Acara 1 Laporan Praktikum Metode Bols
-
Upload
dodik-prasetyo-prabowo -
Category
Documents
-
view
113 -
download
10
Transcript of Acara 1 Laporan Praktikum Metode Bols
A. Latar belakang
Pertambahan jumlah penduduk saat ini semakin besar. Oleh karena
itu, jumlah kebutuhan untuk kebutuhan manusia dalam hal sandang dan
pangan juga bertambah. Hal ini yang mendorong manusia untuk
memanfaatkan sumber daya alam tanpa perhitungan. Hal ini berdampak
buruk bagi alam yang tidak sanggup mengimbangi kebutuhan manusia.
Salam dampak buruk bagi alam dan manusia adalah erosi.
Erosi merupakan tergerusnya permukaan tanah akibat hilangnya
tutupan vegetasi sebagai penahan laju erosi, sehingga ketika suatu
permukaan tanah yang miring dan tanpa tutupan vegetasi tergerus oleh run
off. Faktor yang menyebabkan erosi terjadi antara lain kemiringan suatu
lahan, kurangannya tutupan vegetasi, serta curah hujan yang cukup untuk
membuat run off.
Erosi yang merugikan ini dapat diatasi dengan deteksi dini
perhitungan secara kuantitatif, yaitu dengan metode Bols yang
menitikberatkan kepada aspek-aspek dari hujan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memprediksi
potensi erosi dan mengetahui indeks erosivitas hujan dengan metode bols.
C. Dasar teori
EI30 merupakan perkalian antara energi kinetik hujan (E) dengan
intensitas hujan maksimum selama 30 menit(wischmeier et al, 1958).
Erosivitas merupakan daya rusak/erosi air hujan terhadap permukaan
tanah. Erosivitas dipengaruhi oleh besarnya curah hujan rata-rata tiap
bulan, semakin besar curah hujan maka erosivitasnya makin besar.
Selanjutnya jumlah hari hujan dan curah hujan maksimum 24 jam
sebulan mempengaruhi erosivitas. Intinya semakin besar atau intens
interaksi antara hujan dengan permukaan tanah, maka erosi yang terjadi
semakin tinggi.
EI30 dapat diduga di antaranya menggunakan rumus Bols
(1978) untuk memperoleh erosivitas hujan tahunan dalam hubungannya
dengan erosi antaralur dalam jangka lama dari lahan berlereng antara 3-
20%. Data yang digunakan yaitu data hujan yang diukur dengan penakar
hjan biasa (tipe observatorium)
Rumus Lenvain (Ambar dan Sjafrudin, 1979), dan Abdurachman
(1989). Rumus pendugaan EI30 menurut Bols (1978) adalah:
EI30 = 6,119 (R)1,21(H)-0,47(M)0,53
EI30 = indeks erosivitas hujan bulanan rata-rataR = curah hujan rata-rata bulanan (cm)H = jumlah hari hujan rata-rata bulanan (hari)M = curah hujan maksimum 24 jam bulanan (cm)
D. Alat dan bahan
1. Data Curah Hujan Sub DAS Sumber Payung Kab. Pamekasan pada Stasiun 1
2. Data Jumlah Hari Hujan Sub DAS Sumber Payung Kab.Pamekasan pada
Stasiun 1
3. Data Jumlah Hujan Maksimal Sub DAS Sumber Payung Kab.Pamekasan pada
Stasiun 1
4. Progran Microsoft Office Excel 2013
5. Alat tulis lengkap
E. Metode Praktikum
1. Siapkan data curah hujan, data jumlah hari hujan, data jumlah hujan maksimal
Sub DAS Sumber Payung Kab Pamekasan.
2. Mencari rata-rata curah hujan Sub DAS Sumber Payung setiap bulan selama
11 tahun.
3. Mencari rata-rata jumlah hujan maksimal Sub DAS Sumber Payung setiap
bulan selama 11 tahun.
4. Mencari rata-rata jumlah hari hujan Sub DAS Sumber Payung setiap bulan
selama 11 tahun.
5. Menghitung setiap komponen pada Rumus metode bols yaitu EI30 = 6,119 R1,21
x D-0,47 x M0,53
6. Setelah komponen dari rumus tersebut diperoleh, maka kalikan setiap
komponen tersebut sesuai rumus EI30
F. Hasil Praktikum
Hasil praktikum ini terlampir
G. Pembahasan
JANUARI
FEBRUARI
MARETAPRIL
MEIJU
NIJU
LI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Grafik Erosivitas
Dapat dilihat dari grafik Erosivitas diatas. Potensi erosi terbesar terjadi
pada bulan desember, januari, dan maret. Dalam bulan yang masuk pada
musim penghujan tersebut, intensitas interkasi antara permukaan tanah dan air
hujan cukup tinggi. Sehingga pengelupasan permukaan tanah yag mengawali
erosi banyak terjadi pada bulan tersebut. Hal tersebut terjadi pada tanah yang
tidak mempunyai tutupan vegetasi dan memiliki kemiringan 3-20%. Selain itu
tekstur dan struktur dari permukaan tanah itu memengaruhi cepat tidaknya
suatu erosi. Permukaan tanah yang memiliki tekstur pasir dan liat akan lebih
cepat tererosi. Dari data tersebut dapat diinterpretasi pola hujan yang terjadi di
wilayah tersebut. Secara umum musim hujan pada daerah tersebut sama
dengan musim hujan indonesia.
