adaptasi teori akuntansi

21
Pendahuluan Akuntansi ada karena aktivitas komersial, transaksi berbasis ekonomi,entitas individu yang membentuk pasar, sektor swasta dan publik dari batas geografis tertentu. Hal ini didukung oleh fakta adanya perbedaan praktik akuntansi antara kelompok tertentu yang ditetapkan negara. Penerapan sudut pandang tertentu yang mendasari akuntansi merupakan fungsi dari berbagai faktor termasuk sejarah, budaya, nilai-nilai sosial, sifat kegiatan ekonomi, tujuan menafsirkan dan menerapkan informasi akuntansi. Seringkali sudut pandang akan didukung alasan yang tidak selalu didasarkan pada logika kuantitatif. Faktor lain yang mempengaruhi berbagai sudut pandang akuntansi adalah banyaknya pemakai potensial informasi akuntansi yang mewakili berbagai perspektif dan menyebabkan pertanyaan perspektif siapa yang harus diambil dalam proses akuntansi. Pertanyaan ini telah menarik perdebatan, terutama selama tahun 1960-an dan 1970-an. Telah menjadi isu dalam kaitannya dengan pengembangan kerangka kerja konseptual. Mengingat bahwa SAC 2 (Australia) menyatakan bahwa tujuan dari tujuan umum laporan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang langka (paragraf 43). SAC 2 menominasikan 3 kelompok utama pengguna informasi yaitu penyedia sumber daya, penerima barang dan jasa, dan pihak-pihak yang melakukan review atau fungsi pengawasan (misalnya manajemen dan pemerintah). Tidak semua pengguna memiliki perspektif yang sama ketika mereka melihat laporan akuntansi untuk membuat keputusan.

description

pembahasan mengenai sudut pandang teori akuntansi (sumber "Accounting Theory : Godfrey")

Transcript of adaptasi teori akuntansi

Page 1: adaptasi teori akuntansi

Pendahuluan

Akuntansi ada karena aktivitas komersial, transaksi berbasis ekonomi,entitas individu yang

membentuk pasar, sektor swasta dan publik dari batas geografis tertentu. Hal ini didukung

oleh fakta adanya perbedaan praktik akuntansi antara kelompok tertentu yang ditetapkan

negara. Penerapan sudut pandang tertentu yang mendasari akuntansi merupakan fungsi dari

berbagai faktor termasuk sejarah, budaya, nilai-nilai sosial, sifat kegiatan ekonomi, tujuan

menafsirkan dan menerapkan informasi akuntansi. Seringkali sudut pandang akan didukung

alasan yang tidak selalu didasarkan pada logika kuantitatif.

Faktor lain yang mempengaruhi berbagai sudut pandang akuntansi adalah banyaknya

pemakai potensial informasi akuntansi yang mewakili berbagai perspektif dan menyebabkan

pertanyaan perspektif siapa yang harus diambil dalam proses akuntansi. Pertanyaan ini telah

menarik perdebatan, terutama selama tahun 1960-an dan 1970-an. Telah menjadi isu dalam

kaitannya dengan pengembangan kerangka kerja konseptual. Mengingat bahwa SAC 2

(Australia) menyatakan bahwa tujuan dari tujuan umum laporan adalah untuk memberikan

informasi yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi

sumber daya yang langka (paragraf 43). SAC 2 menominasikan 3 kelompok utama pengguna

informasi yaitu penyedia sumber daya, penerima barang dan jasa, dan pihak-pihak yang

melakukan review atau fungsi pengawasan (misalnya manajemen dan pemerintah). Tidak

semua pengguna memiliki perspektif yang sama ketika mereka melihat laporan akuntansi

untuk membuat keputusan.

Secara umum terminologi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu dari

sudut pandang pemakai dan dari sudut proses kegiatannya. Dari sudut pandang pemakai,

akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluai kegiatan-kegiatan suatu organisasi.

Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif,

pengawasan, dan pengambilan keputusan oleh manajemen, dan pertanggunjawaban

organisasi kepada investor, kreditur, badan pemerintah, dan sebagainya. Dari sudut pandang

kegiatan, akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan

dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa

kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam

kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus dapat mengidentifikasi data yang berkaitan atau

relevan dengan keputusan yang akan diambil, memproses atau menganalisa data yang

Page 2: adaptasi teori akuntansi

relevan, serta mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan.

