ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS...

21
ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING- REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, KEMANDIRIAN DAN KEPATUHAN MENGONSUMSI TABLET BESI PADA REMAJA PUTRI SMP DI KABUPATEN BANGLI Pada masa remaja, remaja putri akan mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat. Sebanyak 26,8% penduduk Indonesia merupakan remaja dan prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 57,1%. Rata-rata usia menarche di Indonesia adalah usia 12-15 tahun. Hal ini berarti remaja putri akan kehilangan darah secara teratur setiap bulannya. Remaja putri akan kehilangan zat besi rata- rata 1,3 mg per hari pada saat menstruasi. Berbagai studi menunjukkan dampak negatif dari anemia terhadap pertumbuhan dan perkembangan remaja. Untuk mengatasi anemia pada remaja putri, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mengubah perilaku masyarakat kearah yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan berbasis PER (predisposing-enabling-reinforcing) factor merupakan salah satu formulasi promosi kesehatan yang ideal untuk mendapatkan perubahan perilaku kesehatan masyarakat yang optimal karena menggabungkan tiga faktor yaitu predisposing, enabling dan reinforcing factor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh pemberian promosi kesehatan berbasis PER factor terhadap pengetahuan, sikap, kemandirian dan kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi tablet besi dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional. Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan randomized pre and post test control group design. Penelitian dilakukan di SMP yang terdapat di Kecamatan Susut dan Kecamatan Tembuku. Sampel ditentukan menggunakan tehnik multistage random sampling. Besar sampel pada masing- masing kelompok adalah 58 orang. Uji statistik dilakukan dengan analisis deskriptif, T-test dan MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan berbasis PER factor meningkatkan pengetahuan, sikap, kemandirian dan kepatuhan remaja putri secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional. Secara uji multivariate didapatkan hasil bahwa promosi kesehatan berbasis PER factordapat meningkatkan pengetahuan remaja putri sebesar 42,6%; meningkatkan sikap remaja putri sebesar 32,2% dan meningkatkan kemandirian remaja putri sebesar 68,9%. Rata-rata penurunan angka kejadian anemia sebesar 25,4% setelah diberikan suplementasi besi selama 3 bulan. Simpulan dalam penelitian ini adalah promosi kesehatan berbasis PER factor meningkatkan pengetahuan, sikap, kemandirian dan kepatuhan remaja putri lebih baik dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional. Kata kunci: Promosi Kesehatan, PER Factor, Remaja Putri vii

Transcript of ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS...

Page 1: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

8

ABSTRAK

PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-

REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP,

KEMANDIRIAN DAN KEPATUHAN MENGONSUMSI TABLET BESI

PADA REMAJA PUTRI SMP DI KABUPATEN BANGLI

Pada masa remaja, remaja putri akan mengalami pertumbuhan fisik yang

sangat cepat. Sebanyak 26,8% penduduk Indonesia merupakan remaja dan

prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 57,1%. Rata-rata usia menarche di

Indonesia adalah usia 12-15 tahun. Hal ini berarti remaja putri akan kehilangan

darah secara teratur setiap bulannya. Remaja putri akan kehilangan zat besi rata-

rata 1,3 mg per hari pada saat menstruasi. Berbagai studi menunjukkan dampak

negatif dari anemia terhadap pertumbuhan dan perkembangan remaja. Untuk

mengatasi anemia pada remaja putri, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk

mengubah perilaku masyarakat kearah yang lebih baik. Salah satu usaha yang

dapat dilakukan adalah dengan melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan

berbasis PER (predisposing-enabling-reinforcing) factor merupakan salah satu

formulasi promosi kesehatan yang ideal untuk mendapatkan perubahan perilaku

kesehatan masyarakat yang optimal karena menggabungkan tiga faktor yaitu

predisposing, enabling dan reinforcing factor. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membuktikan pengaruh pemberian promosi kesehatan berbasis PER factor

terhadap pengetahuan, sikap, kemandirian dan kepatuhan remaja putri dalam

mengonsumsi tablet besi dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional.

Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan

randomized pre and post test control group design. Penelitian dilakukan di SMP

yang terdapat di Kecamatan Susut dan Kecamatan Tembuku. Sampel ditentukan

menggunakan tehnik multistage random sampling. Besar sampel pada masing-

masing kelompok adalah 58 orang. Uji statistik dilakukan dengan analisis

deskriptif, T-test dan MANOVA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan berbasis PER

factor meningkatkan pengetahuan, sikap, kemandirian dan kepatuhan remaja putri

secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional.

Secara uji multivariate didapatkan hasil bahwa promosi kesehatan berbasis PER

factordapat meningkatkan pengetahuan remaja putri sebesar 42,6%;

meningkatkan sikap remaja putri sebesar 32,2% dan meningkatkan kemandirian

remaja putri sebesar 68,9%. Rata-rata penurunan angka kejadian anemia sebesar

25,4% setelah diberikan suplementasi besi selama 3 bulan.

Simpulan dalam penelitian ini adalah promosi kesehatan berbasis PER

factor meningkatkan pengetahuan, sikap, kemandirian dan kepatuhan remaja putri

lebih baik dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional.

Kata kunci: Promosi Kesehatan, PER Factor, Remaja Putri

vii

Page 2: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

9

ABSTRACT

PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR-BASED

HEALTH PROMOTION INCREASING KNOWLEDGE, ATTITUDE,

AUTONOMY AND ADHERENCE TO CONSUME IRON TABLET FOR

FEMALE ADOLESCENTS IN BANGLI REGENCY

During puberty, female adolescents will experience rapid physical growth.

26.8% of Indonesian citizens were adolescent while anemia prevalence in female

adolescent was 57.1%. The average of menarche age in Indonesia is around the

age of 12 – 15 years old. It means that female adolescents will regularly lose their

blood ever month. Female adolescents will lose iron at the average of 1.3 mg each

day during menstruation.

Many studies showed negative impact of anemia toward growth and

development of adolescent. In order to cope with anemia on female adolescent, an

effort to change social behavior toward better direction is needed. One example

which could be done is by promoting health. PER factor-based health promotion

is one formulation of ideal health promotion to get optimum change of health

behavior because this is the incorporation of predisposing, enabling and

reinforcing factor. The purpose of this research was to prove the impact of PER

factor-based health promotion toward knowledge, attitude, autonomy and

obedience of female adolescent in consuming iron tablet compared to

conventional health promotion.

This research plan was experimental research with randomized pre and

post-test control group design. The research was conducted in Junior High School

located at Susut District and Tembuku District. The sample was determined using

multistage random sampling technique. The amount of sample for each group is

58 people. The statistic test was conducted with descriptive analysis, T-test and

MANOVA.

Result of the research shows that PER factor-based health promotion

increases knowledge, attitude, autonomy and adherence of female adolescent

significantly (p<0.05) compared to conventional health promotion. Through

multivariate test, PER factor-based health promotion could increase the

knowledge of female adolescent by 42.6%; increasing female adolescent attitude

by 32.2% and increasing the autonomy of female adolescent by 68.9%. The

average of declining incidence number is 25.4% after consuming iron

supplementation for three months.

The conclusion of this research was that PER factor-based health

promotion increases knowledge, attitude, obedience and autonomy of female

adolescent better than conventional health promotion.

Keywords: Health Promotion, PER Factor, Female Adolescents

viii

Page 3: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

12

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGUJIAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii

