ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

28
ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

description

ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI. Apa yang dimaksud inteligensi? Bagaimana mengembangkan instrumen pengukuran yg valid untuk mengukur inteligensi tsb? Validitas & reliabilitas?. Reliabilitas. Mengacu pada kekonsistenan respon individu thd stimuli tes Bbrp cara mengukur reliabilitas : - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Page 1: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

ASESMEN KLINIS:TES INTELIGENSI

Page 2: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

• Apa yang dimaksud inteligensi?

• Bagaimana mengembangkan instrumen pengukuran yg valid untuk mengukur inteligensi tsb?

• Validitas & reliabilitas?

Page 3: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Reliabilitas• Mengacu pada kekonsistenan respon individu thd stimuli tes• Bbrp cara mengukur reliabilitas:

1. Test-retest reliability

Individu membuat respon serupa pada stimuli tes yg sama

dalam waktu yg berulang

Jika di setiap waktu didapatkan respon yg b’beda, maka data

tes tidak akan berguna

Pada bbrp kasus, di waktu yg kedua, klien mungkin akan

mengingat responnya saat waktu yg pertama. Atau akan

mengembangkan semacam ‘test-wiseness’ dari tes yg

pertama yg mempengaruhi skor tes pada waktu yg kedua.

Bbrp kasus jg memungkinkan klien berlatih diantara

kesempatan tes atau menunjukkan efek latihan.

Page 4: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

2. Equivalent-forms reliability Form yg ekivalen atau paralel dikembangkan utk menghindari

masalah t’dahulu Terkadang m’habiskan banyak waktu dan uang utk

pengembangan form ini, atau tll sulit atau tidak mungkin utk memastikan bahwa formnya benar2 ekivalen.

Tidak praktis.

3. Split-half reliability Tes dibagi menjadi dua (biasanya nomor item yg ganjil &

genap), dan skor partisipan pada dua bagian tsb dibandingkan.

4. Internal consistency reliability Apakah item2 dlm tes dapat mengukur hal yg sama? Apakah item2 tsb berkorelasi tinggi satu sama lain? Pengukuran reliabilitas ini meliputi penghitungan rata2 pada

semua korelasi split-half utk tes yg diberikan (alpha Cronbach)

Page 5: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

5. Interrater or interjudge reliability Goal: menunjukkan bahwa observer yg independen

dapat menyetujui rating atau penilaian beberapa

aspek perilaku sso

• Tanpa reliabilitas, konsistensi, atau stabilitas pengukuran, maka tes tidak akan valid.

• Namun, wlpn suatu tes dinyatakan reliabel, tidak secara otomatis dapat dikatakan bahwa tes itu juga valid.

Page 6: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Validitas

• Mengacu pada teknik pengukuran utk mengukur apa yg seharusnya diukur

• Bbrp cara pengukuran validitas:1. Content validity

Mengindikasikan bahwa item2 tes mewakili berbagai aspek dari variabel yg diteliti.

Dapat diketahui dgn melihat kesesuaian

item2 dalam tes dgn blue-printnya

Page 7: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

2. Predictive validity Menunjukkan ketika skor tes secara akurat

memprediksikan bbrp perilaku atau peristiwa di masa yg akan datang.

Dapat dilihat dari hasil analisis korelasional antara skor tes tsb dgn skor performansi yg ingin diprediksi (ada tenggang waktu utk m’dapatkan skor performansi)

3. Concurrent validity Meliputi hubungan skor tes saat ini dengan skor kriteria

yg didapat bersamaan (tidak ada tenggang waktu utk m’dapatkan skor kriteria)

4. Construct Validity Shown when test scores relate to other measures or behaviors in logical, theoretically expected fashion.

Page 8: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

INTELIGENSI

DEFINISI

Tidak ada definisi yg diterima secara universal, karena berbeda-beda pada setiap tokoh.

