Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

15
Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan Sosial Noorca Maya Regita & Herdito Sandi Pratama 1 Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ABSTRAK Arsitektur dalam pandangan umum adalah usaha manusia untuk membangun tempat tinggal yang aman dan nyaman. Proses penciptaan bangunan yang dikenal selama ini selalu melibatkan ukuran matematis, tetapi sesungguhnya keseluruhan rangkaian usaha ini merupakan proses yang sangat kompleks. Arsitektur, secara konseptual, didefinisikan sebagai usaha untuk membangun ruang bagi manusia, yang melibatkan penambahan satu dimensi tertentu, yaitu dimensi kemanusiaan. Penciptaan bangunan didasari oleh relasi kuasa yang terjadi dalam lingkungan sosial. Hal inilah yang melahirkan berbagai gaya arsitektur bangunan secara kultural. Keberadaan bangunan memberi peluang bagi penghuni untuk memacu inteligensi melalui adaptasi dan desain menjadi mediasi bagi intensionalitas penghuni terhadap bangunan. Kata Kunci : Arsitektur; Ruang; Relasi Kuasa; Desain; Adaptasi. Adaptation in The Act of Relation among Architecture, Intelligence and The Social ABSTRACT Architecture in general is a human’s effort to build a secure and comfort home. The creation of a building as we know, is always involving the mathematical measure, however, the whole sequence of these efforts is a complicated process. In a conceptual understanding, architecture is defined as a matter of making a human space, which is adding a particular dimension, i.e. humanistic dimension. The creation of a building is based on the relation of power, which is happened in a social environment. This is what produce so many different style of architectur in culture. The exsistence of a building gives the probability to the dweller for boosting his/her intelligence through the adaptation and the design stance, which is become a mediation for the dweller’s intentionality to the building. Key Words: Architecture; Space; Relation of Power; Design Stance; Adaptation. 1 Noorca Maya Regita adalah mahasiswi Program Studi Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, yang telah mempertahankan skripsinya di hadapan Dewan Penguji dalam sidang skripsi tanggal 15 Juli 2013. Herdito Sandi Pratama adalah dosen Program Studi Filsafat yang memberikan bimbingan kepada Noorca Maya Regita dalam menulis skripsi yang berjudul “Adaptasi dalam Hubungan Antara Arsitektur, Inteligensi dan Sosial”. Tulisan ini merupakan ringkasan dari skripsi yang dimaksud. Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Transcript of Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Page 1: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan Sosial

Noorca Maya Regita & Herdito Sandi Pratama1 Program Studi Filsafat

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

ABSTRAK

Arsitektur dalam pandangan umum adalah usaha manusia untuk membangun tempat tinggal yang aman dan nyaman. Proses penciptaan bangunan yang dikenal selama ini selalu melibatkan ukuran matematis, tetapi sesungguhnya keseluruhan rangkaian usaha ini merupakan proses yang sangat kompleks. Arsitektur, secara konseptual, didefinisikan sebagai usaha untuk membangun ruang bagi manusia, yang melibatkan penambahan satu dimensi tertentu, yaitu dimensi kemanusiaan. Penciptaan bangunan didasari oleh relasi kuasa yang terjadi dalam lingkungan sosial. Hal inilah yang melahirkan berbagai gaya arsitektur bangunan secara kultural. Keberadaan bangunan memberi peluang bagi penghuni untuk memacu inteligensi melalui adaptasi dan desain menjadi mediasi bagi intensionalitas penghuni terhadap bangunan.

Kata Kunci : Arsitektur; Ruang; Relasi Kuasa; Desain; Adaptasi.

Adaptation in The Act of Relation among Architecture, Intelligence and The Social

ABSTRACT

Architecture in general is a human’s effort to build a secure and comfort home. The creation of a building as we know, is always involving the mathematical measure, however, the whole sequence of these efforts is a complicated process. In a conceptual understanding, architecture is defined as a matter of making a human space, which is adding a particular dimension, i.e. humanistic dimension. The creation of a building is based on the relation of power, which is happened in a social environment. This is what produce so many different style of architectur in culture. The exsistence of a building gives the probability to the dweller for boosting his/her intelligence through the adaptation and the design stance, which is become a mediation for the dweller’s intentionality to the building.

Key Words: Architecture; Space; Relation of Power; Design Stance; Adaptation.

                                                                                                                         1  Noorca  Maya  Regita  adalah  mahasiswi  Program  Studi  Filsafat,  Fakultas  Ilmu  Pengetahuan  Budaya,  Universitas  Indonesia,  yang  telah  mempertahankan  skripsinya  di  hadapan  Dewan  Penguji  dalam  sidang  skripsi  tanggal  15  Juli   2013.   Herdito   Sandi   Pratama   adalah   dosen   Program   Studi   Filsafat   yang  memberikan   bimbingan   kepada  Noorca   Maya   Regita   dalam   menulis   skripsi   yang   berjudul   “Adaptasi   dalam   Hubungan   Antara   Arsitektur,  Inteligensi  dan  Sosial”.  Tulisan  ini  merupakan  ringkasan  dari  skripsi  yang  dimaksud.    

