrofotometri FTIR yang

     bertujuan untuk mengetahui perbedaan

    gugus fungsi yang dimiliki oleh batu bara

    sebelum dan setelah karbonisasi yang

    dapat dilihat pada gambar 3.2

    Gambar 3. 2 Hasil Analsis FTIR Batu Bara

    Berdasarkan hasil grafik dari FTIR

    yang didapat pada Gambar 3.2 diketahui

     bahwa kedua sampel batu bara sebelum

    dan sesudah karbonisasi memiliki pola

    gugus fungsi yang sama yang dapat dilihat

     pada Tabel gugus fungsi hasil FTIR. Hal

    ini berbeda dengan dasar teori mengenai

    terjadinya perubahan gugus fungsi O – H

     pada batu bara sesudah karbonisasi.

    Sehingga menunjukkan bahwa proses

    karbonisasi yang dilakukan pada

     penelitian ini belum terbentuk char  secara

    sempurna dan masih mengandung volatile

    matter   seperti gugus fungsi O-H yang

    seharusnya hilang pada proses karbonisasi

    tetapi masih ada. Oleh karena itu dapat

    dikatakan proses karbonisasi yang

    dilakukan pada penelitian ini belum

     berhasil.

    Kemudian untuk mengetahui

    karakteristik fisik seperti luas permukaan,

    diameter pori rata-rata dan volume pori

     pada adsorben charcoal , dilakukan

    analisis BET ( Brunauer Emmet and

    Teller ). Hasil analisis BET dapat dilihat

     pada gambar 3.3

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    7/11

     

    Gambar 3. 3 Karakteristik Adsorben dari Hasil Analisis BET  

    Dari hasil analisis BET di atas,

    didapatkan diameter pori sebesar

    1.26035x103 nm sehingga jenis adsorben

    yang digunakan ini termasuk kategori

    adsorben macropores  sebagaimana yang

    diungkapkan oleh V.J Inglezakis

    (2006:33), adsorben dikategorikan jenis

    macorpores  apabila diameter pori

    adsorben lebih dari 50 nm. Sedangkan

    ukuran diameter sulfat (SO42-) menurut

    Atkins (2006:776), memiliki ukuran

    diameter sebesar 0.44 nm. Dari

     perbandingan ukuran dimater tersebut,

    sulfat berpotensi dapat masuk ke pori

    adsorben charcoal   karena ukuran

    diameter sulfat lebih kecil dibandingkan

    diameter pori adsorben.

    Penurunan Konsentrasi SulfatMenggunakan Adsorben Charcoal.

    Pada penelitian ini, proses adsorpsi

    limbah sintetis yang menggandung sulfat

    menggunakan adsorben charcoal  

    dilakukan dengan menggunakan  shaker .

    Menurut C. Namasivayam dan Sanggetha

    (2008), pada proses adsorpsi

    menggunakan kecepatan  shaker   sebesar

    200 rpm dan waktu 50 menit. Penelitian

    tersebut menghasilkan adsorpsi yang baik

     pada kondisi operasi tersebut. Pada

     penelitian ini porses adsorpsi yang

    dilakukan yaitu dengan meningkatkan

    kecepatan  shaker   menjadi 240 rpm

    dengan tujuan dapat mengetahui pengaruh

    hasil karbonisasi batu bara terhadap

    kemampuan penurunan konsentrasi sulfat

     pada proses adsorpsi. Selain itu peneliti

    melakukan variasi terhadap massa dan

    waktu kontak pada proses adsorpsi.

    Hasil dari hasil penurunan

    konsentrasi sulfat melalui proses adsorpsi

    menggunakan charcoal  dapat dilihat padagambar 3.4

    Gambar 3. 4 Grafik Penurunan Konsentrasi Sulfat

    (mg/L)

    Pada gambar 4.2 terlihat bahwa

    konsentrasi sulfat menurun seiring dengan

     bertambahnya waktu dan massa adsorben.

