acaraII.doc
-
Upload
danank-d-lite -
Category
Documents
-
view
66 -
download
2
description
Transcript of acaraII.doc
![Page 1: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/1.jpg)
ACARA II
PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ATAU SALURAN
ABSTRAKSI
Praktikum acara “ Pengukuran Debit Sungai atau Saluran “ ini dilaksanakan untuk mengukur debit air sungai berdasarkan luas penampang melintang sungai dan kecepatan aliran sungai. Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2006 di selokan mataram. Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pelampung berbandul dan pelampung tanpa bandul, stopwatch, meteran dan peilschaal. Pengukuran menggunakan metode pelampung ( float method ), yaitu dengan menggunakan pelampung berbandul dan pelampung tidak berbandul yang kedua jenis pelampung ini masing-masing memiliki harga koefisien yang berbeda. Bandul berfungsi sebagai pemberat dan penyeimbang arus dan mempengaruhi kecepatan pelampung sehingga menghasilkan pengukuran debit air yang berbeda. Nilai debit air pelampung dengan bandul yaitu 0,32 m3/s atau lebih rendah dibandingkan nilai debit air pelampung tanpa bandul yaitu 0,48 m3/s.Debit air pada saluran terutama dipengaruhi oleh luas penampang saluran, kecepatan pelampung dan koefisien konstanta pelampung. Semakin dalam titik pengamatan atau semakin luas penampang saluran air maka kecepatan pelampung semakin rendah dan pelampung tanpa bandul laju kecepatannya lebih tinggi daripada pelampung dengan bandul.
I. PENDAHULUAN
Debit atau kerapatan pengaliran adalah volume air yang melewati satuan luas
penampang melintang (tegak lurus terhadap arah aliran) per satuan waktu. Dua dimensi
yang diperhatikan adalah luas penampang melintang dari sungai atau saluran serta
kecepatan aliran dalam sungai atau saluran. Dua dimensi inilah yang harus diketahui
besarnya untuk dapat menentukan debit air suatu sungai atau saluran (Susanto dan
Purnomo, 1998).
Dalam sistem SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/detik). Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sungai sebagai respon adanya
perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya
kegiatan (pengelolaan DAS) atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan)
iklim global (Asdak, 1995).
Cara-cara pengukuran debit adalah (Mori, 1993):
1. Pengukuran debit dengan bendungan
2. Perhitungan debit dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang
melintang.
3. Didapat dari kerapatan larutan obat
4. Dengan menggunakan pengukur arus megnetik, pengukur arus gelombang
supersonik, meter venturi, dan seterusnya.
![Page 2: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/2.jpg)
Pengukuran kecepatan aliran dapat digunakan dengan beberapa macam
diantaranya ( Sri Harto, 1993) :
1. Pengukuran dengan pelampung
2. Pengukuran dengan ‘velocity head rod’
3. Pengukuran dengan trupp’s ripple meter
4. Pengukuran dengan current meter
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan-bahan kimia, pewarna, atau
radioaktif sering digunakan untuk jeenis sungai yang alirannya tidak beraturan
(turbulence). Untuk maksud-maksud pengukuran hidrologi, bahan-bahan penelusur
(tracers) seyogyanya dalam bentuk (Church, 1974 cit Gordon et.al., 1992):
1. Mudah larut dalam air sungai
2. Bersifat stabil
3. Mudah dikenali pada konsentrasi rendah
4. Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak negatif yang
permanen pada badan perairan
5. Relatif tidak terlalu mahal harganya
Debit sungai dapat dihitung dengan cara mengukur luas penampang basah dan
kecepatan alirannya. Apabila kecepatan aliran diukur dengan pelampung, maka
debitnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Soewarno, 1991):
Q = debit sungai total (m3/detik)
a = luas bagian penampang basah (m2)
= kecepatan aliran rata-rata pada penampang basah (m/det) = (k . Vp)
k = faktor koreksi kecepatan
Vp = kecepatan lintasan pelampung (m/det)
Kecepatan lintasan pelampung dapat dihitung sebagai berikut (Soewarno, 1991):
Vp = luas bagian penampang basah (m2)
L = panjang lintasan pelampung (m)
T = waktu lamanya lintasan pelampung (det)
![Page 3: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/3.jpg)
Fenomena ketersediaan air berlebih pada suatu titik di sungai dapat dilakukan
dengan cara tak langsung yaitu memanfaatkan data aliran pada suatu titik di sungai
tersebut. Sebagai keluarannya dapat merupakan debit puncaknya saja, ataupun hidrograf
debit (hubungan antara debit atau elevasi muka air dengan waktu). Hidrograf debit pada
fenomena air berlebih menginformasikan pola aliran tinggi (high flow) dalam kurun
waktu 24 jam, sedangkan hidrograf debit pada fenomena air rendah menginformasikan
pola aliran air rendah (low flow) dalam kurun waktu 365 hari (Legono, 2002).
