ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA...

81
i ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI DESA SENAUNGKECAMATAN. JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN. MUARO JAMBI) SKRIPSI MASTURA SHK.162115 DosenPembimbing: Dr. H. Ishaq, S.H, M. Hum Mustiah RH, SAg.,M.Sy PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITASISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA...

Page 1: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

i

ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

(STUDI DESA SENAUNGKECAMATAN. JAMBI LUAR

KOTA KABUPATEN. MUARO JAMBI)

SKRIPSI

MASTURA

SHK.162115

DosenPembimbing:

Dr. H. Ishaq, S.H, M. Hum

Mustiah RH, SAg.,M.Sy

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITASISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawahini:

Nama : Mastura

NIM : SHK. 162115

Jurusan :Hukum Keluarga Islam

Alamat : Jl. Kh. Hasan Anang Rt. 03 Kec. Danau Teluk Kota

Jambi.

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul“ Adat Pingitan

Sebelum Peminangan Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Desa Senaung

Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi)” adalah hasil karya

pribadi yang tidak mengandung palgiatrisme dan tidak berisimateri yang

dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan

sumbernya sesuai dengan ketentuan yang diberikan secara ilmiah.

Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung

jawabkannya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh

dari skripsi ini.

Jambi. 30 Desember 2019

Yang Menyatakan

Mastura

SHK.162115

Page 3: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

iii

embimbing I : Drs. Ishaq, SH., M. Hum

Pembimbing II : mustiah RH, S.Ag.,M.Sy

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

Jambi, April 2020

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di-

JAMBI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamualaikum wr wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi

saudari Mastura, SHK. 162115 yang berjudul:

“Adat Pingitan Setelah Peminangan Di Tinjau Dari Hukum Islam (Studi

Desa Senaung Kecamatan. Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi).”

Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi

syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Hukum

Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamualaikum wr wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ishaq, SH., M. Hum Mustiah RH, S. Ag,. M. Sy

NIP. 196312181994031001 NIP. 197007061998032003

Page 4: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Adat Pingitan Setelah Peminangan Di Tinjau Dari

Hukum Islam (Studi Desa Senaung Kecamatan. Jambi Luar Kota

Kabupaten Muaro Jambi).” telah diujikan pada Sidang Munaqasah Fakultas

Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tanggal 2019. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Satu (S.1)

dalam Jurusan Hukum Keluarga Islam.

Jambi, Maret 2020

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah

Sayuti, S. Ag, M. H

NIP: 197201022000031005

Panitia Ujian:

1. Ketua Sidang : ……………………………… (.....................)

NIP.

2. Sekretaris Sidang : …...………………………….. (.....................)

NIP.

3. Pembimbing I : Drs. Ishaq, SH., M. Hum (.....................)

NIP. 196312181994031001

4. Pembimbing II : Mustiah RH S.Ag.,M.Hy (.....................)

NIP. 197007061998032003

5. Penguji I : ………………………………. (.....................)

NIP.

6. Penguji II : ………………………………. (.....................)

NIP.

Page 5: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

v

MOTTO

حورمقصوراتفيالخيام

Artinya: “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih di pingit dalam

rumah”1

1 Qs. Ar-Rahman (55):72

Page 6: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman

tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543

b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai

berikut:

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba´ B Be ة

Ta´ T Te ت

Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث

Jim J Je ج

Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha´ KH Ka dan Ha خ

Dal D De د

Źal Ż Zat (dengan titik di atas) ذ

Ra´ R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin SY Es dan Ye ش

Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص

Dad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض

Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط

Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain ´ Koma terbalik di atas ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qāf Q Qi ق

Kāf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em و

Nun N En

Wawu W We و

Ha´ H Ha

Hamzah ' Apostrof ء

Ya´ Y Ye ى

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap

Ditulis Muta„adiddah يتعد دة

Ditulis „Iddah عدة

C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan tulis h

Page 7: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

vii

Ditulis Hikmah حكة

Ditulis „illah عهة

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang

sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan

sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis dengan h.

‟Ditulis Karamatul al-auliya كر ية الأ و نيب ء

Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t Ditulis Zakatul fitri ز كبة انفطر

D. Vokal Pendek

Ditulis A

Ditulis I

Ditulis U

E. Vokal Panjang

Fathah alif

جب ههية

Ditulis

Ditulis

Ā

Jāhiliyyah

Fathah ya‟ mati

يسعي

Ditulis

Ditulis

Ā

yas‟ā

Kasrah ya‟ mati

كريى

Ditulis

Ditulis

Ĭ

Karĭm

Dammah wawu mati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ũ

Furũd

F. Vokal Rangkap

Fathah alif

بيكى

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Fathah wawu mati

قول

Ditulis

Ditulis

Au

Qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan

Apostrof

Ditulis A‟antum ااتى

Ditulis U‟iddat اعد ت

Ditulis La‟in syakartum نئ شكرتى

H. Kata Sandang Alif Lam

1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah

Ditulis Al-Qur‟an انقر ا

Ditulis Al-Qiyas انقيب س

Page 8: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

viii

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el)

nya

‟Ditulis As-Sama انسبء

Ditulis Asy-Syams انشس

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

Ditulis Zawi al-furud ذو انفروض

Ditulis Ahl as-sunnah اهم انسة

Page 9: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

ix

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Praktek adat pingitandi Desa Senaung

Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, untuk mengetahui tinjauan

hukum Islam terhadap adat pingitan setelah peminangan. Adapun adat pingitan itu

hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaiamana pandangan hukum Islam

mengenai adat pingitan setelah peminangan yang dilakukan selama 3 bulan, 7

hari, bahkan ada yang melakukan selama 1 hari. Dan tradisi ini hanya dilakukan

oleh mereka yang telah di Khitbah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan

(field research) dengan menggunakan metode penelitian pendekatan yuridis

empiris. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data

sekunder. Istrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan

(observasi), wawancara (interview)dan dokumentasi. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data (data reduction),

penyajian data (datadisplay), penarikan kesimpulan (verifikasi). Berdasarkan

analisis pandangan Islam serta dengan tinjauan „urf sebagai pendekatan di

sesuaikan dengan kasus yang ada di desa Senaung terhadap adat pingitan maka

dapat disimpulkan bahwa: adat pingitan setelah peminangan ini dilakukan dalam

waktu yang berbeda beda, tradisi ini biasanya pihak keluarga yang menyarankan

kepada yang ingin melangsungkan pernikahan. Masyarakat desa senaung

mempercayai apabila adat ini tidak dilakukan calon pengatin akan lebih rentan

terkena musibah masyarakat Desa Senaung sering menyebutnya (darah manis).

Dengan kata lain mereka lebih mempercayai bahwa musibah itu terjadi apabila

tidak calon pengantin tidak melakukan pingitan maka di anggap sebagai „Urf yang

fasid pada hakikatnya dan bila Allah berkehendak terhadap sesuatu, maka

(cukuplah) Dia mengatakan jadilah, maka jadilah dan Allah SWT yang maha

mengetahui segala kejadian yang terjadi terhadap setiap hambanya, bukan karena

calon pengantin tidak di pingit.

Kata Kunci : Adat, Peminangan, Ditinjau Dari Hukum Islam.

Page 10: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

x

KATA PENGANTAR

الحود الله الر أز ل الهدي ف قلى ب العلن. والصلا ة والسلا م عل

اشسف الا با ء والوس سلي سد ا محمد وعل ال و صحب والتا بعي

لهن با حسا ى ال ىم الد ي. أشهد اى لا ال الا الله وأشهد اى سد ا محمدا

عبد وزسى ل.Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya kepada penulis sehingga penulisa dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul: “Adat Pingitan Setelah Peminangan Ditinjau Dari Hukum Islam

(Studi Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi)”.

Kemudian tak lupa penulis kirimkan sholawat teriring salam kepada nabi

besar Muhammad SAW, yang telah memberi kira petunjuk dari alam kejahilan

menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini, yang

disinari dengan iman dan Islam.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan

ilmu dan memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar serjana strata

satu (S1) pada Fakultas Syari‟ah Universitas IslamNegeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha

semaksiamal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena

keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehinnga masih terdapat

kejanggalan dan kekurangan dalam penyusunan skrispsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi asyari, MA. Ph D, sebagai Rektor Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 11: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xi

2. Bapak Dr. Sayuti, S. Ag, M. H, sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Agus Salim, M. A., M. I. R., Ph. D sebagai Wakil Dekan Bidang

Akademik, Bapak Ruslan Abdul Gani, SH, M. Hum, sebagai Wakil Dekan

Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. Ishaq,

SH., M. Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Sekaligus Pembimbing I.

4. Ibu Mustiah RH, S. Ag., M. Sy, Sebagai Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam

Sekaligus Pembimbing II, dan Bapak Irsadunnas sebagai Sekretaris Prodi

Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

5. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.

7. Masyarakat Desa Senaung Mulai dari Staff Kantor Kepala Desa Senaung, dan

pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat

memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT

Page 12: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xii

kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.

Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Page 13: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xiii

PERSEMBAHAN

Hamparan nikmat yang telah Allah SWT berikan dalam penyusunan skripsi ini

Untaian kalimat sholawat dan salam kepada habiballah Nabi Muhammad SAW

Kata demi kata kurangkai, bait demi bait tercipta

Untuk mereka yang telah menanti

Masa yang tak terganti

Kini aku sampai pada waktu dimana yang selalu dipertanyakan, “kapan

wisuda?”.Karyaini Ku pesembahkan kepada mailakat-malaikat nyata dalam

hidupku Ayahwarsono, emak patmawati. Ku tengok raga kalian, kecil tapi penuh

kekuatan, lemah tapi penuh keberanian, pantang menyalah untuk gelar S1 ku.

Lembaran-lembaran ini bagian kecil bakti kasihku untuk ayah, mak

Untuk adik adikku Firdaus, Arip dan adik perempuanSiti Legiasi.... terimakasih

kalian telah banyak mengalah hingga ayuk ketahap ini.

Terimakasih telah mensupport dan membantu secara finansial sahabatku

Mardiana, A. Yani, Emi Lestari dan Ahmad Nasbi Yaallah, aku hanya bisa

memberikan do‟a. Teruntuk teman sekaligus keluarga di prodi Hukum Keluarga

Islam 2016, terimakasih telah menjadi bagian tawaku bahagiaku, amarahku,

tangisku selama ini saksi hidup perjalananku. Aku sayang kalian

Rasa sayang, canda tawa juga suka duka dalam kebersamaan kita akan kurindukan

Gambaran kebahagiaan

Ada di depan mata. Gelar ku SH.

Page 14: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. LEMBARAN PERNYATAAN .......................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... x

KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi

PERSEMBAHAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

C. Batasan Masalah .................................................................................... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7

E. Kerangka Teori ...................................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 11

BAB II METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 14

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................... 15

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 16

D. Unit Analisis Data ............................................................................... 17

E. Instrumen Pengmpulan Data ............................................................... 19

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 20

G. Sistematika Penulisan.......................................................................... 22

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Senaung ......................................................................... 23

B. Aspek Geografis .................................................................................. 27

C. Aspek Demografis ............................................................................... 28

D. Aspek Ekonomi ................................................................................... 36

E. Struktur Organisasi ............................................................................. 38

Page 15: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xv

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Penetapan proses adat pingitan setelah peminangan di desa

senaung .............................................................................................. 39

B. Pandangan Masyarakat Terhadap Adat Pingitan Setelah

Peminangan Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota

Kabupaten Muaro Jambi ................................................................. 43

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Adat Pingitan Setelah

Peminangan Di Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota

Kabupaten Muaro Jambi .................................................................. 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 57

B. Saran .......................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................

CURRICULUM VITAE.................................................................................

Page 16: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xvi

DAFTAR SINGKATAN

1. As : Alaih as-salam

2. Hlm : Halaman

3. H : Hijriah

4. KHI : Kompilasi Hukum Islam

5. M : Masehi

6. UU : Undang-undang

7. UIN : Universitas Islam Negeri

8. Q.S : Al-Qur‟an Surah

9. HR. : Hadits Riwayat

10. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam

11. SWT : Subhanahu Wata‟ala

Page 17: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I Pasangan Yang Melakukan Adat Pingitan . .......................................... 5

Tabel II Orbitasi/Jarak Antar Ibu Kota . ............................................................ 27

Tabel III Prasarana Umum Yang Ada ............................................................... 27

Tabel IV Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Senaung . ................ 28

Tabel V Kepadatan Dan Persebaran Penduduk Desa Senaung Tahun 2019 ... 30

Tabel VI Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Senaung .32

Tabel 7 Jenis Mata Pencahrian Penduduk Desa Senaung. ................................. 35

Page 18: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan, ini adalah

suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk

berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.2

Pernikahan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, sejak

zaman dahulu hingga sekarang. Karena pernikahan merupakan masalah yang

aktual untuk di bicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum. Dengan jalan

pernikahan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan.3

Syariat Islam menghendaki pelaksanaan pranikah (peminangan) untuk

menyingkapi kencintaan kedua pasangan manusia yang akan mengadakan

transaksi nikah, agar dapat mebangun keluarga yang didasarkan pada kencintaan

yang mendalam menurut tradisi ahli syara‟, pendahuluan transaksi nikah disebut

khitbah. Mayoritas ulama‟ fiqih, syaria‟at dan perundang-undangan bahwa tujuan

pokok khitbah adalah berjanji akan menikahi.

