ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

74
ADSORPSI ION Cd 2+ DAN Cr 6+ PADA LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN KULIT SINGKONG HASRIANTI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Transcript of ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

Page 1: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR

MENGGUNAKAN KULIT SINGKONG

HASRIANTI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

2

ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN KULIT SINGKONG

Disusun & diajukan oleh

HASRIANTI

Nomor Pokok: P0302210002

Menyetujui, Komisi Penasehat

__________________ Prof. Dr. M. Sjahrul, M.Agr

Ketua

__________________ Dr. Paulina Taba, M.Phil

Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi PLH PPS-UNHAS

_____________________ Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc

Page 3: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

3

PRAKATA حِيْمِ حْمنِ الرَّ ِ الرَّ سْمِ اللّه ِِ بِ

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

berkat rahmat-Nya jualah sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil

pengamatan penulis terhadap timbulnya berbagai jenis pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan industri, dalam kegiatan tersebut menghasilkan limbah yang perlu dilakukan pengolahan agar tidak mencemari lingkungan. Penulis bermaksud menyumbangkan sebuah konsep untuk pengolahan limbah cair industri yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) khususnya logam berat dengan menggunakan limbah padat dari industri lain yaitu limbah kulit singkong dari industri tapioka. Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan tesis penelitian ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka tesis penelitian ini selesai pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda Baco Dg. Ngempo dan Ibunda tercinta Jumaliah yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkanku dengan penuh pengorbanan serta selalu memotivasi penulis untuk senantiasa berkarya dan beribadah. Salam hormat dan maafku bila ananda belum mampu memberikan yang terbaik.

2. Prof. Dr. M. Sjahrul, M. Agr sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Dr. Paulina Taba, M. Phil sebagai Anggota Komisi Penasehat terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap penulisan tesis penelitian ini.

3. Seluruh Staf pengajar dan pegawai akademik Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Para keluarga, dan adik-adikku tersayang Briptu Kamaruddin, Sudomo, Sunarti dan Sumarni yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta do‟anya.

5. Teman-teman PLH Angkatan 2010 „‟ Pak Lasire, Hasyim, Kak Sakinah, Kak Eryk, Pak Gede‟, Wayan, Kak Yusri, Kak Fiah, Kak Rahma, Kak Alam, Kak Roem, Kak Iman, Kak Odha, Vera, Kak Akhir, Ibu Ria, Kak Imhe, dan Amel „‟, tak lupa juga teman-teman PLH 2011 ” Jeng Mimi, Kak Zamrud Intani, dan Kak Sidiq yang telah banyak memberikan inspirasi dan motivasi, Thank‟s atas segala kenangan indah yang kalian berikan selama perkuliahan, serta senantiasa saling memberikan dukungan dan do‟anya dalam penyelesaian tesis ini.

Page 4: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

4

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan partisipasi dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis memanjatkan do‟a kepada Allah SWT, semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis baik berupa moril maupun materi mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.

Makassar, Agustus 2012

Hasrianti

Page 5: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

5

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

DAFTAR SIMBOL

ABSTRAK

ABSTRACT

x

xi

xii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 5

E. Ruang Lingkup Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Pencemaran Air 6

B. Logam Berat

1. Logam Kadmium (Cd)

2. Logam Krom (Cr)

8

10

11

C. Adsorpsi 13

D. Waktu Kontak 14

E. pH 15

F. Kapasitas Adsorpsi 16

G. Isotermal Adsorpsi

1. Isotermal Langmuir

2. Isotermal Freundlich

19

20

20

H. Potensi Kulit Singkong sebagai Adsorben Logam Berat 21

I. Kerangka Konseptual 23

Page 6: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

6

J. Hipotesis 25

III. METODE PENELITIAN 27

A. Rancangan Penelitian 27

B. Lokasi dan Waktu 27

C. Bahan dan Alat 27

D. Teknik Pengambilan Sampel 28

E. Prosedur Kerja 28

F. Pengolahan Data 30

G. Analisis Data 31

H. Diagram Alir Penelitian 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 33

A. Penentuan Waktu Kontak Optimum 33

B. Penentuan pH Optimum 34

C. Penentuan Kapasitas Adsorpsi 37

D. Adsorpsi Ion Cd2+ dan Cr6+ dari Limbah Cair 42

V. PENUTUP 45

A. Kesimpulan 45

B. Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 51

Page 7: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

7

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Klasifikasi umum dari bahan pencemar air 8

2. Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip

HSAB pearson

18

3. Komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya

berdasarkan bahan kering

22

4. Jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi sebagai fungsi waktu

kontak

34

5. Jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi sebagai fungsi pH 36

6. Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai

fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1

37

7. Jumlah ion Cr6+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai

fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1

39

8.

9.

Hasil pemeriksaan kualitas air limbah rumah sakit Ibnu Sina

Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi dari limbah cair dengan

menggunakan kulit singkong

43

44

Page 8: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

8

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Kerangka konseptual 24

2. Diagram alir penelitian 30

3. Pengaruh waktu kontak terhadap jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang

diadsorpsi 34

4 Pengaruh pH terhadap jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi 36

5 Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai

fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1 37

6 Isotermal Langmuir dari adsorpsi ion Cd2+ oleh kulit singkong 38

7 Isotermal Freundlich dari adsorpsi ion Cd2+ oleh kulit singkong 38

8 Jumlah ion Cr6+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai

fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1 40

9 Isotermal Langmuir dari adsorpsi ion Cr6+ oleh kulit singkong 41

10 Isotermal Freundlich dari adsorpsi ion Cr6+ oleh kulit singkong

41

Page 9: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

9

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Skema pembuatan adsorben kulit singkong 47

2. Skema kerja penentuan waktu kontak optimum adsorpsi 48

3. Skema kerja penentuan pengaruh pH optimum adsorpsi 49

4. Skema kerja penentuan kapasitas adsorpsi 50

5. Skema kerja adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dari limbah cair 51

6. Hasil penentuan waktu kontak optimum adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+

kulit singkong dengan konsentrasi 10 mg/L

52

7. Hasil penentuan pH optimum adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ kulit

singkong dengan konsentrasi 10 mg/L

53

8. Hasil penentuan isotermal adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ pada

adsorben kulit singkong

54

9 Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cd2+

pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Langmuir

55

10 Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cd2+

pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Freundlich

56

11 Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cr6+

pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Langmuir

57

12 Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cr6+

pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Freundlich

58

13 Hasil penentuan jumlah adsorpsi ion Cd2+ kulit singkong dari

limbah cair

59

Page 10: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

10

DAFTAR SIMBOL

B = Intensitas adsorpsi (L/mg)

Co = Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = Konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L)

K = Kapasitas adsorpsi isotermal Freundlich (mg/g)

Mesh = Satuan untuk ukuran ayakan

M = Massa adsorben yang digunakan (g)

N = Intensitas adsorpsi isotermal Freundlich (L/g)

Ppm = Part per million

qe = Jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

Qo = Kapasitas adsorpsi (mg/g)

T = waktu

V = Volume larutan ion logam (L)

Wa = Jumlah adsorben, Kulit Singkong (g)

X = Jumlah zat terlarut yang diserap (mg)

Page 11: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

11

ABSTRAK

HASRIANTI. Adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ pada limbah cair menggunakan

kulit singkong (dibimbing oleh M. Sjahrul dan Paulina Taba). Penelitian ini bertujuan menentukan (1) kondisi optimum (waktu

dan pH) adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dengan menggunakan kulit singkong, (2) kapasitas adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dengan menggunakan kulit singkong, dan (3) jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi dari limbah cair dengan menggunakan kulit singkong.

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan di bak penampungan limbah cair rumah sakit umum Ibnu Sina dan dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak optimum yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dengan menggunakan kulit singkong adalah 3 jam perendaman dan pH optimum adalah 6,1. Adsorpsi ion Cd2+ oleh kulit singkong lebih sesuai dengan isotermal adsorpsi Freundlich dengan nilai k = 0,0423 mg/g sedangkan adsorpsi ion Cr6+ lebih sesuai dengan isotermal adsorpsi Langmuir dengan nilai Qo = 12,82 mg/g. Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi dari limbah cair dengan menggunakan kulit singkong yaitu sebanyak 0,00014 mg/g.

Kata kunci: Adsorpsi, ion Cd2+ dan Cr6+ , isotermal adsorpsi, kulit singkong

Page 12: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

12

ABSTRACT

HASRIANTI. Adsorption of Cd2+ and Cr6+ ions in waste water using cassava skin (Supervised by M. Sjahrul and Paulina Taba).

This study aims to determine (1) under optimum conditions (time and pH) and Cr6+ Cd2+ ions adsorption using cassava skin, (2) ion adsorption capacity of Cd2+ and Cr6+ using cassava skin, and (3) the number of ions adsorbed Cd2+ and Cr6+ of waste water by using cassava skin. The research was conducted at the Central Health Laboratory of Makassar.

The method used in research is descriptive. Sampling was carried out in tanks of liquid waste Ibnu Sina general hospitals and were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Data were analyzed descriptively reported in tables and graphs.

The results showed that the optimum contact time required for adsorption Cd2+ and Cr6+ ions using cassava skin is 3 hours of immersion and the optimum pH is 6,1. Cd2+ ion adsorption by the skin more cassava Freundlich adsorption isotherm according to the value of k = 0,0423 mg/g while the adsorption of ion Cr6+ more in line with the Langmuir adsorption isotherm with a value of Qo = 12,82 mg/g. Amount of adsorbed ions Cd2+ waste water by using the skin as much cassava 0,00014 mg/g .