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 2: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada pandangan populer, terdapat berbagai macam pengertian aristektur yang

saling merujuk pada perbedaan zaman. Tokoh-tokoh dari zaman Yunani hingga

postmodern seperti Vituvrius, Cornelis Van de Ven, Benjamin Handler, Fillipo

Brunelleschi hingga Charles Jencks beranggapan bahwa inteligensilah yang

membangun adanya arsitektur. Dari anggapan tersebut, dapat ditarik sebuah ide dasar

bahwa rasionalitas yang membangun segala kebudayaan termasuk arsitektur. Salah

satu contoh pengertian arsitektur menurut Mies Van Der Rohe adalah semangat dan

keinginan untuk menerjemahkan zaman ke dalam ruang dan esensi dari teknologi

modern merupakan bagian penting yang harus bermakna dalam karya arsitektur.2 Hal

ini terungkap atas pandangannya bahwa teknologi adalah ungkapan intelegensi

manusia modern dan teknologilah yang mendominasi kecenderungan mendatang.

Beberapa tokoh lain juga berpendapat bahwa arsitektur hanyalah sekedar seni

mendesain bangunan yang meliputi penataan ornamen-ornamen di dalamnya. Secara

garis besar, penekanan yang diberikan oleh para penerjemah arsitektur adalah pada

teknis mendirikan bangunan. Sedangkan dalam penulisan ini, term arsitektur

didefinisikan ulang menjadi a matter of making a human space. Mengambil teori dari

Frank Lloyd Wright, bahwa gagasan penting dari arsitektur adalah mengubah wujud

dua dimensi menjadi ruang tiga dimensi untuk manusia.3 Penjelasan tersebut menjadi

landasan penting bagi penulis dalam merumuskan ulang definisi dari arsitektur.

Pada umumnya arsitektur memiliki dua langkah penciptaan, yang pertama,

pembuatan sketsa ruang dua dimensi; yang kedua, implementasi dari sketsa ruang dua

dimensi menjadi bangunan tiga dimensi. Ruang tiga dimensi ini menjadi titik penting

sehingga manusia dapat menempati ruang tersebut. Semua bentuk fondasi, material,

unsur aerodinamis, beserta ukuran-ukuran matematis dalam pembangunan ruang akan

selalu kembali pada titik tolaknya yaitu manusia.

                                                                                                                         2Robert Venturi. 1966. Complexity and Contradictory in Architecture. (New York : The Museum of Modern Art). Hal 16-20. 3Donald Langmead & Donald L. Johnson. 2000. Architectural Excursion : Frank Lloyd Wright, Holland, and Europe. (London : Greenwood Press). Hal 25-38.

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 3: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Definisi human space4 tidak sesederhana pendefinisian ‘ruang untuk manusia’.

Manusia hidup di alam semesta yang lingkupnya sangat luas, yang dapat kita sebut

dengan biosfer. Biosfer adalah bagian-bagian terluar planet Bumi yang mencakup

daratan, perairan, udara, serta aspek-aspek lainnya yang mendukung kehidupan

manusia. Keberadaan ruang yang luas ini memungkinkan seluruh mahluk hidup

menjalani kehidupannya. Tatanan ruang hutan belantara, yang secara natural ada

sebagai sebuah space bukanlah human space, melainkan natural space. Natural

space5 adalah tempat yang juga dihuni oleh organisme lain secara bebas, sehingga

harus dibedakan antara human space dan natural space.Penciptaan human space

secara sengaja dilakukan manusia untuk mendapatkan ruang privat bagi mereka.

Rumah atau bangunan dapat dikategorikan sebagai kebutuhan utama

manusia.Bentuk bangunan juga memiliki ciri khas masing-masing dari zaman ke

zaman. Di era modern, gagasan utama yang selalu menjadi perdebatan adalah tentang

kesadaran, yaitu sebagai sesuatu yang tidak bisa mengalami ekstensifikasi.Semangat

pada aspek elegan menjadi satu titik penting bagi perkembangan desain bangunan

yang sangat menekankan pada ranah estetika untuk mendirikan sebuah bangunan. Di

era modern, manusia ‘berperang’ untuk mendapatkan waktu luang dan ruang yang

nyaman. Persaingan ketat yang terjadi di era modern membuat setiap individu

melakukan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan serta mendapatkan kenyamanan

lebih. Oleh sebab itu, untuk mendirikan sebuah bangunan, manusia modern lebih

memberi penekanan pada unsur estetis.Penekanan pada unsur estetis ini dimungkinkan

untuk tetap menjaga aspek kemanusiaan pada setiap manusia. Keterbatasan ruang dan

waktu di era modern ini menjadikan setiap manusia menginginkan rumah yang

nyaman. Harapan akan kenyamanan ini dapat diwujudkan dalam arsitektur bangunan

yang membuat sebuah ruangan memiliki kesan ‘menyamankan’ penghuninya.