Sejalan dengan penerimaan terhadap agama Islam, tidaklah serta merta

mereka meninggalkan adat mereka sama sekali, apalagi tidak semua nilai-nilai

adat itu bertentangan dengan agama Islam. Mereka mengadakan koreksi ketat

2Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 6. 2Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1999), hlm. 1.

Page 19: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

2

untuk memisahkan mana nilai adat yang dapat diakui oleh agama (mu‟tabar) dan

mana yang tidak sesuai sehingga tidak diakui (mulghah). Sehingga adat Jambi

menjadi “adat yang bersendi syara‟ dan syara‟ bersendi kitabullah” adalah adat

suatu daerah harus sesuasi dengan aturan syara‟ atau syari‟at sumbernya adalah

Al-Quran dan Sunnah.4

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa masyarakat adat Jambi sulit untuk

meninggalkan adatnya. Masyarakat adat Jambi bertekad untuk melaksanakan adat

sejalan dengan pelaksanaan syari‟at agama dan menjadikan sebagai sumber tata

nilai dan sistem nilai yang membentuk sikap mental satu pola berpikirnya yang

selanjutnya mempengaruhi pola tingkah lakuadatnya. Ini diungkapkan dengan

sloko adat Jambi.

Adat juga disebut urf atau sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-

ulang serta menjadi kebiasaan di dalam masyarakat, adat istiadat mempunyai

ikatan dan pengaruh yang sering dalam masyarakat, kekuatan mengikatnya

tergantung pada masyarakat yang mendukung adat tersebut.5

Setiap daerah mempunyai tradisi sesuai dengan adat istiadat setempat. Ini

bisa dikatakan seperti di daerah Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota

Kabupaten. Muaro Jambi. Masyarakat Desa Senaung pada dasarnya merupakan

masyarakat yang agamis dengan menjadikan Islam sebagai agama dan

keyakinannya. Hal ini tercermin dengan adanya kegiatanyang bersifat agamis

seperti sholawatan, yasinan, pengajian ibu-ibu di masjid dan kegiatan lainya.

4Sulaiman Abdullah. Himpunan Materi Pembekalan Adat Istiadat Jambi Bagi Ketua

Lembaga Adat Kecamatan dan Para Pengurus Lembaga Adat Kabupaten/Kota Dalam Provinsi

Jambi AngkatanKe-VI dan VII, Jambi: 2006.hlm. 8. 5Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,(Jakarta: Raja GrafindoPrasada, 2012), hlm.

73.

Page 20: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

3

Tradisi atau kebiasaan masyarakat di Desa Senaung biasanya sebelum

melakukan pernikahan meraka melangsungkan lamaran atau khitbah terlebih

dahulu. Tradisi seperti ini tidak hanya berlaku di Desa Senaung saja namun

teradisi seperti ini juga banyak dilakukan hampir di setiap daerah di Indonesia.

Katika lamaran atau khitbah ini biasanya ada pemberian barang seperti

cincin kawin pada lamaran ini sebagai tanda yang dapat di lihat sebagai bukti

adanya persetujuan untuk melangsungkan pernikahan selama acara lamaran itu

pihak laki-laki dan perempuan tidak dibolehkan untuk bertemu hanya ayah, ibu

dan ketua adat, alim ulama dan kedua belah pihak keluarga.

Menurut hasil grand tour yang penulis lakukan dalam proses pertunangaan

kedua belah pihak langsung menentukan berapa lama proses lamaran meanjelang

pernikahan, biasanya masyarakat di Desa Senaung memberikan waktu 3 bulan

(seumur jagung) sampai 6 bulan (seumur padi), apabila pernikahan tidak

dilakukan sesuai dengan perjanjian lebih dari 3 atau 6 bulan dari yang telah

disepakati maka salah satu pihak dipertanyakan apa alasan mereka menunda

kesepakatan pernikahan dari prosesi lamaran. Jika pihak laki-laki yang

membatalkan pertunangan cincin yang diberi tidak dikembalikan namun apabila

pihak perempuan yang membatalkan maka perempuang tersebut mengembalikan

dua kali lipat dari apa yang telah diberikan.6

Dikalangan hukum adat kini terdapat suatu gejala baru yaitu bahwa suatu

persetujuan dirasakan baru mengikat betul-betul bagi pihak-pihak yang

bersangkutan jika diadakan suatu “tanda” yang dapat dilihat sebagai adanya

6Wawancara dengan Azwar Anas, selaku ketua adat Desa Senaung, 21 Maret 2019.

Page 21: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

4

adanya bukti persetujuan. Tanda itu berwujud suatu barang atau sejumlah uang

yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan atau kedua belah pihak

saling memberikan secara timbal balik.7

Pernikahan itu selalu ada sangkut pautnya dengan adat istiadat seperti

halnya di Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi,

ada beberapa hal yang sangat unik dalam proses sebelum pernikahan. Tradisi ini

sudah menjadi turun temurun yang eksistensinya masih berlangsung sampai saat

ini. Begitu pula halnya pernikahan menurut adat di Desa Senaung, ada beberapa

tahapan yang harus dilaksanakan sebelum perkawinan seperti, peminangan,

pembacaan sloko adat, pingit, dan walimatul‟urs.

Menurut masyarakat Desa Senaung pingit itu sendiri disimpan dan di

keluarkan pada masa yang ditentukan, sementara pingitan merupakan proses

mempersiapkan diri suatu tradisi sebelum dan sesudah akad dilakukan laki-laki

dan perempuan harus dikurung terlebih dahulu satu minggu setelah atau sebelum

walimatul‟urs. Kedua calon suami dan istri diberi pilihan ingin melaksankan

proses pingit di dalam rumah atau di dalam kamar.8 Tradisi ini menjadi sebuah

keharusan di Desa Senaung hal ini di karenakan untuk menjaga diri mereka.

7Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Karya Gemilang,

2002), hlm. 6. 8Wawancara dengan Azwar Anas,selaku Ketua Adat Desa Senaung ya, 21 Maret 2019,

14.30WIB.

Page 22: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

5

Tabel 1

Pasangan yang melakuakan adat pingitan 2016-2019:

No Profesi Passangan Yang Melakukan

Pingitan

3 Bulan 7 Hari 1 Hari

1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 0 0 15 Orang

2 Karyawan wiraswasta 13 Orang 16 Orang 20 Orang

3 Tidak Berkerja 15 Orang 20 Orang 25 Orang

Jumlah 28 Orang 36 Orang 60 Orang

(Sumber: Hasil wawancara masyarakat Desa Senaung 2019)

Berdasarkan tabel di atas adat pingitan ini banyak dilakukan oleh mereka

yang tidak berkerja, namun ada sebagia kecil dilakuakn oleh karyawan hal ini

dikarenakan sebagian dari mereka tidak ingin meninggalkan perkerjaannya.

Calon suami maupun isteri bahkan juga dilarang untuk keluar rumah, tujuh

atau dua hari menjelang walimatul‟urs sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

menurut adat di Desa Senaung salah satu pihak pengantin harus dikurung di dalam

kamar selama tujuh sampai dua hari tidak diperbolehkan untuk keluar kamar

kecuali dalam keadaan darurat misalnya untuk makan atau buang air.9Tradisi

pingit ini hampir dilakukan oleh setiap calon pengantin.

Masyarakat Desa Senaung mempercayai apabila pingitan tidak dilakukan

maka calon pengantin akan terkena musibah meraka menyebutnya “darah

9

Wawancara dengan Nur Aini Mahmudah, Selaku Masyarakat Desa Senaung, 01

November 2019.

Page 23: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

6

manis”.10

Maksudnya ialah mereka akan lebih rentan terkena musibah,

masyarakat akan lebih hati-hati untuk keluar rumah. Masyarakat hanya

memberlakukan adat ini bagi mereka yang telah bertunangan tidak berlaku

terhadap masyarakat yang belum dipinang.

Sebagai masyarakat yang masih kental tradisi adat, masyarakat Desa

Senaung masih percaya dengan mitos-mitos. Sebagaiana yang diketahui bahwa

mitos dalam konteks mitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentuk

dari masyarakat yang berrorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yan

bersifat statis, kekal. Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah/historis,

bentukan masyarakat pada masanya.11

Berdasarkan latar belakang masalah yang

telah penulis uraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul “Adat Pingitan Setelah Peminangan Di Tinjau Dari

Hukum Islam (Desa Seanaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro

Jambi)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi

pokokpermasalahan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana penetapan proses adat pingitan setelah peminangan di Desa

senaung?

10 Wawancara dengan Nur Aini Mahmudah, Selaku Masyarakat Desa Senaung, 01 Maret

2019. 11

Sri Iswidayati, Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Pendukungnya, Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, Staf Pengajarn Jurusan Seni Rupa,

Fukultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang Volume VIII No. 2 / Mei-Agustus-2007

Page 24: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

7

2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelaksanaan adat pingitan setelah

peminangan menurut adat Desa Sanaung, Kecamatan Jambi Luar Kota,

Kabupaten Muaro Jambi?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap adat pingitan setelah peminangan

menurut adat Desa Sanaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro

Jambi?

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan agar tidak menyalahi sistematika

penulisan skripsi ini, sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis

membatasi masalah yang dibahas, sehingga tidak keluar dari topik pembahasan.

Penelitian ini hanya membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap adat

pingit di Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka

dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan dan kegunaan penelitian, yaitu:

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui penetapan proses adat pingitan sebelum peminangan

menurut adat Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro

Jambi

b. Ingin mengetahui pandangan masyarakat terhadap pingitan setelah

peminangan sebelum pernikahan menurut adatDesa Sanaung, Kecamatan

Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

Page 25: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

8

c. Ingin menjelaskan tijauan hukum Islam terhadap pingitan setelah peminangan

sebelum pernikahan menurut adat Desa Sanaung, Kecamatan Jambi Luar

Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah manfaat yang mungkin diperoleh dari

penelitian dan mampu memberikan sumbangan yang sehubungan dengan

penelitian ini. Kegunaan penelitian sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada

masyarakat khususnya bagi masyarakat di Desa Senaung, Kecamatan Jambi

Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, mengenai pingit dalam hal pernikahan.

2. Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi bahan untuk

mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan ilmu

pengetahuan khususnya studi Hukum Keluarga Islam.

b. Kegunaan Praktis

1. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak

terutama bagi alim ulama, pemangku adat,dan masyarakat pada umumnya di

Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

2. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap tentang

tinjauan hukum Islam tentang pingit setelah peminangan di Desa Senaung,

Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

E. Kerangka Teoritis

1. Kerangka Teoritis

Page 26: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

9

Merupakan serangkaian pernyataan sistematis yang berisifat abstrk tentang

subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai, peranta

sosial, peristiwa, perilaku manuisia, dan teori teori umum yang muncul dari

variabel penelitian.12

Teori KaedahUshul Fiqh(Al-‘Adah Al-Muhakkamah)

Ushul fiqih berasal dari bahasa arab, yang terdiri dari kata “ushul”

jamak dari kata “ashlu” artinya: asal, dasar, atau pokok dan fiqih paham atau

mengerti13

.

Tujuan dari ilmu fiqih adalah untuk memgetahui jalan dalam mendapatkan

hukum syariat dan cara untuk mengistimbatkan suatu hukum dari dalil-dalilnya.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebutuhan terhadap ilmu ushul fiqih sangat

diperlukan dalam istinbat hukum14

.

العادةهحكوت

Artinnya:“Adat dapat dijadikan perimbangan dalam menetapkan

hukum”.15

Yang dimaksud dengan kaidah al‟adah muhakkamah tradisi ini harus

belaku secara dominan dan harus berlaku atau sudah ada sejak dulu, tidak

bertentangan dengan nash syara‟ (al-quran dan hadis), adat yang bisa dijadikan

pijakan untuk mencetus hukum ketika tidak ada dalil syar‟i. Namun tidak semua

adat bisa dijadikan pijakan hukum. Secara bahasa Al-„adah diambil dari kata al-

„awud atau al-mu‟awah yang artinya berulang, oleh karena itu tiap-tiap sesuatu

12

Zainuddin Ali, MetodePenelitianHukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 86-87. 13

Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 13. 14

Ibid, hlm. 17. 15

A. Dzauli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 9.

Page 27: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

10

yang sudah terbiasa dilakukan tanpa diusahakan dikatakan sebagai adat dengan

demikian suatu yang baru dilakukan satu kali dinamakan adat.

