ADDH (rii)

27
BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Di samping gejala di atas, anak-anak dengan ADHD juga menunjukkan beberapa gejala lain seperti adanya ambang toleransi frustasi yang rendah, disorganisasi dan prilaku agresif. Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari- hari, seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting adalah mengganggu prestasi belajar anak. Secara keseluruhan membuat penurunan kualitas hidup anak dengan ADHD di kemudian hari. Gejala-gejala ADHD ini pada umumnya telah timbul sebelum anak berusia tujuh tahun. Walaupun demekian, biasanya orang tua dari anak dengan ADHD baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat anak mulai bersekolah normal. Pada saat itu anak dituntut untuk mampu mengontrol perilaku mereka dan mengikuti peraturan yang berlaku disekolah. Keluhan yang sering disampaikan adalah anak nakal, tidak kenal takut, berjalan-jalan didalam kelas, seringkali berbicara dengan kawannya pada saat 1

Transcript of ADDH (rii)

Page 1: ADDH (rii)

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak

yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian yang

timbulnya lebih sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika

dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Di samping gejala di atas, anak-anak

dengan ADHD juga menunjukkan beberapa gejala lain seperti adanya ambang

toleransi frustasi yang rendah, disorganisasi dan prilaku agresif. Kondisi ini tentunya

menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya

sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting

adalah mengganggu prestasi belajar anak. Secara keseluruhan membuat penurunan

kualitas hidup anak dengan ADHD di kemudian hari.

Gejala-gejala ADHD ini pada umumnya telah timbul sebelum anak berusia

tujuh tahun. Walaupun demekian, biasanya orang tua dari anak dengan ADHD baru

membawa anaknya ke ruang konsultasi saat anak mulai bersekolah normal. Pada saat

itu anak dituntut untuk mampu mengontrol perilaku mereka dan mengikuti peraturan

yang berlaku disekolah. Keluhan yang sering disampaikan adalah anak nakal, tidak

kenal takut, berjalan-jalan didalam kelas, seringkali berbicara dengan kawannya pada

saat pelajaran berlangsung, dan sebagainya. Pada anak yang berusia kurang dari 4

tahun, kondisi ini seringkali sulit dibedakan apakah anak menderita gangguan ini atau

merupakan suatu hal yang wajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. Namun

pada anak dengan ADHD, gejala yang muncul tampak lebih sering dan intensitasnya

lebih berat jika dibandingkan dengan anak lain dengan taraf perkembangan yang

sama.1

1

Page 2: ADDH (rii)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A DEFINISI

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan pada masa

kanak-kanak yang sering menetap hingga dewasa dan dikaitkan dengan defisit

perkembangan kognitif dan fungsional dan gangguan komorbiditas. Gangguan

cenderung terjadi di dalam satu keluarga dan banyak studi menemukan bahwa ADHD

diwariskan, yang menunjukkan dominasi pengaruh genetik pada etiologi gangguan.

Sementara studi tersebut tidak mengecualikan pentingnya faktor lingkungan, studi

tersebut menyatakan bahwa dalam kebanyakan kasus ini berhubungan dengan faktor-

faktor genetic, Meskipun adanya pengecualian pada lingkungan.2

Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas (Attention-deficit/hyperactivity

disorder-ADHD) terdiri atas pola yang tidak menunjukkan atensi yang persisten

dan/atau perilaku yang impulsif serta hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada

yang diharapkan pada anak dengan usia dan tingkat perkembangan yang serupa.Untuk

memenuhi kriteria diagnosis ADHD beberapa gejala harus ada sebelum usia 7 tahun,

meskipun banyak anak tidak terdiagnosis sebelum usia 7 tahun, saat perilaku mereka

menimbulkan masalah di sekolah dan di tempat lain. Hendaya akibat tidak adanya

atensi dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas harus ada pada sedikitnya dua keadaan dan

mengganggu fungsi secara sosial, akademik,dan aktivitas ekstrakurikular yang sesuai

perkembangan. Gangguan ini tidak boleh ada di dalam perjalanan gangguan

perkembangan pervasif, skizofrenia, ata gangguan psikotik lain, serta tidak boleh

disebabkan oleh gangguan jiwa lain.3

Klasifikasi gangguan ADHD digolongkan dalam tiga subtipe;

1. Tipe kombinasi (paling sering). Individu memiliki enam atau lebih gejala

gangguan pemusatan perhatian dan enam gejala atau lebih gejala hiperaktivitas

dan impulsivitas.

