abu aisah

22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENLITIAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Keadaan umum wilayah penelitian yang disajikan meliputi letak, luas wilayah, administrasi pemerintahan dan kependudukan, keadaan penduduk berdasar tingkat pendidikan, dan penggunaan pertanian. 4.1.1. Letak, Luas Wilayah dan Iklim Kelurahan lameroro terletak sekitar 6 km dari ibukota kecamatan, yaitu Kelurahan Kasipute, merupakan salah satu kelurahan di Kecamtan Rumbia Kabupaten Bombana yang jarak tempuh dari ibukota provinsi adalah 176-190 km atau sekitar 4 (empat) jam perjalanan dengan mobil. Luas wilayah daratan Kelurahan Lameroro ± 29,20 km 2 merupakan wilayah terluas di Kecamatan Rumbia, terdiri dari tanah daratan/kering dan sawah serta wilayah pertambakan. Kelurahan ini memiliki topografi

Transcript of abu aisah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENLITIAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah PenelitianKeadaan umum wilayah penelitian yang disajikan meliputi letak, luas wilayah, administrasi pemerintahan dan kependudukan, keadaan penduduk berdasar tingkat pendidikan, dan penggunaan pertanian.4.1.1. Letak, Luas Wilayah dan IklimKelurahan lameroro terletak sekitar 6 km dari ibukota kecamatan, yaitu Kelurahan Kasipute, merupakan salah satu kelurahan di Kecamtan Rumbia Kabupaten Bombana yang jarak tempuh dari ibukota provinsi adalah 176-190 km atau sekitar 4 (empat) jam perjalanan dengan mobil.Luas wilayah daratan Kelurahan Lameroro 29,20 km2 merupakan wilayah terluas di Kecamatan Rumbia, terdiri dari tanah daratan/kering dan sawah serta wilayah pertambakan. Kelurahan ini memiliki topografi sebagian besar datar/landai, dengan ketinggian dari muka laut antara 0,5-15 mdpl (di atas permukaan laut).Batas wilayah adminidtratif Kelurahan Lameroro adalah sebgai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lantowua Kcamatan Rarowatu Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lantawonua Kecamatan Rumbia Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Watukalangkari Kecamatan Rarowatu Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lampopala Kcamatan Rumbia.Beriklim tropis dengan type iklim D2-D3 berdasar klasifikasi Oldeman dan Damiyati, musim hujan terjadi antara bulan Januari-Mei. Sector pertanian pangan dan perikanan sangat terbantu oleh adanya sistim pengairan dari Sungai Langkapa (Daerah Irigasi Kasipute).4.1.2. Administrasi Pemerintahan dan KependdudukanSituasi dan kondisi administrasi dan kependudukan sangat perlu diketahuisebab merupakan komponwn utama/potensi pembangunan disegala bidang yaitu sebagai pemicu dan pemacu pembangunan daerah, apalagi apabila potensi sumber daya alam yang cukup besar, mak keberhasilan pembangunan akan mudah dicapai. Berdasar data potensi desa, secara rinci persebaran penduduk Kelurahan Lameroro tersai pada Tabel 4.1Tabel 4.1 : Luas Wilayah dan Sebaran Penduduk Di Kelurahan Lameroro Kecamtan Rumia, Tahun 2011

NoLingkunganLluas (ha)Umlah PendudukJumlah Rumah Tangga

1.2.3.4.Niranuang Lameroro Talabende Sandu 8.7009.0004.5007.000834976492640372466157175

Jumlah29.2002.9421.170

Sumber Data: Kantor Kelurahan Lameroro, April 2012.Menurut data pada Tabel 4.1 administrasi pemerintahan Kelurahan Lameroro keadaan tahun 2011 terdiri dari 4 (empat) lingkungan, dan dihuni oleh 1.170 rumah tangga (KK) penduduk, berjumlah 2.942 jiwa terdiridari2.327 jiwa laki-laki dan 1.615 jiwa perempuan, sebgaimana tersaji padatabel 4.2.Tabel 4.2. Struktur Umur dan jenis kelamin Penduduk Kelurahan Lameroro Kecamatan Rumbia, Tahun 2010

