acrodermatitis

18
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. IDENTITAS PASIEN 1. Nama pasien : Ny. S 2. Umur : 70 tahun 3. Jenis kelamin : Laki-Laki 4. Agama : Islam 5. Pekerjaan : URT 6. Tanggal pemeriksaan : 18-mei-2015 II. ANAMNESIS 1. Keluhan utama : Bengkak kemerahan pada jari telunjuk, jari tengah serta telapak tangan. 2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan pasien bengkak kemerahan serta terkelupas tetapi tidak disertai rasa gatal. Keluhan dirasakan sudah kurang lebih satu tahun lalu, keluhan dirasakan pertama kali pada jari tengahnya yaitu bengkak kemerahan tidak ada rasa nyeri, gelembung cairan ataupun nanah disangkal pasien, pasien mengatakan karena jari tengah dan telunjuknya sering

description

status pasien

Transcript of acrodermatitis

STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINRSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN1. Nama pasien : Ny. S2. Umur: 70 tahun3. Jenis kelamin: Laki-Laki4. Agama : Islam5. Pekerjaan : URT6. Tanggal pemeriksaan: 18-mei-2015

II. ANAMNESIS1. Keluhan utama : Bengkak kemerahan pada jari telunjuk, jari tengah serta telapak tangan. 2. Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan pasien bengkak kemerahan serta terkelupas tetapi tidak disertai rasa gatal. Keluhan dirasakan sudah kurang lebih satu tahun lalu, keluhan dirasakan pertama kali pada jari tengahnya yaitu bengkak kemerahan tidak ada rasa nyeri, gelembung cairan ataupun nanah disangkal pasien, pasien mengatakan karena jari tengah dan telunjuknya sering bergesekan maka pada jari telunjuk pasien juga muncul gejala yang sama serta terkelupas, pasien mengatakan lama kelamaan jari tengahnya sulit untuk diluruskan. Pada dua bulan terakhir pasien mengeluhkan telapak tangan pasien muncul gejala yang sama tetapi pada telapak tangan pasien ini mengeluhkan gatal, gatal dirasakan hilang timbul dan memberat ketika akan tidur, pasien juga mengatakan bahwa gatal akan menghilang ketika digaruk dan terjadinya luka maka tidak akan lagi muncul gatal.

3. Riwayat penyakit dahulu :Pasien memiliki riwayat alergi pada makanan (telur). 4. Riwayat penyakit keluarga :Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan keluhan yang sama seperti pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK1. Status generalis : Kondisi umum : Sakit ringanStatus gizi: BaikKesadaran: Komposmentis2. Tanda vital :Tekanan darah : 160/90mmHgNadi: 88 x/menitRespirasi: 20 x/menitSuhu: 36C3. Status dermatologis/venerologis :Kepala: Tidak ada ujud kelainan kulitWajah : Tidak ada ujud kelainan kulitLeher: Tidak ada ujud kelainan kulitDada: Tidak ada ujud kelainan kulitPerut: Tidak ada ujud kelainan kulitPunggung: Tidak ada ujud kelainan kulitBokong: Tidak ada ujud kelainan kulitEkstremitas atas: Pada jari tengah dan telunjuk serta telapak tangan terdapat oedem, eritema, erosi, skuama, krusta, fisura, eksoriasiEkstremitas bawah: Tidak ada ujud kelainan kulit.Kel. limfe: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe4. Pemeriksaan : kobner, tetesan lilin dan autpiz serta KOH tidak dikerjakan.

IV. GAMBAR

Keteranga : Tampak pada tangan pasien terdapat ujud kelainan kulit berupa,oedem, eritema, skuama, krusta, erosi, fisura, eksoriasi.