Definisinya tercakup dalam tiga pokok:1. Definisi yg menekankan adjustment atau adaptation

thd lingkungan2. Definisi yg b’fokus pada kemampuan utk belajar3. Definisi yg menekankan kemampuan berpikir abstrak

Page 9: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

TEORI

Pendekatan teoritis utk memahami inteligensi yaitu teori psikometris, teori perkembangan, teori neuropsikologis, dan teori pemrosesan-informasi

Page 10: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Pendekatan Faktor Analitik- Tokoh: Charles E. Spearman (bapak faktor

analisis) (1927) Teori: inteligensi faktor g (general)

faktor s (spesifik)

- L. L. Thurstone (1938) Teori: 7 faktor kelompok (Thurstone’s

Primary Mental Ability): number, word fluency, verbal

meaning, perceptual speed, space, reasoning, dan memory

Page 11: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Teori Cattell- Tokoh: R. B. Cattell (1987)- Teori: menekankan sentralitas faktor g- Juga memberikan daftar tentatif dari 17 konsep

kemampuan primer.- Membagi faktor g Spearman ke dlm 2 komponen,

yaitu fluid ability (secara genetik sso memiliki kapasitas intelektual), crystallized ability

(kapasitas, diketahui dgn tes inteligensi terstandar, yg dilengkapi dgn p’belajaran culture-based)

Page 12: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Klasifikasi Guilford

* Tokoh: Guilford (1967)- Teori: model Structure of the Intellect (SOI) - Menggunakan teknik statistik dan faktor analitik utk mengetesnya. - Bpendapat bhw komponen inteligensi dibagi ke dlm 3 dimensi: a. Operasi (apa yg dilakukan) : kognisi, memori, produksi konvergen, & evaluasi b. Isi (hakikat materi atau informasi dimana operasi dijalankan) : figural (visual, auditori, kinestetik), simbolik, semantik, PL

c. Produk (bentuk dimana informasi diproses) : unit, kelas, relasi, sistem, transformasi, implikasiSehingga, 5x4x6 = 120 faktorTh 1982, konten auditori dipisahkan dari figural 5x5x6 = 150 faktor Selanjutnya, faktor kinestetik juga dipisahkan 5x6x6 = 180 faktor

Page 13: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

Perkembangan Terbaru

- Tes inteligensi lama : mengukur apa yg diketahui atau dapat dilakukan Tes inteligensi baru : take on highly cognitive or information-processing look Lebih dinamis

- Bbrp peneliti fokus pada kecepatan pemrosesan informasi, yg lainnya pada strategi pemrosesan

Page 14: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

- Gardner (1983, 1999), menjelaskan a theory of multiple intelligences Family of six intelligences: linguistic, musical, logical-

mathematical, spatial, bodily-kinesthetic, & personal

- Sternberg (1985, 1991), mengemukakan triarchic theory of intelligence Fungsi manusia berdasarkan pada 3 aspek inteligensi:

componential (berpikir analitik), experiental (berpikir kreatif), &

contextual (dilihat sbg “street smart”- orang yg tahu how to play

the game & dpt secara sukses memanipulasi lingkungan). Tidak menekankan pada kecepatan & akurasi performa, namun

menekankan pada perencanaan dan monitoringnya.

- Total IQ dpt m’gambarkan skor rata2 atau gabungan dari subtes2

- Dua orang yg secara keseluruhan memiliki skor IQ yg sama, dapat berbeda pada kemampuan spesifiknya

Page 15: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ)

• Merupakan angka normatif dari hasil tes intelegensi yang dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient)

• Rasio IQ- Binet b’pendapat bhw mental age (MA) sbg indeks dari

performa mental- Stern (1938), mengembangkan konsep intelligence quotient (IQ) antara chronological age (CA) dan MA utk menunjukkan deviansi- Rumus: IQ = MA/CA x 100- IQ tidak dapat ditambah atau dikurangi

Page 16: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

• Deviasi IQ

- Rasio IQ scr signifikan terbatas dalam pengaplikasiannya

pada kelompok usia yg lebih tua.

