Achmad Muchaddam Fahham - isokeu.files.wordpress.comiii PENGANTAR PENULIS Pendidikan pada hakikatnya...

23

Transcript of Achmad Muchaddam Fahham - isokeu.files.wordpress.comiii PENGANTAR PENULIS Pendidikan pada hakikatnya...

Achmad Muchaddam Fahham

PENDIDIKAN PESANTREN: POLA PENGASUHAN, PEMBENTUKAN KARAKTER,

DAN PERLINDUNGAN ANAK

Diterbitkan oleh:P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika

2015

Judul:Pendidikan Pesantren:Pola Pengasuhan, Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak

Perpustakaan Nasional:Katalog Dalam Terbitan (KDT)xi +142 hlm.; 15.5x23 cmISBN: 978-602-1247-34-1Cetakan Pertama, 2015

Penulis:Achmad Muchaddam Fahham

Penyunting:Susanto, M.A.

Penyelia Aksara:Helmi Yusuf

Desain Sampul:Abue

Tata Letak: Zaki

Diterbitkan oleh:Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)Sekretariat Jenderal DPR RIGedung Nusantara I Lt. 2Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Pusat 10270Telp. (021) 5715409 Fax. (021) 5715245

Bersama:Azza Grafika, Anggota IKAPI DIY, No. 078/DIY/2012Kantor Pusat:Jl. Seturan II CT XX/128 YogyakartaTelp. +62 274-6882748Perwakilan Jabodetabek:Perum Wismamas Blok E1 No. 43-44, Cinangka, Sawangan, Kota DepokTelp. (021) 7417244

Sanksi Pelanggaran Pasal 72Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

iii

PENGANTAR PENULIS

Pendidikan pada hakikatnya bukan saja soal transformasi pengetahuan. Bukan juga hanya soal proses pembelajaran yang membuat manusia mampu memahami dan mengetahui ilmu. Apalagi hanya soal sederet angka prestasi siswa yang terekam dalam catatan formal laporan kemajuan mereka atas penguasaan ilmu tertentu. Lebih dari itu, pendidikan merupakan proses pendewasaan sikap dan perilaku, sehingga orang yang terlibat dalam proses pendidikan itu mampu hidup bermasyarakat dengan segala bentuk dinamikanya. Karena itu, orang yang terdidik sejatinya adalah orang yang mampu mengetahui, mampu berbuat sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, mampu menentukan pilihan hidupnya secara bertanggung jawab, dan mampu hidup bersama dalam masyarakat.

Pendidikan yang condong pada penguasaan pengetahuan semata akan menciptakan manusia pintar tapi tidak berkarakter baik. Akibatnya proses pendidikan yang dilakukan kurang mampu mengantarkan peserta didik untuk tidak terperosok dalam berbagai perilaku buruk. Penggunaan narkotika, tawuran antarpelajar, dan seks bebas adalah sedikit contoh yang dapat ditunjuk sebagai akibat yang muncul dari proses pendidikan yang condong pada penguasaan pengetahuan semata.

Pesantren sebagai satu wadah proses pendidikan berupaya mengurangi gap antara penguasaan ilmu pengetahuan dengan praksis ilmu pengetahuan itu melalui sistem pendidikan asrama dengan tradisi-tradisinya yang khas. Pada awalnya pesantren didirikan sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang ditujukan untuk menyiapkan kader penyebar agama namun dalam perkembangannya, institusi ini sebagian besar telah berubah menjadi institusi pendidikan alternatif yang menyediakan layanan pendidikan madrasah dan sekolah, tanpa mengurangi tradisi-tradisinya yang khas.

Pendidikan Pesantren

iv Achmad Muchaddam Fahham

Dalam sistem pendidikan itu, santri dilatih dan dibentuk untuk menyerap nilai-nilai adiluhung yang berorientasi agama Islam dan mempraktikkan pengetahuan dan nilai-nilai itu dalam sistem kehidupan pesantren: Di mana santri diasuh dalam ritme aktivitas yang terjadwal selama 24 jam, segala aktivitasnya merupakan proses pendidikan dan pengajaran yang diharapkan dapat membentuk karakternya sebagai pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, ikhlas, sederhana, mandiri, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, dan bertanggung jawab. Sehingga kelak setelah menyelesaikan proses pendidikan dan pengajarannya di pesantren ia mampu menjalani hidup di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan karakter-karakter itu.

