ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB...

25
ix ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PURᾹṆA BANGSUL: ANALISIS SEMIOTIK Krisis lingkungan hidup membawa dampak sosial yang kompleks. Gerakan hijau mulai digencarkan untuk menanggulangi hal tersebut, termasuk dengan menggunakan sastra sebagai sarana yang disebut sebagai gerakan sastra hijau. Sastra Jawa Kuno sebagai salah satu sastra tradisional Nusantara memendam kearifan ekologis yang bisa menjadi jawaban atas kondisi lingkungan hidup yang tengah rusak. Sasta Jawa Kuno mayor yang dikarang di Jawa banyak mengandung konsep kemanunggalan sifat antara Tuhan, manusia, dan lingkungan. Konsep ini nampaknya terus berkembang pada karya-karya Sastra Jawa Kuno minor yang dikarang pasca runtuhnya Majapahit, khususnya di Bali. Konsep kemanunggalan ini salah satunya ditemukan dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul (KKDPB), sebuah karya sastra purāṇa bergenre prosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana penggambaran alam dalam KKDPB, pemaknaannya, serta bagaimana makna tersebut dikembangkan sebagai sarana untuk melestarikan lingkungan fisik. Teori yang dijadikan tumpuan dalam penelitian ini adalah teori semiotik Roland Barthes yang terfokus pada pengembangan makna tataran kedua (konotasi). Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah metode simak yang dibantu dengan teknik pembacaan, pencatatan, alih aksara, dan terjemahan. Dalam tahap analisis data digunakan metode deskriptif analisis yang dibantu dengan teknik pemilihan, penyusunan, dan pemilahan data. Tahap penyajian data digunakan metode formal dan informal. Hasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan, dan lingkungan pertanian. Dalam tataran konotasi, alam tersebut secara umum dimaknai sebagai perwujudan dan stana para dewa. Pemaknaan tersebut berkembang menjadi mitos dan sangat berperan dalam pelestarian alam di suatu wilayah. Kata Kunci: sastra purāṇa, ekosistem, semiotik

Transcript of ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB...

Page 1: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

ix

ABSTRAK

KUTTARA KAṆḌA DEWA PURᾹṆA BANGSUL:

ANALISIS SEMIOTIK

Krisis lingkungan hidup membawa dampak sosial yang kompleks.

Gerakan hijau mulai digencarkan untuk menanggulangi hal tersebut, termasuk

dengan menggunakan sastra sebagai sarana yang disebut sebagai gerakan sastra

hijau. Sastra Jawa Kuno sebagai salah satu sastra tradisional Nusantara

memendam kearifan ekologis yang bisa menjadi jawaban atas kondisi lingkungan

hidup yang tengah rusak. Sasta Jawa Kuno mayor yang dikarang di Jawa banyak

mengandung konsep kemanunggalan sifat antara Tuhan, manusia, dan

lingkungan. Konsep ini nampaknya terus berkembang pada karya-karya Sastra

Jawa Kuno minor yang dikarang pasca runtuhnya Majapahit, khususnya di Bali.

Konsep kemanunggalan ini salah satunya ditemukan dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa

Purāṇa Bangsul (KKDPB), sebuah karya sastra purāṇa bergenre prosa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana penggambaran alam

dalam KKDPB, pemaknaannya, serta bagaimana makna tersebut dikembangkan

sebagai sarana untuk melestarikan lingkungan fisik. Teori yang dijadikan tumpuan

dalam penelitian ini adalah teori semiotik Roland Barthes yang terfokus pada

pengembangan makna tataran kedua (konotasi).

Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah metode

simak yang dibantu dengan teknik pembacaan, pencatatan, alih aksara, dan

terjemahan. Dalam tahap analisis data digunakan metode deskriptif analisis yang

dibantu dengan teknik pemilihan, penyusunan, dan pemilahan data. Tahap

penyajian data digunakan metode formal dan informal.

Hasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar

di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan, dan lingkungan

pertanian. Dalam tataran konotasi, alam tersebut secara umum dimaknai sebagai

perwujudan dan stana para dewa. Pemaknaan tersebut berkembang menjadi mitos

dan sangat berperan dalam pelestarian alam di suatu wilayah.