No.Kelompok UmurLaki-Laki(jiwa)Perempuan(jiwa)Jumlah(jiwa)Prosentase(%)

1.2.3.0-14 tahun>14-54 tahun>54 tahun5835661787186142831.3011.180461444016

Jumlah2.3271.6152.942100

Sumber Data: Kantor Kelurahan Lameroro, April 2012Berdasarkan data pada Tabel 4.2. dan mengacu pada pendapat Soeharjo dan D. Patong (1984), yang menyatakan bahwa usia produktif tenaga kerja manusia disektor pertanian adalah antara umur 14 tahun sampai dengan umur 54 tahun, maka kondisi struktur umur penduduk di Kelurahan Lameroro menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 penduduk usia produktif adalah sebanyak 1.180 jiwa atau 40% dari seluruh warga desa, ynag terdiri dari 566 jiwa laki-laki dan 614 jiwa perempuan.4.1.3. Keadaan Penduduk Menurut MatapencaharianKeadaan penduduk menurut mata pencaharian menggambarkan situasi umum kondisi perekonomian suatu daerah, apabila suatu daerah penduduknya memiliki matapencaharian yang tetap dan member pendapatan yang memadai maka daerah tersebut dapat digolongkan tingkat ekonomi yang baik. Kelurahan Lameroro termasuk kelurahan yang dekat dengan perkantoran pusat pemerintahan kabupaten sehingga tidak mengherankan bila cukup banyak PNS dan TNI/POLRI yang berdomisili disini. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Lameroro secara ringkas disajikan dlaam Tabel 4.3.Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Menurut Matapencaharia di Kalurahan Lameroro Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana, Tahun 2012

No.Jenis PekerjaanJumlah (jiwa atau KK)Prosentase (%)

1.2.3.4.5.Petani/PekebunNelayan/PetambakPNSTNI/POLRILainnya(Pedagang/Pekerja Informal)60750312931085242789

Jumlah1.170100

Sumber Data: Kantor Kelurahan Lameroro, April 2012Kondisi yang dapat dibaca pada Tabel 4.3. menunjukkan bahwa meskipun Kelurahan Lameroro sebagai kelurahan yang dekat dengan perkantoran pusat pemerintahan kabupaten namun karena merupakan keadaan yang baru maka terlihat bahwa sebagian besar penduduk masih berprofesi dalam bidang pertanian (petani sawah/kebun dan perikanan) yaitu 607 KK atau 52% sebagai petani/pekebun dan 50 KK (4%) sebagai nelayan/petambak. Namun sebagai cirri wilayah perkotaan ada kelompok penduduk sebagai pegawai peerintahan (PNS dan TNI/POLRI) yang cukup banyak yaitu 405 KK (35%). Mengingat wilayah ini adalah wilayah pengembangan kota maka komposisi matapencaharian penduduk mungkin akan berubah setelah banyak lahan yang terpaksa dialih-fungsikan untuk peruntukan non pertanian sebagaimana terjadi pada beberapa daerah pengembangan baru sehingga banyak pula penduduk yang harus beralih profesi atau mencari lahan baru di tempat lain.4.1.4. Keadaan Sarana dan Prasarana Social EkonomiKondisi sarana prasarana pendidikan dan social kemasyarakatan Kelurahan Lameroro tahun 2011 menunjukkan bahwa sarana prasarana pendidikan maupun social relative tersedia, kecuali untuk sarana kesehatan tetapi mengingat jarak yang berdekatan dengan pusat kota dimana layanan kesehatan dan pendidikan lebih memadai maka kekurangan sarana tersebut tidak menjadi kendala. Kondisi tersebut secara ringkas dapat dicermati pada Tabel 4.4.Tabel 4.4: Keadaan Sarana dan Prasarana Social Ekonomi Di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana, Tahun 2011