Key words: Adsorption, Cd2+ and Cr6+ Ions, Isothermal Adsorption, Cassava Skin

Page 13: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan makhluk hidup

di dunia. Namun saat ini, sebagian besar air telah tercemar oleh polutan-

polutan berbahaya yang dapat menimbulkan masalah bagi kehidupan. Air

buangan atau limbah cair yang berasal dari kegiatan industri merupakan

penyebab utama terjadinya pencemaran air (Wardhana, 1995). Berbagai

polutan telah dilaporkan sebagai bahan berbahaya, salah satu

diantaranya adalah logam berat yang telah dilaporkan baik di Negara maju

maupun Negara yang sedang berkembang (Darmono, 1995).

Permasalahan pencemaran air juga telah terjadi di Sungai Tallo

kota Makassar. Menurut BLHD, enam perusahaan diduga melakukan

pencemaran dengan membuang limbah cair yang mengandung bahan

berbahaya dan beracun (B3) di sepanjang Sungai Tallo, salah satu

diantaranya adalah logam berat. Enam perusahaan tersebut yakni

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tallo, PT. Iradat Aman, PT.

Sewatama, PT. Makassar Tene, PT. Katingan Timber Celebes (KTC), dan

Rumah Sakit Umum Ibnu Sina. Pencemaran tersebut diduga terjadi

karena perusahaan tersebut tidak melakukan pengolahan limbah terlebih

Page 14: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

14

dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Letak perusahaan tersebut

berada di sepanjang Sungai Tallo sehingga potensi pencemaran cukup

tinggi (Fajar Makassar, 2010).

Menurut Darmono (2006), logam berat yang berbahaya terutama

yang mencemari lingkungan adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsen (As),

kadmium (Cd), krom (Cr), dan nikel (Ni). Logam kadmium (Cd) merupakan

unsur logam berat yang paling beracun setelah Merkuri (Hg). Kadmium

merupakan logam toksisitas kronis yang biasanya terakumulasi di dalam

tubuh terutama dalam ginjal. Keracunan kadmium (Cd) dalam waktu lama

bersifat toksik terhadap beberapa macam organ yaitu paru-paru, tulang,

hati, dan ginjal.

Disamping kadmium, logam krom merupakan logam berbahaya

dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan. Krom mempunyai

daya racun yang tinggi dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan

akut serta keracunan kronis. Efek samping dari bentuk krom hexavalen

pada kulit adalah termasuk dermatitis, dan reaksi alergi kulit. Selain itu

menyebabkan timbulnya gejala pernafasan termasuk batuk, sesak napas,

dan hidung gatal. Logam-logam tersebut dapat terakumulasi dalam rantai

makanan, maka perhatian yang serius telah dilakukan untuk menemukan

metode yang efektif dan efisien untuk menghilangkannya dari air limbah

industri (Darmono, 1995). Menurut Hariani dkk (2009), usaha-usaha

pengendalian limbah ion logam belakangan ini semakin berkembang,

yang mengarah pada upaya-upaya pencarian metode-metode baru yang

Page 15: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

15

murah, efektif, dan efisien. Beberapa metode kimia maupun biologis telah

dicoba untuk menghilangkan logam berat yang terdapat di dalam limbah,

diantaranya adsorpsi, pertukaran ion (ion exchange), dan pemisahan

dengan membran. Proses adsorpsi lebih banyak dipakai dalam industri

karena mempunyai beberapa keuntungan, yaitu lebih ekonomis dan juga

tidak menimbulkan efek samping yang beracun serta mampu

menghilangkan bahan-bahan organik.

Penggunaan bahan biomaterial sebagai penyerap ion logam

berat merupakan alternatif yang dapat digunakan. Sejumlah biomaterial

seperti lumut, daun teh, sekam padi serta beberapa organisme air, begitu

juga dari bahan nonbiomaterial seperti perlit, tanah gambut, lumpur aktif

dan lain-lain telah digunakan sebagai bahan penyerap logam-logam berat

dalam air limbah (Hariani dkk, 2009). Berbagai jenis adsorben telah

digunakan untuk menghilangkan logam berat. Contoh adsorben adalah

berbagai variasi limbah pertanian yang digunakan untuk menghilangkan

ion logam berat (Kahraman dkk, 2008), sekam padi untuk menghilangkan

logam Cd dan Cr (Khan dkk, 2004), kulit singkong untuk menghilangkan

logam Cu dan Pb (Pinandari, 2010), kulit singkong untuk menghilangkan

logam Cu dan Zn (Agiri dan Akaranta, 2009), dan kitosan untuk

menghilangkan logam Zn2+ (Karthikeyan dan Muthulakshmi ,2004).

Limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang

mampu mengurangi kadar logam berat berbahaya. Berdasarkan beberapa

hasil penelitian menyatakan bahwa kulit singkong memiliki kandungan

Page 16: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

16

protein, sellulosa non-reduksi, serat kasar yang tinggi dan HCN (asam

sianida). komponen-komponen tersebut mengandung gugus –OH, –NH2,

–SH dan –CN yang dapat mengikat logam (Anonim, 2010). Kulit singkong

mengandung C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat carbon

yang tinggi, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74% ,

N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air)

sebesar 11,4% (Akanbi, 2007). Selain itu, menurut Hanifah dkk (2010),

kulit singkong juga mengandung 459, 56 ppm HCN (asam sianida).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, perumusan

masalah penelitian adalah:

1. Berapakah kondisi optimum (waktu dan pH) adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+

menggunakan kulit singkong ?

2. Berapakah kapasitas adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ menggunakan kulit

singkong?

3. Berapakah jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi dari limbah cair

menggunakan kulit singkong?

C. Tujuan Penelitian

1. Menentukan kondisi optimum (waktu dan pH) adsorpsi ion Cd2+ dan

Cr6+ menggunakan kulit singkong.

2. Menentukan kapasitas adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ menggunakan kulit

singkong.

Page 17: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

17

3. Menentukan jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi dari limbah cair

menggunakan kulit singkong.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada Pemerintah dan pihak Industri dalam

mengelola kegiatan industri yang berwawasan lingkungan agar dapat

meminimalisirkan terjadinya pencemaran lingkungan khususnya

pencemaran logam berat.

2. Memberikan informasi mengenai adanya teknologi pengolahan limbah

alternatif yang menggunakan limbah kulit singkong yang dapat

diaplikasikan terhadap berbagai jenis limbah, agar limbah tersebut

aman sebelum dibuang ke lingkungan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada kajian adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ pada

limbah cair dengan menggunakan kulit singkong, mencakup kondisi

optimum (waktu dan pH), kapasitas adsorpsi dan jumlah ion Cd2+ dan

Cr6+ yang diadsorpsi dari limbah cair dengan menggunakan kulit

singkong.

Page 18: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran Air

Pencemaran air atau polusi air dapat diartikan berbeda oleh satu

orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang

merumuskan definisi istilah tersebut. baik dalam kamus atau buku teks

ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan

Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan

hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek

operasionalnya. pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan

secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen komponen

lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut,

pencemaran air tanah dan pencemaran udara (Warlina, 2004).

Dalam PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran

Air. “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan

manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi agi sesuai dengan peruntukannya”

Page 19: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

19

(Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan

sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian,

aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat.

Pencemaran air juga merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari

keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam

semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan

berarti bahwa semua air sudah tercemar. Walaupun di daerah

pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan

bebas dari pencemaran air, air hujan yang turun di atasnya selalu

mengandung bahan-bahan terlarut. seperti CO2, O2 dan N2, serta bahan-

bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang

terbawa air hujan dari atmosfer (Warlina, 2004).

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya

pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau

komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar.

Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang

pada prakteknya berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan

limbah cair. Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik,

diantaranya berbagai jenis logam berat yang berbahaya, yang beberapa di

antaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga

diproduksi secara kontinyu dalam skala industri (Palar, 1994).

Page 20: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

20

Bahan pencemar air secara umum dapat diklasifikasikan seperti

pada Tabel 1. Tidak semua perairan mengandung bahan pencemar yang

sama karena terjadinya pencemaran ditentukan oleh banyak faktor.

Tabel 1. Klasifikasi umum dari bahan pencemar air

Jenis Bahan Pencemar Pengaruhnya

Unsur-unsur renik

Senyawa organ logam

Polutan anorganik

Asbestas

Hara-ganggang

Radionuklida

Zat pencemar organik renik

Pestisida

PCB

Carsinogen

Limbah minyak

Patogen

Detergen

Sedimen

Rasa. Bau dan Warna

Kesehatan. biota akuatik

Transpor logam

Toksisitas, biota akuatik

Kesehatan manusia

Eutrofikasi

Toksisitas

Toksisitas

Toksisitas. biota akuatik. satwa liar

Kesehatan manusia

Penyebab kanker

Satwa liar, estetik

Kesehatan

Introfikasi, estetik

Kualitas air, estetik

Estetik

Sumber: Manahan, 1994.

B. Logam Berat

Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan air sudah

semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan

kimia yang kadang kala sangat berbahaya dan beracun meskipun dalam

Page 21: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

21

konsentrasi yang masih rendah seperti bahan pencemar logam-logam

berat (Achmad, 2004).

Istilah logam berat sebetulnya dapat dipergunakan secara luas

terutama dalam perpustakaan ilmiah. Karakteristik dari kelompok logam

berat antara lain memiliki gravitas spesifik yang sangat besar yaitu lebih

dari 4, mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur

lantanida, mempunyai respon biokimia khas pada organisme hidup (Palar,

1994).

Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai

keperluan. oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala industri.

Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan

sehari-hari berarti secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja

maupun tidak sengaja. telah mencemari lingkungan (Fardiaz, 1992).