Kata Kunci: sastra purāṇa, ekosistem, semiotik

Page 2: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

x

ABSTRACT

KUTTARA KANDA DEWA PURANA BANGSUL:

SEMIOTIC ANALYSIS

Environmental crisis brings complex social impact. Green movement

begins to intensively spread to overcome this problem, including by using

literature as a mean which is called green literature movement. Ancient

Javanese Literature as one of Archipelago’s traditional literatures containing

ecological virtue which can be an answer to the damaging environmental

condition. Major Ancient Javanese Literature which was written in Java

largely contained the oneness of nature concept between God, human, and

environment. This concept seemed to progress in the works of minor

Ancient Javanese Literatures which were written post the collapse of

Majapahit, especially in Bali. This concept of oneness among other thing

was found in Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul (KKDPB), a purāṇa

literature work which had a genre of prose.

This research aims to examine how the depiction of nature in

KKDPB, its meaning, and how the meaning was developed as a mean to

conserve the physical environment. The theory which was used as the basis

in this research was Roland Barthes semiotic theory which was focused on

the development of second level meaning (connotation).

The method being used in data sampling process was a referring

method which was assisted with reading, recording, script conversion, and

translation technique. In data analysis stage, it used descriptive analysis

method which was assisted with selection, arrangement, and data sorting

technique. Data presentation stage used formal and informal method.

The result of study towards KKDPB showed that the nature depicted

inside was in the form of mountains, oceans, rural environment, and farming

environment. In connotation level, the nature in general was interpreted as

the manifestation and palace of the Gods. The meaning was developed

becoming the myths and was instrumental in nature conservation in any

region.

Key words: purāṇa literature, ecosystem, semiotic.

Page 3: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM .................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ............................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA UJIAN ............................................................. iv

UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. ix

ABSTRACT ............................................................................................... x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ........................................... xvi

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK .......................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii

GLOSARIUM ............................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 7

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 8

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

Page 4: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xii

1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 8

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 9

1.5. Jangkauan Penelitian ....................................................................... 9

1.6. Sistematika Penyajian ..................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI .. 11

2.1. Kajian Pustaka ................................................................................. 11

2.2. Konsep ............................................................................................ 13

2.2.1 Purāṇa ............................................................................................. 14

2.2.2 Ekosistem ........................................................................................ 15

2.2.3 Semiotik .......................................................................................... 16

2.3. Landasan Teori ................................................................................ 18

2.4. Model Penelitian ............................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 24

3.1. Rancangan Penelitian ...................................................................... 24

3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 25

3.2.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 25

3.2.2 Sumber Data .................................................................................... 25

3.3. Metode dan Teknik Penelitian ........................................................ 27

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 27

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................... 29

3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Data ................................................ 29

Page 5: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xiii

BAB IV DESKRIPSI NASKAH KUTTARA KAṆḌA DEWA

PURĀṆA BANGSUL .................................................................. 30

4.1. Deskripsi Naskah Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul .............. 30

4.1.1 Naskah Koleksi Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali ................... 33

4.1.2 Naskah Koleksi Perpustakaan Universitas Hindu Indonesia

Denpasar .......................................................................................... 34

4.1.3 Naskah Koleksi UPTD Gedong Kirtya Singaraja ........................... 35

4.1.4 Naskah Koleksi Pribadi I Nengah Rantrayasa ................................ 36

4.2. Sastra Purāṇa dan Unsur-unsur Sastra Purāṇa dalam Kuttara

Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul ......................................................... 37

