Adang Riana

297
1 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2PL) SESUAI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN BERBASIS LOCAL AREA NETWORK (LAN) (Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya) TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Oleh Adang Riana NIM : E4A005007 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Transcript of Adang Riana

Page 1: Adang Riana

1

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN

LINGKUNGAN (P2PL) SESUAI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN BERBASIS LOCAL AREA NETWORK (LAN)

(Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya)

TESIS

Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2

Program Studi

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi

Sistem Informasi Manajemen Kesehatan

Oleh Adang Riana

NIM : E4A005007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2007

Page 2: Adang Riana

2

Pengesahan Tesis

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2PL)

SESUAI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN

BERBASIS LOCAL AREA NETWORK (LAN) (Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya)

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Adang Riana NIM : E4A005007

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 7 Agustus 2007

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Pembimbing utama Dra. Atik Mawarni, M.Kes. NIP. 131 918 670

Pembimbing pendamping Aris Puji Widodo, S.Si., MT. NIP. 132 232 281

Penguji

dr. Widoyono, MPH. NIP. 140 224 032

Penguji

Cahya Tri Purnami, SKM, M.Kes. NIP. 132 125 671

Semarang, 7 Agustus 2007

Universitas Diponegoro

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Ketua Program

dr. Sudiro, MPH., Dr.PH. NIP. 131 252 965

Page 3: Adang Riana

3

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Adang Riana NIM : E4A 005007 Menyatakan bahwa tesis judul : “PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2PL) SESUAI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN BERBASIS LOCAL AREANETWORK (LAN) (Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya)” merupakan ;

1. Hasil Karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri. 2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program

Magister ini ataupun pada program lainnya. Oleh karena itu pertanggungjawaban tesis ini sepenuhnya berada pada diri saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Semrang, Juli 2007 Penyusun, Adang Riana NIM : E4A005007

Page 4: Adang Riana

4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adang Riana Tempat Tanggal lahir : Ciamis 18 Agustus 1964 Agama : Islam Alamat : Jln. H. Ubad no. 173 Ciharalang Ciamis Pendidikan : TK Harapan Mekar Ciamis Tahun 1969 : SD Ciharalang II Ciamis Tahun 1975 : SMPN Bojong Ciamis Tahun 1979 : SMA PGRI Ciamis Tahun 1982 : SPPH Depkes Bandung Tahun 1983 : AKL Depkes Purwokerta Tahun 1997 : STISIP Tasikmalaya Tahun 2002 : FKM Urindo Jakarta Tahun 2003 : MIKM Undip Semarang masih ditempuh Pekerjaan : Staf Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1984 : Pelaksana Sanitasi Puskesmas Cisayong

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1984 - 1987 : Pelaksana Sanitasi Puskesmas Manonjaya

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1987 - 1995 : Tugas Belajar di AKL Depkes Purwokerta Tahun

1995 - 1997 : Staf Seksi Penyehatan Lingkungan Dinkes

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1998 - 2000 : Pelaksana Sanitasi Puskesmas Cilembang Kota

Tasikmalaya Tahun 2000 - 2002 : Staf Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya Tahun 2002 - sekarang

Page 5: Adang Riana

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, karena berkat Rahmat dan Rodho-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan mulai dari awal sampai

menyelesaikan penelitian (tesis) ini.

Tesis yang berjudul : Pengembangan Sistem Informasi Program

Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Untuk Mendukung Pemantauan Berbasis Local Area

Network (LAN), Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, disusun

sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S2.

Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah

penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Sudiro, MPH, Dr.PH selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.

2. Dra. Atik Mawarni, M.Kes selaku Ketua Konsentrasi Sistem Informasi dan

Manajemen Kesehatan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Diponegoro Semarang dan Pembimbing utama penulisan tesis ini.

3. Aris Puji Widodo, S.Si, MT selaku Pembimbing kedua penulisan tesis ini.

4. H. Ahmad Harris, drg, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya

5. H. Hasni Mukti, dr selaku Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya beserta seluruh stafnya yang telah memberikan kesempatan

dan membantu penulis selama pengumpulan data-data yang diperlukan.

6. Semua Dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat besar

manfaatnya bagi penulis.

7. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Page 6: Adang Riana

6

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan kiranya dapat

dijadikan bahan pertimbangan untuk membantu Dinas Kesehatan dalam

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan di Kota Tasikmalaya.

Semarang, Juli 2007

Penulis,

Page 7: Adang Riana

7

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. iiiDAFTAR ISI ………………………………………………………………………. vDAFTAR TABEL …………………………………………………………………. xDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… xiiiDAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………. xviiDAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………….. xviiiABSTRAK ………………………………………………………………………… xx BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1 A. LATAR BELAKANG …………………………………………... 1 B. PERUMUSAN MASALAH ……………………………………. 9 C. PERTANYAAN PENELITIAN ………………………………... 10 D. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………….. 11 1. Umum ……………………………………………………. 11 2. Khusus …………………………………………………… 11 E. MANFAAT PENELITIAN ……………………………………... 11 1. Bagi Dinas Kesehatan …………………………………. 11 2. Bagi Peneliti …………………………………………….. 12 3. Bagi Program Pasca Sarjana UNDIP ………………... 12 F. KEASLIAN PENELITIAN ..................................................... 12 G. RUANG LINGKUP ............................................................... 13 1. Ruang Lingkup Waktu ................................................ 13 2. Ruang Lingkup Tempat .............................................. 13 3. Ruang Lingkup Materi ................................................ 13BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 14 A. STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ......................... 14 B. INDIKATOR INDIKATOR SPM ........................................... 17 C. KONSEP PEMANTAUAN ................................................... 21 D. SISTEM INFORMASI .......................................................... 22 1. Pengertian Sistem ...................................................... 22 2. Pengertian Informasi .................................................. 24 3. Sistem Informasi ........................................................ 28 4. Pengembangan Sistem ............................................. 30 a. Tahap Awal Sistem ................................................ 31 b. Tahap Pengembangan Sistem .............................. 31 c. Tahap Manajemen Sistem ..................................... 33 E. SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK) ......................... 33 F. SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS) 34 G. VISI DAN MISI SIKNAS ...................................................... 34 H. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN .................................. 35

Page 8: Adang Riana

8

I. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN ........... 37 J. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI .......................... 38 1. Investigasi Awal ......................................................... 38 2. Analisis Masalah ........................................................ 38 3. Analisis Kebutuhan ..................................................... 39 4. Analiais Keputusan .................................................... 39 5. Perancangan Sistem ................................................. 39 6. Mambangun Sistem Baru ........................................... 39 7. Implementasi Sistem Baru ......................................... 39 K. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA (SMBD) ................... 39 L. PEMODELAN SISTEM ....................................................... 41 1. Model sistem ............................................................. 41 a. Model logik ............................................................. 41 b. Model fisik .............................................................. 42 2. Karakteristik Pemodelan sistem ................................. 42 a. Statement of Purpose (Tujuan) .............................. 42 b. Data Flow Diagram Context Level (Diagram

Kontek).................................................................... 42 c. Event List (Daftar Kejadian) .................................... 42 d. Data Flow Diagram (DFD) ...................................... 43 e. Kamus Data (Data Dictionary) ................................ 43 f. Model E-R (Entity-Relationship Model) ................... 44 g. Model Normalisasi (Normalisation Model) .............. 44 M. PERANCANGAN SISTEM .................................................. 46 1. Rancangan Model ...................................................... 46 2. Rancangan Input ........................................................ 49 3. Rancangan Out Put .................................................... 49 4. Rancangan Basis Data ............................................... 50 5. Rancangan Antar Muka .............................................. 50 6. Rancangan Pengendalian .......................................... 51 N. JARINGAN .......................................................................... 51 1. Perangkat Komunikasi Data ....................................... 52 2. Topologi Jaringan ....................................................... 52 3. Manfaat Jaringan Komputer ....................................... 54 4. Perangkat Keras Jaringan .......................................... 54 5. Pereangkat Lunak Jaringan ....................................... 55 6. Model Model Referensi ............................................. 55 7. Contoh contoh Jaringan ............................................. 55 O. LOCAL AREA NETWORK (LAN) ........................................ 55 1. Kecepatan Local Area Network ................................. 56 a. High speed netwok ................................................. 56 b. Medium speed network .......................................... 56

Page 9: Adang Riana

9

c. Low speed PC network ........................................... 57 2. Perbedaan Local Area Network dengan single-user

dan Multiuser ............................................................. 57 a. Single-user ............................................................ 57 b. Multiuser................................................................. 58 c. Local Area Network ............................................... 58 P. KERANGKA TEORI ........................................................... 60BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 61 A. VARIABEL PENELITIAN ..................................................... 61 B. HIPOTESIS PENELITIAN ................................................... 61 C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN .................................. 62 D. RANCANGAN PENELITIAN ............................................... 62 1. Jenis Penelitian .......................................................... 62 2. Rancangan Penelitian ................................................ 63 3. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data ..................... 63 4. Metode Pengumpulan Data ....................................... 63 5. Subyek dan Obyek Peneltian ..................................... 63 a. Subyek Penelitian ................................................... 63 b. Obyek Penelitian .................................................... 63 6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala

Pengukuran ................................................................ 63 7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian .................. 72 8. Alur Penelitian ………………………………………….. 72 a. Survey ruang lingkup ……………………………….. 73 b. Mempelajari dan menganalisis sistem yang sudah

ada ……………………………………………………….. 73 c. Mendefinisikan kebutuhan user…………………….. 73 d. Memilih solusi yang paling layak ………………….. 74 e. Merancang sistem baru …………………………….. 74 f. Pengadaan hardware dan software ……………….. 74 g. Pembangunan sistem baru ………………………… 75 h. Penyerahan sistem baru ……………………………. 75 9. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………….. 75 a. Analisis isi ……………………………………………. 75 b. Analisis Deskriptif ……………………………………. 75BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………….. 77 A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………….. 77 1. Batas Wilayah ………………………………………….. 77 2. Luas Wilayah …………………………………………… 77 3. Kondisi Kecamatan dan Kelurahan ………………...... 78 4. Kondisi Daerah …………………………………………. 78 5. Lokasi Daerah Rawan Bencana dan KLB Penyakit . 79

Page 10: Adang Riana

10

B. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA (SOTK) DINAS KESEHATAN ..........................................................

80

1. Visi Dinas Kesehatan ................................................. 80 2. Misi Dinas Kesehatan ................................................ 81 3. Visi Bidang P2PL ....................................................... 82 4. Misi Bidang P2PL ....................................................... 82 5. Tupoksi Bidang P2PL ................................................. 83 6. Tupoksi Seksi Pencegahan Pemberantasan

Pengamatan Penyakit ................................................ 84 7. Tupoksi Seksi Penyehatan Lingkungan ..................... 85 C. SISTEM INFORMASI BIDANG PEMBERANTASAN

PENYAKIT & PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2PL).......... 88 D. KEGIATAN BIDANG P2PL DI DINAS KESEHATAN ......... 89 1. Pemantauan Kegiatan ................................................ 89 2. Laporan bulanan P2PL .............................................. 90 E. GAMBARAN SUMBER DAYA DI BIDANG P2PL................ 95 1. Jumlah Tenaga di Bidang P2PL ................................. 95 2. Sarana dan prasarana ............................................... 97 F. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI .......................... 98 1. Studi Pendahuluan .................................................... 99 a. Masalah ................................................................. 99 b. Peluang .................................................................. 101 c. Arahan .................................................................... 103 d. Ruang lingkup ........................................................ 104 e. Kelayakan .............................................................. 105 2. Analisis Masalah ........................................................ 114 a. Mengidentifikasi masalah ....................................... 114 b. Memahami sistem saat ini ..................................... 117 c. Menganalisis sistem saat ini .................................. 123 3. Analisis Kebutuhan .................................................... 131 a. Mengumpulkan dan menganalisis form laporan

kegiatan yang digunakan saat ini .......................... 131 b. Mengumpulkan dan menganalisis semua laporan

yang dibutuhkan setiap tingkat manajemen .......... 134 c. Mengumpulkan dan menganalisis semua elemen

data yang dibutuhkan dalam record ...................... 135 d. Mengumpulkan dan menganalisis prosedur

pelaporan .............................................................. 136 4. Analisis Keputusan .................................................... 138 a. Pemilihan model pengembangan sistem informasi

yang baru ............................................................. 139 b. Pemilihan perangkat lunak pengembangan sistem

yang baru .............................................................. 139

Page 11: Adang Riana

11

c. Pemilihan sistem operasi yang baru ...................... 139 d. Pemilihan tools sistem informasi yang baru ......... 140 5. Merancang Sistem ..................................................... 143 a. Rancangan model basis data ................................ 144 b. Merancang input dan out put ……………………… 165 c. Perancangan basis data …………………………… 175 d. Perancangan dialog antar muka ………………….. 236 6. Membangun Sistem ................................................... 243 a. Pemrograman ....................................................... 243 b. Sarana hardware .................................................. 244 c. Pengujian ............................................................... 244 7. Penerapan Sistem ..................................................... 246 a. Pendekatan langsung ........................................... 246 b. Pendekatan konversi paralel ................................ 247 c. Pendekatan konversi percontohan ........................ 247 d. Pendekatan bertahap ............................................ 247 8. Pelatihan Petugas ...................................................... 256 9. Uji Coba Sistem ......................................................... 257 10. Evaluasi Kualitas Informasi ........................................ 259 a. Uji coba ketersediaan ............................................ 259 b. Uji coba kemudahan ............................................. 259 c. Uji coba relevansi .................................................. 259 d. Uji coba kemanfaatan ............................................. 260 e. Uji coba ketepatan waktu ...................................... 260 f. Uji coba keandalan ................................................ 260 g. Uji coba keakuratan ............................................... 260 h. Uji coba konsistensi .............................................. 260 i. Uji beda sistem lama dan baru ............................... 260 11. Manfaat Sifo Bidang P2PL untuk mendudkung

pemantauan ............................................................... 270 12. Keterbatasan Sifo Bidang P2PL sesuai SPM untuk

Mendukung Pemanatauan.......................................... 271 13. Kelangsungan Pengembangan Sistem Informasi

Bidang P2PL Sesuai SPM Untuk Mendukung Pemantauan................................................................ 273

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 275 A KESIMPULAN .................................................................... 275 B SARAN ............................................................................... 277 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 12: Adang Riana

12

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Hal Tabel 2.1 Keuntungan dan kerugian SMBD…………………………… 41Tabel 2.2 Notasi dan komponen diagram aliran data menurut Gane-

Sarson…………………………………………………………. 48Tabel 4.1 Keadaan Tenaga di bidang P2PL DKK Tasikmalaya…….. 96Tabel 4.2 Kebutuhan informasi berdasarkan tingkat manajemen

dalam pengambilan keputusan pada system informasi bidang P2PL di DKK Tasikmalaya …………………………. 100

Tabel 4.3 Daftar out put system informasi bidang P2PL di DKK Tasikmalaya …………………………………………………… 104

Tabel 4.4 Sarana pendukung system informasi program P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di bidang P2PL DKK Tasikmalaya ……………………………………… 107

Tabel 4.5 Kelayakan perencanaan system informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemanatauan……………… 113

Tabel 4.6 Analisis masalah system informasi program P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan yang sekarang berjalan di DKK Tasikmalaya ……………………………….. 115

Tabel 4.7 Gambaran masalah pada system informasi program P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan ……………… 116

Tabel 4.8 Daftar out put system informasi program P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan ………………………. 121

Tabel 4.9 Kelengkapan data informasi yang saat ini berjalan ……….. 122Tabel 4.10 Masalah dan penyebabnya pada system informasi bidang

P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan pada saat ini menurut responden …………………………………. 127

Tabel 4.11 Rancangan input system informasi bidang P2PL …………. 165Tabel 4.12 Daftar out put system informasi bidang P2PL sesuai SPM

untuk mendukung pemanatauan di DKK Tasikmalaya …… 167Tabel 4.13 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan Kusta .......... 169Tabel 4.14 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan KLB ............ 170Tabel 4.15 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan P2TB .......... 171Tabel 4.16 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan ISPA .......... 171Tabel 4.17 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan HIV-AIDS ... 172Tabel 4.18 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan DBD ........... 172Tabel 4.19 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan Diare .......... 173Tabel 4.20 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan Malaria ...... 173Tabel 4.21 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan Filariasis..... 173

Page 13: Adang Riana

13

Tabel 4.22 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan Kesling....... 174Tabel 4.23 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan PD3I (1)....... 174Tabel 4.24 Rancangan out put laporan bulanan kegiatan PD3I (2)....... 174Tabel 4.25 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program PD3I …….. 176Tabel 4.26 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program KLB ……… 176Tabel 4.27 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program P2TB ……. 177Tabel 4.28 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program ISPA ……... 177Tabel 4.29 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program HIV-AIDS.. 177Tabel 4.30 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program DBD …….. 177Tabel 4.31 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program Diare ……. 178Tabel 4.32 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program Malaria ….. 178Tabel 4.33 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program Filariasis … 178Tabel 4.34 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program Kusta ……. 178Tabel 4.35 Himpunan entitas system informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan program Kesling …... 178Tabel 4.36 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL

sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program PD3I 179Tabel 4.37 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL

sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program KLB 179Tabel 4.38 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL

sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program P2TB……………………………………………………………. 179

Tabel 4.39 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program ISPA 180

Tabel 4.40 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL sesuai SMP untuk mendukung pemantauan penyakit HIV-AIDS …………………………………………………………… 180

Tabel 4.41 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program DBD 180

Tabel 4.42 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program Diare…………………………………………………………… 180

Tabel 4.43 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL

Page 14: Adang Riana

14

sesuai SMP untuk mendukung pemantauan prog Malaria . 181Tabel 4.44 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL

sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program Filariasis………………………………………………………… 181

Tabel 4.45 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL sesuai SMP untuk mendukung pemantauan program Kusta…………………………………………………………… 181

Tabel 4.46 Himpunan Primery Key system informasi bidang P2PL sesuai SMP untuk mendukung pemantauan Kesling……… 181

Tabel 4.47 Daftar file data base system informasi bidang P2PL ……… 216Tabel 4.48 Kamus data file biodata kecamatan ……………………….. 216Tabel 4.49 Kamus data file biodata puskesmas………………………. 217Tabel 4.50 Kamus data file biodata kelurahan………………………….. 217Tabel 4.51 Kamus data file biodata kelurahan mencapai target………. 217Tabel 4.52 Kamus data file biodata dosis efektif ………………………. 217Tabel 4.53 Kamus data file biodata penderita penyakit TN……………. 218Tabel 4.54 Kamus data file biodata suhu lemari es……………………. 218Tabel 4.55 Kamus data file biodata sasaran ibu hamil………………… 218Tabel 4.56 Kamus data file biodata Immunisasi……………………….. 219Tabel 4.57 Kamus data file biodata Vaksin ……………………………. 219Tabel 4.58 Kamus data file biodata sasaran immunisasi……………… 220Tabel 4.59 Kamus data file biodata KLB………………………………… 220Tabel 4.60 Kamus data file biodata TBC………………………………… 220Tabel 4.61 Kamus data file biodata ISPA………………………………. 221Tabel 4.62 Kamus data file biodata HIV-AIDS………………………….. 221Tabel 4.63 Kamus data file biodata DBD……………………………….. 222Tabel 4.64 Kamus data file biodata Diare………………………………. 222Tabel 4.65 Kamus data file biodata Kesling…………………………….. 222Tabel 4.66 Kamus data file biodata Malaria…………………………….. 223Tabel 4.67 Kamus data file biodata Kusta………………………………. 223Tabel 4.68 Kamus data file biodata Filariasis…………………………… 224Tabel 4.69 Hasil evluasi system informasi bidang P2PL sebelum dan

sesudah dikembangkan……………………………………… 261

Page 15: Adang Riana

15

DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Hubungan fungsional komponen system………………. 23Gambar 2.2 Transformasi data menjadi informasi…………………… 25Gambar 2.3 Siklus informasi…………………………………………… 26Gambar 2.4 Transformasi data menjadi informasi …………………. 26Gambar 2.5 Fungsi-fungsi suatu system informasi………………….. 29Gambar 2.6 Sistem Informasi Kesehatan ……………………………. 33Gambar 2.7 Sistem informasi manajemen…………………………… 36Gambar 2.8 Konsep system basis data……………………………….. 40Gambar 2.9 Implementasi Hub pada Network………………………. 52Gambar 2.10 Topologi Bus……………………………………………… 53Gambar 2.11 Topologi Star………………………………………………. 53Gambar 2.12 Topologi Ring……………………………………………… 54Gambar 2.13 Kerangka Teori…………………………………………… 60Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian…………………………….. 62Gambar 4.1 Pendekatan Input – Proses – Out put system informasi

bidang P2PL……………………………………………… 99Gambar 4.2 Aliran data bidang P2PL………………………………… 117Gambar 4.3 Diagram konteks system informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan yang sekarang berjalan………………………………………… 118

Gambar 4.4 Prosedur system informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan…………………………..

136

Gambar 4.5 Diagram konteks system informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk pemantauan yang dikembangkan… 148

Gambar 4.6 DAD system infprmasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan……………………………….. 153

Gambar 4.7 DAD fisik level 0 sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan…………………. 156

Gambar 4.8 DAD level 1 untuk proses penangkapan data………… 159Gambar 4.9 DAD level 1 proses 2 pengolahan data……………….. 161Gambar 4.10 DAD level 1 proses 3 penyajian data…………………. 163Gambar 4.11 Relasi antara immunisasi dengan puskesmas………… 182Gambar 4.12 Relasi antara kelurahan dengan puskesmas…………. 182Gambar 4.13 Relasi antara kelurahan dengan kecamatan………….. 183Gambar 4.14 Relasi antara kelurahan dengan vaksin………………… 183Gambar 4.15 Relasi antara immunisasi dengan vaksin …………….. 183

Page 16: Adang Riana

16

Gambar 4.16 Relasi antara immunisasi dengan dosis efektif………. 184Gambar 4.17 Relasi antara kelurahan dengan neonatorum…………. 184Gambar 4.18 Relasi antara kelurahan dengan lemari es……………... 185Gambar 4.19 ERD system informasi bidang P2PL pada PD3I secara

lengkap…………………………………………………….. 186Gambar 4.20 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas Penyakit

KLB................................................................................ 187Gambar 4.21 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas Penyakit

KLB................................................................................ 187Gambar 4.22 Relasi antara Penderita dengan Penyakit KLB.............. 187Gambar 4.23 Relasi antara Penderita dengan Kelurahan Penyakit

KLB................................................................................ 188Gambar 4.24 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada KLB secara

lengkap.......................................................................... 188Gambar 4.25 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

TB Paru......................................................................... 189Gambar 4.26 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

TB Paru.......................................................................... 189Gambar 4.27 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penyakit

Penanggulangan TB Paru.............................................. 189Gambar 4.28 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2TB

secara lengkap............................................................... 191Gambar 4.29 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

ISPA.............................................................................. 192Gambar 4.30 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

ISPA............................................................................... 192Gambar 4.31 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit ISPA................................... 192Gambar 4.32 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2ISPA

secara lengkap.............................................................. 194Gambar 4.33 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas Penyakit

HIV-AIDS...................................................................... 195Gambar 4.34 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas Penyakit

HIV-AIDS...................................................................... 195Gambar 4.35 Relasi antara Penderita dengan Penyakit HIV-AIDS.... 195Gambar 4.36 Relasi antara Penderita dengan Kelurahan Penyakit

HIV-AIDS....................................................................... 196Gambar 4.37 Sistem Informasi Bidang P2PL pada HIV-AIDS secara

lengkap.......................................................................... 196Gambar 4.38 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

DBD................................................................................ 197Gambar 4.39 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

DBD...............................................................................

Page 17: Adang Riana

17

197Gambar 4.40 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit DBD.................................... 197Gambar 4.41 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2DB

secara lengkap.............................................................. 199Gambar 4.42 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

Diare............................................................................. 200Gambar 4.43 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

Diare............................................................................. 200Gambar 4.44 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Diare................................... 200Gambar 4.45 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2Diare

secara lengkap.............................................................. 202Gambar 4.46 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

Malaria.......................................................................... 203Gambar 4.47 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

Malaria........................................................................... 203Gambar 4.48 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Malaria................................ 203Gambar 4.49 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2Malaria

secara lengkap.............................................................. 205Gambar 4.50 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

Filariasis........................................................................ 206Gambar 4.51 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

Filariasis........................................................................ 206Gambar 4.52 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Filariasis.............................. 206Gambar 4.53 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada Penyakit

Filariasis secara lengkap............................................... 208Gambar 4.54 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit

Kusta.............................................................................. 209Gambar 4.55 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit

Kusta............................................................................. 209Gambar 4.56 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Kusta................................... 209Gambar 4.57 Sistem Informasi Bidang P2PL pada Penyakit Kusta

secara lengkap.............................................................. 211Gambar 4.58 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Program

Kesling.......................................................................... 212Gambar 4.59 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Program

Kesling.......................................................................... 212Gambar 4.60 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Pelayanan

Kesehatan Lingkungan................................................. 212

Page 18: Adang Riana

18

Gambar 4.61 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan secara lengkap........................ 214

Gambar 4.62 Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Kelurahan... 237Gambar 4.63 Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Puskesmas.. 238Gambar 4.64 Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Kecamatan.. 238Gambar 4.65 Rancangan Dialog Antar Muka Data P2TB.................... 239Gambar 4.66 Rancanagan Dialog Antar Muka Grafik Cakupan

bulanan program P2TB................................................. 239

Gambar 4.67 Rancanagan Dialog Antar Muka Grafik Cakupan Puskesmas program P2TB............................................ 240

Gambar 4.68 Rancanagan Dialog Antar Peta Cakupan P2TB............ 240Gambar 4.69 Tampilan Menu Judul splash screen Sistem Informasi

Bidang P2PL di DKK Tasikmalaya................................ 249Gambar 4.70 Tampilan Menu Registrasi Kelurahan........................... 250Gambar 4.71 Tampilan Menu Registrasi Puskesmas......................... 250Gambar 4.72 Tampilan Menu Registrasi Kecamatan.......................... 250Gambar 4.73 Tampilan Menu Registrasi Kegiatan P2TB.................... 251Gambar 4.74 Tampilan Menu Laporan P2TB .................................... 252Gambar 4.75 Tampilan Menu Grafik Cakupan Bulanan P2TB........... 252Gambar 4.76 Tampilan Menu Grafik Cakupan Puskesmas P2TB...... 253Gambar 4.78 Tampilan Menu Peta Cakupan P2TB .......................... 254Gambar 4.79 Tampilan Menu Peta Cakupan P2TB per puskesmas... 254Gambar 4.80 Gambar hasil uji beda wilcoxon .................................... 265

Page 19: Adang Riana

19

DAFTAR LAMPIRAN Nomor lampiran Lampiran 1 Pedoman wawancara Lampiran 2 Pedoman observasi Lampiran 3 Check List Lampiran 4 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Lampiran 5 Berita acara perbaikan tesis Lampiran 6 Jumlah Puskesmas, Kelurahan, dan Posyandu menurut

Kecamatan di Kota Tasikmalaya Lampiran 7 Laporan bulanan kegiatan PD3I Lampiran 8 Laporan KLB Lampiran 9 Laporan bulanan kegiatan P2TB Lampiran 10 Laporan bulanan kegiatan P2Diare Lampiran 11 Laporan bulanan kegiatan P2DB Lampiran 12 Laporan bulanan kegiatan P2ISPA Lampiran 13 Laporan bulanan kegiatan P2Kusta Lampiran 14 Laporan bulanan kegiatan HIV-AIDS Lampiran 15 Laporan bulanan kegiatan P2Malaria Lampiran 16 Laporan bulanan kegiatan Penyakit Filariasis Lampiran 17 Laporan bulanan kegiatan Penyehatan Lingkungan Lampiran 18 Transkrip wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Lampiran 19 Transkrip wawancara dengan Kepala Bidang P2PL Lampiran 20 Transkrip wawancara dengan Kepala Seksi P3P Lampiran 21 Transkrip wawancara dengan Kepala Seksi PL Lampiran 22 Transkrip wawancara dengan Pelaksana kegiatan P3P Lampiran 23 Transkrip wawancara dengan Pelaksana kegiatan PL Lampiran 24 Transkrip alasan check list dengan Kepala Dinas Kesehatan Lampiran 25 Transkrip alasan check list dengan Kepala Bidang P2PL Lampiran 26 Transkrip alasan check list dengan Kepala Seksi P3P Lampiran 27 Transkrip alasan check list dengan Kepala Seksi PL Lampiran 28 Transkrip alasan check list dengan Pelaksana kegiatan P3P

Lampiran 29 Transkrip alasan check list dengan Pelaksana kegiatan PL Lampiran 30 Surat ijin penelitian

Page 20: Adang Riana

20

DAFTAR SINGKATAN P2PL Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan SPM Standar Pelayanan Minimal LAN Local Area Network DKK Dinas Kesehatan Kota PD3I Penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi KLB Kejadian Luar Biasa P2TB Pencegahan Pemberantasan Tubercolosis P2Diare Pencegahan Pemberantasan P2DB Pencegahan Pemberantasan P2ISPA Pencegahan Pemberantasan P2Kusta Pencegahan Pemberantasan HIV Human Immunnodeviciency Virus AIDS Acquired Immunodeviciency Syndrome P2Malaria Pencegahan Pemberantasan P3P Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit PL Penyehatan Lingkungan DBD Demam Berdarah Dengue SOTK Struktur Organisasi dan Tata Kerja Tupoksi Tugas Pokok dan Fungsi TBC Tuberculosis TB Paru Tuberculosis Paru UNDIP Universitas Diponegoro SIK Sistem Informasi Kesehatan SIKNAS Sistem Informasi Kesehatan Nasional SMBD Sistem Manajemen Basis Data DFD Data Flow Diagram ER Entity Realtionship ERD Entity Realtionship Diagram PC Personal Computer UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas PP Peraturan Pemerintah SK Surat Keputusan SP3 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas BCG Bacillus Calmette Guerin DPT Diphteri Pertusis Tetanus HB Hevatitis B TT Tetanus Toxoid DT Diphteri Tetanus STTU Sanitasi Tempat Tempat Umum

Page 21: Adang Riana

21

TTU Tempat Tempat Umum BTA Basil Tahan Asam FAST Framework for the Application of System Teckniquest K4 Kunjungan kehamilan yang ke 4 BBLR Berat Badan Lahir Rendah SD Sekolah Dasar UKS Usaha Kesehatan Sekolah KB Keluarga Berencana UCI Universal Child Immunization AFP Acute Flacid Paralysis ASI Air Susu Ibu NAPZA Narkotik Psikotropika dan Zat Adiktif APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah IMS Infeksi Menular Seksual SI Sistem Informasi Sifo Sistem Informasi IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi SIM Sistem Informasi Manajemen DBMS Data base management system BCNF Boyce Code Normal Form NF Normal Form DAD Diagram Arus Data HIPO Hirarchy plus Input Proses Out put MAN Metropolitan Are Network WAN Wide Area Network PAN Personal Area Network DEC Digital Equipment Corporation CPU Computer Personal Unit STS Sangat tidak setuju TS Tidak setuju S Setuju SS Sangat setuju

Page 22: Adang Riana

22

Program Studi Magíster Ilmu Kesehatan Masyarakat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan

Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang

2007 ABSTRAK

Adang Riana

Pengembangan Sistem Iformasi Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) sesuai Stándar Pelayanan Minimal (SPM) untuk mendukung Pemantauan berbasis Local Area Network (LAN) di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya 277 halaman + 69 tabel + 80 gambar + 30 lampiran

Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular dan rendahnya cakupan program, maka penularan penyakit berbasis lingkungan dan perilaku masih sering terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya penularan, angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan oleh kondisi tersebut perlu dilaksanakan manajemen yang baik terhadap beberapa indikator yang terkait dengan SPM yaitu PD3I, P2TB, P2ISPA, HIV–AIDS, P2DBD, P2Diare, P2Malaria, P2Kusta, Filariasis, KLB dan pelayanan penyehatan lingkungan. Pada saat ini pengambilan keputusan dalam rangka memberikan intervensi tidak lengkap, sedangkan pemanfaatan informasi untuk pengambilan keputusan manajerial pada pelayanan kesehatan diperlukan syarat-syarat informasi yang baik dan lengkap yaitu : tersedia, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, reliabel, akurat dan konsisten. Sampai saat ini sistem pencatatan pelaporan puskesmas (SP3) masih berlaku untuk kebutuhan SPM namun tidak lengkap, sehingga tidak mudah diperoleh bagi orang yang akan memanfaatkannya, tidak mudah dipahami oleh pembuat keputusan, tidak relevan dengan permasalahan, tidak bermanfaat bagi organisasi, tidak tersedia tepat waktu, tidak diperoleh dari sumber-sumber yang benar, tidak jelas secara akurat dan penyajiannya tidak konsisten bagi kebutuhan pimpinan untuk pemantauan.

Tujuan penelitian adalah menghasilkan Sistem Informasi Program P2PL sesuai SPM yang dapat memberikan kualitas informasi yang lengkap untuk mendukung pemantauan. Jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam, subyek penelitian meliputi pengelola kegiatan dan pemegang manajemen strategis, obyek penelitian sistem informasi yang digunakan saat ini pada bidang P2PL.

Pengembangan Sistem Informasi Program P2PL dilakukan dengan pendekatan FAST diperoleh hasil sebagai berikut : keadaan sebelum dikembangkan sistem informasi program P2PL pencatatan dilakukan dengan semi manual dengan program Microsoft Excell, belum menggunakan Software khusus, informasi yang disajikan belum dapat menunjukkan distribusi penyakit menurut tempat/peta. Setelah dilakukan pengembangan Sistem Iformasi program P2PL informasi yang dihasilkan lebih lengkap yaitu menghasilkan basis data, gambaran peta, grafik, histogram sehingga mendukung pemantauan.

Hasil evaluasi kualitas sistem informasi program P2PL menghasilkan nilai p<0,05 berarti ada perbedaan antara kualitas sebelum dan sesudah dikembangkan.

Untuk mengantisipasi kebutuhan informasi program P2PL dapat dikembangkan dengan berbasis Web karena telah tersedia jaringan internet supaya dapat dipakai oleh Puskesmas untuk mengirim data. Keterbatasan sistem

Page 23: Adang Riana

23

yang ada adalah belum bisa menampilkan secara bersamaan antara tabel, grafik cakupan dan peta cakupan..

Kata Kunci : Pemantauan berbasis Local Area Network (LAN), Program P2PL Kepustakaan : 30, 1990, 2005

Master’s Degree of Public Health Program Majoring in Health Management Information System

Diponegoro University Semarang

2007

Page 24: Adang Riana

24

ABSTRACT

Adang Riana Information System Development of Disease Prevention and Environmental Sanitation Program in accordance with Minimal Services Standard to Support Monitoring based on Local Area Network at Tasikmalaya City Health Office 277 pages + 69 tables + 80 figures + 30 enclosures

High of communicable disease morbidity rate and low of program coverage can cause transmission of disease based on environment and behavior. To anticipate transmission through these causes, there needs to manage towards in the following indicators related to Minimal Services Standard namely Disease Prevented by Immunization, Prevention of Tuberculosis Disease, Prevention of Acute respiratory Track Infection Disease, HIV-AIDS, Prevention of Hemorrhagic Fever Disease, Prevention of Diarrhea, Filariasis, Outbreak, and Environmental Sanitation Services. At this time, decision making for intervention activities is not complete, but the requirements of information are needed to make a decision. Those requirements are available, easy to understand, relevant, timely, reliable, accurate, and consistent, System of recording and reporting of Health Center is still implemented but it is not complete, That condition causes many problems and not appropriate with the requirements of information.

Aim of this research was to result Information System of Disease Prevention and Environmental Sanitation Program that can provide adequate information to support monitoring. Design of this research was qualitative method through in-depth interview. Subject was the implementer of activities and the holder of strategic management. Object was information system of disease prevention and environmental sanitation.

Development of system, which was conducted using the FAST method (Framework for the Application of System Techniques), obtained the result as follows: the old system was done manually by using Microsoft Excel and resulted information could not show distribution of disease based on place aspect/map. The new system resulted more complete information namely data basis, map, graphic, and histogram which could support monitoring.

Result of evaluation towards quality of information system, there is any significant different between before and after developed system (p<0,05).

To anticipate necessity of information of Disease Prevention and Environmental Sanitation Program, system can be developed based on Web because access to Internet has been available there and it can be used by Health Center to send data. The available system has weaknesses namely system cannot together display a table, a coverage graphic, and a coverage map.

Key Words : Monitoring based on Local Area Network, Program of Disease Prevention and Environmental Sanitation Bibliography : 30 (1990-2005)

Page 25: Adang Riana

25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Desentralisasi atau otonomi daerah memberikan wewenang pada

Kabupaten/Kota untuk menentukan prioritas pembangunan kesehatan

daerahnya sesuai dengan kemampuan, kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Hal ini sesuai dengan paradigma baru otonomi daerah yaitu demokratisasi,

pemberdayaan aparat dan masyarakat serta memberikan pelayanan umum

yang dapat dirasakan oleh masyarakat berdasarkan kebutuhannya. Dengan

demikian pembangunan kesehatan di daerah masa mendatang tergantung

pada kemampuan sumber daya tenaga sarana dan prasarana serta

pembiayaan yang memadai.

Sebenarnya otonomi daerah dapat dipandang sebagai kesempatan

untuk mengubah sistem kesehatan menjadi lebih spesifik di Kabupaten/Kota

sehingga kewenangan bidang kesehatan yang diserahkan kepada daerah,

diharapkan dapat dijadikan kekuatan guna meningkatkan peran serta

masyarakat untuk mewujudkan perencanaan yang bersumber dari bawah

(bottom up) dengan dukungan data yang dapat dipertanggungjawabkan

(evidence based).

Salah satu wujud kebijakan era desentralisasi di bidang kesehatan

adalah perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya yang didasari dengan diberlakukannya

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota

Tasikmalaya dan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 15 tahun 2003

tentang Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya 2,1 .

Page 26: Adang Riana

26

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya adalah unsur pelaksana

Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan

kewenangan daerah bidang kesehatan. Sedangkan fungsinya adalah

perumusan kebijaksanaan teknis pelaksanaan dan pengendalian kegiatan

kesehatan meliputi pelayanan kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pemberantasan penyakit serta kesehatan lingkungan, fasilitasi, pelaksanaan

perizinan dan pelayanan umum bidang kesehatan, pembinaan terhadap

UPTD dalam lingkungan tugasnya, pelaksanaan tugas yang ditetapkan oleh

Walikota. Hal ini memberikan kewenangan yang cukup kuat pada daerah

untuk menangani program pembangunan dan mengelola sumber daya serta

membuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga

peran dan fungsi kota dalam pembangunan sistem pelayanan kesehatan

yang secara spesifik, inovatif, mandiri dan berkesinambungan perlu

ditingkatkan.

Untuk lebih berperannya pemerintah kota sesuai dengan inti otonomi

daerah, maka SOTK Pemerintah Kota Tasikmalaya telah disempurnakan

dengan diberlakukannya PP nomor 8 tahun 2002 yang kemudian dikuatkan

dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 15 tahun

2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Kota

Tasikmalaya, maka struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

mempunyai 4 bidang yang masing-masing membawahkan 2 seksi, terdiri dari

Bidang Kefarmasian, Bidang Bina Kesehatan Keluarga dan Masyarakat,

Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dan

Bagian Tata Usaha. Sedangkan Struktur Organisasi Puskesmas yang

sedang berjalan sekarang ini bersifat UPTD dengan nomenklatur Balai

Kesehatan, sehingga apabila dikaitkan dengan PP tersebut sudah sesuai. 2

Page 27: Adang Riana

27

Bidang P2PL meliputi ; Seksi Pengamatan Pemberantasan dan

Pencegahan Penyakit (P4), Seksi Penyehatan Lingkungan (PL) mempunyai

peranan cukup penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

sesuai tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi). 3

Sejak tahun 2003 Menteri Kesehatan RI menerapkan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dengan Surat Keputusan No.

14571/Menkes/SK/X/2003. Hal ini antara lain dimaksudkan sebagai salah

satu cara untuk melaksanakan pencapaian program dan pencapaian target.

Instrumen yang digunakan untuk pencapaian program dan pencapaian target

adalah Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas yang dikenal dengan

SP3. 4 Dengan adanya laporan SP3, diharapkan dapat digunakan untuk

kepentingan internal Puskesmas dan Instansi diatasnya dalam hal ini Dinas

Kesehatan dapat menunjang manajemen program, sehingga dapat segera

diambil langkah-langkah untuk mengantisipasinya.

Dari 14 (empat belas) Tupoksi Bidang P2PL yang ada dan berkaitan

dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), adalah melaksanakan fungsi

manajemen kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio,

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit TB Paru, Pencegahan dan

pemberantasan Penyakit ISPA, Pencegahan dan pemberantasan Penyakit

HIV–AIDS, Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD, Pencegahan

dan pemberantasan Penyakit Diare, Pencegahan dan pemberantasan

Penyakit Malaria, Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Kusta,

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Filariasis, Pelayanan Kesehatan

Lingkungan, Pelayanan Pengendalian Vektor, Pelayanan Hygiene Sanitasi di

Tempat Umum.

Page 28: Adang Riana

28

Dengan masih tingginya angka kesakitan penyakit menular dan

rendahnya cakupan program, maka penularan penyakit berbasis lingkungan

dan perilaku ini masih sering terjadi di Indonesia. Kejadian ini mempunyai

makna sosial dan politik tersendiri karena peristiwanya sering mengenai

banyak orang dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi. Pengambilan

keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam menanggulangi

kondisi lingkungan dan penyakit tersebut. Karena itu dibutuhkan satu cara

tersendiri dalam pencatatan dan pelaporan, sehingga keputusan bertindak

dapat segera diambil.

Untuk mengantisipasi terjadinya penularan, angka kesakitan dan

angka kematian yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan dan penyakit

menular tersebut perlu dilaksanakan manajemen yang baik terhadap

beberapa indikator. Indikator-indikator yang terkait dengan SPM untuk

pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio adalah cakupan Polio IV,

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit (P2) TB Paru adalah cakupan

kesembuhan TBC BTA, P2 ISPA adalah cakupan kasus ISPA yang ditangani,

P2 HIV–AIDS adalah cakupan kasus HIV-AIDS yang ditangani, P2 DBD

adalah cakupan kasus DBD yang ditangani, P2 Diare adalah cakupan kasus

diare yang ditangani, P2 Malaria adalah jumlah tersangka malaria positif

diobati sesuai standar, P2 Kusta adalah jumlah penderita kusta yang

menyelesaikan pengobatan sesuai standar, P2 Filariasis adalah jumlah kasus

yang ditangani, pelayanan kesehatan lingkungan adalah cakupan rumah

yang dibina, pelayanan pengendalian Vektor adalah cakupan pengendalian

jentik berkala , pelayanan hygiene sanitasi di tempat tempat umum (STTU)

adalah cakupan TTU yang memenuhi syarat. 4

Page 29: Adang Riana

29

Program pemberantasan penyakit menular lebih menitikberatkan

pada kegiatan pemantauan, disamping kegiatan pokok yang lain seperti :

pencegahan, penemuan kasus, pengobatan serta penanggulangan kejadian

luar biasa (KLB). Dalam istilah kesehatan, pemantauan dalam bidang

kesehatan disebut surveilans epidemiologi yaitu suatu rangkaian proses yang

sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan analisa dan

interpretasi data kesehatan dalam upaya menguraikan dan memantau suatu

peristiwa kesehatan.

Pemantauan yang harus dilakukan oleh manajemen adalah pada

setiap periode waktu tertentu, baik bulanan, tribulanan maupun tahunan

dengan cara melihat angka cakupan pada masing-masing kegiatan Bidang

P2PL, apabila dari angka cakupan tersebut menunjukkan pencapaian

program dibawah target maka perlu dilakukan intervensi/kebijakan dengan

memperhatikan lokasi terjadinya kasus.

Pada saat ini pengambilan keputusan dalam rangka memberikan

intervensi tidak lengkap, sebagai contoh : penentuan intervensi, kebijakan

yang seharusnya dilaksanakan secara keseluruhan belum dapat dilakukan

karena pengambilan data yang dibutuhkan tidak sesuai dengan indikator

yang telah ditentukan, maka perlu pengembangan form-form yang baru

untuk penangkapan data.

Dalam pemanfaatan informasi untuk pengambilan keputusan

manajerial pada pelayanan kesehatan diperlukan syarat-syarat informasi

yang baik dan lengkap. Sistem informasi yang baik dan lengkap adalah

tersedia, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, reliabel, akurat

dan konsisten. 5

Page 30: Adang Riana

30

Sampai saat ini sistem pencatatan pelaporan puskesmas (SP3) masih

berlaku di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang harus dibuat oleh

Puskesmas dalam rangka memenuhi SPM dan dilakukan rekapitulasi oleh

Dinas kesehatan dalam waktu tertentu (bulanan dan tahunan). Namun

kebutuhan untuk SPM tidak dapat dipenuhi dari laporan SP3 sehingga dalam

pelaksanaannya, khususnya di Kota Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat,

menghadapi beberapa masalah.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dan

observasi dalam pengelolaan sistem informasi sampai saat ini masih belum

berjalan dengan baik. Hal ini terjadi sejak tahapan input, proses, output

mengalami permasalahan yaitu :

1. sumber daya untuk pengelolaan sistem informasi, yang berupa tenaga,

sarana belum tersedia dan pemanfaatan dana untuk sistem informasi

tersebut kurang efektif dan efisien, sehingga berakibat pada tidak semua

informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh

2. kebutuhan informasi terkait dengan SPM tidak dapat diperoleh dengan

tepat waktu karena keterlambatan pengiriman dari Puskesmas kemudian

laporan tersebut direkap dan dilakukan perhitungan secara manual,

disamping itu penyebabnya SP3 yang diterima dari Puskesmas hanya 74

% yang tepat waktu. akibatnya intervensi/pemantuan mengalami

keterlambatan, sehingga perlu menggunalan fasilitas local area network

(LAN).

3. informasi yang dihasilkan belum jelas oleh karena hanya dihasilkan angka

absolut padahal informasi yang dibutuhkan berupa persentase, grafik

untuk mengetahui trend dan.peta wilayah penyakit.

Page 31: Adang Riana

31

4. akurasi informasi belum baik karena perhitungan-perhitungan masih

manual, belum menggunakan software yang spesifik

5. relevansi informasi yang tersedia belum sesuai dengan informasi yang

dibutuhkan oleh pimpinan atau manajemen.

6. kesulitan dalam mendapatkan informasi karena sulit diperoleh atau

diakses kembali oleh pengguna.

Hal tersebut menyebabkan manajemen P2PL Dinas Kesehatan tidak dapat

melakukan pemantauan dengan benar sehingga pelaksanaan intervensi

kegiatan sebagai tindak lanjut dari pemantauan yang semestinya terjadwal

seringkali tidak mengenai sasaran dikarenakan data yang masuk tidak

diolah, terdapat 2 (dua) macam data yang berasal dari sumber yang sama,

tidak dianalisis secara rutin. Pemantauan tidak sesuai jadwal yang

seharusnya dilakukan setiap bulan dan akhir tahun kenyataannya dilakukan

tidak tepat waktu, kondisi ini menyebabkan tidak bisa melakukan

pemantauan, serta mengakibatkan terlambatnya kebijakan pimpinan dalam

hal pencegahan dan penanggulangan.

Saat ini pengolahan data di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya telah

menggunakan komputer. Namun belum mengunakan perangkat lunak

pengolah data yang dibuat khusus untuk kegiatan tersebut. Perangkat lunak

pengolah data yang digunakan saat ini adalah Microsopt Office Excel. Dalam

operasionalnya ada beberapa kelemahan yang ditemui, baik dalam entry

data, proses, maupun output. Selain itu, aplikasi ini juga mempunyai

kelemahan dalam penyusunan dan pengorganisasian data dalam file. Data

yang disimpan tidak terstruktur dan teroganisir, sehingga menyulitkan apabila

akan dilakukan pemanggilan, up date dan editing.