Sehingga, waktu yang cukup singkat untuk berada di rumah dapat menjadi terapi

tertentu bagi kejiwaan penghuni.

                                                                                                                         4Konsep human space ini mengadopsi gagasan Daniel Dennett mengenai teleologi intentional stance, yaitu manusia terhadap suatu objek. Daniel C. Dennet. 1987. The Intentional Stance. (Massachusettes : MIT Press). Hal 43-82. 5Gagasan tentang natural space ini mengadopsi pemikiran dari Daniel Dennett tentang physical stance, yaitu kondisi fisik dari objek. Daniel C. Dennett. 1995. Darwin’s Dangerous Idea : Evolution and The Meaning of Life. (New York : Simon and Schuster). Hal 124-148.

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 4: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Dalam arsitektur, manusia dengan sengaja membangun sebuah tempat tinggal

dengan menyesuaikan segala aspek kebudayaan pada dirinya. Berbagai hal seperti

keindahan dan kenyamanan adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, sehingga

kondisi yang dibentuk dari struktur kebiasaan manusia tersebut diekspresikan ke

dalam bentuk-bentuk ruang.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep arsitektur dalam hubungannya dengan manusia?

2. Bagaimana mekanisme komputasi otak membentuk inteligensi?

3. Bagaimana bentuk relasi terjalin di antara inteligensi manusia, kehidupan

sosial dan gagasan arsitektur?

4. Bagaimana gagasan desain dalam arsitektur dapat membentuk inteligensi

manusia melalui kontaknya dengan ruangan?

3. Tujuan Penelitian

Penulis bertujuan untuk mendefinisikan ulang makna arsitektur dan

menunjukkan hubungan resiprokal antara manusia dan lingkungannya, melalui

gagasan tentang proses adaptasi manusia. Pada persoalan arsitektur, akan ditunjukkan

bahwa kecerdasan manusia mengalami proses pembentukan, bukan hanya oleh

subjektivitas dan kehidupan sosial manusia, tetapi juga karena sifat mekanistiknya di

dalam alam semesta.

B. TINJAUAN TEORITIS

Penelitian ini didasari oleh dua teori yang membangun pemikiran tentang relasi

antara arsitektur, inteligensi, dan sosial.

1. Panopticism (Michel Foucault)

Arsitektur memiliki keberagaman gaya yang khas pada zamannya. Keterkaitan

antara arsitek maupun gaya bangunan yang mendominasi setiap zaman maupun

tempat memiliki latar belakang sosial yang kuat. Melalui gagasan Foucault tentang

panoptikon, penulis memaparkan bagaimana kekuasaan bekerja dalam sebuah

bangunan. Panoptikon adalah sebuah bangunan penjara yang sengaja didesain untuk

mendisiplinkan narapidana. Konsep panoptikon yaitu sebuah bangunan yang

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 5: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

berbentuk lingkaran yang memiliki menara di titik pusat sebagai pengawas para

narapidana menjadi suatu bentuk mekanisme kuasa yang bekerja pada ruang.6 Menara

pengawas adalah simbol dari kuasa yang menunjang pemberlakuan sistem

kedisiplinan, klasifikasi serta normalisasi pada bangunan.

2. Design Stance (Daniel Dennett)

Penelitian tentang arsitektur ini akan melibatkan gagasan neuroscience, yaitu

pada kemampuan manusia dalam mengolah data inderawi, yang didapatkannya

melalui kontaknya dengan arsitektur. Gagasan neuroscience banyak digunakan dalam

pembahasan mengenai sistematika kerja otak. Dari segi filosofis, teori Daniel Dennett

akan digunakan untuk menganalisis gagasan neuroscience tersebut, terutama dari

kerangka evolusionisme. Melalui gagasan Dennett, persoalan arsitektur tersebut akan

dibawa ke dalam ranah humanistik.

Dennet mengemukakan gagasan tentang three stances (tiga tahap) entitas,

yaitu fisik, desain dan intensional7. Tahap fisik merupakan kondisi statis dari fisik

objek, tahap intensional merupakan kemampuan untuk menentukan teleologi dari

suatu objek. Sedangkan tahap desain menjadi mediasi di antara kedua tahap tersebut.

Manusia mulai mengabstraksikan fungsi dari suatu entitas ketika bertemu dengan

desain, sehingga desain menjadi area pemahaman antar manusia dan objek di luar

dirinya.

Pada persoalan arsitektur, gagasan desain menjadi kunci pemahaman.

Hubungan antara manusia dan bangunan dimediasi oleh keberadaan desain. Sebagai

mediator, gagasan tentang desain ini membangun hubungan resiprokal, yang

memperjelas sistematika pengaruh arsitektur kepada inteligensi manusia.

C. METODE PENELITIAN

Tulisan ini merupakan usaha interpretasi terhadap keberadaan dan peranan

arsitektur di dalam lingkungan sosial manusia. Relasi antara manusia dan bangunan

akan menjadi titik berat dan ditafsirkan melalui metode hermeneutika dengan

mendasarkan pada teori post strukturalisme dan fenomenologi.