RINGKASAN ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 11

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 12

1.3.1 Tujuan umum ............................................................................ 12

1.3.2 Tujuan khusus ........................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 13

1.4.1 Manfaat akademik .................................................................... 13

1.4.2 Manfaat praktis ......................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 15

2.1 Remaja .................................................................................................. 15

2.2 Anemia Defisiensi Besi (ADB) ............................................................ 17

2.2.1 Definisi anemia ......................................................................... 17

2.2.2 Klasifikasi anemia .................................................................... 18

2.2.3 PenyebabAnemia Defisiensi Besi (ADB) ................................. 19

xi

Page 4: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

13

2.2.4 Tanda-tanda anemia .................................................................. 26

2.2.5 Dampak anemia ........................................................................ 26

2.2.6 Metode penentuan anemia ........................................................ 28

2.2.7 Program penanggulangan anemia ............................................. 29

2.2.8 Strategi penanggulangan anemia .............................................. 32

2.3 Promosi Kesehatan ............................................................................... 35

2.3.1 Pengertian ................................................................................. 35

2.3.2 Prinsip promosi kesehatan ........................................................ 36

2.3.3 Pendekatan promosi kesehatan ................................................. 37

2.3.4 Ruang lingkup promosi kesehatan ............................................ 39

2.3.5 Sasaran promosi kesehatan ....................................................... 42

2.3.6 Strategi promosi kesehatan ....................................................... 43

2.4 Perilaku ................................................................................................. 45

2.4.1 Pengertian ................................................................................. 45

2.4.2 Strategi perubahan perilaku ...................................................... 47

2.4.3 Domain perilaku ....................................................................... 48

2.4.4 Faktor internal perilaku............................................................. 48

2.4.5 Determinan perubahan perilaku ................................................ 49

2.4.6 Cara dan proses perubahan perilaku ......................................... 50

2.4.7 Dasar perubahan perilaku ......................................................... 51

2.4.8 Pengukuran perilaku kesehatan ................................................ 52

2.4.9 Metode Pengukuran Perilaku Kesehatan .................................. 56

2.5 Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor ............................................ 59

2.5.1 Faktor predisposisi .................................................................... 60

2.5.2 Faktor pendukung ..................................................................... 63

2.5.3 Faktor pendorong ...................................................................... 64

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ................ 69

3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 69

3.2 Konsep Penelitian ................................................................................. 72

3.3 Hipotesis ............................................................................................... 73

xii

Page 5: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

14

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 74

4.1 Rancangan Penelitian............................................................................ 74

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 75

4.2.1 Tempat penelitian ..................................................................... 75

4.2.2 Waktu penelitian ....................................................................... 75

4.3 Penentuan Sumber Data ........................................................................ 75

4.3.1 Populasi penelitian .................................................................... 75

4.3.2 Kriteria sampel.......................................................................... 75

4.3.2.1 Kriteria inklusi ............................................................ 75

4.3.2.2 Kriteria eksklusi .......................................................... 76

4.3.2.3 Kriteria drop out ......................................................... 75

4.3.3 Besar sampel ............................................................................. 75

4.3.4 Tehnik penentuan sampel ......................................................... 77

4.4 Variabel Penelitian................................................................................ 77

4.4.1 Variabel..................................................................................... 77

4.4.2 Hubungan antar variabel ........................................................... 78

4.4.3 Definisi operasional variabel .................................................... 79

4.5 Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian............................... 85

4.5.1 Perangkat pembelajaran ............................................................ 85

4.5.2 Instrumen penelitian ................................................................. 86

4.6 Penilaian Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ............... 88

4.6.1 Penilaian dan uji coba perangkat pembelajaran ........................ 88

4.6.2 Penilaian dan uji coba instrumen penelitian ............................. 88

4.7 Hasil Penilaian dan Uji Coba Perangkat dan InstrumenPenelitian ....... 90

4.7.1 Hasil penilaian perangkat promosi kesehatan........................... 99

4.7.2 Hasil penilaian dan uji coba instrumen penelitian .................... 99

4.8 Prosedur Penelitian ............................................................................... 92

4.8.1 Tahap persiapan penelitian ....................................................... 92

4.8.2 Pelaksanaan penelitian .............................................................. 92

4.9 Alur Penelitian ...................................................................................... 101

xiii

Page 6: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

15

4.10 Analisis Data ......................................................................................... 102

4.10.1 Analisis deskriptif ..................................................................... 102

4.10.2 Uji prasyarat analisis................................................................. 103

4.10.3 Uji hipotesis .............................................................................. 104

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ........................................................... 105

5.2 Uji Normalitas Data .............................................................................. 107

5.3 Pengaruh Promosi Kesehatan Konvensional Terhadap Pengetahuan,

Sikap dan Kemandirian Remaja Putri................................................... 108

5.4 Pengaruh Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor Terhadap

Pengetahuan, Sikap dan Kemandirian Remaja Putri ............................ 109

5.5 Perbedaan Pengaruh Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor dan

Promosi Kesehatan Konvensional Terhadap Pengetahuan, Sikap dan

Kemandirian Remaja Putri ................................................................... 101