4.2.1. Proses Penciptaan (Sarga dan Visarga)..................................... 40

4.2.2. Dinasti (Vamsa) dan Karya Tuhan (Vamsanucarita)…………... 42

4.2.3. Kurun Waktu Dunia (Manwantara), Masa Kehancuran Dunia

(Samstha), dan Realitas Tertinggi (Apasraya)………………….. 44

4.2.4. Perlindungan Semesta (Raksa), dan Dorongan Melakukan

Karma (Hetu)…………………………………………………….. 46

4.3. Sinopsis Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul ............................. 47

4.4. Strukur Naratif Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul…………. . 53

Page 6: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xiv

4.4.1. Tema……………………………………………………………… 54

4.4.2. Tokoh dan Penokohan…………………………………………… 61

4.4.3. Alur……………………………………………………………….. 67

4.4.4. Latar………………………………………………………………. 76

4.4.4.1. Latar Tempat…………………………………………………….... 76

4.4.4.2. Latar Waktu……………………………………………………….. 82

4.4.4.3. Latar Sosial………………………………………………………... 84

4.4.5. Amanat……………………………………………………………. 87

BAB V PENGGAMBARAN DAN PEMAKNAAN ALAM DALAM

KUTTARA KAṆḌA DEWA PURĀṆA BANGSUL ................... 90

5.1. Penggambaran Alam dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul 90

5.1.1. Gambaran Alam dalam Wujud Sagara-Giri (Lingga-Yoni) ........... 91

5.1.2. Gambaran Alam dalam Wujud Sadkrti .......................................... 98

5.1.3. Gambaran Lingkungan Pertanian dan Desa .................................... 105

5.1.4. Gambaran Hubungan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit ............. 108

5.2. Pemaknaan Alam dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa

Bangsul ............................................................................................ 110

5.2.1. Pemaknaan Lingkungan Fisik ......................................................... 111

5.2.1.1. Pemaknaan Gunung…………………………………………….. . 113

5.2.1.2. Pemaknaan Laut………………………………………………… . 117

5.2.1.3. Pemaknaan Danau………………………………………………. . 121

Page 7: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xv

5.2.1.4. Pemaknaan Air………………………………………………….. . 125

5.2.1.5. Pemaknaan Lingkungan Pertanian……………………………… . 127

5.2.2. Bhuwana Agung sebagai Pantulan Bhuwana Alit ........................... 129

5.3. Efek Pengembangan Makna Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa

Bangsul Terhadap Kelestarian Lingkungan ................................... 136

BAB VII PENUTUP .................................................................................. 142

5.4. Simpulan ......................................................................................... 142

5.5. Saran ................................................................................................ 143

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 144

LAMPIRAN 1. Alih Aksara Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul

Koleksi Perpustakaan UNHI Denpasar………………... ....................... 147

LAMPIRAN 2. Terjemahan Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul

Koleksi Perpustakaan UNHI Denpasar .................................................. 171

LAMPIRAN 3. Dokumentasi Naskah Penelitian ................................... 201

Page 8: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

1. SINGKATAN

KKDPB : Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul

E1 : Ekspresi; penanda

E2 : penanda dalam tataran makna kedua

R1 : Relasi; tanda

R2 : pengembangan tanda

C1 : isi; pertanda

C2 : pengembangan pertanda

Gb. : gambar

Hal. : halaman

mdpl : meter diatas permukaan laut

Ha : hektar

2. LAMBANG

'…………' : tanda pengapit terjemahan harfiah

"……….." : tanda pengapit kutipan

Page 9: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xvii

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK

Halaman

Bagan 1. Gambaran Teori Semiotika Barthes………………..…….. 21

Bagan 2. Model Penelitian…………………………………………….. 22

Bagan 3. Pengembangan Makna Gunung……………………………. 113

Bagan 4. Pengembangan Makna Laut……………………………….. 117

Bagan 5. Pengembangan Makna Dewi Danuh………………………. 123

Bagan 6. Bentuk Metabahasa Tirtha Amṛta…………………………. 126

Grafik 1. Gambaran Alur Menurut Edward Jones…………………. 68

Grafik 2. Gambaran Alur Menurut Rodrigues dan Badaczewski…. 69

Grafik 3. Pembagian Alur KKDPB…………………………………... 75

Page 10: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1. Alih Aksara Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul

Koleksi Perpustakaan UNHI Denpasar………………... ............................ 147

LAMPIRAN 2. Terjemahan Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul

Koleksi Perpustakaan UNHI Denpasar………………………………...... 171

LAMPIRAN 3. Dokumentasi Naskah Penelitian………………………… 201

Page 11: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xix

GLOSARIUM

atma

unsur hidup (jiwa) yang merupakan percikan kecil dari Tuhan (Brahman).