Sudut pandang akuntansi yang akan dibahas dalam paper ini berangkat dari faktor yang

bersifat umum yaitu adanya serangkaian asumsi atau prinsip mengenai batasan-batasan yang

diperlukan oleh entitas. Batasan (Boundary) yang diadopsi disini adalah batas kegiatan yang

akan diukur dan dilaporkan dalam akuntansi atau adopsi asumsi pengukuran untuk

melaporkan informasi dengan kendala dari batas-batas yang diterima. Pada dasarnya, dalam

rangka mengukur dan melaporkan informasi, kegiatan atau sarana penunjang kegiatan suatu

entitas perlu didefinisikan. Setiap sudut pandang ini menentukan batas-batas suatu entitas

sehingga mendukung perspektif adopsi.

Perspektif akuntansi menurut Hines (1980) pada dasarnya merupakan proses menciptakan

sebuah realitas yang sesuai dengan pandangan para pendukung perspektif masing-masing.

Premis dasar Hines adalah bahwa dalam menciptakan realitas, akuntan benar-benar

membangun realitas. Argumen ini dirangkum dalam sebuah artikel narasi oleh Hines sebagai

berikut:

Jika orang mendefinisikan sesuatu itu nyata, maka nyata dalam konsekuensinya.

Akuntansi membuat gambaran organisasi atau ekonomi. Berdasarkan gambaran tersebut

orang berpikir dan bertindak. Dengan menanggapi gambaran tersebut maka akan menjadi

‘nyata dalam konsekuensinya’. Ketika orang menanggapi gambaran itu, dan konsekuensi

terjadi, mereka melihatnya sebagai bukti dari realitas yang disampaikan. Akuntansi

merupakan konstruksi manusia dan membutuhkan interpretasi manusia. Segala macam

perspektif, asumsi dan perilaku menuju pada sudut pandang alternatif akuntansi.

Teori Kepemilikan (Proprietary Theory)

Sudut pandang kepemilikan bermula dari abad ke-18 ketika beberapa penulis buku

menyajikan logika akuntansi berdasarkan pada tujuan dari perusahaan, sifat modal dan makna

akun-akun dari sudut pandang pemilik. Littleton (1940) menyatakan bahwa kepemilikan

merupakan substansi dalam sistem double entry. Tanpa substansi tersebut sistem double entry

menjadi tidak bermakna dan hanya menjadi seperangkat aturan yang harus ditaati. Dalam

teori ini entitas adalah agen, perwakilan atau perpanjangan tangan dari pengusaha atau

pemegang saham. Pemilik adalah pusat perhatian dalam penyajian informasi akuntansi.

Semua konsep akuntansi, prosedur dan aturan dirumuskan dengan perspektif dan

Page 3: adaptasi teori akuntansi

kepentingan pemilik. Hal ini berlaku untuk entitas perusahaan dimana entitas perusahaan

hanya dipandang sebagai alat yang digunakan pemegang saham dan pemilik untuk mencapai

tujuan mereka yaitu meningkatkan kekayaan.

Namun, Goldbreg (1965) membantah pernyataan ini. Dia berpendapat bahwa ada kasus

dimana sistem double entry digunakan pandangan laba pemilik bukanlah tujuan yang

mendasari praktik akuntansi dan pelaporan. Contohnya adalah akuntansi untuk organisasi

nirlaba yaitu perguruan tinggi. Pandangan Golberg ini meningkatkan keraguan dan

membangkitkan pertanyaan apakah fitur yang paling signifikan dari akuntansi adalah

penekanan pada kepemilikan. Isu-isu ini kembali mengemuka dalam perdebatan mengenai

pergeseran prosedur akuntansi sektor publik dari basis kas ke basis akrual.

Teori kepemilikan ini mendasari makna dan susunan penyajian informasi dalam neraca,

pendapatan dan beban serta praktik-praktik akuntasi yang berlaku kini. Berikut ini disajikan

penyajian neraca, pendapatan dan beban menurut esensi teori kepemilikan.