5.6 Pengaruh Promosi Kesehatan PER Factor Terhadap Kepatuhan

Remaja Putri dalam Mengonsumsi Tablet Besi ................................... 114

5.7 Angka Kejadian Anemia Pada Remaja Putri ........................................ 115

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 118

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................ 122

6.2 Pengaruh Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri ............................................... 124

6.3 Pengaruh Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor Terhadap

Perubahan Sikap Remaja Putri ............................................................. 128

6.4 Pengaruh Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor Terhadap

Kemandirian Remaja Putri ................................................................... 130

6.5 Pengaruh Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor Terhadap

Kepatuhan Remaja Putri dalam Mengonsumsi Tablet Besi ................. 132

6.6 Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Penurunan Prevalensi

Anemia Pada Remaja Putri ................................................................... 137

xiv

Page 7: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

16

6.7 Promosi Kesehatan Berbasis PER Factor Sebagai Alternatif dalam

Pemberian Promosi Kesehatan Bagi Remaja ....................................... 140

6.8 Kebaharuan Penelitian (Novelty) .......................................................... 141

6.9 Kelemahan Penelitian ........................................................................... 142

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 143

7.1 Simpulan ............................................................................................... 143

7.2 Saran ..................................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 146

xv

Page 8: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa. Pada masa ini akan terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat. Remaja

putri akan mulai mengalami menstruasi, payudara mulai tumbuh serta berat badan

dan tinggi badan akan bertambah secara signifikan. Ditinjau dari umur, World

Health Organization (WHO) menetapkan bahwa yang disebut remaja adalah

manusia yang berusia 12 hingga 24 tahun, sedangkan rentang masa remaja dapat

dibagi menjadi tiga kelompok yaitu masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa

remaja pertengahan usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-24 tahun

(Nurihsan & Agustin, 2013; Farida, 2014).

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2010,

penduduk Indonesia sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah

remaja. WHO menyebutkan masalah gizi pada remaja sering terabaikan, padahal

remaja merupakan sumber daya manusia yang harus dilindungi karena mereka

memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas bangsa. Anemia yang

diakibatkan karena kekurangan zat gizi besi (Fe) merupakan salah satu masalah

gizi utama di Asia termasuk di Indonesia. Pada anak usia sekolah, prevalensi

anemia tertinggi ditemukan di Asia Tenggara dengan perkiraan sekitar 60% anak

mengalami anemia (Masrizal, 2007).

1

Page 9: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

2

Terdapat tiga penyebab anemia defisiensi besi (ADB) pada remaja putri

yaitu 1) Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri lebih tinggi

jika dibandingkan dengan makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak dapat

terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari. Hanya 38,1% remaja yang

mengonsumsi protein hewani diatas nilai minimal kecukupan gizi. Besi heme

hanya merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh dari makanan (kurang

lebih 5% dari besi total makanan) terutama di Indonesia, namun yang dapat

diabsorbsi mencapai 25% sedangkan besi non heme hanya dapat diserap sebanyak

5% (Riskesdas, 2010). 2) Remaja putri memiliki kebiasaan melakukan diet

(pengurangan asupan makanan) agar memiliki tubuh yang langsing dengan

mempertahankan berat badannya. Body image yang terbentuk dikalangan remaja

memaksa remaja untuk tidak mengonsumsi makanan dalam kuantitas dan kualitas

yang layak. Bahkan remaja hanya cukup mengonsumsi kudapan atau makanan

ringan saja untuk dapat “mengganjal perut”. Kebiasaan remaja untuk

mengonsumsi kopi dan teh yang bersamaan dengan waktu makan juga

memperkecil asupan besi dari makanan yang dikonsumsi (Chairiah, 2012; Levin,

dkk., 2012; Risvas, dkk., 2008). Sebanyak 52,5% remaja putri menderita anemia

karena memiliki kebiasaan minum teh atau kopi kurang dari 1 jam sebelum atau

sesudah makan (Sridana, 2012). 3) Remaja putri membutuhkan zat besi tiga kali

lebih banyak dibandingkan remaja pria karena mengalami menstruasi setiap

bulannya. Wanita mengalami menstruasi setiap bulannya yang berarti kehilangan

darah secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak, juga kebutuhan Fe akan

meningkat karena adanya pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Remaja putri