Tertarik dengan fenomena tersebut, penulis kemudian tergerak untuk melakukan studi untuk memotret sistem pendidikan tersebut dari sisi pengasuhan, pembentukan karakter, dan perlindungan anak. Studi demikian, hemat penulis, perlu dilakukan untuk memahami bagaimana pesantren mengasuh, membentuk karakter, dan melindungi santri.

Hasil studi itu kemudian penulis susun dalam bentuk buku yang kini hadir di tangan pembaca dengan harapan, semoga buku ini dapat menambah khazanah kepustakaan tentang pendidikan pesantren di Indonesia. Buku ini tentu saja masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi penyempurnaan buku ini pada edisi terbitan berikutnya.

Jakarta, 29 September 2015AMF,

v

PENGASUHAN BERBASIS PESANTREN:dari Tradisional menuju Ramah Anak

SusantoWakil Ketua KPAI

Pesantren sebagai subsistem pendidikan nasional merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Menurut Nurcholish Madjid, secara historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, mengingat sebelum datangnya Islam ke Indonesia, lembaga serupa pesantren sudah tumbuh di Indonesia dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya. Jadi pesantren merupakan hasil penyerapan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Islam yang kemudian menjelma menjadi lembaga pesantren yang kian hari semakin dinamis seperti dewasa ini.

Historisitas keberadaan pesantren di Indonesia dapat dilacak jauh ke belakang melalui masa-masa awal datangnya Islam di Nusantara dan pesantren secara intens terlibat dalam proses islamisasi tersebut. Sementara proses islamisasi itu, pesantren dengan canggihnya telah melakukan akomodasi dan transformasi sosio-kultural terhadap pola kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, dalam perspektif historis, lahirnya pesantren bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan akan pentingnya pendidikan, tetapi juga untuk dakwah keislaman.

Pesantren merupakan lembaga pengasuhan alternatif yang keberadaaannya khas. Satu sisi menerapkan sistem pendidikan Islam, di pihak lain membangun kelekatan dengan peserta didik/santri, seutuhnya yaitu dengan merawat, membimbing, menjaga, dan memantau perkembangan santri. Kyai dalam hal ini, bukan hanya sebagai figur sentral keilmuan tetapi mengendalikan proses pengasuhan yang berjalan dalam setiap pesantren. Adanya

Pendidikan Pesantren

vi Achmad Muchaddam Fahham

bagian pengasuhan dalam struktur organisasi pesantren, semakin meneguhkan betapa pesantren sebagai lembaga pendidikan yang khas dengan menerapkan konsep pengasuhan.

Dalam proses pengasuhan, seringkali lekat dengan pendisiplinan termasuk yang terjadi dalam pesantren. Hanya saja pola pendisiplinan yang terjadi di pesantren cukup variatif, pendisiplinan otoriter (authoritarian), pendisiplinan demokratis (authoritative) dan Pendisiplinan permisif (permissive). Pola pendisiplinan otoriter, dalam banyak pesantren masih terjadi. Pesantren memberi aturan yang ketat, kaku dan tanpa penjelasan. Pola pendisiplinan di pesantren dengan tipe ini biasanya mendikte segala perbuatan yang seharusnya dilakukan santri serta tidak mengharapkan santri membantah keputusan yang telah ditetapkan dan jika melanggar menerapkan corporal punishment.

Corporal punishment merupakan hukuman yang masih dilakukan oleh sebagian pesantren terhadap santri dengan menggunakan kekerasan dengan tujuan mendisiplinkan santri, seperti: memukul tangan dengan penggaris, menjambak rambut karena terlalu panjang, menyuruh push up karena terlambat, menampar kepala dengan sajadah karena kurang lancar membaca dan lain-lain. Dari sejarahnya sendiri corporal punishment sebenarnya sudah lama terjadi. Sebagai contoh Dalam Keluarga Romawi “anak-anak belajar dengan meniru dan hukuman fisik”. Belum lagi peran dari sebagian tafsir keagamaan yang masih mensahihkan kekerasan sebagai metode pendisiplinan.

