Adab Makan Dan Minum (1)
-
Upload
jefry-alfarizy -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Adab Makan Dan Minum (1)
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
ADAB MAKAN DAN MINUM SEORANG MUSLIM
DITINJAU DARI SEGI KESEHATAN (1)
Oleh Fitria Dewi Larasati dan Alliffabri Oktano
Departemen Kajian Kedokteran Islam dan Advokasi Dewan Eksekutif Pusat
Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia
Makan dan minum adalah kebutuhan setiap makhluk hidup. Tanpa makan dan minum manusia tak akan mampu membentuk peradaban kehidupan. Sebagai muslim apapun kegiatannya, apapun makanannya, apapun minumannya pasti dianjurkan memulainya minimal dengan mengucapkan basmalah dan diakhiri dengan hamdalah. Inilah yang diajarkan Islam kepada penganutnya. Belum lagi adab makan dan minum lainnya yang bila kita hubungkan dengan kesehatan ternyata memberikan efek positif lagi diberkahi. Misalnya saja Islam melarang umatnya untuk makan dan minum sambil berdiri ataupun larangan bernafas dan meniup air minum. Kenapa demikian? Lalu, bagimana dengan adab-adab lainnya? Mari kita bahas.
Islam mengatur adab dalam berbagai hal, salah satunya saat makan dan minum. Berikut
ini adalah beberapa adab makan yang sesuai dengan tuntunan Islam yang sejalan dalam
memelihara kesehatan.
1. Membaca basmallah saat memulai dan mengakhirinya dengan hamdalah
Di antara sunnah Nabi adalah mengucapkan bismillah sebelum makan dan minum dan
mengakhirinya dengan memuji Allah.
Menyebut nama Allah sebelum makan akan mencegah setan dari ikut berpartisipasi
menikmati makanan tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
syaitan turut menikmati makanan yang tidak disebut nama Allah padanya. Syaitan datang
bersama anak gadis tersebut dengan maksud supaya bisa turut menikmati makanan yang ada
karena gadis tersebut belum menyebut nama Allah sebelum makan. Oleh karena itu aku
memegang tangan anak tersebut. Syaitan pun lantas datang bersama anak Badui tersebut
supaya bisa turut menikmati makanan. Oleh karena itu, ku pegang tangan Arab Badui itu. Demi
Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya sesungguhnya tangan syaitan itu berada di tanganku
bersama tangan anak gadis tersebut.” (HR Muslim no. 2017).
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
Apabila kita baru teringat kalau belum mengucapkan bismillah sesudah kita memulai
makan, maka hendaknya kita mengucapkan bacaan yang Nabi ajarkan sebagaimana dalam hadits
berikut ini, dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah satu kalian hendak makan, maka hendaklah menyebut nama Allah. Jika dia lupa
untuk menyebut nama Allah di awal makan, maka hendaklah mengucapkan bismillahi awalahu
wa akhirahu.” (HR Abu Dawud no. 3767 dan dishahihkan oleh al-Albani).
Apabila kita selesai makan dan minum lalu kita memuji nama Allah maka ternyata amal
yang nampaknya sepele ini menjadi sebab kita mendapatkan ridha Allah. Dari Anas bin Malik,
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ridha
terhadap seorang hamba yang menikmati makanan lalu memuji Allah sesudahnya atau meneguk
minuman lalu memuji Allah sesudahnya.” (HR Muslim no. 2734).
2. Makan dan minum menggunakan tangan kanan dan tidak menggunakan tangan kiri
Dari Jabir bin Aabdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan dengan
tangan kiri.” (HR Muslim no. 2019) dari Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya
makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum
juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum
dengan menggunakan tangan kirinya.” (HR Muslim no. 2020).
Imam Ibnul Jauzi mengatakan, meskipun demikian jika memang terdapat alasan yang
bisa dibenarkan yang menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati makanan dengan tangan
kanannya karena suatu penyakit atau sebab lain, maka diperbolehkan makan dengan
menggunakan tangan kiri. Dalilnya firman Allah, “Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. al-Baqarah: 286).