Page 10: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

3

akan kehilangan zat besi rata-rata 1,3 mg per hari pada saat menstruasi. Selain itu,

ekskresi zat besi juga terjadi melalui feses (tinja) yakni sebesar 0,6 mg (Depkes,

2003; Lestari, 2006; Gibney, dkk., 2009; Lailiyana, dkk., 2010; Amaliah& Lili,

2010). Rata-rata usia menarche (menstruasi pertama kali) di Indonesia adalah usia

12-15 tahun, namun rata-rata usia menarche pada remaja putri di Bali adalah usia

13-14 tahun yang mencapai 40,5% (Riskesdas, 2010).

Berbagai studi menunjukkan dampak negatif dari anemia akibat

kekurangan zat gizi besi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan

remaja. Anemia pada anak dan remaja akan menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan yang tidak optimal serta menurunkan prestasi belajar yang

diakibatkan dari rasa cepat lelah, kehilangan gairah dan tidak dapat

berkonsentrasi. Selain itu anemia defisiensi besi juga akan menimbulkan

Intelegent Quotion (IQ) yang rendah serta penurunan kemampuan belajar

(Krummel, 2006; Ambarwati, 2012; Fairus& Prasetyowati, 2012; Supariasa, dkk.,

2013).

Tingginya angka prevalensi anemia pada remaja putri sejalan dengan

tingginya angka prevalensi anemia pada ibu hamil. Menurut WHO (2006),

prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia adalah sebesar 33,1%. Data

Depkes (2009) dalam Ikhmawati, dkk. (2013), menunjukkan bahwa 33,7% remaja

putri menderita anemia dan menurut Permaesih dan Herman (2005), prevalensi

anemia di Indonesia sebesar 57,1% diderita oleh remaja putri. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Sridana (2012) mendapatkan perbedaan yang mencolok dari

prevalensi anemia pada remaja putri yang tinggal di desa dan di kota yakni

Page 11: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

4

sebesar 31,6% remaja putri yang tinggal di desa mengalami anemia sedangkan

kejadian anemia pada remaja putri yang tinggal di kota hanya 10%. Nursari

(2010) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa 59,3% remaja putri SMP

menderita anemia.

Selama ini telah banyak upaya penelitian dan intervensi yang dilakukan

untuk mengatasi masalah ini, hanya umumnya intervensi dilakukan pada masa

kehamilan hingga bayi berusia dua tahun. Padahal isu-isu gizi dan kesehatan

perempuan selayaknya telah mendapatkan perhatian sejak masa remaja. Apalagi

jika kita mempertimbangkan rata-rata usia pernikahan di Indonesia, dimana usia

pernikahan antara 15-19 tahun yang mencapai persentase 41,9%. Karena itu,

memastikan kesehatan dan gizi yang baik jauh sebelum kehamilan sangatlah

penting.

Jumlah wanita hamil yang memiliki cadangan besi tubuh sesuai dengan

besarnya kebutuhan sangatlah sedikit. Sebanyak 25-30% wanita tidak memiliki

cadangan besi tubuh. Sebanyak 20% wanita memiliki cadangan besi tubuh sebesar

250-400 mg dan kurang dari 5% memiliki cadangan besi tubuh lebih dari 400 mg.

Berdasarkan hal ini, sangat perlu dilakukan suplementasi tablet besi pada masa

prahamil sehingga remaja putri memiliki cadangan besi yang cukup pada saat

memasuki masa kehamilannya (Lynch, 2000; Ani, 2013).

Melihat dampak dari anemia yang sangat besar dalam menurunkan

kualitas sumber daya manusia, maka perlu dilakukan penanggulangan anemia

sejak dini. Strategi untuk mengatasi masalah anemia pada remaja putri adalah

dengan perbaikan kebiasaan makan, fortifikasi makanan, pemberian suplementasi

Page 12: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

5

Fe serta penanggulangan penyakit infeksi dan parasit. Mengubah pola makan dan

fortifikasi makanan merupakan strategi jangka panjang yang penting, namun tidak

dapat diharapkan akan menunjukkan hasil yang cepat. Cara lain adalah dengan

memberikan suplementasi Fe. Untuk pencegahan dan pengobatan anemia,

suplementasi Fe merupakan cara yang efisien karena mudah didapat, efeknya

cepat terlihat dan harganya relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat

luas (Almatsier, 2002; Waryana, 2010; Beck, 2011; Jauhari, 2013).