Penanaman disiplin sering disalahartikan dan disamakan dengan hukuman. Bagi sebagian besar guru/ustaz, penanaman disiplin berarti hukuman. “santri ini perlu diajarkan disiplin” diartikan menjadi “santri sah digunakan metode kekerasan, untuk tujuan disiplin”. Cara pandang demikian, merupakan kesalahan besar dalam konsep pendidikan. Penanaman disiplin merupakan pembelajaran atau pelatihan kepada seseorang agar mematuhi peraturan atau tata cara, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara, hukuman berarti mengendalikan perilaku seorang anak sedangkan penanaman disiplin berarti mengembangkan perilaku anak, terutama dalam hal yang terkait dengan tingkah laku. Ini berarti bahwa disiplin mengajarkan anak mengenai kendali diri dan kepercayaan diri dengan menekankan pada apa yang kita inginkan

viiAchmad Muchaddam Fahham

Pengantar Penyunting

untuk dipelajari oleh anak dan apa yang dapat dipelajari oleh anak. Hal ini merupakan dasar dalam membimbing santri agar rukun dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Tujuan utama kedisiplinan adalah agar santri memahami tingkah lakunya sendiri, berinisiatif dan bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih, serta menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain. Dengan kata lain, disiplin menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif sepanjang hidup santri.

Seiring dengan ikhtiar revitalisasi pendidikan, pesantren tentu penting menjadi pelopor perubahan itu, tanpa menghilangkan kekhasan dunia pesantren yang lekat dengan kekhasan nilai keindonesiaan dan keislaman. Kultur pesantren dengan kesederhanaan, kesahajaan dan keikhlasan merupakan modal karakter bahkan modal sosial yang sangat besar bagi alumni. Namun demikian, pendisiplinan dengan kekerasan yang masih terjadi di sebagian pesantren juga perlu direvitalisasi. Karena secara prinsip, Islam merupakan agama yang ramah bagi anak/santri. Islam tak mengizinkan kekerasan sebagai metode dalam proses pendidikan.

Spirit Islam sebagai agama ramah terhadap anak, tentu senafas dengan spirit perlindungan anak yang dewasa ini resonansinya semakin menguat. Konsekuensinya, dengan basis nilai Islam sebagai agama ramah anak dan secara operasional diperkuat dengan norma perlindungan anak, sudah seyogyanya pesantren sebagai lembaga pengasuhan menafaskan dirinya sebagai pesantren ramah anak, dengan indikator; menajemen kepemimpinan yang mengedepankan prinsip kepentingan terbaik bagi santri, tenaga pendidik dan kependidikan memiki maindset perlindungan anak, kultur relasi sosial, relasi antara guru dan santri maupun kultur pembelajaran berbasis spirit ramah anak. Dengan hadirnya pesantren ramah anak, satu sisi dapat meneguhkan Islam secara faktual memelopori kultur ramah anak, di pihak lain secara institusional mengikuti dinamika tuntutan perkembangan manajemen pendidikan.

Buku yang ditulis oleh A. Muchaddam Fahham menjelaskan kepada kita kontribusi pesantren dalam pendidikan di Indonesia. selain itu, ia berharap pesantren dapat melakukan reformasi diri agar proses pendidikan yang selama ini telah dipraktikkan mampu menghadirkan pendidikan Islam alternatif yang ramah anak. Karena itu, tak heran jika dalam buku ini penulisnya secara panjang lebar

Pendidikan Pesantren

viii Achmad Muchaddam Fahham

mengurai seluk beluk pesantren mulai dari sistem pendidikan pesantren, pola pengasuhan anak, pembentukan karakter, hingga praktik perlindungan anak di pesantren. Selamat Membaca!

