Achalasia
-
Upload
aria-andhyka-yudhadi -
Category
Documents
-
view
150 -
download
6
description
Transcript of Achalasia
Referat Bedah Anak
Sub Divisi Digestive Trauma V Bedah Anak
Oleh : Ruankha Bilommi
Pembimbing : dr. Dikki Drajat, SpB(K)BA
Penguji dr. Bustanul A.N., SpB(K)BA
dr. Rizki Diposarosa, SpBA
dr. Arhans Chairul, SpBA
ACHALASIA
Pendahuluan
Achalasia adalah suatu kelainan yang sangat jarang dengan insidensi 4-6 kasus per
1.000.000 anak pertahun. Hanya terdapat 5% dari kasus terjadi pada umur dibawah 15 tahun,
pada anak laki laki lebih banyak, dan sangat jarang terjadi pada usia infant. 1,2
Definisi Achalasia
Achalasia adalah penyakit yang jarang dari otot esophagus. Istilah achalasia berarti
"gagal untuk melakukan relaksasi" dikarenakan oleh ketidakmampuan dari lower esophageal
sphincter (cincin otot antara esophagus bagian bawah dan lambung) untuk membuka dan
membiarkan makanan lewat kedalam lambung. Sebagai akibatnya akan kesulitan menelan
makanan. 1,3
Anatomi Esophagus Yang Berfungsi Normal
Esophagus mempunyai tiga bagian yang fungsional. Bagian yang paling atas adalah
upper esophageal sphincter, cincin khusus dari otot yang membentuk ujung bagian atas dari
tabung esophagus dan memisahkan esophagus dari faring.
Bagian utama dari esophagus adalah tabung berotot yang panjangnya kira-kira 20 cm
(8 in). Bagian fungsional yang ketiga dari esophagus adalah lower esophageal sphincter,
cincin dari otot esophagus yang khusus di pertemuan dari esophagus dengan lambung.
Seperti sphincter bagian atas, sphincter bagian bawah tetap tertutup pada waktu istirahat
untuk mencegah makanan dan asam dari lambung mengalir balik keatas kedalam tubuh dari
esophagus. Sphincter bagian atas mengendur saat menelan untuk mengizinkan makanan dan
air liur untuk lewat dari faring kedalam tubuh esophagus.
Perdarahan esophagus pada bagian atas diperdarahi oleh arteri thyroid inferior,
esophagus bagian thorak atau bagian tubuh esophagus diperdarahi oleh arteri branchialis
1
yang merupakan cabang langsung dari aorta thorakalis dan juga diperdarahi dari pecabangan
arteri gastrika. Vena diakumulasi dari plexus periesophageal. Persyarafan dari nervus vagus
dan cabang dari trunkus cervikalis simpatis, nervus vagus inervasi penting kepada tubuh
esophagus dan sphincter dari esophagus, esophagus bagian atas atau esophagus cervikal oleh
cabang laringeus rekuren, sementara bagian tubuh esophagus atau esophagus bagian
thorakalis serta esophagus bagian bawah oleh cabang dari nervus vagus.
4
Gambar 1 Anatomi Esophagus
Saat makanan masuk ke dalam faring akan terjadi kontraksi pada faring, pada awal
When food or fluid enter the pharynx, kemudian saat fase menelan terlaji relaksasi UES dan
LES secar bersamaan, kontraksi faring akan membawa makanan ke bagian atasa esophagus,
kemudian kontraksi berkesinambungan akan terjadi oleh tubuh esophagus dan akan
meneruskan makanan melewati LES dan sampai kedalam lambung. Saat makanan sudah
sampai kedalam lambung akan terjadi vagal reflek esophagogastrik yang teraktifasi akubat
peningkatan tekanan intralumen lambung maka lambung akan lebih berelaksasi.
Fungsi Abnormal Esophagus Pada Achalasia
Pada achalasia ada ketidakmampuan dari sphincter bagian bawah untuk melakukan
relaksasi dan membuka untuk membiarkan makanan lewat kedalam lambung. Pada waktu
istirahat tekanan sphincter bagian bawah tinggi diatas normal, dan pada saat ingin menelan
tidak dapat melakukan relaksasi. Otot sphincter ini tidak berkontraksi secara normal, yaitu,
gelombang-gelombang peristaltik tidak terjadi.