Apa rahasia di balik sunnah ini?
Lakukanlah percobaan sederhana ini; siapkan dua mangkuk nasi, yang satu diaduk
memakai tangan dan yang satunya diaduk memakai sendok. Lalu diamkan selama beberapa jam.
Lihat hasilnya.
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
Ternyata, nasi yang diaduk memakai tangan, sudah basi terlebih dulu. Sedangkan nasi
yang diaduk pakai sendok, tahan tidak basi hingga lebih 24 jam. Hal ini, karena di sela-sela jari
tangan terdapat enzim pengurai, yang memudahkan alat pencerna dalam lambung manusia.
Bagaimanapun, salah satu penelitian yang dilakukan oleh Dr Charles Gerba dari
University of Arizona , mengatakan bahwa kita tidak mungkin menghalangi kuman dan bakteri
masuk ke dalam lingkungan kita. Namun kita bisa memerangi kuman dengan cara mencuci
tangan setiap sebelum dan selesai beraktivitas. Cairan pembersih masih dianjurkan karena
fungsinya adalah menghancurkan membran sel bakteri sehingga aktivitasnya nyaris terhenti.
Lagipula, tubuh sudah memiliki sistem kekebalan sendiri yang bisa dioptimalkan dengan
berbagai cara.
Banyak orang beralasan makan menggunakan sendok sebagai alasan lebih higienis
dibandingkan makan dengan tangan. Padahal belum tentu benar. Menurut penelitian, sendok dan
tangan memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan bakteri. Sendok bisa lebih bersih dari
tangan jika sendok memang dikondisikan pada suatu tempat yang higienis. Paling tidak,
kelembapan udara di ruangan selama sendok itu didiamkan tidaklah tinggi sebab uap air adalah
medium bakteri berpindah tempat. Namun apakah sendok sendok di rumah kita mendapat
penjagaan ketat seperti itu ?
Bagaimana dengan tangan ? Tangan sering terkontaminasi dengan bakteri akibat aktifitas
tubuh kita. Sehingga jika kondisi tangan sebelum dicuci, jelas persentasi bakteri dalam tangan
akan lebih besar dibandingkan pada sendok yang baru saja dicuci. Maka kita perlu mencuci
tangan kita. Ini tidak membunuh bakteri namun menghapus bakteri. Kondisinya sama seperti kita
menghapus minyak pada tangan kita dengan sabun.
Pada kondisi yang sama sama telah dicuci baik sendok maupun tangan, tangan memiliki
kebersihan yang lebih terjamin. Karena tangan mengandung enzim RNAase yang disekresikan
oleh tangan kita. Enzim ini berfungsi untuk kekebalan tubuh kita dan proteksi terhadap bakteri.
Enzim ini selalu disekresikan. Ketika tangan kamu kotor, enzim ini sedang mengikat bakteri
sehingga aktifitas bakteri itu tidak dapat maksimal. Namun jika sangat kotor maka persentase
bakteri akan jauh lebih besar sehingga bakteri akan menaklukan pengaruh dari RNAase. Saat
tangan kamu dicuci, bakteri terkikis sehingga persentase enzim menjadi lebih banyak. Saat kamu
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
makan, enzim ini terus mengikat bakteri dan masuk ke dalam tubuh kamu. Enzim tersebut
membunuh bakteri selama proses pencernaan.
Bagaimana dengan sendok? ketika sendok dicuci, tidak semua bakteri terkikis. Termasuk
masih menempelnya bakteri yang membahayakan tubuh sebab bakteri tidak sepenuhnya
merugikan. Ketika makan dengan sendok, bakteri yang membahayakan tersebut akan masuk ke
dalam tubuh tanpa adanya perlawanan dari enzim RNAase.
Lalu bagaimana dengan pemakaian cairan pembersih ? Tidak apa apa, sebab sistem
kerjanya adalah merusak lapisan membran terluar pada bakteri sehingga bakteri akan lebih non
aktif.