Erosivitas tertinggi terjadi pada bulan januari yang memiliki nilai
erosivitas 13939,46 MJ.cm/ha.jam/th. Selai itu januari mempunyai curah hujan,
hari hujan dan jumlah hujan maksimal tertinggi. Pada bulan ini rawan terjadi
banjir bandang dan tanah longsor. Selain itu, resiko banjir di daerah hulu lebih
tinggi karena pada saat hujan turun, maka mengerosi permukaan tanah, ketika
air hujan menjadi run off, aliran ini membawa material hasil erosi. Pada saat
aliran ini memasuki sungai dan sampai pada hulu sungai yang kecepatan aliran
airnya berkurang, maka material ini akan mengendap, sehingga
mendangkalkan dasar sungai dan mengakibatkan banjir.
Nilai erosivitas terkecil terjadi pada bulan agustus yang hanya mempunyai
nilai erosivitas 10,37 MJ.cm/ha.jam/th. Pada bulan ini interkasi air hujan dan
permukaan tanah terjadi sangat kecil. Bahkan bisa dinyatan air yang jatuh ke
permukaan tanah akan terserap karena pada bulan tersebut sedang musim
kemarau sehingga tidak terjadi aktivitas pengikisan permukaan tanah.
Grafik pada bulan januari-februari-maret-april terlihat sedikit janggal.
Ketika januari grafik mencapai titik tertinggi, pada bulan februari grafik turun
tetapi pada maret grafik kembali naik. Perubahan grafik ini terjadi cukup
signfikan. Sedangkan pada bulan april terjadi penurunan kembali. Hal ini dapat
disebabkan awan CB yang sampai pada lokasi merupakan awan CB yang
terbentuk pada laut disekitar Pulau Madura.
Selain itu potensi longsor terjadi pada bulan oktober, november dan april.
Ketika bulan oktober dan november, air hujan mendarat di tanah yang kering
hal ini menyebabkan gaya tarik molekul partikel tanah menjadi kecil sehingga
menyebabkan longsor. Sedangakan pada bulan april, tanah dalam keadaan
jenuh air karena berada di ujung musim penghujan, kondisi tersebut
memungkinkan terjadinya longsor. Air hujan yang jatuh ke tanah, selajutnya
diserap sebagian oleh tanah, karena tanah telah jenuh, maka tidak semua
terserap yang menjadikan sisa air hujan ini run off . jenuhnya tanah dan adanya
run off di permukaan menjadi pemicu terjadinya tanah longsor.
H. Kesimpulan
Dalam prediksi erosi dengan metode USLE, hal pertama yang
diperhitungkan adalah faktor erosivitas hujan (EI30). Erosivitas hujan
menyumbang faktor awal untuk terjadinya erosi. Ketika erosivitas hujan tinggi,
maka kontak permukaan taah dan air hujan cukup intens, sehingga hal tersebut
yang memulai proses erosi. Selain hujan masih ada faktor lain yang
menyebabkan erosi terjadi seperti kemiringan lereng, keadaan litologi dan
tutupan vegetasi.
Dalam praktikum diatas, dapat disimpulkan nilai erosivitas terendah
terjadi pada bulan Agustus-September, dan tertinggi terjadi pada bulan
Desember Januari. Pada bulan januari yang memiliki nilai erosivitas tinggi,
memiliki resiko tingkat kebencanaan tinggi, pada bulan yang erosivitsnya
kecil, juga memiliki tingkat kebencanaan yaitu bencana kekeringan.
I. Daftar Pustaka
Tresnawati dian, 1991, Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode USLE
pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Online
(repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32752/A91dtr1.pdf
pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/
93cc279d8f060d1d620ec71989b0e264.pdf). Diakses pada tanggal 8
september 2013.
Tunas i gede, 2005, Prediksi Erosi DAS Bengkulu dengan Sistem Informasi
Geografi. Online
(
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/download
/362/301). Diakses pada tanggal 10 september 2013.
Kusnaidi djunaedi, tanpa tahun, Pendugaan Erosi pada Lahan Sawah dan
lahan Kering pada Sub DAS Citarak dan DAS Kaligarang
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/prosiding/mflp2001
/sutono.pdf. Diakses pada tanggal 10 september 2013.