Neraca

Berikut ini adalah persamaan akuntansi berdasarkan esensi teori kepemilikan

A merupakan Aset, L merupakan utang dan P merupakan ekuitas pemilik. Yang ditekankan

dalam persamaan ini adalah elemen P yang merepresentasikan kekayaan bersih dari pemilik

bisnis. Sprague (1972) menyatakan bahwa Neraca dalam sudut pandang pemilik adalah

penjumlahan semua elemen yang merupakan kekayaan dari beberapa orang atau kumpulan

orang-orang dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari bisnis adalah peningkataan kekayaan

(peningkatan kepimilikan). Dalam hal ini tujuan akuntansi adalah untuk menentukan

kekayaan bersih dari pemilik. Oleh karena itu beberapa akuntan percaya bahwa nilai saat ini

lebih relevan daripada biaya historis. Teori ekonomi perusahaan mendukung pandangan

tersebut, dengan penekanan pada peran dari pemilik perusahaan. Berikut ini disajikan konsep

neraca menurut teori kepemilikan.

A-L = P

Page 4: adaptasi teori akuntansi

Sumber : The philosophy of Accounts

Pendapatan dan Beban

Pendapatan yang dapat diperoleh dan biaya yang dikeluarkan merupakan keputusan dan

tindakan dari pemilik. Pendapatan dan Beban merupakan akun turunan dari P (kekayaan

bersih pemilik). Pendapatan akan meningkatkan kepemilikan sedangkan beban merupakan

penurunan kepemilikan. Konsep pendapatan yang meningkatkan kekayaan bersih

ditunjukkan sebagai pengembalian/ return untuk enterpreuneurship. Vatter (1966)

menjelaskan bahwa teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa pendapatan dan beban

memiliki karakteristik aljabar yang sama seperti kekayaan bersih yaitu akun kredit

(pendapatan) akan meningkatkan kekayaan bersih, dan akun debit (kebalikannya) akan

menurunkan kekayaan bersih. Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih bisa berasal dari

kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan perubahan nilai aset. Misalnya, nilai instrinsik

aset surat kabar masthead mengalami peningkatan dan dapat menarik premium yang

signifikan apabila direalisasikan oleh pemilik. Berdasarkan teori kepemilikan, peningkatan

nilai tersebut harus diakui sebagai peningkatan kekayaan bersih walaupun belum

direalisasikan (surat kabar belum dijual kepada pihak ketiga).

Isu lain yang muncul terkait teori kepemilikan adalah adanya pajak berganda atas

pendapatan. Pajak berganda terjadi ketika perusahaan membayar pajak pendapatan korporasi

dan pemegang saham juga membayar pajak atas pendapatan yang dibagikan oleh perusahaan

dalam bentuk dividen (objek pajaknya adalah pendapatan yang sama tersebut). Teori

kepemilikan memandang perusahaan hanya sebagai alat bagi pemilik untuk mencapai tujuan,

bukan sebagai entitas yang terpisah dari pemilik dan mempunyai identitas tersendiri. Konsep

Page 5: adaptasi teori akuntansi

pajak berganda dalam teori kepemilikan inilah yang dijadikan faktor pendorong tidak

dikenakannya pajak atas dividen.

Pengaruh pada Praktik Akuntansi

Sebagian besar praktik akuntasi didasarkan pada teori kepemilikan. Beberapa praktik

akuntansi yang didasari oleh teori kepemilikan sebagai berikut:

a. Dividen

Dividen dianggap sebagai distribusi pendapatan daripada biaya karena distribusi ini

merupakan pembayaran kepada pemilik.

b. Bunga Utang dan Pajak Penghasilan

Bunga utang dan pajak penghasilan dianggap sebagai beban karena mengurangi kekayaan

pemilik. Untuk kepemilikan tunggal dan kemitraan, gaji yang dibayarkan kepada pemilik

yang bekerja pada perusahaan tidak dianggap sebagai beban, karena pemilik perusahaan

adalah entitas yang sama.

c. Metode Ekuitas

Metode ekuitas untuk investasi jangka panjang mengakui kepemilikan atau kepentingan

kepemilikan dari perusahaan investor. Kemudian dicatat sebagai penghasilan dari

persentase saham.

d. Parent Theory dalam laporan keuangan konsolidasi

Dalam laporan keuangan konsolidasi, metode parent theory didasarkan pada teori

kepemilikan. Perusahaan dipandang sebagai pemilik anak perusahaan. Hak minoritas, dari

sudut pandang “pemilik” anak perusahaan, dianggap mewakili kelompok luar (outsider).

Dibawah parent theory , hak minoritas dianggap sebagai kewajiban pada neraca walaupun

tidak cocok dengan definisi kewajiban.

e. Praktik akuntansi lainnya

Praktik akuntansi lainnya yang mencerminkan teori kepemilikan adalah dividen kepada

pemegang saham, laba per lembar saham (earning per share) dan nilai buku per lembar

saham.