Dalam penyajian data yang dibuat, belum bisa menggambarkan lokasi

Puskesmas yang mengalami kenaikan suatu kasus, bentuk absolut, sulit

Page 32: Adang Riana

32

difahami (tidak dalam bentuk rate, rasio ataupun distribusi frekwensi). Apabila

ingin melihat peta lokasi Puskesmas yang mengalami kenaikan suatu kasus,

maka data yang ada dalam tabel digambar secara manual dengan memberi

arsir pada wilayah kerja Puskesmas yang mengalami kenaikan kasus.

Untuk mengatasi masalah kinerja pengiriman laporan, saat ini yang

dilakukan adalah dengan melaksanakan umpan balik (feedback) absensi ke

Puskesmas setiap triwulan. Tetapi, karena pengelolaannya dilaksanakan

secara manual, umpan balik pun tidak dilaksanakan secara rutin (tidak tepat

waktu). Di samping itu, pengolahan dan analisis data juga belum

dilaksanakan secara rutin dan optimal. 6

Segala kekurangan yang telah disebutkan di atas dapat diatasi

dengan adanya sistem informasi dari mulai sumber daya manusia, sarana

dan prasarana yang dapat mengakomodasi kebutuhan pemantauan program

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya. Sistem informasi tersebut memungkinkan dihasilkannya data-

data yang akurat, lengkap, terperinci serta dapat memperoleh kemudahan,

seperti perhitungan rate, rasio dan distribusi frekwensi, maupun grafik flutuasi

kasus. Disamping itu bisa didapatkan format laporan yang berbeda tetapi

berasal dari data yang sama sehingga terhindar dari laporan

ganda/pengulangan pelaporan yang belum relevan dengan kebutuhan

pimpinan untuk pemantauan.

Pertukaran informasi atau lebih dikenal dengan istilah komunikasi

data selalu terjadi pada organisasi baik dalam suatu bangunan maupun antar

bangunan, dengan bertambahnya sarana komputer dan perkembangan

teknologi komunikasi yang semakin maju serta kompleknya permasalahan

yang dihadapi, maka peranan komputer jaringan sebagai alat komunikasi

Page 33: Adang Riana

33

data sangat dibutuhkan keberadaanya. Dengan adanya system on-line yang

menerima langsung input pada area dimana input tersebut direkam, dan

menghasilkan output yang dapat berupa hasil komputasi pada area dimana

mereka dibutuhkan. 7

Seksi seksi dan bidang bidang yang ada di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya yang membutuhkan informasi tentang P2PL tidak terletak dalam

satu ruangan, sehingga dibutuhkan Local Area Network (LAN) yaitu suatu

network yang terbatas dalam jarak / area setempat (lokal). Hal ini bisa

menerapkan hubungan antara komputer dengan komputer secara langsung

lewat kabel, tidak lewat media telekomunikasi, sehingga dapat digunakan

sebagai transfer dan dapat mengakses data hasil olahan (output) dari sistem

informasi bidang P2PL ini antara komputer dengan komputer lain yang

terhubung pada jaringan LAN pada ruangan yang berbeda.

B. PERUMUSAN MASALAH

Kepala Dinas dan Kepala Bidang di Dinas Kesehatan mempunyai tugas

pemantauan dengan harapan setiap pengambilan keputusan yang

selanjutnya ada intervensi berdasarkan wilayah senantiasa berdasar kepada

data dan fakta, pada saat ini belum terlaksana dengan baik karena:

1. Sumber daya untuk pengelolaan sistem informasin, yang berupa tenaga,

sarana prasarana belum tersedia, sehingga berakibat pada lemahnya

informasi yang dihasilkan

2. Komponen pengolahan belum menggunakan software yang spesifik,

sehingga informasi mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Polio, TB Paru, Penyakit ISPA, HIV–AIDS, Penyakit DBD, Diare, Malaria,

Filariasis, Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Pengendalian

Page 34: Adang Riana

34

Vektor, Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Tempat Umum (STTU)

tidak tepat waktu dan tidak akurat.

3. Data yang masih dalam bentuk absolut yaitu data Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Polio, TB Paru, Penyakit ISPA, HIV–AIDS,

Penyakit DBD, Diare, Malaria, Kusta, Filariasis, Pelayanan Kesehatan

Lingkungan, Pelayanan Pengendalian Vektor, Pelayanan Hygiene

Sanitasi di Tempat Tempat Umum sulit difahami (tidak dalam bentuk rate,

rasio ataupun distribusi frekwensi), pelaporan belum relevan dengan

kebutuhan pimpinan untuk pemantauan, intervensi, misalnya belum ada

peta cakupan.

4. Informasi angka kesakitan dari sembilan penyakit dan tiga pelayanan

penyehatan lingkungan sesuai SPM yang diberikan sistem laporan yang

sedang berjalan saat ini masih belum sesuai dari yang diharapkan, hal ini

tidak mudah diperoleh bagi orang yang akan memanfaatkannya, tidak

mudah dipahami oleh pembuat keputusan, tidak relevan dengan

permasalahan, tidak bermanfaat bagi organisasi, tidak tersedia tepat

waktu, tidak diperoleh dari sumber-sumber yang benar, tidak jelas secara

akurat dan penyajiannya tidak konsisten bagi kebutuhan pimpinan untuk

pemantauan.

1. PERTANYAAN PENELITIAN

Apakah informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang dikembangkan

dapat digunakan untuk pemantauan ?

2. TUJUAN PENELITIAN

1. Umum

Page 35: Adang Riana

35

Melakukan pengembangan Sistem Infornasi Program Pencegahan

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan untuk mendukung pemantauan

berbasis jaringan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.

2. Khusus

a. Mendeskripsikan sistem informasi Bidang P2PL yang saat ini

digunakan

b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pengguna (user) pada

penggunaan SP3 dalam kegiatan Bidang P2PL yang digunakan untuk

pemantauan

c. Merancang/mengembangkan form form untuk penangkapan data dan

laporan kegiatan P2PL yang sesuai kebutuhan

d. Menghasilkan basis data kegiatan Bidang P2PL yang dapat

digunakan bersama antar seksi, bidang dengan teknologi LAN.

e. Menghasilkan sistem informasi untuk kegiatan Bidang P2PL yang

dapat dipakai untuk kegiatan input, proses dan out put.

f. Melakukan uji coba dan evaluasi sistem informasi Bidang P2PL di

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Dinas Kesehatan

a. Memberikan kemudahan proses pencatatan dan pelaporan maupun

pemantauan kegiatan Bidang P2PL di Dinas Kesehatan

b. Membantu memecahkan permsalahan dalam proses input data,

analisis data sampai pembuatan laporan untuk pemantauan di Dinas

Kesehatan

2. Bagi Peneliti

Page 36: Adang Riana

36

Menambah pengetahuan dalam merancang sistem informasi sesuai

dengan konsep sistem informasi dan manajemen kesehatan yang

diterapkan pada Bidang P2PL

3. Bagi Program Pasca Sarjana UNDIP

Sebagai bahan kajian mengenai pengembangan sistem informasi

khususnya pada Bidang P2PL

F. KEASLIAN PENELITIAN

Beberapa penelitian yang mengambil topik tentang sistem pencatatan

dan pelaporan, misalnya :

1. Penelitian (Tesis) berjudul : Sistem Informasi Epidemiologi Sebagai

Pendukung Kewaspadaan Dini KLB Penyakit (Di Dinas Kesehatan Kota

Semarang) oleh Siti Masrochah Tahun 2006. Dalam penelitian tersebut

sistem informasi surveilan epidemiologi sebagai pendukung

kewaspadaan dini KLB di Dinas Kesehatan Kota Semarang yang

bertujuan untuk menghasilkan sistem informasi surveilan epidemiologi

untuk KLB penyakit yang dapat menimbulkan kemudahan serta informasi

yang lengkap melalui pendekatan FAST informasinya berupa peta, grafik,

histogram. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, bahwa

penekanannya pada sistem informasi P2PL sesuai SPM yang digunakan

untuk mendukung pemantauan berbasis LAN

2. Penelitian (Tesis) berjudul : Pengembangan Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Puskesmas (SP3) Guna Mendukung Pemantauan Program

Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Banjarnegara (Studi kasus di Puskesmas Susukan,

Banjarnegara) oleh Tri Adihandoyo Tahun 2002. Dalam penelitian

tersebut SP3 yang telah dilengkapi dijadikan sumber data yang

Page 37: Adang Riana

37

digunakan dalam input sistem informasi. Perbedaan dengan penelitian

yang dilakukan adalah lebih ditekankan pada sistem informasi P2PL

sesuai SPM yang digunakan untuk mendukung pemantauan berbasis

LAN

G. RUANG LINGKUP

Sehubungan dengan adanya keterbatasan kemampuan peneliti dalam

hal keilmuan, waktu, tenaga dan biaya serta banyaknya kegiatan-kegiatan

pada Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan, maka penulis memberikan batasan ruang lingkup

penelitian sebagai berikut :

1. Ruang lingkup waktu

Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini yaitu pada bulan Februari

2007 sampai dengan bulan Mei Tahun 2007

2. Ruang lingkup tempat

Tempat penelitian yaitu di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dan hanya

terfokus pada Bidang P2PL

3. Ruang lingkup materi

Pengembangan sistem informasi hanya dilaksanakan terhadap laporan

bulanan yang sudah berjalan di Bidang P2PL dan yang termasuk

kegiatan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Page 38: Adang Riana

38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA KEGITAN P2PL 4

Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam

memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk

meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. Standar Pelayanan Minimal bidang

Kesehatan di Kabupaten/Kota adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan Daerah.

Standar Pelayanan Minimal pada Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya sebagaimana dimaksud meliputi jenis pelayanan beserta

indikator kinerja dan target Tahun 2010, yaitu :

Pelayanan imunisasi : Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

(100%).

1. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan

kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk : Desa/kelurahan mengalami

KLB yang ditangani < 24 jam (100%);

2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio: Acute Flacid Paralysis

(AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun ( ≥1).

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru: Kesembuhan

penderita TBC BTA positif (> 85%).

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA: Cakupan balita dengan

pneumonia yang ditangani (100%).

4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS:

a. Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS (100%);

b. Infeksi menular seksual yang diobati (100%).

Page 39: Adang Riana

39

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) : Penderita DBD yang ditangani (80%).

6. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare: Balita dengan diare

yang ditangani (100%).

7. Pelayanan kesehatan lingkungan : Institusi yang dibina (70%).

8. Pelayanan pengendalian vektor: Rumah/bangunan bebas jentik nya muk

Aedes (>95%).

9. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum : Tempat umum yang

memenuhi syarat (80%).

10. Di luar jenis pelayanan yang tersebut diatas, Kabupaten/Kota tertentu

wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan

antara lain :

a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS : Darah donor

diskrining terhadap HIV-AIDS (100%).

b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria: Penderita malaria

yang diobati (100%).

c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta: Penderita kusta

yang selesai berobat (RFT rate) (>90%).

d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Filariasis: Kasus filariasis

yang ditangani ( ≥90%).

11. Pengorganisasian :

a. Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dan

masyarakat;

Page 40: Adang Riana

40

b. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan

Minimal secara operasional dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota;

c. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan

Minimal dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi dan kompetensi

yang dibutuhkan.

12. Pelaksanaan :

a. Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan, merupakan acuan dalam

perencanaan program pencapaian target masing-masing

DaerahKabupaten/Kota.

b. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud dalam

perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan Standar Teknis

yang ditetapkan.

c. Sumber pembiayaan pelaksanaan pelayanan kesehatan untuk

pencapaian target sesuai Standar Pelayanan Minimal seluruhnya

dibebankan pada APBD.

13. Pembinaan:

a. Pemerintah dan Pemerintah Propinsi memfasilitasi penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal dan

mekanisme kerjasama antar Daerah Kabupaten/Kota.

b. Fasilitasi dimaksud ayat (1) dalam bentuk pemberian standar teknis,

pedoman, bimbingan teknis, pelatihan meliputi :

1) Perhitungan kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai Standar

Pelayanan Minimal;

2) Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian target

SPM;

3) Penilaian pengukuran kinerja;

Page 41: Adang Riana

41

4) Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan

pemenuhan Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan.

14. Pengawasan :

a. Bupati/Walikota melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal di daerah

masing-masing.

b. Bupati/Walikota menyampaikan laporan pencapaian kinerja

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal, kepada

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan

c. Menteri Kesehatan melaksanakan evaluasi penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal yang

ditetapkan Pemerintah.

d. Hasil evaluasi kemampuan Daerah dalam menyelenggarakan

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal dilaporkan

kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. 4

B. INDIKATOR INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA

BIDANG P2PL

Indikator-indikator yang digunakan untuk mentransformasikan data

menjdi informasi. Sedangkan indikator merupakan variabel yang

menunjukkan/menggambarkan keadaan dan dapat digunakan untuk

mengukur terjadinya perubahan. Perhitungan indikator untuk masing-masing

kegiatan Bidang P2PL adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan PD3I BCG, yaitu Jumlah Bayi

0-11 bulan divaksinasi BCG dibagi Jumlah Bayi 0-11 bulan yang ada,

%100110

sin110 xadaygblBayiJml

BCGasidivakblBayiJml−

−=

Page 42: Adang Riana

42

2. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan PD3I Polio IV, yaitu Jumlah

Bayi 0-11 bulan divaksinasi Polio IV dibagi Jumlah Bayi 0-11 bulan yang

ada, %100113

sin113 xadaygblBayiJml

IVPolioasidivakblBayiJml−

−=

3. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan PD3I Hevatitis B III, yaitu

Jumlah Bayi 0-11 bulan divaksinasi Hevatitis B III dibagi Jumlah Bayi 0-11

bulan yang ada, %100110

3sin110 xadaygblBayiJml

BHevatitisasidivakblBayiJml−

−=

4. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan PD3I DPT III, yaitu Jumlah

Bayi 0-11 bulan divaksinasi DPT III dibagi Jumlah Bayi 0-11 bulan yang

ada, %100112

3sin112 xadaygblBayiJml

DPTasidivakblBayiJml−

−=

5. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan PD3I Campak, yaitu Jumlah

Bayi 0-11 bulan divaksinasi Campak dibagi Jumlah Bayi 0-11 bulan yang

ada, %100119

sin119 xadaygblBayiJml

CampakasidivakblBayiJml−

−=

6. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan PD3I TT II, yaitu Jumlah Ibu

Hamil (kehamilan 0-8 bulan) divaksinasi TT II dibagi Jumlah Ibu Hamil

(kehamilan 0-8 bulan) yang ada,

%10080(

2)80( xadaygblkehamilanBumilJml

TTdivaksblkehamilanBumilJml−

−=

7. Frekwensi Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu KLB yang ditangani < 24 Jam

pada suatu wilayah dibagi jumlah KLB yang terjadi pada suatu wilayah,

%100

/

/24tan

x

samaygwaktukurunperiodedlmwilayahsuatupdterjadiygKLBJml

tertentuwktkurunperiodedlmWilayahsuatupdjamganidiygKLBJml <

=

Page 43: Adang Riana

43

8. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit TB Paru, yaitu

Jumlah penderita TB Paru BTA (+) yang sembuh dibagi Jumlah suspek

TB Paru BTA (+) yang diobati,

%100)(

)( xdiobatiygBTATBCpenderitaJumlah

sembuhyangBTATBCPenderita+

+

9. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit ISPA, yaitu jumlah

kasus pnemonia Balita yang ditangani dibagi jumlah perkiraan kasus

pnemonia Balita, %100tan xBalitapnemoniakasusperkiraanJumlah

ganidiygBalitapnemoniakasusJml

10. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–AIDS, yaitu

jumlah klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS dibagi jumlah

klien HIV-AIDS yang datang ke sarana kesehatan,

%100' x

SarkeskedtgygAIDSHIVKlienseluruhJmlAIDSHIVpenangandptkanmygKlien

−−

=

11. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–AIDS, yaitu

jumlah kasus IMS yang diobati dibagi jumlah kasus IMS,

%100xIMSkasusJml

diobatiygIMSkasusJml=

12. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–AIDS, yaitu

jumlah kantong darah donor diskrining terhadap antibody HIV-AIDs dibagi

jumlah seluruh kantong darah donor,

%100xdonordarahkantongseluruhJml

HIViantibodythddiskriningdonordarahkantongJml

=

Page 44: Adang Riana

44

13. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD, yaitu jumlah

penderita DBD yang ditangani dibagi jumlah penderita DBD,

%100tan xDBDPenderitaJml

ganiidiygDBDPenderitaJml=

14. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Diare, yaitu jumlah

Balita Diare yang ditangani dibagi jumlah Balita Diare yang dilayani,

%100tan xdilayaniyangDiareBalitaJml

ganiidiygDiareBalitaJml=

15. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Malaria, yaitu jumlah

tersangka malaria positif malaria diobati sesuai standar dibagi jumlah

penderita dengan gejala malaria,

%100tan/

xmalariagejaladgpenderitaJml

darssesuaidiobatimalariapostifmalariatersangkaJml

=

16. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Filariasis, yaitu

jumlah kasus Filariasis yang ditangani dibagi jumlah kasus Filariasis yang

ditemukan, %100tan xditemukanygFilariasiskasusJml

ganidiygFilariasiskasusJml=

17. Kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Kusta, yaitu jumlah

penderita Kusta yang menyelesaikan pengobatan sesuai standar dibagi

jumlah penderita Kusta yang ditemukan pada periode tertentu,

%100tantan x

tertentuperiodepdditemukanygKustaPenderitaJml

darsesuaispengobakanmenyelesaiygKustaPenderitaJml

=

Page 45: Adang Riana

45

18. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan, yaitu jumlah Institusi yang

memenuhi syarat kesehatan dibagi jumlah Institusi yang ada,

%100xadaygInstitusiJml

kessyaratmemenuhiygInstitusi=

19. Kegiatan Pelayanan Pengendalian Vektor, yaitu jumlah Rumah bebas

jentik nyamuk Aedes dibagi jumlah Rumah yang diperiksa,

%100xdiperiksaRumahJml

AedesnyamukjentikbebasRumahJml=

20. Kegiatan Pelayanan Pengendalian Vektor, yaitu jumlah Rumah yang

memenuhi syarat dibagi jumlah Rumah yang yang diperiksa,

%100xdiperiksaygRumahJml

syaratmemenuhiygRumahJml=

21. Kegiatan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum (TTU), yaitu

jumlah TTU yang diperiksa dibagi TTU terdaftar,

%100xterdaftarTTUJmldiperiksaTTUJml

=

22. Kegiatan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum (TTU), yaitu

jumlah TTU yang memenuhi syarat dibagi TTU yang diperiksa.

%100xdiperiksaygTUUJml

syaratmemenuhiygTTUJml= . 4

C. KONSEP PEMANTAUAN

Konsep pemantauan kegiatan pemberantasan penyakit menular di

Dinas Kesehatan yaitu dengan melihat hasil/cakupan dari beberapa indikator

kegiatan dan membandingkannya dengan target indikator-indikator yang

telah ditentukan. 9

Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan

pemantauan. Indikator adalah variabel yang menggambarkan keadaan dan

Page 46: Adang Riana

46

dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi indikator yang baik meliputi : sahih (valid), sensitif dan

spesifik, dapat dipercaya (reliable), dapat dimengerti, dapat diukur

(measuable) serta dapat dicapai (achievable). Indikator dapat dikembangkan

di berbagai tingkat, sesuai dengan maksud dan tujuan indikator tersebut. 9

D. SISTEM INFORMASI

1. Pengertian Sistem

Sistem adalah himpunan elemen yang saling berkaitan dan

membentuk suatu aktivitas untuk menghasilkan tujuan tertentu. Informasi

dari hasil pengolahan data sebagai substansi dalam sebuah sistem

disebut sistem informasi. 10

Sistem didefinisikan sebagai sekelompok elemen-elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. 11

Secara lebih rinci dalam Webster’s Dictionary mendefinisikan sistem

adalah serangkaian atau tatanan yang saling berkaitan untuk membentuk

suatu kesatuan atau keseluruhan organik, serangkaian kenyataan,

prinsip, aturan dan lain-lain yang diklasifikasikan dan diatur di dalam

bentuk teratur dengan tujuan memperlihatkan suatu rencana logis yang

menyatukan bagian-bagian yang berbeda. Pengertian sistem ini dapat

dinyatakan sebagai susunan seperangkat unsur yang saling berkaitan

secara teratur, saling melengkapi karena satu maksud, tujuan atau

sasaran. Dalam perkembangannya sistem diperlukan dalam berbagai

kegiatan operasional suatu organisasi dimana dalam organisasi tersebut

terdapat sejumlah komponen yang saling berhubungan yang dapat

mendukung berjalannya sebuah sistem. 12

Page 47: Adang Riana

47

Sistem didefinisikan sebagai suatu tatanan dimana terjadi suatu

kesatuan usaha dari berbagai unsur yang saling berkaitan secara teratur

menuju pencapaian tujuan dalam batas lingkungan tertentu. 13

Dengan pengertian tersebut, maka sistem berfungsi dengan

segala kegiatannya untuk suatu maksud dan tujuan yang jelas, yang

mempunyai komponen-komponen tertentu dan bekerja dalam satu

kesatuan dinamis saling berhubungan, integral, berjenjang, dan

berstruktur.

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem yaitu;

masukan, proses, keluaran, balikan, kontrol dan lingkungan, dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Hubungan Fungsional Komponen Sistem

Bekerjanya suatu sistem merupakan arus transformasi yang

berupaya menghantarkan masukan menjadi keluaran dalam rangka

mencapai tujuan, dengan arus mekanisme proses, kontrol, dan balikan.

Sumber daya yang merupakan komponen input ditranformasi melalui

komponen proses menjadi komponen output. Mekanisme balikan

berfungsi untuk memperbaiki proses alih bentuk masukan menjadi

keluaran. Mekanisme kontrol mengendalikan kerja sistem sehingga

Masukan

Kontrol

Proses

Balikan

Masukan

Lingkungan

Page 48: Adang Riana

48

proses-proses yang dilakukan sistem dapat menghasilkan keluaran

sesuai tujuan, yang mendapatkan informasi dari mekanisme balikan.

2. Pengertian Informasi

Informasi merupakan kumpulan data yang telah diolah dan

disusun secara sitematik untuk tujuan informatif, penarikan kesimpulan,

argumentasi dan sebagai dasar peramalan serta pengambilan

keputusan. 14

Pengertian informasi adalah merupakan proses lebih jauh dari

data dan memiliki nilai tambah, yaitu terdiri dari data yang telah diambil,

diolah atau digunakan untuk memberikan dukungan keterangan serta

sebagai dasar bagi pengambil keputusan. Katagori informasi

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu 1). informasi strategis yang digunakan

untuk mengambil keputusan jangka panjang, 2). informasi taktis yang

dibutuhkan untuk pengambilan keputusan jangka menengah dan 3).

informasi teknis yang dibutuhkan untuk keperluan operasional sehari-

hari. 15

Untuk menentukan apakah informasi yang didapatkan itu

berkualitas, dapat dilihat pada tiga pokok, yaitu akurasi (kejelasan

informasi yang diterima sesuai dengan tujuan), ketepatan waktu

(informasi yang didapatkan harus tersedia tepat waktu), dan relevansi

(informasi yang tersedia harus sesuai dengan permasalahan). 16

Tidak berbeda dengan pendapat tersebut di atas bahwa informasi

yang bermanfaat harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevan (relevance),

tepat waktu (timeliness) dan tepat nilainya atau akurat (accurate).

Keluaran yang tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak dapat

Page 49: Adang Riana

49

dikatakan sebagai informasi yang bermanfaat tetapi merupakan sampah

(garbage). 17

Informasi dan data dapat dibedakan pada maknanya. Informasi

merupakan data yang sudah mengalami proses sehingga mempunyai

makna, berdasarkan makna tersebut maka informasi dapat dimengerti

dan dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan atau bahkan

mengambil keputusan . Data sebagai bahan mentah harus melalui suatu

proses transformasi sehingga menjadi suatu informasi, data dibuat

menjadi bermakna adalah diperlukan tiga komponen siklus pengolahan

data, yaitu komponen input (data), komponen proses dan komponen

output (informasi) yang dapat digambarkan pada gambar 2.1 sebagai

berikut. 18

Gambar 2.2

Transformasi Data Menjadi Informasi

Data yang diperoleh disimpan disimpanan (storage) dalam bentuk

basis data (database) yang nantinya akan digunakan untuk menghasilkan

informasi . Dalam siklus informasi dapat menggambarkan pengolahan

data menjadi informasi dan pemakaian informasi untuk pengambilan

keputusan, sehingga akhirnya dari tindakan hasil pengambilan keputusan

tersebut dihasilkan data kembali, hal ini dijelaskan pada gambar 2.3 19

DATA PROSES INFORMASI

Masukan (Data)

Proses (Model) Keluaran

(Informasi)

Data (ditangkap) Penerima

Tindakan Keputusan

Basis Data

Hasil Tindakan

Page 50: Adang Riana

50

Gambar 2.3 Siklus Informasi

Siregar, Kemal N., (1992) mendefinisikan informasi sebagai data

yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi

yang menerimanya. Proses pengalihbentukan bertitik tolak dari data yang

dikumpulkan dari sumber data, dengan instrumen pengumpulan data

kemudian diolah dan dianalisis/ditafsirkan dengan teknik tertentu.

Kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, gambar dan

sebagainya. Transformasi data menjadi informasi melalui 4 langkah

pengolahan data statistik yang dapat digambarkan sebagai berikut: 13

Gambar. 2.4

Transformasi Data Menjadi informasi Syarat-syarat tentang informasi yang baik lebih lengkap, yaitu : 5

a. Ketersediaan (avability);

Data

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisis Data

Penyajian Data

Informasi

Page 51: Adang Riana

51

Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah

tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi

orang yang hendak memanfaatkannya.

b. Mudah dipahami (comprehensibility);

Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat keputusan,

baik itu informasi yang menyangkut pekerjaan rutin maupun

keputusan-keptusan yang bersifat strategis.

c. Relevan;

Dalam konteks organisisasi, informasi yang diperlukan adalah

yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan

organisasi.

d. Bermanfaat;

Sebagai konsekuensi dari syarat relevansi, informasi juga

harus bermanfaat bagi organisasi.

e. Tepat waktu;

Informasi harus tersedia tepat pada waktunya. Syarat ini

terutama sangat penting pada saat organisasi membutuhkan

informasi ketika manajer hendak membuat keputusan-keputusan yang

krusial.

f. Keandalan (reliability);

Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat

diandalkan kebenaraannya. Pengolah data atau pemberi informasi

harus dapat menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi

yang disajikannya.

g. Akurat;

Page 52: Adang Riana

52

Syarat ini mengharuskan bahwa informasi bersih dari

kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti bahwa informasi harus jelas

dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data

pendukungnya

h. Konsisten;

Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam

penyajiannya karena konsistensi merupakan syarat penting bagi

dasar pengambilan keputusan. 20

3. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah kombinasi orang, peralatan dan prosedur-

prosedur yang diorganisasikan dan berfungsi mengumpulkan,

memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk

mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi.

Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.5 alur kegiatan yang terjadi

pada sistem informasi adalah input, processing dan output. Input adalah

sekumpulan data mentah dalam organisasi maupun luar organisasi untuk

diproses dalam suatu sistem informasi.

Processing adalah konversi/pemindahan, manipulasi dan analisis

input data mentah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi manusia.

Page 53: Adang Riana

53

Gambar 2.5 : Fungsi-Fungsi Suatu Sistem Informasi Output adalah distribusi informasi yang sudah diproses ke

anggota organisasi yang akan menggunakan output tersebut. Informasi

dalam hal ini juga membutuhkan umpan balik (feedback) yakni output

yang dikembalikan ke anggota organisasi yang berkepentingan untuk

membantu mengevaluasi / memperbaiki output.

Sistem informasi menurut Mc. Leod (1995) yang dikatakan sistem

adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama

untuk mencapai tujuan. 11

Susunan dasar meliputi sumber daya input diubah menjadi

sumber daya output. Sumber daya mengalir dari elemen input, melalui

elemen transformasi, ke elemen output. Suatu mekanisme pengendalian

memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut

memenuhi tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada

arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan balik

(feedback loop) yang mendapatkan informasi dari output sistem dan

menyediakan informasi bagi mekanisme pengendalian. Mekanisme

pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik ke sasaran dan

mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu

diubah.

Sistem Informasi (SI) dapat didefinisikan sebagai kumpulan

elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu

kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan

serta mendistribusikan informasi. 21

Page 54: Adang Riana

54

Pengolahan data menjadi informasi merupakan suatu siklus yang

terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :

a. Pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan suatu proses

pengumpulan data yang asli dengan cara tertentu, biasanya

merupakan pencatatan data ke dalam suatu file.

b. Input. Tahap ini merupakan proses pemasukan data dan prosedur

pengolahan data ke dalam komputer melalui alat input seperti

keyboard.

c. Pengolahan data. Tahap ini merupakan tahap dimana data diolah

sesuai dengan prosedur yang telah dimasukkan.

d. Ouput. Hasil pengolahan data akan ditampilkan pada layout, seperti

monitor dan printer sebagai informasi.

e. Distribusi. Setelah proses pengolahan data dilakukan, maka informasi

yang dihasilkan harus segera didistribusikan. Proses pendistribusian

ini tidak boleh terlambat dan harus diberikan kepada yang

berkepentingan, sebab hasil pengolahan data tersebut akan menjadi

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau menjadi

data dalam pengolahan data selanjutnya. 21

4. Pengembangan sistem.

a. Tahap awal sistem.

Suatu sistem dikembangkan berdasarkan suatu kebijakan dan

perencanaan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi

pengguna informasi. Perencanaan sistem menyangkut kebutuhan

dana, tenaga, organisasi dan lain-lain sebagai pendukung

pengembangan sistem.

b. Tahap pengembangan sistem.

Page 55: Adang Riana

55

Pada tahap ini dikembangkan langkah-langkah operasional

sebagai berikut :

1). Analisis sistem, terdiri dari :

a) Identifikasi masalah.

b) Pemahaman kerja sistem.

c) Analisis sistem.

d) Pembuatan laporan hasil analisis.

Ada beberapa penilaian untuk sistem lama agar dalam

pembuatan atau pengembangan sistem baru dapat berjalan

efektif. Menurut Wilkinson (1997), untuk menilai sistem lama

dalam analisis sistem adalah:

a) Relevancy (sesuai kebutuhan).

b) Capacity (kapasitas sistem).

c) Efficiency (efesiesnsi sistem).

d) Timelinnes (ketepatan waktu dalam menghasilkan

infromasi).

e) Accessibility (kemudahan akses).

f) Flexibility (keluwesan sistem).

g) Accuracy (ketepatan nilai sistem).

h) Reliability (keandalan sistem).

i) Security (keamanan sistem).

j) Economy (nilai ekonomis dari sistem).

k) Simplicity (kemudahan sistem dalam penggunaan).

Dengan demikian sistem lama yang dinilai dengan

mudah diketahui kekurangan-kekurangan yang ada dan dapat

diperbaiki dalam sistem yang akan dikembangkan.

2). Desain sistem, terdiri dari :

Page 56: Adang Riana

56

a) Desain model, terdiri dari diagram alur sistem dan diagram

alur data.

b) Desain output, adalah keluaran yang akan didistribusikan

kepada para pengguna.

c) Desain input, didapat dari arus data yang masuk.

d) Desain database, merupakan kumpulan data yang saling

berhubungan.

e) Desain teknik/teknologi, terdiri dari perangkat keras,

perangkat lunak dan teknisi.

f) Desain kontrol, berupa pengendalian sistem.

3). Seleksi sistem.

Merupakan tahap pemilihan perangkat komputer sebagai

pendukung pembentkan pengembangan sebuah sistem.

4). Implementasi sistem, terdiri dari langkah-langkah :

a) Penerapan rencana implementasi.

b) Penerapan kegiatan.

c) Tindak lanjut.

Kegiatan implementasi merupakan kegiatan utama sistem

dalam hal uji coba yaitu dengan melaksanakan pelatihan sumber

daya manusia, pemilihan teknologi komputasi dan ujicoba

program.

c. Tahap manajemen sistem.

Pada tahap ini dilakukan perawatan sistem, dimana sistem

telah dijalankan menggantikan sistem yang lama. Setiap terjadi

kerusakan atau kesalahan dalam sistem, segera diperbaiki.

E. SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)

Page 57: Adang Riana

57

Sistem informasi kesehatan adalah suatu tatanan yang

menghasilkan informasi yang akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan

kebutuhan sebagai bahan masukan bagi para pengelola program untuk

perencanaan, pengawasan, pengendalian serta penilaian dalam upaya

kesehatan.

Dalam sistem informasi kesehatan terdapat 3 (tiga) komponen yang

saling terkait, yaitu masukan,proses dan keluaran, yang dapat digambarkan

berikut. 10

Gambar 2.6 Sistem Informasi Kesehatan

F. SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS)

Sistem Informasi Kesehatan Nasional adalah suatu sistem informasi

kesehatan yang dilaksanakan atau dalam ruang lingkup secara

nasional.Sehingga sistem informasi kesehatan di tingkat Propinsi dan di

tingkat Kabupaten/Kota harus menjadi bagian dari SIKNAS. Namun

demikian SIK di tingkat Propionsi dan di tingkat Kabupaten/Kota juga harus

mampu bergerak dan berjalan atas inisiatif sendiri.

Pengorganisasian dan tata kerja pengelola data kesehatan

Pengolahan data/informasi kesehatan

Penyimpanan data kesehatan

Penyebarluasan informasi kesehatan

Pemanfaatan data/informasi kesehatan

Kebutuhan data/informasi kesehatan

Instrumen pencatatan dan pelaporan data kesehatan

Sumber daya kesehatan

Umpan Balik

Page 58: Adang Riana

58

Berbagai jenis informasi kesehatan nasional yang dibutuhkan antara

lain :

1. Situasi demografi nasional

2. Situasi sosial-ekonomi nasional

3. Situasi keadaan lingkungan baik fisik ,dan biologik

4. Situasi status kesehatan dan profil penyakit nasional

5. Distribusi sebagai situasi tersebut diatas

6. Pembiayaan dan penggunaan biaya pelayanan, tenaga dan program

kesehatan.

Informasi tersebut diatas diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam hal

equety,efektifitas ,efisiensi dari total investasi di sektor kesehatan secara

nasional. 24

G. VISI DAN MISI SIKNAS

Pada saat ini visi dan misi Departemen Kesehatan yang baru adalah

Indonedia Sehat 2010, maka Sistem Informasi Kesehatan (SIKNAS)

menetapkan visi dan misi sebagai berikut :

1. Visi Pengembangan SIKNAS

2. Data harus akurat untuk menunjang Indonedia Sehat 2010, sehingga

dapat diperoleh informasi pembangunan kesehatan yang akurat,

didukung proses yang efektif, efesien sesuai dengan teknologi moderen

untuk sesuatu hasil yang cepat dan tepat.

3. Misi pengembangan SIKNAS.

1) Beroperasinya jaringan komunikasi data kesehatan disetiap tingkat

administrasi

2) Diproduksinya informasi pelayanan kesehatan masyarakat

3) Diproduksinya informasi sumber daya kesehatan

4) Diproduksinya informasi manajemen kesehatan

5) Diproduksinya informasi IPTEK kesehatan

6) Diproduksinya informasi kesehatan bagi masyarakat. 24

Page 59: Adang Riana

59

H. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem informasi

yang terpadu (integrated) untuk menyajikan informasi guna mendukung

fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan

perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen

dan keputusan,dan data base. Keluaran dari sistem ini, utamanya ditujukan

bagi manajemen di tingkat taktis. Disamping itu sifatnya lebih banyak

menghasilkan informasi mengenai kondisi internal organisasi, daripada

kondisi eksternalnya.

Sedangkan manajemen itu sendiri secara operasional dapat

didefinisikan bahwa suatu proses mengkoordinasi, mengintegrasikan,

menyederhanakan dan mensinkronisasikan sumber daya manusia, material

dan metode (Men, Material, Methods/3M) dengan mengaplikasikan fungsi-

fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggiatan,

pengawasan dan lain-lain agar tujuan orgaisasi dapat tercapai secara efisien

dan efektif.

Sistem yang sederhana dapat dilaksanakan secara manual. Tatapi

apabila suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) semakin komplek, maka

tanpa bantuan komputer tidak dapat dilaksanakan. Apalagi manajemen saat

ini sangat memerlukan informasi dalam waktu yang cepat untuk pengambilan

keputusan, karena sangat berkaitan dengan peluang atau kesempatan

bisnisnya.

Sistem Infimasi Manajemen (SIM) digambarkan sebagai sebuah

piramida yang menggambarkan tingkatan manajemen dengan kebutuhan

Page 60: Adang Riana

60

informasi yang berbeda-beda, seperti dapat dilihat pada gambar 2.10 di

bawah ini : 14

Gambar 2.7 : Sistem Informasi Manajemen

Untuk manajemen puncak, SIM digunakan untuk perencanaan

strategis. Pada manajemen menengah (manajemen taktis), SIM digunakan

untuk pengelolaan dan pengaturan pada area organisasi. Sedangkan pada

manajemen rendah (operasional), SIM digunakan untuk perencanaan

operasional, pengambilan keputusan dan pengendalian.

I. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN

Dalam pengertian pembangunan kesehatan, manajemen kesehatan

dipandang sebagai salah satu unsur dari 3 (tiga) unsur pembangunan

Page 61: Adang Riana

61

kesehatan. Unsur-unsur tersebut secara keseluruhan adalah pelaksanaan,

pembinaan atau manajemen dan pengembangan upaya kesehatan.

Manajemen kesehatan mempunyai 3 (tiga) fungsi pokok, yaitu (1)

Perencanaan, (2) Penggerakkan, Pelaksanaan; (3) Pengendalian,

Pengawasan dan Penilaian upaya kesehatan. Fungsi tersebut merupakan

fungsi manajemen yang dilakukan secara berurutan. Terdapat fungsi

manajemen lain yang dilakukan setiap saat secara terus menerus, yaitu :

pengambilan keputusan, komunikasi dan analisis.

Sistem informasi manajemen kesehatan terdiri dari komponen input,

proses dan output. Komponen input meliputi data yang akurat, lengkap dan

reliabel. Komponen proses meliputi transformasi data yang dikumpulkan dan

dianalisa menjadi informasi dan disajikan dalam format yang mudah

dipahami. Output dari sistem informasi manajemen kesehatan adalah

penggunaan informasi oleh pengguna yang membutuhkan untuk

pengambilan keputusan melalui indikator-indikator dalam upaya

meningkatkan pelayanan kesehatan.

Sistem informasi pencatatan dan pelaporan pemberantasan penyakit

dan penyehatan lingkungan merupakan bagian dari sistem informasi

manajemen kesehatan dalam lingkup Bidang Pemberantasan Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (P2PL), yang ikut memberikan kontribusi dalam

pengambilan keputusan strategis, taktis maupun operasional di Dinas

Kesehatan. Begitu pentingnya posisi tersebut maka perlu diadakan

pembenahan sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. 10

J. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

Teori informatika menekankan bahwa agar benar-benar mampu

memberikan dukungan kepada proses pemantauan, pengambilan keputusan

Page 62: Adang Riana

62

manajerial, informasi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi harus memenuhi

persyaratan ketelitian (akurasi), ketepatan waktu, kelengkapan, keringkasan

dan kesesuaian serta mudah ditelusuri dari tempat penyimpanannya apabila

dibutuhkan. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan pengembangan

sistem informasi yang sesuai.

Pendekatan dalam pengembangan sistem informasi berdasarkan

hipotesis yang dikenal saat ini adalah metode FAST (Framework for the

Application of System Teckniques).

Adapun tahap-tahap pengembangan sistem dengan metode FAST,

yaitu : 14

1. Investigasi Awal (Freminary Investigation)

a. Mengetahui ruang lingkup pengembangan sistem informasi

b. Studi kelayakan untuk menganalisis masalah. Peluang dan tujuan

pengguna

2. Analisis Masalah (Problem Analyisis)

a. Mengumpulkan data awal pengembangan sistem informasi yang

berkaitan dengan organisasi, pengguna, prosedur kerja dan

lingkungan kerja

b. Studi tentang dokumen sistem informasi, yaitu arus dokumen, cara

menyiapkan dokumen, format dokumen, dan klasifikasi dokumen

3. Analisis Kebutuhan (Requirement Analyisis)

Mendefinisikan informasi yang dibutuhkan atau kebutuhan output yang

diharapkan pengguna dari sistem baru.

4. Analisis Keputusan (Desision Analysis)

Page 63: Adang Riana

63

Menetapkan pilihan sistem yang paling layak dikembangkan sebagai

solusi pemecahan masalah yang ada dengan mempertimbangkan

sumber daya yang dimiliki.

5. Perancangan Sistem (Design System)

Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem informasi untuk mengatasi

masalah yang berkaitan dengan kebutuhan informasi. Kegiatan yang

dilakukan, yaitu perancangan basis data, perancangan input,

perancangan output, dan perancangan interface.

6. Membangun Sistem Baru (Contruction)

Menterjemahkan hasil rancangan ke dalam program komputer, dengan

menggunakan bahasa pemograman tertentu sesuai dengan sumber daya

yang tersedia termasuk hardware dan software.

7. Implementasi Sistem Baru (Implementation)

Menerapkan sistem informasi yang telah dibangun dan menjelaskan

kepada pengguna tentang tata cara pengoperasian dari sistem tersebut

serta mengukur kualitas informasi yang dihasilkan. 14

K. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA (SMBD)

Pada pengelolaan file secara manual maupun pemrosesan file secara

tradisional, biasanya suatu organisasi melaksanakan manajemen data

sendiri-sendiri pada setiap divisi. Kegiatan tersebut kurang efektif dan efisien,

karena : terjadinya pengulangan data (data redudancy), ketergantungan

program-data, kurang fleksibel, kurang aman, sulitnya mengakses data antar

divisi.

Dengan teknologi basis data masalah-masalah di atas dapat diatasi.

Sistem manajemen basis data (Database Management System/DBMS)

adalah suatu sistem yang memungkinkan organisasi memusatkan data,

Page 64: Adang Riana

64

mengelola data dengan efisien dan menyediakan akses data yang tersimpan

dalam program aplikasi.

Untuk membuat SMBD diperlukan desain konsep dan fisik. Desain

konsep dari basis data adalah dengan model abstrak dari perspektif

organisasi. Desain fisik menunjukkan basis data yang sebenarnya disusun

dalam alat simpan dengan akses langsung. Konsep desain basis data

menggambarkan elemen-elemen data di dalamnya dikelompokkan . 28

Gabungan antara basis data dan perangkat lunak SMBD termasuk di

dalamnya program aplikasi yang dibuat bekerja dalam satu sistem

selanjutnya disebut sistem basis data, seperti dapat dilihat pada gambar 2.8

berikut : 25

Gambar 2.8 : Konsep Sistem Basis Data

Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan

sistem manajemen basis data, seperti dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah

ini :

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian SMBD

KEUNTUNGAN KERUGIAN

Page 65: Adang Riana

65

Praktis dan cepat Mengurangi kejemuan Tepat waktu / Up to Date Pemusatan kontrol data Pemakaian data bersama Data yang bebas Mudah membuat program aplikasi baru

Pemakaian secara langsung Mengurangi redudansi Pandangan pemakai

Biaya pengadaan perangkat keras dan lunak mahal

Biaya pemeliharaan mahal Mebutuhkan sumber daya

manusia yang handal Karena sistem kompleks,

semakin mudah terjadi kesalahan

L. PEMODELAN SISTEM

Model sistem sangat berperan dalam pengembangan sistem. Bila

analisis sistem menemukan masalah yang tidak terstruktur, maka salah satu

cara untuk mengatasinya adalah dengan pengembangan suatu model. Model

biasanya dibangun dari sistem yang sudah ada, dengan tujuan untuk

memahami sistem yang lebih baik.

1. Model Sistem 14

Dalam mengembangkan suatu sistem terdapat dua jenis model

yang digunakan, yaitu :

a. Model logika, memperlihatkan apa yang dilakukan sistem tanpa

melihat bagaimana proses tersebut dilaksanakan, baik secara manual

maupun komputerisasi. Model logika memperlihatkan proses-proses

yang diperlukan, aliran data, data yang dibutuhkan, dan input sistem.

b. Model fisik, tidak hanya memperlihatkan bagaimana sistem tersebut

diimplementasikan, baik secara fisik maupun secara teknik tetapi

memperlihatkan proses secara kompleks, yaitu proses-proses yang

dilaksanakan, urutan-urutan proses, data yang digunakan untuk

proses, bagaimana proses dilakukan, formulir, dan batasan proses

manual dan otomatik.

2. Karakteristik Pemodelan Sistem 14

Page 66: Adang Riana

66

Terdapat beberapa karakeristik pemodelan sistem, tetapi

sebaiknya pemodelan sistem dibuat dalam bentuk grafis, dapat diamati

dengan pola top-down, memenuhi persayaratan minimal redundancy, dan

dapat mempresentasikan tingkahlaku sistem.

Perangkat-perangkat yang diperlukan dalam pemodelan sistem

adalah :

a. Statement of Purpose (Tujuan)

Berisis deskripsi tekstual fungsi dari sistem bagi semua tingkatan

manajemen yang tidak terlibat langsung dalam pengembangan

sistem. Statement of Purpose tidak untuk dideskripsikan secara detail.

b. Data Flow Diagram Context Level (diagram kontek)

Menggambarkan sistem sebagai jaringan kerja antar fungsi yang

berhubungan satu sama lain, dengan aliran dan penyimpanan data.

Tahap-tahap yang dilakukan adalah menggambarkan terminator,

aliran data, aliran kontrol, penyimpanan dan proses tunggal yang

menggambarkan keseluruhan dari sistem.

c. Event List (daftar kejadian)

Daftar kejadian adalah daftar narasi stimulasi yang terjadi dalam

lingkungan yang memberikan respons pada sistem. Daftar kejadian

digambarkan dalam bentuk tekstual yang sederhana.

d. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram diperkenalkan oleh DeMarco-Yourdon pada tahun

1978 dan Gane Sarson tahun 1979. DFD merupakan perangkat

analisis untuk menggambarkan fungsi sistem yang berhubungan satu

dengan yang lain sesuai aliran dan penyimpanan data dengan

komponen sebagai berikut :

1) Proses

Page 67: Adang Riana

67

Proses menunjukkan transformasi dari masukkan menjadi

keluaran

2) Aliran

Aliran digunakan untuk menggambarkan gerakan data atau

informasi dari bagian satu ke bagian yang lain.

3) Penyimpanan

Kompnen ini dipakai untuk memodelkan lokasi tempat

penyimpanan data.

4) Terminator

Komponen ini mewakili entitas luar dimana sistem berkomunikasi.

Notasi ini melambangkan organisasi atau kelompok orang yang

direpresentasikan. 14

e. Kamus Data (Data Dictionary)

Kamus Data berfungsi untuk membantu sistem aplikasi secara

rinci dan mereorganisasi semua elemen data yang digunakan dalam

system secara presisi sehingga pemakai dan penganalisis system

mempunyai dasar yang sama tentang masukan, keluaran,

penyimpanan dan proses. Kamus data mendefinisikan elemen data

dengan fungsi sebagai berikut : 26

1) Menjelaskan arti aliran data dan penyimpanan dalam DFD.

2) Mendeskripsikan komposisi paket data yang bergerak melalui

aliran

3) Mendeskripsikan komposisi penyimpanan data

4) Menspesifikasikan nilai dan satuan yang relevan bagi

penyimpanan data

Page 68: Adang Riana

68

5) Mendeskripsikan hubungan rinci antar penyimpanan yang akan

menjadi titik perhatian dalam diagram E-R.

f. Model E-R (Entity-Relationship Model)

Cara pemodelan data merupakan salah satu dari implementasi

pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) yang paling

umum digunakan. Entity-Relationship digunakan untuk memodelkan

struktur data dan hubungan antar data. Dalam pemodelan ini

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 25

1) Memilih entity-entity yang akan disusun dalam basis data dan

tentukan hubungan antar entity yang telah dipilih.