Menurut Ibnu Nuzhaim defenisi al-adah adalah suatu ungkapan yang

terpendam dalam diri, perkara yang berulang-ulang yang bisa diterima oleh tabiat

(perangai) yang sehat.

إ وا تعتبس ا لعا دة إ ذ ا ا ضطس او غلبت

Artinya :“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah adat

yang terus menerus berlaku atau berlaku umum”

Dalam pengertian yang sama, terdapat istilah lain dari Al-„adah yaitu Al-

„urf, yang secara bahasa berarti suatu keadaan, ucapan, dan perbuatan, atau

ketentuan yang dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakan

atau meninggalkannya. „Urf adalah apa yang dikenal manusia dan mengulang-

ngulangnya dalam ucapan dan perbuatannya sampai hal tersebut menjadi biasa

dan berlaku umum.Sedangkan muhakkamah adalah putusan hakim dalam

pengadilan dalam menyelesaikan sengketa, artinya adat juga bisa menjadikan

rujukan hakim dan memutus persoalan sengketa yang di ajukan di meja hijau.16

Adat kebiasaan suatu masyarakat dibangun atas dasar-dasar nilai yang dianggap

oleh masyarakt tersebut.Nilai-niali tersebut diketahui, dipahami, disikapi, dan

dilaksanakan atas dasar kesadaran masyarkat tersebut.17

16

Abbas, Irfan, Kaidah-Kaidah Fiqih Muammalah Dan Aplikasinya Dalam Ekonomi

Islam Dan Perbankan Syari‟ah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Dan Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 204. 17

Ibid, hlm. 79.

Page 28: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

11

b. Teori Living Law

Teori yang didasarkan pada kerangka teori hukum sebagai proyek.Teori

hukum sebagai proyek adalah suatu penggambaran bahwa hukum itu harus

dinamis18

. Hukum yang demikian merupakan sesuatu yang harus diwujudkan

untuk mencapai keadilan dal legitimitas menuju ke hukum yangoptimal, yang

berorientasi pada nilai-nilai asas-asas hukum sebagai ukuran untuk praktik

hukum.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam menyusun sebuah skrpsi, tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan dibahas oleh penyusun

skripsi dab sebelum penyusun melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang

penyusun bahas. Adapun skripsi yang terkait dengan pembahasan yang sama

yaitu:

Pertama, penelitian ini dilakukan Lia Hikmatul Maula19

, dengan judul

skripsi Studi tentang Tatacara Pingitan Pernikahan Di Desa Sukoayar

Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, skripsi ini membahas tentang tradisi

pingitan dilaksanakan masyarakat setempat. Saat pingitan terdapat empat tahap

sebelum acara puncak atau sebelum acara ijab qabul, yaitu tahap pembicaraan,

kesaksian tahap siaga, dan tahap rangkaian upacara, disamping itu terdapat

banyak sarana yang disiapkan di dalamnya. Seperti saat acara sisetan terdapat

18

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,,hlm. 87. 19

Lia Hikmarul Maula, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan , Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia UN PGRI Kediri,

2016.

Page 29: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

12

makana berupa Jeddah, jenang, yang berstektur lengket, yang mengandung

harapan agar kedua pengantin selalu lengket.

Kedua, penelitian dilakukan Ninik Nirma Zunita20

dengan judul skripsi

Tradisi Pingit Pengantin Study di Desa Maduran, Kecamatan Maduran,

Kabupaten Lamongan. Skripsi ini membahas tentang tradisi yang dilakukan

masyarakat setempat, tata cara pelaksanaan tradisi pingitan, maksud dan tujuan

melaksanakan tradisi pingitan.

Ketiga, penelitian dilakukan oleh Reficha21

, dengan judul skripsi Tradisi

Pingit Pengantin Menjelang Akad Nikah Di Desa Urung Kampung Dalam,

Kecamatan Kundur Utara Dalam Prespektif Hukum Islam.Skripsi ini

membahas tentang pandangan masyarakat terhadap tradisi yan dilakukan dalam

masyarakat Urung Kampung Dalam kecamatan Kundur Utara terhadap

perawatan luluran terhadap calon pengantin hanya menggunakan kain sarung

atau kemben dalam pingitan.

Sedangkan penulis sendiri membahas tentang tradisi pingitan kepercayan

yang ada pada adat pingitan seperti “darah manis” dan masyarak mempercai jika

adat ini tidak dilakukan akan dapat musibah dan menfokuskan tinjauan hukum

Islam terhadap tradisi tersebut. Dari beberapa penelitiaan diatas, penelitian yang

dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan, Persamaannya yaitu

mengangkat pingitan sebagai bahan penelitian, dan bagaimana pandangan

masyarakat terhadap tradisi pingitan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah

20

Ninik Nirma Zunita, Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011. 21

Reficha, Mahasiswa Jurusan Al-Syakhsiyah Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri

Suska Riau, 2015.

Page 30: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

13

berbeda dalam mengambil lokasi penelitian, tata cara pingitan yang dilakukan

oleh masyarakat. Penulis bermaksud mengkaji lebih dala lagi tentang tradisi

pingitan setelah peminangan sampai akad nikah lebih dalam lagi lebih

menfokuskan terhadap tinjauan hukum Islam.

Page 31: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

14

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam

pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.

Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu penegtahuan

untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip denagn sabar, hati-hati dan

sistematis untuk mewujudkan kebenaran.22

Dalm penulisan proposal skripsi ini, penulis mengumpulkan bebagai

bahan dan data yang diperlukan, mengandung kebenaran yang objektif, dan harus

relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sehingga penulisan proposal skripsi ini

memiliki kualifiaksi sebagai sistem tulisan yang propesional. Penulis

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar

Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Menurut pengamatan penulis di Desa Senaung

Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, ada terjadinya proses

pingitan terhadap seseorang yang hendak melangsungkan pernikahan, mereka di

pingit setelah proses lamaran selama tujuh atau dua hari sebelum pernikahan. Hal

ini menjadi alasan penulis memilih Desa Senaung sebagai lokasi penelitian

22

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 24.

Page 32: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

15

dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut dapatmemperoleh data yang

diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan skripsi ini.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus-November 2019.

B. Jenis dan Pendektan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang

pengumpulan data dilapangan untuk mengadakan pengamatan terhadap suatu

fenomena dalam keadaan ilmiah dan bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang

digunakan untuk memahami fenomena mengenai apa yang dipahami subjek

penelitian penelitian.23

Ide penting terjadi dari jenis penelitian ini adalah bahwa

penelitian berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung

tentang suatu fenomena yang terjadi.

Ada dua sebab terjadinya penelitian lapangan, yaitu pertama untuk

membuktikan suatu teori benar atau tidak. Jadi, teori ini dites kebenarannnya

dilapangan. Dalam hal ini testing dilakukan dengan mencari apakah ada data-data

yang mendukung teori tersebut. Sebab kedua untuk mencari kemungkinan-

kemugkinan dapat atau tidaknya suatu teori yang baru ditemukan sesudah

penelitian lapangan.24

23

Irkhamiyati,”Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES „Aisyah Yogyakartadalam

Membangun Perpustakaan Digital,” Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, Vol. 13,

No. 1 (Juni 2017), hlm. 41 24

Bungaran Antonius Simanjuntak Dan Soedjito Sosrodihardjo, Metode Penelitian Sosial

(Edisi Revisi), ( Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), hlm. 12.

Page 33: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

16

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian yuridis empiris

yaitu berfokus pada perilaku yang berkembang dalam masyarakat, pendekatan

dengan melihat suatu kenyataan hukum dalam masyarakat25

. Penelitian ini

bersifat, deskriptif, dan analisis.26

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk

mengkaji, mendeskripsikan, dan menganalisis lebih dalam mengenai adat pingitan

setelah peminangan sebelum pernikahan di tinjau dari hukum Islam Desa Senaung

kecamatan Jambi Luar Kota kabupaten Muaro Jambi.

C. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan

studi lapangan, wawancara terstruktur dengan berpedoman kepada daftar

pertanyaan yang telah disiapkan kepada sejumlah responden yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian27

.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh sumber perantara dan

diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain.28

Baik berupa buku, jurnal,

undang-undang, dan artikel yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

25

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,, hlm. 105. 26

Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press dan Fakultas Syariah

IAIN STS Jambi, 2014), hlm. 31-32. 27

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,

(Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 71. 28

Tim Penulis,Pedoman Penulisan Skripsi,,,,.hlm. 34-35.

Page 34: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

17

b. Sumber Data

1. Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari sumbernya,

baik melalui Al-Quran dan Hadis dan data primer ini di dapatkan juga melalui

wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang

kemudian diolah oleh peneliti.29

Data primer terdiri dari:

a) Al-qur‟an dan hadist

b) Wawancara dengan ketua lembaga adat Desa Senaung.

c) Wawancara dengan mantan anggota lembaga adat Desa Senaung.

d) Wawancara dengan pelaku pingitan di Desa Senaung sebanyak 10 orang.

e) Wawancara dengan masyarakat umum Desa Senaung.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku–buku

yang berhubungan dengan objek penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis,

disertasi, dan peraturan perundang-undangan.30

Adapun yang menjadi sumber

data sekunder dalam penelitian ini berupa literature-literatur yang mendukung

penelitian ini, berupa buku, jurnal dan tulisan-tulisan yang dianggap penting.

D. Unit Analisis

Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila peneltian

tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.

Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintahan maupun

organisasi swasta atau kelompok orang. Unit analisis juga menjelaskan kapan

29

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,, hlm.106. 30

Ibid, hlm. 106.

Page 35: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

18

waktu (tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian

jika secara jelas menggambarkan mengenai abtasan waktu tersebut. Dalam skripsi

ini penulis menggunakan unit analisis dengan analisis: “Adat Pingitan Setelah

Peminangan Ditijaun Dari Hukum Islam (Studi Des Senaung Kecamatan Jambi

Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi)”. Teknik pengambilan penelitian yang

digunakan oleh peneliti adalah Non Random Sampling, yaitu suatu teknik

pengambilan sampel dengan tidak semua unsur dalam populasi mempuyai

kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.31

Teknik ini menurut

Tatang M. Amirin adalah:

1) Sampling secara asal (Accidental Sampling), dalikakukan apabila pemilihan

anggota sampelnya dilakuakn terhadap orang atau benda yang kebetulan ada

atau dijumpai.

2) Sampling menurut quota (Quota Sampling), digunakan jika anggota sampel

pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri

tertentu.

3) Sampling secara bertujuan (Purposive Sampling), yaitu pengambilan sampel

dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.32

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penulis sendiri menggunakan

teknik Purposive Sampling. Sampel yang dipilih oleh penulis yakni hanya di Desa

Senaung kecmatan Jambi Luar Kota kabupaten Muaro Jambi, hal ini dikarenakan

,kabupaten Muaro Jambi memiliki banyak Desa, sampel yang dipilih yaitu:

31

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,,,,,, hlm.

113. 32

Ibid, hlm. 114.

Page 36: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

19

1) Ketua adat di Desa Senaung 1 orang.

2) Tokoh agama di Desa Senaung 1 orang.

3) Masyarakat di Desa Senaung kecamatan Jambi Luar Kota, kabupaten Muaro

Jambi 6 orang.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab data dan fakta

penelitian.Dalam penelitian jenis lapangan ini (field research), adapun

pengambilan data yang digunakan peneliti yaitu menggunakan tiga instrumen

data, pengamatan (observation), wawancara (interview), dokumentasi.33

Untuk

penjelasan mengenai teknik pengumpulan data akan dijelaskan lebih lanjut

dibawah ini:

a. Pengamatan (Observation)

Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik observasi partisipan (participant observation).

Observasi partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunkan untuk

menghimpun data penelitian menlalui pengamatan dan pengindraan dimana

observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.34

33

Ibid. hlm. 157-158 34

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

hlm. 68-69.

Page 37: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

20

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk

memperoleh informasi langsung dari responden, merupakan pemberi informasi

yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

tak terpimpin (Un Guided Interview) yaitu terjadi tanya jawab bebas antara

pewawancara dngan responden. Pewawancara disini, menggunakan tujuan

penelitian sebagai pedoman, sehingga informasi yang diinginkan tetap dapat

diperoleh. Hubungan penulis dengan responden dalam suasana biasa, wajar,

sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam

kehidupan sehari-hari. Sewaktu pembicaraan berjalan, terkadang responden tidak

menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.35

c. Dokumentasi

Dokumetasi merupakan sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam

bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagaian besar data yang tersedia yaitu

berbentuk surat, catatan harian, laporan dan foto. Sifat utama data ini tak terbatas

pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.36

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data tersebut penullis menggunakan teknik

analisisdata domain biasanya dilakuakn untuk memperoleh gambaran atau

35

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008), hlm. 187. 36

Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),

hlm. 141

Page 38: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

21

pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang

tercakup di suatu fokus atau permasalahan yang tengah diteliti37

data dengan cara

yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan lapangan,untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data yang berarti merangkum dan memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dan membuang yang tidak perlu.38

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah pendeskripsian informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengembalian tindakan.