                                                                                                                         6Michel Foucault. 1977. Discipline and Punish : The Birth of The Prison. (New York: Vintage Book). Hal 195-230. 7Daniel C. Dennett. 1987. The Intentional Stance. (Massachusettes : MIT Press). Hal 43-82.

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 6: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

D. PEMBAHASAN

Arsitektur merupakan usaha membangun human space, melalui transformasi

wujud dua dimensi menjadi tiga dimensi pada bangunan. Gagasan ini mengasumsikan

perubahan dari rancangan geometris bangunan menjadi wujud material. Rancangan

bangunan merupakan kombinasi dari karakter fisik unsur material bangunan. Sifat

alami setiap unsur bangunan dimanfaatkan untuk memastikan bahwa bangunan dapat

berdiri kokoh. Jika bangunan sudah mampu menjadi tempat perlindungan bagi

manusia, maka manusia dapat melengkapi bangunan tersebut dengan fitur

kenyamanan bagi dirinya dan aktivitasnya.

Dalam hal ini, natural space menjadi syarat bagi peluang terbentuknya human

space. Kemampuan berpikir manusia menjadikan manusia dapat mengatasi instingnya.

Dengan cara membangun relasi dengan sesamanya, suatu komunitas membentuk

aturan-aturan yang dilandasi oleh konvensi. Nilai-nilai objektif yang berkembang ini

yang akan menjadi titik tolak bagi manusia untuk membentuk ruang privatnya dalam

usaha untuk menjaga kedaulatan subjektivitas.

Gagasan arsitektur tidak hanya berkutat pada unsur survivabilitas manusia,

tetapi juga pada persoalan membuat wilayah bagi dirinya, atau wilayah domestik

(dominion). Dominion, yang berkaitan dengan domus, berarti suatu wilayah yang

dikuasai secara penuh oleh subjek manusia.8 Di dalam wilayah tersebut, manusia

berkuasa secara penuh dan mampu mengembangkan segala unsur subjektivitasnya.

Melalui arsitektur, manusia mengubah wilayah topografis natural menjadi sebuah

bangunan yang mampu menopang aktivitas manusia. Kemampuan manusia dalam

mengubah kenampakan fisik alam ini melibatkan fungsi dinding, sebagai isolasi dari

kekuatan alam di luar bangunan. Secara filosofis, dinding berfungsi untuk menjaga

kekuasaan manusia di dalamnya. Dengan keberadaan dinding, maka manusia dapat

mengurangi intervensi dari gaya sosial yang selalu bekerja di sekeliling manusia,

sehingga privasi manusia tetap terjaga ketika bereksistensi di dunia.

Persoalan arsitektur berkaitan erat dengan aktivitas menghuni suatu wilayah.

Menghuni (dwelling) tidak hanya berarti menempati wilayah, tetapi juga mendiaminya

bersama segala objek dan kondisi di wilayah tersebut.9 Gagasan tentang dwelling

                                                                                                                         8  Jean-Francois Lyotard. 1991. The Inhuman : Reflections on Time. (California : Stanford University Press). Hal 191-204.

9  Martin Heidegger. 2001. Poetry, Language and Thought. (New York :Harper Perennial Modern Classics). Hal 141-160.  

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 7: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

mengasumsikan bahwa wilayah arsitektur tidak hanya memiliki unsur natural, tetapi

juga kemanusiaan, yang menjadikannya sebagai tempat manusia bernaung. Di dalam

ruang arsitektur itu, rancangan bangunan telah disesuaikan dengan segala kebutuhan

manusia, sehingga bangunan itu dapat dihuni oleh manusia, lebih dari sekedar habitat

natural.

Pada arsitektur selalu terdapat rancangan atau desain yang menjadi cara bagi

seseorang untuk mengubah sebuah wilayah secara fisik (place) untuk mencapai

tujuannya (purpose). Desain berfungsi untuk memperhitungkan faktor material dari

alam untuk memungkinnya menjadi sebuah wilayah untuk dihuni. Karena itu, desain

pada arsitektur menjadi mediasi antara sifat material alam dan aspek mental manusia.

Gagasan tentang desain itulah yang menjadi kunci dari arsitektur.

Keterkaitan antara arsitektur dan inteligensi dapat dipahami ketika penghuni

telah membangun relasi dari dirinya kepada ruang. Oleh karena itu, perlu dipahami

bahwa ada suatu sistem yang bekerja secara mekanis di dalam otak manusia yang

membuat manusia dapat berpikir secara kontekstual.

Inteligensi merupakan kemampuan otak manusia untuk menyusun data

sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah sistematika pengetahuan yang

terintegrasi. Dalam mekanismenya, otak manusia melakukan proses komputatif dalam

pengolahan data.10 Indera manusia menangkap realitas dan mengubah wujudnya,

melalui proses representasi, sehingga terbentuklah gagasan mental di dalam otak

manusia.11 Gagasan ini yang membentuk pengetahuan untuk disimpan dan diolah oleh

sistem kognitif manusia.