Logam berat berbahaya yang terutama mencemari lingkungan

adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsen (As), kadmium (Cd), krom (Cr),

dan nikel (Ni). Logam-logam berat diketahui dapat terakumulasi di dalam

tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu

yang lama sebagai racun. Dua macam logam berat yang sering

mengkontaminasi air adalah merkuri dan timbal (Darmono, 2006).

Menurut Palar (1994), logam berat masih termasuk golongan logam

dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain.

Perbedaanya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini

berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Sebagai

Page 22: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

22

contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski dalam

jumlah agak berlebihan, logam tersebut tidaklah menimbulkan pengaruh

yang buruk terhadap tubuh karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam

darah untuk mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam berat baik itu

logam berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga (Cu) bila masuk

ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-

pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh.

Menurut Palar (2004), logam berat berdasarkan sifat racunnya

dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu :

a. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian ataupun gangguan

kesehatan yang pulih dalam waktu yang singkat. logam-logam tersebut

adalah Hg, Pb, Cd, Cr dan As.

b. Moderat. yaitu mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang pulih

maupun tidak dalam waktu yang relatif lama. logam-logam tersebut

adalah Ba, Be, Cu, Au, Li, Mn, Se, Te, Co dan Rb.

c. Kurang beracun. logam ini dalam jumlah besar menimbulkan gangguan

kesehatan. logam-logam tersebut adalah Al, Bi, Co, Fe, Ca, Mg, Ni, K,

Ag, Ti dan Zn.

d. Tidak beracun. yaitu tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Logam-

logam tersebut adalah Na, Al, Sr dan Ca.

1. Logam Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran

yang sangat luas di alam, logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40

Page 23: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

23

dengan titik cair 321oC dan titik didih 765oC. Di alam Cd bersenyawa

dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS) yang ditemui

bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam

lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara

bebas dan gas amonia (NH3) (Palar, 2004).

Kadmium yang bervalensi dua (Cd2+) merupakan bentuk terlarut

stabil dalam lingkungan perairan laut pada pH dibawah 8,0. Kadar Cd di

perairan alami berkisar antara 0,29-0,55 ppb dengan rata-rata 0,42 ppb.

Dalam lingkungan alami yang bersifat basa, kadmium mengalami

hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan

kompleks dengan bahan organik. Di perairan alami, Cd membentuk ikatan

baik dengan ligan organik maupun anorganik. seperti Cd(OH)+, CdCl+,

CdSO4, CdCO3 dan Cd organik (Sanusi, 2006).

2. Logam Krom (Cr)

Menurut Fardiaz (1992), krom memiliki sifat-sifat yang berbeda-

beda sesuai dengan tingkat ionitas senyawa yang terbentuk dari ion Cr2+

yang bersifat basa dari ion Cr3+ yang bersifat ampoter dan dari ion Cr6+

yang bersifat asam. Apabila limbah yang banyak mengandung Cr masuk

ke dalam perairan dapat terakumulasi ke dalam tubuh organisme

sehingga dapat membahayakan organisme di dalam perairan dan dapat

bersifat racun yang dapat menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah

kecil. Masalah yang timbul karena limbah logam berat (krom) cukup rumit

Page 24: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

24

karena mempunyai sifat racun, tidak dapat hancur oleh organisme, dapat

diakumulasi dalam tubuh organisme maupun manusia, langsung maupun

tidak langsung.

Krom merupakan logam transisi yang penting, senyawanya berupa

senyawa kompleks yang memiliki berbagai warna yang menarik, berkilau,

titik lebur pada suhu yang tinggi serta tahan terhadap perubahan cuaca

(James, 1989). Selain itu pelapisan logam dengan kromium menghasilkan

paduan logam yang indah, keras, dan melindungi logam lain dari korosi.

Sifat-sifat kromium inilah yang menyebabkan logam ini banyak digunakan

dalam industri elektroplating, penyamakan kulit, cat tekstil, fotografi,

pigmen (zat warna), besi baja, dan industri kimia. Dilain pihak logam

kromium ini juga dapat menimbulkan kerugian bagi lingkungan tanah,

udara, dan terutama lingkungan air yang sangat vital bagi kehidupan

manusia apabila tidak dikendalikan dengan baik (Darmono, 1995).

Air yang mengandung ion Cr3+ dapat menimbulkan masalah karena

ion logam ini dapat berubah menjadi ion Cr6+ yang bersifat toksik (racun),

karena jika terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kanker dan

perubahan genetik. Hal ini dapat terjadi karena krom dapat merusak sel-

sel di dalam tubuh (Huheey, 1986). Cr3+ esensial bagi mamalia untuk

metabolisme gula, ptotein, dan lemak. Senyawanya lebih stabil di air serta

sifat racunnya tidak terlalu besar. Berbeda dengan Cr6+ karena bersifat

sangat oksidatif. Batas maksimum Cr6+ yang diperbolehkan dalam air

sehat 0,05 mg/L sedangkan dalam air limbah 0,1 mg/L (DepKes RI, 1988).

Page 25: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

25

C. Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses fisik atau kimia dimana senyawa

berakumulasi di permukaan (interface) antar dua fase. Interface

merupakan suatu lapisan yang homogen antara dua permukaan yang

saling berkontak. Substansi yang diserap disebut adsorbat sedangkan

material yang berfungsi sebagai penyerap disebut adsorben (Anonim,

2011).

Menurut Anonim (2011), mekanisme yang terjadi pada proses

adsorpsi yaitu :

1. Molekul-molekul adsorben berpindah dari fase bagian terbesar larutan

ke permukaan interface. yaitu lapisan film yang melapisi permukaan

adsorben atau eksernal.

2. Molekul adsorben dipindahkan dari permukaan ke permukaan luar dari

adsorben (exterior surface).

3. Molekul-molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan luar adsorben

menyebar menuju pori-pori adsorben. Fase ini disebut dengan difusi

pori.

4. Molekul adsorbat menempel pada permukaan pori-pori adsorben.

Umumnya adsorpsi ion logam dari larutan ke permukaan adsorben

merupakan adsorpsi fisik dimana gaya yang bekerja antar logam berat

dari permukaan karbon aktif adalah gaya Van der Walls dimana tidak

terjadi reaksi reaksi secara kimia atau pengikatan secara ionik logam

dengan adsorben.

Page 26: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

26

Menurut Mufrodi dkk (2008), ada dua metode adsorpsi yaitu

adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Perbedaan dasar antara adsorpsi fisika

dan adsorpsi kimia adalah sifat dari gaya-gaya yang menyebabkan ikatan

adsorpsi tersebut.

1. Adsorpsi fisika

Ikatan Van der Walls. reversible. karena proses penyerapan dapat

lepas kembali ke dalam pelarut, kalor adsorpsi kecil yaitu 5-10 kkal/mol,

kecepatan pembentukan ikatan cukup tinggi, regenerasi dapat dilakukan,

terjadi pada suhu rendah, makin tinggi suhu tingkat penyerapan semakin

kecil.

2. Adsorpsi kimia

Ikatan kimia irreversible, karena proses penyerapan tidak dapat

dilepas kembali ke dalam pelarut, kalor adsorpsi besar yaitu 10-100

kkal/mol, kecepatan pembentukan ikatan bisa lambat bisa cepat,

tergantung besarnya energi aktivasi. Regenerasi tidak dapat dilakukan.

terjadi pada suhu tinggi, makin tinggi suhu tingkat penyerapan semakin

besar.

D. Waktu Kontak

Waktu untuk mencapai keadaan setimbang pada proses serapan

logam oleh adsorben berkisar antara beberapa menit hingga beberapa

jam (Khasanah, 2009). Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan

adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju peristiwa

Page 27: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

27

adsorpsi disertai dengan terjadi desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa

adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga

adsorpsi berlangsung cepat.

Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cenderung berlangsung

lambat pada keadaan berkesetimbangan tidak teramati perubahan secara

makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses

adsorpsi adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi

yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum, waktu

tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme secara fisika

(physisorption) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme

secara kimia (chemisorptions) (Castellans, 1982).

E. pH

Tingkat keasaman atau pH mempunyai pengaruh dalam proses

adsorpsi. pH optimum dari suatu proses adsorpsi ditetapkan melalui uji

laboratorium. pH mempengaruhi sisi aktif biomassa serta berpengaruh

pada mekanisme adsorpsi ion logam. Pada pH rendah adsorpsi ion logam

relatif kecil. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada kondisi asam. gugus

fungsi yang terdapat pada adsorben terprotonasi, sehingga terjadi

pengikatan ion hidrogen (H+) dan ion hidronium (H3O+) (Oscik, 1991).

Sementara itu, ion-ion logam dalam larutan sebelum teradsorpsi oleh

adsorben terlebih dahulu, mengalami hidrolisis, menghasilkan proton

(Adamson, 1990).

Page 28: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

28

Menurut Elliott, dkk (1986) dalam kondisi asam permukaan

adsorben juga bermuatan positif sehingga terjadi tolakan antara

permukaan adsorben dengan ion logam, akibatnya adsorpsi rendah.

Sementara itu pada pH tinggi adsorpsi relatif tinggi, hal ini dapat terjadi

karena kompleks hidrokso logam (MOH+) yang akan terbentuk didalam

larutan lebih banyak, demikian juga permukaan adsorben akan bermuatan

negatif dengan melepaskan proton sehingga melalui gaya elektrostatik

akan terjadi tarik menarik yang menyebabkan peningkatan adsorpsi.

F. Kapasitas Adsorpsi

Proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan

konsentrasi yang rendah dari campuran yang mengandung bahan lain

dengan konsentrasi tinggi. Konsentrasi dalam larutan berpengaruh pada

pengambilan spesifik ion logam dan dengan adanya variasi konsentrasi

maka dapat ditentukan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan

isotermal adsorpsi. Adsorpsi diikuti dengan pengamatan isotermal

adsorpsi yaitu hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi

persatuan berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut pada

temperatur tertentu atau tetap yang dinyatakan dengan kurva.