Atma memiliki sifat-sifat yang sama dengan Brahman diantaranya tidak

terlukai oleh senjata (achedya), tidak terbakar oleh api (adahya), tidak

terkeringkan oleh angin (akledya), tidak terbasahkan oleh air (acesyah),

abadi (nitya), berada dimana-mana (sarwagatah), tidak berpindah-pindah

(sthanu), tidak bergerak (acala), selalu sama (sanatana), tidak terlahirkan

(awyakta), tidak terpikirkan (acintya), tidak berubah dan sempurna

(awikara).

babad

karya sastra tradisional yang mengandung unsur sejarah

bangsul

bangsul berarti balik. Memiliki kesepadan makna dengan kata bali. Nusa

Bangsul atau Banua Bangsul artinya Pulau Bali

bhatara

berarti pelindung. Ditujukan sebagai kata ganti untuk menyebut Tuhan,

dewa, raja dan orang-orang yang dimuliakan. Dalam bentuk feminim

bhatari

bhuwana

berarti dunia, jagat, bumi. Dalam konsep Hindu, bhuwana dibedakan

menjadi bhuwana alit (alam kecil; mikrokosmos) dan bhwana agung

(alam besar; makrokosmos). Kedua bhuwana ini disusun oleh unsur yang

sama yang disebut panca maha buta, terdiri dari pṛtiwi (tanah; unsur

padat), apah (air; unsur cair), teja (unsur panas atau sinar), bhayu (angin;

nafas), dan akasa (unsur ruang).

bhuta

bhuta atau bhuta kala adalah makhluk halus yang dipercaya mewakili

kekuatan alam semesta. Cenderung memiliki stigma negatif (jahat),

sehingga perlu ditenangkan (di-somya) dengan ritual-ritual atau aktivitas

tertentu.

Page 12: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xx

denotasi

menurut teori Barthes merupakan makna pada tataran pertama

ekologi

ilmu yang mempelajari tentang hubungan antar komponen ekosistem yang

terdiri dari unsur biotik (makhluk hidup) dan unsur abiotik (lingkungan

fisik)

ekologis

bersifat ekologi

ekosistem

sistem ekologi yang didalamnya terdapat hubungan saling mengkait antar

komponen pendukungnya

guṇa

sifat-sifat yang dimiliki dan mempengaruhi setiap ciptaan. Biasanya terdiri

dari tiga bagian, yaitu satwam (sifat tenang, cerdas, bijaksana), rajah (sifat

enerjik, ego, bernafsu), dan tamah (sifat malas)

hyang

ditujukan sebagai kata ganti untuk menyebut Tuhan, dewa-dewi, dan

orang yang dimuliakan.

itihasa

kelompok kitab Weda Smrti (Upaweda) yang menceritakan kisah-kisah

epic. Terdiri dari dua kitab besar, yaitu Ramāyana dan Mahabharata.

karma

karma berarti tindakan, pekerjaan. Dalam konsep Hindu karma dipandang

sebagai segala tindakan yang akan menimbulkan sebab akibat. Setiap

tindakan akan melahirkan hasil dari perbuatan (karmaphala)

kakawin

karya sastra puisi yang menggunakan bahasa Jawa Kuno dan diikat oleh

aturan guru laghu.

Page 13: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xxi

konotasi

pemaknaan tingkatan kedua menurut teori Barthes

lingga

objek pemujaan kepada Tuhan (khususnya Dewa Siwa), berbentuk seperti

kemaluan laki-laki (phalus) yang menyimbolkan unsur maskulin (purusa)

linggācala

lingga yang tidak bergerak, mengacu pada gunung.

merana

wabah (hama) yang bisa menyebar dan mengganggu kehidupan makhluk

hidup

meru

meru berarti gunung. Dalam perkembangan selanjutnya mengarah pada

bangunan suci yang atapnya bertingkat-tingkat dan menyimbolkan

gunung.