2) Melengkapi atribut-atribut yang sesuai pada entity dan hubungan

sehingga diperoleh bentuk table normal penuh.

g. Model Normalisasi (Normalisation Model)

Normalisasi adalah proses pengelompokkan elemen data ke

dalam table yang menggambarkan entity-entiti dan relasi-relasinya,

serta memberikan panduan yang sangat membantu bagi

pengembang untuk penciptaan struktur tabel yang kurang fleksibel

atau mengurangi ketidakefisienan 26 . Sebuah tabel dapat

dikategorikan baik (efisien) atau normal jika memenuhi kriteria berikut

:

1) Jika ada dekomposisi (penguraian) table, maka dekomposisinya

harus dijamin aman (Lossless-Join Decomposition).

2) Terpelihara ketergantungan fungsional pada saat perubahan data

(Dependency Preservation).

3) Tidak melanggar Boyce-Code Normal Form (BCNF). Suatu relasi

memenuhi BCNF jika dan hanya jika setiap determinan yang ada

Page 69: Adang Riana

69

pada relasi tersebut adalah kunci kandidat. Determinan adalah

suatu atribut dimana satu atau lebih atribut tergantung secara

fungsional. 26

Adapun tahap-tahap dari normalisasi adalah sebagai berikut : 26

1) Bentuk tidak normal (unnormalized Form), merupakan kumpulan

data yang akan direkam dalam bentuk apa adanya sesuai

kedatangannya, tidak ada keharusan mengikuti sutu format

tertentu, dapat tidak lengkap atau masih terduplikasi.

2) Bentuk normal kesatu (1NF/First Normal Form), bentuk ini

memiliki ciri sebagai berikut :

a) setiap data dibentuk dalam file rata atau datar.

b) data dibentuk dalam satu record demi satu record.

c) nilai tiap field merupakan atomic value, artinya field yang

masih memiliki sifat induknya dan apabila dipisahkan maka

tidak akan mempunyai sifat induknya.

3) Bentuk normal kedua (2 NF/second normal form), syarat pada

bentuk ini adalah :

a) bentuk data telah memenuhi bentuk normal kesatu.

b) atribut bukan kunci bergantung secara fungsi pada kunci

utama (primary key).

c) sudah ditentukan kunci-kunci field yang unik dan dapat

mewakili atribut yang menjadi anggotanya.

4) Bentuk normal ketiga (3NF/third normal form), mempunyai syarat-

syarat pada bentuk ini adalah :

a) hubungan antar file (relasi) harus sudah memenuhi syarat

normal kedua.

Page 70: Adang Riana

70

b) setiap atribut bukan kunci harus bergantung penuh pada kunci

utama.

5) Boyce-Codd normal form (BCNF), untuk menjadi bentuk ini relasi

sudah dalam bentuk normal ketiga dan setiap atribut harus

bergantung fungsi pada kunci utama.

M. PERANCANGAN SISTEM

1. Rancangan Model

Agar dapat menggambarkan aliran data dari sistem yang akan

dibuat serta agar bisa menjelaskan kepada pengguna (User) mengenai

fungsi-fungsi sistem informasi secara logika akan bekerja perlu disusun

suatu model logika (Logical Model). Logical model tersebut dapat

digambar dengan menggunakan diagram arus data (DAD).

Model ini menggambarkan sistem sebagai jaringan kerja antar

fungsi yang berhubungan satu sama lain dengan aliran dan penyimpanan

data. Pertama kali digunakan pada rekayasa perangkat lunak sebagai

notasi untuk memperlajari desain sistem, dengan menggunakan notasi

graph theory yang selanjutnya menjadi notasi yang

mengimplementasikan kebutuhan pemakai sistem.

Untuk memetakan model lingkungan yang terdapat dalam DAD,

dibuat diagram konteks. Aliran dalam diagram konteks memodelkan

masukan ke sistem dan keluaran dari sistem. Pembuatan diagram

konteks yang benar akan mengurangi aliran data yang tidak perlu dan

penting sebagai acuan dalam pembuatan DAD selanjutnya.

Diagram konteks dimulai dengan penggambaran terminator, aliran

data, aliran kontrol, penyimpanan dan proses tunggal yang

mempresentasikan keseluruhan sistem. Bagian termudah adalah

Page 71: Adang Riana

71

menetapkan proses yang hanya terdiri dari satu segi empat dengan ujung

melengkung dan diberi nama yang mewakili sistem.

Terdapat berbagai macam notasi yang digunakan untuk membuat

DAD. Dalam penelitian ini digunakan notasi dan komponen Diagram

Aliran Data menurut Gane-Sarson, seperti dapat dilihat pada tabel berikut

:

Tabel 2.2 Notasi dan komponen Diagram Aliran Data menurut Gane-Sarson

Komponen DAD Notasi Keterangan

Proses

Transformasi dari masukan menjadi keluaran

Aliran Data

Gerakan paket data atau informasi dari satu bagian ke bagian lain dari sistem

Page 72: Adang Riana

72

Penyimpanan

Lokasi data disimpan

Terminator

Mewakili entiti luar dimana sistem berkomunikasi

Untuk mendeskripsikan proses pada level yang paling dasar DAD

digunakan Spesifikasi Proses (Process Specification). Model ini berfungsi

mendiskripsikan yang dilakukan sistem ketika masukan ditransformasi

menjadi keluaran. Model inilah yang menjelaskan pola kerja dalam setiap

lingkaran. Terminologi dalam komputasi dideskripsikan dengan kata kerja

seperti : Cari (find, search atau locate); Jumlahkan (add); Tulis (display

atau write).

DAD yang telah dibuat masih belum menunjukkan fungsi-fungsi

dari sistem. Untuk lebih menekankan fungsi-fungsi yang harus

diselesaikan oleh program diperlukan HIPO (Hirarchy plus Input-Proses-

Output). Fungsi-fungsi dari sistem digambarkan oleh HIPO dalam tiga

tingkatan, salah satunya yaitu Visual Table of Content, yang

mengambarkan hubungan dari fungsi-fungsi sistem secara berjenjang.

2. Rancangan Input

Untuk memasukkan data ke dalam sistem informasi baru yang

terkomputerisasi, diperlukan alat-alat input. Secara umum alat-alat

tersebut adalah keyboard dan mouse. Desain input disesuaikan dengan

proses input secara langsung yang terdiri dari 2 (dua) tahapan utama,

yaitu :

Page 73: Adang Riana

73

a. Penangkapan data (data capture), yaitu proses mencatat kejadian

nyata yang terjadi akibat transaksi yang dilakukan oleh organisasi ke

dalam dokumen dasar. Untuk proses ini diperlukan perancangan form.

b. Pemasukan data (data entry), yaitu proses membacakan atau

memasukkan data ke dalam computer. Untuk proses ini diperlukan

perancangan antarmuka (interface)

Untuk tahap desain input secara umum, analis perlu menentukan

kebutuhan input dari system baru dengan melalui pembuatan DAD

(Diagram Alir Data) serta menentukan parameter input, meliputi bentuk

input (dokumen dasar atau antarmuka), sumber input, volume dan

periode.

3. Rancangan Output

Output (keluaran) adalah produk dari system informasi yang dapat

dilihat. Output dapat berupa hasil di media keras (kertas, mikrofilm,

hardisk, disket) maupun hasil di media lunak (berupa tampilan di layar

monitor). Format dari output dapat berupa keterangan-keterangan

(narrative), tabel maupun grafik.

Untuk tahap desain output secara umum, analis perlu menentukan

kebutuhan output dari sistem baru dengan melalui pembuatan DAD

(Diagram Alir Data) serta menentukan parameter output, meliputi format

output (media kertas atau layar monitor), distribusi output, volume dan

periode.

4. Rancangan Basis Data

Untuk mendesain basis data, analis perlu mendefinisikan terlebih

dahulu file-file yang diperlukan oleh system, dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Menentukan kebutuhan file basis data

Page 74: Adang Riana

74

File yang dibutuhkan dapat ditentukan dari DAD system baru yang

telah dibuat.

b. Menentukan parameter file basis data

Setelah file-file yang dibutuhkan telah dapat ditentukan, maka

parameter dari file selanjutnya dapat juga ditentukan. Parameter ini

meliputi : tipe dari file (file induk, transaksi, dan sebagainya); media

file (hardisk, disket); organisasi file (file tradisional, organisasi basis

data); filed kunci dari file.

5. Rancangan Antar Muka (User Interface)

Rancangan antar muka (dialog layar terminal interface)

merupakan rancang bangun dari percakapan antara pemakai sistem

dengan komputer. Percakapan ini terdiri dari proses memasukkan data ke

dalamnya (input), menampilkan keluaran (output) informasi, atau dapat

keduanya.

Terdapat beberapa strategi dalam membuat antar muka, yang

dapat digunakan bersama-sama atau sendiri-sendiri, diantaranya adalah

Menu, kumpulan instruksi dan dialog pertanyaan/jawaban. Pada

penelitian ini difokuskan pada strategi menu, sebab lebih familiar

(kebanyakan pengguna biasa memakai Microsoft Windows)

6. Rancangan Pengendalian

Pengendalian yang diterapkan pada sistem informasi sangat

berguna untuk mencegah atau menjaga terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan, sehingga sistem akan dapat terus melangsungkan hidupnya.

Pengendalian sistem dapat dikatagorikan dalam 2 (dua) bagian besar,

yaitu pengendalian secara umum (pengendalian organisasi, dokumentasi,

perangkat keras, keamanan fisik, keamanan data dan komunikasi) dan

Page 75: Adang Riana

75

pengendalian aplikasi (pengendalian masukkan, pengolahan dan

keluaran. 26

N. JARINGAN

Pertukaran informasi atau lebih dikenal dengan istilah komunikasi

data selalu terjadi pada organisasi baik dalam suatu bangunan maupun antar

bangunan, dengan bertambahnya sarana computer dan perkembangan

teknologi komunikasi yang semakin maju serta kompleknya permasalahan

yang dihadapi, maka peranan komputer jaringan sebagai alat komunikasi

data sangat dibutuhkan keberadaanya. Dengan adanya system on-line yang

menerima langsung input pada area dimana input tersebut direkam, dan

menghasilkan output yang dapat berupa hasil komputasi pada area dimana

mereka dibutuhkan. 27

Beberapa keuntungan Local Area Network (LAN) anatara lain ;

Menaikan produktivitas kerja, Meningkatkan cara berkomunikasi dan

penyaluran informasi/data dari suatu tempat ke tempat lain, Meningkatkan

otomatisasi kantor/organisasi, Mengatasi kendala perbedaan jarak dan waktu

dalam penyajian dan pemenuhan kebutuhan informasi (resource sharing).

1. Perangkat komunikasi data.

Perangkat konunikasi data pada umumnya terdiri dari komputer

sebagai host, kabel penghubung, penghubung/ repeater/ HUB dan

perangkat tambahan (printer dan modem)

Host adalah suatu mesin komputer yang berfungsi sebagai

pengendali pokok di dalam duatu jaringan (server). Terminal adalah

perkakas didalam jaringan computer yang berfungsi untuk mengirim,

menerima atau merubah data. Repeater/Hub merupakan alat

penghubung antar komputer yang jaraknya cukup jauh, perkakas tersebut

berfungsi untuk menerima data pada sebuah simpul dan

Page 76: Adang Riana

76

menstransmisikannya dalam bit demi bit ke simpul yang lain dengan

kecepatan sama ketika data itu diterima.

Gambar : 2.9 : Implementasi Hub pada Network

2. Topologi Jaringan

Berdasarkan fungsinya ada dua macam topologi jaringan : Topologi Fisik

dan Topologi Logik.

Topologi Fisik adalah cara yang digunakan untuk menghubungkan

workstation-workstation didalam LAN tersebut. Sebenarnya ada banyak

topologi jaringan komputer, namun yang sering didengar pada umumnya

berkisar pada 3 bentuk topologi jaringan komputer, yaitu Bus, Star dan

Ring.

Pada topologi Bus, jaringan komunikasi data diibaratkan sebagai

sebuah medium transmisi dan semua workstation terhubung ke jalur

komunikasi tersebut. Data yang dikirim disalurkan melalui semua terminal

pada sebuah jalur linier, bila alamat terminal tidak sesuai dengan alamat

pada informasi yang dikirim maka informasi tersebut akan diabaikan dan

diteruskan ke work station berikutnya 29).

Page 77: Adang Riana

77

Gambar : 2.10 Topologi Bus

Pada topologi Star, sebuah terminal induk berfungsi sebagai

pengatur dan pengendali keseluruh komunikasi data yang berlangsung

dalam jaringan (server). Terminal-terminal yang lain dihubungkan dengan

terminal induk, komunikasi datanya dengan mengatur jalur komunikasi

pada dua terminal atau lebih oleh terminal induk.

Bentuk topologi Star dapat dilihat pada gambar 2.11 :

iMac

Gambar : 2.11 Topologi Star

Sedangkan pada topologi Ring, setiap terminal/work station

dihubungkan secara langsung ke terminal sehingga hubungan anatar

komputer membentuk sebuah lingkaran. Data yang dikirim akan diperiksa

alamatnya oleh terminal yang dilewati data tersebut. Jika data yang

dikirim tersebut belum menemukan terminal yang dituju maka data

Page 78: Adang Riana

78

tersebut akan terus berputar sampai menemukan alamat terminal

tujuannya.

Bentuk topologi Ring dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar :2.12 Topologi Ring

3. Manfaat jaringan Komputer ;

a. Jaringan untuk Perusahaan (sharing resources)

b. Jaringan untuk Umum (internet dan aplikasinya)

c. Jaringan untuk keperluan sosial (news group)

4. Perangkat keras Jaringan

a. Local Area Network (LAN)

b. Metropolitan Area Network (MAN)

c. Wide Area Network (WAN)

d. Jaringan Tanpa Kabel

e. Internet Work

f. Personal Area Network (PAN)

5. Perangkat Lunak Jaringan

a. Hirarki Protokol

b. Desain Layer

c. Interface dan Layanan

d. Layanan Connection Oriented & Connectionless

Page 79: Adang Riana

79

e. Service Primitive

f. Hubungan Layanan dengan protokol

6. Model-Model Referensi

a. OSI

b. TCP / IP

c. Perbadingan OSI vs TCP / IP

7. Contoh-Contoh Jaringan

a. Novell Network

b. Arpa Net

c. NBF Net

d. Inetrnet

O. LOCAL AREA NETWORK (LAN)

Local area Network (LAN) adalah suatu network yang terbatas dalam

jarak / area setempat (lokal). Bila jarak yang harus dijangkau kurang atau

tidak terlalu jauh dalam network maka dapat digunakan benluk LAN. Network

ini banyak digunakan dalam satu perusahaan yang menghubungkan antara

departemen-departemen dalam 1 gedung. LAN berbeda dengan external

network, LAN dapat menggunakan kabel untuk transmisi datanya (sebagai

link) sedang eksternal network masih perlu menggunakan jalur-jalur

komunikasi tambahan misalnya telepon, satelit dan lain-lainnya. Biasanya

LAN berbentuk star network atau bus network. Node di dalam LAN dapat

berupa komputer mikro atau komputer mini. Node ini dapat berfungsi sebagai

workstation dan sebagai file server atau network server. Workstation

berfungsi sebagai terminal dan file server berfungsi sebagai penyedia data

yang terpusat.(LAN)

1. Kecepatan Local Area Network

Page 80: Adang Riana

80

Transmisi data dalam LAN mempunyai kecepatan yang berbeda-

beda dan dapat dikatagorikan sebagi beriukut ini.

a. High speed network.

Kapasitas transmisi data lebih besar dari 20 MBps (Mega Bit per

second atau juta bit per detik) yang biasanya diterapkan dalam LAN

untuk mainframe computer yang besar.

Contoh :

1) Loosely Coupled Network (Control Data Coorporation)

2) Hyperchennel ( Network System Coorporation)

b. Medium speed network

Kapasitas transimi data sekitar 1 M Bps – 20 M Bps yang biasanya

diterapkan untuk mainframe computer yang kecil atau minicomputer.

Contoh :

1) Ethernet dikembangkan oleh Xerox bekerja sama dengan Intel

dan Digital Equipment Corporation (DEC), kecepatan 1 MBps

memakai coaxil cable dan dapat menghubungkan sistem

komputer Xerox dengan mesin copy Xerox dan dengan alat-alat

lain. Network ini berfungsi topologi bus network.

2) ARC Net oleh Datapoint Coorporation

3) Wangnet oleh Wang Laboratories

4) LocalNet oleh Systex

5) CableNet oleh Amdax

c. Low speed PC network

Kapasitas transmisi data lebih kecil dar 1 MBps, biasanya diterapkan

untuk personal computer.

Contoh:

Page 81: Adang Riana

81

1) Omminet oleh Corvus Systems yang dapat menghubungkan

komputer IBM PC, Apple, Radio Shack, DEC, Texas Instrument

untuk bersama sama menggunakan hard disk dan peripheral

device lainnya. Bentuk network adalah bus network.

2) Constellation oleh Corvus System, fungsi sama dengan Omminet

tapi berbentuk star network.

3) Cluster One dari Nectar System’s khusus untuk komputer Aplle

yang berbentuk bus network.

4) Apple Talk oleh Apple Coorporation untuk hubungan antara

komputer. Apple Macintosh dengan IBM PC dan peripheral

lainnhya seperti misalnya laser komputer.

2. Perbedaan Local Area Network dengan single-user dan multi-user

LAN berbeda dengan single-user system dan multi user system.

LAN mempunyai kemampuan gabungan dari keduanya. Berikut ini akan

diuraikan perbedaannya.

a. Single-user

Sesuai dengan namanya, single-user system hanya

memungkinkan seorang pemakai pada saat yang tertentu untuk

mengakses sistem. Semua sumber-sumber daya sistem (hard disk,

diskette, pita magnetik, printer, memori internal, program atau data)

dari sistem ini hanya tersedia untuk seorang pemakai saja pada saat

yang tertentu, tidak dapat dibagi kepada dibagi kepada pemakai yang

saja yang dapat dilayani pada saat tertentu. Sistem ini ada juga yang

dapat memproses lebih dari sebuah pekerjaan pada saat yang sama.

Kemampuan ini disebut dengan Multitasking. CPU dari sistem ini akan

membagi waktunya antara beberapa pekerjaan bergantian, tetapi

tetap hanya untuk seorang pemakai saja pada saat tertentu. Contoh

Page 82: Adang Riana

82

dari single-user sistem adalah komputer mikro yang berdoidir sendiri

tidak dihubungkan dengan komputer lainnya

b. Multiuser system

Multiuser system timbul dari komputer mainframe besar yang

dirancang sehingga beberapa pemakai pada waktu yang bersamaan

dapat menggunakannya serentak. Multiuser system menggunakan

tehnik time-sharring, yaitu CPU akan membagi waktunya secara

bergiliran untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dari beberapa

pemakai pada saat yang sama. Pada sistem ini, memori internal

komputer juga dibagi-bagi untuk semua pemakaia yang sedang

menggunakan sistem. Demikian juga dengan sumber-sumber daya

lainnya dari sistem ini dapat juga digunakan bersama-sama oleh

semua pemakai sistem.

c. Local Area Netwrok (LAN)

LAN mempunyai gabungan dari single user system, yaitu tiap-

tiap pemakai mempunyai mesin dengan CPU tersendiri dan multiuser

system, yaitu semua sumber-sumber daya system dapat digunakan

bersama-sama oleh semua pemakai. Demikian LAN mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan dengan singleuser system dan

multiuser system, yaitu sebagai berikut ini :

1) Di single-user system, semua sumber daya hanya dapat

digunakan oleh seorang pemakai sajaq , pada saat tertentu,

sedang LAN mempunyai kemampuan dari multiuser syste, yaitu

sumber-sumber daya ini dapat digunakan oleh semua pemakai

pada saat yang sama.

2) Di Multiuseer system, beberapa pekerjaan dilakukan oleh CPU

secara bergilir, sehingga bila terdapat beberapa pemakai yang

Page 83: Adang Riana

83

cukup banyak, waktu proses masing-masing pemakai akan cukup

lama. LAN mempunyai kemampuan seperti single single-user

system, yaitu pekerjaan masing-masing pemakai dilakukan di

CPU mesinnya masing-masing, sehingga hampir tidak ada waktu

tunggu mengerjakan giliran pekerjaan pemakai lainnya. Di LAN,

data dan program yang diambil dari komputer induk (file server)

akan diletakkan di memori masing-masing komputer pemakai

(workstation) dan proses akan dilakukan di masing-masing

workstation ini.

3) Keamanan dari LAN seaman di multiuser system, yaitu LAN

menyediakan juga password dan pembatasan akses bagi masing-

masing pemakai yang tidak berhak.

LAN menerapkan hubungan antara komputer dengan

komputer secara langsung lewat kabel, tidak lewat media

telekomunikasi. Transfer data antara komputer dengan komputer

lewat kabel dapat berkisar dari 1 (satu) mbps sampai dengan lebih 20

mbps (20.000.000 bps). Misalnya anda mempunyai suatu dokumen

sebesar 5000 kata dan rata-rata tiap-tiap kata terdiri dari 10 karakter

termasuk spasinya. Ini berarti dokumen anda terdiri dari 50.000

karakter dan bila tiap-tiap karakter terdiri dari dari 8 bit, maka

dokumen tersebut teridiri dari 400.000 bit.

LAN merupakan suatu bentuk network yang mempunyai

karakteristik khusus. LAN merupakan jaringan kerja paling sedikit dua

buah komputer, sedang network dapat berupa jaringan kerja dua

buah komputer atau lebih atau sebuah komputer dengan alat-alat

peripheral lainnya. LAN merupakan DDP network dalam area yang

lokal.

Page 84: Adang Riana

84

P. KERANGKA TEORI

Gambar 2.13 Kerangka Teori

Page 85: Adang Riana

85

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Penelitian meliputi :

a. Aksesibilitas

b. Mudah difahami

c. Relevan

d. Manfaat dari informasi

e. Ketepatan waktu pelaporan

f. Realiabel

g. Akurasi

h. Konsistensi laporan

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada perbedaan kualitas informasi sebelum dengan sesudah

penerapan Sistem Informasi yang dikembangkan dalam hal ketepatan

waktu, relevan, akurasi, manfaat, dan kemudahan pemahaman.

C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Page 86: Adang Riana

86

Gambar 2.14 Kerangka Konsep Penelitian

D. RANCANGAN PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif,

penelitian kualitatif dipakai untuk mengumpulkan informasi Bidang P2PL

guna mengembangkan sistem informasi, dengan metode wawancara

mendalam, yaitu suatu cara mengumpulkan data/informasi dengan cara

langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud

mengembangkan sistem informasi yang sekarang berlaku.

Page 87: Adang Riana

87

Sedangkan penelitian kuantitatif dilakukan untuk membuktikan

adanya perbedaan kualitas informasi bidang P2PL sesuai standar

pelayanan minimal untuk menudukung pemantauan sebelum dan

sesudah dikembangkan sistem informasi yang baru.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pra Eksperimental,

yaitu untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah sistem yang

baru dijalankan tanpa menggunakan kontrol.

3. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Pendekatan waktu pengumpulan data dipergunakan studi cross sectional,

yaitu semua pengumpulan data dilakukan pada saat yang sama.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu dengan cara :

a. Wawancara mendalam dengan menggunakan kuisioner terbuka.

b. Observasi dengan menggunakan checlist

5. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian meliputi Pengelola pencatatan dan pelaporan dan

pemegang manajemen strategis di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya yaitu Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, Kepala Bidang

Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan serta Kepala

Dinas Kesehatan.

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yaitu sistem informasi yang sedang berjalan saat ini,

yang digunakan pada Bidang P2PL.

6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Page 88: Adang Riana

88

a. Basis data adalah kumpulan file-file data yang mencakup data yang

dilaporkan oleh Puskesmas setiap bulan ke Bidang P2PL Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya dengan menggunakan format khusus

yang telah dirancang sesuai kebutuhan dan dikelola oleh pengelola

pencatatan pelaporan di Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya mencakup berbagai data dan dapat dibagi menjadi dua

jenis basis data, yaitu basis data mencakup data dasar (demografi),

dan data kegiatan sesuai indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal

(SPM), terdiri dari :

1) Data kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit yang

dapat dicegah dengan Immunisasi (PD3I),

2) Data frekwensi Kejadian Luar Biasa (KLB),

3) Data kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit TB

Paru,

4) Data kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit ISPA,

5) Data kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–

AIDS,

6) Data kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD,

7) Data kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Diare,

8) Data kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria,

9) Data kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Filariasis,

10) Data kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta,

11) Data kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan,

12) Data kegiatan Pelayanan Pengendalian Vektor,

13) Data kegiatan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum

(TTU).

Page 89: Adang Riana

89

b. Sumber daya adalah potensi yang ada untuk mewujudkan perannya

dan mampu mengelola seluruh perannya menuju tercapainya

pengembangan sistem informasi Bidang P2PL, yang seimbang dan

berkelanjutan, meliputi manusia, metode, form form:

c. Manusia adalah tenaga yang menangani pengelolaan data dan

informasi Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.

d. Metode adalah cara atau tata cara untuk mewujudkan peran untuk

pengembangan sistem informasi Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya

e. Form laporan adalah sarana dan prasarana untuk pengembangan

sistem informasi Bidang P2PL, meliputi :

1) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Polio

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan Immunisasi

Polio yang dilaporkan oleh Puskesmas dengan format khusus

untuk mencapai Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.0000

penduduk < 15 tahun,

2) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit TB Paru

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan P2TB yang

dilaporkan oleh Puskesmas dengan format khusus untuk

mencapai presentase kesembuhan penderita TBC BTA(+).

3) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit ISPA

adalah data-data hasil kegiatan Program P2ISPA yang dilaporkan

oleh Puskesmas dengan format khusus untuk mencapai indikator

presentase cakupan balita dengan pnemonia yang ditangani.

4) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–

AIDS yaitu data-data yang berhubungan dengan kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–AIDS yang

Page 90: Adang Riana

90

dilaporkan oleh Puskesmas dengan format khusus untuk

mencapai presentase klien yang mendapatkan penanganan HIV-

AIDS, dan Presentase infeksi menular seksual yang diobati.

5) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD yang dilaporkan

oleh Puskesmas dengan format khusus untuk mencapai

presentase penderita DBD yang ditangani.

6) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Diare

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Diare yang dilaporkan

oleh Puskesmas dengan format khusus untuk mencapai

presentase balita dengan diare yang ditangani.

7) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Malaria

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Malaria yang

dilaporkan oleh Puskesmas dengan format khusus untuk

mencapai presentase tersangka malaria positif yang diobati

8) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Kusta

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Kusta yang dilaporkan

oleh Puskesmas dengan format khusus untuk mencapai

presentase penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan

9) Form laporan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Filaria

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Filaria yang dilaporkan

Page 91: Adang Riana

91

oleh Puskesmas dengan format khusus untuk mencapai

presentase penderita yang ditangani

10) Form laporan Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah data-data

yang berhubungan dengan kegiatan Pelayanan Kesehatan

Lingkungan yang dilaporkan oleh Puskesmas dengan format

khusus untuk mencapai presentase institusi yang dibina

11) Form laporan Pelayanan Pengendalian Vektor adalah data-data

yang berhubungan dengan kegiatan Pelayanan Pengendalian

Vektor yang dilaporkan oleh Puskesmas dengan format khusus

untuk mencapai presentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk

Aedes.

12) Form laporan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum

adalah data-data yang berhubungan dengan kegiatan Pelayanan

Hygiene Sanitasi di Tempat Umum yang dilaporkan oleh

Puskesmas dengan format khusus untuk mencapai presentase

tempat umum yang memenuhi syarat.

f. Informasi adalah informasi yang dihasilkan sistem informasi untuk

mendukung pemantauan bidang P2PL sesudah pengembangan

sistem yang berupa :

1) Informasi hasil kegiatan program Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Polio adalah hasil perolehan Immunisasi

Polio yang disajikan dalam bentuk angka cakupan, grafik, dan

peta bulanan Immunisasi Polio dan pencapaian Acute Flacid

Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

2) Informasi hasil kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit TB Paru (P2TB) adalah hasil perolehan kegiatan

program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru

Page 92: Adang Riana

92

(P2TB) yang disajikan dalam bentuk cakupan, grafik, dan peta

proporsi susfek yang diperiksa dan proporsi BTA (+) diantara

susfek dan presentase kesembuhan penderita TBC BTA(+)..

3) Informasi hasil kegiatan Pencegahan dan pemberantasan

Penyakit ISPA adalah hasil kegiatan Pencegahan dan

pemberantasan Penyakit ISPA yang disajikan dalam bentuk grafik

fluktuasi penyakit/kasus, peta per bulan dan presentase cakupan

balita dengan pnemonia yang ditangani.

4) Informasi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–AIDS

adalah kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV–

AIDS yang disajikan dalam bentuk grafik dan peta, jumlah kasus

per bulan dan presentase infeksi menular seksual yang diobati.

5) Informasi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD adalah

hasil kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit DBD

yang disajikan dalam bentuk peta, grafik pola penyakit/kasus per

bulan dan presentase penderita DBD yang ditangani.

6) Informasi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Diare adalah

hasil kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Diare

yang disajikan dalam bentuk peta, grafik fluktuasi penyakit/kasus

per bulan dan presentase balita dengan diare yang ditangani.

7) Informasi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Malaria

adalah hasil kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit

Malaria yang disajikan dalam bentuk peta, grafik per bulan dan

presentase tersangka malaria positif yang diobati.

8) Informasi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Kusta adalah

hasil kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Kusta

Page 93: Adang Riana

93

yang disajikan dalam bentuk peta, grafik per bulan dan presentase

penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan.

9) Informasi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Filariasis

adalah hasil kegiatan Pencegahan dan pemberantasan Penyakit

Filariasis yang disajikan dalam bentuk peta, grafik per bulan dan

presentase penderita yang ditangani.

10) Informasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah hasil kegiatan

Pelayanan Kesehatan Lingkungan yang disajikan dalam bentuk

peta, grafik dan presentase Institusi yang dibina

11) Informasi Pelayanan Pengendalian Vektor adalah hasil kegiatan

Pelayanan Pengendalian Vektor yang disajikan dalam bentuk

peta, grafik dan presentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk

Aedes.

12) Informasi Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum adalah

hasil kegiatan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum yang

disajikan dalam bentuk peta, grafik dan presentase tempat umum

yang memenuhi syarat.

13) Pemantauan adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan terus

menerus terhadap pelaksanaan kegiatan/program P2PL untuk

mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan pada Bidang

P2PL.

g. Sistem informasi P2PL adalah sistem informasi yang terpadu untuk

menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen

dan pengambilan keputusan dalam Bidang P2PL.

h. Kualitas informasi adalah informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi P2PL yang diukur dengan kriteria aksesibilitas, kemudahan,

Page 94: Adang Riana

94

relevan, bermanfaat, ketepatan waktu, keandalan, akurasi data dan

konsisten :

1) Aksesibilitas adalah tersedianya data yang akan dianalaisis dan

informasi yang dibutuhkan, cara pengukurannya : melakukan

percobaan dengan mencari basis data dan hasil informasi tentang

hasil cakupan program oleh responden kemudian ditanyakan

tanggapannya mengenai ketersediaan data dan informasi yang

dihasilkan

2) Kemudahan adalah informasi yang dihasilkan mudah diperoleh

atau diakses kembali oleh user, cara pengukurannya : melakukan

percobaan dengan mencari salah satu informasi tentang hasil

cakupan program oleh responden kemudian ditanyakan

tanggapannya mengenai kemudahan mendapatkan informasi

tersebut.

3) Relevansi adalah informasi atau laporan tersedia sesuai dengan

informasi yang dibutuhkan oleh user , cara pengukurannya :

melakukan wawancara dengan subyek penelitian untuk meminta

pendapatnya mengenai relevansi informasi yang tersedia dengan

kebutuhan

4) Manfaat informasi adalah informasi atau laporan bermanfaat bagi

user, cara pengukurannya : melakukan wawancara dengan

subyek penelitian untuk meminta pendapatnya mengenai manfaat

informasi tersebut

5) Ketepatan waktu adalah informasi/laporan tersedia sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan atau tersedia setiap tanggal 5, cara

pengkuruannnya : melakukan wawancara dengan subyek

Page 95: Adang Riana

95

penelitian untuk meminta pendapatnya mengenai ketepatan dalam

memperoleh informasi

6) Reliabel adalah keandalan, dapat dipercaya kebenarannya dalam

pengolahan data, cara pengukurannya : cara pengukurannya :

melakukan percobaan dengan salah satu informasi tentang hasil

cakupan program oleh responden kemudian ditanyakan

tanggapannya mengenai kebenaran tentang pengolahan data

sehingga menjadi informasi benar.

7) Akurasi adalah informasi yang dihasilkan memuat informasi yang

sesuai dengan input atau data yang dimasukkan/dientry, cara

pengukurannya : melakukan wawancara pada subyek penelitian

mengenai keakuratan dari informasi/laporan dan melakukan

percobaan dengan cara entry salah satu data.

8) Konsisten adalah data yang dihasilkan oleh sifo sesuai kebutuhan,

tidak bertentangan dengan aturan dan out putnya dapat

digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan, cara

pengukurannya : melakukan wawancara pada subyek penelitian

mengenai hasil dari informasi/laporan kemudian ditanyakan

tanggapannya mengenai kesinambungan informasi tersebut.

i. FAST adalah merupakan tahapan yang digunakan dalam

pengembangkan sistem informasi bidang P2PL yang meliputi 8 tahap.

Dalam penelitian ini hanya dibatasi sampai dengan tahap merancang

sistem baru.

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian

Page 96: Adang Riana

96

Alat penelitian yang digunakan untuk analisis dalam

pengembangan sistem informasi Bidang P2PL untuk mendukung

pemantauan berbasis jaringan adalah sebagai berikut :

a. Instrumen (daftar pertanyaan dan check-List), yang digunakan untuk

wawancara mendalam dengan subyek penelitian dalam rangka

pengumpulan data dan observasi

b. Diagram Alir Data (DAD) fisik menurut notasi Gane-Sarson, untuk

menganalisis sistem informasi pencatatan dan pelaporan yang

digunakan di Dinas Kesehatan saat ini

c. Pemodelan sistem menurut notasi gane-Sarson, untuk perancangan

sistem informasi pencatatan dan Pelaporan Bidang P2PL. Sedangkan

untuk menggambarkan kondisi aliran data dari sistem yang akan

dikembangkan digunakan diagram konteks.

8. Alur Penelitian

Alur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti secara lengkap dengan

metoda FAST serta hasil-hasilnya dapat dilihat pada hasil penelitian,

namun langkah awal yang direncanakan adalah sebagai berikut :

a. Survei ruang lingkup

Pengguna di Dinas Kesehatan dalam hal ini di Bidang P2PL, adalah

Kepala Bidang, Kepala Seski P4 dan Kepala Seksi Penyehatan

Lingkungan, Pengolah data laporan, dan pelaksana program.

b. Mempelajari dan menganalisis system yang sudah ada

Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa kegiatan analisis

sebagai berikut :

1) Analisis terhadap laporan bulanan yang terdapat dalam SP3 yang

akan dikembangkan guna mendukung proses pemantauan

kegiatan Bidang P2PL di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Page 97: Adang Riana

97

2) Analisis perangkat keras dan perangkat lunak untuk implementasi

sistem yang akan dibuat. Prangkat keras yang dibutuhkan

disesuaikan dengan kondisi komputer yang ada di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya, sedangkan penentuan perangkat

lunak yang akan digunakan dianalisis lebih lanjut dalam tesis.

Perangkat lunak yang dimaskud adalah bahasa pemograman

yang digunakan untuk membuat program sistem pencatatan dan

pelaporan di Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

c. Mendefinisikan kebutuhan user

Pada tahap ini didefinisikan kebutuhan data dan informasi yang

diperlukan oleh Kepala Bidang P2PL, Kepala Seksi P4 dan Kepala

Seksi Penyehatan Lingkungan Serta Kepala Dinas Kesehatan

maupun pihak eksternal sepreti Pemerintah Kota dan Dinas

Kesehatan Propinsi.

d. Memilih solusi yang paling layak

Pada tahap ini akan ditentukan pemilihan solusi yang paling layak dari

berbagai pilihan baik software maupun hardware yang sudah

ditentukan pada tahap awal.

e. Merancang sistem baru

Solusi yang diterapkan akan dijadikan dasar dalam merancang

sistem pencatatan dan pelaporan Bidang P2PL yang akan dibuat

berdasarkan pemodelan. Hal tersebut dimaskudkan agar

perancangan terfokus dalam mengatasi masalah yang ada di Bidang

P2PL, adapun yang akan dirancang dalam penelitian ini meliputi :

1) Rancangan Model

2) Rancangan Input

3) Rancangan output

Page 98: Adang Riana

98

4) Rancangan antarmuka

5) Rancangan pengendalian

f. Pengadaan hardware dan software

Hardware yang akan digunakan untuk implementasi sistem yang akan

dibuat dapat menggunakan hardware yang sudah ada maupun

pengadaan baru.

Software yang akan dibuat akan disesuaikan dengan kebutuhan

pengguna dan spesifikasi hardware yang sudah tersedia.

g. Pembangunan sistem baru

Pembangunan sistem baru terutama harus sesuai dengan kebutuhan

calon pengguna dan tersedianya fasilitas yang memudahkan mereka

dalam mengoperasikannya, sedangkan perangkat lunak maupun

bahasa pemograman yang digunakan dalam pembangunan sistem

akan dianalisis lebih lanjut dalam tesis.

h. Penyerahan sistem baru

Program yang sudah jadi kemudian dipasang (Install) ke dalam

komputer di Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, yang

kemudian dapat diakses disemua Bidang termasuk oleh Kepala

Dinas, sekaligus diadakan pelatihan secukupnya mengenai

penggunaan sistem baru tersebut dan akan dibuatkan buku petunuk

penggunaan sistem baru, sehingga bisa digunakan bila sewaktu-

waktu membutuhkannya.

9. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Analisis Isi

Data kualitatif hasil wawancara mendalam dianalisis, yaitu

dengan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis

komunikasi secara sistematik, obyektif dan kuantitatif terhadap pesan

Page 99: Adang Riana

99

yang tampak. Data dipilih menurut relevansinya dan disajikan dalam

bentuk narasi.

b. Analisis Deskriptif

Dilakukan terhadap data hasil uji coba sistem dengan melihat

kualitas informasi (sebelum dan sesudah sistem baru diterapkan)

serta terhadap data hasil Check-List dengan menghitung rata-rata

tertimbang dari tiap item yang ditanyakan.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala likert, yang

terdiri dari 4 jawaban yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Formula yang digunakan

untuk menghitung rata-rata teritimbang adalah :

∑∑=

fiwifi

X.

=X rata-rata terimbang

Fi = frekwensi

Wi = bobot

Keterangan bobot jawaban check list pengukuran kualitas informasi

Sangat Setuju (SS) = 4

Setuju (S) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Apabila nilai rata-rata tertimbang setelah pengembangan sistem

informasi lebih besar dari sebelum pengembangan sistem informasi,

maka dapat disimpulkan adanya peningkatan kualitas informasi yang

dihasilkan dari sistem informasi yang dikembangkan, begitu juga

sebaliknya.

Page 100: Adang Riana

100

Selanjutnya nilai rata-rata tertimbang dilakukan analisis secara

kuantitatif untuk membuktikan adanya perbedaan kualitas informasi

sebelum dan sesudah sistem informasi bidang P2PL sesuai standar

pelayanan minimal untuk mendukung pemantauan.

Page 101: Adang Riana

101

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Batas Wilayah

Kota Tasikmalaya secara geografis terletak di bagian Tenggara

Propinsi Jawa Barat tepatnya berada di antara wilayah Kabupaten

Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis dengan jarak lebih kurang 105 km

dari ibu kota Provinsi Jawa Barat. Letak wilayah Kota Tasiikmalaya

berbatasan:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis

b. Sebelah Selatan : Kec. Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.

c. Sebelah Barat : Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya.

d. Sebelah Timur : Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya.

Sebagian besar wilayah Kota Tasikmalaya berada pada

ketinggian 349 m di atas permukaan laut yang terletak di antara 702’ –

705’ Lintang Selatan dan pada 109º 97’ bujur barat - 1080 25’ bujur timur

dengan suhu udara rata-rata 250 C dan curah hujan rata-rata 5.185 mm

per tahun.

2. Luas Wilayah

Wilayah Kota Tasikmalaya memiliki luas 17.241 ha, terdiri dari

10.809 ha. merupakan tanah darat/bukan sawah dan selebihnya yaitu

sebesar 6.422 ha. merupakan tanah sawah.

Sumber data : (BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2002)

Page 102: Adang Riana

102

3. Kondisi Kecamatan dan Kelurahan

Berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 2001, secara

administratif wilayah pemerintahan Kota Tasikmalaya terdiri dari 8

Kecamatan yang meliputi 15 Wilayah Kelurahan dan 54 Desa. Jumlah

desa/kelurahan per kecamatan yaitu sebanyak 4-10 desa/kelurahan,

dengan klasifikasi desa Swadaya sebanyak 47 desa (68,11%), Swakarya

sebanyak 21 desa (304,43%) dan desa Swasembada sebanyak 1 desa

(1,4%). Jika dibandingkan antara jumlah RW dan desa/kelurahan maka

rata-rata jumlah RW per desa/kelurahan sebanyak 7– 8. Sedangkan

untuk rata-rata jumlah RT per RW sebanyak 5 RT.

4. Kondisi Daerah

Kondisi daerah Kota Tasikmalaya secara garis besar terdiri dari

dataran tinggi dan dataran rendah, dengan komposisi penggunaan lahan

terdiri dari kebun 2.739 ha., sawah 6.422 ha, pekarangan 3.889 ha, hutan

1.989 ha. ladang 390 ha., kolam/empang 634 ha dan lain-lain 1.178 ha .

(BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2002).

Wilayah Kota Tasikmalaya memiliki jaringan jalan sepanjang

1.260.127 km dengan kondisi baik sepanjang 292.037 km (23,19%),

kondisi sedang 248.580 Km (19,73%), kondisi rusak 422.866 km

(33,56%) dan rusak berat 296.644 km (23,54%). Kondisi jalan ini tentu

sangat berpengaruh terhadap kemudahan masyarakat mengakses

sarana pelayanan kesehatan terdekat. Dari data yang ada, diperoleh pula

gambaran mengenai akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

masyarakat dilihat dari sisi jarak dan waktu tempuh, yaitu jarak terjauh ke

sarana pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas atau pustu lebih

kurang 3 km, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit bila ditempuh

dengan jalan kaki.

Page 103: Adang Riana

103

Sebagian daerah perkotan yaitu sekitar 4,80 % Wilayah Kota

Tasikmalaya masih merupakan daerah kumuh akibat kurang terjangkau

upaya perubahan sosial ekonomi sebagai cerminan meningkatnya jumlah

penduduk miskin. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola hidup yang

kurang baik yang erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan.

Dari data yang ada industri kecil (home industry) ataupun industri

menengah menyebar di setiap daerah di Kota Tasikmalaya, yaitu

diantaranya:

a. Kawasan industri bordir terdapat di Kecamatan Kawalu.

b. Kawasan industri kerajinan terdapat di Kecamatan Cibeureum dan

Tamansari.

c. Kawasan Industri kecil makanan-minuman terdapat di Pusat Kota

yaitu di Kecamatan Cipedes, Kecamatan Tawang dan Kecamatan

Cihideung

Beberapa kawasan industri yang memiliki dampak buruk

dirasakan oleh masyarakat sekitar, diantaranya Industri Peternakan dan

Penggergajian Kayu di Kecamatan Indihiang serta Industri Tepung

Tapioka di Kecamatan Mangkubumi.

5. Lokasi Daerah Rawan Bencana dan KLB Penyakit Menular

Berdasarkan karakteristik wilayah di Kota Tasikmalaya maka

lokasi daerah rawan bencana alam dan KLB penyakit menular dapat

dikatagorikan sebagai berikut:

a. Daerah rawan bencana alam berupa longsor pada daerah potensial

di sekitar Desa Setiawargi Kecamatan Tamansari

b. Daerah Rawan KLB/Penyakit Menular terdiri dari :

1) Rawan Diare di wilayah Kecamatan Tamansari, karena wilayah

tersebut masih banyak penduduk yang menggunakan air kolam

Page 104: Adang Riana

104

atau air sungai untuk kebutuhan rumah tangga baik untuk mencuci

maupun buang air besar, selain itu ada juga yang di kebun;

2) Rawan Demam Berdarah di daerah perkotaan meliputi Kecamatan

Cihideung, Tawang dan Cipedes, karena wilayah tersebut

disamping wilayah yang memiliki berbagai keadaan yang cukup

mendukung untuk perkembang biakan vektor nyamuk Aedes

Aegypti, kepadatan penduduk, mobilitas tinggi, juga adanya

daerah kumuh perkotaan.

Sumber data : Dinkes Kota Tasikmalaya Tahun 2005

B. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA (SOTK) DINAS

KESEHATAN

Struktur Organisasi dan Tatakerja (SOTK) Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya

nomor 15 tahun 2003. Sejalan dengan semangat otonomi daerah maka

SOTK tersebut telah disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. 2

1. Visi Dinas Kesehatan

Dalam rangka menunjang Visi dan Misi Pemerintah Kota

Tasikmalaya, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan

Kesehatan Kota Tasikmalaya yang merujuk dari visi Jawa Barat Sehat

2008 dan Indonesia Sehat 2010.

Visi “Indonesia Sehat 2010” menekankan bahwa setiap bidang

pembangunan harus berwawasan kesehatan, artinya dari setiap

komponen strategis pembangunan maka kesehatan menjadi salah satu

bagian pentingnya atau minimal ikut berkontribusi untuk mengembangkan

lingkungan dan perilaku hidup sehat. Merujuk pada visi pembangunan

kesehatan nasional tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota

Tasikmalaya adalah: TASIKMALAYA SEHAT 2007

Page 105: Adang Riana

105

Melalui Penetapan visi ini tidak berarti bahwa tahun 2007 tersebut

tidak ada lagi penduduk Kota Tasikmalaya yang sakit. Akan tetapi bahwa

pada tahun 2007 diharapkan agar setiap penduduk di Kota Tasikmalaya

telah memiliki aksesibilitas yang cukup baik terhadap pelayanan

kesehatan serta memiliki keterjangkauan terhadap berbagai peluang

untuk mengembangkan kemampuan hidup sehat melalui kesadaran

berperilaku hidup sehat. Makna visi tersebut terimplementasikan ke

dalam motto Kota Tasikmalaya yang berbunyi “Bersih Imah Buruan Hawa

Seger Seuseupan Sehat Badan”.

2. Misi Dinas Kesehatan

Untuk mencapai visi tersebut maka Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya mengemban 5 (lima) misi sebagai berikut:

a. Menjamin keterjangkauan upaya pelayanan kesehatan yang bermutu

dan merata kepada seluruh penduduk

b. Menciptakan peluang bagi setiap orang untuk mengembangkan

kemampuan untuk hidup sehat

c. Mendorong kamandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk

hidup sehat dan produktif

d. Mengembangkan kemampuan pemerintah kota untuk mencapai

kecamatan dan desa/kelurahan sehat

e. Menjalin kemitraan untuk tercapainya tingkat derajat kesehatan

masyarakat.

3. Visi Bidang P2PL

Masyarakat bebas dari penularan penyakit serta hidup dalam

lingkungan yang sehat

Page 106: Adang Riana

106

4. Misi Bidang P2PL

a. Meningkatkan pencarian dan pengobatan penderita penyakit menular

b. Meningkatkan dan mengembangkan upaya penyehatan lingkungan

wilayah

c. Meningkatkan dang mengembangkan upaya ketahanan terhadap

penyakit menular

d. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam

penanggulangan KLB/Wabah dan bencana alam.

e. Meningkatkan dan mengembangkan perencanaan serta penyusunan

kebijakan berdasarkan fakta. 8

Dinas Kesehatan Kota (DKK) Tasikmalaya merupakan pelaksana

otonomi daerah Kota Tasikmalaya di bidang kesehatan. Seiring dengan tugas

pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, maka dilakukan

berbagai program pembangunan kesehatan sehingga tercapai visi dan misi

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Kegiatan yang merupakan bagian yang

cukup penting dalam melaksanakan program kesehatan di Dinas Kesehatan

Kota Tasaikmalaya adalah Pencegahan Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. Kegiatan Pencegahan Penyakit. dan Penyehatan Lingkungan

menjadi tugas pokok dan fungsi dari Bidang P2PL yang dipimpin oleh

seorang Kepala Bidang, untuk melakukan kegiatan pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan dibantu oleh dua orang Kepala Seksi yaitu Kepala

Seksi Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit (P3P) dan Kepala

Seksi Penyehatan Lingkungan (PL) 3 .