Maha Besar Allah dengan segala ilmuNya. Makan dengan menggunakan tangan adalah
sunnah. Karena memang memakai tangan itu lebih safety dibandingkan memakai sendok.
Bahkan nabi mengemut kelima jarinya satu persatu setelah makan.
3. Memakan makanan yang berada di dekat kita
Umar bin Abi Salamah meriwayatkan, “Suatu hari aku makan bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan aku mengambil daging yang berada di pinggir nampan, lantas Nabi
bersabda, “Makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR. Muslim, no. 2022)
4. Anjuran makan dari pinggir piring
Makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada disekitarnya (yang
terdekat) merupakan bimbingan Rasulullah SAW, karena pada bimbingan beliau terkandung
barakah dam merupakan penampilan adab yang baik.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada ‘Umar bin Abi Salamah: “Wahai
anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada
disekitarmu (didekatmu).” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi bersabda, “Jika kalian
makan, maka janganlah makan dari bagian tengah piring, akan tetapi hendaknya makan dari
pinggir piring. Karena keberkahan makanan itu turun dibagian tengah makanan.” (HR Abu
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
Dawud no. 3772, Ahmad, 2435, Ibnu Majah, 3277 dan Tirmidzi, 1805. Imam Tirmidzi
mengatakan, “Hadits ini hasan shahih.”)
5. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan
Tentang cuci tangan, ajaran Islam juga mewajibkan membasuh tangan saat berwudhu,
yang dilakukan minimal 5 kali dalam sehari sebelum shalat. Selain itu, ada pula hadist yang
menjelaskan mengenai perilaku mencuci tangan ini: Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi
falyaghsil yadahu. Potongan hadist ini berarti, "Apabila salah satu darimu bangun tidur maka
hendaknya dia mencuci tangannya". (HR. Muslim).
Hadist ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan diri
terutama tangan. Baru bangun tidur saja dianjurkan mencuci tangan, apalagi jika sehabis
melakukan kegiatan yang memungkinkan tangan kita tercemar berbagai kuman penyakit seperti:
sehabis BAB, bekerja di sawah, di kebun, di pasar, di rumah dan lain lain.
Tangan kita perlu dicuci dengan benar yaitu menggunakan air bersih yang mengalir dan
sabun, terutama sebelum makan atau memegang makanan, membuat atau menyiapkan makanan,
menyuapi bayi dan lain lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai
sabun (CTPS) dapat mencegah infeksi kulit dan mata, serta menurunkan hampir separuh kasus
diare dan sekitar seperempat kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
Masih banyak lagi contoh-contoh ajaran Islam yang tertera di Alqur'an dan Hadits yang
sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Surat Al Baqarah Ayat 222 misalnya,
menjelaskan mengenai orang-orang yang mau bertaubat dan yang menjaga kebersihan sangat
dimuliakan oleh Allah, karena Allah akan mencintainya. Dan orang orang yang memelihara
kebersihan ini dijanjikan surga oleh Allah, seperti diterangkan dalam salah satu hadits riwayat
Thabraani, "Sesungguhnya Allah membangun Islam di atas kebersihan. Dan tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan".
Mengenai cuci tangan sesudah makan, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang tidur dalam
keadaan tangannya masih bau daging kambing dan belum dicuci, lalu terjadi sesuatu, maka
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
janganlah dia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR. Ahmad, no. 7515, Abu Dawud, 3852
dan lain-lain, hadits ini dishahihkan oleh al-Albani).
6. Tidak duduk sambil bersandar
Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau, “Aku tidak
makan dalam keadaan bersandar.” (HR Bukhari).
Duduk sambil bersandar dalam hadits tersebut adalah segala bentuk duduk yang bisa
disebut duduk sambil bersandar, dan tidak terbatas dengan duduk tertentu. Makan sambil
bersandar dimakruhkan dikarenakan hal tersebut merupakan duduknya orang yang hendak
makan dengan lahap.
