Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor

11
 Semenjak arus besar modernisasi yang dilengkapi dengan paham sekularisme mengguncang kehidupan masyarakat, dengan sendirinya agama mulai teralienasi dari ruang publik. Paham kebebasan yang dikawal anak zaman pencerahan, tidak hanya meminggirkan peran agama tetapi  juga menjadikan agama sebagai objek utama gugatan rasio manusia. Di tengah masyarakat,otoritas penuh agama dalam mendakwakan moral, norma, dan aturan mulai terpinggirkan. Dalam arena politik agama yang sering kali menawarkan nilai-nilai kudus dan idealis dipandang tidak compatible dengan hukum politik riil yang berorientasi kekuasaan. Nilai kejujuran, pemaaf, dan penuh kasih sayang yang menjadi pesan agama dianggap cermin keluguan sikap politik. Sehingga pemisahan agama dan politik ini pun berakibat pada pemisahan antara moral dan politik.Perdebatan moral dan politik sudah menjadi wacana klasik yang masih menarik untuk diperbincangkan. Haruskah moralitas mengontrol politik atau justru moral harus tunduk kepada kepentingan politik? Kalau ditelusuri lebih jauh, secara teoretis simbol kemenangan politik riil atas moral sering kali merujuk pada seorang tokoh, patriotis Italia, Nicolo Machievelli yang mengabaikan peranan moral dalam politik. Machivelli mengatakan bahwa seorang politiks harus memberikan kesan di depan rakyat bahwa ia seorang yang lembut, pemurah, bahkan agamais. Namun ia pun dapat berbuat jahat dan mengabaikan rasa sayang dan moralitas jika diperlukan. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa politik amoral akan menjadi momok menakutkan dan ancaman buruk bagi masa depan demokrasi. Menyadari hal itu maka dibutuhkan suatu tatanan moral yang dapat membentengi politik bangsa. Agama merupakan salah satu landasan nilai-nilai dalam berprilaku, yang mengatur nilai-nilai moral politik masyarakat. Nilai-nilai agama oleh pengikutnya dianggap sebagai wujud dari hal yang transenden dan bersifat universal mempunyai daya ikat yang kuat dan mampu menundukkan ketaatan masyarakat. Tanpa maksud bernostalgia dengan zaman keemasan agama, tampaknya kita harus kembali mengajak agama untuk berperan lagi dalam menyikapi moralitas politik bangsa. Sering kali setiap tindakan politik negara harus dibayar dengan ongkos mahal dari ribuan korban  jiwa manusia, karena nilai moral agama telah dikesampingkan dan tidak lagi menjadi ruh dalam pengambilan kebijakan negara. Namun pertanyaan, agama seperti apa yang bisa diajak kerja sama dalam menyelesaikan problem moral itu, bukankah lembar kelam sejarah agama terjadi karena perselingkuhannya dengan politik. Agama politik Setidaknya ada dua paradigma yang muncul ketika mengusulkan kembali peran agama dalam kancah politik. Pertama, paradigma agama politik. Setelah sekian lama agama berada di pinggir kehidupan manusia maka muncullah 'kebangkitan agama' yang dirumuskan dengan bangkitnya simbol, isu, dan jargon agama dalam ranah politik. Kegagalan dunia modern yang disanjung akan menyelesaikan problem kemanusiaan menjadi modal untuk mengusung kembali politik agama.Fenomena politisasi agama ini bisa berbentuk dua hal, pertama agama politik-instrumentalis yakni menjadikan agama hanya sebagai instrumen dalam rangka mencapai kekuasaan. Dalam paradigma ini agama dijadikan tameng bagikendaraan politik atau partai dalam rangka meraih target kekuasaan.Simbol-simbol agama dihidupkan kembali untuk menarik simpati massa yang mulai rindu dengan nuansa religius. Kedua Dari agama politik adalah agama yang bercorak simbolik-ideologis. Yakni gagasan untuk menyemarakkan kembali simbol-simbol agama pada puncak piramida kehidupan manusia. Agama dengan segala kelebihannya diusung kembali untuk disandingkan dengan negara. Partai dalam hal ini hanya dijadikan kendaraan untuk mengukuhkan agama sebagai ideologi.

Transcript of Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 1/11

 

Semenjak arus besar modernisasi yang dilengkapi dengan paham sekularisme mengguncang

kehidupan masyarakat, dengan sendirinya agama mulai teralienasi dari ruang publik. Pahamkebebasan yang dikawal anak zaman pencerahan, tidak hanya meminggirkan peran agama tetapi

  juga menjadikan agama sebagai objek utama gugatan rasio manusia. Di tengah

masyarakat,otoritas penuh agama dalam mendakwakan moral, norma, dan aturan mulai

terpinggirkan.

Dalam arena politik agama yang sering kali menawarkan nilai-nilai kudus dan idealis dipandangtidak compatible dengan hukum politik riil yang berorientasi kekuasaan. Nilai kejujuran, pemaaf,

dan penuh kasih sayang yang menjadi pesan agama dianggap cermin keluguan sikap politik.

Sehingga pemisahan agama dan politik ini pun berakibat pada pemisahan antara moral danpolitik.Perdebatan moral dan politik sudah menjadi wacana klasik yang masih menarik untuk 

diperbincangkan. Haruskah moralitas mengontrol politik atau justru moral harus tunduk kepada

kepentingan politik? Kalau ditelusuri lebih jauh, secara teoretis simbol kemenangan politik riil

atas moral sering kali merujuk pada seorang tokoh, patriotis Italia, Nicolo Machievelli yangmengabaikan peranan moral dalam politik. Machivelli mengatakan bahwa seorang politiks harus

memberikan kesan di depan rakyat bahwa ia seorang yang lembut, pemurah, bahkan agamais.