2
Etiology
Achalasia adalah kelainan primer pada motorik esophagus yang penyebabnya tidak
diketahui, secara karakteristik akan ditemukan ; tekanan LES (low esophageal sphincter)
yang meningkat saat istirahat, absen dari kontraksi esophagus dan kerusakan LES pada saat
relaksasi esophagus saat menelan. Pada anak achalasia sering disertai dengan kelainan
genetik trisomy 21 dan triple A syndrome (achalasia, alacrima, dan ACTH insensitivity). 1
Pathogenesis terjadinya achalasia tidak sepenuhnya dimengerti, pada penemuan
histologis didapatkan menurunnya atau tidak danya sel ganglion pada plexus mesenterikus,
keadaan ini juga berhubungan dengan tidak adanya nitric oksida sebagai bahan sintesa
neurotransmitter nonadrenergic, sehingga terjadi gangguan atau hambatan pada relaksasi otot.
Beberapa patholgy telah dihubungkan dengan kelainan ini antara lain adalah etiology
dari autoimmune, ataupun infeksi neutropic seperti pada penyakit Chagas yang disebabkan
oleh Trypanosoma cruzi. 2,3
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari achalasia beragam tergantung umur. Pada bayi gejala paling
umum adalah regurgitasi berulang dan tersedak, pneumonia dan failure to thrive. Manifestasi
klinis pada anak yang lebih dewasa adalah muntah, regurgitasi dan dysphagia. 1,2,3
Gejala paling umum dari achalasia adalah kesulitan menelan (dysphagia). Pasien-
pasien secara khas menggambarkan makanan yang menyangkut di dada setelah ia ditelan,
dysphagia adalah konsisten, yang berarti bahwa ia terjadi selama hampir setiap kali makan.
Memuntahkan makanan yang tersangkut di esophagus dapat terjadi, terutama ketika
esophagus melebar. Jika memuntahkan terjadi pada malam hari ketika pasien sedang tidur,.
jika makanan memasuki trachea dan paru, menjadi pneumonia (aspiration pneumonia).
Karena persoalan menelan makanan, sebagaian besar dari pasien-pasien dengan achalasia
kehilangan berat badan. 1,2,3
Tabel 1. Distribusi Manifestasi Klinis Pada Achalasia
10
3
Komplikasi-komplikasi dari achalasia termasuk kehilangan berat badan dan aspiration
pneumonia. Disana seringkali ada peradangan dari esophagus, yang disebut esophagitis, yang
disebabkan oleh efek iritasi dari makanan dan cairan-cairan yang menumpuk di esophagus
untuk periode-periode waktu yang berkepanjangan,yang menjadi kekhawatiran yang
potensial adalah kemungkinan bahwa ada kejadian yang meningkat dari kanker Esophagus
pada pasien-pasien dengan achalasia. 1,2,3
Bagaimanapun, tidak ada bukti ilmiah yang cukup bahwa achalasia meningkatkan
risiko terjadinya keganasan esophagus.
Diagnosis
Diagnosis dari achalasia seringkali dicurigai dari anamnesa. Pasien-pasien biasanya
menggambarkan perburukan dari dysphagia untuk makanan padat dan cair melalui periode
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Mereka mengalami muntah, nyeri dada, atau
kehilangan berat badan. Jarang, gejala pertamanya adalah aspiration pneumonia. Pasien-
pasien secara khas akan belajar untuk mengkompensasi dysphagia mereka dengan mengambil
gigitan-gigitan yang lebih kecil, mengunyah dengan baik, dan makan dengan perlahan,
diagnosis dari achalasia seringkali tertunda untuk waktu yang berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun. 1,2
Dysphagia pada achalasia juga adalah berbeda dari dysphagia dari penyempitan
esophagus (penyempitan esophagus yang disebabkan oleh luka parut) dan keganasan
esophagus. Pada achalasia, dysphagia terjadi dengan kedua makanan padat dan cair,
sedangkan pada penyempitan esophagus dan keganasan, dysphagia secara khas terjadi hanya
dengan makanan padat. 1,2,5,,6,10
Pada pemeriksaan foto polos thorak terdapat air fluid level pada esophagus dan dapat
terlihat gambaran pneumonia. 3
Barium esophagogram akan menunjukan dilatasi dari esophagus dan penyempitan
esophagus distal, akan terlihat bird’s beak sign (Fig. 26-6). 1
4
1
Gambar 2. Barium Esophagogram Pada Achalasia
5
Gambar 3. Bird Beak Sign Pada Barium Esophagogram
Esophageal Manometry
Pada esophageal manometry akan memperlihatkan peningkatan tekanan LES saat
relaksasi (>45mmhg), kegagalan sphincter untuk relaksasi pada saat menelan dan amplitudo
rendah, peristaltik yang tidak ada atau tidak progresive pada esophagus.3
5
Pada pasien dengan achalasia, tidak ada gelombang-gelombang peristaltik yang
terlihat pada setengah bagian bawah dari esophagus setelah menelan-menelan, dan tekanan
didalam sphincter esophagus bagian bawah tidak menjadi relaksasi dengan menelan.