2. Tipe inatentif predominan. Individu memiliki enam atau lebih gejala gangguan

pemusatan perhatian dan gejala hiperaktivitas dengan impulsivitas dari enam.

3. Tipe hiperaktivitas dan impulsivitas predominan. Individu memiliki enam atau

lebih gejala hiperaktivitas dengan impulsivitas dan gejala gangguan pernapasan

kurang dari enam.4

2

Page 3: ADDH (rii)

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi ADHD di seluruh dunia diperkirakan antara 2-9.5 % diantaranya

anak usia sekolah. Di Amerika Serikat, prevalensi ADHD antara 2-20 % dari jumlah

anak-anak usia sekolah dasar. Sedangkan penelitian di Inggris menunjukkan angka

0.5-1 % dan di Taiwan angka prevalensi dari kasus ADHD ini adalah 5-10 %.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung dkk, pada sejumlah SD di

wilayah Jakarta Pusat pada tahun 2000-2001 didapatkan 4.2 % dari sekitar 600 anak

sekolah dasar kelas 1-3 mengalami ADHD. Saputro D (2000) dalam penelitiannya

pada anak-anak usia sekolah dasar di Kabupaten Sleman-DIY menemukan angka

prevalensi ADHD sekitar 9.5 %. Pada tahun 2003, sebanyak 51 anak dari sekitar 215

anak sekolah dasar di diagnosis ADHD di Poli Klinik Jiwa Anak dan Remaja Rumah

sakit Cipto Mangunkusom0 (RSCM).

Prevalensi ADHD dipengaruhi oleh jenis kelamin dan anak. Angka kejadian

ADHD pada anak nremaja dan dewasa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan

dengan anak usia sekolah dasar. Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih tinggi

untuk mengalami gangguan ini dibandingkan dengan anak perempuan dengan rasio 3-

4 : 1.1

C. ETIOLOGISampai saat ini belum ditentukan penyebab pasti dari ADHD. Dari berbagai

penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik,

struktur anatomi dan neurokimiawi otak terhadap terjadinya ADHD.1

Faktor Genetik. Bukti adanya dasar genetik untuk ADHD mencakup

concordance yang lebih tinggi pada kembar monozigot dibandingkan dizigot. Saudara

kandung anak hiperaktif juga memiliki risiko kira-kira dua kali untuk memiliki

gangguan dibandingkan populasi umum. Saudara kandung tersebut dapat mempunyai

gejala hiperaktif yang menonjol sedangkan saudara kandung yang lain dapat

mempunyai gejala defisit atensi yang menonjol. Pola biologis anak-anak dengan

gangguan ini memiliki risiko yanglebih tinggi untuk ADHD dibandingkan orang tua

adaptif.

Kerusakan Otak. Diperkirakan bahwa beberapa anak yang menderita ADHD

mengalami kerusakan ringan pada sistem saraf pusat dan perkembangan otak selama

periode janin dan dan perinatal. Kerusakan otak yang dihipotesiskan mungkin dapat

3

Page 4: ADDH (rii)

disebabkan karena gangguan sirkulasi, toksik, metabolik, mekanis, atau fisik pada

otak selama masa bayi awal yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.

Tanda-tanda neurologis nonfokal (halus) ditemukan dengan angka yang lebih tinggi

pada anak dengan ADHD dibandingkan dengan populasi umum

Faktor Neurokimia. Obat yang paling luas dipelajari dalam terapi ADHD,

yaitu stimulan, memengaruhi dopamin dan norephinepfrine, sehingga menimbulkan

hipotesis neurotransmitter yang mencakup kemungkinan disfungsi pada kedua sistem

adrenergik dan dopaminergik. Secara keseluruhan, tidak ada bukti jelas yang

mengaitkan satu neurotransmitter didalam timbulnya ADHD, tetapi banyak

neurotransmitter dapat terlibat di dalam prosesnya.

Faktor Neurofisiologis. Hubungan fisiologis adalah adanya berbagai pola

elektroensefalogram (EEG) abnormal nonspesifik yang tidak beraturan dibandingkan

dengan kontrol normal. Sejumlah studi yang menggunakan positron emission

tomography (PET) menemukan berkurangnya aliran darah otak serta laju metabolik di

area lobus frontalis anak-anak dengan ADHD dibandingkan dengan kontrol.