Inteligensi bekerja dengan mengaktivasi segala memori manusia yang

berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan juga bagaimana manusia

memanfaatkan pengetahuannya tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan saling berkaitan di dalam konteks

tertentu, sehingga keterhubungan data itu akan melakukan pembacaan terhadap

kondisi yang sedang dihadapi oleh manusia, dan membuat perhitungan tentang

mekanisme akan dilakukan manusia sebagai antisipasinya terhadap realitas.

                                                                                                                         10  Paul Thagard. 2005. Mind : Introduction to Cognitive Science Second Edition. (Massachusettes and London : Massachusetts Institute of Technology Press). Hal 11.  11 Ibid. Hal 15-19.

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 8: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Proses berpikir yang dilakukan manusia akan melibatkan gagasan mental,

bukan fisik. Hal ini berarti otak manusia membutuhkan realitas yang bersifat mental,

untuk diproses oleh sistem komputasi otak. Realitas mental itu diwadahi oleh bahasa,

sebagai representasi dari realitas, baik itu bersifat universal, maupun partikular.

Bahasa menghadirkan realitas ke dalam pikiran manusia, sehingga dapat diterima

sebagai sebuah pemahaman di dalam pikiran individual, maupun komunal.12

Di dalam ruang, kecerdasan manusia akan ditentukan batasnya. Kecerdasan

manusia dapat berkembang sejauh dimungkinkan oleh ruang, yang bersifat fisik

maupun non fisik. Melalui petemuannya dengan realitas, kecerdasan manusia akan

mengalami perkemabangan dalam proses adaptasi. Otak manusia akan mengarahkan

manusia untuk melakukan penyesuaian terhadap ruang, sehingga ruiang menyediakan

peluang bagi perkembangan kecerdasan manusia.

Gagasan desain sebagai jembatan antara aspek mental dan material

menunjukkan bahwa arsitektur lah yang membangun relasi yang kuat antara manusia

dan alam di dalam kebudayaan. Relasi ini tidak hanya sekedar membentuk eksistensi

manusia di tengah alam, tetapi juga mempengaruhi tingkat inteligensi manusia melalui

pola perilaku di ruang geraknya. Selain itu, arsitektur memberikan ruang bagi adaptasi

humanistik manusia, melebihi adaptasi naturalnya. Pola adaptasi ini dapat membentuk

inteligensi manusia pada tingkat yang berbeda dengan adaptasi natural. Adaptasi

humanistik akan membawa manusia pada mekanisme pertahanan diri yang didasarkan

pada nilai-nilai kemanusiaan, bukan hanya sebatas survivabilitas yang menjadi naluri

hewani makhluk hidup. Manusia tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga sungguh-

sungguh mendiami suatu wilayah sebagai pelepasan segala aspek spiritualnya sebagai

manusia. Di sini, manusia mengakarkan eksistensinya pada wilayah domestik yang

dibangunnya.

Dalam proses pendirian bangunan, terjadi perpindahan kuasa dari manusia

kepada objek-objek arsitektur. Perpindahan ini akan memperpanjang pengaruh

kekuasaan dari pihak otoritas kepada individu. Kuasa ini akan menimbulkan bentuk-

bentuk disiplin, normalisasi dan klasifikasi pada individu sehingga hadir proses

identifikasi terhadapnya melalui bangunan.13

                                                                                                                         12  Richard Rorty. 1989. Contingency, Irony, and Solidarity. (New York : Cambridge University Press). Hal 44-72.  13 Michel Foucault. 1995. Dicipline and Punish : The Birth of The Prison. New York : Vintage Books. Hal 149-156.  

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 9: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Kemampuan manusia dalam mengolah data menjadi faktor penting dalam

persoalan kecerdasan manusia. Dengan sistem komputasinya, manusia mampu untuk

mengolah data-data pengetahuan yang didapatkan melalui proses penginderaan.

Inteligensi mengasumsikan bahwa manusia dapat merangkai data-data pengetahuan

yang didapatkannya menjadi sebuah sistem pengetahuan. Untuk merangkai data itu,

manusia membutuhkan sarana logika dalam memeriksa hubungan kausalitas antara

data-data tersebut.14

Adaptasi menjadi kunci bagi objek arsitektur untuk dapat mempengaruhi

intelegensi. Bertahan hidup memiliki arti mempertahankan keberadaan fisiknya

sekarang (material) dan menjadikan survivabilitas tersebut sebagai tujuan di masa

mendatang (mental). Dalam usaha pencapaiannya, manusia memaksimalkan

inteligensinya untuk beradaptasi di dalam berbagai ruang yang mengelilinginya. Hal

ini berarti, adaptasi merupakan sebuah kecerdasan. Pada tahap ketika seseorang sudah

mampu beradaptasi dengan ruangnya, kecerdasannya menjadi stabil. Dengan begitu,

kemampuannya telah berkembang dari adaptasi fisik menjadi peguasaan terhadap

wilayah tersebut. Dengan penguasaan ini, manusia dapat mendiami (dwelling) suatu

wilayah.