Namun ia pun dapat berbuat jahat dan mengabaikan rasa sayang dan moralitas jika diperlukan.

Tidak dapat disangsikan lagi bahwa politik amoral akan menjadi momok menakutkan danancaman buruk bagi masa depan demokrasi. Menyadari hal itu maka dibutuhkan suatu tatananmoral yang dapat membentengi politik bangsa. Agama merupakan salah satu landasan nilai-nilai

dalam berprilaku, yang mengatur nilai-nilai moral politik masyarakat. Nilai-nilai agama oleh

pengikutnya dianggap sebagai wujud dari hal yang transenden dan bersifat universal mempunyaidaya ikat yang kuat dan mampu menundukkan ketaatan masyarakat. Tanpa maksud bernostalgia

dengan zaman keemasan agama, tampaknya kita harus kembali mengajak agama untuk berperan

lagi dalam menyikapi moralitas politik bangsa.

Sering kali setiap tindakan politik negara harus dibayar dengan ongkos mahal dari ribuan korban jiwa manusia, karena nilai moral agama telah dikesampingkan dan tidak lagi menjadi ruh dalampengambilan kebijakan negara. Namun pertanyaan, agama seperti apa yang bisa diajak kerja

sama dalam menyelesaikan problem moral itu, bukankah lembar kelam sejarah agama terjadi

karena perselingkuhannya dengan politik.

Agama politik Setidaknya ada dua paradigma yang muncul ketika mengusulkan kembali peranagama dalam kancah politik. Pertama, paradigma agama politik. Setelah sekian lama agama

berada di pinggir kehidupan manusia maka muncullah 'kebangkitan agama' yang dirumuskan

dengan bangkitnya simbol, isu, dan jargon agama dalam ranah politik. Kegagalan dunia modern

yang disanjung akan menyelesaikan problem kemanusiaan menjadi modal untuk mengusungkembali politik agama.Fenomena politisasi agama ini bisa berbentuk dua hal, pertama agama

politik-instrumentalis yakni menjadikan agama hanya sebagai instrumen dalam rangka mencapai

kekuasaan. Dalam paradigma ini agama dijadikan tameng bagikendaraan politik atau partaidalam rangka meraih target kekuasaan.Simbol-simbol agama dihidupkan kembali untuk menarik 

simpati massa yang mulai rindu dengan nuansa religius. Kedua Dari agama politik adalah agama

yang bercorak simbolik-ideologis. Yakni gagasan untuk menyemarakkan kembali simbol-simbol

agama pada puncak piramida kehidupan manusia. Agama dengan segala kelebihannya diusungkembali untuk disandingkan dengan negara. Partai dalam hal ini hanya dijadikan kendaraan

untuk mengukuhkan agama sebagai ideologi.

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 2/11

 

Targetnya tidak hanya mencapai kekuasaan tetapi bagaimana agama dijadikan landasan simbolik 

negara. Dua model ini akan kembali menjerumuskan agama pada bui birokratisasi politik yangterbukti telah menenggelamkan peran profetik agama. Tentu model ini tidak bisa diharapkan

untuk berperan sebagai benteng moral.

Kedua, paradigma etik-transformatif. Agama etik-transformatif. Bisa paradiagma ini yang

mampu mentransformasikan ajarannya secara radikal untuk menyesuaikan diri dengan problem

kontemporer. setiap agama harus mampumentransformasikan nilai etik-moral yang dimilikinyake dalam bilik sikap umatnya.Agama etik-transformatif ini akan menjadi jawaban dari

kegersangan dunia politik kita yang tanpa nurani, merupakan suatu keniscayaan bahwa agama

harus kembali dimainkan sebagai sumber nilai etik-moral kehidupan masyarakat. Dalam kontekspolitik, agama tidak harus dikukuhkan secara simbolik sebagai jargon dan ideologi politik. Akan

tetapi bagaimana nilai-nilai etika agama dapat ditransformasikan sebagai benteng moralitas

politik bangsa. Sehingga kebijakan dan tindakan politikus kita dapat dipertanggungjwabkan.

Agama seharusnya mempunyai fungsi korektif pada praktik politik atau agama seharus

mempunyai sikap yang jelas terhadap keberadaan dunia politik, tidak malah melihat politik 

sebagai barang yang tabuh untuk dibicarakan. Oleh karena agama seharus ditempatkan sebagaipengawal politik, tidak malah terjebak dalam politik praktis .

Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk yang terdiri dari beragan suku,budaya,ras

dan juga terdapat beberapa agama yang diakui oleh undang-undang. Masyarakat Indonesiamerupakan mayoritas agama Islam,kedua Kristen Protestan,ketiga Katholik, keempat Hindu dan

kelima Budha. Sehingga tidak salah jika masyarakat Indonesia juga di sebut masyarakat religious

yang seharus mengedepankan nilai-nilai agama dalam berprilaku. Akan tetapi hal ini dapat

menjadi sangat berbahaya apa bilang agama menjadi senjata untuk mempertebal perbedaan itu

dan tidak jarang agama menjadi sumber konflik dalam masyarakat.