Page 107: Adang Riana

107

5. Tupoksi Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (

P2PL):

a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan

bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang

meliputi Pencegahan penyakit menular, penyehatan lingkungan dan

Epidemologi.

b. Menyusun program kerja bidang pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan.

c. Mendistribusikan memberi petunjuk dan memantau pelaksanaan

tugas kepada bawahan

d. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan kinerja

dan pengembangan karir

e. Mengkoordinasikan dan mengarahkan bawahan

f. Mengevaluasi hasil kerja bawahan

g. Menganalisa bahan pembinaan dan petunjuk teknis yang berkaitan

dengan bidang P2PL.

h. Merumuskan, mengkaji dan menetapkan bahan kebijakan teknis di

bidang P2PL.

i. Merumuskan, mengkaji dan menetapkan Stararisasi dan pembidaan

teknis di bidang Pencegahan Penyakit yang meliputi Pemberantasan

Penyakit Bersumber Binatang dan Penyakit Menular Langsung serta

penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi.

j. Merumuskan, mengkaji dan menetapkan Stararisasi dan pembinaan

teknis di bidang Penyehatan Lingkungan yang meliputi Pemantauan

Kwalitas Air, Tempat Tempat Umum dan Industri, serta produk

makanan dan Minuman.

Page 108: Adang Riana

108

k. Menyusun, menyiapkan bahan pengembanagan kelembagaan sistim

kewaspadaan Dini dan Penyakit potensial Wabah.

l. Melakanakan Koordinasi kegiatan baik dengan pejabat pemerintah

setempat propinsi serta pemerintah pusat dalam koordinasi kebijakan

bidang P2PL.

m. Memberi masukan saran dan informasi kepada kepala Dinas dan Unit

kerja dilingkungan dinas mengenai kebijakan strategi

penyelenggaraan tugas dinas.

n. Mengevaluasi, melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas pada kepala dinas.

6. Tupoksi Seksi Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit

(P3P)

a. Memimpin,mengatur dan mengendalikan seluruh kegiatan

Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit.

b. Menyusun program kerja Seksi Pencegahan Pemberantasan

Pengamatan Penyakit.

c. Mendistribusikan memberi petunjuk dan memantau pelaksanaan

tugas kepada bawahan

d. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan kinerja

dan pengembangan karir

e. Mengkoordinasikan dan mengarahkan bawahan

f. Mengevaluasi hasil kerja bawahan

g. Menganalisa bahan pembinaan dan petunjuk teknis yang berkaitan

dengan Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit.

h. Merumuskan, mengkaji dan menetapkan bahan kebijakan teknis pada

seksi Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit.

Page 109: Adang Riana

109

i. Merumuskan, mengkaji dan menetapkan Stararisasi dan pembinaan

teknis pada seksi Pencegahan Pemberantasan Pengamatan

Penyakit. yang meliputi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang

dan Penyakit Menular Langsung serta penyakit yang dapat di cegah

dengan Imunisasi.

j. Menyusun, menyiapkan bahan pengembanagan kelembagaan sistim

kewaspadaan Dini dan Penyakit potensial Wabah.

k. Melakanakan Koordinasi kegiatan baik dengan pejabat pemerintah

setempat propinsi serta pemerintah pusat dalam koordinasi kebijakan

pada seksi Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit.

l. Memberi masukan saran dan informasi kepada kepala Bidang P2PL

tentang kebijakan strategi penyelenggaraan tugas pada seksi

Pencegahan Pemberantasan Pengamatan Penyakit.

m. Mengevaluasi, melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas pada kepala Bidang P2PL.

7. Tupoksi Program Penyehatan Lingkungan a. Memimpin, mengatur dan mengendalikan seluruh kegiatan

penyehatan lingkungan di bidang pencegahan penyakit meliputi

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan penyehatan

lingkungan

b. Menyusun program kerja Seksi Penyehatan Lingkungan berdasarkan

program kerja Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan

Liingkungan

c. Mendistribusikan, memberi petunjuk dan memantau pelaksanaan

tugas kepada bawahan

d. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan kinerja

dan pengembangan karir

Page 110: Adang Riana

110

e. Mengevaluasi hasil kerja bawahan

f. Menghimpun dan mempelajari Peraturan Perundang undangan,

kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis yang berhubungan

dengan penyehatan lingkungan dan kejadian luar biasa

g. Menyiapkan bahan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis

pembinaan penyehatan lingkungan

h. Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan dan pengolahan

informasi/data dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

kegiatan penyehatan lingkungan yang meliputi pengawasan sumber

air dan air limbah

i. Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan dan pengolahan

informasi/data dalam rangka pengawasan dan pengendalian

peredaran produk makanan dan minuman, di tempat tempat umum

dan industri

j. Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat baik langsung

maupun melalui media massa dalam rangka penyehatan lingkungan

k. Menyiapkan dan menyusun metode/tata cara pelaksanaan kegiatan

pembinaan penyehatan lingkungan

l. Menyiapkan dan menyusun bahan standarisasi, pembinaan teknis di

bidang pengawasan kualitas air bersih, sampah dan air limbah

m. Menyiapkan dan menyusun bahan standarisasi, pembinaan teknis di

bidang pengelolaan tempat umum dan industri

n. Menyiapkan dan menyusun bahan standarisasi, pembinaan teknis di

bidang penyehatan lingkungan permukiman

o. Menyiapkan dan menyusun bahan standarisasi, pembinaan teknis di

bidang pengawasan produk makanan dan minuman

Page 111: Adang Riana

111

p. Melaksanakan pemantauan dan penyelenggaraan kualitas air dan

lingkungan, penyehatan lingkungan permukiman dan penyehatan

makanan dan minuman

q. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja di

lingkungan Dinas dalam rangka efektivitas dan efisiensi

penyelenggaraan penyehatan lingkungan

r. Memaraf atau menandatagani naskah dinas sesuai dengan

kewenangan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku

s. Memberi masukkan, saran dan informasi kepada Kepala Bidang

Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sesuai dengan

bidang tugasnya

t. Menginventarisasi permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan

tugas Seksi Penyehatan Lingkungan dan memberikan alternatif

pemecahannya.

u. Mengatur dan menyelenggarakan layanan administrasi yang

berkaitan dengan kegiatan Seksi Penyehatan Lingkungan

v. Mengevaluasi, melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan

w. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan Pimpinan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Untuk Kota Tasikmalaya SOTK Dinas Kesehatan terlampir :

C. SISTEM INFORMASI BIDANG PEMBERANTASAN PENYAKIT DAN

PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2PL)

Sistem pencatatan dan pelaporan Bidang P2PL adalah pencatatan

dan pelaporan kegiatan Bidang P2PL yang dibuat oleh Puskesmas dan

Page 112: Adang Riana

112

dilaporkan/direkapitulasi oleh Bidang P2PL Dinas Kesehatan. Sistem ini

adalah satu kesatuan yang terdiri komponen yang saling berkaitan dan

mempunyai tujuan tertentu yang mencakup kegiatan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dengan menggunakan format khusus, sehingga dapat

dihindarkan adanya pencatatan maupun pelaporan lain yang akan

memperberatkan beban kerja petugas Puskesmas

Sebagai bagian dari sistem informasi kesehatan, Sistem Pencatatan

dan Pelaporan kegiatan SPM merupakan pencatatan dan pelaporan yang

dibuat oleh Puskesmas secara berkala dan mencakup data hasil kegiatan

P2PL sesuai SPM di dalam maupun di luar gedung.

Sebagai penanggungjawab, Kepala Bidang P2PL bertanggungjawab

atas pelaksanaan pencatatan pelaporan dan memberikan bimbingan kepada

tenaga pelaksana pencatatan pelaporan Bidang P2PL. Sedangkan tenaga

Puskesmas dari masing-masing kegiatan bertugas

menghimpun/mengumpulkan data dan informasi serta melaporkan ke Dinas

Kesehatan (Bidang P2PL).

D. KEGIATAN BIDANG P2PL DI DINAS KESEHATAN

1. Pemantauan Kegiatan

Pemantauan adalah bagian dari kegiatan manajemen yang

berupa pengamatan terus menerus terhadap masukan, waktu

pelaksanaan kegiatan, luaran dan masalah-masalah yang timbul serta

kemungkinan upaya mengatasinya. Jadi pemantauan adalah pengamatan

secara terus menerus terhadap masukan, proses dan output suatu

kegiatan untuk dibandingkan dengan rencana sehingga diketahui

masalah-masalah didalamnya dan dirumuskan upaya pemecahan. 28

Page 113: Adang Riana

113

Pemantauan merupakan salah satu unsur evaluasi, karena sering

hasil evaluasi mengecewakan yang disebabkan dalam proses

pelaksanaan kegiatan banyak hal-hal yang tidak dilaksanakan dengan

semestinya. Evaluasi yang mengandung unsur pemantauan lebih

bertujuan positif, yaitu agar program/proyek mencapai tujuan yang

direncanakan. Dari segi biaya, pemantauan justru tidak memerlukan

banyak biaya karena merupakan kegiatan bulanan sebagai bagian dari

pengelolaan program. Sedangkan evaluasi yang baik memerlukan biaya,

apalagi evaluasi dampak yang memerlukan data-data yang akurat dan

analisis yang canggih. 28

Informasi yang diperoleh dari data/laporan Puskesmas dapat

dipergunakan atau dimanfaatkan untuk pemantauan. Pemantauan

tersebut diperlukan untuk mengambil tindakan perbaikan segera dan

yang paling penting untuk dilakukan di tingkat Dinas. Apabila pemantauan

dilaksanakan pada saat kegiatan berjalan, maka evaluasi dilaksanakan

setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

Kegiatan pemberantasan penyakit menular yang bersifat bulanan

sangat penting untuk diadakan pemantauannya. Dengan pemantauan

yang dilaksanakan tiap bulan akan segera diketahui kegiatan-kegiatan

yang masih ketinggalan cakupannya untuk segera diadakan tindakan

perbaikan pada bulan berikutnya.

2. Laporan Bulanan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.

Laporan bulanan pemberantasan penyakit dan penyehatan

lingkungan seperti yang tercantum dalam form laporan meliputi : 4

Page 114: Adang Riana

114

a. Pemberantasan Penyakit yang dapat Dicegah dengan Immunisasi

(PD3I)

b. Pengamatan Penyakit Menular, meliputi : KLB, Malaria, Deman

Berdarah Dengue, Penyakit Kelamin, Diare, ISPA, TB Paru, Kusta,

dan Filariasis

c. Kegiatan Pelayanan Penyehatan Lingkungan, meliputi : Pemeriksaan

Rumah, Pengendalian Vektor, Pemeriksaan Sanitasi tempat tempat

umum.

Pada formulir tersebut sudah diperbaiki dengan mengambil

pendapat dari berbagai pihak serta berdasar teori-teori yang ada,

sehingga tidak akan menyulitkan dalam membandingkan dengan

indikator dan berdampak data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai

bahan pemantauan program. Format terlampir.

a. PD3I

Pencatatan hasil imunisasi sampai ke tingkat desa sesuai

dengan salah satu tujuan khusus dari program imunisasi nasional,

yaitu tercapainya UCI (universal Child Imunization) serta untuk

pemantauan jangkauan pelayanan serta dampak program.

b. P2Malaria

Upaya pemberantasan penyakit malaria dititikberatkan pada

peningkatan penemuan dan pengobatan penderita serta melakukan

pemeriksaan sediaan darah.

Variabel yang sangat sensitif yaitu jumlah sediaan darah yang

diperiksa serta jumlah sediaan darah positif dari yang diperiksa,

sehingga hanya variabel tersebut yang dimasukkan. Hal tersebut

dapat diperoleh kasus (malaria positif) yang merupakan salah satu

indikator untuk memutuskan diadakannya penyemprotan. Data-data

Page 115: Adang Riana

115

tersebut juga dapat digunakan untuk penentuan stratifikasi desa (HCI,

MCI dan LCI) yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan

seperti penentuan jumlah juru malaria desa, program penyuluhan dan

sebagainya.

c. P2DB

Tujuan umum pemberantasan penyakit DBD yaitu

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD. Berdasarkan

tujuan umum tersebut merupakan salah satu indikator untuk

memutuskan diadakannya fogging.atau tindakan lain untuk

penanganan penderita DBD.

d. Penyakit Kelamin

Tujuan umum dari program pemberantasan penyakit kelamin

yaitu mencegah penyebaran infeksi HIV/AIDS dan penyakit menular

seksual (PMS) lainnya dengan sasaran primer (WTS, waria,

homoseksual); sasaran sekunder (tokoh masyarakat, LSM) dan

sasaran tersier (generasi muda). Hal tersebut yang mendorong

dimasukkannya kasus HIV/AIDS, sifilis dan gonorrhoe ke dalam form

yang baru.

e. P2Diare

Sasaran program penanggulangan penyakit diare adalah

semua golongan umur dengan prioritas utama bayi dan balita dengan

target jangkauan pelayanan oleh sarana kesehatan 90 %, jangkauan

oralit 90 % dan tata laksana diare yang benar 65 % yang

dilaksanakan lintas program dan lintas sektoral.

f. P2ISPA

Tujuan program pemberantasan penyakit ISPA yaitu

menurunkan kematian dan kesakitan karena Pnemonia pada balita

Page 116: Adang Riana

116

serta menurunkan penggunaan antibiotik yang kurang tepat pada

pengobatan ISPA. Kebijakan pelaksanaannya diarahkan pada

pengelola program di semua tingkatan (Pusat, Propinsi, Kabupaten

dan Puskesmas).

g. P2TB

Program pemberantasan penyakit TB Paru dilaksanakan

dengan menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment

Shortcourse) yang dilaksanakan secara terpadu (lintas program dan

lintas sektoral) dengan dibentuknya Kelompok Puskesmas Pelaksana

(KPP) di daerah, yaitu Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM),

Puskesmas Satelit (PS) dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM).

Sistem pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan dilaksanakan secara

terpusat di Kabupaten/Kota dengan cara pengawas dan supervisor

program program TB Paru Kabupaten/Kota (Wasor TB Paru)

berkeliling ke Puskesmas secara berkala untuk mengambil sendiri

laporan hasil kegiatan sekalian mengadakan supervisi. Dengan

demikian hasil kegiatan TB Paru yang dicatat oleh Puskesmas hanya

sedikit dan seperlunya saja seperti tercantum dalam form SP3.

h. P2Kusta

Walaupun kasus kusta jarang dijumpai di lapangan, tetapi

program tersebut harus terus dijalankan dengan intensif. Hal tersebut

dikarenakan tujuan umum pemberantasan penyakit kusta nasional

adalah menurunkan angka kesakitan menjadi kurang dari 1 per 10000

penduduk dengan salah satu kebijakan pelaksanaannya adalah

penemuan penderita secara aktif maupun pasif.

i. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Page 117: Adang Riana

117

Tujuan program pelayanan kesehatan lingkungan yaitu

menurunkan angka kesakitan yang disebabkan oleh keadaan

lingkungan yang tidak sehat. Kebijakan pelaksanaannya diarahkan

pada pemeriksaan terhadap tempat tinggal, 100% rumah harus

diperiksa sanitasinya.

j. Pengendalian Vektor

Keadaan geografis Tasikmalaya dan secara klimatologis

sangat memungkinkan berjangkitnya DBD menyebabkan sistem

pencatatan dan pelaporan kasus DBD harus intensif. Oleh karena itu

variabel DBD tidak dihilangkan dari form (Jumlah kelurahan Abatisasi

Selektif dengan ABJ>90%). Sedangkan perhitugan ABJ (Angka

Bebas Jentik) tidak berdasarkan fokus, tetapi kelurahan.

k. Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat Tempat Umum (TTU)

Tujuan pelayanan hygiene sanitasi TTU yaitu menurunkan

angka kesakitan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan yang

tidak sehat. Kebijakan pelaksanaannya diarahkan pada pemeriksaan

terhadap tempat umum, 100% tempat tempat umum diperiksa

sanitasinya.

Untuk dapat melakukan kegiatan pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan, bidang P2PL mempunyai salah satu tugas rutin

membuat laporan yang bersumber dari SP3. Tugas tersebut dibawah

tanggungjawab kepala seksi P3P dan kepala seksi PL. Kegiatan ini salah

satunya digunakan untuk melakukan pemantauan penyakit dan cakupan hasil

kegiatan. Melalui sistem informasi bidang P2PL akan dapat dipantau wilayah-

wilayah yang potensial terjadi KLB penyakit dan cakupan yang masih rendah,

sehingga dapat dikategorikan sebagai wilayah aman, peringatan karena

potensial KLB, telah terjadi KLB penyakit tertentu ataukah kegiatan yang

Page 118: Adang Riana

118

perlu penanganan khusus. Dengan pemantauan secara dini akan merupakan

sikap tanggap terhadap kejadian luar biasa, peningkatan kasus penyakit

sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan penyakit secara dini

(preventif), dengan demikian diharapkan angka kesakitan dan kematian

akibat penyakit tertentu dapat dikurangi 3 .

Kegiatan pelaporan yang bersumber dari SP3 digunakan untuk

pemantauan kegiatan P2PL dengan dilakukan secara bulanan, tribulanan

dan tahunan. Staf pelaksana pengelola SP3 dibawah koordinator Kepala

Seksi P3P dan Kepala Seksi PL secara rutin memasukkan data laporan SP3

dari puskesmas. Kegiatan pencatatan SP3 meliputi data-data kegiatan

bidang P2PL yang sesuai SPM (PD3I, KLB, P2TB, Diare, ISPA, Malaria,

Kusta, Filariasis, DBD, pelayanan kesehatan lingkungan, pengendalian

vektor dan pelayanan hygiene sanitasi TTU). Hasil pencatatan tersebut

selanjutnya dibuat rakapitulasi sesuai dengan format pelaporan yang telah

ditentukan oleh petunjuk SP3 dan SPM. Laporan hasil SP3 secara rutin harus

dilaporkan kepada kepala seksi P3P dan kepala seksi PL setiap bulanan,

tribulanan dan tahunan. Berdasarkan laporan analisis SP3 tersebut akan

digunakan untuk melakukan pemantauan wilayah setempat serta

menentukan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sedangkan

hasil rekapitulasi laporan secara tahunan akan digunakan untuk menentukan

profil kesehatan di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Dengan

demikian, keberadaan sistem informasi bidang P2PL menjadi kebutuhan rutin

sehari-hari untuk melaksanakan kegiatan manajerial baik kepala bidang

P2PL, kepala seksi P3P dan kepala seksi PL 4 .

E. GAMBARAN SUMBER DAYA DI BIDANG P2PL

Page 119: Adang Riana

119

Bergeraknya roda organisasi/kelembagaan Dinas Kesehatan sangat

tergantung kepada sumber daya manusia yang professional ditunjang

dengan sarana dan prasarana yang memadai.

1. Jumlah Tenaga di Bidang P2PL

Setelah disosialisasikannya SOTK baru dengan PP nomor 8 tahun

2003, diharapkan kapasitas tenaga kesehatan yang ada baik kuantitas

maupun kualitasnya dapat diperhitungkan baik secara profesionalitas

maupun proporsionalitasnya guna mengisi jabatan-jabatan strategik

maupun para pemegang kegiatan dalam wadah organisasi Dinas

Kesehatan.

Ketenagaan yang ada di Bidang P2PL Kota Tasikmalaya sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Keadaan Tenaga di Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

No Jenis Tenaga Pendidikan Jumlah Keterangan 1 Dokter (S1) Kedokteran 1 Kepala Bidang

P2PL 2 Sarjana

Kesehatan (S1) Kesehatan Masyarakat 2 Kasie P3P dan

PL 3 Sarjana

Kesehatan (S1) Kesehatan Masyarakat 2 Staf

4 Srjana

Kesehatan (S2) Epidemiologi 1 Staf

5 Sarjana non Kesehatan (S1)

STIA 2 Staf

6 Ahli Madya Kesehatan (D3)

Akademi Kesehatan 6 Staf

7 Pelaks Gizi (D1) SPAG 1 Staf 8 Perawat SPK 1 Staf Jumlah 16

Tabel di atas menunjukkan bahwa tenaga kesehatan maupun

tenaga non kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas sudah

memenuhi kebutuhan. Jika dilihat dari rasio jumlah tenaga dengan

Page 120: Adang Riana

120

kegiatan P2PL yang sesuai SPM yaitu 1:1,4. Hal ini memberikan dampak

yang baik terhadap kinerja pada masing-masing kegiatan di bidang P2PL

ataupun keterkaitan dengan program-program lain.

Dalam tahapan pengembangan sistem informasi dengan metode

FAST dalam analsis masalah (problem analysis) harus mengumpulkan

data awal pengembangan sistem informasi yang berkaitan dengan

organisasi, pengguna, prosedur kerja dan lingkungan kerja 14 . Hal ini

membuktikan bahwa ketenagaan merupakan hal penting untuk

mengoperasikan sistem yang baru sehingga sangat mempengaruhi

kualitas informasi yang dikembangkan. Keadaan tenaga di bidang P2PL

menurut kriteria yang dibutuhkan untuk penggunaan sistem informasi

sudah memadai, cukup kompetensi dan profesionalisme sesuai kualifikasi

keakhlian. Oleh karena itu pengembangan sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan layak untuk

diimplementasikan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

2. Sarana dan Prasarana

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan

kesehatan dasar, di Kota Tasikmalaya telah terdapat 18 Puskesmas

Induk, 23 Puskesmas Pembantu, 14 unit Puskesmas Keliling, 621

Posyandu dan 49 buah Posbindu, keadaan tersebut masih sangat kurang

bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan

jangkauan pelayan kesehatan paling dekat dan cepat sesuai dengan

kriteria sarana pelayanan kesehatan perkotaan.

Bila dilihat dari rasio penduduk dengan sarana pelayanan

kesehatan dasar, pada saat ini Puskesmas induk (rasio 1:41.681)

Page 121: Adang Riana

121

tersebar di 8 Kecamatan, tiap Kecamatan memiliki 1 sampai 3

Puskesmas.

Penelitian pengembangan Sistem Informasi program pencegahan

penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan

minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan berbasis Local Area

Network (LAN) di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dilakukan dengan

memanfaatkan laporan SP3 dari Puskesmas yang hasil informasinya

akan digunakan oleh Kepala Dinas, Kepala Bidang P2PL, Kepala Seksi di

jajaran bidang P2PL dan staf pelaksana pengelola program.

Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan sistem informasi di

Dinas Kesehatan telah dialokasikan sarana Hardware sebanyak 25 unit

komputer terdiri dari 18 unit di puskesmas, 1 unit berada di ruang kepala

dinas, 4 unit berada di masing-masing bidang dan 2 unit berada di sub

bagian tata usaha Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yang akan

memanfaatkan informasi bidang P2PL untuk pemantauan kegiatan di

bidang P2PL itu sendiri. Namun yang sudah tersambung secara Local

Area Network (LAN) dan internet baru yang berada di area dinas

kesehatan sedangkan yang berada di puskesmas masih belum

tersambung tapi sudah digunakan untuk mengolah data dan laporan

sehingga laporan SP3 dari puskesmas masih tetap dikirim melalui hard

copy.

Tahap awal pengembangan sistem informasi adalah melakukan

studi kelayakan yang meliputi kelayakan teknik, kelayakan operasi,

kelayakan jadual dan kelayakan ekonomi 14 . Berdasarkan hasil studi

kelayakan tersebut bahwa pengembangan sistem informasi P2PL untuk

pemantauan penyakit layak dikembangkan. Kelayakan teknologi

Page 122: Adang Riana

122

ditunjukkan dengan ketersediaan teknologi berupa komputer baik secara

hardware dan infrastruktur yang mendukung. Kelayakan operasi

ditunjukkan dengan tersedianya sumber daya manusia yang telah mampu

mengoperasikan sistem berbasis komputer serta kemampuan sistem

untuk menghasilkan informasi P2PL. Kelayakan ekonomi didukung oleh

operasional sistem dan pemeliharaan.

Berdasarkan analisis studi pendahuluan tersebut, maka

pengembangan sistem informasi P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya layak dikembangkan

dan telah menjadi kebutuhan organisasi untuk membantu memutuskan

permasalahan manajemen khususnya kegiatan pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan.

F. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

1. Studi Pendahuluan

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui masalah, peluang dan

arahan serta menentukan batasan pengembangan sistem informasi.

Observasi ini juga untuk mengetahui ruang lingkup dan studi kelayakan.

Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan yang didasarkan

pada indikator keberhasilan yang mengacu pada tugas pokok dan tujuan

organisasi.

a. Masalah

Hasil observasi di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya diperoleh

program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL)

sesuai standar pelayanan minimal (SPM) dapat dilihat berdasarkan

pendekatan input-proses-output sebagai berikut :

Page 123: Adang Riana

123

INPUT PROSES OUT PUT

Laporan SP3

Sensus Rekap dan Analisis SP3

Analisis Laporan

Gambar 4.1 Pendekatan Input – Proses – Out put Sistem Informasi Bidang P2PL

1) INPUT

Data masukkan berupa laporan bulanan sesuai format sistem

pencatatan pelaporan puskesmas (SP3) yang berisi data PD3I,

KLB, P2TB, ISPA, HIV/AIDS, DBD, Diare, Malaria, Filariasis,

Kusta, Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pengendalian Vektor

dan Sanitasi Tempat Tempat Umum (STTU).

2) PROSES

Proses pengolahan data Program Pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal

(SPM) dimulai dari memasukkan data laporan SP3 ke dalam

tabulasi dengan menggunakan program excel, kemudian

dilakukan analisa deskriptif untuk masing-masing kegiatan berupa

histogram yang menyatakan bulan ke sebagai absis (sumbu X)

dan jumlah kasus atau pencapaian program sebagai koordinat

(sumbu Y). Berdasarkan histogram tersebut data dianalisis

menurut kriteria masing-masing program, yaitu melihat angka

cakupan/kejadian pada bulan-bulan sebelumnya untuk

mendapatkan informasi apakah terjadi lonjakan kasus/pencapaian

yang kurang atau tidak.

3) OUT PUT

Berdasarkan hasil pengolahan data pada bidang P2PL yang

digunakan untuk pemantauan, maka out put informasi yang

Page 124: Adang Riana

124

dihasilkan sesuai kebutuhan masing-masing manajer adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Tingkat Manajemen dalam Pengambilan Keputusan pada sistem informasi Bidang

P2PL di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tingkat

Manajemen Pengambilan Keputusan

Informasi yang diperlukan

1 2 3 Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

1. Laporan ke Dinas Kes Propinsi

2. Laporan ke Pemerintah Kota Tasikmalaya

3. Feedback ke sumber data

1. Hasil analisa data kegiatan bidang P2PL berupa Profil Kesehatan

2. Anggaran Proyek dan jenis kegiatan

Kepala Bidang P2PL

1. Laporan ke Kepala Dinas Kesehatan

2. Konsep laporan ke Dinas kesehatan Propinsi dan Pemerintah Kota

3. Konsep feedback ke sumber data

4. Evaluasi hasil keg P2PL

1. Hasil analisa dan penyajian data kegiatan bidang P2PL

2. Anggaran proyek dan jenis kegiatan

3. Data ketepatan dan kelengkapan laporan

1 2 3 5. Menyetujui

rencana kegiatan bidang P2PL 2

Kepala Seksi P3P

1. Analisa hasil data kegiatan P3P

2. Laporan ke Kabid P2PL

3. Pengusulan rencana kegiatan P3P

1, Hasil rekap kegiatan P3P

2. Penghitungan 3. Rincian kebutuhan

sarana dan prasarana pengolahan data

4. Rincian pelaksanaan kegiatan P3P

5. Anggaran yg ada

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan (PL)

1. Analisa hasil data kegiatan PL

2. Laporan ke Kabid P2PL

3. Pengusulan rencana kegiatan PL

1. Hasil rekapitulasi kegiatan PL

2. Penghitungan 3. Rincian

kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan data

4. Rincian pelaksanaan kegiatan PL

5. Anggaran yang ada

Page 125: Adang Riana

125

Staf Pelaksana Program

Pengumpulan distribusi dan pengolahan data kegiatan P2PL

1. Laporan SP3 2. Kelengkapan dan

ketepatan laporan

Berdasarkan tabel di atas tentang ruang lingkup kebutuhan informasi

berdasarkan tingkat manajemen dalam pengambilan keputusan

memerlukan informasi yang dihasilkan berupa hasil kegiatan P2PL

sesuai SPM untuk dijadikan bahan pemantauan.

b. Peluang

Untuk mengembangkan Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai standar

pelayanan minimal (SPM) untuk pemantauan di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya, maka hal-hal yang berhubungan dengan peluang adalah

sebagai berikut :

1) Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang P2PL menyatakan

:

”Meskipun sekarang ini data SP3 telah diolah dengan program excell, kami masih butuh software yang dapat menunjukkan adanya peringatan secara otomatis, kemudian dapat terlihat secara langsung puskesmas mana yang mengalami lonjakan kasus / pencapaian kegiatan dengan adanya pemetaan”.

2) Telah tersedianya komputer di Bidang P2PL yang tersambung

secara LAN ke bidang lain serta terdapatnya sumber daya yang

mampu mengoperasionalkan komputer.

3) Telah tersedianya form laporan SP3 yang telah digunakan secara

rutin untuk pelaporan kegiatan bidang P2PL secara bulanan. Form

yang digunakan ini telah sesuai dengan ketentuan perundangan,

sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisis kegiatan

bidang P2PL.

4) Tenaga yang bertanggungjawab dalam pengelolaan data kegiatan

bidang P2PL khususnya yang bersumber dari SP3 telah meiliki

Page 126: Adang Riana

126

keterampilan mengoperasionalkan komputer, sehingga

memungkinkan untuk dikembangkan sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di Dinas Kesehatan

Kota Tasikmalaya.

5) Sistem khusus untuk mengolah data SP3 di bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan belum ada, sehingga perlu

dikembangkan dengan sistem khusus yang berbasis komputer

sehingga memudahkan bidang P2PL untuk melakukan pemantauan.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa peluang sistem

informasi yang saat ini berjalan perlu dikembangkan dengan

menggunakan software khusus, disamping itu telah tersedia komputer

khusus untuk SIK yang tersambung secara LAN, tersedia form laporan

yang biasa digunakan secara rutin, dan tersedia tenaga yang

bertanggung jawab dan memiliki keterampilan mengoperasikan

komputer sehingga memungkinkan untuk dikembangkan sistem

informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.

c. Arahan

Berdasarkan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait, maka telah

memberikan arahan untuk dikembangkan sistem informasi bidang P2PL

sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk pemantauan di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya, yaitu :

Hasil wawancara dengan Kepala Bidang P2PL sebagai berikut:

”Meskipun informasi bidang P2PL yang sekarang berjalan telah dapat menunjukkan laporan yang cukup, namun masih terdapat kelemahan, sehingga kami akan sangat terbantu bila ada siftware aplikasi untuk kegiatan P2PL”. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi P3P sebagai berikut :

Page 127: Adang Riana

127

”Program aplikasi P3P yang dapat menunjukkan adanya kasus secara khusus untuk pemantauan akan sangat membantu kami selaku penanggung jawab kegiatan P3P, karena data yang dikelola cukup banyak dan perlu ketepatan waktu untuk menghasilkan informasi”. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi PL sebagai berikut : ”Terima kasih bila anda akan membuatkan software yang dapat membantu kami mengelola data penyehatan lingkungan, karena datanya cukup banyak dan memerlukan waktu untuk mengolahnya, oleh karena itu kami akan sangat terbantu dan bermanfaat”.

Arahan dari berbagai pihak berdasarkan hasil wawancara secara umum

dapat disimpulkan mendukung untuk dikembangkan sistem informasi

terutama dalam lingkup kegiatan P2PL sesuai SPM yang output-nya

akan digunakan untuk mendukung pemantauan berdasarkan laporan

SP3, dimulai dari pengumpulan, pengolahan dan analisis hasil

pengolahannya.

d. Ruang lingkup

1) Ruang Lingkup Sistem

Sistem yang akan dikembangkan adalah sistem informasi Bidang

P2PL sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk pemantauan

di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yang meliputi kegiatan :

PD3I, KLB, P2TB, ISPA, HIV/AIDS, DBD, Diare, Malaria, Filariasis,

Kusta, Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pengendalian Vektor,

Pelayanan Sanitasi Tempat Tempat Umum (STTU).

2) Ruang Lingkup Pengguna

Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai standar pelayanan minimal

(SPM) untuk pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

yang sekarang berjalan menghasilkan informasi sebagai berikut :

Tabel 4.3 Daftar Out Put Sistem Informasi Bidang P2PL di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Page 128: Adang Riana

128

Nama Out Put Bentuk Sarana Distribusi Periode Kelemahan

1 2 3 4 5 6 Data laporan

Tabel Kertas Seksi P3P dan Seksi PL

Bulanan, Tribulanan, Tahunan

Tidak diperoleh distribusi beru- pa peta cakupn

Histogram Grafik Tampilan monitor, kertas

Seksi P3P dan Seksi PL

Bulanan, Tribulanan, Tahunan

Tidak dapat me munculkan te matik (warna yg memberikan simbul pening katan kasus)

Laporan kegiatan P2PL

Tabel, histogamgrafik, Peta

Monitor, kertas

Bidang P2PL

Bulanan, Tribulanan, Tahunan

Tidak akurat, tidak tepat waktu, tidak mudah difahami, belum muncul peta puskesmas sebagai laporan distribusi kenaikan kasus penyakit dan

1 2 3 4 5 6

pencapaian program, tidak mudah ditemukan kembali dengan mudah untuk melacak penderita penyakit yang potensial KLB

3) Ruang Lingkup Sasaran

Ruang lingkup sasaran adalah sasaran proyek yang diamati meliputi

input data (SP3), proses meliputi pengumpulan, pengolahan dan

analisis hasil pengamatan/rekpitulasi serta output meliputi pelaporan

hasil kegiatan program pencegahan penyakit dan penyehatan

lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk

mendukung pemantauan.

Mengetahui ruang lingkup pengembangan sistem informasi merupakan

hal penting dengan maksud untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang

Page 129: Adang Riana

129

akan dijadikan input, proses maupun out put pada sistem yang akan

dikembangkan, ruang lingkup sistem terdiri dari kegiatan P2PL yang

termasuk SPM, ruang lingkup pengguna adalah distribusi informasi

yang akan digunakan oleh pemegang manajemen baik itu kepala dinas,

kepala bidang maupun kepala seksi, kemudian ruang lingkup sasaran

meliputi input data, proses pengolahan dan out put berupa pelaporan

hasil kegiatan.

e. Kelayakan

Proyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem informasi

program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL)

sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung

pemantauan berbasis Local Area Network (LAN) di Dinas Kesehatan

Kota Tasikmalaya. Survei kelayakan untuk mengetahui kelayakan

proyek dengan melakukan suatu studi untuk menentukan kemungkinan

pengembangna proyek ini layak diteruskan atau dihentikan dengan

mempertimbangkan segi teknik, operasi, jadual dan anatomi sistem.

Dari hasil wawancara dan observasi diperoleh data tingkat kelayakan

pengembangan sistem informasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal

(SPM) untuk mendukung pemantauan yaitu :

1) Kelayakan Teknik

Survei kelayakan teknik berfungsi untuk mengetahui apakah sistem

dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi komputer, untuk

itu ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan

teknologi dan ketersediaan tenaga yang mampu

mengoperasionalkan.

Page 130: Adang Riana

130

a) Ketersediaan teknologi

Berdasarkan observasi dan wawancara diketahui bahwa bidang

P2PL mempunyai 8 unit komputer serta 4 buah printer,

sebagaimana didukung oleh pernyataan salah satu staf Seksi

Pengamatan Penyakit sebagai berikut :

”Pada bidang kami di bidang P2PL terdapat 8 buah komputer yaitu satu untuk kegiatan sistem Informasi kesehatan yang tersambung dengan bidang bidang lain di Dinas Kesehatan, lima di bawah Seksi P3P, dua untuk Seksi Penyehatan Lingkungan” Sarana pendukung sistem informasi di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya berupa komputer sebagian besar digunakan untuk

kegiatan administrasi surat menyurat, pembuatan laporan,

penyajian data (tabel dan grafik). Saat ini sudah tersedia 1 (satu)

unit komputer dengan jaringan (LAN) yang khusus untuk

pengolahan data atau Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

Sedangkan data sebagai sarana pendukung sistem informasi

yang tersedia di DKK Tasikmalaya untuk mendukung

berjalannya sistem informasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan

minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan berbasis Local

Area Network (LAN) dapat terlihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.4 Sarana Pendukung Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai

standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan di Bidang P2PL DKK Tasikmalaya

Komputer Printer Instansi Jml Spesifikasi Jml Spek Jaringan Saluran

Telpon Kepala Bidang P2PL

1 Pentium IV 1 HP 1 LAN dengan Bidang lain

Ada

Seksi P3P

5 Pentium IV 2 Canon Belum ada

Ada

Seksi 3 Pentium IV 1 Canon Belum Ada

Page 131: Adang Riana

131

PL ada Jumlah 8 4

Infra struktur jaringan di Dinas Kesehatan Tasikmalaya telah

tersedia berupa jaringan Local Area Network (LAN) DKK

Tasikmalaya dengan nama dinkes_kotatasikmalaya@yahoo. com.

Beberapa keuntungan menggunakan LAN ádalah menaikan

produktivitas kerja, Meningkatkan cara berkomunikasi dan

penyaluran informasi/data dari suatu tempat ke tempat lain,

Meningkatkan otomatisasi kantor/organisasi, Mengatasi kendala

perbedaan jarak dan waktu dalam penyajian dan pemenuhan

kebutuhan informasi (resource sharing) 27 , akan tetapi jaringan

lokal ini hanya terpasang untuk komunikasi data antar bidang di

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, sedangkan antar seksi

pada bidang P2PL tidak tersedia fasilitas jaringan, hal ini

dikarenakan lokasi antar seksi yang tidak berjauhan, tetapi

hanya dalam satu ruangan.

b) Ketersediaan Tenaga

Berdasarkan observasi diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya mempunyai 97 tenaga di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya, sedangkan pada bidang P2PL terdapat 16 orang.

2 diantaranya ditugaskan sebagai penanggungjawab komputer

dan sistem informasi P2PL untuk mendukung pemantauan.

Lebih lanjut informasi tentang ketenagaan yang mengelola

sistem informasi bidang P2PL sebagaimana wawancara dengan

Kepala Seksi P3P :

”Untuk mengolah data kegiatan P3P kami dinbantu oleh seorang staf yang sudah mampu mengopersikan komputer, yaitu bu Asih

Page 132: Adang Riana

132

S., beliau yang selama ini memasukkan data dan mengolah hingga menyajikan laporan kegiatan P2PL secara rutin” Hal itu dibenarkan oleh Staf pengelola komputer untuk Bidang

P2PL :

”Secara rutin saya yang melakukan pemasukan data SP3 pada setiap bulan dengan menggunakan program excel, selanjutnya secara rutin setiap bulan saya membuat laporan rekapitulasi SP3 untuk laporan dari Seksi Pengamatan Penyakit”

Dari hasil wawancara dan observasi di bidang P2PL Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya tersebut sudah terdapat teknologi

dan tenaga yang mampu mengoperasionalkan sistem dengan

komputer yang akan dikembangkan.

2) Kelayakan Operasi

Kelayakan operasi digunakan untuk mengukur apakah sistem yang

akan dikembangkan akan dapat dioperasikan dengan baik oleh

user.

Dari hasil wawancara dengan kepala seksi Penyehatan Lingkungan

:

”Kami sangat mengharapkan ada softwre khusus yang dapat membantu kami melakukan anaslisis data, karena penyakit kian berkembang, sedangkan data yang harus diolah cukup banyak sehingga memudahkan pengelolaan data, kami perlu software khusus yang dapat memberikan informasi yang cepat, sekaligus lengkap berupa gambaran pemetaan distribusi penyakit berdasarkan tempat”. Dan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa end user telah

mendukung dan bersedia bila dikembangkan sistem aplikasi

khusus untuk informasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal

(SPM) untuk mendukung pemantauan berbasis Local Area Network

(LAN).

Page 133: Adang Riana

133

Penilaian kelayakan operasional ini menurut Yogiyanto (2001)

dilakukan dengan menilai 3 hal yaitu :

a) Kemampuan petugas

Berdasarkan wawancara dengan kepala bidang P2PL dapat

diketahui kemampuan petugas yang sekarang ini mengelola

sistem Informasi bidang P2PL sebagai berikut:

”Staf kami yang mengolah data kegiatan P2PL, selama ini sudah dapat menyajikan data untuk melihat kejadian penyakit, pencapaian kegiatan akan tetapi masih menggunakan aplikasi umum seperti excel, sehingga informasi yang dihasilkan tidak dapat dilihat dengan cepat, karena harus membuat rumus khusus untuk menentukan kriteria, tetapi untuk laporan rutin, biasanya tetap bisa dibuat”

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa staf yang

mengelola program surveilans epidemiologi telah memiliki

kemampuan bekerja dengan sistem informasi yang berbasis

komputer.

b) Kemampuan sistem dalam menghasilkan sistem informasi

program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan

(P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk

mendukung pemantauan berbasis Local Area Network (LAN) di

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yang sekarang ini berjalan

sudah mampu menghasilkan informasi, sesuai dengan

wawancara dengan kepala bidang P2PL sebagai berikut:

”Selama ini sistem yang digunakan menggunakan aplikasi excel, sehingga penghitungan dibuat secara manual, sedangkan kegiatan P2PL cukup banyak, sehingga prosesnya butuh waktu yang lama, dengan aplikasi ini tidak dapat menggambarkan pemetaan berdasarkan tempat dengan peta, laporan kegiatan P2PL yang sekarang ini dikirim belum bisa memberikan peringatan seperti simbol-simbol maupun warning yang menunjukkan peringatan telah terjadi kenaikan kasus pada penyakit tertentu, sehingga kami masih ingin dikembangkan suatu aplikasi khusus untuk pemantauan kegiatan.”

Page 134: Adang Riana

134

Demikian juga dengan wawancara dengan staf pengelola

pelaporan bidang P2PL :

”Dengan aplikasi excel, memang kami biasa membuat histogram untuk pemantauan, akan tetapi untuk memerinci masing-masing kegiatan cukup sulit, lama dan kurang tepat, apalagi untuk menampilkan mapping tempat kejadian penyakit sulit dilakukan dengan menggunakan excel” Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketajui bahwa

sistem lama masih mempunyai kelemahan yaitu laporan yang

dihasilkan kurang lengkap yaitu gambaran pemetaan tempat,

kejadian peringatan penyakit, akurasi perhitungan dan ketepatan

penyajian informasi.

c) Efisiensi sistem

Efisiensi sistem berkaitan dengan kecepatan dan kelengkapan

informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Efisiensi sistem

yang diharapkan menurut wawancara kepala bidang P2PL

sebagai berikut :

”Dengan adanya software khusus, tentunya kami berharap pekerjaan lebih efisien, karena dengan memasukkan data kita sudah dapat menganalisis hasil (out put), apakah telah terjadi lonjakan kasus, pencapaian target atau tidak, tidak perlu menunggu waktu sehingga sekaligus dapat dilaksanakan pemantauan terhadap kasus penyakit yang ditemukan atau KLB” Berdasarkan wawancara tersebut, bahwa pengembangan

sistem informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan

lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM)

untuk mendukung pemantauan berbasis Local Area Network

(LAN) dapat digunakan untuk efisiensi sistem pemantauan

kegiatan, khususnya untuk memepercepat waktu untuk

pengolahan data, analisis kejadian penyakit dan untuk

memantau kegiatan serta untuk pengambilan keputusan.

Page 135: Adang Riana

135

3) Kelayakan jadual

Kelayakan jadual ini digunakan untuk menentukan bahwa

pengembangan sistem informasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal

(SPM) untuk mendukung pemantauan berbasis Local Area Network

(LAN) akan dapat dilakukan dalam batas waktu tertentu seperti

tercantum dalam jadual penelitian.

Waktu yang tersedia untuk pengembangan sistem informasi

program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL)

sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung

pemantauan berbasis Local Area Network (LAN) di DKK

Tasikmalaya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.

4) Kelayakan ekonomi

Kelayakan ekonomi berfungsi untuk mengetahui

perbandingan antara manfaat dari sistem dan biaya yang

dikeluarkan untuk pengembangan maupun operasional. 22

Besarnya dana yang diperlukan untuk pengembangan

sistem informasi bidang P2PL ditanggung oleh peneliti dan proyek

dinas kesehatan, disamping itu Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

menyediakan sumber daya tenaga dan sarana. Biaya operasional

sistem diambilkan dari anggaran rutin Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya sehingga perbandingan manfaat dan biaya

pengembangan sistem ini masih sulit diukur.

Dalam pengembangan sistem informasi program

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai

standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan

Page 136: Adang Riana

136

berbasis Local Area Network (LAN) untuk sistem berbasis komputer

maka data dan informasi akan dihasilkan dengan tersedia, lengkap,

akurat, mudah difahami, tepat waktu, relevan, bermanfaat dan

konsisten sehingga dapat dipantau secara rinci keberhasilan dan

masalah yang penyakit yang terjadi di wilayah kelurahan Kota

Tasikmalaya, untuk selanjutnya dilakukan tindakan pemantauan

wilayah setempat (PWS) dan pencegahan pemberantasan penyakit.

Dengan demikian biaya yang digunakan untuk mengatasi penyakit

menjadi minimal dan tepat sasaran.

Berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan oleh peneliti

seperti diuraikan secara jelas di atas hasil studi dapat diringkas

seperti tabel berikut :

Tabel 4.5 Kelayakan Perancangan Sistem Informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk Mendukung Pemantauan

Kelayakan No Studi Kelayakan Layak Tidak layak

1 Kelayakan teknik: a. Ketersediaan teknologi b. Ketersediaan tenaga

V V

2 Kelayakan Operasi; a. Kemampuan petugas b. Kemampuan sistem dalam

menghasilkan informasi c. Efisiensi sistem

V

V V

3 Kelayakan Jadual V 4 Kelayakan ekonomi V

Investigasi awal mempunyai tujuan mengetahui lingkup pengembangan

sistem informasi serta studi kelayakan untuk menganalisis masalah,

peluang dan tujuan pengguna 14 . Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa

kelayakan dari sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung menganalisis masalah dan digunakan untuk pemantauan

sudah layak untuk dikembangkan. Hal tersebut ditunjang dengan

kelayakan teknik berupa ketersediaan teknologi dan tenaga, kelayakan

Page 137: Adang Riana

137

operasi ditunjang dengan kesiapan petugas dan kemampuan sistem

untuk menghasilkan irformasi yang dapat digunakan secara efisien,

kelayakan jadual dan kelayakan ekonomi berupa biaya operasional.

2. Analisis Masalah

Pada tahap analisis masalah terdapat beberapa langkah yang harus

dilakukan yaitu mempelajari dan menganalisis sistem informasi P2PL

yang sekarang berjalan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya untuk

pemantauan. Langkah-langkah analisis masalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada Bab I yaitu

Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan

lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk

mendukung pemantauan yang berjalan saat ini belum mampu

menyediakan informasi yang lengkap (complete), handal, akurat,

relevan, tepat waktu, bermanfaat, mudah difahami dan konsisten

sehingga kurang mendukung pemantauan kegiatan bidang P2PL.