Penyajian data juga berbentuk matrisk, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya

dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu

dan mudah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan/Verikasi merupakan kegiatan diakhir penelitian

kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi baik

dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang di sepakati oleh subyek

tempat penelitan itu dilaksanakan.39

37

Ibid, hlm. 129. 38

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D), (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338 39

Ibid, hlm. 340.

Page 39: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

22

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi tentang deskriptif daftar isi karya tulis bab.

Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut:

Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan yang membahas mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

Bab Kedua, berisi tentang metode penelitian yang membahas mengenai

lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,

instrumen pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis data,

sistematika penulisan, dan jadwal penelitian.

Bab Ketiga, berisi tentsng gambaran umum lokasi penelitian yang

membahas mengenai historis atau sejarah Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar

Kota, Kabupaten Muaro Jambi, jambi , aspek geografis, aspek demografis, aspek

ekonomi, dan aspek pemerintahan.

Bab Keempat, berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian yang

membahas mengenai tinjauan hukum Islam terhadap pingitan setelah peminangan

sebelum pernikaha nmenurut ada tDesa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota

Kabupaten Muaro Jambi.

Bab Kelima, berisi tentang penutup yang memuat kesimpulan dan juga

disertai dengan saran.

Page 40: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

23

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Senaung

Desa Senaung diperkirakan berdiri pada tahun 1885 (namun tidak

diketahui secara valid tentang tahun berdirinya Desa Senaung ini). Pada zaman

pendudukan Belanda (+ 1800) telah terbentuk kampung bernama Penyengat tinggi

yang dikepalai oleh seorang penghulu. Para ninik mamak Desa Senaung hanya

menjelaskan bahwa sekitar tahun 1885 s.d. 1920 kampung Penyengat Tinggi

dipimpin oleh penghulu (kepala Desa) bernama Marhala40

.

Penyengat Tinggi termasuk dalam wilayah administratif Marga Mestong

dan terdiri dari tiga wilayah yaitu: Sembubuk, Senaung dan Simpang Setiris.

Sekira tahun 1834 para pemuka agama Penyengat Tinggi mendirikan masjid

pertama dan diberi nama Jamik Darussalam. Lokasi Masjid berada di pinggir

sungai batanghari (wilayah Dusun I Rt. 05 Desa Senaung). Saat ini bangunan

masjid digunakan sebagai tempat pengajian di Senaung dibawah asuhan Ustadz

Sulaiman bin H. Saudin pada sore hari serta PAMI di bawah asuhan H.

Djamaluddin dan A. Somad Ahmad pada malam hari.

Periode Tahun 1920 s.d. 1928 kampung Penyengat Tinggi dipimpin oleh

penghulu bernama Pitro yang merupakan penghulu ke 2.Tahun 1928 s.d. 1936,

Penyengat Tinggi dipimpin oleh Penghulu Hasan Kepuk.

40

Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 41: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

24

Periode tahun 1936 s.d. 1944 Penyengat Tinggi dipimpin oleh penghulu

M. Yasin pada tahun 1937, di Penyengat Senaung didirikan Madrasah Diniyah

Takmiliyah Jauharul Iman. Pendirian madrasah ini diawali dengan kegiatan

belajar mengajar Juz‟ama dan Alqur‟an pada malam hari, dalam prosesnya, para

pemuka Agama sepakat untuk mengembangkan materi pengajaran tidak hanya

terbatas pada belajar Juzama dan Alqur‟an, maka dilaksanakanlah pendidikan

diniyah takmiliyah pada sore hari41

.

Dengan bertambahnya penduduk, pada tahun 1938, kampung penyengat

tinggi di mekar kan menjadi dua wilayah, yaitu Sembubuk dan Penyengat

Senaung (Penyengat Senaung terdiri dari dua wilayah yaitu Senaung dan Simpang

Setiris). Pada tahun 1940, di Penyengat Senaung didirikan sekolah rakyat dan

merupakan satu-satunya sekolah pemerintah yang ada. Sekolah rakyat tersebut

saat ini bernama SDN No.3/IX Senaung. Periode tahun 1944 s.d. 1950 Penyengat

Senaung dipimpin oleh penghulu Hamzah.

Periode tahun 1950 s.d. 1973 Penyengat Senaung dipimpin oleh penghulu

H. Djamaludin. Pada masa kepemimpinan H. Djamaluddin penegakan syariat

Islam dan hukum adat sangat dirasakan oleh warga Senaung, hal ini diindikasikan

oleh beberapa peraturan yang diberlakukan saat itu, diantaranya :

1) Memakai Jilbab, kaum perempuan diwajibkan memakai penutup kepala

(jilbab) sebagai penutup aurat saat keluar dari rumah.

41

Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 42: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

25

2) Mufakat (iuran/sumbangan), warga yang melaksanakan resepsi pernikahan

dibantu oleh warga lainnya dalam bentuk iuran (uang dan atau non barang

lainnya dengan nilai yang sama) dengan ketentuan : dilakukan secara

perorangan (diundang oleh ahli sedekah), sukarela dan hanya 2 kali dalam 1

minggu untuk 2 Ahli Sedekah.

3) Melaksanakan Hatam Al-Qur‟an, mempelai wanita pada saat resepsi

pernikahan diwajibkan membaca Al-Qur‟an (Hatam AlQur‟an);

4) Membentuk Lembaga Ingat Tange (Lembaga Tua Tengganai Penegak

Hukum Adat).

5) Membangun jalan Desa sepanjang + 400m (di Rt. 07 : depan Masjid

Darussalam) dan + 1,2 km di Rt. 04 s.d. Rt. 07.

Sejak diberlakukannya UU No.5/1979 tentang Desa, sebutan penghulu

diganti dengan kepala Desa dan Penyengat Senaung berganti nama menjadi Desa

Senaung.

Pada tahun 1982 Desa Senaung dipimpin oleh kepala Desa Jufri

Atmowijoyo dan pada pertengahan tahun 1985, wilayah Desa Senaung di

mekarkan menjadi 2 (dua) Desa yakni Desa Senaung dan Desa Kedemangan

(awalnya bernama Simpang Setiris). Desa Senaung dipimpin oleh H. A. Wahab

sedangkanDesa Simpang Setiris dipimpin oleh Jupri Atmowijoyo42

.

Pada tahun 1990 s.d. 1998, Desa Senaung dipimpin oleh Kepala Desa

Zainuddin Yahya.Pada periode ini mulai dibentuk Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa (LKMD), Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Masyarakat

42

Dokumentasi Kantor Kepala Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 43: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

26

Desa (LMD) serta beberapa lembaga kemasyarakatan lainnya. Selain itu, setiap

Desa juga memperoleh bantuan keuangan yang disebut Dana Pembangunan

Desa(Dana Bandes). Bandes itu sendiri terdiri dari dua bentuk, yakni dalam

bentuk uang tunai dan dalam bentuk ternak berupa sapi. Sapi bandes Desa

Senaung sampai saat ini masih ada dan digulirkan untuk membantu peningkatan

pendapatan kepala keluarga43

.

Pada tahun 1998, untuk pertama kalinya warga Senaung memilih kepala

Desa melalui proses Pemilihan Langsung. Calon kepala Desa yang ikut dalam

pemilihan pada saat itu adalah H. M. Amin, A.M.A, Rd. Ismail Meng dan H.

Tarmidji. Calon yang terpilih dan selanjutnya diangkat menjadi Kepala Desa

Senaung yang ke11 adalah H. M. Amin, A.M.A. Beliau memimpin Desa Senaung

sampai dengan tahun 2007. Pada masa kepemimpinan H. M. Amin, A.M.A,

beberapa program yang dilaksanakan adalah :

1) Pembangunan Masjid Darunna‟im; masjid ini awalnya adalah langgar

Jami‟atul Khoiriyah (Lokasi Rt. 09 Senaung);

2) Pembangunan Masjid Darul Kautsar (Lokasi Rt. 03 Senaung).

3) Pembangunan Langgar Darul Muttaqin (Lokasi Rt. 10 Senaung)

4) Peningkatan kualitas jalan lingkungan (pengaspalan) di Rt. 01 s.d. 07 dan Rt.

08 serta Rt. 09.

5) Terbentuk dan terbinanya Badan Kontak Majelis Taklim.

Pada tahun 2007, warga DesaSenaung kembali melaksanakan pemilihan

langsung kepala Desa. Calon yang ikut dalam pemilihan tersebut adalah M. Zaki

43

Dokumentasi Kantor Kepala Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 44: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

27

Syukur dan Subli. Calon yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa Senaung

periode 2007 s.d. 2013 adalah Subli.

B. Aspek Geografis Desa Senaung

Secara geografis Desa Senaung teletak di bagian Barat Kabupatan Muaro

Jambi dengan luas wilayah + 555 Ha dan berada pada posisi dengan luas wilayah

+ 555 Ha dan berada pada posisi 103O

32‟25” BT sampai dengan 1030 34‟10” BT,

dan 10 32‟50” LS sampai dengan 1

o34‟.00“ LS.

a. Batas wilayah Desa

Letak Desa Senaung, terlentak diantara:

1) Sebelah timur : Penyengat Olak, Mudung Darat, Danau Kedap.

2) Sebelah utara : Desa Setiris.

3) Sebelah Selatan : Desa Sembubuk, Simpang Limo, Penyengat Rendah.

4) Sebelah Barat : Desa Kedemangan dan Sarang Burung.

b. Luas Wilayah Desa Senaung

1) Tanah Sawah : 214,84 Ha.

2) Tanah Tegal : 290,88 Ha.

3) Lahan Pekarangan : 11, 17 Ha.

Topografi Desa Senaung relatif datar dengan kemiringan lahan < 5 %, dan

merupakan daerah sempadan serta bantaran sungai Batanghari. Ketika terjadi

banjir tahunan, hampir seluruh daratan Desa Senaung tergenangi air Sungai

Batanghari.

Iklim di Desa Senaung termasuk tipe Ayaitu iklim hujan tropis, dengan

ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 oC, suhu tahunan 20

oC – 25

oC

Page 45: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

28

dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm. Tipe iklim ini berpengaruh

langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa Senaung.

Tabel 244

Orbitasi atau Jarak Antar Ibu Kota

Jarak(km) Desa Senaung

Desa Senaung 0

Ibu Kota Kecamatan 17 KM

Ibu Kota Kabupaten 8 KM

Ibu Kota Propinsi 12 KM

(Sumber: Arsip Kantor Kepala Desa Senaung tahun 2019)

Berdasarkan tabel diatasbahwansannya iklim di daerah Senaung sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa senaung untuk

menuju untuk meningkatkan kualitas perkonomian dan pertumbuhan

Tabel 345

Prasarana Umum Yang Ada

Jenis Prasarana Volume Kondisi

Jalan Kabupaten 632,66 m Rusak Berat

Jalan Negara 1.390, 60 m Baik

Jalan Desa :

a) Lingkungan (Rabat Beton)

b) Lingkungan (Tanah)

c) Lingkungan (Aspal)

d) Setapak (Rabat Beton)

498,43 m

2.825,33 m

1.400 m

587,31 m

Rusak Sedang 238 m

Rusak Sedang

Rusak Berat

Rusak Berat 200 m

Jalan Produksi/JUT (Pengerasan) 9.657,27 m Cukup baik

Gedung SD 2 Unit Baik

Gedung Madrasah 2 Unit 1 Rusak 1 Baik

Pustu 1 Unit Baik

Posyandu 6 Unit Belum Ada Gedung

44

Orbitasi atau jarak antara ibu kota di Desa Senaung 15 Agustus 2019 45

Prasarana umum di Desa Senaung, Tahun 2019

Page 46: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

29

Sumur Gali Umum 35 Unit Sedang

Kantor Desa 1 Unit Sedang

Masjid 3 Unit Baik

Gedung TK 1 Unit Baik

Jembatan Desa 5 Unit 1. Baik, 2 Rusak

Berat

2. Putus

Musholla/Surau 1 Unit Sedang

(Sumber: Arsip Kantor Desa Senaungtahun 2019)

Masyarakat Desa Senaung kecamatan Jambi Luar Kota, secara

keseluruhan pemeluk agama islam, artinya tidak ada seorangpun dari penduduk

Desa Senaung kecamatan jambi luar kota penganut agama lain selain agama

Islam. hal ini memang terjadi memang sudah turun temurun sejak nenek moyang

terdahulu. Bagi masyarakat Desa Senaung, masalah agama merupakan masalah

yang sangat penting , oleh karenanya pindah agama merupakan aib besar.

Oleh karena itu penduduk Desa Senaung keseluruhannya umat Islam,

maka sarana ibadah yang ada hanya untuk umat Islam yang terdidri darimmesjid

dan musholla/surau, dapat dilihat tabel diatas.