Visi dan Misi Kristen mengenai Politik

Proses demokrasi yang terus bergulir dari sentralisasi ke desantralisasi yang di tandai denganpemberlakukaan tentang Undang-undang no 32 mengantikan UU no 22 /1999 te;ah mendorang

berlangsungnya lokalisasi politik secara meluas dan menyebar di seluruh daerah yang tentunya

memeberikan ruang yang baru terhadap dinamika politik aras lokal. Hal ini berdampak terjadinya desentralisasi oligarki politik tingkat lokal.Para elit politik cenderung menguasai arena

percaturan politik lokal karena pengaruh mereka sangat kuat diberbagai tempat. Dengan

berbagai strategi mereka mendominasai kekuasaan nyaris tanpa control dari masyarakat,

masyarakat hanya kemudian menjadi penonton, hal ini semakin diperumit dengan menguatnya

politik identitas, maraknya korupsi,kekerasan,nepotisme, serta kejahatan politik lainnya yangmenciptakan arena politik yang semakin memprihatinkan.

Sejak reformasi berguril,semakin memberikan ruang pada siapa saja untuk terlibat dalam dunia

politik, tidak sedikit para tokoh-tokoh Kristen yang bermunculan untuk merebut kursi politik 

baik lagislatif maupun eksekutif yang kemudian menyebut dirinya sebagai wakil rakyat hampirsemua warga gereja, tentu tindakan ini tidaklah terlalu baru, namun yang baru adalah munculnya

para politisi Kristen setelah atau di sebabkan oleh jatuh masa orde baru menuju masa reformasi

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 3/11

 

yang memberikan pelaung bagi setia warga untuk terlibat dalam politik praktis, termasuk ada

upaya mencoba mendirikan partai politik yang berlebelkan Kristen yang meskipun pada

awalnya mereka menolak akan dunia politik praktis.

Suatu hal menarik dari kondisi semacam itu adalah bahwa para politsi tersebut cenderung adalah

pemain-pemain baru yang di rekruemen oleh partai politik baru sehingga mereka yang baru

masuk dalam dunia politik tidak mempunyai pengalaman serta pemahaman politik yang baik.

Sadar atau tidak sadar mereka kencederungan mereka hanya dieksploitasi oleh partai politik guna mendapatkan dukungan dari jemaat atau orang-orang Kristen lainnya. Dengan demikian

hanya di jadikan kendaraan politik semata untuk memperoleh kekuasaan .

Wacana politik seperti inilah yang menjadi marak di kalagan umat Kristen atau Gereja, hal ini

harus di sikapi gereja secara proaktif tentunya dengan memberikan pedoman, acuan bagi warga

negara yang ingin terlibat dalam politik praktis. Berbagai macam teori wacana sapaan pastoraldalam gereja tidaklah cukup memberikan pedoman pada masyarakat utamanya umat Kristen,

dalam memerankan tanggung jawab sosialnya, Dalam Hal ini gereja sebagai mampu menaggapi

momentup reformasi untuk menuju tatanan demokrasi yang mengutamakan masyarakat.

Saat ini dunia politik sebagai suatu hal yang sangat megiurkan yang memperlihatkan kepada kitabetapa kekausaan menjadi tawaran utama dan menjadikan pusat perhatian pada organisasi politik 

termaksud politik Kristen.Hal Ini tentunya berakibat terjadinya pertarungan kepentingan

kelompok pribadi untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sebagaimana sistem demokrasi

yang berlangsung .

Para Politisi saat ini tidak lagi melihat apakah jalur yang dia tempuh sehat atau tidak, sehinggasaat ini para politisi termaksud politisi Kristen juga tidak mempedulikan lagi nilai-nilai etika

politik akan tetapi yang sering kali menjadi hal yang paling utama adalah bagaimana tujuan

kekuasaan dapat dipertahankan. Kata politik tidak lagi menjadi seni untuk menjaminkan diri

untuk kebebasan setiap individu dan menwujudkan kesejahtraan dan keadilan .

Pertayaan sekarang mengapa Tana Toraja belum juga lepas dari permasalahan yang di sebut diatas . Hal ini menandakan bahwa adanya peran politik kekuasaan yang masih mendominasi

percitraan politik di Tana Toraja.

Permasalahan yang muncul oleh akibat dari tumpul kepekaan hati nurani dan mati surihnya

moral di karena Gereja sebagai salah satu pilar moral terkesan apatis terhadap permasalahan ini.Sikap yang tidak jelas ini membuat peranan Gereja dalam dunia politik semakin kurang terlihat.

Seharus gereja menampakan peranan politiknya untuk menhadirkan kesejahtraan,kedamainaan

serta keadilan dalam negara ini. Tidak hanya diam melihat keadaan semacam ini, paling tidak 

gereja harus mempunyai argument tersendiri tentang dunia politik .

Misi dari berbagai Gereja di toraja pada dasarnya sama hanya ada perbedaan implementasi diruang public.Misi Gereja adalah bagaimana gereja mampu menjadi menyampai kedamainaan

atau sebagai agen syalom bagi umat manusia dalam dunia itu. Agen syalom merupakan tugas

gereja yang seharusnya dijabarkan dalam berbagai bidang termaksud dunia politik saat.

Sebagaimana hal sudah di lakukan oleh beberapa gereja di tana toraja. tetapi tidak semua mampu

melihat dan menjabarkan misi ini ke dalam dunia politik.

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 4/11

 

Banyak dari gereja di Tana Toraja masih melihat dunia politik sebagai hal-hal yang sekuler dan

harus dipisahkan dari dunia relegius yaitu gereja. Sehingga belum ada kesepekatan khusus daridari masing-masing dominasi Gereja. Ini menandakan bahwa Gereja di Toraja masih kurung diri

akan persoalan yang menyangkut tentang negara . Sadar atau tidak sadar Gereja sudah

melupakan peranannya sebagai mitra pemerintah.