mitos

cerita masa lampau yang biasanya bercerita tentang dewa dan pahlawan

zaman dahulu serta memiliki hubungan dengan penciptaan alam semesta,

manusia, dan suatu bangsa

niskala

sesuatu yang bersifat gaib

parameswara

berasal dari gabungan dua kata, yaitu parama yang berarti tertinggi dan

iswara yang berarti yang berkuasa (Tuhan), sehingga parameswara

artinya Tuhan yang tertinggi. Dalam ajaran Siwaisme mengacu pada Śiwa

atau gelar lainnya Bhatara Guru. Dalam bentuk feminim parameswari

parwa

karya sastra berbahasa Jawa Kuno berbentuk prosa yang kental dengan

pengaruh Sanskerta. Pada umumnya parwa terdiri dari 18 bagian yang

menceritakan kisah Mahabarata gubahan Maharsi Wyasa (astadasa

parwa). Pada perkembangan sastra Jawa Kuno selanjutnya, parwa tidak

Page 14: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xxii

hanya digunakan untuk menunjuk bagian-bagian dari Mahabarata saja

(misal Pragosa Parwa).

pradhana

unsur kebendaan atau feminim

purāṇa

kitab (karya sastra) yang memuat cerita masa lalu yang bersifat epik-

mitologis. Dalam kodifikasi Weda masuk sebagai bagian dari Weda

Smreti pada kelas Upaweda, dan terdiri dari 18 kitab, yaitu Brahma

Purāṇa, Padma Purāṇa, Wisnu Purāṇa, Wayu Purāṇa, Bhagawata

Purāṇa, Markandeya Purāṇa, Narada Purāṇa, Agni Purāṇa, Bhawisya

Purāṇa, Brahmawaiwarta Purāṇa, Lingga Purāṇa, Waraha Purāṇa,

Skanda Purāṇa, Wamana Purāṇa, Kurma Purāṇa, Matsya Purāṇa,

Garuda Purāṇa, dan Brahmanda Purāṇa

rṣi

golongan masyarakat yang dianggap suci dan memiliki kemampuan di atas

manusia biasa.

sargah

sargah berarti bagian atau bab dalam karya sastra tradisional.

sekala

sesuatu yang nampak, dan bisa ditangkap oleh panca indra, merupakan

lawan niskala

śiwaisme

Śiwaisme berarti paham Śiwa, yaitu kelompok paham dalam ajaran Hindu

yang mengagungkan Dewa Śiwa sebagai dewa utama. Salah satu

cabangnya adalah Śiwa Sidhanta.

subak

sistem organisasi tradisional Bali yang berfungsi untuk mengatur sistem

irigasi sawah.

tapa

tapa atau tapabrata adalah upaya spiritual yang bertujuan mengaktifkan

energi di dalam tubuh. Biasanya dilakukan dengan melaksanakan

pantangan-pantangan tertentu

tirtha

Page 15: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

xxiii

air yang dipercaya memiliki kesucian dan khasiat tertentu. Tirtha biasanya

didapat dari mata air yang masih dianggap suci (sukla) atau dibuat oleh

orang suci. Proses pengambilan tirtha di pusat-pusat mata air biasanya

dikenal dengan sebutan nuwur tirtha. Dalam pelaksanaan upacara di suatu

pura tirtha biasanya disebut dengan wangsuh pada (basuhan kaki) bhatara

atau dewa yang berstana di pura atau tempat suci bersangkutan. Tirtha

disebut sebagai wangsuh pada karena biasanya dipakai untuk

membersihkan arca yang merupakan perwujudan suatu dewa.

yoga samadi

praktek spiritual yang dilakukan dengan cara konsentrasi (pemusatan)

pikiran tingkat tinggi untuk mencapai keheningan.

yoni

objek pemujaan (khususnya pada penganut Śiwaisme) yang menyimbolkan

rahim (pradana). Biasanya menjadi satu kesatuan dengan lingga.