Gagasan tentang dwelling mengasumsikan bahwa manusia memiliki

kemampuan adaptasi dan juga menentukan teleologi dari kondisi fisik ruang. Proses

adaptasi menjadi mediasi antara kondisi fisik dan intensional manusia. Dengan

kerangka pikir Dennett, adaptasi terhadap ruang menjadi sebuah desain dalam

hubungan resiprokal antara manusia dan bangunan.

Di dalam ruang arsitektur, sistem komputasi manusia tetap bekerja untuk

mengolah data inderawi yang didapatkannya melalui ruang tersebut. Gagasan bahwa

ruang arsitektur dapat membentuk inteligensi manusia didasarkan pada kemampuan

adaptasi manusia, sebagai makhluk hidup. Kemampuan adaptasi yang terdapat pada

manusia memiliki kelebihan dibanding kemampuan adaptasi pada hewan. Manusia

tidak hanya beradaptasi secara fisik, tetapi juga secara mental dan kognitif. Di dalam

ruang, manusia melakukan adaptasi ruang secara fisik. Jika fisiknya mengalami

keterbatasan dalam adaptasi, maka kognisi manusia akan bekerja untuk memutuskan

tindakan yang dilakukan manusia dalam beradaptasi. Kognisi manusia akan

melakukan adaptasi terhadap ruang, kemudian melakukan pengolahan terhadap data-

                                                                                                                         14   A. Demetriou & A. Efklides. 1994. Intelligence, Mind, and Reasoning : Structure and Development. (Amsterdam : North-Holland). Hal 20.  

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 10: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

data tentang lingkungan di sekitarnya, dan menyesuaikannya dengan tujuan

survivalnya. Dalam gagasan ini, proses adaptasi merupakan tahap desain15, yang

menjadi mediasi antara ruangan dan manusia. Ketika terjadi proses adaptasi ini,

kognisi manusia bekerja secara optimal untuk menghubungkan seluruh data yang

dimiliki manusia untuk dapat bertahan dan beraktivitas di dalam ruang tersebut.

Sehingga, inteligensi manusia akan selalu termanfestasikan dalam setiap tindakan

manusia, baik tindakan sadar, maupun refleksnya di dalam ruang.

Sebagai hasil karya manusia, arsitektur memiliki ketergantungan pada

keberadaan manusia yang mendiaminya. Namun, kemampuan manusia tersebut

merupakan efek dari adaptasinya terhadap ruang yang ada. Pada satu sisi, kegagalan

adaptasi merupakan keterbatasan manusia. Namun di sisi lain, hal ini disebabkan oleh

ketidaktersediaan biosfer bagi kemampuan adaptasi manusia. Karena itu, ruang

arsitektur menyediakan posisbilitas bagi manusia untuk melakukan adaptasi

terhadapnya.

E. KESIMPULAN

Dalam gagasan populer, arsitektur merupakan bentukan dan hasil dari

kecerdasan manusia. Pikiran manusia secara komunal diakumulasikan ke dalam

sebuah gagasan kebudayaan. Kemudian, kebudayaan menampilkan sistem tanda yang

berlaku ke dalam fisik dari bangunan arsitektur. Dengan cara ini, arsitektur muncul

dari kemampuan pikiran dan kreasi manusia di dalam kebudayaannya.

Dalam proses kreasi bangunan arsitektur, manusia (arsitek) mengaplikasikan

pengetahuannya ke dalam wujud fisik bangunan. Arsitek memanfaatkan ilmunya

untuk melakukan perencanaan dan perhitungan dalam mendirikan bangunan. Sebagai

sebuah ilmu, arsitektur merupakan arsip dari akumulasi gagasan dalam sejarah

kebudayaan. Hal ini melibatkan transformasi dari sifat mental menjadi fisik bangunan.

Ilmu arsitektur juga dibangun dari dinamika kekuasaan. Terdapat unsur-unsur

kekuasaan yang terkandung di dalam disiplin ilmu tersebut. Kekuasaan ini berfungsi

untuk mempengaruhi perilaku manusia. dengan mengaplikasikan Ilmu arsitektur,

arsitek menjadi akses dari penyebaran kekuasaan tersebut ke dalam wilayah sosial

manusia.

                                                                                                                         15 Daniel C. Dennett. 1987. The Intentional Stance. (Massachusettes : MIT Press). Hal 43-82.

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 11: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Sebagai sebuah produk kebudayaan, arsitektur akan selalu memiliki

ketergantungan pada manusia. Namun, kecerdasan manusia tentu juga mengalami

proses pembentukan. Dalam persoalan arsitektur, manusia mengalami proses

pembentukan kecerdasan di dalam ruang arsitektur.

Gagasan tentang arsitektur adalah transformasi bangunan dari bentuk dua

dimensi menjadi tiga dimensi. Pada gambaran dua dimensi, bangunan hanya

merupakan rancangan di atas kertas. Namun, pada bentuk tiga dimensi, bangunan

memiliki wujud fisik ruang yang dapat ditempati oleh manusia. Penambahan satu

dimensi ini merupakan usaha manusia untuk mewujudkan rancangan menjadi entitas

fisik. Transformasi ini menambahkan unsur kemanusiaan pada rancangan tersebut,

sehingga rancangan arsitektur dapat menjadi sebuah ruang untuk sungguh-sungguh

ditempati oleh manusia.