Pemindaian PET juga menunjukkan bahwa remaja perempuan dengan gangguan ini

memiliki metabolisme glukosa yang berkurang secara global dibandingkan dengan

kontrol normal perempuan dan laki-laki serta pada laki-laki dengan gangguan ini.

Satu teori menjelaskan temuan ini dengan menganggap bahwa lobus frontalis anak-

anak dengan ADHD melakukan mekanisme inhibisinya dengan tidak adekuat pada

struktur yang lebih rendah, suatu efek yang menghasilkan disinhibisi.

Faktor Psikososial. Peristiwa psikik yang memberikan stress, gangguan pada

keseimbangan keluarga, serta faktor pencetus ansietas lain turut berperan di dalam

mulainya atau berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi dapat mencakup temperamen

anak, faktor familial-genetik, dan tuntutan masyarakat untuk patuh dengan cara

berperilaku atau berpenampilan dengan cara yang rutin.2

Cook EH dan rekan (1995) dan Barkley dan rekan (2000), menyatakan adanya

peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbic dan

lobus prefrontal akibat dari perubahan aktivitas hipersensitivitas transporter

dopamine. Hal ini dikaitkan dengan gangguan pada fungsi neurotransmisi

dopaminergik di area frontostriatokortikal. Kondisi ini membuat anak dengan ADHD

mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi eksekutifnya, berupa kontrol diri

yang buruk dan gangguan dalam menginhibisi perilaku. Secara teoritis, dengan

bertambahnya usia, seorang anak seharusnya mampu melakukan control diri dengan

4

Page 5: ADDH (rii)

baik dan mengendalikan perilakunya dengan lebih terarah sehingga mampu

melakukan tuntutan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Tetapi kondisi ini

tidaklah berjalan mulus pada anak dengan ADHD. Hal ini karena adanya

hipersensitivitas transporter dopamine sehingga anak menunjukkan:

a) Gangguan non-verbal working memory, dengan gambaran berupa:

Kehilangan rasa “kesadaran” akan waktu

Ketidakmampuan untuk menyimpan informasi didalam otaknya

Persepsi yang tidak sesuai terhadap suatu obyek/kejadian

Perencanaan dan pertimbangan yang buruk

b) Gangguan internalisiation of selfdirected speech, berupa:

Kesulitan mengikuti peraturan yang berlaku

Tidak disiplin

Self guidance dan self questioning yang buruk

c) Gangguan regulasi, motivasi dan tingkat ambang kesadaran diri yang

buruk. Kondisi ini memberikan gejala seperti:

Kesulitan dalam menyensor semua bentuk reaksi emosi, ambang

tol;eransi terhadap frustasi yang rendah

Hilangnya regulasi diri dalam bidang motivasi dan dorongan kehendak

d) Gangguan kemmapuan merekontruksi berbagai perilaku yang sudah di

observasi dalam usaha untuk membangun suatu bentuk perilaku baru

untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang sudah ditargetkan, berupa:

Keterbatasan untuk menganalisis perilaku-perilaku dan melakukan

sintesis ke dalam bentuk yang baru

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan persoalan sesuai dengan taraf

usianya

Komplikasi perinatal juga dikaikan dengan timbulnya ADHD pada seorang

anak. Studi retrospektif pada anak dengan ADHD menunjukkan adanya komplikasi

perinatal yang lebih sering jika dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. Beberapa

komplikasi perinatal yang sering ditemukan adalah perdarahan antepartum, persalinan

lama, nilai APGAR yang rendah dalam menit pertama kelahiran, dan lain-lain.

Milberger dan rekan (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu perokok

dalam masa kehamilan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak

dengan ADHD. Whitaker dkk (1997) menemukan bahwa bayi dengan berat badan

5

Page 6: ADDH (rii)

lahir rendah yang disertai dengan kerusakan substansia alba mempunyai risiko lebih

tinggi untuk menderita ADHD di kemudian harinya.