Dalam pemilihan index harga umum untuk penyesuaian tingkat harga, teori kepemilikan

mengharuskan untuk mempertimbangkan kepentingan pemilik sebagai seorang individu

yang berkeinginan untuk memuaskan tujuan ekonominya. Hal ini akan mengarah kepada

indeks harga konsumen. Modal keuangan dipandang lebih baik daripada modal fisik

dalam teori kepemilikan. Modal keuangan menekankan investasi keuangan dari pemilik,

sedangkan modal fisik berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan

Page 6: adaptasi teori akuntansi

tingkat operasional fisik tanpa memperhatikan pernyataan kepemilikan. Melalui

pendekatan teori kepemilikan ini, logis apabila penurunan nilai kewajiban sebagai

keuntungan induk perusahaan (keuntungan pemilik).

Konsep Modal Keuangan (Financial Capital Concept)

Pandangan kepemilikan melihat adanya perbedaan antara kekayaan pemilik dengan kekayaan

entitas. Oleh karena itu semua keuntungan entitas didistribusikan kepada pemilik perusahaan.

Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan, dana ini tersedia dari sumberdaya pemilik

pribadi. Karena sudut pandang kepemilikan menganggap sisa aset dan kewajiban sebagai

kepemilikan, penggunaan potensi kekayaan bersih tidak dibatasi dan berpotensi digunakan

umtuk membeli barang dan jasa secara umum. Untuk alasan inilah, pemilik mempertahankan

modal entitas dalam tingkat harga umum.

Dengan kata lain, pandangan kepemilikan mempertahankan nilai finansial dari modal entitas,

dengan mempertimbangkan perubahan dalam tingkat harga umum. Dari perspektif ini, modal

merupakan kas yang diinvestasikan oleh pemilik ditambah laba yang diinvestasikan kembali

karena adanya penahanan laba/retensi dalam bisnis. Well-offness atau modal berhubungan

dengan kemampuan untuk menginvestasikan uang dalam jumlah yang sama pada akhir

periode pelaporan dibandingkan diawal periode. Pendapatan adalah jumlah kas yang diterima

oleh perusahaan atas investasi kas oleh pemilik ke dalam perusahaan.Menurut konsep ini

baru disebut laba jika jumlah finansial aktiva bersih pada awal periode melebihi jumlah

finansial aktiva bersih pada awal periode setelah memasukkan kembali setiap distribusi dari

dan kepada pemilik. Pengukuran keuangan aktiva bersih dapat dilakukan melalui nilai

nominal atau dalam satuan daya belinya.

Contoh implementasi dari konsep modal keuangan yaitu jika modal pada awal tahun

keuangan akan memungkinkan perusahaan untuk membeli televisi 1000, maka modal pada

akhir tahun keuangan juga harus mampu membeli 1000 set televisi setara. Keuntungan di atas

kekayaan bersih ini dianggap sebagai pendistribusian kepada pemilik.

Dalam penentuan laba diasumsikan bahwa perusahaan memiliki laba hanya jika aktiva bersih

perusahaan yang diukur dalam satuan uang (misalnya $, Rp) pada akhir periode melebihi

nilai aktiva bersih awal periode setelah dikurangi transaksi dengan pemilik. Berikut ini

contoh pengukuran laba menggunakan konsep modal keuangan:

Page 7: adaptasi teori akuntansi

                                             Awal Periode     Akhir Periode

Total aktiva                          $ 510,000         $ 560,000

Total kewajiban                  $ 430,000         $ 390,000 

Aktiva bersih (ekuitas pemilik)   $ 80,000     $ 170,000

Apabila tidak ada investasi baru dari pemilik atau pembagian laba kepada pemilik selama

satu periode, maka laba yang terjadi $90,000. Angka ini merupakan peningkatan aktiva

bersih. Namun jika dalam periode tersebut ada investasi baru dari pemilik $40,000 dan

deviden $15,000 maka laba yang terjadi dihitung sebagai berikut:

Aktiva bersih, akhir periode                     $ 170,000Perubahan (kenaikan) aktiva bersih       $    90,000Dikurangi investasi oleh pemilik                  (40,000)Ditambah dividend kepada pemilik             (15,000)Laba yang terjadi                                           $ 65,000