7. Tidak tengkurap
Termasuk gaya makan yang terlarang adalah makan sambil tengkurap. Dari Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dua
jenis makanan: yaitu duduk dalam jamuan makan yang menyuguhkan minum-minuman keras
dan makan sambil tengkurap.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majjah. Hadits ini dishahihkan oleh al-
Albani.
Cara duduk pertama yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau mengatakan, “Aku
melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memakan kurma sambil duduk dengan
meletakkan pantat di atas lantai dan menegakkan dua betis kaki.” (HR Muslim)
Dan cara duduk kedua, diriwayatkan dari Abdullah bin Busrin, “Aku memberi hadiah
daging kambing kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau memakannya
sambil duduk berlutut. Ada seorang Arab Badui mengatakan, “Mengapa engkau duduk dengan
gaya seperti itu? Lalu Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah menjadikanku seorang hamba yang
mulia dan tidak menjadikanku orang yang sombong dan suka menentang.” (HR Ibnu Majah,
sanad hadits ini dinilai hasan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 9/452).
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
8. Segera makan ketika makanan sudah siap
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika makan
malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan
malam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hikmah dari larangan dalam hadits di atas adalah supaya kita tidak melaksanakan shalat
dalam keadaan sangat ingin makan, sehingga hal tersebut mengganggu shalat kita dan
menghilangkan kekhusyukannya. Tetapi, jika makanan sudah disajikan namun kita tidak dalam
kondisi terlalu lapar, maka hendaknya kita lebih mengutamakan shalat dari pada makan.
9. Makan dengan tiga jari
Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makan dengan
menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sesudah selesai makan.
Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum
dibersihkan.” (HR Muslim no. 2032 dan lainnya)
Berkenaan dengan hadits ini Ibnu Utsaimin mengatakan, “Dianjurkan untuk makan
dengan tiga jari, yaitu jari tengah, jari telunjuk, dan jempol, karena hal tersebut menunjukkan
tidak rakus dan ketawadhu’an. Akan tetapi hal ini berlaku untuk makanan yang bisa dimakan
dengan menggunakan tiga jari. Adapun makanan yang tidak bisa dimakan dengan menggunakan
tiga jari, maka diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga jari, misalnya nasi. Namun,
makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari maka hendaknya kita hanya
menggunakan tiga jari saja, karena hal itu merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (Syarah Riyadhus shalihin Juz VII hal 243)
Dengan menggunakan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah), makanan yang masuk
ke mulut lebih seimbang jumlahnya dengan jumlah enzim, sehingga enzim amilase dan lisozim
yang diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan dengan maksimal . sehingga makanan
menjadi lembut dan mudah dicerna.
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
10. Menjilati jari dan sisa makanan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika
salah satu di antara kalian makan, maka janganlah dia bersihkan tangannya sehingga dia jilati
atau dia minta orang lain untuk menjilatinya.” (HR. Bukhari no. 5456 dan Muslim no. 2031).
Dengan menjilati atau menghisap jari maka dapat merangsang proses keluarnya air liur dan
enzyme (sejenis alat percerna makanan) lebih banyak, sehingga pencernaan lebih sempurna.
11. Mengambil makanan yang jatuh
Termasuk dalam tuntunan cara makan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam adalah
mengambil bila makanan tersebut terjatuh dari tangan. Ini bukan berarti bahwa Islam tidak
menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karenanya ketika mengambil makanan yang jatuh
tersebut harus dibersihkan bila terdapat kotoran padanya. Dalam hal ini seseorang tidak boleh
beranggapan bahwa mengambil makanan yang jatuh termasuk merusak adab Islam.
Mari cermati apa yang diajarkan dan dibimbingkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasalam kepada umatnya “Apabila terjatuh makanan salah seorang dari kalian, maka ambillah
lalu bersihkan kotoran yang ada padanya kemudian makanlah dan jangan membiarkannya bagi
setan.” (HR. Muslim no. 2033).
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam menyebutkan salah satu adab
makan dan minum yaitu apabila ada makanan yang terjatuh, dianjurkan bagi kita untuk
mengambilnya bila tidak terdapat kotoran padanya, dan bila padanya ada kotoran maka
hendaklah kita member-sihkannya bila memungkinkan.