V. RESUME Pria berumur 70tahun datang dengan keluhan phalanx secundus dan phalanx medius tangan kanan pasien oedem, eritem, skuama, terdapat krusta, fisura serta eksoriasi tetapi tidak disertai pruritus. Keluhan dirasakan sudah kurang lebih satu tahun lalu, keluhan dirasakan pertama kali pada phalanx medius yaitu oedem eritem, tidak ada rasa nyeri, vesikel atau pustul disangkal oleh pasien, pasien mengatakan karena phalanx medius dan phalanx secundus sering bergesekan maka pada phalanx secundus pasien juga muncul gejala yang sama, pasien mengatakan phalanx medius sulit untuk diluruskan. Dua bulan terakhir pasien mengeluhkan pada dorsum manus pasien muncul gejala yang sama disertai pruritus, pruritus dirasakan hilang timbul dan memberat ketika akan tidur, pasien juga mengatakan bahwa pruritus akan menghilang ketika digaruk dan terjadinya luka maka tidak akan lagi muncul gatal. kondisi umum sakit ringan,tekanan darah 160/90mmHg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 20 x/menit Suh 36C Tampak pada tangan pasien terdapat ujud kelainan kulit berupa,oedem, eritema, skuama,erosi,krusta,fisura, eksoriasi.

VI. DIAGNOSIS BANDING1. Acrodermatitis 2. Psoriasis 3. Dermatitis kontak alergi

VII. ANJURAN PEMERIKSAAN Histopatologi Kultur

VIII. DIAGNOSIS KERJAAcrodermatitis + infeksi sekunder

IX. PENATALAKSANAAN1. Non medikamentosa Menjaga kebersihan kulit mencegah infeksi sekunder Mencegah gesekan dengan kulit yang sehat Hindari garukan yang berlebihan pada area luka Hindari faktor alergi yang menyebabkan rasa gatal ( dalam kasus ini pasien mengeluhkan alergi terhadap telur)2. Medikamentosa Sistemik : Amoksisilin 500mg 3x 1 Loratadin 10mg 1 x 1 Topical : Menthol 0,15% As salisilat 4% Desoxymetason 10 g dalam bentuk cream 2x1/hari Gentamicin 10g Add Vaselin