Brabindan Brabin (2002) merekomendasikan program pencegahan anemia

dengan suplementasi Fe lebih banyak ditargetkan kepada remaja putri dari pada

anak-anak, wanita dewasa atau ibu hamil. Hal ini disebabkan karena pemberian

suplementasi kepada remaja putri akan memberikan dampak yang lebih besar

pada kesehatan reproduksi dan keberhasilan proses reproduksi dibandingkan

dengan suplementasi pada masa kehamilan saja. Ikatan Dokter Anak Indonesia

(2011) merekomendasikan suplementasi besi pada remaja usia 12-18 tahun

diberikan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut setiap tahunnya dengan dosis 60 mg

besi elemental ditambah dengan 400 µg asam folat sebanyak 2 (dua) kali per

minggu.

Terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu

faktor lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Faktor perilaku paling berpengaruh dalam menentukan derajat kesehatan

masyarakat. Faktor pemahaman dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

kesehatan mempengaruhi perilaku masyarakat. Selain itu, faktor lingkungan dan

faktor pelayanan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam peningkatan derajat

Page 13: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

6

kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, demi terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang optimal, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mengubah

perilaku masyarakat agar masyarakat mau berperilaku ke arah yang lebih baik

(Mubarak, 2012).

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk membentuk perubahan

perilaku masyarakat adalah dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan.

Promosi kesehatan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku promosi kesehatan. Promosi

kesehatan selama ini identik dengan pendidikan kesehatan berupa pemberian

informasi kesehatan. Namun sejak konferensi Ottawa yang diadakan pada tahun

1986, promosi kesehatan telah memiliki strategi-strategi yang efektif dalam

mempromosikan kesehatan. Promosi kesehatan menggunakan pendekatan yang

lebih komprehensif dalam mempromosikan kesehatan dengan melibatkan

beragam pelaku dan berfokus pada pendekatan multi-sektoral dan tidak hanya

berfokus pada pendidikan kesehatan semata. Untuk memperoleh hasil yang

diinginkan, kegiatan promosi kesehatan harus menggunakan basis pengaturan

(setting-based) seperti sekolah, pasar, tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan,

dan lain-lain. Dalam berbagai literatur disimpulkan bahwa sekolah merupakan

akses yang baik terhadap kelompok sasaran yaitu remaja. Lingkungan sekolah

dipilih sebagai salah satu sarana pendekatan intervensi karena memiliki beberapa

keuntungan yaitu siswa akan dapat mempengaruhi remaja lain di lingkungan

sekitarnya, sekolah merupakan tempat awal sumber informasi dan teknologi ke

Page 14: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

7

masyarakat, remaja yang bersekolah dapat mempengaruhi remaja lain yang tidak

sekolah, serta intervensi dengan pendekatan sekolah merupakan tempat yang baik

untuk dilakukannya skrining secara rutin, pelaksanaan suplementasi dan

pembentukan perilaku mengonsumsi tablet besi (Soekarjo, 2003; Wells, dkk.,

2003; Shochet, dkk., 2006; Ircham dan Suryani, 2007; Notoatmodjo, 2010).

Tujuan utama dilakukannya promosi kesehatan adalah untuk mengubah

perilaku masyarakat di bidang kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses

penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai dengan upaya-upaya memfasilitasi

perubahan perilaku tersebut. Menurut Lawrence Green (1984) dalam

Notoatmodjo (2012), promosi kesehatan didefinisikan sebagai segala bentuk

kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku

dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence W. Green. Green

dalam Glash, dkk. (2008) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-

behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari

tiga faktor, yaitu predisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor.

Green juga berpendapat bahwa seyogianya kegiatan promosi kesehatan ditujukan

Page 15: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

8

kepada tiga faktor tersebut. Karena selain upaya penyadaran masyarakat atau

pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, perlu juga

disertai dengan upaya-upaya yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.