Dari permasalah tersebut selanjutnya ditelusuri penyebab munculnya

masalah tersebut :

2) Identifikasi Masalah

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan

kepala kidang pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan

(P2PL) sebagai berikut :

”Sistem pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan sekarang ini hanya dapat memberikan informasi tentang jumlah penderita penyakit di wilayah tertentu, untuk laporan hanya berupa histogram untuk peta juga belum dapat dihasilkan dengan baik ”

Page 138: Adang Riana

138

Menurut kepala seksi P3P selaku penanggungjawab

program menyatakan :

”Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan yang sekarang ini berjalan diolah dengan menggunakan excel, informasi yang diperoleh saat ini belum dapat memberikan peringatan (warning) bila terjadi kenaikan kasus, sehingga kita kesulitan untuk melakukan pemantauan, selain itu belum dapat menunjukkan distribusi penyakit menurut tempat, belum dapat menunjukkan distribusi penyakit menurut wilayah kerja puskesmas sebanyak 18 Puskesmas di Kota Tasikmalaya, selain itu belum tersedia basis data karena menggunakan program excel, sehingga untuk penghitungan butuh waktu yang lama, dan kurang akurat ”.

Menurut kepala seksi penyehatan lingkungan (PL) :

”Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung, yang sekarang ini berjalan belum dapat menentukan pencapaian kegiatan berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, padahal bagi kami untuk mengetahui pencapaian program lebih tepat bila jangkauannya lebih rinci sampai lokasi, jadi sebaiknya dihasilkan juga informasi berdasarkan kelurahan/ puskesmas dan kecamatan”

Menurut staf pelaksana pengelola pelaporan selaku

petugas yang memasukkan dan mengolah data menyatakan :

”Selama ini kami mengolah secara manual dengan program excel dengan banyak kolom dan worksheet, sehingga cukup rumit dan melelahkan, meskipun dapat dihasilkan informasi tapi masih ada kekurangan yaitu belum dapat memasukkan data secara langsung serta belum bisa melihat hasil kegiatan maupun masalah menurut Kelurahan, puskesmas dan kecamatan khususnya dengan menggunakan peta, serta belum ada basis data untuk kegiatan tersebut, serta sering terlambat dan data yang kurang valid”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, gambaran masalah

sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Analisis Masalah Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan

yang sekarang ini berjalan di DKK Tasikmalaya

No Sumber Masalah

Page 139: Adang Riana

139

1 2 3 1 Kepala

Bidang P2PL

Informasi yang dihasilkan belum dapat menggambarkan distribusi kasus penyakit dan pencapaian program dengan peta

2 Kepala Seksi P3P

Proses pengolahan manual sehingga lama dan kurang akurat. Informasi yang dihasilkan belum dapat :

1 2 3 a. memberikan peringatan kenaikan kasus

b. distribusi penyakit menurut 18 Puskesmas c. Bentuk peta

3 Kepala Seksi PL

Informasi belum dapat menunjukkan cakupan program pelayanan pada setiap wilayah Puskesmas

4 Staf Pengelola Program di Bidang P2PL

a. Pengolahan data manual, sehingga rumit dan memakan waktu lama

b. Data yang kurang valid c. Informasi yang dihasilkan belum dapat

menggambarkan peta d. Belum ada basis data

3) Identifikasi letak terjadinya masalah.

Berdasarkan analisis masalah, maka letak terjadinya masalah

pada sistem informasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan

minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan yang sekarang

berjalan di Dinkes Kota Tasikmalaya sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.7 Gambaran Masalah pada Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai

standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan

Masalah

Responden Ter sedia

Mu dah

Relevan

Man faat

Ketepatan

Reliabel

Aku rat

Kon sistn

Kepala Dinas

V V V V V V V V

Kepala Bi dang P2PL

V V V V V V V V

Kepala Seksi P3P

V V V V V V V V

Kepala Seksi PL

V V V V V V V V

Staf Pelaksana Prog ram

V V - V V V - -

Staf Pelaksana Prog ram

V V V V V V - V

Page 140: Adang Riana

140

Keterangan : V = terjadi masalah

– = tidak masalah

4) Identifikasi petugas kunci

Berdasarkan identifikasi letak terjadinya masalah, maka

dilakukan identifikasi petugas kunci terjadinya permasalahan

pada sistem informasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan

minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan yang sekarang

ini berjalan.

Petugas kunci adalah petugas yang secara langsung maupun

tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya masalah.

Berdasarkan hasil observasi dan memperhatikan aliran data

pada sistem iInformasi program pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan (P2PL) diperoleh proses aliran data

hingga menjadi informasi sebagai berikut:

INPUT PROSES OUT PUT

- Data PD3I - Data KLB - Data TB paru - Data Diare - Data Kusta - Data P2DB - Data Malaria - Data ISPA - Data HIV-AIDS - Data Filariasis - Data Pelayanan

Kesling - Data

Pengendalian Vektor

- Data pelayanan Hygiene TTU

- Pemasukkan data

- Pengolahan data

- Penyimpanan data

- Penyajian data

- Laporan rutin - Gambaran

distribusi penyakit

- Gambaran distribusi pencapaian

Gambar 4.2 Aliran Data Bidang P2PL

Page 141: Adang Riana

141

b. Memahami sistem saat ini

Langkah kedua dari tahap analisis masalah adalah memahami sistem

yang ada saat ini. Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari

secara rinci bagaimana sistem yang saat ini beroperasi. Sistem

informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan

(P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung

pemantauan dapat digambarkan dengan diagram seperti gambar di

bawah ini :

Gambar 4.3 Diagram Konteks Sistem Informasi program pencegahan

penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan yang

sekarang berjalan

Page 142: Adang Riana

142

Dari gambar tersebut diatas, terdapat entitas yang

berhubungan dengan sistem informasi program pencegahan penyakit

dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal

(SPM) untuk mendukung pemantauan :

1) Puskesmas, data yang dikumpulkan adalah SP3

2) Petugas pengelola pencatatan di bidang P2PL, membutuhkan

informasi yang dikumpulkan dari SP3

3) Kepala seksi P3P membutuhkan informasi bulanan hasil kegiatan

program berupa PD3I, Malaria, Diare, Kusta, DBD, ISPA,

Filariasis, HIV-AIDS, Frekwensi KLB, TB Paru.

4) Kepala Seksi PL membutuhkan informasi bulanan hasil kegiatan

program berupa pelayanan kesling, pengendalian vector,

pelayanan TTU.

5) Kepala bidang P2PL membutuhkan informasi bulanan hasil

kegiatan yang dilakukan oleh seksi seksi yang ada pada bidang

P2PL untuk pemantuan.

6) Kepala dinas kesehatan membutuhkan informasi bulanan,

tribulanan, dan tahunan kegiatan yang dilakukan oleh bidang

P2PL untuk melakukan kebijakan.

Berdasarkan gambar diagram konteks sistem informasi program

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai

standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan

yang sekarang berjalan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya masih

terdapat kelemahan yaitu :

1) Informasi yang dihasilkan tidak memuat variabel yang lengkap.

Sebagai contoh tidak ada data tentang penyakit yang dapat

memenuhi kebutuhan laporan sesuai SPM

Page 143: Adang Riana

143

2) Informasi yang dihasilkan saat ini tidak dapat menampilkan

peringatan adanya kenaikan kasus atau kenaikan pencapaian

program

3) Infromasi yang dihasilkan saat ini tidak dapat menampilkan peta

distribusi penyakit berdasarkan 18 Puskesmas.

4) Proses pengolahan laporan rutin membutuhkan waktu yang lama,

serta hasil perhitungan kurang akurat

5) Proses pengolahan laporan SP3 diolah dalam sistem yang

terpisah, sehingga untuk melihat kasus penyakit atau pencapaian

program harus dilakukan penggabungan data keduanya.

Proses–proses yang terjadi dalam sistem informasi program

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan sesuai standar

pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan adalah :

1) Pemasukan data laporan SP3 dari Puskesmas

2) Pengolahan data untuk menghasilkan angka cakupan program

3) Pembuatan histogram untuk pemantauan program P2PL

4) Pembuatan rekapitulasi laporan bulanan, tahunan , tribulanan, dan

tahunan program P2PL

5) Pembuatan peta lokasi per kelurahan/puskesmas untuk

pemantauan kejadian kasus penyakit maupun pencapaian

program.

Proses pemasukan data laporan puskesmas (SP3) dilakukan oleh staf

pengelola pelaporan di masing-masing seksi. Berdasarkan data yang

telah dimasukkan dalam masing-masing tabel laporan oleh

puskesmas kemudian oleh bidang P2PL dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan komputer secara manual, perhitungan

dilakukan secara semi manual (tanpa software khusus) dan informasi

Page 144: Adang Riana

144

yang ditampilkan hanya menggunakan tabel hasil rekapan dan grafik.

Apabila membutuhkan laporan sesuai SPM akan kesulitan dan butuh

waktu yang lama, karena indikator yang dibutuhkan oleh SPM ada

perbedaan cara perhitungannya, oleh karena itu perlu dibangun

sistem yang dapat mengakomodasi kebutuhan laporan sesuai SPM.

Proses pengolahan data untuk analisis hasil kegiatan program P2PL

membutuhkan keterampilan khusus serta kerja ekstra keras,

meskipun telah menggunakan program excel, tetapi petugas harus

menyediakan banyak tabel untuk menganalisis hasil kegiatan program

P2PL, sehingga memungkinkan kesalahan dalam menhitung,

demikian juga dalam proses pembuatan laporan khususnya untuk

laporan dalam bentuk peta wilayah kerja puskesmas yang mengalami

peningkatan kasus maupun pencapaian hasil kegiatan sulit dilakukan.

Dari observasi juga diperoleh keterangan bahwa tugas pengolahan

data sering terlambat (dikerjakan 1-2 hari) karena tabel-tabel yang

dikerjakan cukup banyak. Dari proses-proses yang telah terjadi pada

Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan

lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk

mendukung pemantauan diperoleh out put sebagai berikut :

Tabel 4.8 Daftar output Sistem Informasi program pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan

No Nama Out Put Format Out

Put Distribusi Periode

1 Data bulanan Tabel, Kasie P3P, Kasie PL

Bulanan

2 Rekapitulasi Laporan

Tabel, Grafik,

Pengelola program, Kasie P3P

Bulanan

3 Trend pencapaian

Grafik, Pengelola program, Kasie P3P, Kasie PL & Kabid P2PL

Bulanan

Page 145: Adang Riana

145

Dari out put tersebut yang dihasilkan oleh sistem informasi program

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) sesuai

standar pelayanan minimal (SPM) untuk mendukung pemantauan

saat ini belum dapat menyajikan variabel yang tepat berupa variabel

tempat 18 Puskesmas, variabel waktu yang ditunjukan bulanan.

Kelengkapan informasi yang berkaitan dengan variabel epidemiologi

dinilai sangat penting untuk kewaspadaan dini, karena akan

menentukan pemantauan wilayah setempat (PWS) maupun

menentukan faktor resiko terjadinya penyebaran penyakit. Untuk lebih

mudah dalam mengamati kelengkapan data dari informasi program

P2PL yang sekarang ini berjalan sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel. 4.9 Kelengkapan data informasi yang saat ini berjalan

Keberadaan data & informasi No Kelengkapan Data Ada Tidak ada 1 Variabel Waktu :

- Bulanan - Tribulanan - Tahunan

V V V

- - -

2 Variabel Tempat : - Kelurahan - Puskesmas - Kecamatan

- V -

V - V

Keterangan : V = Memenuhi

- = Tidak memenuhi

Berdasarkan wawancara dengan kepala bidang P2PL :

“Sistem yang sekarang ini berjalan tidak memuat variabel tempat sehinga belum bias mengetahui penyebaran kasus penyakit maupun pencapaian program berdasarkan kelurahan, puskesmas, kecamatan”. Berdasarkan wawancara dengan kepala dinas kesehatan:

“Data belum lengkap, ada hal-hal yang perlu penambahan data sesuai dengan kebutuhan SPM, dengan demikian diharapkan kenaikan kasus maupun kenaikan pencapaian kegiatan dapat dengan mudah diketahui baik waktu maupun tempatnya”.

Page 146: Adang Riana

146

Berdasakan observasi juga dijumpai adanya data dan informasi yang

tersimpan di file komputer dengan program excel tentang laporan

SP3. Pengelola program yang ada di bidang P2PL kesulitan apabila

akan melacak kasus tertentu, harus memilah sehingga butuh waktu

lama, demikian juga apabila kepala seksi maupun kepala bidang

P2PL membutuhkan informasi tentang hasil kegiatan program secara

rinci termasuk variabel orang maupun tempat (kelurahan, puskesmas,

kecamatan) akan kesulitan karena belum adanya basis data program

P2PL.

c. Menganalisis sistem saat ini

1) Analisis Pekerjaan

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dapat

diketahui bahwa kegiatan bidang P2PL menjadi salah satu tugas

pokok dari Dinas Kesehatan yang secara rutin mengolah dan

menganalisa data sehingga menghasilkan laporan-laporan rutin

bulanan. Pekerjaan ini ditanggung-jawabi oleh kepala bidang

P2PL dibantu oleh 2 orang kepala seksi dan dilaksanakan oleh

pengelola program. Hal tersebut sesuai hasil wawancara dengan

kepala Dinas Kesehatan sebagai berikut :

”Kegiatan P2PL menjadi tanggungjawab Kepala Bidang P2PL yang secara rutin menanggungjawabi pemantauan sesuai SPM dari laporan SP3”. Sedangkan menurut kepala bidang P2PL

”Kegiatan P2PL memang tugas rutin saya, yang selama ini saya yang dibantu oleh dua orang kepala Seksi yaitu Kepala Seksi P3P dan Kepala Seksi PL”. Menurut kepala seksi P3P menyatakan :

”Kegiatan P3P merupakan tugas rutin saya, kegiatan tersebut dibantu oleh masing-masing pemegang program dan seorang

Page 147: Adang Riana

147

pelaksana yang bertugas memasukkan dan mengolah data secara rutin menjadi laporan yang diperlukan”.

Menurut kepala seksi PL :

”Kegiatan PL adalah tugas rutin saya, kegiatan tersebut dibantu oleh pemegang program, kemampuan mereka telah mempunyai kemampuan mereka sampai kepada mengolah data dengan komputer meskipun hanya dengan menggunakan program excell”. Menurut staf pengelola program :

”Kegiatan P2PL secara rutin memang saya yang melakukan memasukkan data, pengolahan hingga menjadi laporan, biasanya saya juga dibantu oleh pengelola program masing-masing, saya bertanggungjawab untuk pengolahan data, selama ini saya menggunakan program excell, sesuai fasilitas yang tersedia di komputer kami, dan kami biasanya rutin melakukan laporan bulanan”. Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada bidang P2PL untuk

mendukung pemantauan meliputi kegiatan pengumpulan data dari

masing-masing kegiatan, pengolahan data, analisis data dan

persentase atau penyebarluasan informasi untuk pemantauan.

Kegiatan ini digunakan untuk pengambilan keputusan berkaitan

dengan program P2PL serta pencegahan penyakit.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala bidang

P2PL sebagai berikut :

”Biasanya informasi dari hasil sistem bidang P2PL akan digunakan untuk pemantauan , sehingga dapat dihindari akibat negatif dari kenaikan kasus (KLB)”.

2) Analisis beban kerja petugas

Kegiatan bidang P2PL guna mendukung pemantauan yang

dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dilakukan oleh

kepala bidang P2PL dibantu oleh 2 (dua) orang kepala seksi dan

dilaksanakan oleh 1 (satu) orang pengelola laporan. Proses ini

diawali dengan membuat rekapitulasi laporan SP3 puskesmas

pada setiap bulan. Selain melaksanakan kegiatan tersebut diatas

Page 148: Adang Riana

148

petugas ini juga melaksanakan program lain misalnya surveilans

epidemiologi, pelayanan kesehatan lingkungan dan kegiatan

administrasi surat menyurat, maupun program insidentil lainnya.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan staf pengelola

program sebagai berikut :

”Secara rutin saya memang bertanggung jawab merekap laporan SP3 Puskesmas, akan tetapi saya juga punya tugas lainnya, misalnya untuk melakukan administrasi surat menyurat, penyuluhan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan program yang ada di bidang P2PL”. Menurut kepala seksi P3P:

”Untuk pelaksanaan kegiatan yang ada di seksi P3P biasanya direkap oleh dua orang masing-masing satu orang pengelola laporan dan satu orang dari pengelola program akan tetapi petugas tersebut juga mempunyai tugas tambahan lainnya”. Demikian juga menurut kepala seksi PL : ”kegiatan PL pengolahan laporan dilakukan oleh pengelola laporan dan dibantu oleh pengelola kegiatan, itupun beban kerjanya masih merangkap dengan kegiatan–kegiatan lain”.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan pengelola laporan

yang telah diuraikan di atas, diperoleh gambaran bahwa beban

kerja petugas pengelola laporan untuk pemantuan biasa

merangkap dengan tugas lain yang cukup penting, sehingga

pengelolaan data SP3 kurang optimal. Hal ini mengakibatkan

kesulitan apabila yang dibutuhkan menyangkut laporan secara

umum yang diperlukan untuk SPM di wilayah Kota Tasikmalaya,

karena kedua orang petugas harus menggabung hasil pengolahan

masing-masing. Khususnya untuk mengontrol wilayah puskesmas

yang mengalami kenaikan kasus.yang mungkin berasal dari

laporan SP3 puskesmas, maka akan kesulitan terutama untuk

menampilkan analisis berdasarkan peta kejadian atau kenaikan

Page 149: Adang Riana

149

kasus, karena selama ini hanya menggunakan program excel

dengan file yang terpisah.

Berikut pernyataan kepala bidang P2PL :

”Sistem Informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk pemantuan yang saat ini berjalan belum dapat menggambarkan peta wilayah Puskesmas yang mengalami kenaikan kasus, sehingga kurang efektif untuk melakukan pemantauan wilayah setempat, demikian juga karena dikerjakan oleh dua orang, maka untuk melihat kasus keseluruhan harus dilakukan penggabungan sehingga butuh waktu yang lama”. Selain hal tersebut, berdasarkan observasi di lapangan

pengolahan data dan pembuatan laporan memakan waktu 1–5

hari dikarenakan perlu dilakukan pengolahan sehingga informasi

kegiatan P2PL menjadi tidak tepat waktu dan kurang efektif.

3) Analisis laporan dan kebutuhan informasi

Berdasarkan wawancara dengan kepala bidang P2PL, diketahui

bahwa kesulitan yang dialami adalah menganalisis hasil laporan

dan menentukan mapping peta distribusi penyakit berdasarkan

wilayah puskesmas. Sebagaimana telah diuraikan diatas pada

analisis sistem saat ini, ternyata sistem yang berjalan saat ini

belum dapat menghasilkan informasi yang memuat variabel

khususnya tempat yaitu wilayah kerja puskesmas dan analisis

data yang kurang akurat dan tidak tepat waktu.

Berdasarkan semua uraian diatas pada tahap analisis masalah

mulai dari identifikasi masalah, memahami dan menganalisis

sistem saat ini dapat disimpulkan bahwa sistem informasi P2PL

yang berjalan saat ini belum dapat mendukung pemantauan.

Berdasarkan observasi dan keterangan responden dapat

digambarkan masalah pada sistem informasi P2PL sesuai SPM

untuk mendukung pemantauan sebagai berikut :

Page 150: Adang Riana

150

Tabel 4.10 Masalah dan Penyebabnya pada sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan pada

saat ini menurut responden

No Masalah Letak terjadinya masalah

1 Aksesibiltas (ketersediaan) Belum adanya basis data sehingga kesulitan mendapatkan kembali data dan informasi yang dibutuhkan

2 Mudah difahami Tidak mudah difahami oleh pembuat keputusan

3 Relevan Informasi yang dihasilkan belum benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi

4 Bermanfaat Informasi belum bermanfaat bagi organisasi

5 Ketepatan waktu Proses pengolahan data membutuhkan waktu lama

6 Reliabel (keandalan) Informasi yang dihasilkan belum bisa diandalkan kebenarannya

7 Akurat Proses pengolahan data yang rumit dan kurang validitas data

8 Konsisten Informasi yang dihasilkan penyajiannya kurang baik

Berdasarkan analisis permasalahan yang diperoleh pada sistem

SP3 yang sedang berjalan saat ini terdapat beberapa kendala dan

permasalahan sebagai berikut :

1. Sumber daya untuk pengelolaan sistem informasin, yang berupa

tenaga, sarana prasarana belum tersedia, sehingga berakibat pada

lemahnya informasi yang dihasilkan

2. Komponen pengolahan belum menggunakan software yang spesifik,

sehingga informasi mengenai pencegahan dan pemberantasan

penyakit polio, TB paru, penyakit ISPA, HIV–AIDS, penyakit DBD,

diare, malaria, filariasis, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan

pengendalian vektor, pelayanan hygiene sanitasi di tempat tempat

umum (STTU) tidak tepat waktu dan tidak akurat.

Page 151: Adang Riana

151

3. Data yang masih dalam bentuk absolut yaitu data pencegahan dan

pemberantasan penyakit polio, TB paru, penyakit ISPA, HIV–AIDS,

penyakit DBD, diare, malaria, kusta, filariasis, pelayanan kesehatan

lingkungan, pelayanan pengendalian vektor, pelayanan hygiene

sanitasi di tempat tempat umum sulit difahami (tidak dalam bentuk

rate, rasio ataupun distribusi frekwensi), pelaporan belum akurat,

bermanfaat, mudah difahami, relevan, konsisten dengan kebutuhan

pimpinan untuk pemantauan, intervensi, misalnya belum ada peta

cakupan.

4. Informasi angka kesakitan dari sembilan penyakit dan tiga pelayanan

penyehatan lingkungan sesuai SPM yang diberikan sistem laporan

yang sedang berjalan saat ini masih belum sesuai dari yang

diharapkan, hal ini tidak mudah diperoleh bagi orang yang akan

memanfaatkannya, tidak mudah dipahami oleh pembuat keputusan,

tidak relevan dengan permasalahan, tidak bermanfaat bagi

organisasi, tidak tersedia tepat waktu, tidak diperoleh dari sumber-

sumber yang benar, tidak jelas secara akurat dan penyajiannya tidak

konsisten bagi kebutuhan pimpinan untuk pemantauan.

Hasil analisa penyebab permasalahan yang dihadapi oleh sistem

yang sekarang ini berjalan dapat dikelompokkan menurut pihak yang

terkait dengan pengelolaan data SP3. Menurut para pelaksana bahwa

tenaga, sarana prasarana belum tersedia, sehingga berakibat pada

lemahnya informasi yang dihasilkan, belum menggunakan software yang

spesifik, sehingga informasi mengenai pencegahan dan pemberantasan

penyakit polio, TB paru, penyakit ISPA, HIV–AIDS, penyakit DBD, diare,

malaria, filariasis, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan

pengendalian vektor, pelayanan hygiene sanitasi di tempat tempat umum

Page 152: Adang Riana

152

(STTU) tidak tepat waktu dan tidak akurat. SP3 dari segi ketepatan waktu,

keakuratan dan kemudahan dalam mengakses kembali informasi belum

terpenuhi, karena masih menggunakan program semi manual (excel).

Sedangkan menurut kepala seksi P3P dan kepala seksi PL yang

merupakan penanggungjawab SP3 masalah sistem SP3 yang sekarang

ini berjalan adalah belum lengkapnya informasi SP3 khususnya untuk

ukuran SP3 berdasarkan tempat (kelurahan), serta mapping, belum

terdapat informasi secara langsung tentang kriteria kerja KLB. Sedangkan

menurut kepala bidang P2PL permasalahan sistem yang sekarang ini

berjalan adalah ketepatan waktu dan kemudahan memperoleh kembali

informasi SP3 untuk kewaspadaan dini karena masih dikelola secara

semi manual dengan program excel. Berdasarkan kenyataan tersebut

maka analisis masalah SP3 berdasarkan kualitas informasi di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya adalah ketersediaan, kemudahan, relevan,

kemanfaatan, ketepatan waktu, reliabel, akurasi dan konsisten.

Sedangkan kualitas informasi yang baik dapat mendukung kegiatan

manajemen organisasi adalah ketersediaan kemudahan untuk difahami,

relevan, kemanfaatan, ketepatan waktu, keandalan, keakuratan, dan

konsisten 5 .

Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, maka penulis

menyimpulkan bahwa pengembangan sistem informasi SP3 di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya perlu dikembangkan, mengingat kegiatan

SP3 merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh bidang P2PL

untuk mencapai salah satu visi dan misi bidang P2PL. Informasi SP3

dengan kualitas yang baik dari aspek aksesibilitas, kemudahan, relevan,

manfaat, ketepatan waktu, relevan, akurat dan konsisten akan

Page 153: Adang Riana

153

mendukung kegiatan organisasi, sehingga dampak negatif penyakit/kasus

yang dapat menimbulkan kematian dan memakan banyak korban, dapat

dicegah dan diturunkan seminimal mungkin 14 . Menurut variabel

epidemiologi penyakit informasi yang hasil SP3 hendaknya lengkap yaitu

mencakup variabel tempat, yaitu dapat ditunjukkan dengan mapping

penderita menurut wilayah tertentu, misalnya puskesmas. Dengan

mapping akan membantu pihak Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

melakukan kegiatan pemantauan wilayah setempat (PWS). Untuk

memantau jumlah penderita penyakit menurut tempat sekurang-

kurangnya dengan menggunakan histogram. Sedangkan untuk melihat

faktor resiko penderita penyakit, informasi dari SP3 sekurang-kurangnya

dapat menunjukkan ukuran epidemiologi berdasarkan orang, tempat dan

waktu 28 .

Dalam kegiatan P2PL harus dipantau menurut periode tertentu,

sekurang-kurangnya ditentukan berdasarkan bulanan, tribulanan dan

tahunan dengan menggunakan formulir laporan SP3 puskesmas dan

rumah sakit. Dengan demikian informasi yang dihasilkan pada SP3 juga

harus dapat menunjukkan variabel waktu yaitu bulanan, tribulanan dan

tahunan 4 .

3. Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis)

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis informasi yang

dibutuhkan oleh user, dalam hal ini adalah kepala Dinas Kesehatan,

kepala bidang P2PL, kepala seksi P3P, kepala seksi PL dan staf

pengelola program. Untuk dapat mengetahui dan menyediakan informasi

yang benar-benar dibutuhkan dalam sistem informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantuan dilakukan observasi, wawancara dan

Page 154: Adang Riana

154

diskusi dengan pengguna terutama kepala dinas kesehatan, kepala

bidang P2PL, kepala seksi P3P, kepala seksi PL. Adapun tahapannya

adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan dan menganalisis form laporan kegiatan yang

digunakan saat ini

Semua form, pencatatan dan laporan yang digunakan saat ini sudah

mengacu pada SP3 yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan

petunjuk yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Pada tahap ini form laporan SP3 yang sudah ada dianalisa dengan

membandingkan dengan SPM sehingga ditemukan format baku yang

nantinya bisa dipakai semua puskesmas. Berdasarkan diskusi pada

setiap lingkup manajemen di bidang P2PL ada beberapa variabel

yang perlu ditambahkan. Adapun data minimum pada form

pengumpulan data pada SP3 adalah :

1) Data puskesmas meliputi kode puskesmas, nama puskesmas,

jumlah kelurahana, jumlah posyandu dan kode kecamatan.

2) Data kelurahan meliputi kode kelurahan, nama kelurahan, jumlah

posyandu, kode puskesmas, kode kecamatan dan jumlah

penduduk.

3) Data kecamatan meliputi kode kecamatan, nama kecamatan dan

jumlah penduduk.

4) Data program sasaran immunisasi meliputi Id, bulan, tahun, bayi,

bumil, kode_vaksin, umur, lapangan, statik, sweeping, murni.

5) Data immunisasi meliputi kode program, Id, bulan, tahun, kode

puskesmas, jumlah kelurahan, jumlah posyandu, posyandu

dikunjungi.

Page 155: Adang Riana

155

6) Data vaksin meliputi Id, bulan, tahun, BCG, DPT, polio, campak,

TT, uniject, DT.

7) Data sasaran Bumil meliputi Id, bulan, tahun, kode vaksin, jumlah

bumil, umur, lapangan, statik, sweeping, murni.

8) Data lemari es meliputi Id, bulan, tahun, type lemari es, jumlah

hari, 2˚C, 8˚C, <2˚C-8˚C, 2˚C-8˚C, keterangan.

9) Data neonatorum meliputi Id, bulan, tahun, penderita umur 0-7

hari, meninggal umur 0-7 hari, penderita umur 0-28 hari dan mati

umur 0-28 hari.

10) Data dosis efektif meliputi id, bulan, tahun, BCG, DPT, polio,

campak, TT, uniject, DT, TT BIAS.

11) Data Kelurahan mencapai target meliputi, Id, bulan, tahun, DPT 1,

DPT 3, polio I, polio 4, HB 0-7 hari, HB 3, campak.

12) Data KLB meliputi tanggal, bulan, tahun, kode kelurahan, kejadian

KLB, jumlah KLB, nam penyakit, gejala penyakit

13) Data diare meliputi kode puksemas, nama puskesmas, bulan,

tahun, umur, penderita di sarana kesehatan, mati di sarana

kesehatan, diberi oralit, diinfus di sarana kesehatan, penderita

ditemukan oleh kader, mati ditemukan oleh kader, diberi oralit oleh

kader, jumlah oralit, ORS_200, ORS_1_L, RL.

14) Data ISPA meliputi kode puskesmas, nama puskesmas bulan,

tahun jumlah balita, tPPP_tahun, tPPP_bulan, pnemonia 0-12 bl,

pnemonia 1-5 thn, pnemonia berat 0-12 bl, pnemonia berat 1-5

thn, realisasi penemuan pnemonia, pnemonia, bukan pnemonia 0-

12 bl, bukan pnemonia 1-5 thn, paracet tablet, paracet syrup, cotri

tablet, cotri syrup, dirujuk, meninggal < 2 bl, meninggal 2-12 bl,

meninggal 1-5 thn.

Page 156: Adang Riana

156

15) Data TBC meliputi kode puskesmas, nama puskesmas, bulan,

tahun, penderita TBC BTA (+) diobati, penderita TBC BTA (-)

rontgen (+) diobati, dahak tersangka diperiksa bulan ini,

pemeriksaan suspek TB bulan ini, kasus TBC diobati paket OAT

kategori 1, kasus TBC diobati paket OAT kategori 2, kasus TBC

diobati paket OAT kategori 3, kasus TBC diobati 2-3 bulan paket

OAT kategori 1 telah konversi, kasus TBC diobati 3-4 bulan paket

OAT kategori 2 telah konversi, kasus TBC yang telah sembuh,

kasus TBC pengobatan lengkap, kasus TBC teregister telah

meninggal, kasus TBC yang pindah bulan ini, kasus TBC yang

gagal, kasus TBC yang telah defaulth.

16) Data malaria meliputi kode puskesmas, nama puskesmas, bulan,

tahun, sediaan darah dari ACD, sediaan darah dari PCD, sediaan

darah dari lain-lain, sediaan darah yang diperiksa dari ACD,

sediaan darah yang diperiksa dari PCD, sediaan darah yang

diperiksa dari lain-lain, kasus indigennous, kasus relaphs, kasus

unklasifikasi, redikal treatment palsifarum, redikal treatment

vivaks, ibu hamil yang dirprofilkaksis, penderita malaria berat,

penderita meninggal karena malaria.

17) Data DBD meliputi kode puskesmas, nama puskesmas, bulan,

tahun, penderita DBD yang meninggal, penderita DBD laki-laki,

penderita DBD perempuan, sediaan darah yang diperiksa DBD,

sediaan darah yang diperiksa dari PCD, sediaan darah yang

diperiksa positif DBD.

18) Data filariasis meliputi kode puskesmas, nama puskesmas, bulan,

tahun, sediaan darah yang diperiksa filariasis, sediaan darah yang

diperiksa positif filariasis.

Page 157: Adang Riana

157

19) Data kusta meliputi kode puskesmas, nama puskesmas, bulan,

tahun, penderita kusta type PB yang diobati MDT, penderita kusta

type MB yang diobati MDT, penderita kusta type PB yang diobati

MDT dinyatakan RFT, penderita kusta type MB yang diobati MDT

dinyatakan RFT, Total penderita kusta yang diobati MDT

dinyatakan RFT, temuan cacat tingkat II, kusta type PB yang DO,

kusta type MB yang DO, total penderita kusta yang DO, kusta

reaksi pada penderita yang diobati.

20) Data HIV-AIDS meliputi kode puskesmas, tanggal, bulan, tahun,

nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, maksud kunjungan,

mendapat layanan, alasan jika tidak dilayani.

21) Data penyehatan lingkungan meliputi kode puskesmas, nama

puskesmas, bulan, tahun, rumah diperiksa, rumah memenuhi

syarat, TTU diperiksa, TTU memenuhi syarat, rumah diperiksa

jentik, rumah bebas jentik.

b. Mengumpulkan dan menganalisis semua laporan yang dibutuhkan

setiap tingkat manajemen

Laporan yang dihasilkan dari sistem informasi bidang P2PL yang saat

ini berjalan menurut kepala bidang P2PL perlu ditambah yaitu laporan

P2PL berdasarkan waktu (bulanan, tribulanan dan tahunan),

berdasarkan tempat berupa peta dan histogram berdasarkan wilayah

kerja puskesmas.

Format laporan yang akan disusun didiskusikan kembali dengan

kepala bidang P2PL, kepala seksi P3P dan kepala seksi PL serta staf

yang mengelola kegiatan di bidang P2PL, sehingga diperoleh format

baku yang disepakati bersama dengan pengguna yang akan

Page 158: Adang Riana

158

memanfaatkan sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.

c. Mengumpulkan dan menganalisis semua elemen data yang

dibutuhkan dalam record.

Semua elemen data dianalisis dan disesuaikan dengan keadaan

penyakit melalui diskusi dengan kepala bidang P2PL, kepala seksi

P3P dan kepala seksi PL serta staf yang mengelola kegiatan di

bidang P2PL, selanjutnya baru didiskusikan dengan pembimbing I

dan pembimbing II

Elemen data yang dibutuhkan dalam record telah dianalisis dan

disesuaikan dengan kebutuhan pengguna adalah :

1) Data kecamatan,

2) Data kelurahan

3) Data puskesmas

4) Data kegiatan P2PL yang termasuk SPM (Data Immunisasi, KLB,

P2TB, ISPA, HIV-AIDS, DBD, diare, malaria, filariasis, kusta, data

pelayanan kesehatan lingkungan, pengendalian vektor, dan data

pelayanan hygiene sanitasi TTU)

d. Mengumpulkan dan menganalisis prosedur pelaporan

Tahap ini dilakukan melalui observasi di bidang P2PL Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya serta wawancara dengan pengelola

penvatatan dan pelaporan, kepala seksi P3P, kepala seksi PL dan

kepala bidang P2PL.

Adapun prosedur sistem pencatatan pelaporan bidang P2PL di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

INPUT PROSES OUT PUT

- Data - Pemasukan - Informasi PD3I

Page 159: Adang Riana

159

Kecamatan - Data

Keluarahan - Data

Puskesmas - Data PD3I - Data KLB - Data TB

paru - Data Diare - Data Kusta - Data P2DB - Data

Malaria - Data ISPA - Data HIV-

AIDS - Data

Filariasis - Data

Pelayanan Kesling

- Data Pengendalian Vektor

- Data pelayanan Hygiene TTU

data - Pengolahan

data - Penyimpanan

data - Penyajian

data

- Informasi KLB - Informasi TB

paru - Informasi Diare - Informasi Kusta - Informasi P2DB - Informasi Malaria - Informasi ISPA - Informasi HIV-

AIDS - Informasi

Filariasis - Informasi

Pelayanan Kesling

- Informasi Pengendalian Vektor

- Informasi pelayanan Hygiene TTU

- Peta kejadian penyakit

- Peta cakupan program

- Grafik kejadian penyakit

- Grafik cakupan program

Gambar 4.4 Prosedur Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM

untuk mendukung pemantauan

Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut diperoleh kebutuhan

informasi sebagai berikut :

1) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus dapat memperbaiki manajemen data dalam hal

penyajian data (ketersediaan) bila diperlukan

2) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus mudah difahami

3) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus sesuai dengan permasalahan (relevan)

Page 160: Adang Riana

160

4) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus bermanfaat bagi kepentingan organisasi

5) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus dapat memperbaiki manajemen data dalam hal

penyajian data yang cepat saat dibutuhkan (tepat waktu)

6) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus dapat menyajikan laporan yang benar

(kehandalan)

7) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus terhindar dari kesalahan (akurat)

8) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus dapat menyajikan laporan tidak bertentangan

dengan ketentuan

9) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus dapat menyajikan laporan dalam bentuk peta

dan histogram

10) Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan harus dapat menyajikan laporan untuk kepentingan

pengambilan keputusan pimpinan.

4. Analisis Keputusan (Decision Analysis)

Pada tahap ini menurut Whitten (2001) terdapat beberapa solusi alternatif

yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhan sistem yang baru. Adapun

tujuan pada tahap ini adalah mengidentifikasi kendala, solusi,

menganalisa kandidat solusi sesuai kelayakan dan merekomendasikan

sebagai kandidat sistem yang akan dikembangkan.

Berdasarkan pertemuan yang dilakukan oleh peneliti dengan kepala

bidang P2PL, dua kepala seksi pada bidang P2PL dan staf pengelola

Page 161: Adang Riana

161

kegiatan telah diputuskan untuk menjalankan sistem informasi bidang

P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan yang sangat berguna

untuk membantu pengambilan keputusan pemantauan wilayah setempat

(PWS) serta penentuan kegiatan pencegahan dan pemberantasan

penyakit. Adapun keputusan yang diperlukan pada setiap level

manajemen adalah untuk pengelola kegiatan pencatatan dan pelaopran

yaitu untuk transaksi data laporan SP3 (keputusan administratif). Untuk

kepala seksi P3P dan kepala seksi PL berkaitan dengan pelaksanaan

program pemantauan wilayah setempat (PWS) dan pencegahan dan

pemberantasan penyakit. Untuk kepala bidang P2PL berkaitan dengan

keputusan pengawasan dan perencanaan pencegahan penyakit dan

penyehatan lingkungan. Serta untuk kepala Dinas Kesehatan berkaitan

dengan pengambilan keputusan.

Adapun alternatif pemilihan solusi yang ada pada Sistem Informasi

Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan model pengembangan sistem informasi yang baru

Pemilihan model sistem informasi pada penelitian ini menggunakan

pendekatan top down dan button up.

Pendekatan ini dimulai dari tingkat top down untuk menyesuaikan

kebijakan organisasi serta analisis kebutuhan informasi dalam sistem

informasi bidang P2PL. Sedangkan pendekatan button up untuk

menentukan input, out put basis data dan prosedur operasi.

b. Pemilihan perangkat lunak pengembangan sistem yang baru

Dalam pengembangan sistem informasi terdapat dua altenatif untuk

aplikasi program yaitu :

1) Membeli aplikasi yang tersedia bebas di pasaran

Page 162: Adang Riana

162

2) Mengembangkan sendiri aplikasi program untuk sistem baru

Pada pengembangan sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM

untuk mendukung pemantauan dipilih alternatif kedua yaitu

mengembangkan sendiri aplikasi program untuk sistem baru dengan

pertimbangan untuk sistem informasi bidang P2PL sepengetahuan

peneliti belum tersedia di pasaran. Kalaupun di pasaran sudah ada,

maka harus dievaluasi terlebih dahulu apakah aplikasi tersebut sudah

sesuai dengan kebutuhan pengguna (user di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya) sehingga sesuai dengan kebutuhan informasi di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya.

c. Pemilihan sistem operasi yang baru

Untuk mengembangkan sistem informasi terdapat beberapa alternatif

pemilihan sistem operasi yang akan digunakan untuk

mengoperasikan sistem antara lain; DOS, Linux, Windows 95/98,

Windows 2000, Windows XP dan Windows NT.

Pada penelitian pengembangan sistem informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya dipilih sistem operasi Windows XP dengan pertimbangan

program aplikasi yang dibuat adalah lebih banyak dan sangat sesuai

dengan tampilan di Windows XP. Demikian juga dengan didukung

database SQL versi 7 dan perangkat lunak mapinfo juga stabil pada

sistem operasi Windows XP. Hal ini sesuai pula dengan hasil

observasi dan wawancara di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

sudah menggunakan sistem operasi Windows XP, sehingga sudah

ada Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbiasa menggunakan

sistem operasi tersebut.

Page 163: Adang Riana

163

Aplikasi program sistem informasi yang dikembangkan menggunakan

sistem operasi Microsoft Windows XP. Sistem operasi ini dipilih

karena pemrograman software aplikasi sistem informasi SP3 dengan

menggunakan Visual Basic dan MapInfo, sehingga sangat aplikatif

bila digunakan dengan Microsoft Windows XP. Demikian juga

berdasarkan hasil observasi di lapangan, bahwa komputer yang

beroperasi pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya menggunakan

sistem operasi Microsoft Windows, sehingga pengguna sudah

terbiasa menggunakan sistem operasi Microsoft Windows untuk

kegiatan administrasi rutin sehari-hari.

d. Pemilihan Tools sistem informasi yang baru

Dalam penelitian ini untuk membangun sistem iInformasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan menggunakan bahasa

pemrograman Visual Basic (VB) dan untuk pengolahan data atribut

dan spasial adalah Mapinfo dari Mapinfo Corp Pertimbangan

pemilihan tools ini adalah :

1) Bahasa pemrograman VB, dengan pertimbangan :

a) Visual Basic mempunyai kemampuan koneksi dengan

database lebih mudah

b) Visual Basic fleksibel bila dikoneksikan dengan program

database apapun, baik acsess, SQL server, MySQL dan lain-

lain

c) Dari sisi tampilan VB dapat dimodifikasi dalam bentuk apapun,

baik tabel, gambar dan lain-lain

d) Fungsi aplikasi VB lebih mudah dipelajari khususnya untuk

programer yang baru belajar awal.

Page 164: Adang Riana

164

2) Map Info sebagai tools untuk pengolahan data atribut dan spasial

dengan pertimbangan :

a) MapInfo mempunyai kemampuan dalam pengolahan atau

editing, menerima atau konversi dari data digital atau

dihubungkan dengan data image dengan format JPG, TIFF,

atau image gerak.

b) MapInfo mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

(1) Berfungsi mempersiapkan data spasial dari peta yang

akan dbuat atau diolah. Dari view ini dapat dilakukan input

data dengan digitasi atau pengolahan (editing) data

spasial. MapInfo dapat menerima image dari format JPG,

Arc Info atau software pengolah data spasial lain.

(2) Tabel, merupakan data atribut dari data spasial. Data

atribut ini sebagai dasar analisis dari data spasial tersebut.

MapInfo dapat membentuk jaringan basis data dengan

menggunakan fasilitas tabel ini. MapInfo dapat menerima

tabel dari basis data lain seperti dBase III, dBase IV, SQL

server atau INFO.

(3) Hubungan relasional dengan tabel dapat dilakukan

sehingga memudahkan analisis spasialnya. Hubungan

yang terbentuk ini memungkinkan pengguna data untuk

mengambil dari berbagai sumber data yang berupa teks,

tabel, peta atau gambar.

(4) Grafik, sebagai alat penyaji data yang efektif, MapInfo

mempunyai berbagai macam grafik yang beraneka ragam

serta memiliki sifat dan karakteristik terhadap tipe data

yang akan disajikan. Grafik ini dapat digunakan sebagai

Page 165: Adang Riana

165

alat analisis yang baik dari suatu kenyataan, fakta maupun

kecenderungan yang terjadi. Grafik pada MapInfo

terhubung dengan data tabel yang berupa data numerik.

(5) Pada MapInfo tersedia sarana penambahan simbol, label

maupun atribut peta lain pada Layout yang merupakan

tempat mengatur tata letak dan rancangan peta akhir.

c) Sumber data, MapInfo mempunyai kemampuan menerima

berbagai macam sumber data yang akan diolah. Sumber-

sumber data lain yang dapat diolah adalah BSQ, BIL, BIP,

data raster dengan format BMP, JPG, TIFF serta data tabular

dari dBase maupun Arc Info

d) Tools database yang dipilih pada pengembangan sistem

informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya adalah

SQL server dengan pertimbangan :

(1) SQL server mempunyai semua fungsi atau fasilitas yang

dimiliki oleh software databse klasik.

(2) SQL server siap mempunyai kemampuan aplikasi data

base yang lebih besar dibanding dengan acces

(3) SQL server menjamin databse lebih aman karena

langsung diaplikasikan dalam server

(4) SQL server siap diaplikasikan apabila sistem yang

tersedia akan dterapkan multiuser.

Catatan :

Bila pengembangan Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan ini benar-benar akan diterapkan di DKK Kota

Tasikmalaya, maka dinas kesehatan tersebut harus menyediakan

Page 166: Adang Riana

166

anggaran untuk membayar lisensi kepada Microsoft. Untuk sistem operasi

Windows yang mendukung aplikasi VB dan MapInfo direkomendasikan

untuk menjalankan aplikasi ini Windows 98, Windows 2000 dan Windows

XP.

5. Merancang Sistem

Berdasarkan analisis yang dilakukan sebelumnya telah dapat

diidentifikasi informasi yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan

oleh pimpinan pada bidang P2PL untuk pemantauan.

Sesuai dengan uraian pada bab sebelumnya maka pengembangan

sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan pada setiap puskesmas secara terkumputerisasi sehingga

dapat memberikan informasi kepada manajemen secara reliabel, relevan,

bermanfaat, mudah difahami, lengkap, akurat dan tepat waktu.

Pada tahap perancangan sistem merupakan tahap menganalisis

rancangan untuk Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan yang akan dikembangkan.

a. Rancangan Model Basis Data

1) Tujuan dan sasaran

Tujuan dari perancangan basis data pada pengembangan sistem

informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan yang baik dimaksudkan untuk menentukan

keberhasilan dalam rangka penerapan sistem dan memberikan

kontribusi secara langsung terhadap Sistem Informasi Bidang

P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan yang akan

dikembangkan.

Sasaran yang akan dicapai dengan rancangan basis data adalah :

Page 167: Adang Riana

167

a) Kecepatan dan keamanan dalam pengelolaan data SP3 serta

data spasial berupa peta distribusi penyakit dan pencapaian

program di wilayah kerja Puskesmas Kota Tasikmalaya

b) Menjamin keamanan dan kevalidan data

c) Kemudahan staf pelaksana pengelola pelaporan dalam tugas

mengolah data yang bersumber dari SP3

d) Kemudahan lower manajer (kepala seksi P3P dan dan kepala

seksi PL untuk menentukan terjadinya peningkatan kasus dan

atau pencapaian program P2PL)

e) Kemudahan midle manajer (kepala bidang P2PL untuk

melakukan perencanaan dan pemantauan program P2PL)

f) Kemudahan top manajer untuk mendapatkan informasi

tantang terjadinya peningkatan kasus dan atau pencapaian

program P2PL

g) Kemudahan dalam melakukan analisis tantang terjadinya

peningkatan kasus dan atau pencapaian program P2PL

sebagai bahan pengambilan keputusan

2) Analisa kebutuhan informasi

Berdasarkan sifat informasi yang dibutuhkan pada sistem ini

dikelompokan menjadi dua yaitu bersifat predefined dan yang

bersifat query.

Apabila ditinjau dari tingkatan manajerial informasi dapat

dikelompokan menjadi :

a) Unsur pimpinan puncak (Top Manajer)

Yaitu informasi yang bersifat sebagai materi analisis serta

rencana penanggulangan. Pada sistem yang akan

Page 168: Adang Riana

168

dikembangkan berupa informasi program P2PL sesuai SPM di

wilayah Kota Tasikmalaya.

b) Unsur pimpinan menengah (Midle Manajer)

Yaitu informasi yang bersifat analisis dan supervisi, informasi

yang dibutuhkan adalah ada tidaknya kasus atau peningkatan

kasus, faktor-faktor penyebab peningkatan kasus, faktor-faktor

yang berpengaruh dari penyakit yang mengalami peningkatan

kasus, serta kegiatan pemantauan.

c) Unsur pimpinan bawah (Lower manajer)

Yaitu informasi yang bersifat supervisi, informasi yang

dibutuhkan adalah penemuan daerah yang mengalami

peningkatan kasus penyakit, serta menganalisis faktor-faktor

penyebabnya serta melakukan kegiatan pemantauan wilayah

setempat terhadap penyakit yang potensial KLB

d) Unsur pelaksana

Yaitu informasi yang bersifat menunjang kegiatan rutin

program P2PL yang menjadi tugas rutinnya, informasi yang

dibutuhkan adalah informasi berupa data laporan SP3 yang

rutin doterima setiap bulan.