Walaupun masih kontroversi, beberapa kondisi seperti alergi, diet dan

pebgaruh logam berat juga dikaitkan dengan terjadinya ADHD. ADHD mungkin akan

bertambah berat pada anak dengan beberapa penyakit fisik tertentu seperti

abnormalitas fungsi tyroid, infeksi telinga berulang dan tuli sensorineural.1

D. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

Perilaku anak ADHD seringkali berlebih dibandingkan dengan anak tanpa

ADHD. Gejala kesulitan memusatkan perhatian, overaktivitas, impulsivitas dan

kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya sangat tergantung dengan usia anak.

Semakin muda usia anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuan anak

untuk mengontrol prilakunya. Anak usia pra sekolah dengan ADHD akan bergerak

dengan aktif di dalam ruangan dan terangsang untuk menyentuh dan memanipulasi

semua benda, sesuka hati. Anak-anak ini sering melompat-lompat, berlari-lari atau

memanjat-manjat tanpa kontrol seakan-akan digerakkan oleh mesin. Mereka menjadi

liar dan overaktif, berisik dan sulit dikendalikan saat berinteraksi dengan teman-teman

sebayanya.

Anak-anak usia sekolah mungkin menunjukkan perilaku hiperaktif dan

impulsivitas yang lebih ringan dibandingkan anak usia pra sekolah. Mereka sering

mengalami kesulitan memutuskan perhatian di dalam kelas, tampak melamun, atau

berpreokupasi. Anak sulit diam di tempat duduknya dan bergerak-gerak dengan

gelisah. Kesulitan memusatkan perhatian berpengaruh pada prestasi akademik anak di

sekolah, yang tampak dalam bentuk kecerobohan menulis, membuat kesalahan-

kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan, dan tidak mampu untuk rapi. Di rumah,

orang tua menggambarkan anaknya sebagai anak yang tidak mau patuh bahkan untuk

perintah yang paling sederhanapun, dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan rumah

sampai tuntas.1

Gejala ADHD sebagaimana tercantum dalam “Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder” terdiri dari tiga gejala utama, yaitu;

1. Inatensitivitas atau tidak ada perhatian atau tidak menyimak, terdiri dari:

a. Gagal menyimak yang rinci

b. Kesulitan bertahan pada satu aktivitas

6

Page 7: ADDH (rii)

c. Tidak mendengarkan sewaktu diajak bicara

d. Sering tidak mengikuti instruksi

e. Kesulitan mengatur jadwal tugas dan kegiatan

f. Sering menghindar dari tugas yang memerlukan perhatian lam

g. Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk tugas

h. Sering beralih perhatian oleh stimulus dari luar

i. Sering pelupa dalam kegiatan sehari hari

2. Impulsivitas atau tidak sabaran, bisa impulsif motorik dan impulsif verbal atau

kognitif, terdiri dari:

a. Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai

b. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran

c. Sering memotong atau menyela orang lain

d. Sembrono, melakukan tindakan bernahaya tanpa pikir panjang

e. Sering berteriak di kelas

f. Tidak sabaran

g. Usil, suka mengganggu anak lain

h. Permintaannya harus segera dipenuhi

i. Mudah frustasi dan putus asa

3. Hiperaktivitas atau tidak bisa diam, terdiri dari:

a. Sering menggerakkan kaki atau tangan dan sering menggeliat

b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas

c. Sering berlari dan memanjat

d. Mengalami kesulitan melakukan kegiatan dengan tenang

e. Sering bergerak seolah diatur oleh motor penggerak

f. Sering bicara berlebihan

Diagnosis ADHD biasanya ditentukan dengan menggunakan kriteria diagnosis

yang terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV – Text

revesion (DSM-IV TR) dari American Psychiatric Association berdasarkan Pedoman

Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) yang sesuai dengan

International Classification of Disease X (ICD X)

Berdasarkan DSM IV maka kriteria diagnostic ADHD adalah sebagai berikut:

a. Salah satu dari (1) atau (2):

7

Page 8: ADDH (rii)

1. Terdapat minimal enam (atau lebih) gejala-gejala inatensi berikut yang

menetap dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

sampai ke tingkat yang maladaptive dan tidak sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

