Ada Enam Macam Akhlak Yang Tercela
-
Upload
mazarialhafiz -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
Transcript of Ada Enam Macam Akhlak Yang Tercela
Ada enam macam akhlak yang tercela,yaitu:
1. Zhalim
Zhalim artinya perkataan atau perbuatan yang tidak menaruh belas kasihan, tidak adil dan kejam terhadap sesama manusia maupun mahkluk Allah lainnya. Allah berfirman, yang artinya:” Dan barangsiapa di antara kalian berbuat zhalim, niscaya Kami rasakan kepadanya adzab yang besar”.(QS. Al-Furqan: 19). Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Takutlah kepada doa orang yang dizhalimi karena doanya tidak mempunyai dinding pembatas dengan Allah” (Muttafaq Alaih).
2. Dengki
Dengki artinya menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri hati. (Q.S. An Nisa: 54 dan Az Zukhruf : 32). Sifat dengki terdiri dari dua macam yaitu; a. dengki dengan maksud mengharapkan musnahnya nikmat harta, ilmu, kedudukan, dan kekuasaan dari orang lain. Sebagai gantinya, ia berharap mendapatkan semua itu. b. Dengki dengan maksud mengharapkan musnahnya semua nikmat diatas dari orang lain, kendati ia tidak mendapatkannya.
3. Menipu
Orang muslim beribadah kepada Allah Azza Wajalla dengan memberi nasehat kepada setiap orang muslim, dan hidup dengan ibadah seperti itu. Oleh kaena itu, ia tidak menipu seorang pun, tidak melanggar janji, dan tidak berkhianat.(Q.S Al Ahzab : 10 dan 58, Q.S Fathir: 43).
4. Riya’, yaitu merupakan suatu kemunafikan dan syirik. Hakikat riya adalah seorang hamba yang taat kepada Allah Azza Wajalla dengan tujuan sampingannya yaitu ingin mendapatkan kedudukan dan pujian di hati manusia. Q.S Al Ma-un ayat 4-7 yang artinya: “ Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna”. Dan juga tertera dalam Riwayat Hadist Muslim yang artinya: “Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan dimana didalamnya ia menyekutukan Aku dengan yang selain Aku, maka ia sepenuhnya menjadi milik sekutunya, dan Aku berlepas diri daripadanya. Aku paling kaya dari persekutuan.” Dan Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa berbuat riya’ maka Allah menjelek-jelekkannya, dan barangsiapa berbuat sum’ah maka Allah membeberkan sum’ahnya (kepada manusia).”(Muttafaq Alaih).
5. Ujub artinya Rasa kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri atau bangga dengan kekuatan diri sendiri.
6. Tidak berdaya dan malas.
Orang muslim itu kuat, tidak malas, bersemangat, rajin, beramal, dan bernyali kuat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:”Ya Allah, Aku berlindung diri kepada-Mu dari tidak berdaya, malas, pengecut, tua dan pelit.” Dan H.R Muslim yang artinya: “Bekerjalah terhadap apa saja yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah. Jika sesuatu terjadi padamu, maka jangan katakan, “Seandainya aku melakukan hal ini dan itu, pasti ini, ‘namun katakan, ‘Allah telah menetapkan, dan apa yang Dia kehendaki maka Dia kerjakan, ‘karena kata seandainya itu membuka pekerjaan syetan.”…….nauzubilahiminzaliq. Orang muslim itu tidak pengecut dan tidak mundur karena ia meyakini qadha’, percaya kepada takdir, dan mengetahui bahwa apa saja yang menimpanya itu tidak untuk menyalahkannya dan jika ia salah maka tidak untuk merasakan bencana. Ia tidak berdiam diri dari mengerjakan perbuatan yang bermanfaat, karena Ia mendengar Al Quran berfirman dalam surat Al Muzzammil ayat 20 yang artinya: “Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian niscaya kalian memperoleh (balasan)nya disisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.”………subhanallah!
http://hendryheyka.multiply.com/journal/item/46/WASPADA_AKHLAK_YANG_TERCELA
PEMBAHASAN
A. Definisi Akhlaq Tercela
Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau
pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan,
dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta), maka
akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah swt).
Sedangkan moral berasal dari maros (bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, disinilah
terlihat berbeda antara moral dengan akhlak, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan
manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah
swt. Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang
yang berakhlak sudah pasti bermoral. Dan Rasulullah saw di utus untuk menyempurnakan
akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam hadist dari Abu Khurairah, “Sesungguhnya aku
diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.”
Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang
dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang
lain.
B. Sebab-seba b kemerosotan akhlak
Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan
sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke
dalam keterpurukan.
Di antaranya yaitu :
a. Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini
disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan
seseorang.
b. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk,
rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri
orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak
mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang,
karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak lingkungannya. Kalau dia
hidup dan terdidik dalam lingkungan yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta
tidak tahu tujuan hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil
didikan lingkungannya.
C. Contoh-contoh Akhlaq Tercela
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di
golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri
dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-
macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Akan tetapi, penulis hanya
mengurai beberapa contoh akhlak tercela, yaitu ujub/berbangga diri, takabur, putus asa,
berlebih-lebihan, dusta dan iri/dengki.
a. Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut: "Yaitu perasaan
takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada
yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan
boleh jadi saudaranya itu lebih wara' dari perkara haram dan lebih suci jiwanya
ketimbang dirinya!". Orang yang demikian itu, beranggapan bahwa segala kesuksesan
yang diraihnya, seperti harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, kepandangan yang tak
tertandingi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia
raih tanpa bantuan dari siapapun, termasuk Allah SWT. orang yang bersikap/berperilaku
‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya
tidak bisa menerima kritik orang lain.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang
artinya:
Artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu
(menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab
mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka,
dalam keadaan kafir”. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak, Apakah
kibr (sombong) itu?،¨ Dia menjawab, Jika engkau merendahkan orang lain.،¨ Lalu aku
bertanya tentang ujub, maka dia menjawab jika engkau memandang bahwa dirimu
memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu sesuatu yang lebih
buruk bagi orang yang shalat daripada ujub.
Berikut ini adalah hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya:
1. 'Ujub dengan fisiknya
Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan) tentang
berbagai kotoran batinnya, tentang mula penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang
bagaimana wajah yang cantik dan tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh
tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.
2. 'Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan
'Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan,
pencampakan diri ke dalam kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah dengan
mengetahui bahwa meriang sehari saja bisa melemahkan kekuatannya dan bahwa
apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa jadi Allah akan mencabutnya dengan sebab
pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
3. 'Ujub dengan intelektualitas
Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas
yang telah diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan
yang menimpa otaknya sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan gila sehingga
menjadi bahan tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman kehilangan akal jika ia
ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendakalah ia menyadari
keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia mengetahui bahwa ia tidak diberi
ilmu pengetahuan kecuali sedikit, sekalipun ilmu pengetahuannya luas.
4. 'Ujub dengan nasab terhormat
Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan
dan akhlak nenek moyangnya dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka
maka sesungguhnya ia bodoh, tetapi jika meneladani nenek moyangnya maka
hendaknya mengetahui bahwa nenek moyangnya tidak pernah ujub bahkan mereka
senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka mulia karena ketaatan, ilmu, dan sifat-
sifat terpuji bukan dengan nasab.
5. Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim dan pendukung meraka.
Terapinya adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka
dan tindakan-tindakan kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan
yang meraka lakukan terhadap agama Allah, dan bahwa mereka adalah orang yang
dimurkai Allah.
6. 'Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan, budak, keluarga, kerabat.
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan
mereka, bahwa mereka semua adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi
manfaat dan bahaya kepada diri mereka sendiri.
7. 'Ujub dengan harta
Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta
kekayaan, hak-haknya yang banyak, dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian
memperhatikan keutamaan orang-orang fakir dan bahwa mereka akan masuk surga
terlebih dahulu pada hari kiamat.
8. 'Ujub dengan pendapat yang salah*
Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena
pemilik pendapat yang salah tidak mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti
ditinggalkannya. Tidak akan mengobati penyakit orang yang tidak tahu bahwa dirinya
sakit. Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu menuduh pendapatnya
sendiri dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al-Qur'an atau
sunnah atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai persyaratannya.
b. Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima
kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa
Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk
akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah
berfirman:
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir.
Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan
kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah
laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin
akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka
apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat
sombong).