Arsitektur menjadi sebuah rancangan untuk menghadirkan biosfer bagi

manusia. Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki keterikatan dengan hukum alam.

Namun, dengan keberadaannya di alam, manusia terpengaruh dengan kekuatan alam

yang mengelilinginya. Hal ini menyebabkan manusia selalu terikat dengan naluri

alamiahnya dan menjadikannya selalu terdeterminasi oleh alam. Dengan membuat

sebuah ruang bagi dirinya, manusia dapat mengisolasi dirinya dari kekuatan dan

determinasi alam. Isolasi yang dilakukan oleh manusia tidak saja merupakan

perlindungan fisik, namun juga merupakan perlindungan terhadap aspek mentalnya,

sebagai usaha untuk menjaga kemanusiaannya dari determinasi alam.

Desain menghadirkan hubungan resiprokal antara manusia dan alam. Dengan

begitu, maka manusia dan alam memiliki hubungan saling mempengaruhi. Hubungan

resiprokal itu mencakup tentang kemampuan ide dan kondisi fisik suatu wilayah.

Dalam usahanya medirikan sebuah bangunan arsitektur, hubungan resiprokal itu

terjadi, sehingga manusia melakukan perhitungan tentang gagasan arsitektur.

Ketika manusia melakukan perhitungan dalam pembangunan, terdapat proses

komputasi pada otak manusia untuk mengolah setiap data inderawi dan pengetahuan

yang dimiliki manusia dalam membuat judgment dan pengambilan tindakan. Proses

komputasi itu terjadi pada kontak manusia dengan fenomena yang terjadi di

hadapannya. Kemampuan otaknya dalam mengolah setiap data yang ditangkap

menjadi cara bagi kecerdasan manusia untuk berkembang. Karena manusia selalu

hidup di dalam ruang, maka proses perkembangan kecerdasan itu terjadi di dalamnya.

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 12: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Ruang yang dipersepsi oleh manusia menjadi data inderawi yang akan diolah oleh

otaknya. Pada gagasan ini, ruang arsitektur mempengaruhi manusia dan inteligensinya.

Pembentukan inteligensi manusia diperkuat dengan potensi gerak yang

disediakan oleh ruangan kepada manusia. Kenampakan fisik ruang akan menjadi

pembatas bagi gerakan yang dapat dilakukan oleh manusia. Potensi gerak itu akan

mendeterminasi pola perilaku manusia di dalam ruang, dan mampu mendisiplinkan

manusia. Pada gagasan ini, arsitektur menyediakan posibilitas bagi manusia untuk

bergerak di dalam mentalitasnya, bukan hanya secara fisik. Maka, mental manusia

dapat mengalami dinamika di dalam fisik ruang yang statis.

Maka, ruangan menyediakan posibilitas bagi manusia untuk menjaga dan

mempertahankan segala potensi mentalnya, di samping potensi fisiknya, termasuk

pada perkembangan inteligensi, yang didasarkan pada adaptasi yang dilakukan

manusia. Adaptasi, sebagai gagasan desain survivabilitas, menjadi mediasi antara

manusia dan realitas yang mengelilinginya.

Dari pembahasan ini, penulis menekankan beberapa poin penting, yaitu:

1. Arsitektur merupakan usaha untuk membangun human space, dengan metode

mengubah rancangan dua dimensi menjadi wujud tiga dimensi.

2. Bangunan arsitektur berbeda dengan ruang yang tersedia oleh alam (natural space),

sebab arsitektur mengikutsertakan berbagai nilai humanistik dan sosial ke dalam unsur

fisik dari bangunan.

3. Arsitek menjadi akses bagi penyebaran kekuasaan melalui wujud fisik bangunan.

4. Relasi antara inteligensi manusia dan bangunan dimediasi oleh desain bangunan.

5. Proses adaptasi manusia terhadap ruangan arsitektur menjadi mekanisme utama dalam

keterpengaruhan inteligensi manusia terhadap arsitektur.

F. CATATAN KRITIS / SARAN

Dalam pembahasan ini, gagasan tentang desain menjadi kunci dari

terbentuknya relasi antara manusia dan arsitektur. Sedangkan proses adaptasi menjadi

mekanisme dari desain itu. Arsitektur tidak lagi sepenuhnya tunduk pada kecerdasan

manusia. Walaupun arsitektur dibangun oleh manusia, namun kecerdasan manusia

terbentuk oleh arsitektur, sebagai stimulus bagi proses komputasinya. Gagasan ini

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 13: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

mengadopsi ide evolusionisme Darwin ke dalam bidang arsitektur, dengan tambahan

dari metode Dennett.