Keuntungan dari manometry adalah bahwa ia dapat mendiagnosa dini achalasia pada
perjalanannya pada saat dimana video-esophagram mungkin adalah normal. 1,2,3,7,8
4
Gambar 4. Esophageal Manometry
Endoskopi
Endoskopi juga bermanfaat dalam mendiagnosa achalasia meskipun ia dapat normal
pada awal dari achalasia. Endoskopi adalah prosedur dimana tabung serat optik yang lentur
dengan sinar dan kamera pada ujungnya ditelan. Kamera menyediakan penglihatan langsung
dari bagian dalam esophagus.
Salah satu dari penemuan-penemuan endoskopik paling awal pada achalasia adalah
perlawanan ketika endoskop dilewatkan dari esophagus dan kedalam lambung yang
disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada sphincter esophagus bagian bawah. Kemudian,
endoskopi mungkin mengungkap esophagus yang membesar dan kekurangan dari
gelombang-gelombang peristaltik. Endoskopi juga adalah penting karena ia menyampingkan
kehadiran dari keganasan esophagus.
6
Tabel 2. Perbandingan Penggunaan Pemeriksaan Penunjang Untuk Achalasia
5
Penatalaksanaan
Tujuan dari penataaksanaan adalah menurunkan tekanan LES untuk memfasilitasi
pengosongan esophagus, mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Terapi dapat melalui
medika mentosa, dilatasi esophagus, dan pembedahan esophagomyotomy. 1,2,3,8,9,11
Obat-obat oral yang dapat membantu menurunkan tekanan LES atau mengendurkan
sphincter esophagus bagian bawah termasuk kelompok-kelompok obat yang disebut nitrates,
contohnya isosorbide dinitrate (Isordil) dan calcium-channel blockers, contohnya nifedipine
(Procardia) dan verapamil (Calan). 1,2,3,8,9,11
Racun Botulinum
Racun botolinum telah populer akhir akhir ini untuk penanganan achalasia. Pada zat
ini memiliki neurotoxin yang mengikat terminal presynaptic cholinergic dari otot lurik, akan
menginhibisi keluarnya acetylcholine di neuromuscular junction.
Pengobatan dengan racun botolinum akan mengakibatkan inflamasi dan fibrosis dari
LES. Efektivitas dari penyuntikan racun botolinum ini untuk mengurangi gejala adalah
sebanyak 50% dari seluruh pasien. 1,2,3,5
Pada penelitian lain pasien anak dengan achalasia sukses dilakukan non operative
management yaitu dengan injeksi racum botolinum yaitu sebanyak 7%, dilatasi sebanyak
14% dan keduanya sebanyak 28%. Pada paska operasi dilakukan esophagogram untuk
mengevaluasi apakah adanya esophagotomya yang terlewat. Pada follow up 77% mengalami
perbaikan dari gejala, dibandingkan pada dewasa yaitu 88%. 1,2,3,5
7
Dilatasi Esophagus
Sphincter esophagus bagian bawah dilakukan dilatasi menggunakan balon dengan
pelebaran yang dipaksakan. Pelebaran dari sphincter esophagus bagian bawah dilakukan
dengan mendapatkan pasien menelan tabung dengan balon diujungnya. Balon ditempatkan
diseluruh sphincter bagian bawah dengan bantuan x-ray, dan balon dikembangkan secara
tiba-tiba. 1,2,6
Tujuannya adalah untuk meregangkan - sebenarnya untuk merobek - sphincter.