C. Aspek Demokrafis

1. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Senaung adalah 2.524 Jiwa terdiri dari 1.315jiwa

laki-laki dan 1.209 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga 637 KK.

2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Tabel 446

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Senaung

46

Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di Desa Senaung Tahun 2019

Page 47: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

30

Wilayah

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Laju Pertumbuhan

Penduduk (5 tahun) 2009 2014

RT 01 297 320 1.50

RT 02 172 188 1.79

RT 03 224 249 2.14

RT 04 124 178 7.50

RT 05 127 157 4.33

RT 06 126 192 8.79

RT 07 137 170 4.41

RT 08 319 415 5.40

RT 09 264 328 4.44

RT 10 164 327 14.80

Senaung 1.954 2.524 5.25

(Sumber : Data Kaur Pemerintahan Desa Senaung tahun 2019)

Jumlah penduduk Desa Senaung cenderung meningkat dari tahun ke

tahun, hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran dan terjadinya

migrasi penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 5

tahun terakhir jika dihitung secara geometrik tergolong tinggi yaitu sebesar 5,25

%.

3. Kepadatan dan Persebaran Penduduk

Undang-undang Nomor: 56/PRP/1960 membagi empat klasifikasi

kepadatan penduduk, yaitu:

a) Tidak Padat, Dengan Tingkat Kepadatan 1 – 50 Jiwa/ Km2;

b) Kurang Padat Antara 51 – 250 Jiwa/ Km2;

c) Cukup Padat 251 – 400 Jiwa/ Km2; Dan

Page 48: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

31

d) Sangat Padat Dengan Tingkat kepadatan lebih besar dari 401 jiwa/km2.

Pada tahun 2014 kepadatan penduduk Desa Senaung sebesar 4,57

orang/km2 dan tergolong tidak padat. Jika dilihat kepadatan di tiap rukun

tetangga, penduduk yang tergolong kurang padat menempati wilayah Rt. 07 dan

Rt. 08.Sedangkan wilayah Rt. 01 s.d. 06, 09 dan 10 tergolong tidak padat.

Sebaran penduduk paling tinggi berada di Rt. 10 yaitu sebesar 12, 96 %

dan yang paling rendah di Rt. 05 sebesar 6,22 %. Mengingat laju pertumbuhan

penduduk yang tinggi di Desa Senaung, pemerintah Desa merencanakan perluasan

areal permukiman penduduk ke wilayah Rt. 10 dengan harapan dapat mengurangi

konflik sosial dan menata distribusi penduduk dengan lebih baik.

Tabel 547

Kepadatan dan Persebaran Penduduk Desa Senaung Tahun 2019

No RT Luas(Km2)

Jumlah

Penduduk

(Orang)

Kepadatan

(Orang/ Km2)

Persebaran

(%)

1 RT 01 13,40 320 23.88 12,68

2 RT 03 8,90 188 21.12 7,45

3 RT 08 4,76 249 52.31 9,87

4 RT 09 6,42 178 27.73 7,05

5 RT 05 4,26 157 36.83 6,22

6 RT 06 22,49 192 8.54 7,61

7 RT 07 2,34 170 72.73 6,74

8 RT 08 33,13 415 12.53 16,44

9 RT 09 41,72 328 7.86 13,00

10 RT 10 414,78 327 0.80 12,96

Jumlah 552,19 2.157 4,57 100,00

(Sumber: Arsip Kantor Desa Senaung tahun 20119)

47

Kepadatan dan Persebaran Penduduk Desa Senaung Tahun 2019.

Page 49: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

32

4. Struktur PendudukMenurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin

Berdasarkan struktur umur, penduduk Desa Senaung tergolong penduduk

usia muda. Indikasi ini tergambar dari rasio penduduk usia kelompok umur 26-30

dan 16-20 tahun merupakan yang terbanyak jumlahnya masing-masing 263 jiwa

dan 253 jiwa. Kemudian disusul kelompok umur 31-35 dan 6-10 yaitu masing-

masing 238 jiwa dan 232 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Desa Senaung

menunjukkan bahwa penduduk Laki-laki relatif lebih banyak dibandingkan

Perempuan.

5. Keadaan Sosial

a. Sumber Daya Manusia

Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan sekaligus

obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak

kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia

harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa Senaung cukup

baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.48

b. Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat

kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan

tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan.

Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan.

Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan

48

Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung , Tahun 2019.

Page 50: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

33

sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja

baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat

mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah

menerima informasi yang lebih maju. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat

rata-rata pendidikan warga Desa Senaung.

Tabel 649

Jumlah Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan Desa Senaung

No Keterangan LK PR Jumlah Persentase

1 Tamat SD/Sederajat 469 331 800 32%

2 Tamat SMP/ Sederajat 150 132 282 11%

3 TamatSMA/SMK/

Sederajat

113 125 238 9%

4 Tamat Universitas/Pt 24 25 49 2%

5 Pelajar SD/ Sederajat 135 114 249 10%

6 Pelajar SMP/ Sederajat 123 81 204 8%

7 Pelajar SMA/SMK/

Sederajat

121 98 219 9%

8 Mahasiswa 48 82 130 5%

9 Tidak Sekolah/Putus

Sekolah

47 67 114 5%

10 Belum Sekolah 85 154 239 9%

Jumlah Keseluruhan 1.315 1.209 2.524

(Sumber: Kantor Desa Senaung tahun 2019)

Secara umum, pentingnya pendidikan sudah dipahami oleh warga

Senaung, namun tidak semua orang tua dapat melanjutkan pembiayaan

49

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 51: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

34

pendidikan untuk anak-anak mereka.Akibatnya adalah 32 % penduduk Senaung

hanya menamatkan Sekolah Dasar dan 2 % saja yang menamatkan Perguruan

Tinggi.

Kondisi ini menimbulkan dampak pada tingginya angka usia produktif

yang tidak bekerja oleh karena kurangnya pengetahuan dan keahlian. Dampak

lanjutannya adalah munculnya kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika.

c. Budaya

Pembinaan dan pelestarian nilai-nilai budaya di dukung oleh seluruh warga

Senaung, sehingga aktifitas Lembaga AdatDesa cukup tinggi. Pelestarian nilai-

nilai budaya ini dapat dilihat pada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :

1) Pelaksanaan prosesi adat pada tahapan pelaksanaan pernikahan mulai dari

prosesi sirih tanyo – pinang tanyo, bertimbang tando (lamaran), ulur antar

serah terimo adat, hingga resepsi pernikahan. Seluruh prosesi ini

mencerminkan budaya Melayu Jambi.

2) Penggunaan bahasa (seloko dan petatah petitih Melayu Jambi), pakaian dan

atribut adat dalam prosesi pernikahan.

3) Pembacaan ayat-ayat Hatam Alqu‟ran oleh mempelai perempuan pada saat

resepsi pernikahan.

4) Sedekah baik, syukuran yang dilakukan oleh pihak pengantin perempuan atas

terselenggaranya proses pernikahan anak perempuannya.

5) Sedekah tegak rumah, syukuran pada saat mendirikan bangunan rumah.

6) Noak, syukuran pada saat usia kandungan 7 bulan.

7) Khitan, sunat untuk anak laki-laki.

Page 52: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

35

8) Pemeliharaan dan pemanfaatan bangunan Masjid Jamik Darussalam 1 yang

dibangun pada tahun 1834.

d. Pemerintahan

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Desa Senaung dipimpin oleh

seorang kepala Desa yang bertanggung jawab kepada badan permusyaratan Desa

(BPD). Kepala Desa juga dibantu oleh perangkat-perangkat Desa yang terdiri dari

sekretaris, kaur pemerintahan, kaur umur, kaur pembangunan, kemasysrkatan,

kepala dusun, dan rukun tetengga dalam membangun pemerintahan 50

Desa agar

terarah maka diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi adapun visinya adalah:

“Terwujudnya MasyarakatDesa senaung Yang Mandiri (Makmur, Aman, Disiplin

Dan Religius)”

Rumusan visi tersebut merupakan suatu ungkapan dari suatu niat yang

luhur untuk mewujudkan masyarkat Desa Senaung Mandiri (makmur, aman,

disiplin, dan religius), sebuah cita-cita yang ingin diwujudkan, sehingga Desa

Senaung tidak hanya menjadi tempat hidup (tinggal), namun merupakan sebuah

Desa yang dapat menjadi sumber penghidupan bagi masyarakatnya

(penghuninya).

Adapun misi dari Desa Senaung

Untuk terwujudnya visi tersebut ditetapkan lima misi yang

akandilaksanakan yaitu:

1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis Iman dan Taqwa.

2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

50

Dokumentasi kantor kepala Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 53: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

36

3) Mewujudkan pemerintah Desa yang bersih, amanah dan transparan serta

mengutamakan optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

4) Mewujudkan lingkuntan masyarakat yang bersih, aman, tertib dan teratur.

5) Mengupayakan percepatan pembangunan infrastruktur.

DesaSenaung terdiri dari II Dusun dengan perincian sebagai berikut :

1) Dusun I, terdiri dari 5 RT yaitu RT 01 s/d RT 05 .

2) Dusun II, terdiri dari 5 RT yaitu RT 06 s/d RT 10.

D. Aspek Ekonomi Masyarakat Desa Senaung

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Senaung secara umum juga

mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk yang

memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pendapatan tersebut pada

umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil usaha yang dilakukan bisa

juga diperoleh dari pinjaman modal usaha dari pemerintah,seperti dana SPP dari

program PNPM ,atau Instansi lainnya.

Tabel 751

Jenis Mata Pencarian Penduduk Desa Senaung

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase

1 Petani 811 33,6%

2 Pedagang 44 1,8%

3 Peternak 153 6,3%

4 Serabutan 53 2,2%

5 Tukang Perabot 24 1.0%

6 PNS/TNI/POLRI 39 1,6%

7 Urus RUmah Tangga 590 24,5%

51

Jenis matapencarian masyarakat Desa Senaung, Tahun 2019.

Page 54: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

37

8 Sopir 27 1,1%

9 Bengkel 6 0,3

10 Tidak bekerja 666 27,6%

Jumlah 2.524 100.0%

(Sumber: Arsip Kantor Desa Senaung tahun 2019)

Karena kondisi alam yang sangat mendukung dalam bidang pertanian,

maka pada umumnya masyarakat Desa Senaung hidup bertani, disamping itu aa

juaga yang hidup sebagai pedagang, pertukangan, honorer, pensiunan, dan

pegawai negeri bahkan ada juga yang tidak berkerja.

Page 55: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

24

E. Struktur Organisasi Desa Senaung

Sturuktur Organisasi Desa Senaung

Kepala desa

Sapi‟i

Ketua BPD

A. Rahim, S.Pd.

Sekretaris Desa

Ramadhan, S.Sos.

Kasi Pemerintahan

Misanah, S.Ag.

Kasi Pelayanan

Yanti Sapitri, S. Pd.I

Kaur Perencanaan

Sukriyunsyah

Kaur T.U Umum

Fitria Ningsih, S.Pd Kaur Keuangan

Rifka Leriana, Am,Keb

Page 56: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

39

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Bagaimana Penetapan Proses Adat Pingit Setelah Peminangan Di Desa

Senaung

Kata “adat” sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yang berarti kebiasaan.

Pendapat lain menyatakan, bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta

„adat” (berarti “bukan”) dan “dato” (yang artinya “sifat kebendaan”). Dengan

demikian, maka adat sebenarnya berarti sifat immaterial, artinya adat menyangkut

hal-hal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan.52

Proses perkawinan pada tiap-tiap daerah selalu menjadi hal yang sangat

menarik untuk dibahas, baik daris segi latar belakang budaya perkawinan tersebut,

maupun dari segi komplesitas perkawinan itu tersendiri. Karena dalam

keberlangsungan perkawinan bukan hanya sekedar masyarakat dua insan yang

saling mancintai. Demikan dalam hal perkawinan mempunyai ketentuan dan

peraturan dalam pelaksanaanya menurut hukum adat melayu jambi bahwa ada

beberapa tahapan dalam perkawinan.53

Banyak tahapan pendahuluan yang harus dilewati sebelum pesta

pernikahan (walimah) dilangsungkan khususnya di Desa Senaung kecamatan

Jambi Luar kota kabupaten Muaro Jambi dari proses pernikahan adat Melayu

Jambi pada dasarnya hampir sama dengan daerah-daerah yang ada di Jambi proses

penikahan secara umum.

52

Soerjono Soekanto, dkk, Hukum Adat Indonesia,,,,, hlm. 83 53

Muhammad Subawaihi dan Mokhammad Baharun, “ Adat Pernikahan Melayu Jambi

Prespektih „Urf Dalam Ilmu Ushul Fiqh‟ Vol 1 No 2. Hlm. 167-168, 2017. Di Akses 10 November

2019

Page 57: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

40

Peminangan atau lamaran adalah merupakan langkah awal bagi seseorang

untuk menuju suatu pernikahan, begitu pula halnya dengan adat di Desa Senaung,

peminangan didalam adat Desa Senaung sesuai dengan apa-apa yang telah

disyari‟atkan olah agama, hanya saja ada beberapa hal saja yang ditambah oleh

adat dan tidak diatur didalam Islam dalam hal tersebut tidak bertolak belakang

dengan apa-apa yang telah diatur dalam syari‟at Islam.