Gereja hampir-hampir tidak mempunyai tempat dan peranan mengambil keputusan politisi

memberi rekomendasi pemikiran terhadap pembagunan daerah, tentunnya segala yang dilakukangereja tersebut harus di maknai sebagai sarana perwujudan misi bukan keterlibatan gereja dalam

politik praktis. Politik Praktis bukanlah tujuan utama gereja sehingga gereja tidak seharusnya

memfokuskan pada hal-hal politik praktis karena gereja hadir bukan untuk mencari kekuasaanakan tetapi gereja harus memperhatikan dunia sebagai milik Allah dan segala persoalan yang

muncul didalamnya.

Permasalahan yang terjadi saat ini, di mana gereja masih terisolasi oleh teologi Kristen yang

hanya menjelaskan bagaimana tentang dosa dan kenselamatan dari dosa padahal persoalan

manusia yang konkrik berasal dari gejala-gejala sosial yang muncul di tengah masyarakat, Oleh

karena kehidupan sosial masyarakat kandang terpaksa berbuat dosa. Hal inilah yangseharusnaya menjadi perhatian bagi Gereja agar mampu melihat posisinya di masyarakat dan

tentunya melihat misinya di tengah dunia.

Boleh di katakana bahwa gereja-gereja saat ini termaksud gereja-gereja yang berada di daerahTana Toraja Sulawesi selatan tidak jelas.Gereja tidak memiliki sedikit tenaga untuk berbuat

memperbaiki sistem yang tidak perpihak lantaran gereja mengalami ketakutan,mengatakan yang

benar,melawan korupsi,penyalagunaan jabatan, serta skandal politik lainnya yang tidak sesuai

dengan aturan serta ketetuan tertentu yang berpihak pada masyarakat banyak.

Gereja saat ini terjebak dalam sekularisme materialism, sehingga gereja hanya membangun

gedung dan peralayan ibadah yang terbangun bukanlah pesekutuan antara manusia percaya yangbertobat melaikan gedung ibadah yang semakin tinggi dan ada hiasan salib yang begitu indah

dan kokoh, akan tetapi semagat salib itu belum dimakanai dalam dunia politik. Kritik ini keras

untuk pihak gereja sehingga gereja seharus mampu melihat politik dari segi berbeda karena mau

tidak mau Gereja dan politik dalam artian negara tidak dapat terlepas sebagai satu kesatuan.

Melihat perjalanan Gereja di Tana toraja sebagai daerah yang memiliki jumlah penduduk Kristen

yang lebih banyak dari daerah kabupaten lainnya di Sulawesi selatan. Penduduk ini tentunya

memberikan warna tersendiri bagi budaya serta kondisi politik bagi masyarakatnya. Sehinggapenkajian ini akan menarik sekaitan dengan bagaimana daerah ini melakukan tindakan politik 

serta visi politik yang mereka bawah sebagaimana kita ketahui daerah ini memiliki jumlah

penduduk yang mayoritas pendududuknya beragama Kristen.

Gereja merupaka institusi yang memiliki dua bentuk baik sebagai orgaisasi atau persekutuan

maupun gereja sebagai pribadi yang ada dalam diri manusia. Sehingga perlu untuk mengetahuisejarah gereja sebagai awal dari bertumbuh penyebarang agama serta pemikiran serta sikap

mereka terhadap dunia politik .

Agama masih menjadi kekuatan politik dimana terdapat partai-partai politik yang muncul

berdasarkan agama tertentu. Hal ini menandakan bahwa agama masih punya pengaruh besar

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 5/11

 

terhadap dunia politik. Hal ini dapat terlihat bukan hanya dari partai politik akan tetapi hal ini

  juga dapat di lihat pada masyarakat tertentu seperti Tana Toraja di mana agama menjadi isupolitik dalam pemilihan Presiden dan wakil Presiden,Gubernur dan wakilnya serta Kepala

daerah.

Agama dan politik merupakan dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahakan karena kedua

hal ini sama-sama saling menbutuhkan dalam rangka menciptakan iklim politik yang jujur,adil

dan aman sehingga politik yang terjadi adalah politik yang berjuang untuk kesejahtraan rakyat.

Pandangan Gereja Toraja

Gereja lahir dari pekabaran injil kepada masyarakat suku bangsa toraja. sebelum injil masuk ke

daerah ini. Tana toraja tidak henti-hentinnya perangan antar desa, antar suku, dan antar took-

toko masyarakat yang juga mengejar kekuasaan pada saat ini, hal ini menartikan bahwamasyarakat Tana Toraja sejak dulu juga sudah mengenal politik dalam artian perebutan

kekuasaan. Konsekuensi dari pada perang-perang suku dan antar desa ini beberapa di antarabangsawan- bangsawan muncul “warlord” (= topatalo = pemenang) yang memang perang. Padatahun 1906 Belanda datang di Tana Toraja dan mereka menjumpai Toraja dalam keadaan

terpecah belah masing-masing di bawah kekuasaan warlord.

Ketika kondisi masyarakat Toraja sudah aman,maka Gereformerde Zendings Bond (GZB)

yang merupakan badan dari Nederlandse Hervormde Kerk yang di dirikan pada tanggal 06

Februari 1901 di Ultrecht, Nerderland, datang ke Toraja. Maksud dari perkumpulan ini adalahuntuk mengutus Zendeling-Zendeling yang akan membawakan sabda Tuhan kepada bangsa-

bangsa yang belum mengenal Yesus Kristus, dengan nas pilihan Yohanes 10:16

“Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu haruskutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawasan

dengan satu gembala.”