Keberhasilan dari pelebaran ini telah dilaporkan antara 60 dan 95% pada penelitian dengan
seri kecil. Tetapi terkadang diperlukan dilatasi berulang. 3,6
Komplikasi utama dari pelebaran yang dipaksakan adalah pecahnya esophagus, yang
terjadi pada 5% dari waktu. Kematian setelah pelebaran yang dipaksakan adalah jarang. 3,6
Tabel 3. Prosedur Perlakuan Dilatasi Pneumatik Pada Achalasia
9
Esophagomyotomy
Heller’s oesophago-cardiomyotomy merupakan terapi pilihan untuk penatalaksanaan
achalasia, operasi ini dapat dilakukan dengan approach abdomen maupun thorak, dengan
teknik open atau laparoscopic, disertai funduplikasi atau pun tidak disertai. 3,8
8
11
Gambar 5. Teknik Esophagomyotomy Perlaparoskopik
Approach lewat abdomen lebih popular oleh karena dapat juga melakukan
funduplikasi. Posisi pasien secara supine, Insisi pada upper midline, dilanjutkan dengan insisi
ligamentum phreno-oesophageal, n vagus yang terlihat pada dinding anterior esophagus
dipreservasi. Esophagus pada abdomen ditelusuri dan didiseksi kearah proximal ke
mediastinum posterior, secara berhati hati agar tidak mencederai pleura. 3,7
13
Gambar 6. Anatomi Dari Prenoesophageal Membran
Cotton tape digunakan untuk melingkari cardio-oesophageal junction sehingga
menarik esopghgus abdomen ke posisi caudal. Miotomy dilakukan dengan cauter pada kiri
dari n vagus, 4-6 cm diatas dan 0,5-1 cm dibawah cardio-oesophgeal junction. Otot
esophagus yang tebal dipisahkan dengan gunting, perlakuan ini dilakukan dengan sangat
berhati hati agar tidak terjadi perforasi mukosa. Gastro-oesophageal junction terlihat seperti
konfigurasi “collar-like” terhadap otot sirkuler. Perforasi terhadap mukosa dicek dengan
melakukan insuplasi dari esophagus, bila terjadi maka harus dilakukan penjahitan, hiatus
yang melebar harus dijahit atau dibuat lebih mengecil dengan jahitan non absorable
dijahitkan ke crura. 3
9
3
Gambar 7. Insisi Myotomy Pada Heller Esophagomyotomy
Untuk mencegah komplikasi jangka panjang akan terjadinya refluk setelah myotomy,
beberapa dokter bedah menyarankan dilakukan fundoplikasi. Teknik funduplikasi yang
digunakan yaitu teknik Toupet (posterior 180 derajat), teknik ini dilakukan pada esophagus
sepanjang distal 1 – 1,5cm. Masing masing sisi fundus dijahit pada ujung otot esophagus
dengan jahitan non absorable secara inturuptus. Cara ini akan menahan ujung ujung miotomy
dan menambah mekanisme antirefluk. 3
3
Gambar 8. Insisi Myotomy Pada Heller Esophagomyotomy
Pada kasus dengan mega esophagus dapat dilakukan teknik funduplikasi Dor atau
Thai (anterior 180 derajat), fundus dilipat ke anterior dan dijahitkan. Prosedur ini lebih sesuai
oleh karena funduplikasi posterior lebih cenderung menyebabkan obstruksi. 3
10
3
Gambar 9. Funduplikasi Setelah Heller Esophagomyotomy
Esophagomyotomy lebih berhasil daripada pelebaran yang dipaksakan, mungkin
karena tekanan dalam sphincter bagian bawah dikurangi ke tingkat yang lebih besar dan lebih
dapat dipercaya; 80-90% dari pasien-pasien mempunyai hasil-hasil yang baik. Dengan
follow-up yang berkepanjangan, bagaimanapun, beberapa pasien-pasien mengembangkan
dysphagia yang berulang. Jadi, esophagomyotomy tidak menjamin kesembuhan yang
permanen. 3
Pada tahun 1994, dilakukan pendataan pada 175 kasus achalasia pada anak, hanya 6%
yang terdiagnosa pada bayi, 18% menunjukan gejala pada tahun pertama. Manifestasi klinis
rata rata timbul atau dialami selama 3 tahun sebelum diagnosis dilakukan (80%). Operasi
dilakukan pada 95% kasus, dilatasi esophagus diperlukan pada 26% kasus. Transabdominal
myotomy sukses dilakukan 73% pasien dalam mengurangi manifestasi klinis, dan to 91%
memerlukan terapi tambahan yaitu prosedur antirefluk. 1,2,3,12
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Torquati dan Rakita mengemukakan faktor