Pertemuan lingga dan yoni dipercaya akan melahirkan kesejahteraan

Page 16: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis lingkungan yang dihadapi manusia modern merupakan akibat

langsung dari tindakan manusia yang tanpa dilandasi nilai-nilai etika atau moral

lingkungan (Suka, 2015:1). Sebagai contoh dalam bidang kehutanan, menurut

data Global Forest Watch dan Forest Watch Indonesia sepanjang tahun 2009

hingga 2013, Indonesia kehilangan hutan seluas 4,6 juta hektar. Jika dirata-

ratakan, dalam setiap menit Indonesia kehilangan hutan seluas tiga kali luas

lapangan sepakbola. Data Forest Watch Indonesia mengungkapkan luas hutan

Indonesia pada tahun 1950 diperkirakan 193 juta hektar. Tahun 2009, luas hutan

Indonesia hanya sekitar 88 juta hektar, dan pada tahun 2013 jumlah wilayah hutan

Indonesia hanya sekitar 82 juta hektar (http://sains.kompas.com, April 2015).

Hingga September 2016, penyusutan wilayah hutan masih tetap terjadi dan

menjadi masalah prioritas bagi sebagian provinsi di Indonesia.

Untuk menjaga keberlangsungan lingkungan bukan saatnya lagi

mempertentangkan pandangan ilmu ilmiah (modern) dengan sistem pengetahuan

lokal. Penghormatan dan pemanfaatan kearifan-kearifan ekologis yang terkandung

dalam sistem pengetahuan lokal menjadi kebutuhan yang mutlak bagi semua

pihak (Dwi Susilo, 2008:167). Salah satu wujud sistem pengetahuan lokal

Nusantara yang bisa dijadikan refleksi untuk memecahkan permasalahan

lingkungan adalah sastra Jawa Kuno.

Page 17: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

2

Sastra Jawa Kuno adalah sastra pramodern Indonesia yang unggul,

mengandung harta karun keindahan, kearifan, dan kebijakan (Teeuw, 1983).

Sastra Jawa Kuno merupakan candi aksara yang menjadi bukti monumental

proses evolusi peradaban batin leluhur Nusantara. Sastra Jawa Kuno tidak semata

muncul sebagai karya estetik yang mampu menghibur, namun mengandung unsur

etika yang bisa dijadikan kompas dalam proses menemukan kesejatian hidup.

Nilai-nilai etika yang dikandung karya sastra Jawa Kuno sangat penting

digunakan dalam usaha pembinaan karakter bangsa secara berkelanjutan, sehingga

diperlukan usaha-usaha untuk membedah dan membumikan nilai-nilai tersebut

dalam masyarakat luas.

Menurut Zoetmulder (1985:269-270), penggambaran alam dalam sastra

Jawa Kuno bagi penyair bukan hanya terkesan oleh kemiripan alam dengan sifat-

sifat manusiawi serta bentuk manusiawi. Bagi penyair, alam merupakan reaksi

dengan cara manusiawi dan mengambil bagian dalam perasaan manusia yang

bergerak di tengah-tengah alam. Dalam ungkapan puitis yang termuat dalam karya

sastra Jawa Kuno terdapat sebuah unsur pokok dalam alam pikiran Jawa Kuno

yaitu kemanunggalan alam semesta dan semua makhluk di dalamnya yang kait-

mengkait. Keindahan dalam segala bentuknya selalu dipandang sebagai

manifestasi dari Yang Mutlak. Segala bentuk keindahan pada dasarnya satu dan

bila keindahan itu nampak dalam manusia dan alam menurut suatu bentuk yang

serupa, maka para kawi (pengarang) percaya bahwa antara kedua macam

manifestasi itu terdapat suatu hubungan yang khas.

Page 18: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

3

Konsep ini nampaknya terus berkembang dan beregenerasi dalam karya-

karya sastra Jawa Kuno dari masa Raja Dharmawangsa Teguh (991-1007 Masehi)

hingga karya-karya sastra Jawa Kuno yang terlahir di Bali. Masyarakat Bali

mengenal konsep ini sebagai Tri Hita Karana yang secara nyata masih digunakan

hingga kini sebagai rambu-rambu pemanfaatan lingkungan hidup. Salah satu teks

Jawa Kuno yang menunjukkan tanda-tanda kesatuan sistem pemikiran itu adalah

Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul (selanjutnya ditulis KKDPB).