X. PROGNOSIS1. Qua ed vitam: dubia 2. Qua ed fungsionam: dubia3. Qua ed cosmeticam: dubia 4. Qua ed sanationam: dubia

PEMBAHASAN

Pria berumur 70tahun datang dengan keluhan phalanx secundus dan phalanx medius tangan kanan pasien oedem, eritem, skuama, terdapat krusta, fisura serta eksoriasi tetapi tidak disertai pruritus. Keluhan dirasakan sudah kurang lebih satu tahun lalu, keluhan dirasakan pertama kali pada phalanx medius yaitu oedem eritem, tidak ada rasa nyeri, vesikel atau pustul disangkal oleh pasien, pasien mengatakan karena phalanx medius dan phalanx secundus sering bergesekan maka pada phalanx secundus pasien juga muncul gejala yang sama, pasien mengatakan phalanx medius sulit untuk diluruskan. Dua bulan terakhir pasien mengeluhkan pada dorsum manus pasien muncul gejala yang sama disertai pruritus, pruritus dirasakan hilang timbul dan memberat ketika akan tidur, pasien juga mengatakan bahwa pruritus akan menghilang ketika digaruk dan terjadinya luka maka tidak akan lagi muncul gatal. kondisi umum sakit ringan,tekanan darah 160/90mmHg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 20 x/menit Suh 36C Tampak pada tangan pasien terdapat ujud kelainan kulit berupa,oedem, eritema, skuama,erosi,krusta,fisura, eksoriasi. Dari hasil anamnesis dan status dermatologis, pasien di diagnosis sebagai Acrodermatitis continua of Hallopeau dengan infeksi sekunder. Akrodermatitis ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata acro yang berarti ekstremitas dan dermatitis yang mempunyai arti peradangan pada kulit. Sehingga dapat ditarik suatu pengertian secara bahasa yakni peradangan kulit yang terdapat pada ektremitas. Timbulnya demam yang disertai gejala erupsi kulit karena adanya reaksi hipersensitif tipe IV. Dimana terjadi akibat limfosit yang tersensitivitasi mengadakan reaksi dengan antigen virus atau bakteri yang berlokasi disekitar pembuluh darah dermis, kemudian terjadi interaksi antigen antibodi immunohistochemical yang mengakibatkan pelepasan bermacam macam limfokin sehingga terjadi peradangan pada kulit. Pasien datang dengan keluhan adanya ruam atau exanthem yang timbul secara akut dengan disertai adanya tanda tanda infeksi, demam dan malaise. Ruam biasanya timbul 2-4 minggu atau bisa juga selama 4 bulan, tidak gatal, kecuali bila ruam lebih dari 3 minggu. Ruam berupa papul papul merah kecoklatan atau seperti merah tembaga yang distribusinya simetrik ,diskret ataupun membentuk garis linear. Biasanya tempat prediksinya paling sering pada ektremitas, wajah, dan pantat tetapi dapat juga pada telapak tangan dan telapak kaki walaupun sangat jarang. Gejala lainya dapat terjadi pembesaran abdomen, hal ini karena liver dan lien yang membesar.Jenis-jenis acrodermatitis : Akrodermatitis Enteropatika(AE) merupakan penyakit genetik autosomal resesif, yang disebabkan oleh kelainan metabolisme pada waktu kelahiran yang menyebabkan malabsorbsi dan defisiensi zink, ditandai dengan adanya erupsi kulit di ekstremitas atau disekitarorifisiumyang terdapat pada tubuh, kehilangan rambut (alopesia), diare atau gangguan gastrointestinal lainnya, dan gangguan pertumbuhan Acrodermatitis continua of Hallopeau (ACH) adalah penyakit inflamasi langka yang ditandai dengan letusan pustular dimulai pada ujung jari tangan dan kaki (digit). pustula dapat bervariasi kronis, berulang saja. (ACH) memberikan gambaran histopatologi ditandai dengan pustula spongiform dengan agregat neutrofil antara keratinosit yang berdegenerasi. ACH sering dipicu oleh trauma lokal atau infeksi pada phalanx distal (ujung digit). 80% dimulai pada hanya satu digit, yang paling sering jempol. kulit phalanx distal menjadi merah dan bersisik dan muncul pustula kecil. pustula seringbergerombol dan meletus, menyebabkan kulit terasa sakit, merah dan mengkilap dan kemudian pustul-pustula baru muncul kembali. Pustul yang berkembang pada daerah kuku dapat mengakibatkan onychodystrophy (malformasi) dan anonychia (kehilangan kuku). penyakit ini jarang menyebar ke proksimal tangan, lengan dan / atau kaki. Mungkin juga bisa terjadi osteolisis (kerusakan tulang). Pada orang dewasa, acrodermatitis continua dari Hallopeau dapat berkembang menjadi pustular psoriasis. Penyakit ini juga dapat mempengaruhi permukaan mukosa seperti konjungtiva, lidah dan uretra. Acrodermatitis continua of Hallopeau didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan penampilan histologis dari biopsi kulit diperiksa di bawah mikroskop. Fitur histopatologi karakteristik adalah intra-epidermal pustula spongiform diisi dengan neutrofil. Tidak ada tes khusus untuk mengkonfirmasi diagnosis. Investigasi lainnya untuk dipertimbangkan termasuk pewarnaan gram untuk menyingkirkan infeksi bakteri, dan kalium hidroksida (KOH) untuk mengecualikan infeksi jamur. Kultur cairan puss biasanya bersifat steril, tetapi infeksi sekunder juga dapat terjadi.