Berdasarkan kebutuhan informasi dari sistem informasi bidang

P2PL maka diperlukan analisis yaitu entitas-entitas yang terkait

pada sistem informasi bidang P2PL, sumber dari informasi dan

tujuan sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM yang

dikembangkan untuk mendukung pemantauan.

3) Analisis external entitas yang terkait

Untuk merancang sistem informasi bidang P2PL, yang dikerjakan

terlebih dahulu adalah menentukan entitas yang terlibat dalam

Page 169: Adang Riana

169

proses perancangan basis data sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemanatauan. Entitas-entitas

tersebut disebut entitas luar (External Entity). Entitas luar

merupakan sumber dan tujuan arus data yang akan digunakan

dalam proses perancangan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan melihat proses

dan prosedur pelaporan, maka entitas luar antara lain:

a) Kepala dinas kesehatan Kota Tasikmalaya

b) Kepala bidang P2PL

c) Kepala seksi P3P

d) Kepala seksi PL

e) Staf pelaksana program

Entitas luar tersebut akan berhubungan dengan sistem baik

secara langsung maupun tidak langsung.

4) Diagram konteks

Diagram kontek merupakan diagram paling atas dari sistem

informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan

ke luar entitas-entitas luar. Sedangkan Diagram Alir Data (DAD)

merupakan alat yang digunakan untuk metodologi pengembangan

sistem yang digunakan untuk menggambarkan sistem yang

dikembangkan secara logik tanpa mempertimbangkan lingkungan

fisik dimana data tersebut akan disimpan. Proses-proses dan

aliran data yang terjadi dalam Sistem Informasi Bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan digambarkan secara

logik dalam bentuk DAD dengan menggunakan metodologi dan

simbol-simbol. Perangkat lunak bantu (case tools) pengembangan

Page 170: Adang Riana

170

sistem informasi yang digunakan untuk menggambarkan proses

ini adalah Microsoft easyCASE.

Case tools ini mempunyai kemampuan untuk menggambarkan

analisis struktur, desain struktur dan pemodelan data dan

informasi yang dilengkapi dengan pendeteksian aturan-aturan

penulisan dan keseimbangan dan keserasian (balance) aliran data

pada tiap level diagram. Oleh karena itu untuk penggambaran

diagram konteks, diagram hubungan antar entitas dan kosa kata

pada tesis ini digunakan dengan Microsoft easyCASE.

Untuk menyediakan berbagai informasi akan dijelaskan tahapan-

tahapan proses melalui diagram konteks di bawah ini :

KEPALA SEKSI P3PKEPALA SEKSI PL

KEPALA BIDANG P2PLKEPALA DINAS

KESEHATAN KOTATASIKMALAYA

SISTEMINFORMASI

BIDANG P2PL

STAF PELAKSANAKEGIATAN

LAPORANKEGIATAN BIDANG

P2PL

LAPORANKEGIATAN

P3P

LAPORANKEGIATAN

PL

KEGIATANP2PL

DATAREGISTRASI

P2PL

PUSKESMAS

LAPORANSP3

Gambar 4.5 Diagram Konteks Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan yang dikembangkan

Page 171: Adang Riana

171

Berdasarkan gambar diagram konteks di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Staf pelaksana kegiatan

Dalam prosesnya memberikan input kepada sistem berupa

data regitrasi kegiatan P2PL dari Puskesmas, (SP3). Selain itu

staf pelaksana kegiatan juga mengolah data distribusi kegiatan

berdasarkan kelurahan, puskesmas dan kecamatan atau

sesuai kebutuhan, dimana data peta diambil dari data spasial

dan dilakukan digitalisasi. Dari pendataan spasial tersebut

selanjutnya dilakukan pengolahan oleh sistem yang

dikembangkan untuk menghasilkan laporan dan analisis

berupa tabel laporan, grafik maupun peta wilayah kerja

puskesmas. Laporan-laporan tersebut digunakan oleh unsur

pelaksana sampai unsur pimpinan puncak (Top Manajer).

b) Kepala seksi P3P

Kepala seksi P3P menerima informasi berupa analisis

klasifikasi program yang ada dibawahnya dalam bentuk tabel

dan grafik. Out put analisis program dalam bentuk grafik

(histogram) dan peta akan digunakan oleh kepala seksi P3P

untuk melakukan kegiatan pemantauan wilayah setempat

(PWS) yang potensial terjadi peningkatan kasus, serta

membuat laporan yang ditujukan kepada Midle Manager

(Kabiid P2PL maupun Top Manajer (Kepala Dinas Kesehatan

Kota Tasikmalaya)

c) Kepala seksi PL

Page 172: Adang Riana

172

Kepala seksi PL menerima informasi berupa analisis klasifikasi

program yang ada dibawahnya dalam bentuk tabel dan grafik.

Out put analisis program dalam bentuk grafik (histogram) dan

peta akan digunakan oleh kepala seksi PL untuk melakukan

kegiatan pemantauan wilayah setempat (PWS) kepada

wilayah yang hasil kegiatannya masih dibawah rata-rata, serta

membuat laporan yang ditujukan kepada Midle Manager

(Kabiid P2PL maupun Top Manajer (Kepala Dinas Kesehatan

Kota Tasikmalaya)

d) Kepala bidang P2PL

Kepala bidang P2PL menerima out put informasi berupa

laporan hasil kegiatan program-program yang ada di

bawahnya. Informasi yang diperlukan berupa laporan dalam

bentuk tabel dan grafik. Out put informasi ini selanjutnya akan

digunakan oleh kepala bidang P2PL untuk melakukan analisis

faktor-faktor penyebab terjadinya peningkatan kasus, cakupan

rendah serta rencana kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit .

e) Kepala dinas kesehatan Kota Tasikmalaya

Kepala dinas kesehatan menerima out put laporan hasil

kegiatan dalam bentuk grafik. Grafik distribusi penyakit dan

hasil cakupan kegiatan ditampilkan berupa grafik histogram.

Out put informasi berupa laporan selanjutnya akan digunakan

oleh kepala dinas untuk melihat profil kesehatan di Wilayah

Kota Tasikmalaya untuk menentukan strategi dan kebijakan

kegiatan program P2PL.

Page 173: Adang Riana

173

Perbedaan antara sistem yang berjalan saat ini dan

sistem yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

(1) Terdapat entitas kepala dinas kesehatan yang menerima

out put berupa laporan hasil kegiatan program P2PL

(2) Terdapat entitas kepala bidang P2PL yang menerima out

put berupa laporan hasil kegiatan program P2PL

(3) Terdapat entitas 2 (orang) kepala seksi pada pada bidang

P2PL ( Kepala Seksi P3P dan Kepala Seksi PL) yang

menerima out put laporan bulanan.

(4) Entitas pelaksana kegiatan menjadi satu pelaksana dan

satu file yang sebelumnya dilakukan secara terpisah oleh

beberapa orang pemegang program dan dalam file yang

berbeda, yaitu berupa laporan PD3I, KLG, TB paru, ISPA,

HIV-AIDS, DBD, diare, malaria, filariasis, kusta, pelayanan

kesehatan lingkungan, pengendalian vektor dan pelayanan

sanitasi tempat-tempat umum.

5) Daftar kejadian

Untuk dapat merancang sistem informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,

kejadian-kejadian yang berkaitan adalah sebagai berikut :

a) Pendataan/registrasi adalah pencatatan data master (data

yang cenderung tidak berubah) seperti data kelurahan, data

puskesmas, data kecamatan, oleh staf pelaksana program

dengan cara memasukkan data-dat dari laporan SP3

Puskesmas.

Page 174: Adang Riana

174

b) Pengolahan data ukuran-ukuran penghitungan kriteria

kegiatan adalah pencatatan data kegiatan yang meliputi

penghitungan analisis kriteria kerja dengan memberikan

simbol telah terjadinya peningkatan kasus maupun pencapaian

target kegiatan, penghitungan jumlah dari masing-masing

kegiatan berdasarkan tempat yaitu kelurahan, puskesmas,

kecamatan menurut waktu tertentu (bulanan).

c) Penyajian data atau laporan yang meliputi laporan yang

berdasarkan waktu (bulanan), laporan berdasarkan tempat

(puskesmas) disajikan dalam bentuk grafik, peta dan hasil

analisis .

d) Pemetaan setiap kegiatan program menurut puskesmas.

Pemetaan ini dilakukan untuk proses pemetaan wilayah

puskesmas yang mengalami kenaikan kasus penyakit tertentu

maupun cakupan program dengan memberikan tematik

berupa warna yang secara otomatis mengeluarkan warna

yang berbeda sesuai dengan hasil dari kegiatan maupun

penemuan kasus yaitu cakupan kegiatan wilayah puskesmas

aman (cakupan baik), hasil cakupan kegiatan wilayah

puskesmas perlu dipantau karena ada kecenderungan ada

masalah dan hasil cakupannya bila suatu wilayah puskesmas

telah terjadi lonjakan kasus (KLB) penyakit atau pencapaian

program yang sangat rendah.

6) Diagram alir data sistem informasi bidang P2PL

Page 175: Adang Riana

175

Gambar 4.6 DAD Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Struktur yang membentuk guna mendukung pemantauan di

DKK Tasikmalaya, terlihat pada gambar 4.3 dan 4.5. Diagram konteks

tersebut menggambarkan aliran data pada sistem informasi bidang

P2PL yang diambil dari SP3 di DKK Tasikmalaya yang saat ini

sedang berjalan dan yang akan dikembangkan.

Pada sistem informasi SP3 yang saat ini berjalan data yang

masuk ke sistem berupa laporan bulanan dari puskesmas

dimasukkan secara terpisah sehingga laporan yang dihasilkan juga

terpisah, sehingga untuk mendapatkan informasi SP3 total pada DKK

Tasikmalaya harus dilakukan penggabungan data, hingga dihasilkan

informasi SP3 untuk pemantauan. Data yang masuk berupa data dari

SP3 sehingga informasi yang dihasilkan berupa rekapitulasi SP3

secara terpisah. Demikian juga gambaran histogram untuk

pemantauan diperoleh setelah dilakukan penggabungan kedua dari

Page 176: Adang Riana

176

masing-masing kegiatan. Informasi dihasilkan akan digunakan oleh

staf pelaksana kegiatan, kepala seksi P3P, kepala bidang P2PL.

Pada sistem informasi bidang P2PL yang akan dikembangkan

data laporan-laporan kegiatan dari SP3 yang ada dibawah bidang

P2PL dimasukkan ke dalam sistem yang sama dan tidak terpisah,

data yang masuk berupa data immunisasi, KLB, diare, ISPA, TBC,

kusta, malaria, DBD, filariasis, HIV-AIDS, penyehatan lingkungan.

Informasi yang dihasilkan dari sistem adalah rekapitulasi penderita

penyakit di Kota Tasikmalaya dan histogram penderita penyakit di

Kota Tasikmalaya, simbol tematik (warning) adanya kenaikan kasus,

mapping distribusi penyakit menurut wilayah puskesmas, serta

rekapitulasi dan grafik penderita penyakit berdasarkan puskesmas

pada periode waktu tertentu. Informasi ini digunakan oleh staf

pelaksana SP3, kepala seksi P3P dan kepala bidang P2PL.

Perbedaan antara sistem lama dan sistem baru yang

dikembangkan, yaitu entitas laporan SP3 puskesmas yang

memberikan input yang terpisah pada sistem lama, digabungkan

menjadi satu entitas dalam memasukkan input ke dalam sistem,

selain itu terdapat entitas baru pada sistem baru yang dikembangkan

yaitu kepala dinas kesehatan yang menerima output. Pada sistem

baru informasi yang dihasilkan lebih lengkap yaitu adanya kriteria

simbol tertentu, selain itu terdapat informasi berupa peta (mapping)

distribusi penyakit berdasarkan wilayah kerja puskesmas.

Berdasarkan kedua perbedaan tersebut, maka sistem baru

yang dikembangkan menghasilkan informasi yang lebih lengkap

sesuai dengan petunjuk pelaksanaan SP3 yang ditetapkan oleh Dinas

Page 177: Adang Riana

177

Kesehatan Propinsi Jawa Barat atau SPM 8,4 . Dengan demikian,

kelengkapan informasi yang dihasilkan diharapkan dapat mendukung

secara teknis maupun strategis DKK Tasikmalaya, khususnya

tingkatan manajer pada bidang P2PL untuk melakukan kegiatan

pematauan maupun kegiatan pencegahan dan pemberantasan

penyakit.

Berdasarkan diagram konteks yang telah dibuat, selanjutnya

dibuat diagram alir dalam bentuk yang lebih rinci, dengan

mendefinisikan proses-proses yang terdapat dalam sistem yaitu DAD

level 0 sebagai berikut :

Page 178: Adang Riana

178

Gambar 4.7 DAD fisik level 0 Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Berdasarkan DAD level 0 diatas proses yang terjadi dalam

sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan adalah sebagai berikut :

a) Proses penangkapan data yaitu pemasukan data (registrasi) staf

pelaksana program yang ada di bawah bidang P2PL mencatat

dan memasukan data yang berhubungan dengan kegiatan bidang

Page 179: Adang Riana

179

P2PL meliputi data: PD3I, KLG, TB paru, ISPA, HIV-AIDS, DBD,

diare, malaria, filariasis, kusta, pelayanan kesehatan lingkungan,

pengendalian vektor dan pelayanan sanitasi tempat-tempat

umum. Proses registrasi dapat dijelaskan sesuai diagram

b) Pemasukan data kegiatan (program)

Data laporan hasil kegiatan meliputi tanggal laporan, bulan, tahun,

kode puskesmas, nama puskesmas yang melaporkan, data

kelengkapan laporan meliputi kelengkapan dan ketepatan.

Sedangkan data kegiatan yang meliputi nama kegiatan dan isi dari

laporan masing-masing program.

c) Proses pengolahan data meliputi

(1) Proses pengolahan data untuk analisis periode bulanan. Pada

proses pengolahan data dibutuhkan data yang berasal dari file

data kegiatan dan tabel laporan. Hasil pengolahan data

merupakan informasi pada setiap kegiatan bulanan yang

didasarkan pada penghitungan. Bila hasil analisis telah terjadi

peningkatan kasus atau pencapaian program, maka sistem

akan memberikan tanda (simbol) pertanda terjadi lonjakan

kasus.

(2) Penghitungan grafik dan statistik

Proses pembuatan grafik dan statistik adalah proses

penghitungan dan pencatatan data kasus penyakit dari

laporan SP3. berdasarkan data tempat (puskesmas) dan

waktu (bulanan). Kemudian digambarkan dalam bentuk

histogram maupun peta.

Proses pemetaan adalah kegiatan melakukan digitasi peta

untuk menggambarkan puskesmas dengan jumlah kasus

Page 180: Adang Riana

180

penyakit dan pencapaian program tertentu sehingga dapat

diketahui puskesmas puskesmas yang telah terjadi

peningkatan kasus maupun cakupan program yang perlu

dipantau.

d) Proses penyajian laporan

Proses laporan hasil kegiatan program yang dilakukan adalah

pembuatan laporan bulanan berupa grafik histogram penyakit,

kegiatan, grafik dan tabel penyakit berdasarkan tempat

(puskesmas), grafik dan tebel berdasarkan waktu (bulanan).

Laporan ini diperoleh dengan merelasikan antara tabel, tabel

kegiatan puskesmas dengan tabel waktu.

e) Proses kinerja laporan

Proses kinerja laporan adalah mengelola data kinerja laporan

yang terdiri dari ketapatan laporan dan kelengkapan laporan.

Sedangkan untuk tabel kinerja laporan diperoleh dengan

merelasikan antara tabel puskesmas dengan tabel laporan.

7) Data Flow Diagram (DFD) Level 1

Berdasarkan DAD level 0 selanjutnya dapat diuraikan menjadi DAD

level 1 sebagai berikut :

Page 181: Adang Riana

181

Gambar 4.8 DAD Level 1 untuk Proses Penangkapan Data

a) Proses 1,1 INPUT data laporan SP3

Pada proses ini mencatat laporan SP3. Data tersebut tersimpan

pada file kegiatan P2PL. Pada proses registrasi keg. P2PL data

tersebut berupa data laporan PD3I, KLB, ISPA, malaria, filariasis,

diare, HIV-AIDS, DBD, TBC, kusta, kesehatan lingkungan diisi

oleh staf pelaksana kegiatan dan disimpan dalam file master

kegiatan P2PL.

b) Proses 1.2 INPUT data registrasi

Proses ini terdiri dari :

(1) Proses 1.2.1 registrasi kelurahan

Pada proses ini data kelurahan dicatat oleh staf pelaksana

kegiatan meliputi kode kelurahan, nama kelurahan, jumlah

posyandu, kode puskesmas, nama puskesmas, kode

kecamatan dan nama kecamatan disimpan dalam file master

kelurahan

Page 182: Adang Riana

182

(2) Proses 1.2.2 registrasi kecamatan

Pada proses registrasi kecamatan data kecamatan diisi oleh

staf pelaksana kegiatan meliputi kode kecamatan, nama

kecamatan, alamat dan disimpan dalam file master kecamatan

(3) Proses 1.2.3 registrasi puskesmas

Pada proses registrasi puskesmas data puskesmas meliputi

kode puskesmas, nama puskesmas, alamat diisi oleh staf

pelaksana kegiatan dan disimpan dalam file master

puskesmas.

(4) Proses 1.2.4 registrasi kegiatan (program)

Pada proses registrasi program, data program berupa kode

program, nama program diisi oleh pengelola program dan

disimpan dalam file masing-masing master program/kegiatan.

c) Diagram Alir Data Level 1 Proses 2

DAD Level 1 proses 2 merupakan proses pengolahan data yang

meliputi kegiatan proses sebagai berikut :

(1) Proses 1.2.1 penghitungan laporan

Pada proses penghitungan laporan dilakukan dari

penghitungan dari data laporan SP3 akan diperoleh jumlah

pencapaian progran atau jumlah kasus tertentu, yang terdiri

dari relasi antara program dan kegiatan masing-masing

berdasarkan waktu dan tempat.

(2) Proses 1.2.2 analisis laporan

Page 183: Adang Riana

183

Pada proses analisis program/kegiatan data yang dimasukkan

ke dalam sistem, akan diperoleh informasi pencapian kegiatan

atau jumlah kasus dan selanjutnya akan disimpan pada file

masing-masing laporan kegiatan.

(3) Proses 1.2.3 pengolahan laporan

Proses analisis laporan diperoleh dari merelasikan antara

Puskesmas dengan data laporan kegiatan.

Gambar 4.9 DAD Level 1 Proses 2 Pengolahan Data

d) Diagram Alir Data Level 1 proses 3

Page 184: Adang Riana

184

DAD level 1 proses 3 adalah proses penyajian data dan laporan

kegiatan P2PL. Proses yang terjadi penyajian laporan adalah

sebagai berikut :

(1) Proses 3.1 proses pembuatan tabel (laporan)

Proses ini melakukan relasi antara tabel data masing-masing

kegiatan dengan tabel puskesmas. Data ini ditampilkan jumlah

masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel.

(2) Proses 3.2 proses grafik dan statistik (Laporan)

Proses ini melakukan relasi antara tabel data analisis kegiatan

P2PL dengan tabel puskesmas. Data ini dihitung jumlahnya

secara statistik dan ditampilkan dalam bentuk grafik masing-

masing puskesmas yang telah ditetapkan.

(3) Proses 3.3 proses pembuatan peta (laporan) berdasarkan

peta puskesmas

Proses ini melakukan relasi antara tabel data analisis kegiatan

P2PL dengan tabel puskesmas. Data ini dihitung jumlahnya

secara statistik dan ditampilkan dalam bentuk peta puskesmas

yang telah ditetapkan, dengan kode warna yang telah

ditentukan.

(4) Proses 3.4 proses dalam pencetakan laporan

Proses ini menampilkan data laporan untuk siap dicetak

sesuai dengan kebutuhan.

Page 185: Adang Riana

185

Gambar 4. 10 DAD Level 1 Proses 3 Penyajian Data

Proses-proses yang terjadi pada setiap struktur pada

penelitian ini dianalisis dengan diagram alir data (DAD). Dalam

metodologi pengembangan sistem DAD merupakan alat yang

digunakan untuk menggambarkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut berada.

Pada sistem informasi SP3 proses dan aliran data yang terjadi

digambarkan secara logika dalam bentuk DAD dengan menggunakan

simbol tertentu. Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu

(Case Tools) pengembangan sistem adalah easyCase Tools ini

mempunyai kemampuan untuk menggambarkan analisis struktur

desain struktur serta pemodelan data dan informasi.

Untuk melihat proses-proses pada sistem informasi bidang

P2PL yang dikembangkan berdasarkan gambar 4.5 dengan diagram

konteks tersebut terdapat entitas-entitas yang membentuk struktur

sistem informasi yang dibangun. Proses-proses yang terjadi pada

setiap struktur sistem informasi digambarkan pada DAD level 0

Page 186: Adang Riana

186

terdapat 3 proses yaitu penangkapan data, pengolahan data dan

penyajian data/laporan.

Pada DAD level 0, proses aliran data belum terlihat secara

rinci, sehingga untuk menggambarkan proses-proses selanjutnya

dalam sistem dijelaskan dengan DAD level 1 penangkapan data, DAD

level 1 pengolahan data, DAD level 1 penyajian data.

Menurut gambar 4.8 DAD level 1 penangkapan data terdiri

dari proses pencatatan registrasi data pencatatan data SP3 dan input

data lain-lain. Dari proses penangkapan data dihasilkan file registrasi

dan file data kegiatan P2PL. Kedua file tersebut akan diproses dalam

bentuk rekap data kegiatan P2PL.

Proses penangkapan data sangat menentukan informasi yang

dihasilkan untuk SP3. Proses pemasukkan data yang benar dan valid

akan menentukan output yang dihasilkan oleh sistem. Proses

registrasi tersebut cukup dilakukan pada pertama kali sistem akan

digunakan, untuk memperoleh konsistensi hendaknya pemasukkan

data registrasi menggunakan kode-kode yang telah disepakati

bersama oleh semua pengguna sistem, sehingga informasi yang

dihasilkan benar dan valid.

Proses pengolahan data terdiri dari proses penghitungan dan

analisis kinerja laporan SP3. Informasi yang dihasilkan pada proses

ini output dalam bentuk histogram dan peta. Hasil pengolahan data

tersebut yang akan dimanfaatkan oleh pengguna yaitu kepala seksi

P3P, kepala seksi PL untuk melakukan kegiatan pemantauan wilayah

setempat (PWS) maupun pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Proses yang ke 3 yaitu penyajian data/laporan terlihat pada

gambar 4.9. DAD level 1 proses 3 menggambarkan proses penyajian

Page 187: Adang Riana

187

data. Proses ini terbagi menjadi proses pembuatan table, grafik,

pembuatan peta dan cetak laporan. Output informasi yang dihasilkan

berupa laporan dan grafik distribusi penyakit. Laporan tersebut

dimanfaatkan oleh para penguna sistem untuk melihat distribusi

penyakit menurut tempat dan waktu tertentu. Informasi tersebut akan

membantu untuk melakukan kegiatan secara spesifik pencegahan

dan penanggulangan penyakit yang telah terjadi.

Identifikasi proses-proses yang terjadi pada sistem informasi

bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan dijadikan

dasar untuk menyusun rancangan input dan output. Berdasarkan

rancangan input dan output tersebut selanjutnya dilakukan

perancangan basis data.

b. Perancangan Input dan Out Put

1) INPUT

Input data pada Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

dilakukan hanya untuk pengelola program pada bidang P2PL.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan user diperoleh

input sistem sebagai berikut :

Tabel 4.11 Rancangan Input Sistem Informasi Bidang P2PL

No Nama Input Format Input Alat Input Petugas

Input Periode

1 2 3 4 5 6 1 Data

Kelurahan Form Keyboard/mouse Staf

pelaksana program

Bulanan

1 2 3 4 5 6 2 Data

Puskesmas Form Keyboard/mouse Staf

pelaksana program

Bulanan

3 Data Kecamatan

Form Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

Page 188: Adang Riana

188

4 Data PD3I Form laporan PD3I

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

5 Data KLB Form laporan KLB

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

6 Data P2TB Form laporan P2TB

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

7 Data ISPA Form laporan ISPA

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

8 Data HIV-AIDS

Form laporan HIV-AIDS

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

9 Data DBD Form laporan DBD

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

10 Data Diare Form laporan Diare

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

11 Data Malaria Form laporan Malaria

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

12 Data Filariasis

Form laporan Filariasis

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

13 Data Kusta Form laporan Kusta

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

14 Data Pelayanan Kesling

Form laporan Yankesling

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

15 Data Pengendalian Vektor

Form laporan P. Vektor

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

16 Data Pelayanan Hyg STTU

Form laporan HSTTU

Keyboard/mouse Staf pelaksana program

Bulanan

2) OUT PUT

Rancangan out put (keluaran) adalah produk dari Sistem

Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantau

an yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 189: Adang Riana

189

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan user maka

diperoleh kebutuhan out put sebagai berikut :

Tabel 4.12 Daftar Out Put Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya

No Nama Out put Format Out put

Alat Out put Distribusi Periode

1 2 3 4 5 6 1 Laporan

- PD3I - KLB - P2TB - ISPA - HIV-AIDS - DBD - Diare - Malaria - Filariasis - Kusta - Yankesling - Pengend Vektor - Yan HSTTU

Histogam Printer Kasie P3P Kasie PL

Bulanan Minggu an

2 Rekapitulasi - PD3I - KLB - P2TB - ISPA - HIV-AIDS - DBD - Diare - Malaria - Filariasis - Kusta - Yankesling - Pengend Vektor - Yan HSTTU

Tabel Printer Kasie P3P, Kasie PL Kabid P2PL

Bulanan Minggu an

3 Grafik - PD3I - KLB - P2TB - ISPA - HIV-AIDS - DBD - Diare - Malaria

Grafik cakupan bulanan dan grafik cakupan Puskes mas

Printer Kasie P3P, Kasie PL Kabid P2PL

Bulanan Minggu an

1 2 3 4 5 6 - Filariasis

- Kusta - Yankesling - Pengend Vektor

- Yan HSTTU

4 Peta - PD3I

Peta cakupan

Printer Kasie P3P, Kasie PL

Bulanan

Page 190: Adang Riana

190

- KLB - P2TB - ISPA - HIV-AIDS - DBD - Diare - Malaria - Filariasis - Kusta - Yankesling - Pengend Vektor - Yan HSTTU

Kabid P2PL Minggu an

Rancangan out put secara rinci dari Sistem Informasi Bidang

P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya, sebagai berikut :

Tabel 4.13 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan Kusta

I. PENEMUAN PENDERITA BARU BULAN INI

LAPORAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA BULAN …………….TAHUN …………..

PUSKESMAS …………………DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

Page 191: Adang Riana

191

PB MB A. HASIL PEMERIKSAAN DIPERIKSA < 15 >15 < 15 >15 JML

1 Sukarela 2 Kontak Survey 3 Murid SD 4 Chase Survey

Jumlah

PB MB B. TINGKAT CACAT PENDERITA BARU < 15 >15 < 15 >15 JML

1 Tingkat 0 2 Tingkat I 3 Tingkat II

Jumlah

II. PENGOBATAN MDT BULAN INI

A. PENGOBATAN PENDERITA MDT PB MB JML 1 Penderita akhir Bulan lalu 2 Penderita MDT baru 3 Penderita RELAPS 4 Penderita MDT pindahan daerah lain 5 Penderita dari DO kembali MDT 6 Penderita salah klasifikasi

Jumlah B. EVALUASI PENGOBATAN MDT PB MB JML 1 Penderita RFT 2 Penderita meninggal 3 Penderita RELAPS 4 Penderita pindahan ke daerah lain 5 Penderita hilang > 1 tahun 6 Penderita salah klasifikasi 7 Penderita salah diagnosa

Jumlah C. JML PENDERITA MDT AKHIR BLN INI PB MB JML D. LAIN - LAIN PB MB JML 1 Penderita Reaksi a. Diberikan Prednison b. Diberi Tambahan Lampren

2 Penderita Kumulatif RFT

Tabel 4.14 Rancangan Out Put Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB)

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA / WABAH (Dilaporkan dalam 24 jam)

Pada tanggal/bulan/tahun : ……………………/………………./…… Desa/Kelurahan *) :…………………………………………… Di Kecamatan : ………………………………………….. Kab/Kota : …………………………………………..

Page 192: Adang Riana

192

Kecamatan *) : ………………………………………….. Kab/Kota

Telah terjadi sejumlah :………………….Penderita Dan sejumlah :………………….Kematian tersangka penyakit

DIARE CAMPAK T N HEPATITIS RABIES CHOLERA DIPTERI POLIO/AFP ENCEPHALITIS PES/ANTRAX * DHF PERTUSIS MALARIA MENINGITIS KERACUNAN DSS TETANUS FRAMBUSIA TYPHUS ABD ………..

Dengan gejala – gejala : Muntah-muntah S h o c k Bercak merah di kulit Berak – berak Batuk beruntun Lumpuh Menggigil Panas Icterus Turgor jelek Batuk Mulut sukar dibuka Kaku kuduk Pilek Bercak putih pada pharynx Sakit Perut Pusing Mringkil pd lipatan paha/ketiak Hydro-phoby Kesadaran menurun Perdarahan Kejang – kejang Pingsan ………………………………

Tindakan yang telah diambil : ………………………………………………………. Catatan Tasikmalaya, ……………..,……. *) Coret yang tidak perlu **) Formulir W 1 ini harus disusuli segera dengan :

1. Hasil penyelidikan epidemiologi KLB 2. Rencana penanggulangan

A.n. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Kepala Bidang P2PL, Satu helai formulir ini hanya untuk melapor satu

jenis penderita/kematian tersangka penyakit. Bila desa/kelurahan, kecamatan, Kab./Kota yang Terjangkit lebih dari satu, maka diharapkan perinCian P/P masing-masing ditulis dibalik formulir ini

H. HASNI MUKTI, dr

Page 193: Adang Riana

193

Tabel 4.15 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan P2TB

BULAN : ………………. OAT OAT

KONVERSI PUSKESMASBTA (+)

diobat

BTA (-) roentgen + diobati

Dahak tersangka diperiksa

Suspek TB bln

ini Kat 1 Kat 2 Kat 3 Kat 1 Kat 2 sembu1 2 3 Jumlah

Tabel 4.16 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan ISPA

BULAN : ……………

Penemuan Penderita

Total Penemuan

Target

penemuan penderita Pnemonia

Pnemonia Pnemonia berat

Bukan Pnemonia

P

Puskesmas

Populasi Balita

daerah ISPA Bln Thn

0-12

1-5

0-12

1-5

Jml

Rea

lisas

i pen

derit

a

Pne

mon

ia

0-12

1-5

Jml

Tab

1 2 Jumlah

Teble 4.17 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan HIV-

AIDS

PUSKESMAS : …………….. KECAMATAN : ……………. JUMLAH PENDUDUK : …………….

Jenis Kelamin Maksud Kunjungan Tanggal Nama Usia (tahun) L P Status Berobat Konseling Lain lain

Tabel 4.18 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan DBD

BULAN : …………….

Puskesmas DBD

meninggal DBD

ditanganiDBD

laki-laki DBD

Perempuan

Sediaan darah yg diperiksa

DBD

Sediadaran p

DB

Page 194: Adang Riana

194

1 2 3 4 5 6 Jumlah

Tabel 4.19 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan Diare

BULAN : ………….. Sarana Kesehatan Kader Pemaka

ian < 1 thn

1-4 thn

> 4 thn

Jumlah

< 1 thn

1-4 thn

> 4 thn

Jumlah

Pemerik

Lab

Puskesmas

P M P M P M P M

oralit

Infus

P M P M P M P M

oralit

Jml oralit

P (+)

ORS 200

ORS 1 L

RL

1 2 Jumlah

Tabel 4.20 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan

Malaria

BULAN : …………………….. Sediaan

darah Sediaan

darah positifKasus Radik

al Malaria Puskes

mas ACD

pcd

Lain 2

ACD

pcd

Lain 2

Ind

Relaps

Unklas

TP

TV

Bumil yg

diprolaks

Berat

Mati

1 2 3 Jumlah

Tabel 4.21 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan

Filariasi

BULAN : ………………… Puskesmas Darah yang diperiksa Darah yang Positif

1 2 Jumlah

Page 195: Adang Riana

195

Tabel 4.22 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

BULAN : ......................

TP3 TPM TTU Rmh Industri SAB Sekolah Sampel air SPusk P M P M T D M D M D M I IS R S T AT T D M K M B M D1 2 3 Jml

Tabel 4.23 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan PD3I

(1)

BULAN : ...................... BCG DPT I DPT II DPT III Polio I Polio II Polio III Polio IVPuskes

mas J K % J K % J K % J K % J K % J K % J K % J K %

1 2 3 Jumlah

Tabel 4.24 Rancangan Out Put Laporan Bulanan Kegiatan PD3I (2)

BULAN : ...................... HB I HB II HB III HB 0-7 Campa

k TT I

Bumil TT II Bumil

TT I

Ctin

TT II

Ctn

Puskesmas

J K % J K % J K % J K % J K % J K % J K % J K J K1 2 3 Jumlah

Page 196: Adang Riana

196

c. Perancangan Basis Data

Salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi adalah

basis data, karena berfungsi sebagai penyedia informasi bagi

pemakainya. Tujuan perancangan basis data adalah data base yang

bisa kompak dan efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan, cepat

dalam pengaksesan, mudah untuk memanipulasi data serta bebas dari

redudansi.

Ada dua cara pendekatan untuk merancang basis data yaitu dengan

menerapkan normalisasi dan pembuatan Entity Realtion Diagram

(ERD). Untuk memperoleh rancangan basis data yang efisien dan

efektif dilakukan kombinasi kedua pendekatan sebagai berikut :

1) Pembuatan ERD

ERD merupakan alat bantu diagramatik untuk mendeskripsikan

relasi atau hubungan antara entitas beserta semua atributnya.

Terdapat dua tahap dalam pembuatan ERD yaitu Preliminary

Design dan Final Design.

Preliminary Design merupakan tahap pembuatan ERD awal yang

dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah rancangan basis data

minimal yang dapat mengakomodasi kebutuhan penyimpanan data

terhadap sistem yang berjalan. Pada tahap ini belum diperhatikan

munculnya kelemahan-kelemahan basis data berupa anomali

maupun redudansi atau inkonsistensi.

Final Design merupakan tahap untuk memperhatikan aspek-aspek

efisiensi, performansi dan fleksibilitas.

Hasil dari analisis perancangan sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan di Dinas Kesehatan

Page 197: Adang Riana

197

Kota Tasikmalaya diperoleh alat bantu diagramatik untuk

mendeskripsikan relasi atau hubungan antar entitas beserta semua

atributnya. Gambaran masing-masing relasi yang ada pada sistem

informasi bidang P2PL adalah sebagai berikut :

a) Mengidentifikasi dan menetapkan seluruh himpunan entitas

yang akan terlibat

b) Menentukan atribut-atribut key dari masing-masing himpunan

entitas

c) Mengidentifikasi dan menetapkan seluruh himpunan relasi

diantara himpunan entitas yang ada, serta menentukan derajat

atau kardinalitas relasi untuk setiap himpunan relasi.

d) Melengkapi himpunan entitas dan himpunan relasi dengan

atribut deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis DAD diperoleh entitas yang ada pada

sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan sebagai berikut :

Tabel 4.25 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program PD3I

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Immunisasi Basis data Immunisasi 5 Vaksin Basis data vaksin 6 Dosis efektif vaksin Basis data dosis efektif vaksin 7 Neonatorum Basis data neonatorum 8 Lemari Es Basis data lemari es

Tabel 4.26 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan KLB

No Entitas Keterangan 1 2 3

Page 198: Adang Riana

198

1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 1 2 3 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Surveilans Basis data Surveilans 5 Penyakit Basis data Penyakit

Tabel 4.27 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program P2TB

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

P2TB Basis data Penanggulangan P2TB

Tabel 4.28 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program ISPA

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

Penyakit ISPA Basis data Penanggulangan Penyakit ISPA

Tabel 4.29 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program HIV-AIDS

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

Penyakit HIV-AIDS Basis data Penanggulangan Penyakit HIV-AIDS

Tabel 4.30 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program DBD

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan Basis data Penanggulangan

Page 199: Adang Riana

199

Penyakit DBD Penyakit DBD Tabel 4.31 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan Penyakit Diare

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

Penyakit Diare Basis data Penanggulangan Penyakit Diare

Tabel 4.32 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Penyakit Malaria

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

Penyakit Malaria Basis data Penanggulangan Penyakit Malaria

Tabel 4.33 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Penyakit Filariasis

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

Penyakit Filariasis Basis data Penanggulangan Penyakit Filariasis

Tabel 4.34 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan Penyakit Kusta

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Penanggulangan

Penyakit Kusta Basis data Penanggulangan Penyakit Kusta

Tabel 4.35 Himpunan Entitas Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan

No Entitas Keterangan 1 2 3

Page 200: Adang Riana

200

1 Kelurahan Berisi data Kelurahan 1 2 3 2 Puskesmas Berisi data Puskesmas 3 Kecamatan Berisi data Kecamatan 4 Pelayanan

Kesehatan Lingkungan

Basis data Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Selanjutnya ditentukan atribut-atribut key dari masing-masing

himpunan entitas. Berdasarkan DAD dan atribut peda Sistem

Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan dapat diperoleh primery key masing-masing

entitas sebagai berikut :

Tabel 4.36 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program PD3I

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Immunisasi KdIm 5 Vaksin KdProgram 6 Dosis efektif vaksin KdProgram 7 Neonatorum KdProgram 8 Lemari Es KdProgram

Tabel 4.37 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan KLB

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Surveilans KdSurv 5 Penyakit KdPenyakit

Tabel 4.38 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

P2TB

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit TBC Bulan_TBC dan Tahun_TBC

Page 201: Adang Riana

201

Tabel 4.39 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Program ISPA

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit ISPA Bulan_ISPA dan Tahun_ISPA

Tabel .4.40 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan Penyakit HIV-AIDS

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit HIV-AIDS Bulan_HIV-AIDS dan Tahun_HIV-AIDS

Tabel 4.41 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan DBD

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit DBD Bulan_DBD dan Tahun_DBD

Tabel 4.42 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Diare

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit Diare Bulan_Diare dan Tahun_Diare

Page 202: Adang Riana

202

Tabel 4.43 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Malaria

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit Malaria Bulan_Malaria dan Tahun_Malaria

Tabel 4.44 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Filariasis

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit Filariasis Bulan_Filariasis dan Tahun_Filariasis

Tabel 4.45 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Kusta

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Penanggulangan

Penyakit Kusta Bulan_Kusta dan Tahun_Kusta

Tabel 4.46 Himpunan Himpunan Primery Key Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

Pelayanan Kesling

No Entitas Keterangan 1 Kelurahan KdKel 2 Puskesmas KdPusk 3 Kecamatan KdKec 4 Pelayanan

Kesehatan Lingkungan

Bulan_Kesling dan Tahun_Kesling

Setelah mengetahui entitas-entitas yang terlibat beserta atribut

keynya, maka secara logik entitas-entitas tersebut dalam

Page 203: Adang Riana

203

prakteknya akan berelasi dengan entitas yang lainnya. Berikut

digambarkan masing-masing relasi yang ada pada Sistem

Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan sebagai berikut :

(1) Relasi pada Program PD3I

(a) Relasi antara Immunisasi dengan Puskesmas

Gambar 4.11 Relasi antara Immunisasi dengan Puskesmas

Relasi antara immunisasi dan puskesmas adalah relasi

R1 yaitu pelaksanaan vaksinasi. Setiap Puskesmas

melaksanakan beberapa vaksinasi. Derajat kardinalitas

dari relasi ini adalah many to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.12 Relasi antara Keluarahan dengan Puskesmas

Relasi antara kelurahan dan puskesmas adalah relasi

R2 yaitu puskesmas membawahi. Setiap puskesmas

membawahi beberapa kelurahan. Derajat kardinalitas

dari relasi ini adalah many to one.

(c) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 204: Adang Riana

204

Gambar 4.13 Relasi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to

one

(d) Relasi antara Kelurahan dengan Vaksin

Gambar 4.14 Relasi antara Kelurahan dengan Vaksin

Relasi antara kelurahan dan vaksin adalah kelurahan

mencapai target. Setiap kelurahan menggunakan

vaksin. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah R4

adalah many to many

(e) Relasi antara Immunisasi dengan Vaksin

Gambar 4.15 Relasi antara Immunisasi dengan Vaksin

Relasi antara immunisasi dan vaksin adalah kualitas

vaksin. Setiap pelaksanaan immunisasi sebaiknya

Page 205: Adang Riana

205

menggunakan vaksin berkualitas. Derajat kardinalitas

dari relasi ini adalah R5 adalah one to one

(f) Relasi antara Immnusasi dengan Dosis Efektif Vaksin

Gambar 4.16 Relasi antara Immunisasi dengan Dosis Efekfif Vaksin

Relasi antara immunisasi dan dosis efektif vaksin

adalah kuantitas vaksin. Setiap pelaksanaan

immunisasi menggunakan vaksin. Derajat kardinalitas

dari relasi ini adalah R6 adalah one to one

(g) Relasi antara Puskesmas dengan Neonatorum

Gambar 4.17 Relasi antara Puskesmas dengan Neonatorum

Relasi antara Puskesmas dan Neonatorum adalah

pelaksanaan vaksinasi. Setiap pelaksanaan

neonatorum selalu dibarngi immunisasi. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R7 adalah one to

many

(h) Relasi antara Puskesmas dengan Lemari es

Page 206: Adang Riana

206

Gambar 4.18 Es

Relasi antara puskesmas dan lemari es adalah

penggunaan lemari. Setiap puskesmas menggunakan

lemari es untuk menyimpan vaksin supaya berkualitas.

Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah R8 adalah one

to many.

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada PD3I seperti gambar di

bawah ini :

PD3I

Kode PuskNama Pusk

Kd Pusk

Page 207: Adang Riana

207

Gambar 4.19 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada PD3I secara lengkap

(2) Relasi pada program KLB

Page 208: Adang Riana

208

(a) Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas

Gambar 4.20 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas

Relasi antara penyakit dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu surveilans. Setiap puskesmas mempunyai data

surveilans beberapa penyakit. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah many to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Gambar 4.21 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Penderita dengan Penyakit

Gambar 4.22 Relasi antara Penderita dengan Penyakit

Relasi antara penderita dan penyakit adalah setiap

penyakit mempunyai beberapa penderita. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R3 adalah many to many

(d) Relasi antara Penderita dengan Kelurahan

Page 209: Adang Riana

209

Gambar 4.23 Relasi antara Penderita dengan Kelurahan

Relasi antara penderita dan kelurahan adalah domisili.

Setiap penderita berdomisili di kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R4 adalah many to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem informasi

bidang P2PL pada KLB seperti gambar di bawah:

Gambar 4.24 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada KLB secara lengkap

(3) Relasi pada Program P2TB

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Page 210: Adang Riana

210

Gambar 4.25 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Gambar 4.26 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan TB Paru

Gambar 4.27 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan TB Paru

Relasi antara puskesmas dan laporan Penanggulangan TB

paru. Setiap puskesmas melaksanakan penanggulangan

TB paru. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah R3

adalah one to one

Page 211: Adang Riana

211

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada P2TB seperti gambar di

bawah ini :

PUSKESMAS

LAPORANPENANGGULANGAN

P2TB

KELURAHAN

Membawahi

Penanggulangan P2TB

Berada

KECAMATAN

I

I

IN

I

TahunBulan

KdPusk

N

P2TB

Penderita TBC BTA (+) ygdiobati

Tahun

ENTITAS

PUSKESMAS KdPusk, Nama Puskesmas

KELURAHAN KdKelurahan, Nama Kelurahan, Jml. Posyandu

KECAMATAN KdKecamatan, Nama Kecamatan

RELASI

Membawahi KdKelurahan, KdPusk

Berada KdKelurahan, KdKecamatan, KdPusk

Penderita TBC BTA (-)rongtgen postitif diobati

Bulan

Kasus TBC diobati PaketOAT kategori 2

Pemeriksaan suspek

Kasus TBC diobati PaketOAT kategori 3

Kasus TBC yang meninggal

Kasus TBC yang sembuh

Kasus TBC diobati Paket OATkategori 1

Kasus TBC pengobatanlengkap

Page 212: Adang Riana

212

Gambar 4.28 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2TB secara lengkap

(4) Relasi pada Program ISPA

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.29 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit ISPA

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Gambar 4.30 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit ISPA

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit ISPA

Page 213: Adang Riana

213

Gambar 4.31 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan Penyakit ISPA

Relasi antara puskesmas dan laporan penanggulangan

penyakit ISPA. Setiap puskesmas melaksanakan

penanggulangan penyakit ISPA. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada P2ISPA seperti gambar di

bawah ini :

PUSKESMAS

LAPORANPENANGGULANGAN

PENY. ISPA

KELURAHAN

Membawahi

KegiatanPenanggulangan ISPA

Berada

KECAMATAN

I

I

IN

I

KdPusk

Bulan

Tahun

N

ISPA

DirujukPenemuan Penderita

Pnemonia

Jml.Balita

Tahun

PenderitaMeninggal

Penderita diobatiCotri tab

Bulan

Penderita diobatiCotri syrup

ENTITAS

PUSKESMAS KdPusk, Nama Puskesmas

KELURAHAN KdKelurahan, Nama Kelurahan, Jml. Posyandu

KECAMATAN KdKecamatan, Nama Kecamatan

............, dll

RELASI

Page 214: Adang Riana

214

Gambar 4.32 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2ISPA secara lengkap

(5) Relasi pada Program HIV-AIDS

(a) Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas

Gambar 4.33 Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas Penyakit HIV-AIDS

Relasi antara penyakit dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu pelayanan. Setiap puskesmas mempunyai data hasil

pelayanan beberapa penyakit. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah many to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Gambar 4.34Relasi antara Penyakit dengan Puskesmas Penyakit HIV-AIDS

Page 215: Adang Riana

215

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Penderita dengan Penyakit

Gambar 4.35 Relasi antara Penderita dengan Penyakit HIV-AIDS

Relasi antara penderita dan penyakit adalah setiap

penyakit mempunyai beberapa penderita. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R3 adalah many to many

(d) Relasi antara Penderita dengan Kelurahan

Gambar 4.36 Relasi antara Penderita dengan Kelurahan Penyakit HIV-AIDS

Relasi antara penderita dan kelurahan adalah domisili.