Keterbatasan Teori Kepemilikan

Teori kepemilikan dalam akuntansi dikembangkan pada saat munculnya usaha kecil,

perseorangan dan kemitraan. Namun dengan munculnya entitas perusahaan, teori ini terbukti

tidak memadai sebagai dasar untuk menjelaskan akuntansi pada perusahaan. Secara hukum,

perusahaan adalah entitas yang terpisah dari pemilik dan memiliki hak dan kewajiban

tersendiri. Dengan demikian, perusahaanlah yang mengelola aset dan kewajiban dalam bisnis,

bukan pemegang saham. Bentuk sebuah perusahaan terbatas mengasumsikan perusahaan

memikul kewajiban dari bisnis, dan pemegang saham bertanggungjawab atas kewajiban

perusahaan. Jika pemegang saham dari perusahaan besar akan menggunakan hak kepemilikan

dengan menarik aset perusahaan maka hal ini melanggar hukum. Pemegang saham menarik

hak kepemilikan dengan cara penarikan dividen yang merupakan distribusi kepemilikan yang

diijinkan oleh prosedur hukum formal.

Pertanggungjawaban kepada pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar

antara manajemen dan pemegang saham. Oleh karena itu pemegang saham sangat tergantung

pada informasi yang dilaporkan oleh manajemen kepada mereka. Namun, perusahaan besar

sering terkait dengan satu atau beberapa individu utama pada pengendalian organisasi, di

mana kekayaan utama pemilik dan organisasi praktis tak terpisahkan.

Page 8: adaptasi teori akuntansi

Teori Entitas (Entity Theory)

Teori entitas berkembang sebagai respon terhadap kekurangan dari teori kepemilikan pada

perusahaan. Teori entitas diawali dengan fakta perusahaan adalah entitas yang terpisah

dengan identitas pemiliknya. Teori Entitas (Entity Theory) memandang entitas sebagai

sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas

tersebut. Unit bisnis yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi bukan kepentingan

pemilik. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab baik atas

klaim pemilik maupun klaim kredit. Martin (1987) menguraikan dua asumsi yang terkait

dalam mewujudkan gagasan entitas akuntansi:

a. Pemisahan

Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.

b. Sudut pandang

Prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.

Meskipun teori entitas sangat cocok untuk akuntansi perusahaan, para pendukung teori ini

percaya bahwa hal itu dapat diterapkan untuk perusahaan perseorangan, kemitraan, dan

bahkan organisasi nirlaba, asalkan:

Akun-akun dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut pandang entitas sebagai

unit operasi/unit bisnis;

Prinsip Akuntansi dan prosedur tidak dirumuskan dalam hal kepentingan tunggal, seperti

kepemilikan.

Paton menyatakan hal berikut:Kegiatan bisnis merupakan hal-hal yang dibukukan dalam laporan keuangan dan dicatat serta dianalisa oleh akuntan; buku-buku dan rekening (akun) adalah catatan ‘bisnis’; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan adalah laporan dari ‘bisnis’.

Entitas bukanlah seseorang atau makhluk hidup yang dapat bertindak atas kemauan sendiri.

Entitas adalah sebuah institusi atau badan hukum dan menurut pendapat Paton merupakan hal

yang nyata. Sebab entitas memiliki keberadaan nyata dan terukur, bahkan memiliki corak

sendiri. Operasional perusahaan tidak lagi tergantung pada aktivitas pemegang saham setelah

modal saham dikeluarkan. Secara umum, dari perspektif akuntansi, suatu entitas dapat

didefinisikan sebagai setiap area kepentingan ekonomi yang memiliki keberadaan yang

terpisah dari pemiliknya.

Page 9: adaptasi teori akuntansi

Baru-baru ini, konsep entitas telah diperluas oleh organisasi-organisasi besar untuk

mencerminkan kepentingan dari berbagai pihak yang kepentingan. Dalam hal ini entitas

memberikan kerangka dasar yang menjadi acuan, adopsi bentuk-bentuk baru yang

diiintegrasikan dalam keuangan, lingkungan dan faktor kondisi sosial. Pendekatan yang

kemudian muncul dijelaskan oleh Elkington sebagai ‘pelaporan triple bottom line’.

Pendekatan “triple bottom line” berkaitan dengan pelaporan dampak kegiatan organisasi pada

berbagai stakeholder, selain kepentingan pemegang saham. Kriteria pengendalian berkisar

pada konsep ‘keberlanjutan’.