Gambar : Acrodermatitis continua dari Hallopeau

Dari gambar nampak ujud kelainan kulit berupa pustula, krusta, skuama dan eritema. Penyebab acrodermatitis continua of Hallopeau sendiri tidak sepenuhnya dipahami. Hal ini dianggap sebagai varian dari palmoplantar pustulosis dan berhubungan dengan psoriasis. Hal ini diklasifikasikan sebagai gangguan autoimun dimana terdapat disregulasi imun pada kulit. Karena acrodermatitis continua of Hallopeau sangat langka, hanya ada sedikit bukti yang menjadi dasar keputusan untuk melakukan terapi pengobatan.Beberapa pilihan pengobatan yang dilaporkan dalam literatur medis meliputi:Terapi topikal kortikosteroid topikal 5-Fluorourasil krim Tacrolimus dan pimekrolimus KalsipotriolTerapi sistemik Metotreksat Siklosporin Acitretin PUVA (photochemotherapy) (biasanya air mandi PUVA) Pada kasus di atas diberikan terapi berupa terapi non medika mentosa dan terapi medika mentosa antara lain terapi non medika mentosa adalah menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, kemudian mencegah gesekan dengan kulit yang sehat ini dilakukan untuk menghindari penularan pada kulit yang sehat ,hindari faktor alergi yang menyebabkan rasa gatal ( dalam kasus ini pasien mengeluhkan alergi terhadap telur) maka pasien pada kasus ini diharapakan untuk tidak memakan telur untuk mencegah rasa gatal dan memperparah perjalanan penyakit pasien. Sedangakan terapi medika mentosa diberika obat sistemik berupa antibiotik amoksisilin 500mg selama 5hari untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang menyertai keluhan utama pasien, Amoksisilin adalah turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan makanan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi dihambat saat pemberian bersamaan dengan Probenesid, sehingga memperpanjang efek terapi. Amoksisilin aktif terhadap organisme gram positif dangram negatif.. Kemudian pasien juga diberikan loratadine 10 mg untuk mencegah rasa gatal yang dirasakan oleh pasien kerja dari obat ini adlaah Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama (Long acting), mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin - H1 perifer dan tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik. Dan untuk terapi topical pada pasien ini diberikan cream racikan berupa campuran Menthol 0,15%, As salisilat 4%, Desoxymetason 10 mg, Gentamicin 5mg serta vaselin 20mg, Asam salisilat berfungsi menghancurkan sel kulit berlebih pada permukaan kulit. Obat ini akan meningkatkan kelembapan pada

kulit dan melarutkan unsur yang mengakibatkan sel kulit menempel satu sama lain. Kondisi ini akan mempermudah proses pengelupasan kulit. Asam salisilat adalah jenis obatkeratolyticyang berada dalam kelompok obat yang sama dengan aspirin.Deksametason adalah glikokortikoid sintetik dengan aktivitas imunisupresan dan antiinflamasi. Sebagai imunosupresan deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhaap stimulasi rangsangan. Aktifitas antiinflamasi deksametason dengan jalan menekan atu mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi termasuk makrofag dan leukosit. Serta gentamicin diberikan sebagai antibakteri mencegah infeksi sekunder gentamicin sendiri sensitif terhadap bakteri gram negatif bersifat bakterisid cepat menghambat sintesis protein bakteri sehingga bakteri tidak mampu bereplikasi kemudian mati dan bahan tersebut dicampurkan dengan bahan tambahan berupa menthol dan vaselin lalu dioleskan pada area inflamasi. Prognosis pada pasien ini adalah dubia dikarenakan nampak adanya infeksi sekunder dan adanya tanda tanda inflamasi pada daerah kuku pasien dan pada kasus yang berat acrodermatitis continua of Hallopeau adalah onychodystrophy (malformasi) dan anonychia (kehilangan kuku). penyakit ini jarang menyebar ke proksimal tangan, lengan dan / atau kaki. Mungkin juga bisa terjadi osteolisis (kerusakan tulang).

REFERENSI

Book: Textbook of Dermatology. Ed Rook A, Wilkinson DS, Ebling FJB, Champion RH, Burton JL. Fourth edition. Blackwell Scientific Publications. Razera F, Olm GS, Bonamigo RR. Neutrophilic dermatoses: part II. An Bras Dermatol. 86 (2): 195-209. PubMed PMID: 21603801. Sehgal VN, Verma P, Sharma S et-al. Acrodermatitis continua of Hallopeau: evolution of treatment options. Int. J. Dermatol. 2011;50 (10): 1195-211. PubMed PMID: 21950286. Nikkels AF, Nikkels-Tassoudji N, Pierard GE: Breaking the relentless course of Hallopeau's acrodermatitis by dapsone. Eur J Dermatol 9: 126-128, 1999. Piraccini BM, Fanti PA, Morelli R: Hallopeau's acrodermatitis continua of the nail apparatus: a clinical and pathological study of 20 patients. Acta Derm Venereol 74: 65-67, 1994. Pearson LH, Allen BS, Smith JG: Acrodermatitis continua of Hallopeau: treatment with etretinate and review of relapsing pustular eruptions of the hands and feet.

REFLEKSI KASUS 22/Mei/2015

Acrodermatitis

Nama : Moh.RozikinNo. Stambuk : N 111 14 063Pembimbing : dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS TADULAKOPALU2015