Tujuan dari praktikum Pengelolaan Air acara II ini adalah mengadakan
pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan penampang dan kecepatan aliran.
II. METODOLOGI
Praktikum Pengelolaan Air acara Pengukuran Debit Sungai atau Saluran
dilaksanakan di Selokan Mataram pada hari Kamis, 7 Maret 2006. Bahan dan alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah pelampung berbandul dan pelampung tanpa
bandul, stopwatch, meteran dan peilschaal.
Pengukuran luas penampang melintang saluran dilakukan dengan cara diukur
jeluk air saluran pada beberapa titik pengamatan. Jarak antar titik pengamatan pada
saluran yang dasarnya tidak seragam atau tidak rata, tidak boleh lebih dari 1/20 lebar
total saluran. Sedangkan untuk saluran yang dasarnya seragam atau agak rata, cukup
digunakan 10 titik pengamatan. Kemudian dibuat gambar melintang dari saluran.
Langkah kerja yang pertama pada pengukuran kecepatan aliran dengan cara
pelampung apung yaitu pemilihan lokasi pengukuran dengan syarat bagian yang relatif
lurus cukup panjang dan penampang saluran/sungai seragam. Setelah itu ditentukan dua
titik pengamatan jalannya pelampung dengan jarak sekitar 20-50 m (L meter).
Kemudian pelampung dilepas di bagian hulu (titik 1), dicatat waktunya sampai
mencapai titik 2 (T detik). Pada masing-masing titik pengamatan dilakukan ulangan
sebanyak tiga kali.
![Page 4: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/4.jpg)
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Lokasi : Selokan Mataram, Yogyakarta
Waktu tempuh pelampung
Ulangan
Dengan Bandul k=0,6 Tanpa Bandul k=0,85
d2 d3 d4 d2 d3 d4
1 136 113 118 115 112 114
2 118 112 127 111 108 117
3 115 115 114 113 106 113
Rerata (s) 123 113,33 119,67 113 108,67 114,67
Kec. aliran = U (m/s) 0,56 0,6 0,57 0,61 0,63 0,6
Kec. pelampung = V (m/s) 0,34 0,36 0,34 0,52 0,54 0,51
V rerata (m2/s) 0,35 0,52
Debit = Q 0,32 0,48
Pada Praktikum Pengelolaan Air acara ‘Pengukuran Debit Sungai atau Saluran’
memiliki tujuan untuk mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan
penampang dan kecepatan aliran. Debit adalah laju aliran air, dalam bentuk volume
yang melewati suatu penampang melintang sebuah sungai atau suatu saluran air setiap
satuan waktu. Pengukuran debit merupakan pengukuran luas penampang basah sungai
dan kecepatan aliran. Peralatan untuk mengukur luas penampang basah sungai terdiri
atas alat untuk menentukan lebar dan kedalaman sungai, yaitu tongkat penduga, pita
meteran. Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang cukup penting bagi
pengelola sumber daya air. Data debit aliran kecil sangat diperlukan dalam pengelolaan
air dalam berbagai macam keperluan, terutama dalam bidang pertanian dalam musim
kemarau. Debit puncak atau yang sering disebut sebagai banjir diperlukan untuk
merancang bangunan pengendali banjir.
Metode yang digunakan dalam praktikum untuk pengukuran debit sungai dan
saluran ini adalah metode apung ( float method ). Metode ini dilakukan dengan
menggunakan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai pada jarak
tertentu. Kemudian mencatat waktu yang diperlukan oleh benda terapung tersebut yang
bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain. Lokasi pengukuran
debit adalah Selokan Mataram, dipilih bagian yang alurnya lurus dan aliran yang sejajar,
penampang sungai yang teratur dan stabil, dan tidak terdapat gangguan tanaman.
![Page 5: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/5.jpg)
Pada pengamatan pengukuran debit air ini dilaksanakan dengan dua perlakuan,
yaitu menggunakan pelampung dengan bandul dan pelampung tanpa bandul.