Permukaan zat padat dapat mengadsorpsi zat terlarut dari

larutannya. Hal ini disebabkan karena adanya pengumpulan molekul-

molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai akibat

ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan tersebut. Kekuatan

interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat

Page 29: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

29

maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan

komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben

dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka

komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan

komponen yang kurang polar.

Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lunaknya dari

adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan

kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan

(polarizing power cation). Kation yang mempunyai kemampuan besar

untuk mempolarisasi anion cenderung bersifat keras. Kemampuan yang

besar suatu kation untuk mempolarisasi anion dimiliki oleh ion-ion logam

dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya

kemampuan yang kecil suatu kation untuk mempolarisasi anion dimiliki

oleh logam-logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil,

sehingga diklasifikasikan sebagai ion lunak. Sedangkan pengertian keras

untuk anion yaitu kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi

(polarisabilitas anion) akibat medan listrik dari kation. Anion yang bersifat

keras adalah anion yang berukuran kecil, muatan besar dan

elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lunak dimiliki oleh anion dengan

ukuran besar, muatan kecil dan elektronegativitas yang rendah. Ion logam

keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lunak berikatan

kuta dengan anion lunak (Castellans, 1982). Menurut Pearson (1963)

mengklasifikasikan asam-basa Lewis menurut sifat keras dan lunaknya.

Page 30: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

30

Рusat aktif pada permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang

dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan dikelompokkan

menurut sifat keras dan lunaknya berdasarkan pada polarisabilitas unsur.

Pearson (1963), mengemukakan suatu prinsip yang disebut Keras

Lunak Asam Basa (Hard and Soft Acid Base. HSAB). Ligan-ligan dengan

atom yang sangat elektronegatif dan berukuran kecil merupakan basa

keras. sedangkan ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya

mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lunak.

Ion-ion logam yang berukuran kecil namun bermuatan positif yang besar,

elektron terluarnya tidak mudah dipengaruhi oleh ion dari luar

dikelompokkan ke dalam asam keras. Ion-ion logam yang berukuran

besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah

dipengaruhi oleh ion lain. dikelompokkan ke dalam asam lunak.

Pengelompokan asam-basa menurut prinsip HSAB Pearson dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip HSAB Pearson

Keras (Golongan A)

Perbatasan Lunak (Golongan B)

Asam H+, Li+, Na+, K+

Be2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+ BF3, BCl3, B(OR)3 Al3+, Al(CH3)3, AlCl3, AlH3

Cr3+, Mn2+, Fe3+, Co3+

Fe2+, Co2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+ Rh3+, Ir3+, Ru3+, O8

2+

Cu+, Ag+, Au+, Cd2+, Hg2

2+, Hg2+, CH3Hg+, [Co(CN)5

3-], Pd2+, Pt2+, Pt4+

Page 31: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

31

Basa F-, Cl- H2O, OH-, O2- ROH, RO-, R2O, CH3COO- NO3

-, ClO4-

CO32-, SO4

2-, PO43-

NH3, RNH2, N2H4

Br-

NO2-, N3

- SO3

2- C6H5NH2, C5H5N, N2

H- I- H2S, HS-, S2- RSH, RS-, R2S SCN-, CN-, RNC, CO S2O3

2- R3P, (RO)3P, R3As C2H4, C6H6

Sumber: Pearson (1963)

Menurut prinsip HSAB, asam keras akan berinteraksi dengan basa

keras untuk membentuk kompleks, begitu juga asam lunak dengan basa

lunak. Interaksi asam keras dengan basa keras merupakan interaksi ionic,

sedangkan interaksi asam lunak dengan basa lunak, interaksinya lebih

bersifat kovalen.

Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorpsi dari suatu

adsorben. Adsorben dengan porositas yang besar mempunyai

kemampuan menyerap yang lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben

yang memiliki porositas kecil. Untuk meningkatkan porositas dapat

dilakukan dengan mengaktivasi secara fisika seperti mengalirkan uap air

panas ke dalam pori-pori adsorben, atau mengaktivasi secara kimia.

Salah satu cara mengaktivasi adsorben secara kimia adalah aktivasi

selulosa melalui penggantian gugus aktif –OH pada selulosa dengan

gugus HSO3- melalui proses sulfonasi (Gellerstedt, 1976).

G. Isotermal Adsorpsi

Isotermal adsorpsi menggambarkan konsentrasi yang bergantung

pada kesetimbangan distribusi ion-ion logam antara larutan dan fase

padat pada suhu tetap. Untuk mendapatkan data kesetimbangan,

Page 32: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

32

konsentrasi awal dibuat bervariasi sedangkan massa adsorben dalam tiap

sampel tetap. Untuk menguji hubungan data antara adsorben dan

konsentrasi larutan pada kesetimbangan digunakan model isotermal

adsorpsi yaitu model isotermal Langmuir dan Freundlich (Nomanbhay dan

Palanisamy. 2005).

1. Isotermal Langmuir

Isotermal Langmuir mengasumsikan adsorpsi lapisan tunggal pada

permukaan yang mengandung sejumlah tertentu pusat adsorpsi dengan

energi-energi adsorpsi yang seragam tanpa perpindahan adsorbat pada

bidang permukaan (Nix, 2001).

Bentuk linear dari persamaan isotermal Langmuir ditunjukkan pada

persamaan:

Ce adalah konsentrasi kesetimbangan (mg/L). qe adalah jumlah zat yang

diadsorpsi per gram adsorben (mg/g). Qo adalah kapasitas adsorpsi dan b

adalah intensitas adsorpsi.

2. Isotermal Freundlich

Isotermal Freundlich ini digunakan pada energi permukaan yang

heterogen dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Bentuk linear dari

isoterm Freundlich ditunjukkan oleh persamaan:

Page 33: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

33

dimana x adalah jumlah zat terlarut yang diadsorpsi. m adalah gram

adsorben yang digunakan. C adalah konsentrasi kesetimbangan larutan. k

dan n merupakan konstanta yang menggabungkan seluruh faktor yang

mempengaruhi proses adsorpsi seperti kapasitas dan intensitas adsorpsi

(Namasivayam. 2001).

H. Potensi Kulit Singkong Sebagai Adsorben Logam Berat

Kulit singkong merupakan limbah hasil pengupasan pengolahan

produk pangan berbahan dasar umbi singkong, jadi keberadaannya

sangat dipengaruhi oleh eksistensi tanaman singkong yang ada di

Indonesia. Kulit singkong terkandung dalam setiap umbi singkong dan

keberadaannya mencapai 16% dari berat umbi singkong tersebut.

Diketahui produksi umbi singkong pada tahun 2008 adalah sebanyak 20,8

juta ton, artinya potensi kulit singkong di Indonesia mencapai angka 3,3

juta ton/tahun (Supriyadi, 1995).

Indonesia penghasil singkong terbesar ketiga di dunia. Secara

umum singkong-singkong tersebut diolah menjadi makanan ringan atau

sebagai bahan baku pembuatan sagu. Sementara itu, kulit singkong

banyak dibuang karena dianggap tak punya nilai guna bagi masyarakat.

Pemanfaatannya hanya sebatas untuk pakan ternak. Limbah kulit

singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang mampu mengurangi

Page 34: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

34

kadar logam berat berbahaya. Logam-logam yang dapat diserap seperti

timbal (Pb2+), tembaga (Cu2+) dan kadmium (Cd2+). Disebut logam berat

berbahaya karena konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya.

Singkong memiliki kandungan nutrisi yang berbeda pada setiap

bagiannya. Komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya dapat

dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3. Komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya

berdasarkan bahan kering

Kandungan nutrisi

Daun (%)

Batang (%)

Umbi (%)

Kulit umbi (%)

Protein kasar Serat kasar Ekstrak eter Abu Ekstrak tanpa N Ca P Mg Energi metabolis

23,2 21,9 4,8 7,8

42,2 0,972 0,576 0,451 2590

10,9 22,6 9,7 8,9

47,9 0,312 0,341 0,452 2670

1,7 3,2 0,8 2,2

92,1 0,091 0,121 0,012 1560

4,8

21,2 1,22 4,2 68

0,36 0,112 0,227 2960

Sumber: Devendra (1977)

Limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang

mampu mengurangi kadar logam berat berbahaya. Berdasarkan beberapa

hasil penelitian menyatakan bahwa kulit singkong memiliki kandungan

protein, sellulosa non-reduksi, serat kasar yang tinggi dan HCN (asam

sianida). komponen-komponen tersebut mengandung gugus –OH, –NH2,

–SH dan –CN yang dapat mengikat logam (Anonim, 2010). Kulit singkong

mengandung C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat carbon

yang tinggi, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74% ,

Page 35: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

35

N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air)

sebesar 11,4% (Akanbi, 2007). Selain itu, menurut Hanifah dkk (2010),

kulit singkong juga mengandung 459, 56 ppm HCN (asam sianida).

I. Kerangka Konseptual

Berbagai aktivitas industri yang ada saat ini mengakibatkan

banyaknya limbah yang dibuang ke lingkungan. Limbah tersebut

utamanya adalah limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada

kesehatan manusia. Penelitian ini mencoba menerapkan sebuah

teknologi pengolahan pada limbah cair rumah sakit umum Ibnu Sina

yaitu proses adsorpsi dengan pemanfaatan kulit singkong sebagai

adsorben. Proses adsorpsi bahan pencemar ion Cd2+ dan Cr6+ dari

limbah cair dengan menggunakan kulit singkong diawali dengan

penentuan kondisi optimum adsorpsi yaitu waktu kontak dan pH serta

kapasitas adsorpsi pada larutan ion logam yang ditentukan dengan

menggunakan isotermal adsorpsi Langmuir dan Freundlich.