Elkington merangkum pendekatan keberlanjutan seperti yang ditunjukkan berikut:

Konsep ‘triple bottom-line’ berfokus pada kemakmuran ekonomi dan kualitas lingkungan. Sementara itu unsur bisnis cenderung mengabaikan keadilan sosial. Untuk mencapai keseimbangan yang tersirat dalam konsep ‘triple bottom-line’, kita tidak hanya membutuhkan bentuk-bentuk baru akuntabilitas tetapi juga bentuk-bentuk baru akuntansi. Kita harus menemukan indikator kemajuan yang akurat, berguna dan kredibel dalam bidang kesejahteraan ekonomi, kualitas lingkungan dan keadilan sosial.

Perusahaan berdiri untuk menciptakan kesejahteraan, sehingga kontribusi langsung mereka

untuk membuat pembangunan yang berkelanjutan adalah menciptakan nilai ekonomi jangka

panjang, kondisi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Satu kunci tantangan abad kedua

puluh singkatnya adalah ‘penciptaan nilai berkelanjutan’.

Intinya bahwa organisasi semakin menyadari bahwa perspektif tunggal pemegang saham

menciptakan kecurigaan dan tuntutan dari masyarakat luas untuk peningkatan tingkat

keterbukaan perusahaan. Tanggapan dari beberapa perusahaan untuk memperluas dari

pandangan entitas berkaitan dengan dampak organisasi untuk pihak yang berkepentingan

secara luas. Ini mungkin terlihat dari perubahan dalam konsep akuntabilitas perusahaan yang

utama dari waktu ke waktu.

Dua Versi Teori Entitas

Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun keduanya mengarah

kepada konklusi yang sama, yaitu stewardship (pelayanan) dan pertanggungjawaban

(accountability).

a. Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi

untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam

Page 10: adaptasi teori akuntansi

perusahaan. Dalam hal ini, entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan

kepada pemegang saham tentang status dan konsekuensi dari investasi mereka.

b. Versi kedua yaitu pandangan yang lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa

sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan terhadap

kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Meskipun kedua versi tersebut menempatkan entitas sebagai unit independen, namun terdapat

sedikit perbedaan konsep di antara keduanya. Pandangan tradisional masih memposisikan

pemegang saham sebagai “partisipan” (associates), sementara sudut pandang baru lebih

memposisikan mereka sebagai pihak luar (outsiders). Namun demikian, hal ini tidak

mempengaruhi muatan informasi dari laporan akuntansi yang disajikan oleh entitas tersebut.

Neraca

Meskipun konsep entity theory merupakan pengembangan dari konsep proprietary

theory, namun bila diinterpretasikan secara kritis (khususnya dalam konteks konsep

kepemilikan), sebagian besar muatannya tetap berbasiskan pada aspek-aspek ideologis yang

sama dengan konsep proprietary theory. Dalam teori entitas kekayaan bersih pemilik

bukanlah konsep yang berarti, karena entitas adalah titik pusat perhatian. Pemilik dan kreditur

dipandang hanya sebagai pemegang modal, penyedia dana. Persamaan akuntansi adalah:

Persamaan tersebut adalah ekspresi yang paling logis dari kondisi keuangan perusahaan.

Aktiva adalah hak yang menjadi milik entitas tersebut, ekuitas mencerminkan sumber daya

dari aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor maupun

pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda dalam

hal laba, pengendalian resiko, dan likuidasi. Lebih jelasnya ekuitas merupakan hak atau klaim

atas aset entitas. Kreditor memiliki klaim khusus dan pemegang saham memiliki klaim

residual atas aset dalam kasus pembubaran. Dari sudut pandang entitas, bagaimanapun

kreditur dan pemegang saham merupakan penyedia dana. Pemegang saham tidak memiliki

klaim untuk setiap aset tertentu, bahkan untuk pendapatan perusahaan. Sehingga persamaan

akuntansi tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi

Asset = Ekuitas

Asset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Page 11: adaptasi teori akuntansi

Neraca menunjukkan asset entitas, yang Paton sebut sebagai mewakili ‘langsung’ pernyataan

nilai untuk entitas. Sedangkan ekuitas mewakili penyataan ‘tidak langsung’ dari total yang

sama. Asset dan utang milik perusahaan adalah kewajiban dari perusahaan, bukan pemilik.

Teori ini mengarah kepada konsep akuntabilitas oleh karena itu jumlah yang diinvestasikan

oleh pemilik modal harus dipertanggung jawabkan. Tujuan ini logis mengarah ke penggunaan

biaya historis untuk asset nonmoneter, karena total pada sisi kanan neraca harus sama dengan

total di sebelah kiri. Setelah menerima dana yang disediakan oleh pemilik modal, perusahaan

menginvestasikan dana di aset. Dalam hal ini asset non moneter yang diperoleh dicatat

menggunakan harga perolehan.