No.Sarana dan PrasaranaJumlah

I.Sarana Pendidikan Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas1211

II.Sarana Ibadah Masjid (Mushola) Gereja Pura 61-

III.Sarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Dokter Bidan -126

IV.Sarana Ekonomi Kios Tooko Pasar 1203-

Sumber Data: Hasil Observasi, April 2012Tabel 4.4. menunjukkan bahwasarana prasarana social ekonomi relative tersedia, kecuali untuk sarana kesehatan dan pasar tetapi mengingat jaraj yang berdekatan dengan pusat kota dimana layanan kesehatan maupun pemasaran lebih memadai maka kekurangan sarana tersebut tidak menjadi kendala.4.1.5. Keadaan Penduduk Berdasar PendidikanTingkat pendidikan penduduk di kelurahan ini kiranya masih agak memprihatinkan karena terlihat tingginya penduduk yang tidak tamat atau belum tamat SD yaitu sebesar 29%, mudah-mudahan ini karena banyak penduduk yang masih dibawah usia sekolah, data secara lebih rinci sebagaimana tersaji pada Tabel 4.5.Tabel 4.5. Keadaan Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan di Kelurahan Lameroro, Tahun 2009

No.Tingkat PendidikanJumlah (jiwa)Prosentase (%)

1.2.3.4.5.6.Belum/tidak tamat SDTamat SDTamat SLTPTamat SLTATamat Perguruan Tinggi (S1)Tamat Perguruan Tinggi (S2)862735613597103322925212041`

Jumlah2.942100

Sumber Data: Kantor Kelurahan Lameroro, April 2012Data pada Tabel 4.5. menunjukkan bahwa ada 29% penduduk yang tidak/belum tamat SD, sedangkan tingkat menengah SLTP dan SLTA cukup mendominir (41%) namun demikian penduduk yang berpendidikan tinggi juga cukup memadai (5%) sebagai imbangan penduduk yang belum/tidak tamat SD, sehingga dengan demikian kiranya masalah inovasi baru semestinya tidak menjadi kendala untuk disampaikan.4.1.6. Luas Pemanfaatan Lahan PertanianDari total luas lahan, tercatat pemanfaatan potensi pertanian di kelurahan Lameroro khususnya lahan kering untuk tanaman semusim sangat sedikit, namun lahan sawa cukup memadai disbanding potensi yang ada yang seluas 360 ha, secara ringkas data pertanaman sebagaimana tersaji pada Tabel 4.6.Tabel 4.6. Jenis dan Luas Pertanaman Komoditi Pertanian di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana, Tahun 2011 No.Jenis PertanamanLuas (ha)Persentase (%)

1.

2.3.Pertanian Semusim Lahan Sawah Lahan KeringTanaman KerasPerikanan/Pertambakan3503,579,9115060.000,6013,7025,70

Jumlah583,41100

Sumber Data: Kantor Kelurahan Lameroro, April 2012Tabel 4.6 menunjukkan bahwasebagianbesar tanah produktif di Kelurahan Lameroro digunakan untuk sector pertanian (60,6%), khususnya pertanaman padi dan palawija. Lahan tambak disini cukup luas karena adanya Irigasi Sungai Langkapa, yang termasuk dalam Daerah Irigasi Kasipute.4.2. Identitas RespondenIdentitas responden merupakan latar belakang keadaan responden yang mempengaruhi keputusan para responden dalam berusahatani/mengelola usahanya. Identitas yang dimaksud meliputi umur, pendidikan pengalaman berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga. Mengingat tujuan penelitian untuk meliha tperbedaan peranan wanita dari 2 (dua) etnis yang ada di kelurahan ini maka tabulasi data identitas dipilah menjadi2 (dua) berdasarkan etnis yang akan diteliti yaitu etnis Moronene dan etnis Bugis. Data secara lengkap tersaji pada lampiran 1 untuk etnis moronene dan lampiran 2 untuk etnis Bugis.Secara ringkas hasil penelitian mengenai identitas responden etnis Moronene dapat dilihat pada Tabel 4.7.No.Identitas RespondenRata-rataTertinggiTerendah

1.2.3.4.Umur (Tahun)Tingkat PendidikanPengalaman Berusahatani (Tahun)Tanggungan keluarga (Jiwa)47,7SMP18,834,4759S141728SD32