Setiap penderita berdomisili di kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R4 adalah many to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem informasi

bidang P2PL pada HIV-AIDS seperti gambar di bawah:

Page 216: Adang Riana

216

Gambar 4.37 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada HIV-AIDS

secara lengkap (6) Relasi pada Program DBD

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.38 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit DBD

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 217: Adang Riana

217

Gambar 4.39 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit DBD

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit DBD

Gambar 4.40 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan Penyakit DBD

Relasi antara puskesmas dan laporan penanggulangan

penyakit DBD. Setiap puskesmas melaksanakan

penanggulangan penyakit DBD. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada DBD seperti gambar di bawah

ini :

PUSKESMAS

LAPORANPENANGGULANGAN

KELURAHAN

Membawahi

Penanggulangan P2DB

I

I

IN

TahunBulan

KdPusk

N

P2DB

Penderita DBD yang

Tahun

Bulan

Page 218: Adang Riana

218

Gambar 4.41 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2DB secara lengkap

(7) Relasi pada Program Diare

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.42 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit Diare

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 219: Adang Riana

219

Gambar 4.43 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit Diare

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Diare

Gambar 4.44 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan Penyakit Diare

Relasi antara puskesmas dan laporan penanggulangan

penyakit diare. Setiap Puskesmas melaksanakan

penanggulangan penyakit diare. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada Diare seperti gambar di

bawah ini :

PUSKESMAS

Membawahi

P l P2Di

I

ITahun

Bulan

KdPusk

P2DIARE

Page 220: Adang Riana

220

Gambar 4.45 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2Diare secara lengkap

(8) Relasi pada Program Malaria

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.46 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit Malaria

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 221: Adang Riana

221

Gambar 4.47 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit Malaria

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Malaria

Gambar 4.48 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan Penyakit Malaria

Relasi antara puskesmas dan laporan penanggulangan

penyakit malaria. Setiap puskesmas melaksanakan

penanggulangan penyakit malaria. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada Penyakit Malaria seperti

gambar di bawah ini :

PUSKESMAS

LAPORANPENANGGULANGAN

KELURAHAN

Membawahi

PenanggulanganP2Malaria

Berada

I

I

IN

TahunBulan

KdPusk

N

P2Malaria

Sediaan darah dari ACD

Tahun

Kasus Unklasif ikasi

Kasus Relaphs

K I d

Bulan

Page 222: Adang Riana

222

Gambar 4.49 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada P2Malaria secara lengkap

(9) Relasi pada Program Filariasis

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.50 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit Filariasis

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 223: Adang Riana

223

Gambar 4.51 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit Filariasis

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Filariasis

Gambar 4.52 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan Penyakit Filariasis

Relasi antara puskesmas dan laporan penanggulangan

penyakit filariasis. Setiap puskesmas melaksanakan

penanggulangan penyakit Filariasis. Derajat kardinalitas

dari relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada Penyakit Filariasis seperti

gambar di bawah ini :

Page 224: Adang Riana

224

PUSKESMAS

LAPORANPENANGGULANGAN

FILARIASIS

KELURAHAN

Membawahi

PenanggulanganFilariasis

Berada

KECAMATAN

I

I

IN

I

TahunBulan

KdPusk

N

Filariasis

Sediaan darah diperiksafilariasis

Tahun

ENTITAS

Sediaan darah diperiksapositif Filariasis

Bulan

Page 225: Adang Riana

225

Gambar 4.53 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada Penyakit Filariasis secara lengkap

(10) Relasi pada Program Kusta

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.54 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Penyakit Kusta

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 226: Adang Riana

226

Gambar 4.55 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Penyakit Kusta

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan

Penanggulangan Penyakit Kusta

Gambar 4.56 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Penanggulangan Penyakit Kusta

Relasi antara puskesmas dan laporan penanggulangan

penyakit kusta. Setiap puskesmas melaksanakan

penanggulangan penyakit Kusta. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada Penyakit Kusta seperti

gambar di bawah ini :

Page 227: Adang Riana

227

PUSKESMAS

LAPORANPENANGGULANGAN

P2KUSTA

KELURAHAN

Membawahi

PenanggulanganP2Kusta

Berada

KECAMATAN

I

I

IN

I

TahunBulan

KdPusk

N

P2Kusta

Pend Kusta type PB ygdiobati MDT

Tahun

ENTITAS

Pend Kusta type MB ygdiobati MDT

Pend Kusta type PB ygdiobati MDT dinyatakan RFT

Pend Kusta type MB yg diobatiMDT dinyatakan RFT

Total pend Kusta yg mendapatkanpengobatan MDT dinyakatan RFT

Temuan cacat tingkat II

Kusta reaksi pd pend. ygsedang dlm pengobatan

Kusta type MB yg DO

Kusta type PB yg DO

Bulan

Page 228: Adang Riana

228

Gambar 4.57 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada Penyakit Kusta secara lengkap

(11) Relasi pada Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan

(a) Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas

Gambar 4.58 Relasi antara Kelurahan dengan Puskesmas Program Kesling

Relasi antara keluarahan dan puskesmas adalah relasi R1

yaitu membawahi. Setiap puskesmas dapat teridiri dari

banyak kelurahan. Derajat kardinalitas dari relasi ini adalah

one to many.

(b) Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan

Page 229: Adang Riana

229

Gambar 4.59 Realsi antara Kelurahan dengan Kecamatan Program Kesling

Relasi antara kelurahan dan kecamatan adalah relasi

keberadaan kelurahan dalam kecamatan. Setiap

kecamatan dapat teridiri dari banyak kelurahan. Derajat

kardinalitas dari relasi ini adalah R2 adalah many to one

(c) Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Pelayanan

Kesehatan Lingkungan

Gambar 4.60 Relasi antara Puskesmas dengan Laporan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Relasi antara puskesmas dan laporan pelayanan

kesehatan lingkungan. Setiap puskesmas melaksanakan

pelayanan kesehatan lingkungan. Derajat kardinalitas dari

relasi ini adalah R3 adalah one to one

Berdasarkan himpunan relasi masing-masing entitas yang

telah dibuat, dapat dirangkum menjadi ERD sistem

informasi bidang P2PL pada pelayanan kesehatan

lingkungan seperti gambar di bawah ini :

Page 230: Adang Riana

230

PUSKESMAS

LAPORANPELAYANAN

KESLING

KELURAHAN

Membawahi

Pelayanan Kesling

Berada

KECAMATAN

I

I

IN

I

TahunBulan

KdPusk

N

KESLING

Rumah yg diperiksa Jentik

Tahun

ENTITAS

Rumah bebas jentik

TTU yang diperiksa

TTU yg memenuhi syarat kesehatanRumah yang diperiksa

Rumah memenuhi syaratkesehatan

Bulan

Page 231: Adang Riana

231

Gambar 4.61 ERD Sistem Informasi Bidang P2PL pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan secara lengkap

(d) Normalisasi

Berdasarkan observasi di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

belum tersedia basis data sistem informasi bidang P2PL,

sehingga penyusunan basis data sistem informasi bidang

P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan yang

dikembangkan menggunakan pendekatan ERD, sehingga

tabel yang disusun sudah normal, dengan hasil file data base

telah memenuhi kaedah normalisasi 1,2 dan 3 yaitu :

(1) Masing-masing tabel sudah mengandung multy value

atribut (N1)

b) Semua atribut yang ada pada setiap tabel bergantung

secara penuh pada kunci (N2)

Page 232: Adang Riana

232

c) Dari semua tabel tidak mengandung ketergantungan

transitif (N3)

File-file basis data tersebut selanjutnya dapat diuraikan

dengan menggunakan kamus data (data dictionary) untuk

mengetahui elemen-elemen data dari masing-masing basis

data.

Daftar file data base sistem informasi bidang P2PL sesuai

SPM untuk mendukung pemantauan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.47 Daftar File Data base Sistem Informasi Bidang P2PL

No File Key Keterangan

1 Kelurahan.mdf KdKel Data Kelurahan 2 Puskesmas.mdf KdPusk Data Puskesmas 3 Kecamatan.mdf KdKec Data Kecamatan 4 Immunisasi KdIm Data Immunisasi 5 Vaksin KdProgram Data Vaksin 6 Dosis efektif vaksin KdProgram Data Dosis Efektif 7 Neonatorum KdProgram Data Neonatorum 8 Lemari Es KdProgram Data Lemari es 9 Surveilans KdSurv Data Surveilans 10 Penyakit KdPeny Data penyakit 11 Penanggulangan

TBC Bulan_TBC dan Tahun_TBC

Data TBC

12 Penanggulangan ISPA

Bulan_ISPA dan Tahun_ISPA

Data ISPA

13 Penanggulangan HIV-AIDS

Bulan_HIV-AIDS dan Tahun_HIV-AIDS

Data HIV-AIDS

14 Penanggulangan DBD

Bulan_DBD dan Tahun_DBD

Data DBD

15 Penanggulangan Diare

Bulan_Diare dan Tahun_Diare

Data Diare

16 Penanggulangan Malaria

Bulan_Malaria dan Tahun_Malaria

Data Malaria

17 Penanggulangan Filariasis

Bulan_Filariasis dan Tahun_Filarasis

Data Filariasis

18 Penanggulangan Bulan_Kusta dan Data Kusta

Page 233: Adang Riana

233

Kusta Tahun_Kusta 19 Pelayanan

Kesehatan Lingkungan

KdPuskes Bulan_Kesling dan Tahun_Kesling

Data Kesling

Selanjutnya dari file data base disusun kamus data file basis

data sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan sebagai berikut :

1) Kamus Data File Biodata Kecamatan

Tabel 4.48 Kamus Data File Biodata Kecamatan

Nama Tabel : table_Kecamatan, primary key = KdKec

No Field Type Width 1 KdKec Text 6 2 Nmkec Text 15 3 Jumlah penduduk Number 10

2) Kamus Data File Biodata Puskesma

Tabel 4.49 Kamus data File Biodata Puskesmas Nama Tabel : table_Puskesmas, primary key = KdPusk

No Field Type Width 1 KdPusk Text 6 2 NmPusk Text 15 3 Jumlah Kelurahan Number 3 4 Jumlah Posyandu Number 3 5 KdKecamatan Text 6

3) Kamus Data File Biodata Keluarahan

Tabel 4.50 Kamus Data File Biodata Keluarahan

Nama Tabel : table_Kelurahan, primary key = KdKel

No Field Type Width 1 KdKel Text 6 2 Nmkel Text 15 3 JmlPosyandu Number 3 4 KdPusk Text 6 5 KdKec Text 6 6 Jumlah Penduduk Number 10

4) Kamus Data File Biodata PD3I

Tabel 4.51 Kamus Data File Biodata Kelurahan mencapai target

Nama Tabel : table_Kel. capai Target, primary key = Id, Bulan,Tahun

Page 234: Adang Riana

234

No Field Type Width 1 KdKel Text 6 2 Id Number 6 3 Bulan Text 10 4 Tahun Interger 4 5 DPT 1 Number 3 6 DPT 3 Number 3 7 Polio 1 Number 3 8 Polio 4 Number 3 9 HB 0-7 hari Number 3 10 HB 3 Number 3 11 Campak Number 3

Tabel 4.52 Kamus Data File Biodata Dosis Efektif

Nama Tabel : table_Dosis Efektif, primary key = Id, Bulan & Tahun No Field Type Width

1 2 3 1 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 BCG Number 5 5 DPT Number 5

1 2 3 4 6 Polio Number 5 7 Campak Number 5 8 TT Number 5 9 Uniject Number 5 10 DT Number 5 11 TT Bias Number 5

Tabel 4.53 Kamus Data File Biodata Penderita Penyakit TN

Nama Tabel : table_Penderita Penyakit TN, primary key = Id, Bulan, Tahun No Field Type Width 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 Umur 0-7 hari Pend. Number 5 5 Umur 0-7 hari Mati Number 5 6 Umur 28 hari Pend. Number 5 7 Umur 28 hari Mati Number 5

Tabel 4.54 Kamus Data File Biodata Suhu Lemari es

Nama Tabel : table_Suhu Lemari Es, primary key = Id, Bulan dan Tahun No Field Type Width 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10

Page 235: Adang Riana

235

3 Tahun Interger 4 4 Type Lemaris es Text 20 5 Jumlah hari Number 5 6 2º C Number 5 7 < 8º C Number 5 8 < 2 - 8º C Number 5 9 2 - 8º C Number 5 10 Keterangan Text 20

Tabel 4.55 Kamus Data File Biodata Sasaran Ibu Hamil

Nama Tabel : table_Sasaran Bumil, primary key = Id, Bulan, Tahun, KdVaksin No Field Type Width 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 KdVaksin Text 5 5 Jml Bumil Number 5 6 Umur Number 5 7 Lapangan Number 5 8 Statik Number 5 9 Sweeping Number 5 10 Murni Number 5

Tabel 4.56 Kamus Data File Biodata Immunisasi

Nama Tabel : table_Immunisasi, primary key = Id, Bulan,Tahun,KdPuskesmas No Field Type Width 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 KdPuskesmas Text 5 5 Nama Puskesmas Text 15 6 Jml. Kelurahan Number 3 7 Jml. Posyandu Number 3 8 Posyandu dikunjungi Number 3

Tabel 4.57 Kamus Data File Biodata Vaksin

Nama Tabel : table_Vaksin, primary key = Id, Bulan dan Tahun No Field Type Width

1 2 3 4 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 Vaksin ditrma bln lalu BCG Number 5 DPT Number 5 Polio Number 5 Campak Number 5 TT Number 5 Uniject Number 5 DT Number 5 5 Didistribusikan bln ini

Page 236: Adang Riana

236

BCG Number 5 DPT Number 5 Polio Number 5 Campak Number 5 TT Number 5 Uniject Number 5 DT Number 5 6 Dipakai bulan ini BCG Number 5 DPT Number 5 Polio Number 5 Campak Number 5 TT Number 5 Uniject Number 5 DT Number 5 7 Saldo akhir bln ini BCG Number 5 DPT Number 5 Polio Number 5 Campak Number 5 TT Number 5 Uniject Number 5 DT Number 5 8 Dibutuhkan bln dpan BCG Number 5

1 2 3 4 DPT Number 5 Polio Number 5 Campak Number 5 TT Number 5 Uniject Number 5 DT Number 5

Tabel 4.58 Kamus Data File Biodata Sasaran Immunisasi

Nama Tabel : table_Sasaran Imm, primary key = Id, Bulan, Tahun, KdVaksin No Field Type Width 1 Id Number 6 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 Bayi Number 3 5 Bumil Number 3 6 KdVaksin Number 3 7 Umur Number 3 8 Lapangan Number 3 9 Statik Number 3 10 Sweeping Number 3 11 Murni Number 3

5) Kamus Data File Biodata KLB

Tabel 4.59 Kamus Data File Biodata KLB

Nama Tabel : table_KLB, primary key = Tanggal, Bulan, Tahun, KdKelurahan

Page 237: Adang Riana

237

No Field Type Width 1 Tanggal Number 2 2 Bulan Text 10 3 Tahun Interger 4 4 KdKelurahan Text 5 5 Kejadian KLB Text 1 6 Jumlah KLB Text 1 7 Nama penyakit Text 1 8 Gejala Penyakit Text 1

6) Kamus data File Biodata P2TB

Tabel 4.60 Kamus Data File Biodata TBC

Nama Tabel : table_TBC, primary key = KdPusk, Bulan dan Tahun No Field Type Width

1 2 3 4 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_TBC Text 10 3 Tahun_TBC Interger 4 4 Pend. TBC BTA (+) diobati Number 8 5 Pend. TBC BTA (-) rontgen (+) diobati Number 8 6 Dahak tersangka diperiksa bln ini Number 8

1 2 3 4 7 Pemeriksaan suspek TB bulan ini Number 8 8 Kasus TBC diobati paket OAT kategori 1 Number 8 9 Kasus TBC diobati paket OAT kategori 2 Number 8 10 Kasus TBC diobati paket OAT kategori 3 Number 8 11 Kasus TBC diobati 2-3 bl paket OAT kat.1 Number 8 12 Kasus TBC diobati 3-4 bl paket OAT kat. 2 Number 8 13 Kasus TBC yang telah sembuh Number 8 14 Kasus TBC pengobatan lengkap Number 8 15 Kasus TBC teregister telah meninggal Number 8 16 Kasus TBC yang pindah bulan ini Number 8 17 Kasus TBC yang gagal Number 8 18 Kasus TBC yang telah defaulth Number 8

7) Kamus data File Biodata ISPA

Tabel 4.61 Kamus Data File Biodata ISPA

Nama Tabel : table_ISPA, primary key = KdPusk, Bulan dan Tahun No Field Type Width 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_ISPA Text 10 3 Tahun_ISPA Interger 4 4 Jml_Balita Number 8 5 tPPP_Tahun Number 8 6 tPPP_Bulan Number 8 7 Pnemonia 0-12 bl Number 8 8 Pnemonia 1-5 thn Number 8 9 Pnemonia Berat 0-12 bl Number 8 10 Pnemonia Berat 1-5 thn Number 8 11 Realisasi Penemuan Pnemoni Number 8

Page 238: Adang Riana

238

12 Pnemonia Number 8 13 Bkn_pnemonia 0-12 bl Number 8 14 Bkn_pnemonia 1-5 thn Number 8 15 Paracet_tab Number 8 16 Paracet_syr Number 8 17 Cotri_tab Number 8 18 Cotri_syr Number 8 19 Dirujuk Number 8 20 Meninggal < 2 bl Number 8 21 Meninggal 2-12 bl Number 8 22 Meninggal 1-5 thn Number 8

8) Kamus data File Biodata HIV-AIDS

Tabel 4.62 Kamus Data File Biodata HIV-AIDS

Nama Tabel : table_HIV-AIDS, primary key = KdPusk, Tanggal, Bulan, Tahun No Field Type Width

1 2 3 4 1 KdPusk Text 10 2 Tanggal Text 2 3 Bulan_ISPA Text 10

1 2 3 4 4 Tahun_ISPA Interger 4 5 Nama Text 20 6 Umur Number Long Interger 7 Jenis kelamin Text 1 8 Status perkawinan Text 20 9 Maksud kunjungan Text 20 10 Mendapat layanan Text 1 11 Alasan jika tidak dilayani Text 50

9) Kamus data File Biodata DBD

Tabel 4.63 Kamus Data File Biodata DBD

Nama Tabel : table_DBD, primary key = KdPusk, Bulan dan Tahun

No Field Type Width 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_DBD Text 10 3 Tahun_DBD Interger 4 4 Penderita DBD yg meninggal Number 8 5 Penderita DBD laki-laki Number 8 6 Penderita DBD perempuan Number 8 7 Sediaan darah yg diperiksa DBD Number 8 8 Sediaan darah yg diperiksa dari PCD Number 8 9 Sediaan darah yg diperiksa positif DBD Number 8

10) Kamus data File Biodata Diare Tabel 4.64 Kamus Data File Biodata Diare

Nama Tabel : table_Diare, primary key = KdPusk, Bulan & Tahun

Page 239: Adang Riana

239

No Field Type Width 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_Diare Text 10 3 Tahun_Diare Interger 4 4 Umur Number 2 5 Pend_disarkes Number 8 6 Mati_disarkes Number 8 7 Diberi_oralit Number 8 8 Diinfus_disarkes Number 8 9 Pend_dikader Number 8 10 Mati_dikader Number 8 11 Diberi_oralit Number 8 12 Oralit Number 8 13 ORS_200 Number 8 14 ORS_1_ L Number 8 15 RL Number 8

11) Kamus data File Biodata Kesling

Tabel 4.65 Kamus Data File Biodata Kesehatan Lingkungan Nama Tabel : table_Kesling, primary key = KdPusk, Bulan & Tahun

No Field Type Width 1 2 3 4

1 KdPusk Text 10 1 2 3 4

2 Bulan_Kesling Text 10 3 Tahun_Kesling Interger 4 4 Rmh_diperiksa Number 8 5 Rmh_m_syarat Number 8 6 TTU_diperiksa Number 8 7 TTU_m_syarat Number 8 8 Rumah_diperiksa_jentik Number 8 9 Rumah_bebas_jentik Number 8

12) Kamus data File Biodata Malaria

Tabel 4.66 Kamus Data File Biodata Malaria

Nama Tabel : table_Malaria, primary key = KdPusk, Bulan & Tahun No Field Type Width 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_Malaria Text 10 3 Tahun_Malaria Interger 4 4 Sediaan darah dari ACD Number 8 5 Sediaan darah dari PCD Number 8 6 Sediaan darah dari lain-lain Number 8 7 Sediaan darah yg diperiksa dari ACD Number 8 8 Sediaan darah yg diperiksa dari PCD Number 8 9 Sediaan darah yg diperiksa dari lain-lain Number 8 10 Kasus Indigennous Number 8 11 Kasus Relaphs Number 8 12 Kasus Unklasifikasi Number 8 13 Radikal treatment palsifarum Number 8 14 Radikal treatment vivaks Number 8 15 Ibu Hamil yang dirprofilaksis Number 8

Page 240: Adang Riana

240

16 Penderita Malaria berat Number 8 17 Penderita meninggal krn malaria Number 8

13) Kamus data File Biodata Kusta

Tabel 4.67 Kamus Data File Biodata Kusta

Nama Tabel : table_Kusta, primary key = KdPusk, Bulan dan Tahun No Field Type Width 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_Kusta Text 10 3 Tahun_Kusta Interger 4 4 Pend.Kusta type PB yg diobati MDT Number 8 5 Pend.Kusta type MB yg diobati MDT Number 8 6 Pend.Kusta type PB yg diobati MDT RFT Number 8 7 Pend.Kusta type MB yg diobati MDT RFT Number 8 8 Total Pend.Kusta yg diobati MDT RFT Number 8 9 Temuan cacat tingkat II Number 8 10 Kusta type PB yang DO Number 8 11 Kusta type MB yang DO Number 8 12 Total Pend.Kusta yg DO Number 8 13 Kusta reaksi pd Pend yg sedang dlm

pengobatan Number 8

14) Kamus data File Biodata Filariasis

Tabel 4.68 Kamus Data File Biodata Filariasis

Nama Tabel : table_Filariasis, primary key = KdPusk, Bulan dan Tahun No Field Type Width 1 KdPusk Text 10 2 Bulan_Filaria Text 10 3 Tahun_Filaria Interger 4 4 Sediaan darah yg diperiksa Filariasis Number 8 5 Sediaan darah yg diperiksa positif

Filariasis Number 8

Pada pengembangan sistem informasi bidang P2PL, basis data

merupakan sekumpulan data yang terkomputerisasi dan memiliki

komponen pendukung berupa perangkat keras (hardware), basis data,

sistem operasi, aplikasi sistem (software) sera user 18 .

Basis data yang terkomputerisasi mempunyai tujuan agar data

dan informasi dapat terpelihara dengan baik dan tersedia setiap saat bila

dibutuhkan. Manfaat diterapkan basis data antara lain :

Page 241: Adang Riana

241

1) Kecepatan dan kemudahan dalam melakukan perubahan/ manipulasi

data.

2) Keakuratan data dapat terpelihara

3) Data tersedia setiap saat

4) Data relatif lebih lengkap karena dapat dilakukan penambahan record

maupun struktur.

5) Keamanan data dapat terpelihara dengan menerapkan sistem

pengaman

6) Memungkinkan pemakaian data secara bersama 22 .

Perancangan basis data pada sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan didahului dengan

perancangan input dan output. Perancangan input meliputi input data

puskesmas, input data kelurahan, input data kecamatan, input data

masing-masing kegiatan. Sedangkan rancangan output meliputi output

analisis masing-masing kegiatan sesuai SPM, output grafiknya dan

output berupa peta.

Berdasarkan rancangan input dan output selanjutnya dilakukan

perancangan basis data. Pendekatan basis data yang digunakan adalah

pendekatan Entity Relation Diagram (ERD) dan normalisasi. Pendekatan

ERD mampu mendeskripsikan hubungan antara entitas yang terkait

beserta seluruh atributnya 25 . Langkah-langkah yang dilakukan pada ERD

adalah :

1) Mengidentifikasi dan menetpkan seluruh himpunan entitas yang

terlibat. Himpunan entitas yang terlibat pada sistem informasi bidang

P2PL yang dikembangkan adalah : puskesmas, kelurahan,

kecamatan, kegiatan pada bidang P2PL.

Page 242: Adang Riana

242

2) Mengidentifikasi atribut key masing-masing entitas.

Atribut key dan foreign key dari himpunan entitas sistem informasi ini

adalah :

(a) Input data kelurahan atribut key adalah kode-kelurahan

(b) Input data puskesmas atribut key adalah kode-puskesmas

(c) Input data kecamatan atribut key adalah kode-kecamatan

(d) Input data Immunisasi atribut key adalah Id, kode-Immunisasi,

bulan dan tahun, kode-puskesmas

(e) Input data KLB atribut key adalah nama, tanggal, bulan, tahun dan

kode-kelurahan.

(f) Input data TBC atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas,

(g) Input data Diare atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas

(h) Input data DBD atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas

(i) Input data ISPA atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas

(j) Input data Malaria atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas

(k) Input data Filariasis atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas

(l) Input data Kusta atribut key adalah Nama, bulan, tahun dan kode-

puskesmas

(m) Input data HIV-AIDS atribut key adalah Nama, tanggal, bulan,

tahun, kode-puskesmas.

Page 243: Adang Riana

243

(n) Input data Kesling atribut key adalah bulan, tahun dan kode-

puskesmas.

3) Menentukan derajat kardinalitas relasi untuk setiap himpunan relasi.

Derajat kardinalitas relasi sebagaimana gambar 4.20 sampai

dengan 4.70 adalah Many to many, many to one, one to one dan one

to many. Kegiatan pemantauan dimulai dari penangkapan data SP3

dari puskesmas 4 dapat digambarkan relasi dari setiap entitas dengan

menggunakan ERD. Berdasarkan alur yang terjadi pada program

immunisasi, maka ERD dari sistem informasi immunisasi menerima

banyak dilakukan oleh puskesmas. Setiap puskesmas melaksanakan

beberapa immunisasi. Satu kecamatan membawahi beberapa

kelurahan, Setiap pelaksanaan immunisasi menggunakan vaksin

berkualitas, Setaip pelaksanaan neonatorum selalu dibarengi

immunisasi. Data SP3 tersebut dimasukkan setiap bulan.

Setelah langkah-langkah penyusunan ERD dilakukan Normalisai.

Normalisasi merupakan proses pengelompokkan elemen data ke dalam

tabel yang ditunjukkan. Dengan adanya proses dekomposisi tabel. Pada

sistem informasi bidang P2PL dengan nama tabel dimana pada setiap

tabel terdiri dari elemen data. Masing-masing tabel mempunyai atribut key

maupun foreign key yang menunjukkan tabel tersebut telah memenuhi 2-

NF kemudian untuk memenuhi 3-NF, diuji dengan menggunakan atribut

key. Apabila dari atribut key dan foreign key dapat memunculkan semua

elemen data yang terdapat dalam tabel berarti tidak ada ketergantungan

fungsional dengan selain atribut key dan foreign key sehingga tabel telah

memenuhi 3-NF 14 .

Page 244: Adang Riana

244

Pada penelitian sistem informasi Bidang P2PL untuk mendukung

pemantauan di DKK Tasikmalaya diperoleh diagram E-R sebagai berikut :

1) Normalisasi Tabel PD3I

Tabel PD3I yang diperoleh dari proses diagram E-R adalah: PD3I (Id,

bulan, tahun, Kode-Puskesmas, Kode-Kelurahan, Posyandu

dikunjungi, sasaran bayi, sasaran bumil, Kode vaksin, lapangan,

statik, sweeping, murni, jml BCG, DPT, Polio, Campak, Hep B,

Uniject, TT, DT, Lemari es, suhu lemari es).

Id, Kode-Kelurahan dan Kode-Puskesmas, Kode-Vaksin,

merupakan primary key sehingga tabel ini telah memenuhi 2-NF.

Untuk mengetahui memenuhi 3-NF maka harus diuji.

Id + Kode-Puskesmas + Kode-Vaksin Posyandu dikunjungi.

sararan Bayi, sasaran Bumil, lapangan, statik, sweeping, murni, jml

BCG, DPT, Polio, Campak, Hep B, Uniject, TT, DT, nama lemari es,

suhu lemari es.

Ternyata selain atribut Id + Kode-Kelurahan + Kode-Puskesmas +

Kode-Vaksin tidak ada atribut lain yang tergantung secara fungsional

kepada atribut lain, maka tabel data penderita memenuhi 3-NF.

2) Normalisasi Tabel KLB

Tabel KLB yang diperoleh dari proses E-R adalah :

KLB (Tanggal, Bulan, Tahun, Kode-Kelurahan, Penderita, Kematian,

Penyakit, Gejala, )

Tanggal, bulan, tahun, Kode-Kelurahan merupakan primary key

sehingga tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui

memenuhi 3-NF maka harus diuji apakah Tanggal, bulan, tahun,

Kode-Kelurahan menentukan semua atribut pada tabel KLB.

Page 245: Adang Riana

245

Tanggal, bulan, tahun, Kode-Kelurahan penderita, kematian,

penyakit dan gejala

Ternyata selain atribut Tanggal, bulan, tahun, Kode-Kelurahan tidak

ada atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel KLB memenuhi 3-NF.

3) Normalisasi Tabel Filariasis

Tabel Filariasis yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Filariasis (Bulan, Tahun, Kode-Puskesmas, Sediaan darah diperiksa,

sediaan darah positif filariasis)

Bulan, tahun merupakan primary key sehingga tabel ini telah

memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF maka harus diuji

apakah bulan, tahun, menentukan semua atribut pada tabel Filariasis.

Bulan, tahun Sediaan darah diperiksa, sediaan darah positif

filariasis.

Ternyata selain atribut bulan, tahun tidak ada atribut lain yang

tergantung secara fungsional kepada atribut lain, maka tabel Filariasi

memenuhi 3-NF.

4) Normalisasi Tabel Diare

Tabel Diare yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Diare (Kode-Puskesmas, Tanggal, bulan, tahun, Penderita di sarkes,

penderita diberi oralit di sarkes, penderita diinfus di sarkes, Penderita

oleh kader, penderita diberi oralit oleh kader, jml oralit diberikan,

pemeriksaan lab, hasil positif, pemakaian ORS 200, ORS 1 L, RL)

Kode-Puskesmas, Tanggal bulan, tahun merupakan primary key

sehingga tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui

memenuhi 3-NF maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, Tanggal

menentukan semua atribut pada tabel Diare.

Page 246: Adang Riana

246

Kode-Puskesmas, Tanggal, bulan, tahun Penderita di sarkes,

penderita diberi oralit di sarkes, penderita diinfus di sarkes, Penderita

oleh kader, penderita diberi oralit oleh kader, jml oralit diberikan,

pemeriksaan lab, hasil positif, pemakaian ORS 200, ORS 1 L, RL).

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, Tanggal tidak ada atribut

lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain, maka tabel

Diare memenuhi 3-NF.

5) Normalisasi Tabel HIV-AIDS

Tabel HIV-AIDS yang diperoleh dari proses E-R adalah :

HIV-AIDS (Kode-Puskesmas, Tanggal, bulan, tahun, Nama, Usia,

Jenis Kelamin, status perkawinan, mendapat layayan, maksud

kunjungan, alasan jika tidak)

Kode-Puskesmas, Tanggal, bulan, tahun merupakan primary key

sehingga tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui

memenuhi 3-NF maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, tanggal,

bulan, tahun menentukan semua atribut pada tabel HIV-AIDS.

Kode-Puskesmas, Tanggal, bulan tahun Nama, Usia, Jenis

Kelamin, status perkawinan, mendapat layayan, maksud kunjungan,

alasan jika tidak.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, Tanggal, bulan, tahun tidak

ada atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel HIV-AIDS memenuhi 3-NF.

6) Normalisasi Tabel ISPA

Tabel ISPA yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Diare (Kode-Puskesmas, bulan, tahun, julah balita, Pnemonia 0-12 bl,

Pnemonia 1-5 tahun, Pnemonia berat 0-12 bln, Pnemonia berat 1-5

tahun, realisasi penemuan pnemonia, pnemonia, bukan pnemonia 0-

Page 247: Adang Riana

247

12 bulan, bukan pnemonia 1-5 tahun, paracet tablet, paracet syrup,

cotri tablet, cotri syrup, dirujuk, meninggal < 2 bln, mrninggal 2-12 bln,

meninggal 1-5 tahun)

Kode-Puskesmas, bulan, tahun merupakan primary key sehingga

tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF

maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, bulan, tahun menentukan

semua atribut pada tabel ISPA.

Kode-Puskesmas, bulan, tahun julah balita, Pnemonia 0-12 bl,

Pnemonia 1-5 tahun, Pnemonia berat 0-12 bln, Pnemonia berat 1-5

tahun, realisasi penemuan pnemonia, pnemonia, bukan pnemonia 0-

12 bulan, bukan pnemonia 1-5 tahun, paracet tablet, paracet syrup,

cotri tablet, cotri syrup, dirujuk, meninggal < 2 bln, mrninggal 2-12 bln,

meninggal 1-5 tahun.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, bulan, tahun tidak ada

atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel Diare memenuhi 3-NF.

7) Normalisasi Tabel Kusta

Tabel Kusta yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Kusta (Kode-Puskesmas, bulan, tahun, penderita kusta type PB yang

diobati MDT, penderita kusta type MB yang diobati MDT, penderita

kusta type PB yang diobati MDT dinyatakan RFT, penderita kusta

type MB yang diobati MDT dinyatakan RFT, temuan cacat tingkat II,

kusta type PB yang DO, kusta type MB yang DO, kusta reaksi pada

penderita yang sedang dalam pengobatan)

Kode-Puskesmas, bulan, tahun merupakan primary key sehingga

tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF

Page 248: Adang Riana

248

maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, bulan, tahun menentukan

semua atribut pada tabel Kusta.

Kode-Puskesmas, bulan tahun penderita kusta type PB yang

diobati MDT, penderita kusta type MB yang diobati MDT, penderita

kusta type PB yang diobati MDT dinyatakan RFT, penderita kusta

type MB yang diobati MDT dinyatakan RFT, temuan cacat tingkat II,

kusta type PB yang DO, kusta type MB yang DO, kusta reaksi pada

penderita yang sedang dalam pengobatan.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, bulan, tahun tidak ada

atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel Kusta memenuhi 3-NF.

8) Normalisasi Tabel Malaria

Tabel Malaria yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Diare (Kode-Puskesmas, bulan, tahun, sediaan darah dari ACD,

sediaan darah dari PCD, sediaan darah dari lain-lain, sediaan darah

yang diperiksa dari ACD, sediaan darah yang diperiksa dari PCD,

sediaan darah yang diperiksa dari lain-lain, kasus indegenus, kasus

realphs, kasus unklasifikasi, radikal treatment palsifarum, radikal

tratment vivaks, ibu hamil yang dirprofilaksis, penderita malaria berat,

penderita meninggal karena malaria)

Kode-Puskesmas, bulan, tahun merupakan primary key sehingga

tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF

maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, bulan, tahun menentukan

semua atribut pada tabel Malaria.

Kode-Puskesmas, bulan, tahun sediaan darah dari ACD, sediaan

darah dari PCD, sediaan darah dari lain-lain, sediaan darah yang

diperiksa dari ACD, sediaan darah yang diperiksa dari PCD, sediaan

Page 249: Adang Riana

249

darah yang diperiksa dari lain-lain, kasus indegenus, kasus realphs,

kasus unklasifikasi, radikal treatment palsifarum, radikal tratment

vivaks, ibu hamil yang dirprofilaksis, penderita malaria berat,

penderita meninggal karena malaria.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, bulan, tahun tidak ada

atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel Malaria memenuhi 3-NF.

9) Normalisasi Tabel DBD

Tabel DBD yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Diare (Kode-Puskesmas, bulan, tahun, penderita DBD yang

meninggal, penderita DBD laki-laki, penderita DBD perempuan,

sediaan daran yang diperiksa DBD, sediaan darah yang diperiksa dari

PCD, sediaan darah yang diperiksa positif DBD)

Kode-Puskesmas, bulan, tahun merupakan primary key sehingga

tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF

maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, bulan, tahun menentukan

semua atribut pada tabel DBD.

Kode-Puskesmas, bulan, tahun penderita DBD yang meninggal,

penderita DBD laki-laki, penderita DBD perempuan, sediaan daran

yang diperiksa DBD, sediaan darah yang diperiksa dari PCD, sediaan

darah yang diperiksa positif DBD.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, bulan, tahun tidak ada

atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel DBD memenuhi 3-NF.

10) Normalisasi Tabel TBC

Tabel TBC yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Page 250: Adang Riana

250

TBC (Kode-Puskesmas, bulan, tahun, penderita TBC BTA (+) diobati,

penderita TBC BTA (-) rontgen (+) diobati, dahak tersangka diperiksa

bulan ini, pemeriksaan suspek TB bulan ini, kasus TBC diobati paket

OAT kategori 1, kasus TBC diobati paket OAT kategori 2, kasus TBC

diobati paket OAT kategori 3, kasus TBC dioabti 2-3 bulan paket OAT

katagori 1 telah konversi, kasus TBC dioabti 3-4 bulan paket OAT

katagori 2 telah konversi, kasus TBC yang telah sembuh, kasus TBC

pengobatan lengkap, kasus TBC teregister telah meninggal, kasus

TBC yang pindah bulan ini, kasus TBC yang gagal, kasus TBC yang

telah defaulth)

Kode-Puskesmas, bulan, tahun merupakan primary key sehingga

tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF

maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, bulan, tahun menentukan

semua atribut pada tabel TBC.

Kode-Puskesmas, bulan, tahun penderita TBC BTA (+) diobati,

penderita TBC BTA (-) rontgen (+) diobati, dahak tersangka diperiksa

bulan ini, pemeriksaan suspek TB bulan ini, kasus TBC diobati paket

OAT kategori 1, kasus TBC diobati paket OAT kategori 2, kasus TBC

diobati paket OAT kategori 3, kasus TBC dioabti 2-3 bulan paket OAT

katagori 1 telah konversi, kasus TBC dioabti 3-4 bulan paket OAT

katagori 2 telah konversi, kasus TBC yang telah sembuh, kasus TBC

pengobatan lengkap, kasus TBC teregister telah meninggal, kasus

TBC yang pindah bulan ini, kasus TBC yang gagal, kasus TBC yang

telah defaulth.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, bulan, tahun tidak ada

atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel TBC memenuhi 3-NF.

Page 251: Adang Riana

251

11) Normalisasi Tabel Kesehatan Lingkungan

Tabel Kesling yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Kesling (Kode-Puskesmas, bulan, tahun, rumah yang diperiksa,

rumah memenuhi syarat, TTU yang diperiksa, TTU memenuhi syarat,

rumah diperiksa jentik, rumah bebas jentik)

Kode-Puskesmas, bulan, tahun merupakan primary key sehingga

tabel ini telah memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF

maka harus diuji apakah Kode-Puskesmas, bulan, tahun menentukan

semua atribut pada tabel Kesling.

Kode-Puskesmas, bulan, tahun rumah yang diperiksa, rumah

memenuhi syarat, TTU yang diperiksa, TTU memenuhi syarat, rumah

diperiksa jentik, rumah bebas jentik.

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas, bulan, tahun tidak ada

atribut lain yang tergantung secara fungsional kepada atribut lain,

maka tabel Kesling memenuhi 3-NF.

12) Normalisasi Tabel Puskesmas

Tabel puskesmas yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Puskesmas (Kode-Puskesmas, Puskesmas, jumlah kelurahan, jumlah

posyandu, Kode-Kecamatan)

Kode-Puskesmas merupakan primery key sehingga tabel ini telah

memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF maka harus diuji

apakah Kode-Puskesmas menentukan semua atribut pada tabel

puskesmas.

Kode-Puskesmas Puskesmas, Jumlah kelurahan, jumlah

posyandu, Kode-Kecamatan

Page 252: Adang Riana

252

Ternyata selain atribut Kode-Puskesmas tidak ada atribut lain yang

tergantung secara fungsional kepada atribut lain, maka tabel

puskesmas memenuhi 3-NF.

13) Normalisasi Tabel Kelurahan

Tabel rumah sakit yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Kelurahan (Kode-Kelurahan, Kelurahan, Kode-Puskesmas, Kode-

Kecamatan, Jumlah Posyandu, Jumlah penduduk)

Kode-Kelurahan merupakan primery key sehingga tabel ini telah

memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF maka harus diuji

apakah Kode-Kelurahan menentukan semua atribut pada tabel

kelurahan

Kode-Kelurahan Kelurahan, Kelurahan, Kode-Puskesmas, Kode-

Kecamatan, Jumlah Posyandu, Jumlah penduduk

Ternyata selain atribut Kode-Kelurahan tidak ada atribut lain yang

tergantung secara fungsional kepada atribut lain, maka tabel

kelurahan memenuhi 3-NF.

14) Normalisasi Tabel Kecamatan

Tabel Kecamatan yang diperoleh dari proses E-R adalah :

Kecamatan (Kode-Kecamatan, Kecamatan, jumlah penduduk)

Kode-Kecamatan merupakan primery key sehingga tabel ini telah

memenuhi 2-NF. Untuk mengetahui memenuhi 3-NF maka harus diuji

apakah Kode-Kecamatan menentukan semua atribut pada tabel

kecamatan

Kode-Kecamatan Kecamatan, Jumlah penduduk

Ternyata selain atribut Kode-Kecamatan tidak ada atribut lain yang

tergantung secara fungsional kepada atribut lain, maka tabel

kecamatan memenuhi 3-NF.

Page 253: Adang Riana

253

d. Perancangan Dialog Antar Muka

Perancangan Dialog antar muka merupakan rancang bangun dari

dialog antar muka pengguna sistem dengan komputer. Dialog ini dapat

terdiri dari proses memasukkan data ke sistem, menampilkan output

informasi kepada pemakai atau dapat keduanya. Salah satu cara

membuat dialog layar komputer adalah menggunakan menu (Whitten,

Jogiyanto).

Sistem Informasi Bidang P2PL yang akan dirancang

menggunakan perancangan dialog antar muka menu, karena mudah

dipahami dan digunakan oleh pemakai. Menu berisi alternatif atau pilihan

yang disajikan pada pemakai. Salah satu type menu berisi yang

digunakan untuk perancangan dialog antar muka pada penelitian ini

adalah Pull Down Menu, yang terdiri dari bari menu yang menjadi pilihan

yang dapat dipilih dengan menggerakkan kursor ke kiri, ke kanan atau ke

bawah, ke atas.

Rancangan dialog antar muka Sistem Informasi Bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan adalah sebagai berikut:

1) Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Kelurahan

Page 254: Adang Riana

254

Gambar 4.62 Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Kelurahan 2) Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Puskesmas

Gambar 4.63 Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Puskesmas 3) Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Kecamatan

Page 255: Adang Riana

255

Gambar 4.64 Rancangan Dialog Antar Muka Registrasi Kecamatan 4) Rancangan Dialog Antar Muka Data P2TB

Gambar 4.65 Rancangan Dialog Antar Muka Data P2TB

5) Rancangan Dialog Antar Muka Grafik Cakupan Bulanan

Page 256: Adang Riana

256

Gambar 4.66 Rancanagan Dialog Antar Muka Grafik Cakupan Bulanan P2TB

6) Rancangan Dialog Antar Grafik Cakupan Puskesmas P2TB

Gambar 4.67 Rancanagan Dialog Antar Muka Grafik Cakupan Puskesmas P2TB

7) Rancangan Dialog Antar Muka Peta Cakupan P2TB

Page 257: Adang Riana

257

Gambar 4.68 Rancanagan Dialog Antar Peta Cakupan P2TB

Pada penelitian sistem informasi bidang P2PL dibuat

rancangan dialog antar muka, hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam mendesain tampilan menu yang akan

dihasilkan. Rancangan dialog antar muka setiap menu pada sistem

dibuat secara sederhana dengan alur pemasukkan data secara

berurutan dari atas ke bawah. Desain rancangan ini dibuat dengan

pertimbangan agar memudahkan pengguna dalam memasukkan

data, yaitu :

1) Menu Registrasi

2) Menu Data SP3 masing-masing kegiatan

Sedangkan menu selain pemasukkan data meliputi :

1) Menu Laporan

2) Menu grafik cakupan

3) Menu peta cakupan

Page 258: Adang Riana

258

Sistem informasi SP3 dirancang untuk single user, hal ini

dikarenakan meskipun data dan informasi SP3 digunakan di beberapa

seksi yang ada pada bidang P2PL, akan tetapi dikarenakan letak

antar seksi dalam satu ruangan sehingga sistem SP3 dirancang

single user. Akan tetapi bila akan dikembangkan multi user, sistem

informasi yang dirancang juga sudah aplicable, dikarenakan bahasa

pemrograman yang digunakan dalam perancangan sistem informasi

SP3 selain menggunakan Visual Basic, juga menggunakan ASP

sebagai tools, karena pada pengolahan data dalam bentuk histogram

mempunyai keterbatasan lebar tabel yang harus dipenuhi, oleh

karena itu digunakan ASP sebagai tools untuk pengolahan histogram

karena lebih fleksibel.

Meskipun digunakan single user, mengingat data SP3 yang

dimasukkan membutuhkan validitas dan akurasi, maka yang

berwenang untuk melakukan input data dan akses informasi dilakukan

oleh user yang telah ditugasi.

Perancangan sistem informasi bidang P2PL untuk mendukung

pemantauan, dikembangkan karena sistem mampu menghasilkan

informasi berupa :

1) Laporan kegiatan P2PL sesuai SPM di tingkat puskesmas dengan

jumlah kegiatan sebanyak 11 jenis kegiatan, 69 kelurahan, 8

kecamatan dan 18 puskesmas.

2) Laporan secara lengkap menurut ukuran SP3, yaitu :

a) Ukuran SP3 menyangkut tempat : kelurahan, kecamatan dan

puskesmas

b) Ukuran SP3 menyangkut orang : jenis kelamin, usia, status

c) Ukuran SP3 menyangkut waktu : bulanan

Page 259: Adang Riana

259

3) Petunjuk terjadinya lonjakan kasus penyakit tertentu dengan

adanya warning berupa symbol pada histogram maupun warna

pada peta.

4) Gambaran distribusi penyakit menurut tempat dengan distribusi

penyakit menurut peta wilayah puskesmas

5) Grafik statistik kegiatan P2PL

6) Laporan kegiatan P2PL

Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di DKK Tasikmalaya juga menghasilkan informasi yang

bersifat umum sebagai contoh jumlah penderita penyakit tertentu

dalam periode satu tahun, demikian juga informasi tentang jumlah

kenaikan kasus maupun pencapaian kegiatan dalam satu tahun,

informasi tersebut akan digunakan oleh bidang P2PL dan

perencanaan untuk menentukan profil kesehatan di DKK

Tasikmalaya. Oleh karena itu untuk menghasilkan informasi yang

dibutuhkan dalam profil kesehatan ditambahkan menu grafik statistik.

Menu grafik statistik menyajikan informasi rekapitulasi jumlah kejadian

penyakit tertentu atau hasil pencapaian kegiatan selama periode

waktu tertentu yang dapat disesuaikan dengan indikator SPM yang

penting untuk menentukan faktor resiko penyakit..

6. Membangun Sistem (Contruction)

Setelah tahap perancangan, tahap selanjutnya adalah tahap

membangun sistem yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pemrograman

Tahap ini bertujuan untuk mengkonversi hasil perancangan logikal ke

dalam kegiatan pengkodean dengan menggunakan bahasa

pemrogaman sehingga konsep logikal yang sudah dirancang dapat

Page 260: Adang Riana

260

diterjemahkan ke dalam fungsi-fungsi program yang dapat digunakan

pemakai dengan mudah, juga digunakan untuk memastikan bahwa

semua fungsi atau model program dapat dibuat dan dikerjakan secara

benar.

Pada penelitian Sistem Informasi Bidang P2PL mengingat

keterbatasan waktu, pemrograman akan dirancang sebagai berikut:

1) Pembuatan Basis Data

Perancangan basis data dimulai dari perancangan model dengan

menggunakan diagram konteks dan diagram alir data (DAD),

kemudian dimodelkan dengan RD sehingga mendapatkan tabel-

tabel selanjutnya dilakukan normalisasi untuk mendapatkan tabel.

Tabel basis data dibuat dengan menggunakan SQL Server

Database.

2) Pembuatan Format INPUT

Format input dibuat sesuai dengan rancangan input yang ada

dibuat langsung dengan menggunakan bahasa pemrograman

Visual Basic dengan field yang disesuaikan dengan basis data

3) Pembuatan Format Laporan

Laporan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dengan

merelasikan tabel yang terdapat pada basis data dengan

menggunakan bahasa program visual basic

4) Pembuatan Antar Muka Menu Utama

Pembuatan antar muka utama disesuaikan dengan urutan proses

yang dirancang pada DAD dengan menggunakan bahasa program

Visual Basic –ASP.

5) Pemetaan

Page 261: Adang Riana

261

Dalam pembuatan peta untuk proses digitasi menggunakan

software MapInfo dan untuk mengolah peta.

b. Sarana Hardware

Aplikasi Sistem Informasi Bidang P2PL membutuhkan hardware

sebagai berikut :

1) Spesifikasi Minimum Komputer adalah : Pentium II, 128 MB

2) Spesifikasi Printer : dot matriks

c. Pengujian

Setelah tahap pengkodean, selanjutnya adalah tahap pengujian yang

bertujuan untuk pengujian atau pengetesan terhadap semua modul

program yang dibuat sehingga pada saat diimplementasikan berjalan

dengan baik dan tidak menimbulkan pemborosan sumber daya serta

menggambarkan kualitas dari sistem yang dibangun. Tahapan

pengujian meliputi tahapan sebagai berikut :

1) Pengetesan dasar yaitu melakukan pengujian di bagian model

yang paling kecil sehingga dapat dipastikan bagian tersebut

berjalan dengan benar dan efisien.