Sering gagal untuk memberikan perhatian yang baik terhadap hal-hal

yang rinci atau sering melakukan kesalahan yang tidak

seharusnya/ceroboh terhadap pekerjaan sekolah, pekerjaan lain atau

aktivitas-aktivitas lainnya

Sering mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian dalam

melakukan tugas tanggung jawabnya atau dalam kegiatan bermain

Sering tampak tidak mendengarkan (acuh) pada waktu diajak berbicara

Sering tidak mampu mengikuti aturan atau intruksi dan gagal dalam

menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kegiatan sehari-hari atau pekerjaan

di tempat kerja (tidak disebabkan oleh karena Gangguan Perilaku

Menentang atau kesulitan untuk memahami intruksi

Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tugas tanggung

jawab atau aktivitas-aktivitasnya

Seringkali menghindari, tidak suka atau menolak kegiatan yang

memerlukan konsentrasi lama seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah

Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan atau

aktivitasnya (seperti mainan, buku-buku, atau peralatan-peralatan

lainnya)

Mudah teralih perhatiannya oleh stimulus yang dari luar

Mudah lupa akan kegiatan yang dilakukan sehari-hari

2. Terdapat minimal enam (atau lebih) gejala-gejala hiperaaktivitas-

impulsivitas berikut yang menetap dan telah berlangsung sekurang-

kurangnya 6 (enam) bulan sampai ke tingkat yang maladaptive dan tidak

sesuai dengan tingkat perkembangan anak:

Hiperaktivitas

(a) Sering gelisah dengan tangga atau kaki atau menggeliat di kursi

(b) Sering meninggalkan bangku di ruang kelas atau di situasi lain padahal

diharapkan ia tetap duduk

8

Page 9: ADDH (rii)

(c) Sering berlari di sekeliling atau memanjat pada situasi yang tidak sesuai

(pada remaja atau orang dewasa, dapat terbatas pada perasaan gelisah

subjektif)

(d) Sering memiliki kesulitan di dalam bermain atau terlibat di dalam aktivitas

senggang diam-diam

(e) Sering “sangat aktif” atau sering bertindak seolah-olah “dikendalikan oleh

motor”

(f) Sering bicara berlebihan

Impulsivitas

a) Sering menjawab pertanyaan segera sebelu pertanyaannya selesai

b) Sering memiliki kesulitan dalam menunggu giliran

c) Sering mengganggu orang lain (misal, memotong percakapan atau permainan)

A. Beberapa geala hiperaktif-impulsif atau inatensi yang menyebabkan hendaya

terjadi sebelum usia 7 tahun

B. Beberapa hendaya akibat gejala ada dalam dua atau lebih keadaan (misal, di

sekolah [atau tempat kerja] dan di rumah)

C. Harus ada bukti jelas adanya hendaya di dalam fungsi sosial, akademik, atau

pekerjaan yang secara klinis bermakna

D. Gejala tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan perkembangan

pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain serta tidak disebabkan oleh

gangguan jiwa lain (misal, gangguan mood, gangguan ansietas, gangguan

disosiatif, atau gangguan kepribadian)

Berdasarkan PPDGJ III, gangguan hiperkinetik dimasukkan dalam satu

kelompok besar yang disebut sebgai Gangguan perilaku dan emosional dengan onset

biasanya pada masa kanak dan remaja. Gangguan ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

1. Gangguan aktivitas dan perhatian

2. Gangguan tingkah laku hiperkinetik

3. Gangguan hiperkinetik lainnya

4. Gangguan hiperkinetik yang tak terinci

9

Page 10: ADDH (rii)

Pedoman diagnosis gangguan hiperkinetik ini berdasarkan PPDGJ II adalah:

Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua

ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada

lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik).

Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas

dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini

seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan

minatnya terhadap tugas yang satu, karena perhatiannya tertarik kepada

kegiatan lainnya (sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak

menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau perceptual yang tidak

biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya

didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang

sama.

Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya

dalam situasi yang menuntut keadaan relative tenang. Hal ini, tergantung

dari situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau melompat-lompat

sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang

menghendaki anak tetap duduk, terlalu banyak bicara dan rebut, atau

kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar (berbelit-belit). Tolak ukur untuk

penilaiannya adalah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks

apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-anak

lain yang sama umur dan IQ nya. Cirri khas perilaku ini paling nyata di

dalam situasi yang terstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap

pengendalian diri yang tinggi.