Dalam rangka semata-mata mencari jodoh yang sekufu, sesuai, serasi,

selaras dan seimbang maka putra putri telah masuk masa bujang dan masa gadis,

dibolehkan saling bertemu untuk “berusi sirih begurau pinang”, pertemuan

antara bujang dan gadis berlangsung tidak berulang-ulang, tidak hanya berdua-

duaan, tidak dalam waktu yang terlalu lama, tidak bernuansa kencan, tidak

menjurus pada pergaulan bebas, dan tidak menimbulkan kesan suami isteri.54

Jadi pertemuan itu hanya sebatas sampai pada kesimpulan bahwa sang

calon memang sudah jodoh masing-masing, tidak merasa dipaksa untuk menikah,

dan tidak dipaksa membeli kucing dalam karung. Untuk selanjutnya kalau sudah

tertuju hasrat terkandung dalam hati tersebut disampaikan pada orangtua untuk

ditindak lanjuti. Untuk melakukan pendekatan hubungan ke jenjang pernikahan,

maka orangtua dari pihak laki-laki mengutus juru bicara para waris dari saudara

ibu (mekti/meknga) untuk meninjau kepada pihak keluarga si gadis dan tidak lupa

membawa tepak sirih (Tempat sirih) denga tujuan melanjutkan dari rundingan

sebelumnya. Dalam acara rundingan yang dihadiri orang tua laki-laki dan

perempuan, tengganai, nenek mamak dan pimpinan formal dan tokoh-tokoh adat

54

Wawancara dengan Azwar Anas,selaku ketua adat Desa Senaung, 21 Maret 2019.

Page 58: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

41

yang kira-kira isinya adalah menayakan maksud dan tujuan keluarga laki-laki

bertemu keluarga perempuan. Selama prosesi lamaran pihak laki-laki wajib

membawa seserahan untuk wanita dengan jumlah sepasang misalnya kain 2 baju 2

bantal 2 dan lain-lainya. Setelah itu prosesi lamaran itu sendiri brupa pemasangan

cincin ke calon pengantin wanitanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan

bersama, selesai makan maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana

membicarakan tentang kelanjutan lamaran tadi, berupa pembicaraan tanggal, adat

dan lai-lain. Pembicaraan yang dilakuakan antara lain: tanggal pernikahan, adat

apa yang digunakan, seserahannya, serta apa saja hantaran yang akan diberikan

keluarga laki-laki. Adapun hikmah dari adanya khitbah adalah untuk lebih

menguatkan ikatan perkawinan yang dilakukan setelahnya, karena dengan

khitbah, pasangan yang menikah telah salin mengenal sebelumnya.Dengan

khitbah masing masing pihak dapat saling mempelajari akhlak, tabiat, dan

kecondingan dalam garis yang dibenarkan agama.55

Setelah melakukan peminangan orangtua atau keluarga menyarankan

pasangan pengantin khususnya perempuan untuk melakukan pingitan selama

waktu 3 bulan, hingga proses akad nikah atau walimah itu dilaksanakan, atau

hanya dilakukan selama tujuh hari saja menjelang walimatul‟urs. Selama waktu

yang telah ditetapkan mempelai wanita dilarang keluar rumah.Tradisi dalam

proses pingitan setelah peminangan calon pengantin tidak diperbolehkan untuk

keluar, guna untuk menjaga calon pengantin, misalnya menjaga calon pengantin

dari musibah, masyarakat Desa Senaung mereka mempercayai jika hendak

55

Wawancara dengan Azwar Anas,selaku ketua adat Desa Senaung, 21 Maret 2019.

Page 59: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

42

melangsungkan pernikahan calon pengantin bisa terkena musibah, kecelakaan,

“disapo jin” dan lain-lain. Setelah tujuh hari dalam masa pingitan pengantin

perempuam melekukan “betangas” atau “mandi uap” dengan rempah-rempah

yang telah direbus, guna agar calon pengantin wanita sehat. Masyarakat Desa

Senaung masih mempercayai mitos mitos yang ada dalam tradisi pingitan ini56

.

Menurut hasil penelitian bahwasaannya penetapan proses pingitan ini yang

melakukannya dari pihak orang tua tujuannya untuk menjaga diri mereka dari

perbuatan yang dibenci Allah, para ulama Desa Senaung berpedapat sebenarnya

masyarakat menjalani tradisi itu masih berpengaruh dengan keyakinan bahwa

mereka dapat terhindar dari sesuatu yang buruk.

Setelah melakukan penelitian masyarakat Desa Senaung penulis simpulkan

adat pingitan ini hanya ditetapkan untuk mereka yang telah dikhitbah/ dilamaran,

sesuai waktu yang telah disepakati bersama. untuk yang belum ingin menikah

mereka tidak mau dipingit dengan alasan jika mereka dipingit mereka akan

merasa bosan, jenuh dan segala aktivitas akan terbatas tidak bebas.

Menurut pandangan peneliti adat ini seharusnya berlaku kepada semua

masyarakat khusunya untuk semua wanita yang belum menikah, hal ini

dikarenakan melihat keaadaan zaman sekarang banyak anak muda melakukan hal

diluar norma agama contoh pacaran, ketika mereka sering bertemu disitulah ada

kesempatan mereka melakukan hal-hal dilarang. Dan danpak dari pacaran sendiri

banyak dari mereka yang hamil diluar nikah.

56

Wawancara dengan Azwar Anas,selaku ketua adat Desa Senaung, 21 November 2019.

Page 60: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

43

B. Pandangan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Adat Pingitan Setelah

Peminangan di Desa Sanaung.

Manusia merupakan makhluk yang bermasyarakat, dan sebagai makhluk

sosial, manusiatidak dapat hidup seorang diri, manusia membutuhkan

kebersamaan dalam kehidupannya, manusia sebagai makhluk yang berhubungan

secara timbal balik dengan manusia.57

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup di daerah tertentu. Yang

telah cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk

menuju pada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut manusia selalu

memperoleh kecakapan, dan pengetahuan-pengetahuan baru. Kebudayaan bersifat

komulatif dapat diibaratkan manusia adalah sumber kebudayaan, setiap

kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah dalam bertindak dan berfikir,

sehubungn dengan pengalaman-pengalaman fundamental, dari sebab itu

kebudayaan tidak dapat dilepas dengan individu dan masyarakat.58

Tadisi pingitan selama 3 bulan atau tujuh hari menjelang hari pernikahan.

Bagi mereka yang tidak berkerja mereka melakukan pingitan selama 3 bulan, dan

yang berkerja sebagai karyawan toko baju rela mengambil cuti berkerja selama

untuk melakukan tradisi pingitan seperti hanya yang dikatakannya dalam

wawancara sebagai berikut :

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Nuraini Mahmuda Calon

mempelai wanita mengenai pingit yaitu sebagai berikut

Saya tidak keberatan untuk melakukan tradisi pingitan selama 3 bulan,

meskipun harus cuti berkerja atau harus berhenti berkerja, toh

nantinya ketika kami telah menikah yang akan menafkahi saya adalah

57

Deliar Noer, Islam dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Risalah, 2003), hlm.29. 58

Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 36-37.

Page 61: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

44

suami. Kalu lah sudah tiga bulan kami akan ketemu selamoe. Saya

melakukan pingitan ini agar kami bisa terjauh dari maksiat, dan juga

akan menimbulkan raso rindu antaro kamu berduo.Siapa yang tidak

mengingankan ketika walimatul‟urs semuanya berjalan dengan lancar

duduk bersanding bersama calon suami, kami takut apabila kami tidak

menjalankan adat pingitan ini salah satu dari kami akan terkena

musibah dan mungkin bisa jadi meninggal dunia.59

Wawancara kembali peneliti lakukan bersama Rahmah calon

mempelaimengenai proses pingitan warga rt.01 Desa Senaung yaitu sebagai

berikut:

Saya tidak keberatan untuk melakukan tradisi pingitan, toh itu hanya 7

hari saja, besok setelah itu kan juga akan ketemu selamanya kok

(dengan sedikit senyum malu), kata orang tua saya itu jugamanfaat

biar saya dengan mas mantu tidak sering beranten tidak baik mau

meningkah kok malah beramtem terus, selama 3bulan ini saya nurut

orang tua, dan saya tidak melakukan luluran atau perawatan atau yang

lainnya, hanya diam saja dirumah aja itu udah cukup.60

Melihat dari hasil wawancara tiga calon pengantin kelihatan ke tidak

keberatan dalam melaksanakan tradisi pingit, karena waktu untuk melaksanakan

pingit tersebut tergantung kepeada calon pengantin.

Kemedian peneliti juga mewawancari warga yang pernah melakukan adat

pingitan Desa Senaung rt.01:

Dulu sepupu saya dia dalam masa pingitan 3 hari sebelum akad nikah

dia kuluar rumah kemudain dia kecelakaanlalu lintas, sepupu saya itu

meninggal di tempat,padahal hari pernikahan dia sebentar lagi

akhirnya pernikah itu dibatalkan, kejadian semacam inilah membuat

saya pribadi takut untuk melanggar adat pingitan ini, saya hanya

dirumah, melakukan aktivitas di rumah seperti biasa meskipun proses

pingit itu cukup lama saya coba untuk menahan diri saya agar tidak

melanggar tradisi pingitan, Kami percaya jika kami tidak di pingit

maka darah manis yang ada pada setiap calon pengantin akan benar-

benar terjadi misalnya kecelkaan atau gagal menikah, lebih baik kami

59

Wawancara dengan Nuraini Mahmuda, selaku calon pengantin perempuan, 03

November 2019. 60

Wawancara dengan Halimah, selaku calon pengantin perempuan, 27 April 2019

Page 62: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

45

di dalam rumahsaya memperisapkan diri perawatan mandi betangas

sebelum walimatul‟urs menjaga stamina tubuh.61

Hasil observasi yang penulis lakukan melalui wawancara pelaku pingitan

adatpingitan yang dilakukan dengan mereka melakukan adatpingitan selama 3

bulan, bahwa pihak perempuan tidak masalah melaksanakan tradisi tersebut dia

menggapa tradisi tersebut untuk menjaga diri mereka dari fitnah fitnah yang ada,

dari pihak laki-laki dia lebih memilih waktu pingitan yang lebih singkat alasan

kaerena dia harus mencari uang hantaran. Mereka mempercayaiapabila mereka

tidak melakukan adat pingit maka akan mendapatkan musibah misalnya

keceleakaa, batalnya pernikahan atau hal yang lebih buruk lainnya, masyarakat

percaya bahwa adat pingitan perlu dilakukan untuk menjamin keselamatan dari

musibah yang mungkin akan mengancam mereka.

Saat menjelang pernikah keluarga dari kedua belah mempelai pasti sangat

repot, karena banyak yang harus dipersiapkan antaranya seperti: undangan,

jamuan makanan tamu, dekorasi, tempat resepsi, gaun pengantin dan lain-lain.

Calon pengatin wanita selama dipingit mereka membantuk persiapan

pernikahan.Mereka melakukan tradisi itu atas dasar perintah orang tua. dan yang

mereka tahu dari tradisi ini adalah warisan leluhur yang turun temurun pada anak

cucunya, bahkan mereka tidak tahu bagaimana Islammemandang tradisi ini, yang

mereka tahu kalau tradisi ini adalah kegiatan adat yang harus dilakukan menurut

perintah orang tuanya.62

61

Wawancara dengan Rahmah, selaku calon pengantin perempuan, 03 November 2019. 62

Wawancara dengan ibu Mascika, selaku masyarakat Desa Senaung, 03 Agustus 2019.

Page 63: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

46

Kegiatan tradisi pingitan pengantin yang dilakukan hanya berias diri dan

berkumpul dengan sanak keluarga yang datang untung menghadiri pernikahannya.

Hanya saja calon pengantin tidak boleh untuk bertemu dulu dengan calon

pengantin pria. Tiga bulan atau 7 hari sebelum hari akad nikah dilaksankan warga

Desa Senaung sudah berdatangan dirumah calon pengantin untuk membantu

mempersiapkan pernikahan, khusus ibu-ibu diberi amanah atau dipasrahi untuk

memasak didapur dan untuk bapak-bapak 1 (satu) hari sebelum hari akad nikah

dilaksanakan bantu-bantumengakat barangdari tempat satu untuk dipindahkan

ketempat lain, ambil peralatan seperti meja,kursi, gelas, piring, nampan, teko dan

lain-lain. Setelah prosesi akad nikah pengantin ini masa pingitan yang dilakukan

calon pengantin laki-laki tidak dibolehkan untuk tidur satu kamar dengan calon

pengantin perempuan, calon laki-laki di pisahkan kerumah keluarga dari pihak

perempuan sampai walimatur‟urs. Kemudian kedua mempelai melanjutkan acara

pemotretan, lalu sungkeman dengan orangtua sanak (saudara) keluarga63

.