Penentuan waktu kontak dan pH optimum dilakukan karena

waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses

adsorpsi. Adsorpsi ion dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila

waktu kontaknya semakin lama. Sedangkan tingkat keasaman atau pH

berpengaruh pada mekanisme adsorpsi ion logam karena dapat

mempengaruhi sisi aktif biomassa.

Page 36: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

36

Adapun hasil akhir proses adsorpsi bahan pencemar ion Cd2+

dan Cr6+ dari limbah cair dengan menggunakan kulit singkong yaitu

untuk memperoleh hasil pengolahan limbah cair dengan konsentrasi ion

Cd2+ dan Cr6+ sesuai standar baku mutu agar limbah cair tersebut aman

untuk dibuang ke lingkungan.

Untuk lebih memahami alur pemikiran penelitian ini. maka perlu

dibuatkan kerangka pikir penelitian dalam melukiskan hubungan

beberapa konsep yang akan diteliti yang arahnya untuk menjawab

rumusan masalah dan disusun secara deskripif dengan hubungan

variabel dan indikatornya dalam bentuk bagan seperti dibawah ini:

Page 37: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

37

Gambar 1. Kerangka konseptual

J. Hipotesis

1. Adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dengan menggunakan kulit singkong

ditentukan oleh kondisi optimum (waktu dan pH).

2. Kapasitas adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dengan menggunakan kulit

singkong ditentukan dengan menggunakan dua model isotermal

adsorpsi yaitu isotermal Langmuir dan Freundlich.

Proses Adsorpsi Bahan Pencemar Ion Cd2+ dan Cr6+ Pada

Limbah Cair

Pembuangan Limbah

Aktivitas Industri

Teknologi

Pengolahan Limbah Kesehatan manusia

Pencemaran

Lingkungan Limbah B3

(Logam Berat Cd dan Cr)

Pemanfaatan kulit singkong

sebagai adsorben

Limbah yang aman

dibuang ke lingkungan

Konsentrasi ion Cd

2+ dan Cr

6+

pada limbah Cair sesuai

standar baku mutu

Page 38: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

38

3. Jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi dari limbah cair rumah sakit

umum Ibnu Sina dengan menggunakan kulit singkong.

Page 39: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan metode

deskriptif dengan maksud mendapatkan informasi tentang adsorpsi ion

Cd2+ dan Cr6+ pada limbah cair dengan menggunakan kulit singkong.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar, sampel limbah cair diambil dari bak penampungan limbah cair

Rumah Sakit Umum Ibnu Sina. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei

sampai Juni 2012.

C. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: sampel

limbah cair, kulit singkong (diambil dari limbah industri tapioka PT. Uma

Pelita Abadi Gowa), larutan H2SO4 3 M, larutan HNO3 pekat, larutan

NaOH, larutan HCl, larutan HNO3 2%, larutan standar kadmium murni

1000 mg/L, larutan standar krom murni 1000 mg/L, kertas saring

Whatman 41, aquadest, plastik penutup botol sampel, dan kertas label.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : jeregen

volume 40 liter, bak volume 1 liter, botol sampel, blender, kompor listrik,

stirrer magnetic, saringan 100 mesh, pH meter, gelas piala, gelas ukur,

Page 40: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

40

labu ukur, corong, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe 6200,

neraca analitik, botol plastik, botol sampel, pipet volume, sendok plastik

dan labu ukur.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel limbah cair diambil pada bak penampungan limbah cair di

Rumah Sakit Umum Ibnu Sina. Limbah tersebut kemudian dilakukan uji

pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi ion Cd2+ dan Cr6+, selanjutnya

akan dimasukkan ke dalam bak pengolahan.

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan adsorben kulit singkong

Kulit singkong dicuci bersih dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran. Setelah itu dijemur dibawah terik matahari

selama 5 hari, kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran 100 mesh

(Pinandari, 2010). Adsorben kulit singkong yang dihasilkan selanjutkan

siap digunakan.

2. Penentuan waktu kontak optimum

Ke dalam 100 mL larutan ion Cd2+ dan Cr6+ 10 mg/L ditambahkan 1

gram adsorben kulit singkong dan diaduk dengan stirrer magnetic pada

suhu kamar selama 1, 3, 6, 9, dan 12 jam. Lalu disaring dengan kertas

saring Whatman 41. Konsentrasi ion Cd2+ dan Cr6+ setelah adsorpsi

ditentukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe 6200.

Setiap percobaan diulangi 2 kali.

Page 41: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

41

3. Penentuan pH optimum

Ke dalam 100 mL larutan ion Cd2+ dan Cr6+ 10 mg/L disiapkan

pada pH 2, 4, 6 dan 8, masing-masing ditambahkan 1 gram adsorben kulit

singkong dan diaduk dengan stirrer magnetic pada suhu kamar selama

waktu optimum. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41.

Konsentrasi ion Cd2+ dan Cr6+ setelah adsorpsi ditentukan dengan

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe 6200. Setiap percobaan

diulangi 2 kali.

4. Penentuan kapasitas adsorpsi

Larutan ion Cd2+ dan Cr6+ dengan konsentrasi 20, 40, 80 dan 160

mg/L disiapkan pada pH optimum. Ke dalam tiap-tiap 100 mL larutan

tersebut ditambahkan 1 gram adsorben kulit singkong dan diaduk dengan

stirrer magnetic pada suhu kamar selama waktu optimum. Lalu disaring

dengan kertas saring Whatman 41. Konsentrasi ion Cd2+ dan Cr6+ setelah

adsorpsi ditentukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe

6200. Setiap percobaan diulangi 2 kali.

5. Adsorpsi Ion Cd2+ dan Cr6+ dari limbah cair

Ke dalam 100 mL limbah cair dengan pH optimum ditambahkan 1

gram adsorben kulit singkong dan diaduk dengan stirrer magnetic pada

suhu kamar selama waktu optimum. Lalu disaring dengan kertas saring

Whatman 41. Konsentrasi ion Cd2+ dan Cr6+ setelah adsorpsi ditentukan

dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe 6200. Setiap

percobaan diulangi 2 kali.

Page 42: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

42

F. Pengolahan Data

Konsentrasi ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi untuk tiap perlakuan

dihitung dari:

Konsentrasi teradsorpsi = konsentrasi awal – konsentrasi akhir

Banyaknya ion-ion logam yang teradsorpsi (mg) per gram adsorben

(kulit singkong) ditentukan menggunakan persamaan:

dimana qe = jumlah ion logam yang teradsorpsi (mg/g)

C0 = konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi

Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi

V = volume larutan ion logam (L)

W = jumlah adsorben, kulit singkong (g)

Kapasitas adsorpsi dihitung dari persamaan Langmuir (Ce/ qe = 1/

Qob + Ce/Qo) atau persamaan Freundlich [log(x/m) = log k + 1/n (log C)

dengan mengalurkan Ce/ qe terhadap Ce untuk persamaan Langmuir atau

log(x/m) terhadap log C untuk persamaan Freundlich. Dari intersep

persamaan Freundlich diperoleh nilai k (kapasitas adsorpsi) dan dari slope

persamaan Langmuir dapat diperoleh nilai Qo yang berhubungan dengan

kapasitas adsorpsi.

Page 43: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

43

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang dilaporkan

dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan program Microsoft

Office Excel 2007. Sampel dianalisis dengan menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Shimadzu tipe AA 6200 untuk

mengetahui jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi dari limbah cair

dengan menggunakan kulit singkong.

Page 44: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

44

H. Diagram Alir Penelitian

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Pengambilan Sampel Limbah dan Uji

pendahuluan Analisis Konsentrasi

Ion Cd2+ dan Cr6+

dengan

SSA

Adsorpsi Ion Cd2+ dan Cr6+

dari limbah cair

Pembuatan Adsorben

Kulit

Singkong

Penentuan Kapasitas Adsorpsi

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan

Penentuan Waktu Kontak

Optimum

Penentuan pH

Optimum

Studi Literatur

Page 45: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Waktu Kontak Optimum

Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam

proses adsorpsi. Adsorpsi ion dari suatu zat terlarut akan meningkat

apabila waktu kontaknya semakin lama. Waktu kontak yang lama

memungkinkan difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang

teradsorpsi berlangsung lebih banyak. Waktu untuk mencapai keadaan

setimbang pada proses serapan logam oleh adsorben berkisar antara

beberapa menit hingga beberapa jam (Khasanah, 2009).

Tabel 4 dan Gambar 3 menunjukkan pengaruh waktu kontak

terhadap jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi. Waktu kontak

optimum adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ terjadi setelah 3 jam dengan jumlah

ion yang diadsorpsi berturut-turut 0,90 mg/g dan 0,95 mg/g. Adsorpsi ion

Cd2+ dan Cr6+ setelah waktu kontak 6, 9 dan 12 jam cenderung menurun,

hal ini disebabkan karena adsorben kulit singkong sudah jenuh dengan

ion logam.

Page 46: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

46

Tabel 4. Jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi sebagai fungsi waktu kontak

Waktu Kontak (jam)

Ion

Cd2+ Cr6+

Ce (mg/L) qe (mg/g) Ce (mg/L) qe (mg/g)

1 3,23 0,68 2,62 0,74 3 1,04 0,90 0,50 0,95 6 1,05 0,90 0,45 0,96 9 1,11 0,89 0,55 0,95

12 1,38 0,86 0,49 0,95

Keterangan: Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L) qe = jumlah ion logam yang teradsorpsi (mg/g)

Gambar 3. Pengaruh waktu kontak terhadap jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi

B. Penentuan pH Optimum

Tingkat keasaman atau pH berpengaruh besar terhadap adsorpsi.