GZB mempunyai latar belakang pietis, dalam arti sangat mementingkan kesalehan, kesucuian

hidup orang Kristen sebagai protes atas dangkalnya kehidupan rohani kebanyakan anggota

Gereja Hermformd pada waktu itu.Karena Gerreja Toraja lahir dan bertumbuh dengan latar belakang teologi dari GZB yang

berlatar belakang pietis, konsekuensi dari itu dalam pertumbuhannya Gereja Toraja lebih

mementingkan kehidupan rohani dari pada bagaimana hidup dalam masyarakat dengan

memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan, misalnya bidang politik yang di anggap tabu.Hal ini nyata dalam perjalanan Gereja Toraja yang dapat di temukan dalam notulen  – notulen

Sidang Sinode Am yang akan dipaparkan penulis pada bagian berikutnya.

Pekembangan Pembicaraan Politik Dalam Gereja TorajaDalam bagian ini akan dibahas tenatang sejauh mana Gereja Toraja sebagai lembaga

membicarakan masalah politik dalam lingkup Gereja Toraja, dalam hal ini pembicaraan dalam

Sidang Sinode Am yang telah berlangsung sejak Geraja Toraja berdiri sendiri. Untuk mengetahui

perkembangan pembicaraan politik dalam Gereja Toraja, penulis bertitik tolak dari notulenSidang Sinode Am yang ada.

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 6/11

 

Dalam Sidang Sinode Am III Gereja Toraja tahun 1951 di makale dipersoalkan tentang

kehadiran pemimpin PARKINDO dalam rapat Sinode. “Supaya pemimpin PARKINDO dapathadir dalam undangan, dalam rapat Sinode, supaya dapat mengikuti pembicaraan-pembicaraan

dalam Gereja Toraja tidak mau mencapuri urusan politik. Dalam hal itu diperkuat lagi dengan

ucapan Dr.Leimena “Bergerejalah dahulu baru berpolitik”. 

Dalam Sidang Sinode Am XI di sa’dan yang berlangsung dari tanggal 2 s.d 7 April 1967,masalah politik yang dibicarakan yaitu bagaimana sikap terhadap anggota Gereja Toraja yang

terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 yang diprakarsai oleh PKI. Hal ini dikemukakan

melalui usul: supaya Sinode memutuskan sikap /tindakan apa yang harus diambil tehadappejabat-pejabat Gereja Toraja/ anggota jemaat yang :

Terlibat langsung atau tidak langsung dalam G.30.S/PKI

Anggota/simpatisan dari partai-partai yang terlarang/PKI dan organisasi seazasnyaAnggota/simpatisan daripartai/organisasi seazasnya yang dibekukan.

Usul di atas disikapi oleh Gereja Toraja denagn mengeluarkan Surat Pengembalaan yang

menyatakan penyesalannya, mengakui kelalaian dan dosanya. Dalam surat penggembalaan yang

di keluarkan antara lain dikatakan :

“Menyebarkan ideologi komunis pada masa yang lampau yang memuncak dalam peristiwaG.30.S/PKI dan masyarakat adalah akibat kelalaian kita juga dalam mewujudkan panggilan tugas

kenabian kita ... Marilah kita mengaku di hadapan Tuhan segala dosa dan kelalaian kita di dalammenyatakan kebenaran bahwa Tuhan yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus adalah sumber

segala sesuatu, sumber kebahagiaan, kesjahteraan dan pengharapan manusia. Karena itu mereka

yang secara sadar, langsung ataupun tidak langsung telah melibatkan diri dan terlibatdalamG.30.S/PKI itu hendaklah menyadari bahwa penyembahan kepada ilah materi adalah

pengkhianatan kepada keyakinan yang telah di materikan dengan baptisan dan Pengakuan Iman

bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan juruselamat serta pengharapan satu-satunya.

Dengan suara penggembalaan di atas dapat dikatakan bahwa Gereja Toraja hanyamempersoalkan akibat dari peristiwa yang terjadi, tetapi tidak memikirkan apa yang akan

ditimbulkan oleh organisasi PKI.Dalam Sidan Sinode Am tersebut dibentuklah komisi Gereja dan masyarakat yang

bertugas mengadakan penelitian, mengelolah dan enamoung masalah-masalah kemasyarakatanyang ada hubungannya dengan Gereja.

Terutama melalui komisi ini diharapkan gereja akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai nabi,

imam dan raja. Sementara perjalanan selanjutnya ternyata bahwa komisi ini masi perluditingkatkan dan siap siagakan agar anggota gereja tidak tergoda oleh penyesuaian diri dan

kompromi dengan dunia ini, atau sikap berdiam diri terhadap dunia ini. Seruan-serua gereja

melalui komisi ini kurang dihiraukan oleh pemerintah sehingga menyebabkan kebobrokanmasyarakat termasuk anggota-anggota gereja, umpanya dalam soal-soal judi/lotto harian/sabung

ayam yang tidak disetujui oleh gereja tetapi yang berlangsung terus terutama di Tanatoraja.

Selain itu ketika terjadi perubahan politik di daerah-daerah misalnya penggantian pejabat, gerejamengadakan perkunjungan kepada pejabat-pejabat baru tersebut bahkan penggembalaan.Pada sidang sinode Am ke- XIII yang dilaksanakan pada tanggal 9 s.d. 16 April 1972 di Palopo

dibicarakan tentang keterlibatan pendeta dalam politik dengan usul :

“ Agar supaya pendeta dalam lingkungangereja Toraja tidak diperkenanakan menjadi wakil darisalah satu partai politik dalam badan legislatif atau eksekutif atau menjadi pemimpim/pengurus

salah satu partai atau golongan politik. Dikecualikan bagi mereka yang diangkat oleh pemerintah

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 7/11

 

dan mewakili gereja atau sebagai alim ulama Kristen. Pada badan-badan legislatif atau eksekutif 

itupun setelah mendapat persetujuan sidang majelis yang bersangkutan. “ Usul diatas mendapat tanggapan dari peserta sidang baik yang setuju usul ini dibahas maupun

yang tidak setuju dengan alasan bukan sidang sinode Am sebagai tempat untuk membahasnya.