Penampang melintang saluran di selokan mataram dibagi menjadi empat daerah (yaitu
daerah I, II, III, dan IV ) dengan lima titik (d1, d2, d3, d4, dan d5). Lebar tiap daerah
adalah + 1 m, panjang titik pengamatan 68,5 m dan pada masing-masing titik
pengamatan mempunyai jeluk air saluran air yang berbeda – beda atau tidak merata
yaitu pada titik d1 sedalam 0,7 m ; d2 0,8 m; d3 0,75 m; d4 0,88 m; dan d5 0,7 m,
seperti gambar di bawah ini:
d1 d2 d3 d4 d5
Pencatatan waktu pengamatan pada saat benda terapung (pelampung) bergerak
dari satu titik ke titik lainnya dilakukan sebanyak tiga ulangan. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh hasil perhitungan yang lebih akurat. Waktu pengamatan yang dicatat
adalah pada titik d2, d3, dan d4 karena antara d1 dengan d2 dan d4 dengan d5 mempunyai
jeluk air saluran air yang relatif sama. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa nilai
kecepatan pelampung dengan bandul dan tanpa bandul di setiap titik (d2, d3, dan d4)
berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor kedalaman saluran ( kontur dasar sungai )
dan material penghambat baik di dasar maupun yang mengapung di permukaan. Pada
pelampung dengan bandul, kecepatan paling tinggi yaitu pada titik pengamatan d3
sebesar 0,36 m/s sedangkan pada titik d2 dan d4 kecepatannya lebih rendah yaitu 0,34
m/s, sedangkan pada pelampung tanpa bandul juga kecepatan tertingginya pada titik
pengamatan d3 yaitu 0,54 m/s dibanding kecepatan pelampung di titik pengamatan d2
yaitu 0,52 m/s dan titik pengamatan d4 yaitu 0,51 m/s. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin dalam titik pengamatan atau semakin luas saluran air maka kecepatan
pelampung semakin rendah dan pelampung tanpa bandul laju kecepatannya lebih tinggi
daripada pelampung dengan bandul.
Berdasarkan hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa nilai debit air yang
diukur menggunakan pelampung dengan bandul 0,32 m3/s dan nilai debit air yang
I II III IV
![Page 6: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/6.jpg)
diukur menggunakan pelampung tanpa bandul 0,48 m3/s. Perbedaan nilai debit air ini
disebabkan karena adanya perbedaan gaya berat pelampung dengan bandul yang
menggantung pada pelampung yang membuat laju pelampung terhambat karena adanya
goyangan/gerakan yang ditimbulkan oleh bandul sehingga laju pelampung berbandul
menjadi tidak konstan. Sedangkan pada pelampung tanpa bandul yang relatif tidak
mengalami hambatan kecepatan sehingga gaya mengapung pelampung lebih stabil
karena tidak adanya gangguan gerakan dari bandul. Karena pelampung dengan bandul
cenderung tidak stabil, maka kecepatan rata-ratanya lebih kecil dan nilai debit airnya
juga lebih kecil. Sedangkan pelampung tanpa bandul cenderung lebih stabil sehingga
lajunya lebih cepat dan nilai debit airnya juga lebih besar. Selain kecepatan rata-rata,
perbedaan nilai debit air saluran juga dipengaruhi faktor luas penampang saluran dan
koefisien konstanta pelampung.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Debit adalah laju aliran air dalam bentuk volume yang melewati suatu
penampang melintang sebuah sungai atau suatu saluran air setiap satuan waktu.
2. Metode yang digunakan untuk pengukuran debit air pada praktikum ini adalah
metode yang paling sederhana dan mudah, yaitu metode apung (float method).
3. Bandul berfungsi sebagai pemberat dan penyeimbang arus dan mempengaruhi
kecepatan pelampung sehingga menghasilkan pengukuran debit air yang
berbeda. Nilai debit air pelampung dengan bandul yaitu 0,32 m3/s atau lebih
rendah dibandingkan nilai debit air pelampung tanpa bandul yaitu 0,48 m3/s.
4. Debit air pada saluran terutama dipengaruhi oleh luas penampang saluran,
kecepatan pelampung dan koefisien konstanta pelampung.
5. Semakin dalam titik pengamatan atau semakin luas penampang saluran air maka
kecepatan pelampung semakin rendah dan pelampung tanpa bandul laju
kecepatannya lebih tinggi daripada pelampung dengan bandul.
![Page 7: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/7.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gordon, N.D., Mc Mahon T.A., dan B.L. Finlayson. 1992. Stream Hydrology: An Introduction for Ecologist. John Wiley and Sons. Chichester.
