Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

14
FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Fosil Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras., mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa rekaya manusia, mengandung kadar O 2 yang sedikit dan berumur lebih dari 10.000 tahun lamanya. Menurut definisi tersebut, Mummy Mesir tidaklah dapat dikategorikan sebagai fosil. Begitupula dengan peralatan- peralatan hidup manusia purba. Batas antara masa lampau dan masa kini adalah pada awa Holosen, atau kira-kira 11.000 tahun yang lalu. Jenis Fosil Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Fosil tidak Terubah Semua bagian organisme yang terawetkan, baik yang lunak maupun yang keras. Misalnya, mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia. 2. Fosil yang Mengalami Perubahan Perubahan dapat berupa: ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

description

Paleontologi

Transcript of Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

Page 1: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Fosil

Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada

masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat

terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras.,

mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa

rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari 10.000

tahun lamanya.

Menurut definisi tersebut, Mummy Mesir tidaklah dapat dikategorikan sebagai

fosil. Begitupula dengan peralatan-peralatan hidup manusia purba. Batas antara masa

lampau dan masa kini adalah pada awa Holosen, atau kira-kira 11.000 tahun yang

lalu.

Jenis Fosil

Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu:

1. Fosil tidak Terubah

Semua bagian organisme yang terawetkan, baik yang lunak maupun yang

keras. Misalnya, mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia.

2. Fosil yang Mengalami Perubahan

Perubahan dapat berupa:

a. Permineralisasi

b. Replacement

c. Rekristalisasi

3. Fosil berupa Jejak atau Bekas

Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk siap dikenal, sering hanya

bukti-bukti tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk diinterpretasikan.

Contoh bukti tidak langsung adalah:

a. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang mengalami

kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 2: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

sedimen disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral sekunder

lainnya disebut cast

b. Imprint, jejak yang terbentuk pada sedimen yang halus, pasir halus,

maupun lumpur.

c. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada material-

material lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut

track. Sedangkan trail adalah jejak perpindahan organisme yang

menimbulkan kenampakan yang sangat halus.

d. Burrow, jejak dari organisme penggali. Lubang atau galian ditinggalkan

oleh organisme sering terawetkan oleh pengisian mineral yang memiliki

komposisi yang berbeda.

e. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk

menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan

tersebut.

4. Fosil Kimia

Jejak asam organik seperti yang dijumpai dalam sedimen Prakambrium

yang dipandang sebagai fosil kimia.

Proses Pemfosilan atau Fosilisasi

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang

terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami

pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa

syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:

Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras

Mengalami pengawetan

Terbebas dari bakteri pembusuk

Terjadi secara alamiah

Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit

Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 3: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

Kendala pemfosilan yaitu saat organism mati (bangkai) dimakan oleh organism lain

atau terjadi pembusukan oleh bakteri pengurai.

Suatu contoh tempat yang mendukung terjadinya proses fosilisasi adalah delta sungai,

dasar danau, atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terjadi dari putusnya suatu

meander.

PEMBAHASAN

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 4: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

Kira-kira 550 juta tahun yang longsoran lumpur terjadi di dasar laut purba.

Tumbuhan dan binatang tersangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih

dalam dan terjebak dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian mengalami

lithifikasi menjadi serpih. Selanjutnya serpih megalami pengangkatan membentuk

pegunungan yang tinggi. Pada batuan tersebut ditemukan sejumlah sisa-sisa

organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya masih tetap hidup sampai sekarang

sedang lainnya telah musnah.

Sisa-sisa kehidupan di masa lampau yang telah mengalami pembatuan disebut

fosil. Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang

menyerupai bakteri yang pernah hidup sekitar 3000 juta tahun lalu. Cabang ilmu

geologi yang mempelajari tentang kehidupan yang pernah ada di masa lampau

disebut paleontologi. Paleontologi sangat membantu ahli geologi dalam melakukan

interpretasi mengenai sejarah bumi.

Fosil adalah Jejak sisa kehidupan baik langsung atau tidak langsung dan

terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur

geologi ( >500.000 tahun ).

Dilihat dari asal kata Fosil :

Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah",

adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.

Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil :

Fosil batu biasa : fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang

terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia

Fosil hidup : Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata

masih ada

Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan

tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil

adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.

Keterdapatan Fosil

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 5: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

Batuan Beku : pada batuan beku tidak akan dijumpai Fosil karena batuan beku

terbentuk dari hasil pembekuan magma sehingga tidak mungkin terdapat fosil.

Batuan Sedimen : Batuan sedimen sangat baik untuk pengendapan organisme,

sehingga akan banyak terkandung Fosil di dalam batuan sedimen tersebut.

Batuan Metamorf : Pada batuan metamorf masih mungkin untuk dijumpai

namun sedikit sekali dan umumnya Fosil tersebut telah hancur bahkan telah

hilang oleh proses metamorfisme.

Persyaratan terbentuknya fosil : adanya badan air, adanya sumber sedimen

anorganik dalam bentuk partikel atau senyawa terlarut, adanya bahan tumbuhan atau

hewan (yang akan menjadi fosil).

Proses Pemfosilan

Suatu kehidupan dapat menjadi fosil melalu proses pemfosilan. Proses ini

merupakan proses dimana terekamnya data-data kehidupan suatu organisme atau

perubahan-perubahanyang terjadi pada saat organisme tersebut mati dan terkubur,

serta terawetkan dengan baik dalam suatu tubuh batuan sedimen, baik berupa

sebagian atau seluruh kehidupan organisme tersebut.