Bahkan ada yang mengusulkan agar pendeta tidak usah terju ke dunia polotik tetapi sebaliknya

tanggapan lain agar pendeta yang masi aktif dalam jabatannya sebagai pendeta supaya tidak terlalu aktif dalam bidang politik. Tetapi bukan berarti bahwa ia menganggap politik sebagai hal

yang kotor/terlarang. Karena politik merupakan hal yang penting dimana orang-orang Kristen

terpanggil untuk mengambil bahagian dalam bidang ini.Berdasarkan pendapat-pendapat dari peserta sidang, maka keputusan yang disepakati ialah :

Kedudukan pendeta-pendeta dalam bidang legislatif atau menjadi pemimpin salah satu partai

politik atau golongan manapun supaya digumuli sungguh-sungguh oleh yang bersangkutan tanpamelupakan hubungan dalam mendapatkan persetujuan dalam majelis gereja atau badan-badan

gereja dimana pendeta tersebut melayani dengan anjuran supaya mengingat tugas

penggembalaannya.

Melanjutkan lagi masalah ini kepada KUGT sinode Am gereja Toraja untuk digumuli lebih

lanjut.Dari keputusan ini dapat dikatakan bahwa gereja Toraja belum memunyaai konsep yang jelas

mengenai keterlibatan pendeta dalam politik.Pembicaraan yang serius mengenai politik yaitu melalui sebuah pertemuan khusus pemimpin

gereja toraja dari tangga 19  –  22 Agustus 1998 di Tangmentoe yang diprakarsai oleh Badan

Pekerja Sinode (BPS). Dalam pertemuan ini mereka mendiskusikan dan merumuskanpemahaman gereja Toraja mengenai gereja dan politik. Hasil dari konsultasi ini telah disahkan

dalam sidang sinode Am ke XXI di Palopo yang berlangsung dari tanggal 9  –  18 Juli 2001,

dengan nomor keputusan : 13/KEP/SSA -XXI/GT/VII/2001, pasal 18 yang berbunyi sebagai

berikut :Dalam rangka meningkatkan peran serta pendeta dalam gereja dan masyarakat maka SSA XXI

gereja Toraja mendukung hasil konsultasi tentang gereja dan politik yang diselenggarakan olehbadan pekerja sinode gereja toraja untuk dipedomani oleh jemaat-jemaat dalam gereja Toraja.

Fungsionaris gereja Toraja yang dipenuhi waktu harus meninggalkan kedudukannya apabilamenduduki jabatan ketua/sekertaris/bendahara (KSP) dalam organisasi politik atau anggota

legislatif.

Pengisian jabatan yang ditinggalkan, ditetapkan melalui rapat kerja gereja Toraja.SSA XXI gereja Toraja menegaskan bahwa yang dimaksud dengan fungsionaris gereja Toraja

dalam ayat 2 diatas adalah para pejabat penuh waktu yang diangkat oleh persidangan gerejawi

oleh BPS gereja Toraja pada tingkat unit kerjanya.Pendeta gereja Toraja yang memilih menjadi KSB atau anggota legislatif dalam suatu partai

politik apabila ingin kembali melaksanakan tugas kependetaan sesuai dengan ketentuan dalam

gereja Toraja, harus mengajukan permohonan kembali kepada BPS gereja Toraja untuk penempatan selanjutnya.Melalui keputusan ini jelas bahwa gereja Toraja sudah turut menggumuli tentang masalah politik 

dan bagaimana keterlibatab gereja dalam politik. Dengan demikian politik bukan masalah yang

harus dijauhi melainkan sesuatu yang harus dikerjakan untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaanAllah di dunia ini secara khusus di Indonesia.

Setelah mencermati pembicaraan politik dalam gereja Toraja melalui notulen-notulen SSA di

atas maka dapat diperoleh gambaran bagaimana sikap gereja terhadap politik selama ini.

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 8/11

 

Pada aras idealis, gereja dipanggil melalui warganya untuk menjalankan peran politiknya dengan

memperjuangkan terjaminnya demokrasi, hak-hak asasi manusia (HAM), tegaknya kebenaranhukum, dan memperjuangkan nasib orang banyak, serta membela hak orang lemah, miskin dan

tersisih. Namun demikian, pada aras realitas tidaklah selalu demikian. Hal ini antara lain

dikarenakan gereja Toraja dalam masa lampau tidak memiliki wawasan teologis yang jelas

menyangkut bidang politik, yang pada gilirannya ketidak jelasan visi dan misi dikalangan wargagereja yang terjun didunia politik. Hal ini disebabkan antaralain oleh faktor-faktor :