Alasan: kekonsistenan skor MA disertai dgn peningkatan

skor CA yg akan m’hasilkan IQ rendah IQ t’lihat semakin

menurun wlpn kenyataannya kemampuan intelektual sso

terus dipertahankan

- Solusi: Wechsler mengenalkan konsep deviasi IQ

Asumsi dibuat bhw inteligensi secara normal

didistribusikan pada seluruh populasi

Deviasi IQ selanjutnya meliputi perbandingan antara

performa individu dlm tes IQ dgn umur sebayanya.

- Skor IQ 100 mengindikasikan kemampuan inteligensi pada

tingkat rata2 dalam kelompok usianya

Page 17: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

• Korelasi IQ- Kesuksesan sekolah * Skor IQ dpt m’prediksi kesuksesan sekolah * Umumnya, skor IQ b’hubungan dgn kesuksesan

sekolah & tes prestasi yg m’ukur hasil belajar * Korelasi antara skor IQ & nilainya: 50% Kesuksesan sekolah jg dipengaruhi oleh

motivasi, ekspekstasi guru, latar belakang

budaya, perilaku orang tua, dsb * So, jika sekolahnya gagal, penyebabnya?

Page 18: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

- Status & Kesuksesan Pekerjaan Skor inteligensi mjd prediktor yg bagus bagi performa kerja

- Perbedaan kelompok

* Laki2 & perempuan

Perbedaan scr signifikan t’lihat pada kemampuan spesifiknya, & bukan pada skor IQ secara keseluruhan

Laki2 cndrg lebih tinggi skornya pada kemampuan spasial & stlh pubertas, pada kemamuan kuantitatifnya

Perempuan cndrg lebih tinggi skornya pada kemampuan verbal

* Ras/ Etnis

Amerika Hispanik & Amerika-Afrika cndrg lebih rendah skor

IQnya dibanding Amerika-Eropa

Apa yg menyebabkan p’bedaan tsb?

Page 19: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

• Hereditas & Stabilitas Skor IQ

* Hereditas IQ IQ berkorelasi dgn faktor genetik sebesar 51% - 81% sisanya adalah faktor lingkungan

* Stabilitas skor IQ - Uji reliabilitas dgn m’gunakan test-retest correlation,

dapat menunjukkan kestabilan skor sepanjang waktu - Skor IQ cndrg kurang stabil utk anak kecil, dan lebih

stabil utk orang dewasa. - Krn itu, klinisi seringkali dalam laporan tes menggambarkan ‘present level of intellectual functioning’ - Berbagai faktor (mis., motivasi & perubahan emosi) dpt mempengaruhi skor individu.

Page 20: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

ASESMEN KLINIS PADA INTELIGENSI

• Skala Stanford-Binet– Revisi Binet:

Binet (1905) – Terman (1916) – Stanford-Binet (1937) – Standford-Binet (1960) – revisi norma (1972) – Standford-Binet 4th Ed.(SB-4) (1986)

– Deskripsi:SB ditandakan dgn skala usia. Ada 20 level usia, mulai dari Tahun II hingga Superior Adult level III. Masing2 level memiliki enam item. Tiap item dikonversikan dalam 1 atau 2 bulan kredit usia mental.