    Penurunan konsentrasi sulfat terbesar

     pada menit ke-75. Dapat dilihat pada

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    8/11

     

    gambar 4.2 penurunan sulfat pada massa

    adsorben 2 gram pada konsentrasi awal

    732,97 mg/L menjadi 296,85 mg/L yaitu

    sebesar 436,18 mg/L. Untuk massa

    adsorben 4 gram dari konsentrasi awal 715

    mg/L menjadi 261 mg/L yaitu sebesar 454

    mg/L. Untuk massa adsorben 6 gram dari

    konsentrasi awal 746,91 mg/L menjadi

    243,1 mg/L yaitu sebesar 503,84 mg/L.

    Untuk massa adsorben 8 gram dari

    konsentrasi awal 730,99 mg/L menjadi

    221,71 mg/L yaitu sebesar 509,81 mg/L.

    Sedangkan untuk massa adsorben 10 gram

    dari konsentrasi awal 752,89 mg/L

    menjadi 171,38 mg/L yaitu sebesar 581,50

    mg/L.

    Penurunan sulfat pada masing-

    masing massa terjadi hingga menit ke-75,

     proses penurunan konsentrasi sulfat

    dengan bertambahnya waktu dikarenakan

    terserapnya sulfat pada adsorben karena

    gaya tarik dari permukaan adsorben lebih

    kuat dibandingkan dengan daya yang

    menahan sulfat di dalam larutan limbah

    sintetis. Hal tersebut dapat terjadi akibat

    dari perbedaan konsentrasi pada larutan

    limbah sintetis yang lebih besar

    dibandingkan konsentrasi di adsorben.

    Seiring bertambahnya waktu, konsentrasi

    sulfat semakin kecil sampai pada menit

    ke-75, namun pada menit ke-90

    konsentrasi sulfat meningkat hingga

    mendekati konsentrasi awal. Peningkatan

    konsentrasi tersebut terjadi akibat telah

    tertutupnya seluruh permukaan sisi aktif

    adsorben akibat proses adsorpsi sehingga

    mengakibatkan potensial adsorpsi dari

    adsorben dengan molekul ion sulfat

    mengecil dan diikuti mengecilnya

    konsentrasi sulfat di larutan lingkungan

    (bulk) sehingga mengakibatkan adsorbat

    terdifusi kembali ke larutan

    lingkungannya. Hal ini sesuai dengan

    teori yang dikemukakan oleh Eckhard

    (2012:59) pada buku  Adsorption

    Technology in Water Treatment  bahwa

     potensial adsorpsi adsorben semakin

     berkurang seiring meningkatnya jarak

    serap asorbat dari permukaan adsorben

    yang terlapisi.

    Pada penelitian ini, data persentase

     penurunan sulfat atau persentase reduksi

    sulfat dapat dilihat pada gambar 3.5

    Gambar 3.5 Grafik persentase reduksi konsentrasi sulfat

    dengan variasi waktu pada berbagai massa.

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    9/11

     

    Gambar 3.5 menjelaskan bahwa

    adsorbat yang terserap dengan

    menggunakan adsorben charcoal   pada

    massa 2 gram sebesar 59,5%, massa 4

    gram sebesar 63,5%, massa 6 gram

    sebesar 68,8%, massa 8 gram sebesar

    69.1% dan untuk massa adsorben 10 gram

    memiliki presentase reduksi sulfat sebesar

    77, 2%. Peningkatan persentase reduksi

    sulfat dapat terjadi meskipun proses

    karbonisasi belum berhasil,  dikarenakan

    adsorben memiliki diameter pori yang berjenis macropore  yang dapat dilihat

     pada hasil analisis BET sebesar 1.26x103 

    nm. Selain itu adsorben berpotensi

    memiliki kemampuan secara kimiawi

    dalam mengadsorpsi sulfat yang dapat

    dilihat pada struktur kimia batu bara.

    Kesimpulan

    Berdasarkan dari hasil penelitianyang telah dilakukan dan uraian

     pembahasan dari hasil penelitian,

    didapatkan kesimpulan

    1.  Proses karbonisasi yang dilakukan

     pada penelitian ini belum berhasil

    dikarenakan belum terbentuknya char

    secara optimal dan masih terkandung

    senyawa volatile pada charcoal   hasil

    karbonisasi.