Gambaran penyerta tidak cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu

diagnosis, namun demikian dapat mendukung. Kecerobohan dalam

hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situsi yang berbahaya dan

sikap yang secara impulsive melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan

dengan mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang lain, terlampau

cepat menjawab pertanyan-pertanyaan yang belum lengkap diucapkan

orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya), semua ini merupakan ciri

gambaran penyerta.

10

Page 11: ADDH (rii)

Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah

dicatat secar terpisah (dibawah F80-F89; Gangguan perkembangan

psikologis) bila ada; namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari

diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya

Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi

ataupun criteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya

gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari gangguan

tersebut.

F 90.0, gangguan aktivitas dan perhatian. kriteria umum mengenai gangguan

hiperkinetik (F 90) telah terpenuhi, tetapiu kriteria untuk gangguan tingkah

laku (F 91) tidak terpenuhi. Termasuk gangguan pemusatan perhatian dan

hiperkinetik.

F 90.1, gangguan tingkah laku hiperkinetik. Memenuhi kriteria menyeluruh

mengenai gangguan hiperkinetik (F 90) dan juga kriteria menyeluruh

mengenai gangguan tingkah laku (F 91).1,5

E. Diagnosis banding dan kormobiditas

Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai ADHD. Gangguan

medis yang sering menyerupai ADHD yaitu epilepsi, sindroma tourette, gejala sisa

dari trauma kepala, gangguan penglihatan atau pendengaran, kekurangan zat Fe,

gangguan tidur. Gangguan psikiatri yang sering menyerupai ADHD adalah gangguan

penyesuaian, gangguan cemas, gangguan depresi, gangguan afektif bipolar, serta

retardasi mental. Adapun, gangguan medis yang sering menyertai (kormobiditas)

dengan ADHD adalah gangguan depresi yang timbul sekunder akibat kegagalan

reaksi penyesuaian anak dengan ADHD dengan tuntutan dari lingkungan sekitarnya.

Gangguan psikiatri yang seringkali menyertai ADHD yaitu gangguan belajar,

gangguan tingkah laku, gangguan perilaku menentang, serta gangguan obsesi

kompulsif. Berbagai penelitian menunjukkan 35% kasus ADHD juga disertai dengan

gangguan perilaku menentang dan sekitar 25%-75% kasus ADHD disertai dengan

gangguan suasana perasaan.1

11

Page 12: ADDH (rii)

Dampak dari ADHD terhadap tumbuh kembang seorang anak.

F. Tatalaksana

ADHD adalah gangguan yang bersifat heterogen dengan manifestasi klinis

yang beragam. Saat ini belum ada terapi yang diakui untuk menyembuhkan anak

ADHD secara total. Berdasarkan evidance based, tatalaksana ADHD adalah

pendekatan kompherensif dengan prinsip Multi Treatment Approach (MTA), yaitu

dengan mendapatkan terapi obat dan juga diberikan terapi psikososial seperti terapi

perilaku, terapi kognitif,-perilaku, serta latihan keterampilan sosial. Disamping itu,

juga dengan memberikan psikoedukasi kepada orangtua, pengasuh maupun guru yang

sehari-harinya berhadapan dengan anak ADHD.

Perilaku perawatan dalam studi MTA termasuk tiga pendekatan:

1) Pelatihan untuk orang tua: Membantu orang tua belajar tentang ADHD dan cara-

cara untuk mengelola perilaku ADHD.

12

Gangguan Perilaku

Usia Pra sekolah

-Kesulitan akademik-Sosialisasi buruk-Terdapat problem citra diri-Berurusan dengan hukum-Merokok-Risiko untik mendapatkan trauma atau cedera

-Kegagalan dalam pekerjaan-Problem dalam membina hubungan interpersonal-Risiko mendapatkan cedera atau kecelakaan

-Kegagalan akademik-Kesulitan dalam pekerjaan-Terdapatnya problem citra diri-Penggunaan zat / obat-obatan-Risiko mendapatkan cidera / kecelakaan

-Gangguan Perilaku-Kegagalan akademik-Terganggunya hubungan dengan teman saya-Terdapatnya problem citra diri

Usia sekolah RemajaUsia disaat perguruan tinggi

Dewasa

Page 13: ADDH (rii)