Keadaan pH larutan mempengaruhi muatan pada permukaan adsorben,

demikian halnya perubahan pH dapat mempengaruhi proses adsorpsi

sehingga ion H+ dapat bereaksi dengan gugus fungsi pada sisi aktif

permukaan adsorben. Variabel pH larutan merupakan hal penting dalam

0.890.90.86

0.9

0.68

0.950.96 0.950.95

0.74

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1 3 6 9 12

Waktu (jam)

Ko

ns

en

tra

si

Cd

2+

da

n C

r6+

ya

ng

te

rad

so

rps

i (q

e,

mg

/g)

Cd2+

Cr6+

Page 47: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

47

adsorpsi ion logam karena ion hidrogen merupakan ion yang berkompetisi

kuat dengan ion logam. Untuk mengetahui pengaruh pH pada proses

adsorpsi, perlakuan dilakukan pada nilai pH yang berbeda-beda. Kondisi

pH optimum ditentukan berdasarkan jumlah adsorpsi tertinggi adsorben

kulit singkong terhadap ion logam.

Tabel 5 dan Gambar 4 menunjukkan pengaruh pH terhadap jumlah

ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi. pH optimum adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+

oleh kulit singkong adalah 6,1 dengan jumlah ion yang diadsorpsi berturut-

turut 0,93 mg/g dan 1,00 mg/g. Hasil yang sama diperoleh dari hasil

penelitian Nurhasni dkk (2009), penyerapan optimum ion Cr6+ dengan

menggunakan sekam padi yaitu pada pH 6. Namun berbeda dengan ion

Cd2+, penyerapan optimum ion Cd2+ dengan menggunakan sekam padi

yaitu pada pH 5.

Keaktifan gugus fungsional berinteraksi dengan ion logam pada

permukaan adsorben kulit singkong memperlihatkan bahwa mulai dari pH

rendah sampai pada pH optimum memberikan peningkatan adsorpsi bagi

masing-masing ion Cd2+ dan Cr6+, selanjutnya setelah mencapai adsorpsi

optimum maka adsorpsi cenderung menurun.

Pada pH rendah yaitu pH 2,2 dan 4,1 adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+

rendah. Hal ini dikarenakan pada pH rendah permukaan adsorben

dikelilingi oleh ion H+ (karena gugus fungsi yang terdapat pada adsorben

terprotonasi). Dalam kondisi asam permukaan adsorben juga bermuatan

positif, yang akan menyebabkan terjadi tolakan antara permukaan

Page 48: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

48

adsorben dengan ion logam, sehingga adsorpsinya pun menjadi rendah.

Sedangkan pada pH yang lebih tinggi yaitu pH 8,3, jumlah ion Cd2+ dan

Cr6+ yang diadsorpsi juga menurun karena adanya pengendapan pada pH

tersebut sehingga jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang ada dalam larutan

berkurang (Oscik, 1991).

Tabel 5. Jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang diadsorpsi sebagai fungsi pH

pH Ion

Cd2+ Cr6+

Ce (mg/L) qe (mg/g) Ce (mg/L) qe (mg/g)

2,2 0,97 0,91 0,50 0,95 4,1 0,87 0,91 0,24 0,98 6,1 0,71 0,93 0,02 1,00 8,3 1,05 0,90 0,70 0,93

Keterangan: Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L) qe = jumlah ion logam yang teradsorpsi (mg/g)

0.9

0.95

0.98

1

0.930.93

0.910.91

0.84

0.86

0.88

0.9

0.920.94

0.96

0.98

1

1.02

2.2 4.1 6.1 8.3

pH

Ko

nsen

trasi C

d2+

dan

Cr6

+

yan

g

tera

dso

rpsi (q

e, m

g/g

)

Cd2+

Cr6+

Gambar 4. Pengaruh pH terhadap jumlah ion Cd2+ dan Cr6+ yang

diadsorpsi

Page 49: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

49

C. Penentuan Kapasitas Adsorpsi

Tabel 6 dan Gambar 5 menunjukkan variasi jumlah ion Cd2+ yang

diadsorpsi sebagai fungsi konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasinya

maka jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi oleh adsorben kulit singkong juga

semakin banyak.

Tabel 6. Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1

C0

(mg/g) Ce

(mg/L) qe x/m (mg/g)

Ce / qe log Ce log qe Persentase (%)

20 10,03 1,00 10,03 1,00 0 49,85 40 16,03 2,40 5,20 1,20 0,38 59,93 80 31,27 4,88 6,41 1,51 0,69 60,91

160 50,28 10,98 4,58 1,70 1,04 68,58

Keterangan: Co= konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L) Ce= konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L)

qe = jumlah ion logam yang teradsorpsi (mg/g)

12.4

4.88

10.98

0

2

4

6

8

10

12

20 40 80 160

Co (mg/L)

Ko

ns

en

tra

si C

d2

+ y

an

g

tera

ds

orp

si (q

e, m

g/g

)

Gambar 5. Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1

Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi ion Cd2+ oleh adsorben kulit

singkong maka digunakan dua model isotermal adsorpsi yaitu isotermal

Langmuir dan Freundlich. Penentuan isotermal adsorpsi menandakan

Page 50: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

50

adanya hubungan dengan kapasitas adsorpsi, oleh karena itu dibuat kurva

Ce versus Ce/qe menurut model adsorpsi Langmuir (Gambar 6) dan kurva

log Ce versus log x/m menurut model Freundlich (Gambar 7). Dengan

membandingkan nilai garis kuadrat kecil, maka akan dipilih model

isotermal adsorpsi yang sesuai.

y = -0.0937x + 9.0746

R2 = 0.4764

0

2

4

6

8

10

12

0 10 20 30 40 50 60

Ce (mg/L)

Ce/q

e

Gambar 6. Isotermal Langmuir dari adsorpsi ion Cd2+ oleh kulit singkong

y = 1.4062x - 1.3744

R2 = 0.9838

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

log Ce

log

qe

Gambar 7. Isotermal Freundlich dari adsorpsi ion Cd2+ oleh kulit singkong

Adsorpsi ion Cd2+ dengan menggunakan kulit singkong lebih sesuai

dengan isotermal adsorpsi Freundlich dengan nilai n = 0,7112 L/g dan k =

0,0423 mg/g. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Nurhasni dkk (2009),

Page 51: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

51

pada penyerapan ion logam Cd2+ menggunakan sekam padi dengan nilai

k = 0,8299 mg/g.

Tabel 7 dan Gambar 8 menunjukkan variasi jumlah ion Cr6+ yang

diadsorpsi sebagai fungsi konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasinya

maka jumlah ion Cr6+ yang diadsorpsi oleh adsorben kulit singkong juga

semakin banyak.

Tabel 7. Jumlah ion Cr6+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1

C0

(mg/g) Ce

(mg/L) qe x/m (mg/g)

Ce / qe log Ce log qe Persentase (%)

20 0,46 1,95 0,24 -0,34 0,29 97,70 40 0,80 3,92 0,20 -0,10 0,59 98,00 80 0,79 7,92 0,10 -0,10 0,90 99,01 160 37,36 12,27 3,04 1,57 1,09 76,65

Keterangan: Co= konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L) Ce= konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L)

qe = jumlah ion logam yang teradsorpsi (mg/g)

1.95

3.92

7.92

12.27

0

2

4

6

8

10

12

14

20 40 80 160

Co (mg/L)

Ko

ns

en

tra

si

Cr6

+ y

an

g

tera

ds

orp

si

(qe

, m

g/g

)

Gambar 8. Jumlah ion Cr6+ yang diadsorpsi oleh kulit singkong sebagai

fungsi konsentrasi pada waktu 3 jam dan pH 6,1

Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi ion Cr6+ oleh adsorben kulit

singkong maka digunakan dua model isotermal adsorpsi yaitu isotermal

Langmuir dan Freundlich. Penentuan isotermal adsorpsi menandakan

Page 52: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

52

adanya hubungan dengan kapasitas adsorpsi, oleh karena itu dibuat kurva

Ce versus Ce/qe menurut model adsorpsi Langmuir (Gambar 9) dan kurva

log Ce versus log x/m menurut model Freundlich (Gambar 10). Dengan

membandingkan nilai garis kuadrat kecil, maka akan dipilih model

isotermal adsorpsi yang sesuai.

y = 0.078x + 0.127

R 2 = 0.9977

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Ce (mg/L)

Ce/q

e

Gambar 9. Isotermal Langmuir dari adsorpsi ion Cr6+ oleh kulit singkong

y = 0.016x + 0.6756

R2 = 0.0647

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

-12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4

log Ce

log

qe

Gambar 10. Isotermal Freundlich dari adsorpsi ion Cr6+ oleh kulit singkong

Page 53: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

53

Adsorpsi ion Cr6+ dengan menggunakan kulit singkong lebih sesuai

dengan isotermal adsorpsi Langmuir dengan nilai Qo = 12,82 mg/g dan b =

0,6142 L/mg. Berbeda dengan hasil penelitian Nurhasni dkk (2009), pada

penyerapan ion logam Cr6+ menggunakan sekam padi lebih sesuai

dengan isotermal adsorpsi Freundlich. Menurut Kojima dan Lee (2001)

dalam Pavasant dkk (2005), bahwa spesies yang berbeda memberikan

karakteristik penyerapan yang berbeda. Oleh karena itu, kesesuaian dari

isotermal adsorpsi bergantung pada spesies adsorben yang digunakan.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa kapasitas adsorpsi kulit

singkong terhadap ion Cd2+ lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas

adsorpsi ion Cr6+ hal ini disebabkan karena kandungan HCN (asam

cianida) pada kulit singkong yang dapat mengadsorpsi ion Cd2+ lebih

rendah dibandingkan dengan kandungan gugus OH yang dapat

mengadsorpsi ion Cr6+.