faktor yang menunjang kesuksesan luaran setelah dilakukan myotomy pada achalasia yaitu
antara lain; tekanan LES (>35 mm Hg) pada preoperatif, tidak ada riwayat dilakukan dilatasi
esophagus atau riwayat pemberian injeksi racun Botulinum. Pasien dengan BMI >30
dilaporkan mengalami riwayat tersedak dan muntah berulang setelah dilakukan myotomy. 7,8
Pada dewasa terjadi 30% sampai 50% mengalami gastroesophageal reflux setelah
esophagomyotomy. Pada penelitian pada anak 5% sampai 36%. Sebagai hasilnya tindakan
funduplikasi tidak selalu diperlukan pada anak dengan achalasia. 1,2,3
Esophagomyotomy yang inkomplit dapat menyebabkan kegagalan dan gejala yang
tidak hilang dan berulang, maka operasi dengan tindakan myotomy yang adekuat sangatlah
menentukan hasil jangka panjang pada pasien achalasia yang telah dilakukan tindakan
pembedahan. 3,8
11
Pada sebagian kecil pasien memerlukan prosedur tambahan yaitu prosedur antirefluk,
seluruh pasien dilakukan prosedur ini 1 tahun pertama paska operasi. 90%pasien berhasil
dihilangkan gejala kesulitan menelannya. Pada penelitian lain pasien yang dilakukan
esophagomyotomy, sebanyak 70% memerlukan prosedur antirefluk. 1,2,3
Tabel 4. Algoritma Penanganan Achalasia
9
Komplikasi Paska Operatif
Insidense dari gastroesophageal reflux paska operative adalah (5%), gejala hilang
seluruhnya sebanyak 70% dari seluruh pasien. 1,2,3,12
Tabel 5. Penelitian Luaran Dari Penanganan Achalasia Dengan Laparoskopik
6
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Nicole C, Paul M.C, The Esophagus. Dalam Aschraft’s Pediatric Surgery. Edisi ke5.
Saunders. Elsevier. 2010
2. Juan A. Tovar. Disorder Of The Esophageal Function. Dalam Pediatric Surgery. Edisi
ke6. Jay L Grosfeld. Mosby. Elsevier. 2006
3. Paul K. H.Tam. Achalasia. Dalam Pediatric Surgery Springer Surgery Atlas Series.
P.Puri. Springer. 2006
4. Haile T. Debas. Esophagus. Dalam Gastrointestinal Surgery Pathophysiology and
Management. Verlag. Springer.2004
5. Daniel Pohl, Radu Tutuian. Achalasia: an Overview of Diagnosis and Treatment. J
Gastrointestinal Liver Disorder September; Vol.16 No 3, 297-303. 2007
6. Csendes A, Braghetto I, Henriquez A, Cortes C, Late results of a prospective
randomised study comparing forceful dilatation and oesophagomyotomy in patients
with achalasia. Journal; Gut 30:299-304. 1989
7. Torquati A, Richards W O, Holzman M D, Sharp K W, Laparoscopic myotomy for
achalasia: predictors of successful outcome after 200 cases. Journal; Ann Surg
243:587-591. 2006
8. Rakita S S, Villadolid D, Kalipersad C, Thometz D, Rosemurgy A, Affects presenting
symptoms of achalasia and outcome after Heller myotomy. Journal; Surg Endosc
21:258-264. 2007
9. Michael F.V, Joel E.R, Practice Guidelines Diagnosis And Management Of
Achalasia. The American Journal Of Gastroenterology Vol. 94, No. 12, Am. Coll. Of
Gastroenterology ISSN 0002-9270/99/ Elsevier Science Inc. PII S0002-
9270(99)00698-X. 1999
10. Aimee C.P, Jessica M, Margaret A.M, A single center 26-year experience with
treatment of esophageal achalasia: is there an optimal method?. Journal of Pediatric
Surgery; 44, 1349–1354. 2009
11. Valerie A.W, Jeffrey H.P, Achalasia of the Esophagus: A Surgical Disease, American
Collage of Surgeon ISSN 1072-7515/09/. 2008
12. Zacharias Z, The Esophagus. Dalam Pediatric Surgery Digest. Springer-Verlag. 2009
13
13. John E. Skandalakis, Gene L. Colborn, Thomas A. Weidman, Roger S. Foster, Jr.,
Andrew N. Kingsnorth, Lee J. Esophagus. Dalam Skandalakis' Surgical Anatomy. Mc
graw. Hill. 2006
14
What is esophageal manometry?
Esophageal manometry is a test used to measure the function of the lower esophageal sphincter (the valve that prevents reflux of gastric acid into the esophagus) and the muscles of the esophagus (see diagram). This test will tell your doctor if your esophagus is able to move food to your stomach normally.