Predisposing factor adalah untuk menggugah kesadaran, memberikan atau

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya.

Enabling factor adalah berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan.

Bentuk pendidikan kesehatan yang diberikan adalah memberdayakan masyarakat

agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka.

Reinforcing factor adalah menyangkut pada sikap dan perilaku tokoh panutan.

Bentuk pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah dengan mengadakan

pelatihan dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan,

contoh atau acuan bagi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Benyamin

Bloom (1908) dalam Fitirani (2010) membagi perilaku manusia dalam tiga

domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Sejauh ini, pelaksanaan promosi kesehatan hanya berfokus pada

pendidikan kesehatan semata dan belum mengadopsi PER factor dalam

pelaksanaannya. Selama ini pelaksanaan promosi kesehatan berbasis PER factor

tidak dapat dilaksanakan karena tidak mudah untuk membentuk komitmen yang

kuat dan pendekatan multisektoral antara Departemen Pendidikan, Departemen

Kesehatan dan masyarakat dalam hal ini adalah orang tua siswa untuk

mengupayakan derajat kesehatan yang lebih baik bagi peserta didik. Oleh sebab

itulah dibutuhkan suatu strategi untuk melaksanakan promosi kesehatan dengan

Page 16: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

9

menggabungkan ketiga faktor tersebut (predisposing, enabling, reinforcing) agar

hasil yang diharapkan dapat dicapai secara optimal. Promosi kesehatan berbasis

Predisposing-Enabling-Reinforcing factor (PER factor) berdasarkan teori

Lawrence W. Green diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam

melaksanakan promosi kesehatan. Dalam promosi kesehatan ini terkandung tiga

faktor yang dikemukakan oleh Lawrence W. Green. Predisposing factor

dituangkan dalam bentuk penyebarluasan informasi mengenai anemia kepada

seluruh remaja putri yang akan dilakukan oleh guru pembina UKS. Hal ini

ditujukan untuk membangun pemahaman dan meningkatkan kesadaran remaja

putri mengenai anemia. Jourdan, dkk. (2008) mengatakan bahwa promosi

kesehatan di sekolah yang dilaksanakan oleh guru lebih efektif dibandingkan

dengan promosi kesehatan yang dilakukan oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan

para guru di sekolah dapat melakukan pendekatan terus menerus kepada para

siswa dalam hal pendidikan kesehatan. Sehingga frekuensi siswa tersebut terpapar

oleh pendidikan kesehatan dapat ditingkatkan.

Enabling factor dituangkan dalam bentuk penyediaan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan seperti media promosi dan meningkatkan ketersediaan tablet besi

yang nantinya diharapkan agar masyarakat dapat menyediakan tablet besi secara

mandiri. Dalam pemilihan media promosi kesehatan harus memperhatikan

penggunaan panca indra sasaran promosi kesehatan.Hal ini dikarenakan semakin

banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin baik

pengetahuan yang akan diperoleh. Penggunaan media harus didasari pengetahuan

Page 17: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

10

tentang sasaran pendidikan diantaranya karakteristik sasaran, bahasa, adat istiadat,

minat dan perhatian (Ircham dan Suryani, 2007).

Reinforcing factor dituangkan dalam bentuk melakukan integrasi dengan

melibatkan pihak yang terkait seperti orang tua dan guru dengan cara memberikan

informasi mengenai anemia dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dari

berbagai pihak. Selain itu, diperlukan pula penyusunan peraturan-peraturan yang

dibuat sebagai pendorong remaja putri untuk berperilaku. Menurut Sadli (1982)

dalam Fitriani (2010), menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan

sosial yang saling mempengaruhi. Setiap individu sejak lahir berada di dalam

suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka

kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok

lain. Perilaku kesehatan individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga

yang meliputi kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan

(Leurs, dkk., 2005). Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Zubric, dkk.

(2005) yang mengatakan bahwa pelatihan yang melibatkan orang tua memberikan

dampak yang signifikan terhadap perubahan perilaku siswa. Selain itu juga perlu

dilakukan monitoring yang ditujukan untuk memantau kepatuhan remaja putri

dalam mengonsumsi tablet besi serta memantau keberhasilan dari promosi

kesehatan yang dilakukan. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam monitoring

adalah dengan menggunakan kartu kendali yang akan dimiliki oleh setiap siswa

untuk mencatat tablet besi yang telah dikonsumsi.