Jakarta, November 2015

ix

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ....................................................................................... iiiPENGANTAR PENYUNTING ..............................................................................vDAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

BAB I SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN .......................................... 1A. Elemen Pembentuk Tradisi Pesantren ........................................ 3

1. Pondok .............................................................................................. 32. Masjid ................................................................................................ 73. Santri .................................................................................................. 84. Kiai ...................................................................................................... 95. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik ..................................12

B. Tipologi Pesantren ..............................................................................14C. Metode dan Teknik Pembelajaran ...............................................19D. Kurikulum dan Materi Pembelajaran .........................................20E. Fungsi dan Peran Pesantren ...........................................................21F. Tujuan Pendidikan Pesantren .......................................................23

BAB II PENGASUHAN SANTRI DI PESANTREN ................................25A. Pendahuluan .........................................................................................25B. Pengasuhan Santri ..............................................................................26

1. Pengertian Pengasuhan ...........................................................272. Pengasuhan santri ......................................................................293. Pola Pengasuhan .........................................................................33

C. Pengasuhan Anak di Pesantren PutriBanu Hasyim .........................................................................................351. Sekilas tentang Pondok Pesantren Putri

Banu Hasyim .................................................................................362. Sistem Pendidikan .....................................................................383. Pengasuhan Santri .....................................................................43

a. Sosialisasi Nilai ...................................................................44b. Pembiasaan ..........................................................................44

Pendidikan Pesantren

x Achmad Muchaddam Fahham

c. Takzir ......................................................................................45d. Anjuran dan Pembujukan ..............................................48e. Kesehatan ..............................................................................48f. Layanan Standar Hidup Layak .....................................49

D. Catatan Akhir ........................................................................................51

BAB III PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI ....................................53A. Pendahuluan .........................................................................................53B. Pendidikan Karakter ..........................................................................59

1. Pengertian .....................................................................................592. Tujuan dan Fungsi ......................................................................623. Nilai-Nilai Pembentuk Karakter ...........................................634. Proses Pendidikan Karakter ..................................................645. Pendekatan dan Strategi

Pendidikan Karakter .................................................................65a. Kegiatan Pembelajaran ...................................................66b. Pengembangan Budaya Sekolah dan

Pusat Kegiatan Belajar.....................................................66c. Kegiatan Ko-kurikuler dan atau

Kegiatan Ekstrakurikuler ...............................................67d. Kegiatan Keseharian di Rumah dan

di Masyarakat ......................................................................68e. Penilaian Keberhasilan ...................................................68f. Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan ...........................................68g. Tahapan Pengembangan ................................................69

C. Pembentukan Karakterdi Pondok Modern Gontor ...............................................................701. Sekilas tentang Pondok Modern Gontor ...........................702. Nilai Pembentuk Karakter ......................................................72

a. Pancajiwa Pondok .............................................................72b. Motto Pesantren .................................................................77

3. Pendidikan Karakter dalamProses Pembelajaran ................................................................78

4. Pendidikan Karakter dalamManajemen Pesantren ..............................................................86

xiAchmad Muchaddam Fahham

Daftar Isi

5. Pendidikan Karakter dalamKegiatan Santri ............................................................................90a. Gambaran Umum Kegiatan Santri ..............................90b. Kegiatan Pondok/Asrama ..............................................92c. Kegiatan Organisasi Santri ............................................93d. Organisasi Kepramukaan ...............................................94e. Pembinaan Kegiatan Santri ...........................................95

D. Catatan Akhir ........................................................................................96

BAB IV PERLINDUNGAN HAK ANAKDI PESANTREN ..................................................................................99

A. Pendahuluan .........................................................................................99B. Perlindungan Hak Anak .................................................................101

1. Hak Anak ........................................................................................1012. Perlindungan Hak Anak ..........................................................104

C. Potret Perlindungan Hak Anak di Pesantren .......................1081. Sekilas tentang Pondok Pesantren Modern

Raudlatul Hasanah ..................................................................109a. Kegiatan Guru ...................................................................112b. Kehidupan Santri ............................................................114

2. Pemenuhan Hak Anak ...........................................................116a. Hak untuk Hidup dan

Hak Tumbuh Kembang .................................................116b. Perlindungan Anak dari kekerasan ........................118

D. Catatan Akhir: Menuju Pesantren Ramah Anak ..................126

BAB V PENUTUP ...........................................................................................129

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................133INDEKS ..................................................................................................................137TENTANG PENULIS .........................................................................................141

133

DAFTAR PUSTAKA

A. Doni Koesoema, 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern , Jakarta: PT Grasindo.

Ahmadi, Abu dan Abu Uhbiyati, 1991. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Arifi, Imron, 1992. “Kepemimpinan Kyai dalam Sistem Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik: Studi Kasus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang”. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Arief, Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Azra, Azyumardi, 2012. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah-Tantangan Milenum III, Jakarta: Kencana.

Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustakatama.

Dhofier, Zamakhsari, 1994. Tradsisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES.

Ghazali, Basri, 2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: Prasasti.

Ihrom, 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Imron, Ali, 2012. “Re-Interpretasi Hadis Tarbawi tentang Kebolehan Memukul Anak Didik” dalam Jurnal Pendidikan Islam, Volume 1, Noor 2, Desember 2012/1434.

Indrakusuma, Amier Daien, 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasinal.

Pendidikan Pesantren

134 Achmad Muchaddam Fahham

Jailani, Imam Amrusi. 2012. “Pendidikan Pesantren sebagai Potret Konsistensi Budaya di Tengah Himpitan Modernitas,” dalam Karsa Vol. 20 No. 1 Tahun 2012.

Joni, Muhammad, 2004. Menelaah Undang-Undang Perlindungan Anak, Jakarta Komnas Perlindungan Anak.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Madjid, Nurcholish, 1997. Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina.

Mardiyah, 2012. Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Mastuhu, 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS.

Megawangi, Ratna, 2007. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa, Bogor: Indonesia Heritage Foundation.

Moesa, Ali Maschan, 2007. Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama, Yogyakarta: LkiS.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur, 2011. Pendidikan Karakter: menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara.

Nadjib, Emha Ainun, 1992. Slilit Sang Kiai, Jakarta: Grafiti.

Nawawi, Imam, tt. al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab Juz I, Kairo: Dar al-Fikr.

Nasir, M. Ridwan, 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Islam Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS dan UNICEF, 2009. “Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaten Klaten”.

Samani, Muchlas Samani dan Hariyahto, 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

135Achmad Muchaddam Fahham

Daftar Pustaka

Sanjaya, 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saptono, 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter: Wawasan, Strategi, dan langkah Praktis. Jakarta: Esensi Divisi Penerbit Erlangga.

Sauri, Sofyan, 2011. “Pendidikan Karakter di Pesantren lebih Baik dari Sekolah Umum,” dalam Radar Tasikmalaya, Kamis 26 Mei 2011.

Solihin, Mohammad Muchlis, 2012. “Rekontruksi Pendidikan Pesantren sebagai Character Building Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern,” dalam Karsa Vol. 20 No. 1 Tahun 2012.

Syukri, Abdullah 2005. “Pengalaman Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, dalam Pidato Ilmiah Penerimaan Gelar Doktor Honoris Causa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 20 Agustus 2005.

--------------, 2005. Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor, Ponorogo Gontor: Trimurti Press.

Tim Departemen Agama RI, 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Turmudi, Endang, 2004. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, Yogyakarta: LkiS.

Wahid, Abdurrahman, 2001. Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren, Yogyakarta: LkiS.

Zarkasyi, Imam, tt. “Petunjuk Belajar: Pengarahan Siswa Kelas Akhir KMI Gontor”.

--------------, 2005. “Darussalam Gontor Kampung Damai”, dalam Majalah Gontor, Edisi 12, Tahun II, Shafar 1426/April 2005.

Internet

Agus Chandra, “Chrisna Minta Jangan Ada Lagi Kekerasan terhadap Anak di Metro”, dalam Lampung Post, Selasa, 3 November 2015.

Pendidikan Pesantren

136 Achmad Muchaddam Fahham

Ella Syaputri, “85 Persen Anak Pernah Alami Kekerasan di Sekolah,” dalam antaranews.com, diakses 15 September 2015.

Fathiyah Wardah, “Menteri Agama Minta Pesantren Hapus Hukuman Cambuk”, dalam Voaindonesia.com, 10 Desember 2014.