Sumber Data: Data Primer, diolah Mei 2012Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa umur petani etnis Moronene rata-rata masih tergolong usia produktif dengan umur rata-rata 47,7 tahun, berpengalaman rata-rata 18,83 tahun dan dalam kategori keluarga kecil/sedang dengan tingkat pendidikan menengah, pada etnis ini ada responden yang berpendidikan sarjana berprofesi sebagai guru.Sedangkan mengenai identitas responden etnis Bugis, sesungguhnya kondisinya tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi pada etnis Moronene, sebagaimana secara detail tersaji dalam lampiran 2, namun secara ringkas hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.8.Tabel 4.8. Identitas Responden Petani Padi Sawah Etnis Bugis di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana. Tahun 2012

No.Identitas RespondenRata-rataTertinggiTerendah

1.2.3.4.Umur (Tahun)Tingkat PendidikanPengalaman Berusahatani (Tahun)Tanggungan keluarga (Jiwa)47,87SMP21,674,4759SMA34830SD82

Sumber Data: Data Primer, diolah Mei 2012Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa umur petani etnis Bugis rata-rata masih tergolong usia produktif denganumur rata-rata 47,87 tahun, berpengalaman rata-rata 21,67 tahun dan dalam kategori keluarga kecil/sedang dengan tingkat pendidikan menengah, yang berbeda pada etnis ini tidak ada responden yang berpendidikan sarjana.Berdasarkan data pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8, selanjutnya diuraikan dalam anak sub bab berikut:4.2.1. Umur RespondenCara berfikir dan polatindak seseorang sangat dipengaruhi oleh umur. Umur juga berpengaruh terhadap tingkat kinerja dan produktifitas yang dihasilkan. Pada umumnya petani/pekebun yang berumur muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebioh besar dan relative lebih berani menanggung resiko serta lebih mudah menerima hal-hal yang baru seperti teknologi dan pengetahuan yang dianjurkan. Sedangkan petani yang berumur tua umumnya mempunyai kapasitas pengelolaan usahatani yang lebih matang, sangat berhati-hati dalam bertindak dan takut mengambil resiko. Menurut Soehardjo dan Dahlan Patong (1984) usia produktif disektor pertanian berkisar antara 15-54 tahun, dibawah dan diatas kisaran tersebut dianggap belum atau tidak produktif. Berdasar pendapat tersebut dalam penelitian ini diperoleh sebaran umur responden etnis Moronene sebagaimana tersaji dalam Tabel 4.9.Tabel 4.9. Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Etnis Moronene Berdasarkan Kategori Umur di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana. Tahun 2012

No.Kelompok umur (tahun)FrekuensiProsentase (%)

1.2.3.0-1415-54>540264086,6713,7

Jumlah30100

Sumber Data: Data Primer, diolah Mei 2012Berdasar Tabel diatas petani responden etnis Moronene didominasi oleh usia produktif yaitu dengan 26 jiwa produktif dari setiap 30 petani (86,67%), oleh sebab itu masih bisa diharapkan adanya peningkatan produksi/produktifitas melalui pendekatan penyuluhan secara nyata (demonstrasi-plot ataupunvisualisasi dengan poster dan lain-lain) karena usia produktif masih aktif dalam mencari inovasi baru.4.2.2. Tingkat PendidikanPendidikan pada umunya akan mempengaruhi pola piker seseorang, baik itu pendidikan yang diperoleh melalui lembaga formal maupun lembaga non formal meskipun interaksi social di lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pola piker seseorang. Pendidikan di bangku sekolah, sedangkan pendidikan non formal adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kursus-kursus atau pelatihan dan penyuluhan dari petugas pertanian dan lain-lain.Dalam penelitian ini masalah pendidikan haya diambil dari pendidikan formal dibangku sekolah yang pernah dijalani responden, karena data pendidikn non formal sangat sulit diketahui. Umumnya tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih memudahkan seseorang dalam menerima atau mengadopsi informasi dan pengalaman baru yang datnag dari luar lingkungannya, sehingga diharapkan dapat lebih mampu mengembangkan usahataninya.Hasil penelitian tentang klasifikasi pendidikan para responden etnis Moronene disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Etnis Moronene Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan lameroro, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana. Tahun 2012

No.Tingkat PendidikanFrekwensiPresentasi

1.2.3.4.5.Tidak Sekolah/Tidak Tamat SDSekolah DasarSekolah Menengah PertamaSekolah Menengah AtasPerguruan Tinggi (Diploma, S1)0710121023,433,340,03,3