Dalam mekanismenya, gagasan ini berada dalam taraf abstraksi, dalam arti,

sesuai karakter filsafat, gagasan ini bersifat spekulatif. Sulit untuk membuktikan

secara empiris bahwa sebuah bangunan, atau ruangan dapat mempengaruhi kecerdasan

manusia, tanpa intervensi dari berbagai objek dan variabel lainnya. Namun,

pembahasan ini merupaan sebuah upaya membongkar epistemologi dari konsep

inteligensi, dan segala hal yang dibangun bersamanya.

Relasi kuasa yang terbangun di dalam konsep arsitektur merupakan suatu

perpanjangan tangan ideologi yang tidak pernah terputus di dalam sejarah

kemanusiaan. Pada dasarnya, mengaplikasikan suatu gaya arsitektur berarti

membudidayakan suatu ideologi tertentu. Hal ini dapat menjadi sebuah kekayaan bagi

aspek epistemologi manusia, yang selalu berusaha untuk menyususn sebuah

sistematika berpikir, termasuk sistematika dalam pembangunan kebudayaan.

Penulis tidak bertujuan untuk membalik gagasan umum tentang hubungan

antara inteligensi dan arsitektur, melainkan, untuk menunjukkan media yang

menghubungkan kedua hal tersebut. Bangunan memang tidak serta merta

mempengaruhi inteligensi, namun, memberikan posibilitas bagi pergerakan inteligensi

melalui arsitektur. Dengan pembahasan ini, penulis mencoba untuk membangun

sebuah sistem berpikir, tentang hubungan manusia dan tempat tinggalnya, agar dapat

dikaji lebih lanjut oleh berbagai disiplin ilmu dan teori yang berlandaskan pada logika.

Tulisan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai konsep

adaptasi. Terutama pada proses adaptasi di dalam corak kehidupan postmodern,

dengan asumsi bahwa corak kehidupan ini telah memiliki banyak komoditas produksi,

termasuk dalam produksi arsitektur.

G. KEPUSTAKAAN

Allison, Henry. 2001. Kant’s Theory of Taste : A Reading of The Critique of Aesthetics Judgement. (New York : Cambridge University Press)

Cassirer, Ernst. 1944. An Essay On Man : An Introduction to a Philosophy of Human Culture. (New York : DoubleDay Anchor Book) Deacon, Terrence W. 1997. What Makes The Human Brain Different?. Journal of Department of Anthropology. (Boston : Boston University)

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 14: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Demetriou,A. dan Efklides, A. 1994. Intelligence, Mind, and Reasoning : Structure and Development. (Amsterdam : North-Holland) Dennett, Daniel C. 1995. Darwin’s Dangerous Idea : Evolution and The Meaning of Life. (New York : Simon and Schuster).

Dennett, Daniel C. 1987. The Intentional Stance. (Massachusettes : MIT Press) Eagleton, Terry. 1991. Ideology: An Introduction. (London and New York: Verso) Farrel, Clara O. 2005. Michel Foucault.(London : Sage Publications) Foucault, Michel. 2002. The Order of Things : An Archaeology of The Human Science. (London and New York : Routledge Classics). Foucault, Michel. 1995. Discipline and Punish : The Birth of The Prison. (New York : Vintage Book) Foucault, Michel. 2002. An Archaelogy of Knowledge. (London: Routledge Classics)

Foucault, Michel. 1988. Madness and Civilization. (New York : Vintage Book) Gutting, Gary. 2006. Cambridge Companion to Foucault.(New York : Cambridge University Press)

Heidegger, Martin. 2001. Poetry, Language and Thought. (New York :Harper Perennial Modern Classics) Humphreys, Lloyd G. 1979. The Construct of General Intelligence. (University of Illinois) Langmead, Donald. & Johnson, Donald L.. 2000. Architectural Excursion : Frank Lloyd Wright, Holland, and Europe. (London : Greenwood Press) Leach, Neil. 1997. Rethinking Architecture: A Reader in Cultural Theory. (London and New York: Routledge Taylor and Francis Group) Lyotard, Jean-Francois. 1991. The Inhuman : Reflections on Time. (California : Stanford University Press) O’Rilley, Randall C. & Munakata, Yuko. 2000. Computational Explorations in Cognitive Neuroscience. (New York)

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013

Page 15: Adaptasi dalam Hubungan antara Arsitektur, Inteligensi dan ...

Rorty, Richard. 1989. Contingency, Irony, and Solidarity. (New York : Cambridge University Press). Thagard, Paul. 2005. Mind : Introduction to Cognitive Science Second Edition. (Massachusettes and London : Massachusetts Institute of Technology Press) Till,Jeremy. 2009. Architecture Depends. (Massachusetts : MIT Press).

Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia : Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan komparatif. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar) Venturi, Robert. 1966. Complexity and Contradictory in Architecture. (New York : The Museum of Modern Art) Vitruvius, Marcus. 1914. The Ten Books of Architecture (Translated by Morris Hicky Morgan). (London : Oxford University Press) Zumthor, Peter. 1988. Thinking Architecture. (Basel : Birkhausser)

Adaptasi dalam…, Noorca Maya Regita, FIB UI, 2013