Faktor warisan pemahaman teologis yang sedikit banyak dipengaruhi oleh pandangan pietisme

yang memiliki dampak luas terhadap lemahnya kepedulian warga gereja Toraja terhadaptanggung jawab kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi yang demikan tidak 

memungkinkan tumbuhnya kesadaranwarga gereja untuk melihat bidang politik sebagai bidang

pelayanan dan kesaksian iman Kristen.Faktor lain yang kemudian ikut berpengaruh adalah tersosialisasikannya di kalangan sebahagian

besar warga gereja Toraja di jaman tertentu bahwa instrumen yang dianggap benar dan sah

dalam menyalurkan aspirasi dan potensi politik warga gereja Toraja adalah melalui partai politik 

tertentu yang berlabel Kristen, anggapan mana tidak konsisten dengan pola “ berkumpul

menyebar “ dari gereja untuk tetap menjadi garam dan terang dunia. Ada sebuah keyakinan bahwa politik itu kotor, jadi seolah-olah tidak boleh berbicara mengenai

politik. Walaupun waktu zaman Pak Soeharto dulu pemimpin gereja sebagai besar daripemimpin partai politik . Jadi waktu itu walaupun dari standing seolah-olah politik itu bukan

dunia gereja. Tetapi dalam prakteknya di Indonesia sesuai dengan pergumulan bangsa negara

waktu itu, Pemimpin gereja dan anggota gereja aktif sekali dalam partai politik khususnyaParkindo. Namun setelah itu agak berdiam diri tetapi anggapan bahwa politik itu bukan

pelayanan gereja berjalan terus . Sampai tahun 1998, waktu perubahan dalam sejarah bangsa ini

di tulis gerakan reformasi. Sampai pada gerekan reformasi yang di laksanakan oleh mahasiswa

dan menumbangkan soeharto gereja toraja langsung mengadakan verifikasi khusus tentanggereja dan politik. Dan hasil verifikasi khusus itu diajukan ke sidang sinode Am di Palopo dan

diputuskan bahwa gereja Toraja menerima hasil verifikasi itu dengan kesimpulan singkat bahwagereja dan politik adalah dunia pelayanan gereja juga.

Pernyataan di atas sedikit menjelas bahwa gereja di tana toraja sudah mulai terbuka dengan dunia

politik bahwakan menjadikan dunia poliyik sebagai salah satu wilayah pelayanan. Dunai politik memang tidak lagi menjadi hal yang tabu dalam gereja meskipun masih ada sekelompok orang

kriten yang sama sekali menolak konsep politik Karena masih beranggapan bahwa politik itu

sebagai wahana sekuler yang tidak dapat di campur baurkan dengan relegiusitas.

Pemahaman tentang konsep ini lebih dijabarkan pada keputusan di tahun 1998 yang berbunyi

bahwa misi gereja dalam politik adalah

Visi gereja dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara adalah menghadirkantanda kerajaan Allah sehingga nama Tuhan tetap di kuduskan, Kehendak-

Nya(Keadilan,kebenaran,demokrasi, ,damai sejahtera, HAM, Partisipasi dalam pemeliharaan

lingkungan hidup)di berakukan. Orientasi kepedulian dan pumpunan perhatian gereja haruslahterarah pada kepentingan rakyat banyak dan merasa terpanggil untuk bereda di pihak mereka

yang tertindas,tercecer, terjepit,dsb atau dengan lkata lain gereja terpanggil untuk bereada di

pihak saudara-saudara Kristus yang paling Hina.

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 9/11

 

Visi gereja tersebut di atas barulah bermakna bila di saksikan dalamberbagai cara dalam

lapangan hidup yang dijabarkan sebagai berikut.

1.  Gereja berada dalam dunia untuk bersekutu,bersaksi dan melayani namum tidak serupadengan dunia ini ( Yoh 17,Roma12)

2.  Pemahaman berada dalam dunia politik adalah berada di dalam masyarakat bangsa dan

negara serta pergumulan dengan masyarkat bangsa internasional dan sebuah tanggu

 jawab memelihara kehidupan.3.  Gereja diutus berada dalam dunia yang majemuk . karena itu gereja harus menyadari dan

mengakui kepelbagian tersebut sebagai suatu kenyataan yang tak bisa diingkari bahkan

perlu disyukuri. Dalam rangka itu menanggalkan dan meninggalkan paradigma lamayaitu pandangan yaitu aku-engkau ,dan mengenakkan dan mengembangkan paradigma

baru yaitu paradigma baru yaitu Kita, dengan paradigma baru itu gereja harus mampu

berkerja dengan pihak yang mengutamakan kepentingan bersama, memilihara kehidupan

ini demi kepentingan bersama pula. Disinilah gereja dituntun untuk melaksanakan tugaskenabiannya secara positif,krisis,kreatif dan realistis dalam berbagai segi kehidupan,

antara lain ideologi,politik ekonomi dan sosial budaya serta pertahanan keamanan. Sikap

positif dimaksudkan tidak berprasangka buruk (apriori). Sikap kritis berarti segalasesuatu termaksud yang di nilai baik oleh masyarakat perlu diteropong dari segi Firman

Tuhan. Sikap kreatif berarti berupaya secara optimal dan bersungguh-sunguh agar

pertisipasi gereja benar-benar bermafaat untuk orang banyak dan tidak sekedar ikut-ikutan saja. Sikap realitas berarti sadar secara rasional memperhitungkan kenytaan yang

ada sehingga tidak ada satu pihak, Gereja tida seharus utopian, tetapi di lain pihak gereja

 juga harus tidak pesimis dam kerdil menhadapi realita kehidupannya.

4.  Hal-hal tersebut diatas perlu dikembangkan, karena kita mengakui bahwa bangsaIndonesia adalah karunia Allah dan warga gereja adalah bagian intergral dari bangsa.