Jumlah30100

Sumber Data: Data Primer, diolah Mei 2012Data pada Tabl 4.11 menunjukkan bahwa petani etnis Moronene didominasi oleh petani dengan pendidikan menengah SMP dan SMA dengan frekuensi 22 jiwa per 30 petani (73,3%) namun kondisi ini cukup memadai.4.2.3. Pengalaman Berusahatani padi SawahPengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalaha rentang waktu yang telah dilalui oleh seseorang dalam menenkuni kegiatan berusahatani padi sawah dengan satuan tahun. Semakin lama seseorang menekuni suatu usaha maka seseorang tersebut akan semakin berpengalaman akibat seringnya berinteraksi dengan maslah-masalah yang timbul dan upaya penyelesaiannya, dengan kata lain yang bersangkutan semakin terampil ataupun cerdas dalam antisipasi situasi dan kondisi usahanya.Soehardjo dan Dahlan Patong (1984) membagi pengalaman usahatani dalam 3 (tiga) kelompok,yaitu: 1. Kurang berpengalaman jikapengalamannya kurang dari 5 (lima) tahun.2. Cukup berpengalaman jika pengalamannya antara 5-10 tahun.3. Berpengalaman jika pengalamannya ;ebih dari 10 tahun.Secara ringkas Tabel 4.13 menunjukkan sebaran pengalaman petani etnis Moronene.Tabel 4.13. Sebaran Responden Petani Padi Sawah Etnis Moronene Berdasarkan Pengalamannya di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana. Tahun 2009.

No.Pengalaman (tahun)FrekwensiPersentasi (%)

1.2.3.< 55-10> 10

13263,310,086,7

Jumlah30100

Sumber Data: Data Primer, diolah Mei 2012Tabel 4.13 menunjukkan bahwa petani etnis Moronene tergolong pada petani yang berpengalaman dengan frekuensi 26 petani per 30 petani/penduduk (86,7%) namun masih terlihat ada petani muda yang belum berpengalaman, sedikit banyak kondisi ini menunjukkan akan adanya regenerasi petani, sehingga diharapkan adanya keberlanjutan usahatani padi sawah pada etnis Moronene.4.2.4. Jumlah Tanggungan KeluargaTanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah semua orang yang tinggal diluar rumah namun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit pengelolaan, satuan yang digunakan adalah jiwa. Banyaknya jumlah tanggungan/anggota keluarga merupakan salah satu pendorong utama petani untuk lebih giat berusaha karena sebagai kepala keluarga mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dari setiap anggota keluarga yang ditanggungnya. Jumlah anggota keluarga yang sedikit tidak membebani sebagai kepala keluarga, namun mengurangi motivasi bekerja giat sementara itu dari segi usaha tani jumlah tenaga kerja keluarga yang sedikit akan menyebabkan penyediaan tenaga kerja keluarga kurang shingga meningkatkan biaya tenaga kerja luar.Sebaliknya dengan jumlah anggota keluarga yang banyak akan meningkatkan beban selaku kepala keluarga untuk menyiapkan keperluan kehidupannya apalagi bila masih banyak yang usia tidka produktif, namun bila anggota yang banyak dan berusia produktif akan sangat mengurangi beban biaya usaha terutama dalam hal penyediaan tenaga kerja.Menurut Kaslan, T (1983), suatu keluarga tani berdasarkan jumlah tanggungan/anggota keluarga dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu keluarga kecil bila jumlah anggota 4 (empat) jiwa, keluarga sedang bila jumlah anggota 5-6 jiwa dan keluarga besar bila berjumlah > 6 (enam) jiwa.Secara umum, berarti penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keluarga responden berada pada kelompok keluarga kecil, sebagaimana hasil penelitian pada lampiran 1 dan 2 yang menunjukkanbahwa rata-rata tanggungan keluarga adalah sebanyak 4,7 jiwa baik pada etnis Moronene maupun Bugis. Tanggungan terendah 3 (tiga) jiwa dan terbanyak 7 (tujuh) jiwa pada petani etnis Moronene, sedang pada etnis Bugis tanggungan terendah 2 (dua) jiwa dan terbanyak 8 (delapan) jiwa.