2) Pengobatan khusus untuk anak: Membantu anak-anak dan remaja dengan ADHD

belajar untuk mengembangkan sosial, akademik, dan keterampilan memecahkan

masalah

3) Intervensi Berbasis Sekolah: membantu guru untuk bertemu anak-anak dalam

memenuhi kebutuhan pendidikan dengan mengajarkan mereka keterampilan untuk

mengelola perilaku anak-anak ADHD di dalam kelas (seperti hadiah, konsekuensi,

dan kartu laporan harian dikirim ke orang tua).6

Tujuan utama penatalaksanaan anak ADHD adalah memperbaiki pola perilaku

dan sikap anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari dengan memperbaiki fungsi

kontrol diri, sehingga anak mampu untuk memenuhi tugas tanggung jawab nya secara

optimal sebagaimana usianya. Tujuan lainnya adalah memperbaiki pola adaptasi dan

penyesuaian sosial anak sehingga terbentuk suata kemampuan adaptasi terbentuk

suatu kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matur sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

1. Pendekatan psikofarmakologi pada anak dengan ADHD.

Obat yang merupakan pilihan pertama adalah obat golongan psikostimulan.

Terdapat 3 macam golongan obat psikostimulan yaitu golongan Metilfenidat

(terdapat di Indonesia), golongan Deksamfetamin, golongan Pamolin. Menurut

Barley dkk, efektivitas pemberian obat golongan metilfenidat sebesar 60-70%

dalam mengurangi gejala hiperaktivitas-impulsivitas dan inatensi. Efek samping

yang ditemukan dalam pemberian obat ini antara lain penarikan diri dari

lingkungan sosial, over fokus, letargi, agitasi, iritabel, mudah menangis, cemas,

sulit tidur, penurunan nafsu makan, sakit kepala, pusing dan timbulnya tics yang

tidak ada sebelumnya. Efek samping ini biasanya timbul pertama kali pemakaian

obat atau jika terjadi peningkatan dosis obat yang diberikan. Biasanya gejala efek

samping obat akan hilang dalam beberapa jam setelah obat dihentikan atau

dosisnya diturunkan. Penghentian pemakaian obat ini biasanya dilakukan secara

bertahap untuk terjadi rebound phenomena.

Jenis Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian

13

Page 14: ADDH (rii)

SampingMetilfenidat (tablet, 10mg dan 20 mg)

0,3-0,7mg/KgBB /hr.Biasanya dimulai 5mg/hr(pagi). DosisMax 60mg/hr.

Insomnia, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, sakit kepala, iritabel.

Untuk jenis intermediate release(IR), lama kerja obat 3-4 jam. Mula kerja obat cepat (30-60 menit). Efektif 70% kasus;keamanan cukup terjamin.

Tidak dianjurkan pada pasien dengan kecemasan tinggi, tics motorik dan riwayat keluarga dengan sindroma Tourette

Metilfenidat (slow release,20mg)

Dosis dimulai dengan 20mg(pagi), dan dapat ditingkatkan dengan dosis 0,3-0,7mg/kgBB/hari. Kadang-kadang perlu ditambahkan 5-10mg (pagi).Dosis max 60mg/hr

Insomnia, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, sakit kepala, iritabel.

Untuk jenis slow release, sekitar 7 jam. Terutama berguna untuk remaja dengan GPPH sehingga dapat menghindari pemberian obat di siang hari.

Awitan kerja lambat (1-2jam setelah pemberian obat oral);tidak dianjurkan pada pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi, tics motorik atau riwayat keluarga dengan sindroma Tourette’s

Metilfenidat-OROS (18mg,36mg,54mg)

Dosis dimulai dengan 18mg, 1 hari sekali di pagi hari.Dosis ditingkatkan dengan dosis

Insomnia, penurunan nafsu makan, penurunan berat

Untuk jenis osmotic release oral system, sekitar 12 jam dengan kadar plasma

Tidak dianjurkan pada pasien dengan kecemasan

14

Page 15: ADDH (rii)

0,3-0,7mg/kgBB/hr

badan, sakit kepala, iritabel

obat yang relatif stabil

tinggi, tics motorik dan riwayat keluarga dengan sindroma Tourette

Obat golongan antidepresan juga dapat digunakan pada anak dengan ADHD.

Obat ini bekerja sebagai inhibitor metabolisme dopamin dan norepineprin. Obat

antidepresan seperti imipramin dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan

dalam mengurangi gejala ADHD, tetapi efikasinya lebih rendah dari obat golongan

psikostimulan. Pemakaian obat ini pada anak menjadi terbatas karena efek samping

dari obat ini terhadap kardiovaskuler, neurologik, dan anti kolinergik.

