ada band

10
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini terdapat risiko tinggi terjadinya kenakalan dan kekerasan pada remaja baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindakan kekerasan. Perkembangan psikososial remaja merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini didasari oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan sosialnya di sekolah salah satunya adalah bullying (Djuwita, 2006 ). Komisi Nasional Perlindungan Anak memberi definisi/pengertian terhadap bullying adalah : kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang

description

ada

Transcript of ada band

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini terdapat risiko tinggi terjadinya kenakalan dan kekerasan pada remaja baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindakan kekerasan. Perkembangan psikososial remaja merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini didasari oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan sosialnya di sekolah salah satunya adalah bullying (Djuwita, 2006 ).Komisi Nasional Perlindungan Anak memberi definisi/pengertian terhadap bullying adalah : kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma / depresi dan tidak berdaya.Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana, 2008).

Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah setelah pulang dari sekolah. Bullying juga memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami penindasan, minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebayanya. Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat aadalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecahpecah, dan sakit dada. Dampak yang mengarah ke akademi meliputi terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden 10 yang terjadi di IPDN dari rentan tahun 1993 sampai 2009, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian pada korban bullying (Berthold dan Hoover, 2000)

Prevalensi perilaku bullying yang meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan kerusakan atau kerugian yang besar. Hal ini dapat terjadi karena perilaku bullying sering diremehkan oleh anak-anak dan orang dewasa. Selain itu juga dibebani dengan perilaku bullying yang tidak dapat diberikan intervensi seperti mediasi yang dapat secara efektif mengurangi konflik diantara anak-anak dikarenakan pelecehan yang dilakukan oleh anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah (Limber, dalam Crawford, 2002). Di samping itu, juga terdapat pemahaman oleh sebagian orang bahwa perilaku bullying merupakan suatu usaha dalam memberi pelajaran (Oliver, Hoover, and Hazler, dalam Milsom & Gallo, 2006). Oleh karena itu, perilaku bullying perlu diteliti guna mengenali gejala dan dampaknya serta memahami tindakan pencegahan ataupun strategi dalam mengurangi perilaku bullying, khususnya di sekolah.

Meski belum ada data yang memuat kasus bullying di setiap negara, Smith dan Ken Rigby (dalam Detiknews, 2010) memberikan gambaran data kasus di sekolah di beberapa negara, yaitu di Inggris (27%SMP dan 10%-SMA), Australia (25-30% bahkan tiap hari) dan secara internasional (23%-SMP dan 10% SMA). Hasil studi oleh ahli intervensi bullying, Dr. Amy Huneck (dalam Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008) mengungkapkan bahwa 10-60% siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, sedikitnya sekali dalam seminggu.

Menurut Rigby (dalam Riauskina, 2006) penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran, tak jarang anak yang menjadi korban bullying melakukan bunuh diri karena tidak punya cukup keberanian untuk mengkomunikasikan apa yang dialaminya.

Menurut Sciara, 2004; Olweus, 2005; dan Coloroso, 2006 (dalam Saripah, 2010) dalam sebuah peristiwa bullying, pelaku dan korban sama-sama merupakan elemen kunci yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Pelaku bullying pada umumnya memiliki ciri khas yaitu agresivitas yang tinggi dan kurang memiliki empati. Sementara itu, pada korban, yang perlu ditingkatkan adalah assertiveness dan kepercayaan dirinya. Dengan demikian, bentuk-bentuk bantuan yang perlu diberikan kepada korban hendaknya fokus kepada upaya meningkatkan asertivitasnya dan kepercayaan dirinya.Penelitian yang dilakukan oleh SEJIWA (2008) tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan kekerasan fisik (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota besar yaitu Yogya: 77,5% (mengakui ada kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasan); Surabaya: 59,8% (ada kekerasan); Jakarta:61,1% (ada kekerasan) (Wiyani, 2012).

Ketua Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Garut, Nitta Wijaya, mengatakan, kasus yang mendominasi pada 2014 adalah kekerasan dalam rumah tangga yang mencapai 35 kasus. Diikuti dengan masalah ketenagakerjaan mencapai 6 kasus dan hak asuh anak 4 kasus. LPA Kabupaten Garut pun menangani 2 kasus yang berkaitan dengan internet, yakni penculikan melalui jejaring sosial. 2 kasus lainnya yang ditangani adalah kasus bullying di sekolahBullying bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan berlalu dengan sendirinya seiring mereka dewasa. Perilaku bullying yang tidak ditangani dengan baik pada masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius di masa remaja dan dewasa, seperti: pelecehan seksual, kenakalan remaja, keterlibatan dalam geng kriminal, kekerasan terhadap pacar/teman kencan, pelecehan atau bullying ditempat kerja, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan/kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap orang tua sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying dapat berdampak terhadap fisik maupun psikis pada korban, Dampak fisik seperti sakit kepala, sakit dada, cedera pada tubuh bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Sedangkan dampak psikis seperti rendah diri, sulit berkonsentrasi sehingga berpengaruh pada penurunan nilai akademik, trauma, sulit bersosialisasi, hingga depresi.

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Hubungan Antara Prilaku Bullying dengan Kesehatan Jiwa Remaja di SMAN 19 Garut

2. Tujuan Penelitian

2.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Hubungan Antara Prilaku Bullying dengan Kesehatan Jiwa Remaja di SMAN 19 Garut.

2.1. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi prilaku bullying di SMAN 19 Garut.

b. Diketahuinya kesehatan jiwa Remaja di SMAN 19 Garut.

3. Manfaat Penelitian

a. Untuk Instansi Pendidikan

Menambah dan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang keperawatan jiwa pada remaja, serta masukan kepada pihak sekolah untuk selalu membenahi diri dengan menciptakan lingkungan sekolah yang terbebas dari tindakan kekerasaan yang terfokus pada perilaku bullying dikalangan siswa.

b. Manfaat Untuk Masyarakat

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat agar dapat meningkatkan antisipasi mereka terhadap perilaku bullying.

c. Manfaat Untuk Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi profesi keperawatan dalam pencegahan perilaku bullying dengan cara prepentif dan promotif kepada masyarakat luas dan khususnya pada remaja.