Pendapat tentang penggunaan nilai historis sebagai bentuk pertanggungjawaban mulai

mendapat kritik. Konsep Akuntabilitas tidak selalu berarti harus melacak dari jumlah awal

investasi. Pemilik modal juga tertarik pada perubahan nilai investasi mereka. Pendukung nilai

sekarang (current value) menunjukkan bahwa teori entitas mengasumsikan bahwa investor

tidak cukup dekat pada bisnis yang dilakukan perusahaan untuk melakukan penyesuaian

sendiri nilai-nilai. Oleh karena itu, akuntabilitas berarti bahwa penyesuaian/perubahan nilai

dilaporkan kepada investor. Dapat dikatakan bahwa entitas perlu mengetahui nilai-nilai

sekarang (current value) dari aset dalam rangka untuk membuat keputusan yang benar.

Pendapatan

Berdasarkan konsep kepemilikan, penentuan kekayaan bersih pemilik menjadi perhatian yang

utama. Oleh karena itu, neraca menjadi sangat penting. Untuk teori entitas, penekanannya

pada penentuan pendapatan sehingga akun Laba Rugu lebih relevan daripada neraca.

Pendapatan lebih ditekankan karena ada dua alasan.

1. Para penanam modal tertarik pada pendapatan/laba, karena jumlah ini menunjukkan hasil

investasi mereka selama suatu periode;

2. Alasan keberadaan sebuah perusahaan adalah untuk membuat keuatungan. Hal ini

diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Pendapatan adalah apa yang dihasilkan oleh entitas. Dalam teori entitas pendapatan harus

didefinisikan sebagai perubahan dalam aktiva bersih perusahaan bukan perubahan

modal/kekayaan pemilik. Pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk aset atas transaksi

yang dilakukan oleh perusahaan atas penjualan produk/jasa. Sedangkan beban merupakan

biaya yang berkaitan dengan asat atau layanan lain yang digunakan oleh perusahaan untuk

menciptakan pendapatan pada periode terrsebut. Beban mengurangi nilai aset entitas. Hal ini

berbeda dari sudut pandang kepemilikan dimana beban merupakan pengeluaran yang

mengurangi kekayaan bersih pemilik. Konsep kepemilikan menenkankan pada sisi kanan

Page 12: adaptasi teori akuntansi

neraca (P/kekayaan bersih), sedangkan konsep entitas menekankan pada sisi kiri neraca

(Aset). Aset dianggap memperlihatkan hal nyata yang dikerjakan oleh perusahaan, sedangkan

ekuitas lebih abstrak yang berkaitan dengan cara klaim atas aset.

Aset dan beban pada dasarnya digunakan untuk menyediakan layanan. Pertanyaannya adalah

bagaimana untuk meningkatkan layanan atau mempertahankan layanan tersebut di masa

depan. Karakteristik dasar pendapatan adalah pendapatan menciptakan lebih banyak aset

sedangkan beban atau biaya pada akhirnya mengurangi aset. Oleh karena itu teori entitas

menjelaskan bahwa konsep pendapatan dan beban dalam hal perubahan aset bukan sebagai

kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik atau pemegang saham.

Pendapatan yang dihasilkan merupakan hak perusahaan. Jika memang demikian, mengapa

dalam praktiknya pendapatan ditutup ke saldo laba seolah-olah menjadi milik pemegang

saham?. Paton dan Littleton berpendapat bahwa pemegang saham memiliki klaim sisa

(residual) pada total aset dan karena alasan tersebut maka pendapatan ditempatkan pada saldo

laba. Para pemegang saham mendapat klain sisa, setelah kreditur dibayar terlebih daulu pasa

saat likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas.

Penafsiran baru menyatakan bahwa akun laba ditahan sebagai ekuitas perusahaan atau

invetasi itu sendiri.