Khairil Anwar Notodiputro, “Pesantren Tambang Emas Pendidikan,” dalam NU Online.

Komnaspa.wordpress.com, “Hari Anak Universal 2013: Kasus Kekerasan Anak Indonesia Melonjak”, diakses 27 Februari 2014.

Sindonews.com, “Pelanggaran Hak Anak Sudah Mengarah Sadisme”, diakses 2 Februari 2012.

Sutono, “Polisi Selidiki Kasus Kekerasan terhadap Santri di Pon Pes Jombang”, dalam tribunnews.com, Sabtu 6 Desember 2014.

Tempo.co, “Pelanggaran Hak Anak Meingkat,” dalam tempo.co, diakses 2 Februari 2012.

137

INDEKS

AAbdullah Syukri Zarkasyi, 79, 85, 86Abdurrahman Wahid, 1, 56Afektif, 62, 64, 66, 78, 97, 131Ammah, al-, 82, 83Arabiyah, al-, 82, 83Arifin, Imron, 15, 16Aspek, 20, 52, 62, 85, 88, 103, 106,

126, 127Asrama, 2, 3, 4, 5, 9, 14, 16, 17, 18,

19, 25, 31, 41, 42, 46, 47, 56, 78, 86, 88, 89, 90, 92, 93, 94, 95, 97, 98, 108, 109, 113, 114, 115, 117, 118, 119, 125, 129, 131, 132

Azra, Azyumardi, 12

BBambang Nurokhim, 61Bandongan, 2, 19, 20, 37, 40, 42Berlitz, 81Boarding school, 17, 19Bruinessen, Martin van, 12Brunei Darussalam, 92

CCakap, 24, 80Character, 60, 85Ciri, 3, 8, 12, 13, 15, 18, 19, 33, 59,

92Contoh, 4, 20, 53, 56, 57, 67, 79, 117,

118

Conditioning, 86Core, 60, 79Curriculum, 79

DDarussalam, 57, 70, 71, 72, 109,

110, 112, Dekorasi, 96Dhofier, Zamakhsari, 1Direktur, 89, 112, 113Disiplin, 4, 9, 30, 33, 34, 45, 47, 51,

57, 63, 64, 67, 77, 82, 87, 88, 89, 113, 115, 121, 130

Diskusi, 8, 20, 48, 85, 89, 96Doing, 85

EEmotional, 65Empathy, 63Essensial, 57, 63, 64Evaluasi, 20, 21, 65, 68, 89, 90, 94,

95Excellence, 63

FFairness, 63Feeling, 62, 64Fiqh, 13, 82, 90Fortitude, 63

Pendidikan Pesantren

138 Achmad Muchaddam Fahham

GGenealogis, 11Gerakan, 10, 88, 94, 95Gintung, 4, 6Gontor, 21, 57, 58, 70, 71, 72, 77, 79,

80, 81, 82, 84, 85, 86, 87, 92, 93, 95, 96, 97, 109, 110, 112, 130, 131

Guru, 10, 19, 20, 45, 48, 55, 57, 61, 66, 67, 71, 72, 81, 82, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 94, 95, 96, 100, 109, 110, 112, 113, 114, 119, 121, 122, 123, 124, 125, 130

HHadis, al-, 82, Hasyimi, al-, 82

IIlmu, 2, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 21, 22,

23, 30, 36, 39, 48, 53, 54, 62, 71, 77, 78, 80, 81, 82, 83, 84, 97, 110, 111, 112, 123, 129, 131

Imam Zarkasyi, 71, 79, 80, 81, 82Integratif, 30, 65, 67, 83Islam, 1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,

17, 19, 22, 23, 24, 36, 37, 41, 44, 48, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 78, 80, 82, 97, 109, 110, 111, 112, 116, 117, 123, 131

JJabatan, 73, 94Jadwal, 6, 25, 47, 49, 77, 90, 95, 113Jam, 2, 9, 18, 19, 30, 31, 43, 51, 56,