Oleh karena itu strategi promosi kesehatan berbasis PER factoryang

menjadi salah satu alternatif pelaksanaan promosi kesehatan yang ditujukan

Page 18: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

11

kepada remaja perlu untuk diteliti, sehingga dapat dibuktikan keunggulannya

dibandingkan dengan promosi kesehatan yang selama ini dilakukan. Pemilihan

remaja putri SMP sebagai sasaran intervensi dengan alasan karena angka kejadian

anemia pada siswi SMP berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya tinggi dan berdasarkan data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa

rata-rata usia menarche di Indonesia adalah usia 12-15 tahun yang merupakan

usia dimana remaja putri sedang mengenyam pendidikan di bangku SMP.

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bangli yang dikarenakan menurut

distribusi pendapatan Provinsi Bali tahun 2013, Kabupaten Bangli menduduki

peringkat pertama distribusi pendapatan terendah yaitu sebesar 20,78%

dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Bali (Badan Pusat Statistik

Provinsi Bali, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Apakah promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang anemia lebih baik dibandingkan dengan

promosi kesehatan konvensional?

2. Apakah promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan sikap

remaja putri tentang anemia lebih baik dibandingkan dengan promosi

kesehatan konvensional?

Page 19: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

12

3. Apakah promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan

kemandirian remaja putri dalam mengonsumsi tablet besi lebih baik

dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional?

4. Apakah promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan

kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi tablet besi lebih baik

dibandingkan dengan promosi kesehatan konvensional?

5. Apakah promosi kesehatan berbasis PER factor dapat menurunkan prevalensi

anemia pada remaja putri lebih baik dibandingkan dengan promosi kesehatan

konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan keunggulan

strategi promosi kesehatan berbasis PER factordibandingkan dengan pelaksanaan

promosi kesehatan konvensional terkait dengan upaya perubahan perilaku

masyarakat dengan cara meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang

anemia sehingga terbentuk kemandirian dan kepatuhan remaja dalam

mengonsumsi tablet besi.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa:

1. Promosi kesehatan berbasis PER factordapat meningkatkan pengetahuan

remaja putri tentang anemia lebih baik dibandingkan dengan promosi

kesehatan konvensional.

Page 20: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

13

2. Promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan sikap remaja

putri tentang anemia lebih baik dibandingkan dengan promosi kesehatan

konvensional.

3. Promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan kemandirian

remaja putri dalam mengonsumsi tablet besi lebih baik dibandingkan dengan

promosi kesehatan konvensional.

4. Promosi kesehatan berbasis PER factor dapat meningkatkan kepatuhan

remaja putri dalam mengonsumsi tablet besi lebih baik dibandingkan dengan

promosi kesehatan konvensional.

5. Promosi kesehatan berbasis PER factor dapat menurunkan prevalensi anemia

pada remaja putri lebih baik dibandingkan dengan promosi kesehatan

konvensional.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan baru

mengenaistrategi promosi kesehatan berbasis PER factor yang dapat digunakan

sebagai salah satu alternatif dalam melaksanaan promosi kesehatan khususnya

bagi para remaja.

1.4.2 Manfaat praktis

Dengan mengetahui efektifitas strategi promosi kesehatan berbasis PER

factor pada remaja dalam hal penanggulangan anemia pada remaja putri, maka

diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh:

Page 21: ABSTRAK PROMOSI KESEHATAN BERBASIS … · PROMOSI KESEHATAN BERBASIS PREDISPOSING-ENABLING-REINFORCING FACTOR MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, ... gizi utama di Asia termasuk di Indonesia.

14

1. Sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan

promosi kesehatan kepada siswa dengan melibatkan peran serta orang tua agar

hasil yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.

2. Pemegang kebijakan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan

bagi para pemegang kebijakan kesehatan (dinas kesehatan, dinas pendidikan)

untuk menyusun suatu strategi pencegahan dan penanggulangan anemia pada

remaja putri.