Pendekatan Konvensional Vs Pendekatan Baru

Secara gamblang, Isgiyarta (2009) menjelaskan bahwa dalam entity theory, secara logika,

seharusnya utang mempunyai posisi yang sama sebagai sumber dana untuk memperoleh

aktiva. Sehingga turunan utang, yaitu bunga utang, seharusnya mempunyai posisi yang sama

dengan posisi dividen. Namun dalam praktik akuntansi konvensional, posisi bunga utang

pada laporan laba rugi ditempatkan dalam kelompok beban usaha. Posisi bunga yang

ditempatkan sebagai bagian dari kelompok beban usaha merupakan konsep dari proprietary

theory. Posisi utang dengan posisi ekuitas mempunyai posisi yang berlainan, yaitu utang

merupakan pengurang aktiva. Dengan demikian maka turunan utang yaitu bunga utang

mempunyai posisi yang tidak sama dengan dividen.

Beberapa ahli juga berpendapat bahwa pajak penghasilan adalah distribusi pendapatan. Teori

kepemilikan mempertahankan bahwa pajak penghasilan yang dibayar untuk layanan

pemerintah tertentu merupakan biaya bisnis. Namun Paton berpendapat bahwa pajak tidak

mewakili suatu biaya/beban tertentu melainkan karena adanya paksaan dari pemerintah.

Selain itu, pembayaran pajak tidak berada dalam proporsi langsung untuk setiap manfaat

Page 13: adaptasi teori akuntansi

yang diterima dari pemerintah. Kontribusi pemerintah terhadap keberhasilan perusahaan

adalah faktor ‘sepenuhnya di luar hukum pasar’. Namun menurut definisi, pajak penghasilan

adalah bagian dari pendapatan. Oleh karena itu, pemerintah memperoleh suatu ekuitas yang

berlaku di perusahaan tanpa peralatan modal apapun. Paton percaya bahwa pajak penghasilan

harus diperlakukan sebagai distribusi hilangnya pendapatan, tapi bukan beban.

Menurut versi yang lebih baru dari teori entitas, perusahaan berbisnis untuk dirinya sendiri.

Pembayaran dengan penggunaan uang adalah biaya karena kedua kreditur dan pemegang

saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, beban bunga dan dividen serta pajak

penghasilan adalah biaya bisnis. Mereka mengurangi jumlah ekuitas yang dimiliki entitas.

Tidak ada pajak berganda di bawah teori entitas karena perusahaan merupakan entitas yang

terpisah dari pemegang saham. Oleh karena itu setiap entitas harus membayar pajak

penghasilan atas penghasilan entitas sendiri. Pengikut penafsiran baru dari teori entitas

berpendapat bahwa dividen saham juga harus dikenakan pajak kepada penerima karena

dividen saham berasal dari saldo laba yang termasuk ke dalam entitas, bukan pemegang

saham.

Pengaruh pada Praktik Akuntansi

Dalam praktik akuntansi, pengaruh dari masing-masing teori saling melengkapi dan

berdampingan. Teori akuntansi konvensional didasarkan pada konsep entitas, namun teori

kepemilikan tampaknya memiliki dampak yang lebih besar pada prosedur atau praktik

akuntansi saat ini.

Sebagai contoh, berdasarkan pada konsep kepemilikan, beban bunga dianggap beban dan

dividen distribusi pendapatan. Dalam menentukan kekuatan keuntungan/kerugian pembelian

pada saat digunakan skala dolar konstan, pandangan entitas menyatakan agar ‘harga umum

indeks barang produsen’ bekerja, tapi ini tidak terjadi. Untuk praktik akuntansi keuangan saat

ini, jika pandangan entitas diikuti secara ketat, perubahan nilai kewajiban tidak akan

dianggap sebagai keuntungan/kerugian pemegang saham, hanya perubahan Aset. Hal ini

karena kewajiban adalah ekuitas, seperti memberikan kontribusi modal. Hal ini harus

diabaikan karena perubahan nilai tidak mempengaruhi arus kas perusahaan.

Teori entitas telah berdampak pada beberapa prosedur yang masih ada. Misalnya, gaji kepada

karyawan perusahaan yang memiliki saham dianggap beban. Dalam laporan keuangan

konsolidasi, pendekatan teori entitas dapat digunakan di mana perspektif dari entitas

Page 14: adaptasi teori akuntansi

konsolidasi diambil dan kepentingan ekuitas dari luar tidak dikecualikan dari pendapatan,

beban atau asset. Menggunakan perspektif entitas, kepentingan luar ekuitas diperlakukan

tidak berbeda dari kepentingan perusahaan induk pada anak perusahaan. Dalam konteks

akuntansi manajemen, penggunaan laba dan pusat biaya untuk keperluan internal didasarkan

pada konsep entitas.