Obat antidepresan lain yaitu golongan penghambat ambilan serotonin yang

bekerja secara spesifik / serotonin specific reuptake inhibitor (SSRI), misalnya

flouxetine. Pemberian flouxatine 0,6 mg/KgBB dapat memberikan respon sebesar

58% pada anak ADHD yang berusia7-15 tahun.

Obat antidepresan golongan penghambat monoamin oksidase, seperti

moclobemide dengan dosis 3-5mg/KgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis pemberian.

Obat golongan antipsikotik seperti risperidon, obat antikonvulsi seperti golongan

carbamazepin, dan obat antihipertensi seperti klonidin juga bermanfaat mengurangi

gejala ADHD pada anak.

2. Pendekatan psikososial pada anak dengan ADHD yaitu

a. Adanya pelatihan keterampilan sosial pada anak dengan ADHD sehingga

diharapkan anak tersebut akan lebih mengerti norma-norma sosial dan mampu

berinteraksi serta beraksi sesuai dengan norma yang ada.

b. Edukasi bagi orang tua dan guru kelasnya, agar anak dengan ADHD

mendapatkan suatu bentuk terapi perilaku yang disebut sebagai modifikasi

perilaku.

c. Modifikasi perilaku merupakan teknik perilaku dengan mengguanakan prinsip

ABC (Antecendents Behaviour and Consequences).Dalam modifikasi

perilaku, orangtua diharapkan merubah antecendents dan consequences

15

Page 16: ADDH (rii)

sehingga diharapkan anak dapat mengubah perilaku yang awalnya kurang

adaptif menjadi lebih adaptif dengan lingkngan sekitarnya. Teknik ini

umumnya membutuhkan waktu cukup lama dan dijalankan secara konsisten.

d. Selain itu, edukasi dan pelatihan pada guru merupakan hal yang sangat penting

karena salah satu permasalahan anak dengan ADHD adalah permasalahan

akademis, dan edukasi ini juga dapat menghindari angggapan buruk terhadap

anak dengan ADHD dan guru diharapkan akan meningkatkan kemampuan

dalam mengempati sikap, perilaku dan reaksi emosi anak didik dengan

ADHD.

Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga atau kelompok antar

orangtua. Di dalam kelompok ini, orangtua akan merasa lebih nyaman dan

terbuka mengemukakan masalah yang dihadapi anak mereka, serta lebih

mudah mengekspresikan apa yang mereka rasakan serta dapat saling berbagi

pengalaman dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi anak mereka.1

16

Page 17: ADDH (rii)

BAB III

KESIMPULAN

Permasalahan maupun penyelesaian masalah anak dengan ADDH perlu

mendapatkan perhatian yang lebih, terutama dari praktisi kesehatan jiwa yang bekerja

dalam dunia anak. Angka kejadian ADDH yang cukup tinggi di masyarakat (4-10 %

dari populasi anak usia sekolah dasar). Merupakan sinyal bagi kita semua untuk mulai

memikirkan apa yang sebaiknya dan seharusnya dulakukan saat ini dan di masa

mendatang. Anak-anak ADDH merupakan anak yang dengan kebutuhan khusus oleh

karena itu perencanaan dan tatalaksana yang akan diberikan haruslah dirancang

sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh aspek kehidupan anak dan juga

keluarganya.

17

Page 18: ADDH (rii)

DAFTAR PUSTAKA

1. T. Wiguna. 2010. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Badan penerbit

FKUI : Jakarta. Hal 441-454

2. Asherson, Philip Phd. ADHD and Genetics. Encyclopedia on Early Chilhood

Development;2010;1-8

3. Sadock, J. Benjamin, Virginia A. Sadock. 2010. Gangguan Defisit Atensi. EGC :

Jakarta. Hal 597-601.

4. US Department of health anf human service. Attention Deficit Hiperactivity Disorder

(ADHD). National Instute of Mental Health.2008;1-28

5. Maslim, Rusdi. 2003. Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya

Pada Masa Kanak dan Remaja dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta. Hal 136-137

6. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry and American Psychiatric.

ADHD parents medication guides;2010;1-28

18