– Item2 dikelompokkan b’dasarkan usia

Page 21: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

– Versi 1986 b’dasarkan model hirarki inteligensi.– SB-4 t’diri dari empat kelas general, dmn masing2 kls

t’diri dari bbrp subtes:1. Verbal reasoning:

Vocabulary, comprehension, absurdities, verbal relations2. Quantitative reasoning:

Quantitative, number series, equation building3. Abstract/ visual reasoning:

Pattern analysis, copying, matrices, paper folding & cutting4. Short-term memory:

Bead memory, memory for sentences, memory for digits,

memory for objects

Page 22: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

• Skala Wechsler– David Wechsler mengembangkan

Wechsler-Bellevue Intelligence Scale di th.1939 respon thd skala Standford-Binet awal yg kurang menguntungkan

– Didesain utk dewasa– Item2 dikelompokkan berdasarkan subtes– T’diri dari skala performance & skala verbal

ada IQ masing2 skala tsb & ada IQ total–Menggunakan konsep deviasi IQ

Membandingkan individu dgn indvd yg seusianya IQ 100 sbg

rata2 utk tiap kelompok usia

Page 23: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

* WAIS-III - Versi terbaru skala W-B adalah WAIS di th 1955 - Revisi: WAIS-R di thn 1981 - Versi terbaru: WAIS-III di th 1997

- 14 Subtes WAIS-III: 1. Vocabulary 8. Picture completion

2. Similarities 9. Digit symbol-coding 3. Arithmetic 10. Block design 4. Digit span 11. Matrix reasoning 5. Information 12. Picture arrangement 6. Comprehension 13. Symbol search 7. Letter number sequencing 14. Object assembly

Page 24: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

- Perubahan: 1. Adanya reversal item pada bbrp subtes.

Dalam subtes ini, dimulai dgn 2 item basal yg sama & hrs

m’dptk’ skor yg sempurna, jika tidak, item sebelumnya harus diberikan dahulu hingga skornya

sempurna utk dua item berturut2.

Tujuan: ? 2. Adanya index scores dlm penambahan skor IQ (IQ verbal, IQ performance, & IQ total)

4 index scores: verbal comprehension (vocabulary, similarities,

information), perceptual organization (picture completion, block design, matrix reasoning), working memory (arithmetic), digit span, letter-number sequencing), procesing speed (digit symbol, coding, symbol search)

Tujuan: ?

Page 25: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

–Memperoleh IQ & skor indeksRaw scores dikonversikan ke dalam scaled score disesuaikan dg kelompok umurnyaIQ & index scores didapat dari menjumlahkan scaled score dari subtes yg dipilih lalu dikonversikan ke dalam ekivalen IQ.

Page 26: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

* WISC-IV - Pertama kali dikembangkan thn 1949 - Revisi thn 1974: WISC-R, lalu 1991: WISC-III - Versi terakhir: WISC-IV thn 2003 utk usia 6-16 th. - T’diri dari 10 subtes inti & 5 subtes pelengkap. - Memiliki struktur hirarki subtes digolongkan ke dalam 4 klp index:

1. The verbal comprehension index (VCI) : Similarities, vocabulary, comphrehension. Suplementer: information & word reasoning = IQ verbal pada tes Wechsler yg lain2. The perceptual reasoning index (PRI):

Block design, picture concepts, & matrix reasoning

Suplementer: picture completion = IQ performance pada tes wechsler yg lain

Page 27: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

3. The working memory index (WMI): Digit span, & letter-number sequencing Suplementer: arithmetic Mengukur kemampuan anak utk

menyimpan informasi dlm kesadaran, menunjukkan

bbrp operasi mtk, & m’hasilkan4. The processing speed index (PSI): Coding, & symbol search Suplementer: cancellation Mengukur kecepatan memproses

informasi & tugas2 yg menggunakan waktu

Page 28: ASESMEN KLINIS: TES INTELIGENSI

• Kegunaan Klinis Tes Inteligensi– Estimasi dari level intelektual yg general

Alat utk m’dapatkan estimasi level intelektual.Klinisi bukan hanya m’dapatkan skor IQ, tp juga menginterpretasikannya

– Prediksi kesuksesan akademis : logisnya, inteligensi merefleksikan kapasitas yg bagus di sekolah

– The appraisal of style: tdk penting apakah klien berhasil atau gagal pada item2 yg ada, tp yg penting adalah bagaimana klien bisa berhasil atau gagal