D. Adsorpsi Ion Cd2+ dan Cr6+ dari Limbah Cair

Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan yang berasal

dari kegiatan rumah sakit meliputi kegiatan medik dan nonmedik. Limbah

cair tersebut kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia

beracun dan radioaktif serta logam berat yang berbahaya bagi kesehatan.

Bahan organik dan anorganik yang ada dalam limbah cair rumah sakit

umumnya diukur dengan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain

(Kepmenkes RI, 2004). Hasil pemeriksaan air limbah rumah sakit umum

Page 54: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

54

Ibnu Sina berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 69

Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan

Hidup Lampiran No I.D.2. Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit, dapat

dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 8. Hasil pemeriksaan kualitas air limbah rumah sakit Ibnu Sina

No Parameter uji Satuan Metode uji Hasil Maksimum yang

diperbolehkan

keterangan

A.

1 B. 1 2 3 4 5 6 C. 1

FISIKA

Suhu KIMIA pH BOD5

COD Zat Padat Tersuspensi (TSS) NH3-Bebas PO4

MIKROBIOLOGI MPN-Kuman Golongan Coli

oC

-

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

jml/ 100

Direct Reading

pH Meter

Winkler

Bikromat

Gravimetri

Nessler

Spectrofoto metric

MPN

29

8,0

38,04

59,43

57,20

0,07

0,15

75

30

6,0-9,0

30

70

30

0,1

2

10.000

Memenuhi

syarat

Memenuhi syarat Tidak

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat Tidak

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Memenuhi

syarat

Sumber: Balai Besar K3 Makassar (2012)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, standar baku

mutu logam berat pada perairan yaitu untuk logam Cd 0,01 mg/L dan Cr

0,05 mg/L. Tabel 9 menunjukkan bahwa konsentrasi awal ion Cd2+ pada

limbah cair rumah sakit umum Ibnu Sina 0,0114 mg/L sudah melebihi

Page 55: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

55

standar baku mutu, sedangkan ion Cr6+ tidak terdeteksi, sehingga proses

adsorpsi untuk ion Cr6+ tidak dilakukan.

Tabel 9. Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi dari limbah cair dengan menggunakan kulit singkong

Ion Cd2+

Co (mg/L) Ce (mg/L) qe (mg/g)

0.0114 0.0100 0.00014

Adsorpsi ion Cd2+ pada limbah cair rumah sakit memperlihatkan

hasil yang kurang efektif, jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi hanya sebanyak

0,00014 mg/g. Hal ini disebabkan karena proses adsorpsi pada limbah

cair rumah sakit juga dipengaruhi oleh adanya kemungkinan adsorpsi

terhadap bahan organik atau ion logam lain yang ada dalam limbah cair

rumah sakit (Oscik, 1991). Namun setelah proses adsorpsi konsentrasi ion

Cd2+ pada limbah cair rumah sakit umum Ibnu Sina sudah sesuai standar

baku mutu yaitu 0,01 mg/L dan aman untuk dibuang ke lingkungan.

Page 56: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kulit

singkong dapat digunakan sebagai adsorben ion Cd2+ dan Cr6+ dengan

hasil sebagai berikut:

1. Waktu kontak optimum yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cd2+ dan

Cr6+ dengan menggunakan kulit singkong adalah 3 jam perendaman

dan pH optimum adalah 6,1.

2. Adsorpsi ion Cd2+ oleh kulit singkong lebih sesuai dengan isotermal

adsorpsi Freundlich dengan nilai k = 0,0423 mg/g sedangkan adsorpsi

ion Cr6+ lebih sesuai dengan isotermal adsorpsi Langmuir dengan nilai

Qo = 12,82 mg/g.

3. Jumlah ion Cd2+ yang diadsorpsi dari limbah cair rumah sakit umum

Ibnu Sina dengan menggunakan kulit singkong yaitu sebanyak

0,00014 mg/g dari 0,0114 mg/g.

Page 57: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

57

B. Saran

1. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efektifitas dan

komposisi terbaik adsorben untuk adsorpsi logam berat pada limbah

cair agar dapat diimplementasikan secara nyata.

2. Perlu adanya kerja sama dan dukungan pemerintah serta pihak

industri agar teknologi adsorpsi logam berat pada limbah cair dengan

menggunakan adsorben dapat diaplikasikan secara langsung.

Page 58: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

58

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta.

Adamson, A.W. 1990. Physical Chemistry of Surface 5th ed. John Wiley and Sons, New York.

Agiri, O. G. And Akaranta, O. 2009. Adsorption of Metal Ions by Dye Treated Cassava Mesocarp. (Online). 4(5) 526-530. (http://science

direct.com, diakses 29 Maret 2012).

Akanbi. 2007. The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient Source and Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences.

Anonim. 2011. Adsorpsi. (http://www. Artikelkimia. Info/adsorpsi-47101522082011, diakses 29 Maret 2012).

Anonim. 2010. Kulit Singkong Cegah Logam (http://teknokra.com/more/teknologi/46-teknologi/151-kulit-singkong-cegah-logam-berbahaya-.html, diakses 29 Maret 2012).

Balai Besar K3 Makassar. 2012. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Ibnu Sina.

Castellan, G. W., 1982. Physical Chemistry, Second Edition. McGraw Hill,

New York. Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas

Indonesia, Jakarta.

Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran; hubungannya

dengan toksikologi senyawa logam. Universitas Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1988. Pedoman Umum Pengawasan Pencemaran Limbah Indsutri. Ditjen PPM dan Ditjen PLK, Jakarta.

Devendra, C. 1977. Cassava as a Feed Source For Ruminant. In:

Cassava as Animal Feed. Nestel, B. and M. Graham (Eds.). IDRC- 095e. 107 – 119.

Elliott, H.A, Liberati, M.R, and Huang, C.P. 1986. Jurnal Environ. Qual. 15,

3, 214-219.

Page 59: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

59

Fajar Makassar. 13 Mei, 2010. Tallo Sudah Tercemar. (Online). (http://Fajar@news. Com, diakses 24 Oktober 2011).

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta.

Gellerstedt, G. 1976. The Reaction of Lignin During Sulfite Pulping. Svensk Paperstidn, 79: 537-543.

Hanifah, V. W., Yulistiani, D. dan Asmarasari, S. A. A. 2010. Optimalisasi

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Pakan Ternak dalam Rangka Memberdayakan Pelaku Usaha Enye-enye. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Hariani, P. L., Nurlisa, H. dan Melly, O. 2009. Penurunan Konsentrasi

Cr(IV) Dalam Air Dengan Koagulan FeSO4. Jurnal Penelitian Sains. (Online), 12, 2(C), 12208. (jpsmipaunsri-v12-no2-08-c-puji.pdf, Adobe reader, diakses 8 Maret 2012).

Huheey. 1986. Inorganic Chemistry, 2nd edition. John Wiley and Sons,

New York. James, S. R. 1989. Chromium. John Wiley and Sons, New York. Kahraman S, Dogan N, and Erdemoglu S. 2008. Use of various

argicultural wastes for the removal of heavy metal ions. Int. J. Environment Pollut. (Online) 34(1-4): 275-284 (http://science direct.com, diakses 22 Juni 2012).

Karthikeyan G Anbalagan K, and Muthulakshmi N. 2004. Adsorption

Dynamics and Equilibrium Studies of Zn (II) onto Chitosan. J. Chem. Sci. (Online), 2(116): 119-127(http://science direct.com,

diakses 22 Juni 2012). Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204 Tahun 2004

Tentang Limbah Cair Rumah Sakit. Khan, A. N., Ibrahim, S., and Subramaniam, P. 2004. Elimination of Heavy

Metals from Wastewater Using Agricultural Waste as Adsorbents. Malaysian Journal of Science. (Online), 23, 43-51(http://science

direct.com, diakses 20 Maret 2012). Khasanah. 2009. Adsorpsi Logam Berat. Oseana. Manahan, S. E. 1994. Environmental Chemistry. Lewis Publisher, Boston.

Page 60: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

60

Mufrodi, Z. Widiastuti, N. Dan Kardika, R. C. 2008. Adsorpsi Zat Warna Tekstil dengan Menggunakan Abu Terbang (Fly Ash) untuk Variasi Massa Adsorben dan Suhu Operasi. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Namasivayam, C. 2001. Uptake of Dyes by a Promosing Locally Available

Agriculture Solid Waste. Coir Pith, Was. Manag. 21, 381-387.

Nix, R. 2001. An Introduction of Surface Chemistry. (Online).

(http://www.Chem.Qurm.ac.vk/survace/scc, diakses 23 Juli 2012). Nomanbhay, S. M. And Palanisamy, K. 2005. Removal of Heavy Metal

from Industrial Wastewater Using Chitosan Coated Oil Palm Shell Charcoal. J. Elect. Biotechnol. 8, 43-53.

Nurhasni. Hendrawati. Dan Saniyyah, N. 2009. Penyerapan Ion Logam Cd

dan Cr dalam Air Limbah Menggunakan Sekam Padi. Tesis. Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Oscik, J. 1991, Adsorbtion, Edition Cooper, I.L. John Wiley and Sons, New

York. Palar, H. 1994. Toksikologi dan Pencemaran Lingkungan. PT. Rineka

Cipta, Jakarta. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka

Cipta, Jakarta. Pavasant, P., Apiratikul, R., Sungkhum, V., Suthiparinyanont, P.,

Wattanachira, S., Marhaba, T. F. 2005. Biosorption of Cu2+, Cd2+, Pb2+, and Zn2+ Using Dried Marine Green Macroalga Caulerpa lentilifera, Bioresource Technol. xxx, xxx - xxx (Online), (http://science direct.com, diakses 10 Juli 2012).