68, 69, 79, 84, 86, 87, 89, 97, 110, 111, 113, 115, 130, 131

Jawa Timur, 7, 9, 11, 26, 27, 42, 57, 58, 100

Jiwa, 32, 74, 76, 90, 109, 117, 120

KKarakter, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,

60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 72, 74, 78, 79, 83, 84, 86, 87, 90, 96, 97, 98, 117, 130, 131

Keluarga, 22, 24, 25, 28, 30, 34, 41, 43, 49, 55, 59, 60, 61, 63, 64, 65, 99, 101, 102, 107, 109, 110, 126, 127

Kepramukaan, 50, 51, 87, 88, 94, 95, 97, 98, 131

Khairil Anwar Notodiputro, 56Kiai, 1, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16, 17,

18, 19, 20, 23, 25, 26, 55, 56, 72, 74, 75, 77, 78, 82, 92, 96, 130

Kitab kuning, 1, 12, 13, 18, 30, 82, 129

Kognitif, 34, 53, 62, 64, 66, 78, 97, 103, 131

Kurikulum, 1, 2, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 38, 39, 40, 48, 63, 65, 66, 68, 69, 70, 79, 80, 82, 83, 86, 111, 112, 129

LLalaran, Lickona,Lingkungan, 3, 17, 19, 22, 24, 25, 28,

29, 37, 46, 49, 51, 59, 62, 63, 68, 86, 88, 92, 93, 94, 95, 96, 99, 102, 117, 119, 120, 125, 126, 127, 128, 129

MMalaysia, 92, 112Masjid, 1, 3, 7, 8, 11, 16, 17, 18, 88,

95, 114, 115, 117, 120, 129Masnur Muslich, 65

139Achmad Muchaddam Fahham

Indeks

Mastuhu, 23, 78Masyarakat, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,

16, 22, 23, 24, 27, 28, 31, 36, 37, 43, 51, 53, 56, 58, 59, 60, 61, 63, 64, 67, 68, 69, 71, 72, 76, 85, 93, 102, 106, 107, 110, 126, 129

Mazhab, 44, 72Modern, 3, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 21, 40, 57, 58, 70, 71, 72, 79, 80, 81, 84, 86, 87, 90, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 109, 110, 112, 129, 130, 131

Moral, 11, 34, 54, 61, 62, 64, 65, 85, 87, 102, 103, 108, 132

Motto, 50, 72, 77, 96, 130Multikultur, 62Mulyasa, E., 54, 60

NNama, 7, 37, 101Narkotika, 53, 105Nasional, 21, 44, 53, 55, 56, 61, 63,

65, 66, 83, 92, 95, 99, 101, 103, 105

OOrganisasi, 26, 42, 46, 48, 87, 93,

94, 95, 96, 97, 98, 100, 110, 115, 116, 131

Orientasi, 21, 95, 129

PPancajiwa, 72, 96, 130Pembinaan, 52, 85, 88, 89, 95, 96,

98, 113, 131Pendidikan, 1, 2, 3, 7, 8, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 31, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,

62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 74, 75, 77, 78, 79, 80, 83, 84, 85, 86, 87, 90, 92, 93, 94, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 108, 109, 110, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132

Pengetahuan, 2, 8, 9, 14, 23, 27, 30, 35, 36, 40, 43, 44, 45, 48, 50, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 62, 64, 65, 66, 71, 77, 78, 80, 83, 86, 97, 110, 111, 112, 118, 121, 129, 131

Pesantren, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55, 56, 57, 58, 71, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 90, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132

Pintar, 53, 59, 125Pramuka, 42, 44, 45, 46, 47, 50, 94,

95, 96, 115, 117Psikologis, 29, 64, 65, 119, 123Psikomotor, 62, 66

QQalam, el-, 4, 6Qur’an, al-, 3, 7, 36, 37, 41, 85

RRatna Megawangi, 63Ridwan Abdullah Sani, 17Riyadlah, 19, 20

Pendidikan Pesantren

140 Achmad Muchaddam Fahham

SSantri, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 35, 36, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 71, 72, 74, 75, 76, 77, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 100, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 129, 130, 131, 132

Saptono, 60, 63Sekolah, 2, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 25,