Kesombongan berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak memerlukan orang lain
yang dijadikan bandingannya. Seperti seseorang yang ujub dengan ibadah shalat
tahajudnya, maka ia tidak perlu melihat ibadah tahajud orang lain, cukup baginya
mengatakan, “Saya seorang ahli ibadah karena selalu melakukan ibadah tajajud.” Maka ia
telah melakukan ujub. Sedangkan kesombongan, orang yang sombong memerlukan orang
lain untuk membandingkan dengannya. Semakin tinggi kesombongannya, maka ia tidak
ingin ada orang yang menandinginya dan ingin selalu berada di atas yang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di
timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada
kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
Terapi sifat sombong dan cara memperoleh sifat tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi
pengobatannya adalah degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin dapat
disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan
mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah mengetahui dan
menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan merasa dirinya hina dan
penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya sebagai seorang yang tawadhu’.
Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri
(tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat
tawadhu’.
c. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi
lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang
benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya,
mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain
hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar
dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua
berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Putus asa memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra. berkata: "Kebinasaan
ada dalam dua hal, putus asa dan ujub”. Ibnu Mas'ud ra menyebutkan kedua hal tersebut
karena kabahagiaan tidak bisa dicapai kecuali dengan usaha, pencarian, keseriusan, dan
perjuangan, sedangkan orang yang putus asa tidak mau berusaha dan tidak mau pula
mencari, sementara orang yang 'ujub beranggapan bahwa ia bisa mencapai kebahagiaan
dan menggapai tujuannya sehingga ia tidak mau berusaha, karenaapa yang sudah ada
tidak perlu dicari dan apa yang mustahil juga tidak perlu dicari.
d. Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang
menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam
sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak
bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan
akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral,
harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim
dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-
orang yang boros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada
Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan
antara lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
e. Dusta
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita temukan
dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan wazannya, seperti Kaadzibu, Kadzaab,
Al-Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin, Kadzaaba, Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib,
Kdazzabuu. Ini semua sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa
faktor yang ada, antara lain:
- Lemah jiwa dan mentalnya.
- Kegoncangan jiwa.
- Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
- Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
- Rasa dengki dan iri yang ada.
- Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
Dalam Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu
Kultsum, dari Nabi saw. bersabda, "Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang yang
mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik pada kedua belah pihak." Hadis Bukhari
Muslim. Dalam riwayat Muslim berkata, Ummu kultsum diberi keringanan tentang apa
yang diucapkan manusia dalam tiga hal, yaitu dalam perang, ishlah antara manusia, dan
ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri pada suaminya."
f. Iri Hati atau Dengki
Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa tidak ada
kedengkian (hasad), kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat kepada
saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada seseorang
yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat itu lenyap dari padanya. Keadaan ini
disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan ingin melenyapkan
dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat
nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa ganasnya
penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits
Rasulullah SAW. Di antaranya :
“Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar”.
(HR. Abu Daud dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)
“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan
persaudaraan, jangan saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah
kalian hamba Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia ketika
orang lain mendapatkan suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang demikian itu
dinamakan Syamatah, yatu bahagia yang timbulnya sebab mendengar atau melihat
adanya kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa orang yang dianggap saingan
atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu
domba, menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya
akan membawa manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1) Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.
2) Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
3) berikhtiyar dan berdoa
D. Bahaya Akhlak Tercela
Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di
sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:
1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan
maksiat mematikan itu.
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba bisa
terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya."
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di
kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan
adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa
dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan
kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena
akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. Akhlak, memiliki
sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai
sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di
golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri
dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-
macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Beberapa akhlak tercela, yaitu ujub
(berbangga diri), takabur (sombong), putus asa, dusta dan iri/dengki (hasad).
B. Saran
Al-Qur’an menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan cara yang sangat
mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling dari orang bodoh, dan
menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah, hati kita akan selamat
dari akhlak tercela.
DAFTAR PUSTAKA
Al-firqotunnajiyyah.blogspot.com
Al-qur’an dan Terjemahannya
Ghalayini, Syeikh Mushtafa.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur.trj. Moh Abdai
Rathomy. Semarang: CV Toha Putra
Muhammad, Ibrahiem. 1982. Al-Hasad Wa Kaifa Nattaqieh trj. Baihaqy Syafiuddin. Kairo:
Maktabah Al-Qur’an
Syamsuri, haji.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga
Yuhro, Alkasah dan Saminu.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Viva Pakarindo
www.al-islam.com
www.dakwatuna.com
www.halaqahdakwah.wordpress.com
www.mail-archive.com
www.mimbarjumat.com