Wawancara dilakukan dengan masyarakat Desa Senaung Kabupaten

Muaro Jambi tentang adat pingitan setelah peminangan. Daftar hasil wawancara

dengan warga Desa Senaung, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi

Untuk tradisi pingitan ini seharusnya diterpakan untuk semua anak-

anak wanita agar dapat menjaga diri mereka apalagi melihat

perkembngan zaman sakarang banyak anak anak gadis yang hamil di

luar nikah hal ini karena mereka tidak dapat menjaga diri dari

pergaulan bebas akan lebih baik wanita itu didalam rumah melakukan

hal-hal posiif.64

63

Wawancara dengan ibu Sua‟adi, selaku masyarakat Desa Senaung, 03 Agustus 2019. 64

Wawancara dengan ibu Patmawati, selaku masyarakat DesaSenaung, 03 Agustus 2019

Page 64: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

47

Dari hasil observasi dan wawancara pada sebagaian warga Desa Senaung

yang penulis lakukan. Bisa dilihat masyarakat tidak begitu mengharuskan untuk

melaksanakan tradisi pingitan tersebut, akan tetapi sebagian besar dari masyarakat

tersebut menganjurkan untuk melakukan tradisi pingitan tersebut dengan alasan

untuk menjaga calon pengantin agar terhindar dari zina dan terhindar balak

melengkapi prosesi pernikahan agar lebih sakral.

Untuk jangka waktu pingitan masyarakat Desa Senaung bervariasi ada

yang 3 bulan, 7 hari dan 1 hari, sebagaimana yang dikatakan bapak Azhar salah

satu ketua adatDesa Senaung sebagai berikut : Adat pingit merupakan suatu yang

baik untuk setelah bertunangan hal ini dikarenakan sebagaian masyarakat awam

telah salah menilai yaitu disaat bertungan justrus disaat itu menjadi terbukalah

pintu keharoman, karena sudah bertunangan atau khitbah lalu mereka mudah

berkomunikasi kadang berkomunikasi sebebbas bebasnya. Maka sangat tepat

disaat semacam ini diketatkan penjagaannya dengan istilah pingitan.

Penulis juga mewawancari ulama yang ada di Desa Senaung mengenai apa

adat pingit dan tujuan dari tradisi pingit yang dijalankan ole sebagian besar

masyarakat Desa Senaung sebagi berikut:

Tradisi pingitan itu adalah tradisi yang pada umumnya dilakukan oleh

calon pengantin, yang dimaksud dengan pingit adalah berdiam diri

didalam rumah, jadi calon pengantin harus berdiam diri didalam rumah

dan tidak boleh bertemu, jangka waktunya beragam ada 3 bulan, 7 hari,

1 hari. Sedangkan masyarakat Desa Senaung pada umumnya

menggunakan 7 hari saja, kemudia 1 hari itu di isi dengan

berpuasa.Tujuan pingitan ini untuk membuat kangen antara kedua calon

pengantin dan berpuasanya untuk membersihkan diri agar lebih tenang

sehingga lebih siap dalam menjalankan resepsi pernikahan dan prosesi

Ijab qobul. Tradisi ini sudah ada sejak dulu dari leluhur, dalam Islam

menurut boleh-boleh saja karena tidak melanggar syari‟at Islam, bahkan

pada rasullulah para wanita juga dipingit, yaitu berdiam diri didalam

Page 65: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

48

rumah dan tidak boleh keluara tanpa ada kaum laki-laki yang

mendampinginya, dan dianjurkan untuk berpakain yang menutup, agar

terhindar dari mara bahaya”.65

Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada tokoh

agama di Desa Senaung, mereka berpendapat bahwa tradisi pingitan pengantin

dalam pandangan Islam boleh, bahkan dianjurkan, karena tradisi pingitan ini

banyak manfaatnya untuk kedua mempelai.Selain itu dalam syari‟at agama tidak

ada hadits atau dalil yang melarangnya.Pendapat ulama ini tidak membuat

masyarakatDesa Senaung untuk tidak melakukan tradisi ini, karena itu tergantung

selera dan kepercayaan sendiri-sendiri.Para ulamaDesa Senaung berpendapat

sebenarnya masyarakat menjalani tradisi itu masih berpengaruh dengan keyakinan

dri mitos yang berkembang. Bahwa masyarakat hanya mengikuti apa yang sudah

dilakukan oleh orang-oang terdahulu, karena menurutnya adat yang sudah ada

harus dilakukan. Sebagian masyarakatSenaung bersuku jawa, khususnya

masyarakatDesa Senaung percaya bahwa tradisi pingitan perlu dilakukan untuk

menjamin keselamatan calon pengantin perempuan dari mara bahaya yang

mungkin mengancamnya di luar sana. Para ulama‟ menyebut hal itu sebagai

tathayyur, yaitu mempercayai kepada ucapan-ucapan nenek moyang yang belum

tentu benar.

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Adat Pingitan Setelah Peminangan di

Desa Senaung

Hukum islam merupakan istilah khas Indonesia sebagai terjemahan dari

Al-Fiqh Al-Islamy. Istilah ini dalam wacana ahli hukum berat digunakan Islamic

65

Wawancara dengan Usman, tokoh agama Desa Senaung, 21 November 2019

Page 66: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

49

Law. Dalam Al-Quran dan As-Suunah, istilah Al-Hukm Al-Islamy tidak dijumpa.

yang digunakan adalah kata syari‟at yang dalam penjabarannya kemudian lahir

istilah fiqh.66

Hukum Islam merupakan seperangkat aturan yang berisi hukum-

hukum syara‟ yang bersifat terperinci, yang berkaitan dengan perbuatan manusia,

yang dipahami dan digali dari sumber-sumber (Al-Qur‟an dan Hadis) dan dalil-

dalil syara‟ lainnya (berbagai metode ijtihad).67

Hukum Islam mempunyai tujuan untuk melaksanakan perintah dan

kehendak Allah serta menjauhi larangan-Nya. Seorang ahli hukum Islam

terkemuka, Abu Ishaq As-Satibi, merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni

memelihara agama, jiwa, akal, keturunan,dan harta benda, yang diterima oleh

ahli-ahli hukum Islam lainnya. Dengan terpeliharanya kelima tujuan (al-maqasidu

al-khamsah) itu, manusia akan mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat. Dalam

hukum Islam terdapat pembidangan antara ibadah dan muamalah. Bidang ibadah

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, bidang muamalah mengatur

hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam kehidupan masyarakat,

hukum Islam yang merupakan bagian dari agama Islam, tidak membedakan antara

hukum perdata dengan hukum publik, sebab dalam soal perdata terdapat segi-segi

publik, dan dalam soal publik ada segi-segi perdatanya.

Dalam sistem hukum Islam ada lima macam kaidah atau norma hukum

yang dirangkum dalam istilah al-ahkam al-khamsah. Kelima kaidah itu adalah:

66

Baharuddin Ahmad dan Illy Yanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam di

Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 1. 67

Abd Rahman Dahlan,Ushul Fiqh,…., hlm: 15

Page 67: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

50

fard (kewajiban), sunnat (anjuran), ja‟iz (mubah) atau ibahah (kebolehan),

makruh (celaan) dan haram (larangan).68

Tata kehidupan itu perlu diatur dengan norma-norma hukum yang diambil

dari ajaran Islam, karena manusia selain hidup di dunia ini juga akan menjalani

kehidupan akhirat yang kebahagiaannya atau kesengsaraannya ditentukan oleh

akumulasi pahala perbuatan-perbuatan baik atau pun buruk di dunia ini.

Hukum dan perubahan masyarakat adalah suatu hal yang sangat menarik

dan layak ditekuni, apalagi bagi seorang, badan atau lembaga yang selalu

berkecimpung di bidang hukum. Apabila diperhatikan citra hukum yang selalu

mencari dan memberikan kepastian hukum maka banyak sekali aspek keterlibatan

hukum itu mempengaruhi masyarakat. Sebaliknya, bila terjadi perubahan dalam

masyarakat maka perubahan turut membentuk perkembangan hukum, karena

hukum itu berkembang dan berubah maka masyarakat turut berubah dan

berkembang.

Disamping itu, perkembangan hukum tidak terlepas dari perubahan politik,

sosial, dan budaya. Dengan demikian, kita terpaksa berbicara hukum yang

terpasang ditengah-tengah masyarakat, agar kita mengawasi bagaimana hukum

mempunyai dampak dengan persoalan yang mengelilinginya.69

Dalam sistem hukum Islam Al-„Adah dijadikan salah satu unsur yang

dipertimbangkan dalam menetapkan hukum. Penghargaan hukum Islam terhadap

adat ini menyebabkan sikap yang toleran dan memberikan pengakuan terhadap

68

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm: 221 69

Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Sejarah Timbul dan Berkembangnya

Kedudukan Hukum Islam dalam sistem hukum di indonesia)”. (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.

84.

Page 68: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

51

hukum yang berdasar adat yang menjadi hukum yang diakui oleh hukum Islam

pengakuan tersebut tidaklah mutlak, tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Hal ini adalah wajar demi untuk menjaga nilai-nilai prinsip-prinsip dan identitas

hukum Islam. Karena hukum Islam bukanlah hukum yang menganut sistem

terbuka secara penuh, tetapi bukan pula tertutup secara ketat, „urf yang shahih

menambahkan vitalitas dan dinamika hukum Islam.

Mengamati bentuk-bentuk „urf dilihat dari segi keberadaannya „urf dapat

dibagi menjadi dua macam yaitu „urf shahih dan „urf fasid.70

Yaitu:

a) 'Urf shahih adalah sutu kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam

masyarakat dan kebiasaan itu sejalan dengan nilai nilai yang terdapat

dalam ajaran Islam serta kebiasaan itu tidak menhalalkan yang diharamkan

dan tidak membatalkan hukum (hukum) yang diwajibkan.

b) „Urf Fasid adalah suatu kebiasaan yang telah berjalan dalam masyarakat,

tetapi ajaranya itu bertentang dengan ajaran Islam atau menhalalkan yang

haran dan sebaliknya, membatalkan hukum yang diwajibkan.

Adat pingitan setelah peminangan merupakan tradisi budaya mulai nenek

moyang adat ini sering dilakukan oleh masyarakat suku jawa yang asih kental

terhadap pengembangan budaya dari leluhur mereka, akan tetapi suku lain seperti

melayu sunda dan lain-lain banyak juga melakukan tradisi ini.

Masyarakat Desa Senaung dalam melaksanakan adat pingitan setelah

peminangan guna untuk menjaga diri mereka dari maksiat yang akan timbul

apabila mereka berdua-duaan dengan seorang yang belum sah. Alasan yang

70

Suhar, Metodologi hukum Islam : ushul Al-Fiqh, (Jambi: Salim Media Indonesia,

2015), hlm. 138.

Page 69: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

52

mereka katakan hampir semuanya sama, mengatakan bahwa adat pingitan itu

bertujuan baik dan mengandung kemaslahatan.

Begitu juga paparan yang disampaikan oleh tokoh agama bapak usman tersebut

adalah:

Kalau mengenai penetapan proses pingatan biasanya kami masyarakat

senaung prosesnya tidak macam-macam tidak banyak hal yang dikerjakan

saat proses pingitan, tidak ada proses yang aneh dari tradisi ini mereka

hanya di mintak untuk berdiam diri di dalam rumah selama waktu yang

telah disepakati, dan ada juga satu hari sebelum walimmah mereka

berpuasa, yang tujuanny sebagian masyarakat agar kita H aura mereka

terpancar, untuk waktunya yang mana sebagai orang tua lah yang

menyarankan kepada anak-anak kami yang hendak melakukan pernikahan

untuk melaksanakan pingitan itu, untuk waktu pingitan itu sendiri kami

serahkan kepada mereka, hal ini di karenakan ada anak yang harus

berkerja, dan tidak bisa untuk cuti berkerj adat pingitan merupaka suatu

hal yang baik dapat menjaga diri meraka dari perbuatan yang dilarang

oleh Allah.71

Bahkan seorang wanita yang berdiam diri dirumahnya menjadi dambaan

bagi setiap laki-laki. Pingitan sangat dianjurkan bagi seluruh wanita muslimah,

bukan hanya bagi mereka yang hendak melangsungkan perkawinan, seperti di

dalam al-qur‟an surah Ar-Rahman (55): 72 Allah berfirman:

حورمقصوراتفيالخيام

Artinya: “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih di pingit dalam

rumah”

Hukum Islam memandang adat pingitan setelah pemingan di Desa

Senaung seperti apa yang Allah jelaskan dalam Al-Quran pada surat Al-Ahzab 33.