Adapun beberapa proses pemfosilan, adalah sebagai berikut:

1. Petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena bahan-bahan

seperti:

a. Silika (SiO2), berasal dari ledakan gunung api, dapat berupa abu. Jika

bercampur dengan air kemudian memasuki pori-pori organisme dan

mengganti molekul-molekul organisme oleh komponen silika dan

kemudian mengalami proses pembatuan.

b. Kolofan, zat yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3), sulfat (SO4) dan

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 6: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

air (H2O). Proses pemfosilan oleh kolofan sama seperti yang terjadi pada

proses pemfosilan oleh silika (SiO2).

c. Kalsium karbonat (CaCO3), zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan

dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian keras dari suatu

organisme dan terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.

d. Oksida besi(FeO) dan sulfida besi (FeS), zat ini berupa limonit, vivianit,

atau hematit. Pemfosilan dengan bahan ini dapat menyebabkan fosil

berwarna gelap karena mengandung unsur besi.

2. Karbonisasi, penimbunan organisme sehingga mengalami destilasi maupun

kompresi sehingga komponen gas dan air dalam tubuhnya hilang dan tersisa

unsur karbon (C).

a. Destilasi, proses dimana sutu tumbuhan atau bahan organik lainnya yang

telah mati dengan cepat tertutup oleh tanah.

b. Kompresi, proses yang ditandai dengan organisme tertimbun dalam

lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam suatu organisme

tertekan keluar oleh bertanya lapisan tanah yang menimbunnya.

3. Mineralisasi, proses penggantian sebagian atau seluruh tubuh organisme oleh

mineral yang lebih tahan terhadap prose pelapukan. Meski material yang

menyusun organisme telah digantikan oleh mineral, struktur sel dari

organisme itu sendiri masih tampak jelas dengan menggunakan mikroskop.

Proses mineralisasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:

a. Rekristalisasi, pengkristalan kembali mineral penyusun rangka organisme

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 7: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

menjadi mineral yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-atom

penyusun mineral akan menyesuaikan diri dan membentuk mineral yang

lebih solid. Fosil yang mengalami rekristalisasi akan mempunyai bentuk

dam struktur yang tetap. Tetapi hanya komposisi mineralnya yang

berubah.

b. Permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme

berkontak langsung dengan air. Dimana, air ini mengandung ion-ion

terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-

unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan adanya proses

ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

c. Replacement, material penyusun organisme yang mengalami pelarutan

dan digantikan oleh mineral yang lain. Selama proses ini, volume dan

bentuk asli organisme tidaklah berubah, tetapi material penyusunnya

mengalami perubahan.

4. Pengawetan, proses yang menyebabkan suatu organisme baik seluruh atau

sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit perubahan sifat kimia

maupun fisiknya.

5. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang mengalami

kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan

sedimen disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral sekunder

lainnya disebut cast.

6. Organic trap, organisme yang secara utuh terjebak pada suatu material

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 8: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

sehingga tertimbun dan menjadi fosil.

7. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada material-material

lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut track. Sedangkan

trail adalah jejak perpindahan organisme yang menimbulkan kenampakan

yang sangat halus.

8. Fake fosil, fosil rekayasa yang sengaja dibentuk oleh manusia sebagai peraga.

9. Bekas gigtan, fosil tulang yang memiliki bekas gigitan dari carnivora maupun

hewan pengerat.

10. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk

menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan

tersebut.

11. Gastrolit, batu yang permukaannya halus yang ditemukan di dalam badan

hewan yang telah menjadi fosil.

Kegunaan fosil dalam kaitannya dengan ilmu geologi yaitu :

1. Mementukan umur relatif batuan

Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang

terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu jaman tertentu

mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain dari fosil yang terkandungdalam

batuan yang berasal dari jaman geologi yang lain. Biostratigrafi merupakan ilmu

penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang terkandung didalamnya.

Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizontertentu dalam

suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama denganhorizon lain pada

beberapa bagian lain

2. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat lain

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 9: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

Dengan diketahui fosil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan bahwa

beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, maka lapisan batuan

padadaerah tersebut terbentuk pada masa yang sama. Fosil bergunakarena sedimen

yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakanvariasi lokal

lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusunatas lempung

dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batugamping kapuran, tetapi apabila

kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah

diendapkan pada waktu yang sama

3. Mengetahui evolusi makhluk hidup

Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan yang

berbeda-beda umurnya berkesimpulan bahwa batuan yang lebih tua mengandung fosil

yang lebih sedikit, bentuknya lebih primitif. Semakin muda umur batuannya, isi

fosilnya semakin banyak dan strukturnya semakin canggih. Dari sinikemudian para

ahli tersebut berkesimpulan bahwa organisme yang pernah ada dibumi kita ini

mengalami perkembangan, mulai dari sederhana menunju ke bentukyang lebih

kompleks dalam waktu yang sangat lama. Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh

ahli biologi sebagai teori evolusi organisme

4. Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan

yangmengandung fosil terbentuk

DAFTAR PUSTAKA

www. academia.edu/11159238/LAPORAN_PRAKTIKUM_PALEONTOLOGI,

diaskses pada Kamis, 12 November 2015, pukul 08.58 WITA

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003

Page 10: Acara 1 Fosil Dan Pemfosilan

FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

http://odarockisthebest.blogspot.co.id/2011/03/makalah-fosilisasi.html, diaskses pada

Kamis, 12 November 2015, pukul 10.44 WITA

www.scribd.com/doc/190209648/Proses_Pemfosilan, diaskses pada Kamis, 12

November 2015, pukul 09.02 WITA

ARUMSARI DWIYANTRI/ F 121 14 003