Pearson, R. G. 1963. Hard and Soft Acids and Bases. J. Am. Soc. 85:

3533-3539. Peraturan Pemerintah Nomor. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah Nomor. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian

Pencemaran Air. Pinandari, W. A. 2010. Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Industri

Tapioka sebagai Bioremoval Logam Berat Asam Tambang dengan

Page 61: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

61

Biomassa Filter. Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Lambung Mangkurat, Banjar Baru.

Sanusi, H. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Shofia, F. 2006. Pengaruh pH Larutan dan Lama Pengocokan Terhadap Adsorpsi Timbal (II) oleh Biomassa Daun Rumput Gajah, Universitas Brawijaya, Malang

Supriyadi. 1995. Pengaruh Tingkat Penggunaan Hasil Fermentasi Kulit

Ubi Kayu oleh Jamur Asfergillus niger dalam Ransum terhadap Performan Ayam Pedaging Periode Starter. Skripsi. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset,

Yogyakarta. Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak Dan

Penanggulangannya (http://rudyct.com /PPS702-pb/08234/ lina_warlina.pdf diakses 8 Maret 2012).

Page 62: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

62

Lampiran 1. Skema pembuatan adsorben kulit singkong

Kulit singkong

Dicuci dengan air

mengalir hingga

bersih

Kulit singkong bersih

Dikeringkan di bawah sinar matahari selama

± 5 hari

Dihaluskan dengan menggunakan blender

Diayak dengan menggunakan saringan 100

mesh

Adsorben kulit singkong siap digunakan

Page 63: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

63

Lampiran 2. Skema kerja penentuan waktu kontak optimum adsorpsi

1 gram adsorben kulit singkong

Ditambahkan ke dalam masing-

masing 100 mL larutan Cd2+ dan

Cr6+ 10 mg/L

Diaduk dengan magnetik stirrer dan

didiamkan dengan variasi waktu 1,

3, 6, 9, dan 12 jam

Disaring dengan kertas saring

Whatman 41

Residu Filtrat

Penentuan waktu kontak optimum

Dianalisis

dengan SSA

Page 64: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

64

Lampiran 3. Skema kerja penentuan pengaruh pH optimum adsorpsi

1 gram adsorben kulit singkong

Ditambahkan ke dalam masing-

masing 100 mL larutan Cd2+ dan

Cr6+ 10 mg/L

Diaduk dengan magnetik stirrer dan

dengan variasi pH 2, 4, 6, dan 8

didiamkan selama waktu optimum.

Disaring dengan kertas saring

Whatman 41

Residu Filtrat

Penentuan pH optimum

Dianalisis

dengan SSA

Page 65: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

65

Lampiran 4. Skema kerja penentuan kapasitas adsorpsi

1 gram adsorben kulit singkong

Ditambahkan ke dalam masing-

masing 100 mL larutan Cd2+ dan

Cr6+ dengan variasi konsentrasi 20,

40, 80, dan 160 mg/L

Diaduk dengan magnetik stirrer

selama waktu dan pH optimum.

Disaring dengan kertas saring

Whatman 41

Residu Filtrat

Penentuan kapasitas adsorpsi

Dianalisis

dengan SSA

Page 66: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

66

Lampiran 5. Skema kerja adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ dari limbah cair

1 gram adsorben kulit singkong

Ditambahkan ke dalam 100 mL

limbah cair rumah sakit

Diaduk dengan magnetik stirrer

selama waktu dan pH optimum.

Disaring dengan kertas saring

Whatman 41

Residu Filtrat

Dianalisis dengan SSA

Page 67: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

67

Lampiran 6. Hasil penentuan waktu kontak optimum adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ kulit singkong dengan konsentrasi 10 mg/L

No Waktu (Jam)

Ion

Cd2+ Cr6+

Co (mg/L)

Ce (mg/L)

qe (mg/g)

Co (mg/L)

Ce (mg/L)

qe (mg/g)

1 1a 10 3,05 0,70 10 2,56 0,74 2 1b 10 3,40 0,66 10 2,67 0,73 3 3a 10 1,13 0,89 10 0,50 0,95 4 3b 10 0,94 0,91 10 0,49 0,95 5 6a 10 1,00 0,90 10 0,51 0,95 6 6b 10 1,10 0,89 10 0,39 0,96 7 9a 10 1,07 0,89 10 0,54 0,95 8 9b 10 1,14 0,89 10 0,55 0,95 9 12a 10 1,47 0,85 10 0,26 0,97

10 12b 10 1,28 0,87 10 0,72 0,93

dimana: qe = jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan ion logam (L)

W = jumlah adsorben, kulit singkong (g)

Page 68: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

68

Lampiran 7. Hasil penentuan pH optimum adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ kulit singkong dengan konsentrasi 10 mg/L

No pH Ion

Cd2+ Cr6+

Co (mg/L)

Ce (mg/L)

qe (mg/g)

Co (mg/L)

Ce (mg/L)

qe (mg/g)

1 2,2a 10 1,03 0,90 10 0,50 0,95 2 2,2b 10 0,90 0,91 10 0,49 0,95 3 4,1a 10 0,88 0,91 10 0,21 0,98 4 4,1b 10 0,86 0,91 10 0,26 0,97 5 6,1a 10 0,72 0,93 10 0,02 1,00 6 6,1b 10 0,69 0,93 10 0,02 1,00 7 8,3a 10 1,04 0,90 10 0,95 0,91 8 8,3b 10 1,05 0,90 10 0,45 0,96

dimana: qe = jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (ppm)

Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (ppm)

V = volume larutan ion logam (L)

W = jumlah adsorben, kulit singkong (g)

Page 69: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

69

Lampiran 8. Hasil penentuan isotermal adsorpsi ion Cd2+ dan Cr6+ pada adsorben kulit singkong

No Ion

Cd2+ Cr6+

Co (mg/L)

Ce (mg/L)

qe

(mg/g) Co

(mg/L) Ce

(mg/L) qe

(mg/g)

1 20a 10,05 1,00 20a 0,55 0,95 2 20b 10,01 1,00 20b 0,36 0,96 3 40a 15,98 2,40 40a 0,83 0,92 4 40b 16,06 2,40 40b 0,76 0,92 5 80a 30,73 4,93 80a 0,85 0,92 6 80b 31,81 4,82 80b 0,72 0,93 7 160a 50,65 10,94 160a 37,40 12,26 8 160b 49,91 11,01 160b 37,32 12,27

dimana: qe = jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (ppm)

Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (ppm)

V = volume larutan ion logam (L)

W = jumlah adsorben, kulit singkong (g)

Page 70: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

70

Lampiran 9. Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cd2+ pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Langmuir

Persamaan :

Dimana: Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L) qe = jumlah zat yang diadsorpsi per gram adsorben (mg/g) Qo = kapasitas adsorpsi (mg/g) b = intensitas adsorpsi (L/mg)

y = -0,093x + 9,074

y = ; x = Ce

slope = 1 Qo

-0,093 = 1 Qo

Qo = 1 -0,093

Qo = -10,75 mg/g

intersep = 1 Qob 9,074 = 1 (-10,75)b

b = 1 (-10,75)(9,074)

b = -0,0103 L/mg

Page 71: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

71

Lampiran 10. Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cd2+ pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Freundlich

Persamaan :

Dimana: x = jumlah zat terlarut yang diserap (mg) m = gram adsorben yang digunakan (g) Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L) k = kapasitas adsorpsi (mg/g) n = intensitas adsorpsi (L/g)

y = 1,406x – 1,374

y = log (x/m) ; x = log Ce

slope = 1 n

1,406 = 1 n

n = 1 1,406

n = 0,7112 L/g

intersep = log k -1,374 = log k

k = inv log -1,374

k = 0,0423 mg/g

Page 72: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

72

Lampiran 11. Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cr6+ pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Langmuir

Persamaan :

Dimana: Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L) qe = jumlah zat yang diadsorpsi per gram adsorben (mg/g) Qo = kapasitas adsorpsi (mg/g) b = intensitas adsorpsi (L/mg)

y = 0,078x + 0,127

y = ; x = Ce

slope = 1 Qo

0,078 = 1 Qo

Qo = 1 0,078

Qo = 12,82 mg/g

intersep = 1 Qob 0,127 = 1 (12,82)b

b = 1 (12,82)(0,127)

b = 0,6142 L/mg

Page 73: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

73

Lampiran 12. Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi ion Cr6+ pada adsorben kulit singkong untuk isotermal Freundlich

Persamaan :

Dimana: x = jumlah zat terlarut yang diserap (mg) m = gram adsorben yang digunakan (g) Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L) k = kapasitas adsorpsi (mg/g) n = intensitas adsorpsi (L/g)

y = 0,016x + 0,675

y = log (x/m) ; x = log Ce

slope = 1 n

0,016 = 1 n

n = 1 0,016

n = 62,50 L/g

intersep = log k 0,675 = log k

k = inv log 0,675

k = 4,7315 mg/g

Page 74: ADSORPSI ION Cd2+ DAN Cr6+ PADA LIMBAH CAIR …

74

Lampiran 13. Hasil penentuan jumlah adsorpsi ion Cd2+ kulit singkong dari

limbah cair

No Ion Cd2+

Co (mg/L) Ce (mg/L) qe (mg/g)

1 0,0114 0,0100 0,00014 2 0,0113 0,0100 0,00013

dimana: qe = jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi ion logam setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan ion logam (L)

W = jumlah adsorben, kulit singkong (g)