30, 31, 36, 37, 41, 45, 51, 55, 57, 60, 61, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 93, 99, 100, 109, 110, 112, 114, 117, 119, 120, 121, 122, 125, 126, 128, 130

Singapura, 92Sistem, 1, 3, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16,

17, 18, 22, 26, 28, 29, 30, 38, 40, 42, 51, 52, 55, 56, 57, 58, 65, 71, 72, 77, 78, 79, 87, 88, 90, 92, 97, 98, 107, 108, 109, 110, 114, 115, 118, 121, 129, 130, 131

Sofyan Sauri, 57Sorogan, 2, 15, 19, 20, 37, 40, 42,

109Supervisi, 69, 87, 89, 113

TTakwa, 54, 62Tantangan, 21, 108, 132

Tawuran, 53Timur Tengah, 12Tradisional, 5, 8, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 21, 23, 37, 40, 42, 56, 57, 61, 82, 129

Uulama, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 22, 23, 24,

43, 71, 73, 78, 79Ummah, 71UNESCO, 58, 118Unggul, 71Universitas, 17, 41, 57, 108, 112,

118Ustadz, 8, 10, 11, 20, 48, 84

VVariabel, 56Variasi, 6, 18, 92

WWarga, 24, 27, 55, 56, 69, 71, 72warisan, 29, 51, 56, 84Wetonan, 8, 19, 37

YYastrib, 7

ZZiemek, 16

141

TENTANG PENULIS

Achmad Muchaddam Fahham, lahir di Surabaya 1972. Menempuh pendidikan dasarnya di SDN Janti I, Janti Waru Sidoarjo, tamat 1986. Kemudian sejak tahun 1986 sampai dengan 1991, melanjutkan pendidikannya ke Tarbiyat Al-Mu’allimin Al-Islamiyyah (TMI) Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, Ponorogo. Setelah lulus dari lembaga itu, tahun 1991-1996 ia menempuh pendidikan tingginya (SI) di Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Peradilan Agama. Pada tahun 1999-2001 meneruskan pendidikannya pada Program Studi Sejarah Pemikiran Islam, Program Pascasarjana (S2) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian pada 2004 ia melanjutkan studinya ke Program Pascasarjana (S3) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dan baru selesai tahun 2013 dengan disertasi tentang “Gerakan Keagamaan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Bandung Jawa Barat” .

Selama masa studinya di Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, ia pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syari’ah (1994-1995), Ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) Syari’ah (1995-1996). Di samping itu, ia juga mengabdikan diri sebagai guru (1991-1997) Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Banu Hasyim Janti Waru Sidoarjo.

Tahun 1997, ia aktif di STAIN Ponorogo. Di lembaga tersebut, di samping sebagai staf pengajar ‘Ulum Al-Hadits, ia juga pernah diberi amanah sebagai Kepala Perpustakaan (1999-2000), Ketua Program Studi Tafsir Hadis Jurusan Ushuluddin (2001-2002), Sekretaris Jurusan Ushuluddin (2002-2004), Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (2004-2007), dan pernah mengikuti Short on Gender Mainstreaming and Conflict Resolution di Irlandia Utara (2006)

Pendidikan Pesantren

142 Achmad Muchaddam Fahham

Sejak tahun 2008 sampai sekarang mengabdirikan diri sebagai peneliti agama dan masyarakat pada Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Karyanya tersebar dalam berbagai jurnal ilmiah dan buku. Buku pertamanya, Tuhan dalam Filsafat Allamah Thabathabai diterbitkan oleh Penerbit Teruju (2004), diterbitkan ulang oleh Rausyan Fikr Institut tahun 2012. Kedua, Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan, Pendidikan Karakter dan Perlindungan Anak (P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI-Azza Grafika, 2015).

Selain aktif meneliti dan menulis, ia juga aktif sebagai tim teknis dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) antara lain RUU Empat Bidang Peradilan (2009), RUU Fakir Miskin (2010), RUU Pengelolaan Zakat (2011), , RUU Sistem Perbukuan Nasional (2011), RUU Kerukunan Umat Beragama (2011), RUU Pengelolaan Keuangan Haji (2014), RUU Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (2016).