71

Wawancara dengan Usman, tokoh agama Desa Senaung, 21 Nopember 2019

Page 70: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

53

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias

dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan

dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul- Nya.

Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari

kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya ”72

.

Hukum Islam memandang adat pingitan itu sendiri adalah boleh, karena

pada dasarnya wanita yang berdiam di dalam rumah menunjukan kemuliaannya

tidak mengumbar aurat dan tidak memperlihatkan dirinya dihadapan orang

banyak yang bisa menimbulkan mudhorat bagi dirinya, maka hendaklah wanita

itu punya rasa malu. Wanita yang berdiam diri dirumah menunjukkan kemuliaaan

dan kesuciannya teramasuk bentuk ketaatannya terhadap perintah Allah.

Jadi jika adat pingitan Desa Senaung kita tinjau melaui „urf, maka

menurut peneliti mengkategorikan adat ini termasuk pada „urf shahih adalah

kebiasaan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash (ayat

atau hadis), tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula membawa

kemudhoratan. Adat pingitan yang terjadi saat ini adalah kebiasaan yang telah

dikenal secara baik dalam masyarakat Desa Senaung dan kebiasaan itu sejalan

dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam.

Hal tersebut sesuai dengan kaidah seperti berikut yaitu:

إ وا تعتبس ا لعا دة إ ذ ا ا ضطس او غلبت

Artinya :“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah adat

yang terus menerus berlaku atau berlaku umum”

72

QS. Al-Ahzab (33): 33.

Page 71: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

54

Lebih lanjut dijelaskan dalam kaidah:

لصالتعي با لعس ف كا لتعبي با

Artinnya :“Ketentuan berdasarkan „urf seperti ketentuan berdasarkan nash”

Telah dijelaskan pada pemaparan sebelumnya bahwa adat adalah suatu

aturan sosial yang sudah ada sejak zaman nenek moyang atau sesuatu yang

dikerjakan dan diucapkan secara berulang-ulang sehingga dianggap baik dan

diterima oleh akal sehat. Adat atau u‟rf yang telah diterima dan ditetapkan oleh

masyarakat secara umum bisa dikatakan sebagai suatu hukum yang wajib di

lakukan dan dalam Islampun tidak bertentangan serta diharapkan dengan adanya

ini, akan mendukung pembentukan hukum yang baru.

Kepercayaan masyarakat Senaung tentang musibah dan mitos-mitos yang

didapatnya karena tidak melakukan tradisi pingitan dan mendapatkan musibah,

tersebut masuk dalam katagori 'urf yang fasid (rusak/jelek) Ialah 'urf yang tidak

baik dan tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan nash qath'iy (syara‟).

Dapat di katakan segala sesuatu yang mengarahkan dari mitos yang

masyarakat yakini mengarahkan seorang untuk menggantukan harapan kepada

selain Allah keyakinan di dalam adat pingit yang seperti ini merupakan perbuatan

syirik keji, perbuatan syirik ini tidak menjadikan keluar dari agama, akan tetapi

mengurangi tauhid, bahkan dapat mengantarkan kepada syirik besar.

Di dalam Islam, umat Islam diajarkan bahwa tidak ada kekuatan dan daya

melainkan kekuatan yang datang dari Allah, dengan keyakinan yang terdapat

dalam adat pingitan ini, mitos ini memastikan terjadinya kemudhoratan yang pasti

menimpa mereka yang melanggar ketentuan ketentua mitos yan masyarakat

Page 72: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

55

percayai, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini, Allah

maha mengetahui baik yang tampak maupun ghaib. Pengetahuaan Allah maha

sempurna, semua yang terjadi di alam ini berada di dalam pengetahuan Allah,

baik sebelum maupun yang akan terjadi. Pengtahuan manusia sangat terbatas, akal

manusia tidak mampu mengetahui dengan pasti tentang pengetahuan Allah yang

menjangkau tentang roh yang ada di dalam diri kita, bagaimana datangnya, di

mana tempatnya, bagaimana bentuknya, bagaimana pula perginya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-An‟am ayat (6):38 sebagai

berikut:

Artinya: “ dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-

sburung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat

seperti kamu tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam al-

kitab, kemudian kepada tuhan mereka dihimpunkan”.73

Menurut tafsir Al-Muyassar (kementerian agama Saudia Arabia) setiap

binatang yang bergerak dimuka bumi dan burung-burung yang terbang dilangit

dengan kedua sayapnya setiap jenis dari hewan-hewan tersebut memeliki

aturannya sendiri-sendiri, seperti perkembangbiakan cara hidup, interaksi,

makanan, dan segala urusan kehudipannya Allah-lah yang menciptakannya

sebagaimana dia menciptakan kalian, memberinya rezeki sebagaimana memberi

kalian rezeki, baik itu urusan-urusan kalian maupun hewan-hewan , yang mana

73 QS. Al-An‟am (6):38.

Page 73: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

56

hal itu berada dalam ilmu dan takdir Allah yang meliputi segala sesuatu semua

telah tertulis di lauhul mahfudz.74

74

http://tafsirweb,com/2126-quran-surah-al-anam-ayat-38-html.

Page 74: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alhamdulillah berkat taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis Telah dapat

menyelesaikan bab demi bab dalam skripsi ini, maka sebagai kesimpulannya

dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

1. Proses penetapan adat pingitan setelah peminangan di desa Senaung

merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh mereka yang hendak

melangsungkan pernikahan atau setelah pertunangan, setelah melakukan

peminangan orangtua atau keluarga menyarankan pasangan pengantin

khususnya perempuan untuk melakukan pingitan. Selama masa pingitan calon

pengantin untuk tetap berada di rumah sampai walimatul‟ursy. Waktu untuk

melaksanakan pingitan ini beragam yaitu di mulai dari 3 bulan, 7 hari, 1 hari .

2. Pandangan masyarakat adat pingitan ini dilakukan untuk menjaga diri dari

balak, dan masyarakat mempercyai mitos-mitos di adat pingitan setelah

peminangan. Sebagian besar dari masyarakat tersebut menganjurkan untuk

melakukan tradisi pingitan tersebut dengan alasan untuk menjaga calon

pengantin agar terhindar balak melengkapi prosesi pernikahan agar lebih

sakral.

3. Ditinjauan dari segi hukum Islam terhadap tradisi pingit menjelaskan bahwa

adat pingit ini boleh (mubah) untuk dilakukan, karena tidak ada dalil yang

melarang hal ini dikarenakan wanita dalam pingitan menunjuka kemulian dan

kesucian dan menjauhi diri dari perbuatan zina. Tradisi pingit ini masuk dalam

Page 75: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

58

4. kaidah fiqih yaitu „urf adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak

bertentangan dengan aturan hukum Islam. Akan tetapi yang melatar belakangi

masyarakat untuk melaksanakan pingitan ini yang mempercayai bahwa jika

tidak melaksanakan pingitan itu akan mendapat balak, seakan masyarakat

menggantungkan sesuatu kejadian ini pada adat pingitan bukan kepada Allah

SWT hal ini menjadikan adat ini „urf yang fasid (jelek/rusak).

B. Saran

Melalui skripsi ini penulis memberikan beberapa saran yang mudah-

mudahan dengan saran ini dapat dijadikan solusi dan masukan kepada pembaca

terutama bagi masyarakat Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten

Muaro Jambi.

1. Adat pingitan ini tidak hanya dilakukan terhadap mereka yang telah

bertunangan, akan tetapi pingitan ini juga berlaku untuk semua wanita yang

telah baliq, hal ini bertujuan agar dapat melindungi diri dari perbuatan zina

dan keji dan kepada pihak yang ingin melakukan adat pingitan diharapkan

mampu menahan diri mereka tidak bertemu dan mampu menjaga pandangan

dari yang bukan mahromnya sebelum dan setelah melakukan pertunangan

2. Hendaknya masyarak ttidak mempercayai hal-hal yang menyangkut mitos

yang ada yang ada di adat pingitan ini, yang bukan mahromnya sebelum dan

setelah melakukan pertunangan bukan hanya ketika setelah peminangan.

Karena semua yang terjadi di hidup ini telah allah atur di lakhul mahfudz.

Page 76: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

59

3. Ijtihad menjadi suatu kepastian untuk kembali melahirkan hukum Islam yang

dinamis agar hukum Islam kembali menjadi pelopor adat dan budaya yang

menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Page 77: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

DAFTAR PUSTAKA

A. Literature :

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2014

A. Dzauli, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2006.

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press,

1999.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh jilid 2, Jakarta: Kencana, 2008

Baharuddin Ahmad dan IllyYanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam

di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Banguran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodihardja, Metode

Penelitian Sosial (Edisi Revisi), Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014.

Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2010.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,

Bandung: Alfabeta, 2017.

Juliansyah Noor, Metode Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosda karya, 2008.

Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: bumi Aksara, 1995.

MartimanProdjohamidjojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Karya

Gemilang, 2002.

Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Sejarah Timbul dan

Berkembangnya kedudukan Hukum Islam dalam sistem Hukum di

Indonesia), Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Sartia Effendi, M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta Kencana, 2008.

Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,Jakarta: Raja GrafindoPrasada,

2012.

Sulaiman Abdullah. Himpunan Materi Pembekalan Adat Istiadat Jambi Bagi

Ketua Lembaga Adat Kecamatan dan Para Pengurus Lembaga Adat

Kabupaten/Kota Dalam Provinsi Jambi AngkatanKe-VI dan VII, Jambi:

2006.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press dan

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014.

Page 78: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

Sartia Effendi, M. Zein, Ushul fiqih, Jakarta: Kencana, 2008.

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2006.

B. KaryaIlmiah, Tesisi, Skripsi Dan Jurnal

Lia Hikmarul Maula,“Pingitan Pernikahan Di Desa Sukoayar Kecamatan

Mojo Kabupaten Kediri”, Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusantara

Persatuan Guru Republik Indonesia UN PGRI Kediri, 2016.

Ninik Nirma Zunita,“Kedududukan Tradisi Pingit Pengantin Study di Desa

Maduran, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan”. Skripsi

Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011.

Reficha, “Tradisi Pingit Pengantin Menjelang Akad Nikah Di Desa Urung

Kampung Dalam, Kecamatan Kundur Utara Dalam Prespektif Hukum

Islam”, Skripsi Mahasiswa Jurusan Al-SyakhsiyahFakultasSyari‟ah,

Unuversitas Islam NegeriSuska Riau, 2015.

Irkhamiyati, “Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES „Aisyah

Yogyakartadalam Membangun Perpustakaan Digital,” Jurnal Berkala

Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, Vol. 13, No. 1 (Juni 2017)

Muhammad Subawaihi dan Mokhammad Baharun, 2017, “ Adat Pernikahan

Melayu Jambi Prespektih „Urf Dalam Ilmu Ushul Fiqh‟Vol 1 No 2.

Hlm. 167-168. Di Akses 10 November 2019

Sri Iswidayati, Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Pendukungnya, Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, Staf

Pengajarn Jurusan Seni Rupa, Fukultas Bahasa Dan Seni Universitas

Negeri Semarang Volume VIII No. 2 / Mei-Agustus-2007

C. Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam, Surabaya: Sinarsindo Utama, 2015.

D. Web dan Lain-lainya

http://tafsirweb.com/2126-quran-surah-al-anam-ayat-38-html.

Page 79: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

LAMPIRAN LAMPIRAN

Wawancara dengan bapak Ramadhan Selaku Sekretaris Desa Senaung

Wawancara dengan Ibu Mascikah Selaku Masyarakat Umum Desa Senaung

Page 80: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

Wawancara Dengan Ibu Halimah Selaku Masyarakat Umum Desa Senaung

Page 81: ADAT PINGITAN SETELAH PEMINANGAN DITINJAU DARI …repository.uinjambi.ac.id/3087/1/MASTURA SHK162115.pdf · hanya dilakukan untuk mereka yang telah melakukan lamaran (khitbah). Adapun

Curriculum Vitae

A. Identifikasi Diri

Nama : Mastura

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempa, Tanggal Lahir :Jambi, 15 November 1997

Alamat : Jl. Kh Hasan Anang Rt.03 Kel. Olak

Kemang Kec. Danau Teluk Kota Jambi

No. Telp/HP : 089633318185

Nama Ayah : Warsono

Nama Ibu : Patmawati

B. Riwayat Pendidikan

Universitas : Universitas Islam Negeri STS Jambi, 2020

SMA/MA, Tahun Lulus : MA Swasta As‟ad Kota Jambi, 2016

SMP/MTs, Tahun Lulus : MTs As‟ad Kota Jambi, 2013

SD, Tahun Lulus : SD 3/IV Kota Jambi, 2010

MI, Tahun Lulus : MI As‟ad Kota Jambi, 2010

C. Pengalaman Pendidikan

Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun

2017- 2018.

Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun

2018- 2019.

Anggota Pramuka Racana Sulthan Thaha Saifuddin-Sri Soedewi UIN

STS Jambi Tahun 2017-2018