Legono, D. 2002. Kelayakan Hidro-Ekonomi Pembangunan Waduk Limo (Hydro-Economy Feasibility of Limo Dam). Forum Teknik XXVI (3) : 261-274.
Mori, K. 1993. Manual On Hydrology (Alih bahasa: L. Taulu, Hidrologi, S. Sosrodarsono dan Takeda ceds). Paramita. Jakarta.
Soemartono, C.D.1995. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.
Soewarno.1991. Hidrologi, Pengukuran, dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova. Bandung.
Sri Harto, Br. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Susanto R,B dan R,H Purnomo.1998. Pengantar Fisika Tanah. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.
![Page 8: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/8.jpg)
LAMPIRAN
DATA SALURAN
Lokasi : selokan mataram
Panjang titik pengamatan ( L ) : 68,5 m
Lebar saluran air : 4 m
Kedalaman saluran air :
d1 : 70 cm = 0,7 m
d2 : 80 cm = 0,8 m
d3 : 75 cm = 0,75 m
d4 : 88 cm = 0,88 m
d5 : 70 cm = 0,7 m
PERHITUNGAN LUAS PENAMPANG AIR DI SALURAN ( A )
Luas : I = ( 0,7 x 0,8 ) x 1 = 0,28 m2
2
II = ( 0,8 x 0,75 ) x 1 = 0,3 m2
2
III = ( 0,75 x 0,88 ) x 1 = 0,33 m2
2
IV = ( 0,88 x 0,7 ) x 1 = 0,308 m2
2
Total : 0,28 + 0,3 + 0,33 + 0,308 = 1,218 m2
DATA PENGAMATAN WAKTU TEMPUH PELAMPUNG ( T )
Dengan bandul ( k = 0,6 ) :
rerata d 2 : 136” + 118” + 115” = 123” 3
kecepatan aliran ( U ) = L / T
= 68,5 = 0,56 m / s 123
![Page 9: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/9.jpg)
kecepatan pelampung ( V ) = k x U
= 0,6 x 0,56 = 0,34 m / s
rerata d 3 : 113” + 112” + 115” = 113,33” 3
kecepatan aliran ( U ) = L / T
= 68,5 = 0,6 m / s 113,33
kecepatan pelampung ( V ) = k x U
= 0,6 x 0,6 = 0,36 m / s
rerata d 4 : 118” + 127” + 114” = 119,67”
3
kecepatan aliran ( U ) = L / T
= 68,5 = 0,57 m / s 119,67
kecepatan pelampung ( V ) = k x U
= 0,6 x 0,57 = 0,34 m / s
V rerata = 0,34 + 0,36 + 0,34 = 0,35 m/s 3
debit ( Q ) = A x V x K dasar
= 1,218 x 0,35 x 0,75
= 0,32 m3/s
Tanpa bandul ( k = 0,85 ) :
rerata d 2 : 115” + 111” + 113” = 113” 3
kecepatan aliran ( U ) = L / T
= 68,5 = 0,61 m / s 113
kecepatan pelampung ( V ) = k x U
= 0,85 x 0,61 = 0,52 m / s
![Page 10: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/10.jpg)
rerata d 3 : 112” + 108” + 106” = 108,67” 3
kecepatan aliran ( U ) = L / T
= 68,5 = 0,63 m / s 108,67
kecepatan pelampung ( V ) = k x U
= 0,85 x 0,63 = 0,54 m / s
rerata d 4 : 114” + 117” + 113” = 114,67” 3
kecepatan aliran ( U ) = L / T
= 68,5 = 0,6 m / s 114,67
kecepatan pelampung ( V ) = k x U
= 0,85 x 0,6 = 0,51 m / s
V rerata = 0,52 + 0,54 + 0,51 = 0,52 m/s 3
debit ( Q ) = A x V x K dasar
= 1,218 x 0,52 x 0,75
= 0,48 m3/s
![Page 11: acaraII.doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071921/55cf9b5a550346d033a5b94c/html5/thumbnails/11.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN
ACARA II
PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ATAU SALURAN
Disusun oleh :
1. Putri Hambawani ( 09691 )2. Endah Susiyanti ( 09689 )3. Arrum Lestariningsih ( 09700 )4. Mawarsih ( 09708 )5. Sapto Prayitno ( 09718 )
GOLONGAN / KELOMPOK : A3 / 3ASISTEN : Wahyu Sunu Aji
LABORATORIUM AGROHIDROLOGIJURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2006