Bila tidak memungkinkan apa yang harus diperbuat? Al-Imam An-Nawawi mengatakan
“Di dalam hadits-hadits ini terdapat beberapa sunnah (di antaranya) disunnahkan mengambil dan
memakan makanan yang jatuh setelah dibersihkan dari kotoran, yang demikian ini bila makanan
itu tidak terjatuh pada tempat najis. Bila terjatuh pada tempat yang najis, maka makanan tersebut
akan menjadi najis dan harus dibasuh jika memungkinkan. Bila tidak memungkinkan maka dia
memberikannya untuk binatang dan jangan dia membiarkan untuk setan.” (Syarah Shahih
Muslim, 7/204)
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam ini mengingatkan kepada kita jangan
sampai kita membiarkan kesempatan bagi setan untuk menyantap makanan yang pada akhirnya
mendapatkan kekuatan untuk mengganggu Bani Adam.
Telah dinukilkan oleh pengarang kitab Ar-Raudhah An-Nadiyyah, dari salah seorang
ulama bahwa dia berkata “Salah seorang sahabat kami berziarah (mengunjungi) kami, lalu kami
keluarkan makanan baginya. Di saat mereka makan, banyak makanan yang berjatuhan dari
tangannya dan berserakan di tanah. Dia berusaha dengan penuh kesungguhan untuk
mengambilnya dan kemudian memakannya, lalu aku menjauh darinya dan hal ini menjadikan
yang hadir terheran-heran. Pada suatu hari ada seseorang kesurupan, lalu setan tersebut berbicara
melalui lisannya dan di antara percakapannya adalah “Sesungguhnya aku akan melewati orang
yang sedang makan dan makanan itu sangat mengundang selera. Orang tersebut tidak mau
memberiku sedikitpun, aku berusaha menyambarnya dari tangannya lalu dia mencabutnya balik
dari tanganku.” (At-Ta’liqat Ar-Radhiyyah, 3/81)
12. Tidak mengambil makanan lebih dari satu
Larangan ini berlaku pada saat makan bersama tidak pada saat sendirian, dari Syu’bah dari
Jabalah beliau bercerita: “Kami berada di Madinah bersama beberapa penduduk Irak, ketika itu
kami mengalami musim paceklik. Ibnu Zubair memberikan bantuan kepada kami berupa kurma.
Pada saat itu, Ibnu Umar melewati kami sambil mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengambil makanan lebih dari satu kecuali sesudah
minta izin kepada saudaranya.” (HR Bukhari no. 2455 dan Muslim no 2045) Ibnul Jauzi
mengatakan, “Hadits ini berlaku pada saat makan bersama-sama. Pada saat makan bersama
biasanya orang hanya mengambil satu kurma saja. Maka jika ada orang yang mengambil lebih
dari satu, maka berarti dia lebih banyak daripada yang lain. Sehingga harus minta izin terlebih
dahulu dari orang lain.” (Kaysful Musykil, 2/565)
(Bersambung)
DEPARTEMEN KAJIAN KEDOKTERAN ISLAM DAN ADVOKASIDEWAN EKSEKUTIF PUSAT
FORUM UKHUWAH LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIASekretariat : Forum Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jalan Salemba No 6 JakartaHome page: http://www.medicalzone.org Email: [email protected]
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadi, Agus (2014). Mukjizat Islam : Makan Sehat Ala Rasulullah. http://baitulmaqdis.com/mukjizat-islam/makan-sehat-ala-rasulullah/- diakses Mei 2015
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2015). Sanitasi Dalam Sudut Pandang Islam. http://stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=6847-diakses pada Mei 2015
Abdurrahman, Abu Usamah (2011). Makan Ala Islam Bagian 3. http://asysyariah.com/makan-ala-islam-bagian-3/- diakses Mei 2015
Munandar, Aris (2008). Adab Makan Seorang Muslim. www.muslim.or.id- diakses Mei 2015