2) Pengetesan kelompok, yaitu melakukan pengetesan kelompok-

kelompok dasar model sehingga interaksi antar group dapat

berjalan dengan baik.

3) Pengetesan fungsi, yaitu melakukan tes untuk pengujian pada

fungsi group sehingga interaksi antar group dapat berjalan dengan

baik.

4) Pengetesan sistem, yaitu melakukan pengujian secara

keseluruhan sehingga sistem dapat bekerja sesuai harapan dan

fungsi sebenarnya.

Page 262: Adang Riana

262

Berdasarkan rancangan sistem informasi berupa rancangan

basis data, rancangan input dan output serta rancangan antar muka,

selanjutnya dibuatkan program. Pembuatan program sistem informasi

SP3 dibantu oleh seorang programmer. Bahasa pemrograman yang

digunakan adalah Visual Basic ASP-MapInfo.

Sarana hardware yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem

informasi ini minimal mempunyai spesifikasi untuk komputer adalah

Processor Pentium II, RAM 128 MB, Sistem Operasi Windows.

Berdasarkan kebutuhan spesifikasi tersebut, sistem informasi

yang dibangun telah sesuai dengan keberadaan komputer yang

dimiliki oleh bidang P2PL, dengan demikian sistem informasi yang

diterapkan dapat applicable untuk kebutuhan informasi khususnya di

bidang P2PL DKK Tasikmalaya.

Berdasarkan rancangan sistem informasi berupa rancangan

basis data, rancangan input dan output serta rancangan antar muka,

selanjutnya dibuatkan program. Pembuatan program sistem informasi

SP3 dibantu oleh seorang programmer. Bahasa pemrograman yang

digunakan adalah Visual Basic ASP-MapInfo.

Sarana hardware yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem

informasi ini minimal mempunyai spesifikasi untuk komputer adalah

Processor Pentium II, RAM 128 MB, Sistem Operasi Windows.

Berdasarkan kebutuhan spesifikasi tersebut, sistem informasi

yang dibangun telah sesuai dengan keberadaan komputer yang

dimiliki oleh bidang P2PL, dengan demikian sistem informasi yang

diterapkan dapat applicable untuk kebutuhan informasi khususnya di

bidang P2PL DKK Tasikmalaya.

7. Penerapan Sistem

Page 263: Adang Riana

263

Tahap penerapan merupakan tahap akhir dari Pengembangan

Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di DKK Tasikmalaya yang akan dikembangkan. Menurut

Whitten Implementasi sistem adalah pengembangan sistem ke dalam

produk untuk siap dijalankan. Implementasi sistem dapat menggunakan

pendekatan yaitu :

a. Pendekatan langsung (Direct Convertion/abrup Cut Over)

Pendekatan ini dilakukan dengan mengganti sistem yang lama

dengan sistem yang baru, biasanya memilih periode waktu tertentu

untuk memulai menggunakan sistem baru.

b. Pendekatan Konversi Paralel (Paralel Convertion)

Dilakukan dengan mengoperasikan sistem yang baru dengan sistem

yang lain selama periode waktu tertentu.

c. Pendekatan Konversi Percontohan (Pilot Convertion/Location

Convertion)

Pendekatan ini dilakukan bila beberapa sistem yang sejenis akan

diterapkan pada beberapa area. Konversi sistem dapat dilakukan

pada sebuah unit organisasi terlebih dahulu dan dinilai operasinya jika

berhasil baru diterapkan pada semua bagian.

d. Pendekatan Bertahap (Staged Convertion)

Dilakukan dengan menerapkan masing-masing modul sistem yang

berbeda secara urut tiap-tiap modul dioperasikan terlebih dahulu, jika

berhasil baru dioperasikan modul-modul lain sampai semua modul

berhasil.

Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di DKK Tasikmalaya dikembangkan dengan pendekatan

langsung (Direct Convertion/Abrup Cut Over) dengan pertimbangan

Page 264: Adang Riana

264

penerapan sistem baru secara langsung yang akan dikembangkan

tidak mempunyai dampak resiko tertentu. Untuk sistem pelaporan

program P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan, yaitu

menggunakan format laporan masing-masing program dan histogram

bulanan.

Penerapan sifo bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan dilakukan prosedur sebagai berikut :

1) Tampilan

Untuk mendapatkan tampilan tentang program bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan dengan prosedur

sebagai berikut :

a) Laporan SP3 puskesmas dilaporkan secara rutin setiap bulan.

Pelaksana program di bidang P2PL akan memasukkan data

ke dalam sistem informasi bidang P2PL

b) Pelaksana program memasukkan data registrasi kelurahan,

kecamatran, puskesmas dan masing-masing laporan program

saat sistem akan diterapkan

c) Pelaksana program di bidang P2PL memasukkan data laporan

rutin setiap bulan berdasarkan SP3 pada aplikasi sistem

informasi bidang P2PL

d) Data SP3 yang telah dimasukkan , selanjutnya diolah

sehingga menghasilkan tentang pencapaian target atau

peningkatan kasus penyakit. Pelaksana program P2PL

melaksanakan up date data setiap bulannya.

e) Kepala seksi P3P menerima laporan hasil kegiatan dari

pelaksanaan program-program yang ada dibawah seksi

Page 265: Adang Riana

265

tersebut untuk melakukan kegiatan pemantauan wilayah

setempat (PWS).

f) Hasil kegiatan program secara periodik baik bulanan,

tribulanan maupun tahunan dilaporkan kepada kepala bidang

P2PL dan bidang-bidang lain yang terkait, serta pemegang

kebijakan di DKK Tasikmalaya.

Pada pengembangan sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM

untuk mendukung pemantauan di DKK Tasikmalaya yang telah

dilakukan, dengan dukungan kepala dinas kesehatan, kepala

bidang P2PL, kepala seksi P3P, kepala seksi PL serta staf

pelaksana program diputuskan untuk menjalankan sistem ini.

Selanjutnya sistem informasi yang telah dirancang disosialisasikan

ke seluruh staf dinas kesehatan, khususnya pada bidang P2PL.

Berikut ini hasil tampilan menu pada sistem Informasi bidang

P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan :

2) Tampilan menu Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan

a) Menu utama

Tampilan menu judul utama (Splash Screen) adalah sebagai

berikut :

Page 266: Adang Riana

266

Gambar 4.69 Tampilan Menu Judul splash screen Sistem Informasi Bidang P2PL di DKK Tasikmalaya

b) Menu registrasi

Menu registrasi terdiri dari registrasi kelurahan, registrasi

kecamatan, registrasi puskesmas, registrasi laporan

(1) Menu Registrasi Kelurahan

Gambar 4.70 Tampilan Menu Registrasi Kelurahan

(2) Menu registrasi puskesmas

Page 267: Adang Riana

267

Gambar 4.71 Tampilan Menu Registrasi Puskesmas

(3) Menu registrasi kecamatan

Gambar 4.72 Tampilan Menu Registrasi Kecamatan

(4) Menu registrasi kegiatan P2TB

Untuk mengisi data P2TB klik menu Registrasi data>P2TB

akan muncul form sebagai berikut :

Page 268: Adang Riana

268

Gambar 4.73 Tampilan Menu Registrasi Kegiatan P2TB

Klik Tombol Baru

Isikan bulan, tahun sesuai kondisi

Isikan Kode dan nama Puskesmas

Iskan data yang diminta

Klik Tombol Simpan

Apabila ingin menghapus data, klik tombol Hapus

Apabila ingin mengedit data, tekan tombol Ubah, lalu

edit data yang benar, lalu klik tombol Simpan

Apabila ingin menambah data, tekan tombol Baru

Apabila ingin ke record pertama tekan <<

Apabila ingin ke record terakhir tekan tombol >>

Apabila ingin ke record sesudah tekan tombol >

Apabila ingin ke record sebelum tekan tombol <

Apabila ingik keluar tekan tombol Keluar

c) Tampilan menu laporan P2TB

Tampilan menu laporan program adalah sebagai berikut:

Untuk menampilkan Laporan P2TB Klik menu laporan > P2TB

Page 269: Adang Riana

269

Gambar 4.74 Tampilan Data Laporan P2TB

d) Tampilan menu grafik cakupan P2TB Bulanan

Untuk memunculkan grafik cakupan perbulan, klik menu grafik

cakupan perbulan> Klik Jenis kegiatan contohnya kegiatan

P2TB, akan muncul tampilan sebagai berikut :

Gambar 4.75 Tampilan Menu Grafik Cakupan P2TB Bulanan

Mausukkan kode dan nama puskesmas

Masukkan tahun

Tekan tombol proses

Tekan cetak untuk mencetak

Page 270: Adang Riana

270

Tekan keluar untuk mengakhiri proses

e) Tampilan menu Grafik cakupan Puskesmas P2TB

Untuk memunculkan dan mencetak grafik cakupan per

puskesmas, klik menu grafik cakupan per puskesmas> Klik

Jenis kegiatan contohnya P2TB, akan muncul tampilan

sebagai berikut :

Gambar 4.77 Tampilan Menu Grafik Cakupan Puskesmas P2TB

Masukkan bulan dan tahun

Tekan tombol proses

Tekan cetak untuk mencetak

Tekan keluar untuk mengakhiri proses

f) Tampilan menu peta cakupan P2TB

Untuk membuka peta cakupan klik menu peta cakupan, akan

tampil form sebgai berikut

Page 271: Adang Riana

271

Gambar 4.78 Tampilan Menu Peta Cakupan P2TB

Masukkan bulan dan tahun

Pilih analisis data yang diinginkan, contohnya P2TB

Lalu tekan tombol proses, akan muncul seperti gambar di

atas

Untuk melihat nilai cakupan salah satu puskesmas, pada

analisis data pilih puskesmasnya, lalu tekan tombol proses,

akan muncul form seperti gambar di bawah.

Gambar 4.79 Tampilan Menu Peta Cakupan P2TB

Masukkan bulan dan tahun

Pilih analisis data yang diinginkan, contohnya P2TB

Page 272: Adang Riana

272

Tekan tombol lalu pilih kelurahan pada peta untuk

melihat detail Informasi Cakupan per Puskesmas

• Tekan tombol untuk menggeser posisi peta.

• Tekan tombol untuk memperkecil peta

• Tekan tombol untuk memperbesar peta

• Tekan tombol untuk mengembalikan kursor ke posisi defaultnya.

Menu proses sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan, apabila menu proses di klik akan tampil

hasil analisis dengan keterangan 5 (lima) warna yang berbeda

secara otomatis. Hal tersebut menunjukkan masing-masing

wilayah puskesmas mencapai angka cakupan yang berbeda

sesuai dengan keterangan pada petanya terdiri dari :

a) Warna merah merupakan petunjuk bahwa wilayah tersebut

dalam keadaan normal/aman. Hal tersebut dijadikan bahan

umpan balik oleh pihak manajemen (kepala seksi, kepala

bidang), namun demikian perlu diwaspadai dengan cara

pencegahan (preventif).

b) Warna ungu merupakan petunjuk bahwa wilayah yang harus

jadi perhatian, karena terdapat tanda-tanda ada kasus atau

pencapaian / cakupan masih rendah. Keadaan tersebut

bermanfaat bagi pihak manajemen (kepala seksi, kepala

bidang) untuk umpan balik, karena merupakan peringatan

akan terjadi peningkatan kasus (KLB) bila perlu ditindaklanjuti

bersama lintas program dan sektoral sesuai permasalahan

Page 273: Adang Riana

273

yang ada diwilayah tersebut, dengan demikian lonjakan kasus

tidak akan terjadi.

c) Warna biru merupakan petunjuk bahwa wilayah tersebut telah

terjadi lonjakan kasus, pencapaian program (di bawah rata-

rata). Hal tersebut akan dimanfaatkan oleh pihak manajemen

(kepala seksi, kepala bidang) untuk umpan balik dan perlu

pemantauan secara dini karena kemungkinan telah terjadi

KLB, perlu segera penanganan khusus, memerlukan bantuan

lintas program maupun sektoral sehingga dapat dilakukan

pencegahan penyebarannya, dengan demikian diharapkan

angka kesakitan atau kematian akibat kasus penyakit tertentu

dapat dikurangi.

8. Pelatihan Petugas

Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan yang dikembangkan di dinas kesehatan Kota Tasikmalaya,

petugas-petugas yang terlibat adalah staf seksi P3P dan seksi PL, karena

telah terbiasa menggunakan komputer serta memahami sistem baru yang

akan dikembangkan.

Pelatihan teknis aplikasi sistem informasi bidang P2PL dilakukan

pelatihan dengan rancangan one group pretest – post test tanpa kontrol

selama 5 jam pelatihan. Pelatihan delakukan dengan staf seksi P3P,

kepala seksi P3P, staf seksi PL, kepala seksi PL dan kepala bidang

P2PL. Waktu pelatihan masing-masing membutuhkan waktu antara 4-5

jam sesuai dengan pemahaman masing-masing petugas.

Pelatihan dilakukan dengan memberikan penjelasan dan cara

mengoperasikan sistem dengan memberikan petunjuk manual

pengoperasian dan tanggapan atas diterapkannya sistem baru.

Page 274: Adang Riana

274

9. Uji Coba Sistem

Uji coba sistem informasi bidang P2PL merupakan tahapan

implementasi yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah sistem

informasi bidang P2PL sesuai SPM yang dirancang dapat mendukung

pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Uji coba dilakukan

dengan nilai :

a. Apakah sistem yang dibangun sederhana dalam struktur dan

pengoperasiannya

b. Apakah data dan informasi yang dihasilkan telah lengkap

c. Apakah data dan informasi yang dihasilkan telah akurat

d. Apakah data dan informasi yang dihasilkan mudah diakses

e. Apakah data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara

tepat waktu.

f. Apakah data dan informasi yang dihasilkan bermanfaat

g. Apakah data dan informasi yang dihasilkan reliabel dan mudah

difahami

Uji coba sistem informasi bidang P2PL dilakukan setelah sistem

berjalan kurang lebih 1 bulan untuk memasukkan data laporan program-

program yang ada di bidang P2PL serta mengoperasikan sistem secara

keseluruhan. Uji coba dimulai dengan memasukkan data dasar, yaitu file

kelurahan, puskesmas, kecamatan, penyakit, mencoba memasukkan

data program-program yang ada di bidang P2PL, mencoba melakukan

analisis laporan, mencoba membuat laporan dan mengoperasikan sistem

secara keseluruhan. Hasilnya sistem dapat digunakan dengan lancar dan

tidak terjadi kemacetan.

Setelah dilakukan pembangunan sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan, dibandingkan dengan sistem

Page 275: Adang Riana

275

informasi lama yang masih berjalan, analisis sistem basis data pada

sistem informasi bidang P2PL yang dikembangkan memiliki keunggulan :

a. Data dapat tersedia setiap saat

b. Kecepatan dan kemudahan dalam melakukan perubahan/manipulasi

data serta menampilkan data

c. Informasi benar-benar sesuai dengan permasalahan (relevan)

d. Memungkinkan pemakaian data secara bersamaan

e. Data relatif lebih lengkap karena dapat dilakukan penambahan record

maupun struktur

f. Informasi dapat diperoleh pada saat dibutuhkan (tepat waktu)

g. Keandalan dapat terjamin karena diperoleh dari sumber yang dapat

dipercaya kebenarannya

h. Keakuratan data dapat terpelihara

i. Out put sistem informasi dapat digunakan untuk memantau kegiatan

atau pengambilan keputusan

j. Keamanan data dapat terpelihara dengan menerapkan sistem

keamanan

k. Sangat praktis karena tidak memerlukan banyak kertas sebagai

media penyimpanan

l. Tidak membuat petugas bosan, karena tidak perlu melakukan

tindakan yang berulang-ulang dengan menggunakan tangan 20 .

Komponen sistem basis data dalam penelitian sistem informasi

bidang P2PL di DKK Tasikmalaya meliputi :

a. Perangkat keras, meliputi komputer dan printer

Page 276: Adang Riana

276

b. Basis data, meliputi data SP3 berdasarkan laporan dari puskesmas,

data kelurahan, data kecamatan, data puskesmas, data masing-

masing kegiatan.

c. Perangkat lunak, berupa aplikasi sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan.

d. User, meliputi staf (pengelola program), Kepala Seksi P3P, Kepala

Seksi PL

10. Evaluasi Kualitas Informasi

Untuk menilai kualitas sistem terlibat 6 responden, yaitu Kepala

Bidang P2PL, Kepala Seksi P3P, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan

dan program lain yang terkait. Hasil uji coba adalah sebagai berikut :

a. Uji coba ketersediaan

Uji coba ketersediaan dilakukan dengan melihat informasi yang

dihasilkan meliputi distribusi masing-masing kegiatan menurut :

1) Faktor tempat, meliputi kelurahan, puskesmas dan kecamatan

2) Faktor waktu, meliputi bulanan

b. Uji coba kemudahan

Dengan melihat mudah tidaknya informasi masing-masing kegiatan

untuk dipergunakan. Dilakukan dengan meminta pendapat responden

tentang kemudahan mendapatkan kembali data program bidang

P2PL.

c. Uji coba relevansi

Dengan melihat informasi tersebut benar-benar sesuai dengan

permasalahan

d. Uji coba kemanfaatan

Dengan melihat konsekwensi bahwa informasi benar-benar

bermanfaat bagi organisasi

Page 277: Adang Riana

277

e. Uji coba ketepatan waktu

Dilakukan dengan menilai kemampuan sistem dalam menghasilkan

informasi sesuai jadual yang ditetapkan.

f. Uji coba keandalan

Dilakukan dengan meminta pendapat responden tentang

keandalan/kebenaran data dan informasi program bidang P2PL

g. Uji coba keakuratan

Dengan melihat akurasi perhitungan analisis sehingga menghasilkan

hasil kriteria laporan P2PL.

h. Uji coba konsistensi

Dengan meminta pendapat bahwa penyajian informasi tidak terjadi

kontradiksi dengan pengambil keputusan

i. Uji beda sistem lama dan baru

Hasil penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar tilik (lampiran

6) sebanyak 6 responden memberikan penilaian terhadap beberapa

aspek kualitas informasi sebelum dan sesudah sistem informasi

bidang P2PL lama dan baru.

Berikut ini adalah tabel hasil penilaian seluruh aspek kualitas

informasi yang telah dibuat rata-rata sebelum dan sesudah

sebagaimana tabel 4.69 :

Page 278: Adang Riana

261

Tabel 4.69 Hasil Evaluasi Sistem Informasi Bidang P2PL sebelum dan sesudah dikembangkan

SEBELUM SESUDAH NO URAIAN 1 2 3 4 5 6 RERATA 1 2 3 4 5 6 RERATA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 I KETERSEDIAAN

Tersedia data yang akan dianalisis sesuai kebutuhan SPM Bidang P2PL untuk memantau kegiatan P2PL 2 2 3 1 2 2 2.00 4 4 4 4 4 4 4.00

Tersedia informasi yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan kualitas SPM Bidang P2PL untuk pemantauan Bidang P2PL 1 2 1 2 2 2 1.67 4 4 4 4 4 4 4.00

II MUDAH DIPAHAMI

Informasi bidang P2PL dapat dengan mudah dipahami untuk SPM bidang P2PL 2 2 3 2 2 3 2.33 4 4 4 4 3 4 3.83

Informasi mudah/dapat dipahami oleh semua orang 2 3 3 2 1 1 2.00 4 4 4 3 3 3 3.50

III RELEVAN

Informasi bidang P2PL benar-benar sesuai dengan permasalahan yang ada 2 3 3 3 2 2 2.50 4 4 4 4 4 3 3.83

Informasi dapat meminimalisir permasalahan yang ada di bidang P2PL 3 1 2 3 2 2 2.17 4 4 4 4 4 4 4.00

IV BERMANFAAT

Laporan bulanan, triwulanan dan tahunan bermanfaat bagi pemantauan kegiatan bidang P2PL sesuai SPM 1 1 3 2 2 2 1.83 4 4 4 4 4 4 4.00

Informasi yang dihasilkan bermanfaat untuk pemantauan SPM didang P2PL 1 2 2 1 2 2 1.67 3 4 4 3 4 4 3.67

Page 279: Adang Riana

262

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

V TEPAT WAKTU

Laporan bulanan, triwulanan dan tahunan dapat diperoleh saat dibutuhkan 2 2 2 1 2 2 1.83 4 4 4 4 4 4 4.00

Informasi mudah/dapat diakses saat dibutuhkan 2 2 1 2 2 2 1.83 4 3 4 3 4 4 3.67 VI KEANDALAN

Pengumpulan data laporan SP3 untuk mendukung pemantauan SPM bidang P2PL dapat dilakukan dengan benar 2 2 2 1 2 2 1.83 3 4 4 4 4 4 3.83

Pengolahan data dapat dilakukan dgn benar 1 2 2 2 2 2 1.83 4 4 4 4 4 4 4.00 Informasi yang dihasilkan dapat dipercaya 1 2 3 1 2 2 1.83 4 4 4 4 4 3 3.83 VII AKURAT

Pencapaian angka cakupan di masing-masing wilayah dapat diketahui dengan benar 1 1 3 1 2 2 1.67 3 3 4 4 4 4 3.67

Wilayah yang beresiko dapat diidentifikasi dengan benar 2 2 1 1 2 2 1.67 4 4 4 4 4 4 4.00

VIII KONSISTEN

Data yang dihasilkan oleh sifo sesuai kebutuhan SPM bidang P2PL tidak bertentangan di dalam penyajian untuk memantau kegiatan P2PL 1 1 1 2 2 2 1.50 4 4 4 4 4 4 4.00

Informasi dapat digunakan untuk mematau hasil kegiatan SPM bidang P2PL 2 2 2 1 2 2 1.83 4 3 3 4 4 4 3.67

Out put Sifo SPM bidang P2PL dapat mendukung pengambilan keputusan bagi kepala Dinas dan kepala Bidang Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya 2 2 2 1 2 2 1.83 4 4 3 4 4 4 3.83

JUMLAH 30 34 39 29 35 36 33.83 69 69 70 69 70 69 69.33 RATA RATA 1.7 1.9 2.2 1.6 1.9 2 1.88 3.8 3.8 3.9 3.8 3.9 3.8 3.85

Page 280: Adang Riana

263

Pernyataan responden sebelum sistem informasi Bidang P2PL

dikembangkan diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Ketersediaan

a) Ketersediaan data

Menurut kepala seksi penyehatan lingkungan tentang

ketersediaan data :

“Selama ini yang dinamakan data diberbagai tingkatan organisasi selalu tidak tersedia sesuai apa yang diharapkan”

b) Ketersediaan informasi

Menurut kepala dinas tentang ketersediaan informasi : “Berdasarkan pengalaman selama ini informasi yang dibutuhkan untuk pemantauan hampir bisa dikatakan tidak tersedia dengan berbagai alasan” Sedangkan menurut kepala seksi P3P : “Hasil Informasi yang dibutuhkan diharapkan selalu tersedia dengan tujuan apabila dibutuhkan oleh level manajemen manapun akan selau siap, tapi kenyataan sampai saat ini untuk kebutuhan saya saja sebagai kepala seksi selalu kesulitan”

2) Mudah dipahami

Informasi bidang P2PL mudah dipahami untuk SPM P2PL oleh

semua orang

Menurut staf / pengelola kegiatan :

“Saya mengolah data dari SP3 hanya untuk direkapitulasi menjadi tabel untuk laporan ke tingkat yang lebih atas, atau kadang-kadang dibuatkan grafik cakupan hanya apabila diperintah oleh atasan”.

3) Relevan

Informasi dapat meminimalisir permasalahan yang ada di bidang

P2PL

Menurut responden :

Page 281: Adang Riana

264

“Dari sejak adanya program yang mengharuskan membuat PWS yang bertujuan untuk meminimalisir permasalahan, angka kesakitan meningkat, penemuan kasus baru meningkat”.

4) Bermanfaat

Laporan bulanan dan informasi, tribulanan dan tahun bermanfaat

bagi pemantauan

“Laporan yang selama ini dibuat baik bulanan, tribulanan, maupun tahunan hanya memenuhi kewajiban saja, karena laporan tersebut belum selamanya digunakan untuk manajemen”.

5) Tepat waktu

a) Laporan diperoleh saat dibutuhkan

“Saya saat membutuhkan laporan, tinggal melihat hasil rekapitulasi yang telah diolah menggunakan komputer yang menggunakan Microsoft Excell ”.

b) Informasi dapat diakses saat dibutuhkan

“Informasi telah diolah dengan manual pada komputer yang ada asal ada orang yang mengolah dan tahu nama file-nya”.

6) Keandalan

a) Data yang diolah dengan sistem informasi bidang P2PL dapat

diandalkan kebenarannya

“Sejak ada komputer laporan dari SP3 direkap menggunakan Microsoft Excell dengan rumus tertentu, jadi tidak mungkin salah”.

b) Informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

“Saya percaya dengan hasil pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excell menjadi informasi sudah cukup bagus”.

7) Akurasi

a) Angka cakupan di masing-masing wilayah dapat diketahui

“Menurut saya angka cakupan yang diolah dengan Microsoft Excell dapat diketahui cakupan di masing-masing wilayah karena angka tersebut bisa dibuatkan grafik berdasarkan wilayah”.

b) Wilayah yang beresiko dapat diidentifikasi dengan benar

Page 282: Adang Riana

265

“Wilayah yang beresiko dapat dilihat dari tabel maupun melihat grafik yang dibuat dengan input data pada program Microsoft Excell”.

8) Konsisten

a) Informasi dapat digunakan untuk memantau kegiatan SPM

“Informasi yang dihasilkan dari pengolahan menggunakan Microsoft Excell bisa digunakan untuk pemantauan”.

b) Informasi dari sifo P2PL dapat mendukung pengambilan

keputusan kepala Dinas dan kepala Bidang P2PL

“Informasi yang dihasilkan dari pengolahan menggunakan Microsoft Excell menurut saya bisa digunakan untuk pengambilan keputusan oleh kepala dinas”.

Dari tabel 4.69, selanjutnya dilakukan analisis secara kuantitatif untuk

menguji hipotesis penelitian dengan uji Wilcoxon (Wilcoxon Test).

Uji perbedaan antara sistem lama dan baru dilakukan untuk masing-

masing observasi, uji beda dihitung dengan SPSS For Windows 13,0.

Data yang digunakan untuk uji beda adalah rata-rata tertimbang

masing-masing observasi.

NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

0a ,00 ,0018b 9,50 171,00

0c

18

Negative RanksPositive RanksTiesTotal

Item2 - Item1N Mean Rank Sum of Ranks

Item2 < Item1a.

Item2 > Item1b.

Item1 = Item2c.

Page 283: Adang Riana

266

Test Statisticsb

-3,742a

,000ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Item2 - Item1

Based on negative ranks.a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Uji beda antara data evaluasi lama dan (O1) dengan data evaluasi

sistem baru (O2) untuk uji 2 arah dengan tingkat kemaknaan 0,00

maka :

Tabel Hasil Evaluasi Sistem Informasi Bidang P2PL sebelum dan

setelah dikembangkan

Ho : p (+) = p (-)

Ho : p (+) ≠ p (-)

Ho ditolak bila p<0,05 berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah

eksperimen.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel yaitu uji dua arah diperoleh p<0,05.

Jadi Ho ditolak atau ada perbedaan yang signifikan antara sistem

lama dengan sistem baru.

Kemudian setelah sistem informasi Bidang P2PL

dikembangkan maka kebanyakan responden menyatakan :

1) Ketersediaan

a) Ketersediaan data

Menurut kepala seksi penyehatan lingkungan tentang

ketersediaan data :

“Data tersedia sesuai apa yang diharapkan”

b) Ketersediaan informasi

Menurut kepala dinas tentang ketersediaan informasi :

Page 284: Adang Riana

267

“Informasi yang dibutuhkan untuk pemantauan tersedia dengan baik” Sedangkan menurut kepala seksi P3P : “Hasil Informasi yang dibutuhkan selalu tersedia apabila dibutuhkan oleh tingkat manajemen manapun”

2) Mudah dipahami

a) Informasi bidang P2PL dapat dengan mudah dipahami untuk

SPM bidang P2PL

“Informasi bidang P2PL sangat mudah difahami oleh saya”.

b) Informasi bidang P2PL mudah dipahami untuk SPM P2PL oleh

semua orang

Menurut staf / pengelola kegiatan :

“Saya memahami maksud dari informasi P2PL, karena hasil sudah dianalisis menurut waktu dan tempat dengan menggunakan grafik dan peta”.

3) Relevan

a) Informasi bidang P2PL benar-benar sesuai dengan

permasalahan yang ada

“Saya sangat setuju dengan adanya sistem informasi bidang P2PL karena benar-benar sesuai dengan permasalahan yang ada”.

b) Informasi dapat meminimalisir permasalahan yang ada di

bidang P2PL

“Sejak adanya sistem informasi bidang P2PL dapat meminimalisir permasalahan yang ada”.

4) Bermanfaat

a) Laporan bulanan, tribulanan dan tahun bermanfaat bagi

pemantauan

“Laporan / informasi sangat bermanfaat bagi kepentingan manajemen”.

Page 285: Adang Riana

268

b) Informasi yang dihasilkan bermanfaat untuk pemantauan SPM

bidang P2PL

“Pemantauan dilaksanakan berdasarkan atau memanfaatkan hasil dari sistem informasi bidang P2PL”.

5) Tepat waktu

a) Laporan diperoleh saat dibutuhkan

“Apabila saya membutuhkan laporan/informasi, tinggal melihat hasil yang telah diolah menggunakan software baik berupa tabel rekapan, grafik cakupan maupun pada peta cakupan”.

b) Informasi dapat diakses saat dibutuhkan

“Informasi dapat diakses dengan mudah, tidak susah mencari file karena telah menggunakan computer khusus untuk SIK yang tersambung secara LAN di DKK Tasikmalaya”.

6) Keandalan

a) Data yang diolah dengan sistem informasi bidang P2PL dapat

diandalkan kebenarannya

“Sistem telah bekerja secara otomatis tanpa membuat grafik, membuat peta dan juga terhidar adanya kesalahan dalam menginput data”.

b) Informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

“Saya sangat percaya dengan hasil pengolahan data dengan menggunakan software sehingga informasi yang dihasilkan sudah baik”.

7) Akurasi

a) Angka cakupan di masing-masing wilayah dapat diketahui

“Menurut saya angka cakupan yang diolah dengan software langsung dapat diketahui cakupan di masing-masing wilayah karena bisa dilihat pada peta cakupan dan grafik berdasarkan wilayah”.

b) Wilayah yang beresiko dapat diidentifikasi dengan benar

“Wilayah yang beresiko dapat dilihat dari tabel, grafik cakupan maupun melihat peta cakupan”.

8) Konsisten

Page 286: Adang Riana

269

a) Sifo bidang P2PL tidak bertentangan dengan aturan di dalam

penyajiannya

“Penyajiannya tidak bertentangan dengan ketentuan”.

b) Informasi dapat digunakan untuk memantau kegiatan SPM

“Informasi yang dihasilkan bisa digunakan untuk pemantauan”.

c) Informasi dari sifo P2PL dapat mendukung pengambilan

keputusan kepala Dinas dan kepala Bidang P2PL

“Informasi yang dihasilkan bisa digunakan untuk pengambilan keputusan oleh kepala bidang maupun oleh kepala dinas”.

Implementasi sistem informasi SP3 sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan didahului dengan uji coba sistem selama satu bulan di DKK

Tasikmalaya. Berdasarkan hasil wawancara dan tanggapan responden

pada saat dilakukan uji coba sistem informasi SP3 secara umum semua

responden antusias untuk mencoba sistem yang dikembangkan, karena

dengan dikembangkannya sistem ini yang berbasis komputer, akan

memudahkan semua petugas maupun manajer terkait untuk

mendapatkan data dan informasi khususnya berkaitan dengan kegiatan

pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sebagaimana kutipan

beberapa pernyataan responden sebagai berikut :

”Saya akan lebih senang, bila ada program khusus untuk SP3, terutama bila dilengkapi dengan gambaran pemetaan, karena itu masih menjadi kesulitan bagi kami”. Kepala seksi P3P :

”Kami sangat terbantu, bila ada program yang khusus SP3 sehingga akan segera memanfaatkan bila software telah jadi, secepatnya kami akan menerapkan untuk kegiatan rutin sehari-hari dalam sistem informasi kegiatan P3P”. Kepala seksi PL : ”Saya akan menggunakan hasil dari sistem informasi Bidang P2PL untuk mengevaluasi kegiatan – kegiatan penyehatan lingkungan”.

Page 287: Adang Riana

270

Kepala bidang P2PL :

”Software yang dirancang, sudah lebih dari yang saya perkirakan, sehingga cukup membantu kami dalam melakukan pemantauan penyakit dan sistem kewaspadaan dini KLB”. Uji coba menggunakan rancangan penelitian eksperimen kuasi

dengan metode pretes dan posttest pada suatu kelompok responden.

Penilaian menggunakan daftar tilik dengan aspek penilaian kualitas

informasi pada sistem lama dan sistem baru meliputi ketersediaan,

kemudahan, relevan, kemanfaatan, ketepatan waktu, kenadalan,

keakuratan, dan konsisten. Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM

untuk mendukung pemantauan sebelum dikembangkan banyak yang

tidak setuju namun setelah sistem tersebut diimplementasikan dapat saya

simpulkan bahwa sistem informasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan

kualitas informasi untuk mendukung pemantauan.

11. Manfaat Sistem Informasi Bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan

Adanya kemampuan menyediakan, kemudahan untuk difahami,

relevan, ketepatan waktu, keandalan, keakuratan, dan konsisten dari

sistem informasi bidang P2PL untuk mendukung pemantauan yang dapat

bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, khususnya bidang

P2PL, seksi PL dan seksi P3P bermanfaat untuk membantu memenuhi

data dasar pemantauan penyakit dan hasil pencapaian kegiatan agar

dapat dilakukan analisa manajemen dan analisa epidemiologi sebagai

bahan perencanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Bagi kepala seksi P3P dan kelapa seksi PL sistem informasi

bidang P2PL bermanfaat untuk analisa epidemiologi guna menentukan

kegiatan pemantauan wilayah setempat (PWS) bagi kelurahan/wialayah

puskesmas yang potensial terjadi kejadian luar biasa (KLB) penyakit

Page 288: Adang Riana

271

untuk membantu menentukan kegiatan pemberantasan yang harus

dilakukan bila terjadi kejadian KLB penyakit tertentu.

Bagi staf seksi PL sistem informasi bidang P2PL bermanfaat

memudahkan petugas dalam mengolah informasi bersumber dari laporan

data dari SP3 Puskesmas sehingga menghasilkan informasi bidang P2PL

secara lengkap, akurat, tepat waktu dan aksesibilitas. Dengan sistem

baru ini pekerjaan mengolah data program bidang P2PL menjadi dapat

dilakukan secara bersamaan, tidak perlu masing-masing membuat

laporan data kegiatan dari puskesmas.

Bagi kepala bidang P2PL dan Kepala dinas kemudahan

menampilkan kembali data dan informasi SP3 akan membantu

menentukan kebijakan dan perencanaan kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit, dengan demikian dapat dicegah akibat buruk

terjadinya penyakit maupun menentukan tempat terjadinya suatu

penyakit. Informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu dan aksesibilitas

tersebut, dapat menampilkan suatu profil kesehatan pada kurun waktu

tertentu di wilayah Kota Tasikmalaya.

12. Keterbatasan Sistem Informasi Bidang P2PL Sesuai SPM Untuk

Mendukung Pemantauan

Berdasarkan hasil evaluasi sistem informasi bidang P2PL, maka

kelebihan sistem adalah dapat menghasilkan informasi secara mudah

dan tersedia, relevan, tepat waktu, keandalan, akurat, dan konsisten.

Mudah karena sistem mudah dioperasikan dan mudah diakses (diperoleh

kembali). Relevan karena informasi yang dibutuhkan adalah benar-benar

relevan dengan permasalahan. Bermanfaat karena informasi diperlukan

bagi organisasi. Tepat waktu karena dapat menghasilkan sistem informasi

sesuai jadual yang ditetapkan. Keandalan karena sumber-sumber data

Page 289: Adang Riana

272

dapat diandalkan kebenarannya. Akurat karena sistem dapat

menunjukkan indikator kejadian luar biasa secara rinci dan tidak terjadi

kesalahan Lengkap karena informasi dapat menunjukkan tempat (wilayah

puskesmas) dan waktu (bulanan)...

Sebagai sistem informasi, sistem ini mempunyai keterbatasan

sestem sebagai berikut :

a. Aspek laporan yang dihasilkan, mempunyai setting terbatas, hal ini

dikarenakan penggunaan bahasa pemrograman Visual Basic,

sehingga harus menggunakan Scrolling atau lembar berikutnya.

b. Tampilan warna pada histogram analisa data program bidang P2PL

tidak dapat langsung pada diagram batang, tetapi hanya dapat

muncul dengan tematik warna berupa simbol.

c. Peta kejadian penyakit/hasil kegiatan hanya dapat ditampilkan

menurut wilayah puskesmas, sedangkan untuk menentukan peta

menurut kelurahan dan puskesmas hanya dapat dilihat berdasarkan

tabulasi program bidang P2PL maupun grafik berdasarkan tempat

(puskesmas).

d. Penampilan grafik tidak dapat ditampilkan secara langsung pada

samping tabel, hal ini dikarenakan tampilan terbatas untuk satu

tampilan saja, yaitu berupa tabel, grafik atau peta saja.

e. Output sistem masih dapat dikembangkan lagi sehingga basis data

yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk output

perencanaan lainnya (tidak hanya sesuai SPM), sebagai contoh untuk

perencanaan imunisasi, untuk mempelajari faktor resiko penyakit,

kegiatan yang tidak dimasukkan sebagai indikator SPM dan lain-lain.

Page 290: Adang Riana

273

Meskipun terdapat keterbatasan, akan tetapi sistem yang dikembangkan

telah memenuhi kebutuhan informasi untuk pematauan bidang P2PL

sesuai SPM di DKK Tasikmalaya.

13. Kelangsungan Pengembangan Sistem Informasi Bidang P2PL

Sesuai SPM Untuk Mendukung Pemantauan

Berpijak pada uraian analisis pengembangan sistem informasi

bidang P2PL hingga implementasi sistem dan memperhatikan kendala

dan keterbatasan yang ada pada sistem informasi yang dikembangkan,

maka untuk menjaga kelangsungan pengembangan sistem informasi

bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan dapt

dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna di lingkungan bidang P2PL

secara khusus maupun di lingkungan DKK Tasikmalaya umunya, yaitu :

a. Diperlukanan komitmen dari seluruh pengguna informasi Bidang

P2PL untuk memanfaatkan sistem informasi bidang P2PL sesuai

SPM secara rutin dalam kegiatan pemantauan.

b. Diperlukan perbaikan form SP3 puskesmas khususnya untuk variabel

yang dibutuhkan oleh SPM yang tidak ada pada form pelaporan SP3.

c. Diperlukan ketentuan dalam bentuk peraturan yang mengharuskan

sistem informasi ini sehingga informasi kegiatan biadang P2PL hanya

berasal dari satu sumber yang sama.

d. Dalam memasukkan data hendaknya ditunjuk petugas khusus

sebagai administrator basis data, sehingga data yang dimasukkan

dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan validitasnya.

e. Sistem informasi ini hendaknya dikembangkan menjadi multi user,

dengan tersedianya jejaring informasi antara DKK Tasikmalaya

dengan puskesmas, dengan demikian maka form SP3 tidak harus

dalam bentuk hardcopy, akan tetapi laporan SP3 diisi oleh petugas

Page 291: Adang Riana

274

puskesmas, sedangkan staf pelaksana program melakukan komilasi

data, sehingga data dan informasi yang dihasilkan tidak mengalami

redudansi dan selalu akurat.

f. Untuk keakuratan pemutakhiran data bidang P2PL, maka petugas

yang ditunjuk sebagai administrator basis data perlu diberikan reward,

sehingga petugas secara rutin dan aktif melakukan pemutakhiran

data, dengan demikian informasi yang dihasilkan akan up to date.

Page 292: Adang Riana

275

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yang sekarang ini

berjalan (sebelum sistem informasi dikembangkan) dilakukan dengan

merekap laporan SP3 secara rutin satu bulan sekali kemudian dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan komputer (Microsoft Excel).

2. Masalah sistem informasi bidang P2PL sebelum dikembangkan di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya yaitu informasi yang dihasilkan belum dapat

menggambarkan distribusi penyakit dan pencapaian program berupa

peta, proses pengolahan data masih manual sehingga rumit dan

memakan waktu lama, belum dapat memunculkan cakupan program

pada setiap wilayah puskesmas dan belum adanya basis data sehingga

informasi yang dihasilkan kurang akurat dan kurang valid.

3. Telah disusun form form untuk penangkapan data kegiatan bidang P2PL

yang sesuai SPM untuk mendukung pemantauan berupa form laporan :

Immunisasi, KLB, TB Paru, Diare, ISPA, DBD, Malaria, Kusta, HIV-AIDS,

Filariasis, Penyehatan Lingkungan kemudian data tersebut dapat

disimpan / dimasukkan pada aplikasi software / program Acces: server

sehingga menghasilkan basis data.

4. Basis data yang dihasilkan untuk pengembangan sistem informasi bidang

P2PL yang sesuai SPM untuk mendukung pemantauan adalah basis data

kelurahan, basis data puskesmas, basis data kecamatan, dan basis data

kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan bidang P2PL yang terkait

Page 293: Adang Riana

276

dengan SPM (Immunisasi, KLB, TB Paru, Diare, ISPA, DBD, Malaria,

Kusta, HIV-AIDS, Filariasis, Penyehatan Lingkungan), basis data tersebut

dapat digunakan bersama antar seksi, bidang dengan teknologi Local

Area Network (LAN)

5. Pengembangan sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk

mendukung pemantauan dapat mengolah laporan yang bersumber dari

SP3, dengan bantuan programer programer menggunakan program

aplikasi Visual Basic-ASP-SQL Server-Mapinfo, (software) khusus, akan

menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh Manajer berupa distribusi

penyakit dan hasil kegiatan menurut waktu (bulanan), menurut tempat

(puskesmas), yang ditampilkan berbentuk tabel, grafik cakupan maupun

peta cakupan kegiatan pelayanan secara rinci. Dengan demikian cakupan

kegiatan yang masih rendah atau terjadinya kasus penyakit yang perlu

penanganan khusus dapat dilakukan pencegahan secara dini dengan

harapan dapat menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit

tertentu.

6. Sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya telah

diimplementasikan dan menghasilkan informasi dengan kualitas yang

lengkap, bermanfaat, mudah dipahami, relevan, akurat, tepat waktu,

aksesibilitas dan konsisten. Hal ini didasarkan hasil uji coba sistem

informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung pemantauan

dengan menggunakan uji statistic non parametric uji coba wilcoxon,

diperoleh nilai p<0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat

perbedaan antara sistem informasi bidang P2PL sebelum dan sesudah

dikembangkan.

B. SARAN

Page 294: Adang Riana

277

1. Untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan sistem informasi bidang P2PL

sesuai SPM untuk mendukung pemantauan hendaknya dapat

dikembangkan untuk menghasilkan indikator-indikator lainya selain SPM.

2. Dalam rangka mengefektifkan pemanfaatan sistem informasi bidang

P2PL perlu dikembangkan komitmen bersama antara Bidang P2PL dan

Bidang lain di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya maupun pihak yang

terkait (Puskesmas dan Lintas Sektoral), sehingga sistem informasi yang

dikembangkan dapat ditingkatkan pemanfaatannya menjadi multi user,

dengan demikian akan diperoleh informasi bidang P2PL yang efisien dan

optimal.

3. Untuk mengantisipasi kebutuhan informasi tentang P2PL di Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya. Sistem informasi bidang P2PL yang

dirancang dapat dikembangkan dengan berbasis Web, karena

persyaratan telah tersedia jaringan intranet maupun internet di

Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dengan demikian

informasi tentang kegiatan P2PL dapat disajikan untuk umum sehingga

masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan P2PL, khususnya

dalam pencegahan penyakit.

4. Untuk kesinambungan pemanfaatan sistem informasi bidang P2PL perlu

ditetapkan suatu ketentuan atau peraturan yang mengatur pemanfaatan

sistem informasi bidang P2PL sesuai SPM untuk mendukung

pemantauan.

Page 295: Adang Riana

278

A. DAFTAR PUSTAKA

1. UU no 10, tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya, Jakarta, 2001

2. Perda Kota Tasikmalaya no 15 tentang SOTK Dinas Kesehatan. Kota

Tasikmalaya, Tasikmalaya, 2003,

3. Keputusan Walikota Tasikmalaya nomor 56 tentang Uraian Tugas Jabatan

Struktural Pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Tasikmalaya, 2004.

4. Departemen Kesehatan RI, SK Menkes no.14571/Menkes/SK/X/2003,

tentang Standar Pelayanan Minimal, Jakarta, 2003

5. Kumorotomo, Wahyudi, Agus Margono, Sistem Informasi Manajemen, Gajah

Mada Uviversity Press, Yogyakarta. 2001

6. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Profil Kesehatan, Tasikmalaya. 2005

7. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Laporan Tahunan, Tasikmalaya, 2005

8. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Profil Kesehatan Propinsi Jawa

Barat, Bandung. 2004

9. Departemen Kesehatan RI, Kumpulan Indikator Kesehatan, Arti dan

Manfaatnya, Pusdakes, Jakarta. 1996

10. Departemen Kesehatan RI, Dukungan Informasi Untuk Manajemen

Kesehatan di Kabupaten/Kotamadya, Pusat Data Kesehatan, Jakarta. 1997

11. Mc. Leod, Raymond, Jr, Management Information System, Prentice Hall Inc,

Englewood Cliffs New Jersey. 1995

12. Goh, KT, Epidemiological Surveilance of Communicable Disease in

Singapore, Seamic, Tokyo. 1992

13. Siregar, Kemal N., Pengertian Dasar Sistem Informasi Kesehatan, Materi

Pengajaran Sistem Informasi Kesehatan, Program Studi IKM Universitas

Indonesia, Jakarta. 1992

Page 296: Adang Riana

279

14. Jogiyanto, H.M. Analisis dan Desain Sistem Informasi (Pendekatan

Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis), Andi, Yogyakarta. 1999

15. Masjkuri, Nuning M.K., Investigasi Wabah, Materi Kuliah, Program Studi IKM,

Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta. 1997

16. Pratiknya, A.W., Dasar-Dasar Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, P.T.

Raja Grapindo Persada, Jogyakarta. 1993

17. Siagian Sondang, P, Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan, PT

Haji Masagung, Jakarta. 1990

18. Kadir, Abdul Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data, Penerbit Andi

Yogyakarta, Yogyakarta, 1998

19. Kadir, Abdul. Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data. Andi, Yogyakarta,

1999

20. Siregar, Kemal N., Sistem dan Pendekatan Sistem, Materi Pengajaran

Sistem Informasi Kesehatan, Program Studi IKM Universitas Indonesia,

Jakarta. 1992

21. Sutedjo, Budi Dharma Oetomo, Perencanaan dan Pengembangan Sistem

Informasi, Andi, Yogyakarta. 2002

22. J. Wilkinson, Sistem Akunting dan Informasi. Erlangga Jakarta, 1997

23. Whitten, Jeffery L, Bentley Conie. System Analysis & Design Methods

Second Edition. Irwin Home Wood, Boston, 2001.

24. Shofari, Bambang. Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota. Semarang,

2005.

25. Waljiyanto, Sistem Basis Data, Yogyakarta, 2000

26. Pohan, Bahri, Pengantar Perancangan Sistem.Airlangga Jakarta, 1997

27. Dedi Sopandi, Konfigurasi Jaringan Komputer, Informatika, Bandung, 2005.

Page 297: Adang Riana

280

28. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak menular.

Jakarta. 2004.

29. Sutedjo B, Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi, Yogyakarta.

Penerbit Andi, 2002

30. Amansyah, Z, Manajemen Sistem Informasi, Jakarta, Penerbit, PT Pustaka

Utama, 2001