The manometry test is commonly given to people who have:
Difficulty swallowing Pain when swallowing
Heartburn
Chest pain
The swallowing and digestive processes
To know why you might be experiencing a problem with your digestive system, it helps to understand the swallowing and digestive processes.
When you swallow, food moves down your esophagus and into your stomach with the assistance of a wave-like motion called peristalsis. Disruptions in this wave-like motion may cause chest pain or problems with swallowing.
15
In addition, the muscular valve connecting the esophagus with the stomach, called the esophageal sphincter, prevents food and acid from backing up out of the stomach into the esophagus. If this valve does not work properly, food and stomach acids can enter the esophagus and cause a condition called gastroesophageal reflux disease (GERD).
Manometry will indicate not only how well the esophagus is able to move food down the esophagus but also how well the esophageal sphincter is working to prevent reflux.
Before the test
Special conditions Tell the physician if you have a lung or heart condition, have any other diseases, or allergies
to any medications.
Medications
Please follow the instructions below (unless told otherwise by your doctor):
One day (24 hours) before the test, stop taking: Calcium channel blockers: such as Calan®, Isoptin® (verapamil); Adalat®, Procardia® (nifedipine); Cardizem® (diltiazem). Nitrate and Nitroglycerin products: such as Isordil® (isosorbide); Nitrobid®, Nitrodisc®, Nitrodur®, Nitrogard®, Transderm-Nitro®, Tridil®
Twelve hours before the test, do not take sedatives: such as Valium®(diazepam), Xanax® (alprazolam)
Do not stop taking any other medication without first talking with your doctor.
Day of test
Eating and drinking Do not eat or drink anything 4 to 6 hours before the test.
During the test You are not sedated. However, a topical anesthetic (pain-relieving medication) will be
applied to your nose to make the passage of the tube more comfortable. A small (about 1/4 inch in diameter), flexible tube is passed through your nose, down your
esophagus and into your stomach. The tube does not interfere with your breathing. You will be seated while the tube is inserted.
You may feel some discomfort as the tube is being placed, but it takes only about a minute to place the tube. Most patients quickly adjust to the tube’s presence. Vomiting and coughing are possible when the tube is being placed, but are rare.
After the tube is inserted, you will be asked to lie on your left side. The end of the tube exiting your nose is connected to a machine that records the pressure exerted on the tube. The tube is then slowly withdrawn. Sensors at various locations on the tubing sense the strength of the lower esophageal sphincter and the muscles of the esophagus. During the test, you will be asked to swallow a small amount of water to evaluate how well the sphincter and muscles are working. The sensors also measure the strength and coordination of the contractions in the esophagus as you swallow.
16
The test lasts 20 to 30 minutes. When the test is over, the tube is removed. The gastroenterologist will interpret the recordings that were made during the test.
After the test Your physician will notify you when the test results are available or will discuss the results
with you at your next scheduled appointment. You may resume your normal diet and activities and any medications that were withheld for
this test.
You may feel a temporary soreness in your throat. Lozenges or gargling with salt water may help.
If you think you may be experiencing any unusual symptoms or side effects, call your doctor.
How Is a Manometry Performed?In preparation for the test, you shouldn't have anything to eat or drink for 8 hours before the test.
During esophageal manometry, a thin, pressure-sensitive tube is passed through your mouth or nose, down your esophagus and into your stomach.
When the tube is in your esophagus, you will be asked to swallow. The pressure of the muscle contractions in your esophagus will be measured in different sections of the tube.
The test takes approximately an hour, and after completed, the tube is removed.
Funduplikasi
The aim of surgical treatment in GER is to preventepisodes of reflux while avoiding complications such as
17
dysphagia and an inability to burp and vomit. Many operativetechniques have been described for children. Themain techniques currently used for children includethe complete-wrap Nissen fundoplication, the modifiedcomplete-wrap Nissen-Rossetti fundoplication, and partialwrapprocedures, including the Thal-Ashcraft fundoplication,the Toupet fundoplication, and the Boix-Ochoaf~ndoplication."2,8',2~6,223,A2l~l0 these techniques attemptto achieve a physiologic high-pressure zone at the distalend of the esophagus that will prevent reflux. Over the lastdecade, all of these procedures have been performed viaa laparoscopic approach. Long-term results after laparoscopicfundoplication seem to be similar to those after theopen procedure, but the laparoscopic procedures are less invasive and appear to have fewer complications.
18