Hal ini terlihat dalam PTPB. Butir 1 mengatakan Gereja-gereja di Indonesia percaya

bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara adalah aspek dari pemeliharaan Allah

terhadap ciptaan-Nya. Oleh sebab itu bangsa dan negara Indonesia.yang di proklamasikantanggal 17 agustus 1945 dan meliputih seluruh wilayah kepulaun dari sabang sampai

marauke adalah buah berkerjaan Allah dan oleh karena itu adalah karunia Allah,

pengakuan itu mengarisbawahi bahwa tidak bisa tidak , kita harus bertangung jawabterhadapa jalan pemerintahan dan segala urusan kebijakan pemerintah .

5.  Dalam hubungannya dengan uraian di atas, maka secara khusus mengenai Pancasila

sebagai dasar negara dan idelogi negara Republik Indonesia, kita bersama-sama dengankomponen lain dari bangsa Indonesia yang bertanggung jawab mengamalkan dan

mempertahankannya.oleh karena itu gereja terpanggil untuk menumbuh kembangkan

kebersamaan dan persatuaan bangsa dengan pendekatan atau sikap ingklusif.itu berarti

geraja tetap berupaya. Mencerminkan tanda-tanda zaman dengan sikap positif,realistic,

sehingga bangsa ini erhindar dari upaya sakraliasme Pancasila di satu pihak dan Upayamereduksi Pancasila di lain pihak .

6.  Dalam hubungan dengan pemerintah maka gereja terpanggil untuk menyatakan sikapyang jelas yaitu mendukung yang memperlakukan kehendak TUhan

7.  Dalam uraian di atas maka gereja toraja bertanggung jawab untuk memperlengkapi,

membimbing dan mengarahankan wargannya agar berkaulitas dalam artian luas sehingga

masih dapat berfungsi sebagai garam dan terang dunia, baik pada aras lokalregional,nasionala maupun internasional. Gereja terpanggil untuk membina wargannya

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 10/11

 

melihat bidang politik sebagai bidang misi Kristen sehingga warga gereja memiliki arah

politik yang benar, baik dan tepat, sesuai dengan iman kristiani itu berarti pilihan arah

politik warga gereja harus dipandang sebagai panggilann imaniah, Namun

Misi ini tentu tidaklah mudah bagi gereja meskipun perenan moral Kristen sangat di titik 

beratkan pada Gereja sehingga berbagai upaya yang juga sudah dilakukan tetapi masih belum

cukup untuk mengadakan suatu perubahan akan tetapi Gereja tidak membatasi masyarakat untuk 

memilih di mana mereka akan bergabung. Gereja hanya melakukan pembinaan iman secara

politik sehingga gereja berharap akan kehidupan politik masyarakat akan lebih baik.

Misi gereja dalam politik bukanlah secara praktisi bahwa gereja harus turun langsung untuk 

melakukan tindakan politik praktis. Permasalah ini sering kali menjadi mengundang berdebatan

terseindiri buat orang Kristen sehingga ada proses pembelajaran yang juga lambat dibanding

mereka yang berada di luar Kristen.

Pada aras lokal gereja toraja teremban rasa tanggung jawab kulturar politisi yakti memiliki peranpandu di dalam memiliki kehidupan di tengah-tengah dialetika antara keristenan, ketorajaan dan

komderanan. Peranan Gereja itu bersifat universal sehingga gereja merupakan sebagai alatpengontrol angotannya terlebih pada anggotan gereja aktif yang turun langsung dalam politik praktis . Misi ini adalah salah satu cara pelayanan umat Kristen di tana toraja sehingga misi

merupakan tiang di mana peran aktif Gereja sebagai satu kesatuan Tubuh Allah sangat

diperlukan. Maksud dari misi ini sebenarnya adalah

Bagaimana mana gereja seharus mampu mensuarahkan bahwa negeri ini merupan negeri

yang berasaskan Pancasila sehingga semua orang punya hak yang sama dan sehingga

kalau ada aturan mengenai agama yang kemudian hal ini menciptakan rasa ketidakadilan

bagi agama lain atau kelompok lain.misalnya tentang UU pernikahan yang sehurus tidak

perlu untuk diperlakukan karena itu tidak berlaku untuk semua rakyat .

Pernyataan ini masih menjelaskan bahwa gereja di Tana Toraja tidak tinggal diam dalam melihatpermasalaha politik yang menyakut tentang rakyat banyak. Hal ini merupakan salah satu gerekan

pelayanan yang di lakukan oleh gereja di toraja.

Gerekan politik Kristen bukanlah untuk memenang oknum tertentu atau partai tertentu.akan

tetapi politik orang Kristen di Indonesia terpanggil sebagai garam dan terang dunia yang melalui

iman Kristianinya dapat melakukan transformasi politik secara positif, kritis, kreatif, danrealistis. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ada dalam posisi ini. PGI dan gereja-

gereja arus utama, sebagaimana diperankan oleh World Council of Churches (WCC), dewan

gereja-gereja di berbagai negara lain adalah menjadi kekuatan moral yang dapat melakukan

transformasi dan perubahan sosial melalui kosep, pemikiran, gagasan dan berbagai gerakan.

Politik Yesus tergolong kepada sikap ini. Gereja-gereja harus dapat menjadi pengkritik pemerintah apabila pemerintah tidak menjalankan konstitusi dan peraturan perundang-undangan

yang adil. Gereja tidak dapat berdiam diri dalam dinamikan sosial-kemasyarakatan. Gereja harusikut mengusahakan kesejahteraan kota (bangsa) karena kesejahteraan kota (bangsa) adalah

kesejahteraannya juga (Yeremia 29:7).

5/14/2018 Ada Sebuah Keyakinan Bahwa Politik Itu Kotor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ada-sebuah-keyakinan-bahwa-politik-itu-kotor 11/11