    2.  Metode turbidimetri kurang sesuai

    untuk analisis kandungan sulfat pada

     penelitian ini, dikarenakan

     penambahan barium klorida

    menyebabkan terbentuknya suspensi

     barium sulfat yang dapat mengendap.

    Dimana seharusnya metode

    turibidimetri digunakan untuk analisis

    senyawa yang membentuk koloid.

    3. 

    Charcoal   hasil karbonisasi pada suhu

    600oC, dapat menurunkan konsentrasi

    sulfat pada limbah cair sintetis.

    Dimana penurunan terbesar terjadi

     pada menit ke-75, untuk massa

    adsorben 2 gram penurunan

    konsentrasi sulfat sebesar 436,18

    mg/L, massa adsorben 4 gram sebesar

    454 mg/L, massa adsorben 6 gram

    sebesar 503,84 mg/L, massa adsorben 8

    gram sebesar 509,81 mg/L dan untuk

    massa adsorben 10 sebesar 581,50

    mg/L. Namun pada menit ke-90,

    terjadi peningkatan konsentrasi sulfat.

    Untuk persentase reduksi sulfat,

    adsorbat yang terserap dengan

    menggunakan adsorben charcoal  pada

    massa 2 gram sebesar 59,5%, massa 4

    gram sebesar 63,5%, massa 6 gram

    sebesar 68,8%, massa 8 gram sebesar

    69.1% dan untuk massa adsorben 10

    gram persentase reduksi sulfat sebesar

    77, 2%.

    Daftar Pustaka

    Aprianti, M. 2008.  Analisis

     Kandungan Boron, Seng, Mangan dan

    Sulfat dalam Air Sungai Mesjid

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    10/11

     

     sebagai Bahan Baku PDAM Dumai.

    Pekanbaru: FMIPA-UR.

    Atkins. 1990.  Physical Chemistry 9th

     Edition. New York : W. H. Freeman

    and Company.

    Cao, Wei., Dang, Zhi., Yuan, Bao-Ling.,

    Shen, Chun-Hua., Kan, Jin. dan Xue,

    Xiu-Ling. 2013. Sorption Kinetics of

    Sulphate Ions on Quaternary

     Ammonium-Modified Rice Straw.

     Journal of Industrial and Engineering

    Chemistry. 20 (2014) 2603 – 2609.

    European Council of Chemical

    Manufacturers’ Federations (CEFIC).

    1986. Test Methods for Activaed

    Carbon. European: Brussels.

    Greenwood NN, Earnshaw A. 1984.

    Chemistry of the Elements. England:

    Oxford PergamonPress.

    Inglezakis, V.J. & Poulopoulos, S.G.

    2006. Adsorption, Ion Exchage and

    Catalysis Design of Operations and

     Environmental Applications.

     Netherlands: Elsevier.

    Koumaiti, S., Riahi, K., Ounaies, F. and

    Ben Thayer, B. 2011. Kinetic

    Modelling of Liquid-Phase

    Adsorption of Sulfate onto Raw Date

    Palm Seeds.  Journal of

     Environmental Science and

     Engineering . 5 :1570-1580

     Namasivayam C. & Sangeetha, D.. 2007.

    Application of Coconut Coir Pith For

    the Removal of Sulfate and Other

    Anions from Water.  Elsevier B.V

     Desalination. 219 (2008): 1 – 13.

    Republik Indonesia. 2001. Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia tahun

    2001 tentang Pengelolaan Kualitas

    Air Minum dan Pengendalian

    Pencemaran Air. Sekretariat Negara.

    Jakarta.

    Speight, James G. 2005.  Handbook of

    Coal Analysis. New Jersey: John

    Wiley & Sons, Inc.

    Worch, Eckhard. 2012. Adsorption

    Technology in Water Treatment

    Fundamentals, Processes and

    Modeling. Berlin: Walter de Gruyter

    GmbH & Co. KG.

  • 8/17/2019 Adsorpsi Sulfat Menggunakan Charcoal Hasil Karbonisasi Jurnal

    11/11