Naskah berjudul KKDPB ditemukan dalam beberapa naskah yaitu, 1)

berupa lontar beraksara Bali yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Hindu

Indonesia Denpasar; 2) berupa transliterasi beraksara latin yang disimpan di Unit

Pelaksana Teknis Daerah Gedong Kirtya Singaraja dengan nomor inventaris IV

A/6867; dan 3) berupa naskah beraksara latin (fotokopi) koleksi I Nengah

Rantrayasa di Desa Batur, Kintamani. Bahasa KKDPB menunjukkan ciri bahasa

Jawa Tengahan yang disertai dengan kutipan-kutipan śloka Sanskerta.

Penggunaaan bahasa Jawa Tengahan tersebut mengindikasikan KKDPB sebagai

teks yang tergolong muda dan kemungkinan ditulis di Bali.

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Gedong Kirtya Singaraja

mengklasifikasikan KKDPB dalam kelompok IV koleksi pernaskahannya

(kelompok itihasa). UPTD Gedong Kirtya Singaraja sendiri mengklasifikasikan

koleksi naskahnya menjadi 7 kelompok yaitu, 1) Weda termasuk di dalamnya

Weda-weda, mantra, dan kalpasastra; 2) Agama termasuk di dalamnya ajaran

agama, palakerta, dharmasastra, dan sesana; 3) Wariga termasuk di dalamnya

kanda, tattwa, tutur, dan usada; 4) Itihasa termasuk di dalamnya parwa, kakawin,

Page 19: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

4

kidung, dan geguritan; 5) Babad termasuk di dalamnya babad pamancangah,

cerita-cerita babad, dan uwug; 6) Tantri termasuk di dalamnya adalah tantri dan

satua-satua (cerita rakyat); dan 7) Lelampahan termasuk di dalamnya adalah

paribasa, sasenggakan, sasawangan, dan wewangsalan (UPTD Gedong Kirtya,

2015).

Itihasa berarti 'legenda', 'sejarah', 'khususnya sejarah kepahlawanan (epik)'

(Zoetmulder, 2011:400). Secara umum itihasa terdiri dari dua epos besar yaitu

Ramayana dan Mahabarata. Jika dilihat menurut judulnya, KKDPB bisa

diklasifikasikan sebagai purāṇa. Purāṇa dalam kodifikasi Weda merupakan kelas

tersendiri, walaupun masih dalam satu golongan dengan itihasa, yaitu sama-sama

dalam kelompok Upaweda. Menurut Zoetmulder (2011:883), purāṇa berarti

'termasuk zaman kuno', 'cerita kuna'; 'kategori tertentu dari karya epik

(wiracarita) atau tulisan epik mitologik'. Kesamaan pengertian antara itihasa dan

purāṇa dalam bahasa Jawa Kuno serta isi cerita KKDPB kemungkinan menjadi

alasan penempatan naskah KKDPB pada kelompok itihasa.

Menurut Ras (2014:189-190), bagi umat Hindu purāṇa merupakan kitab

suci yang diwahyukan. Salah satu contoh sastra purāṇa adalah Brahmandapurana

(prosa). Struktur dari sastra ini memiliki persamaan dengan sastra parwa, dimana

terdapat sejumlah kutipan-kutipan Sanskerta dengan panjang yang berbeda-beda,

śloka, separuh śloka, larik bait atau kata, yang selalu diikuti oleh terjemahan atau

parapfrase, lalu cerita dilanjutkan lagi sampai dipotong oleh kutipan baru.

KKDPB memuat cerita turunnya para dewa dan rsi putra Hyang Pasupati

ke Bangsul (Bali) untuk menjaga ketentraman dan kesejahteraan Bali beserta

Page 20: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

5

masyarakatnya. Sebagai sastra purāṇa, KKDPB didominasi oleh unsur mitologis,

legenda, dan simbolisme. Para dewa penjaga Pulau Bali disimbolkan menguasai

gunung, laut, hutan, dan simpul ekologis lainnya untuk menunjang kestabilan

ekosistem Bali. Keberadaan para dewa tersebut memiliki akibat yang besar bagi

kelestarian ekosistem Pulau Bali.

Sastra bukanlah komunikasi yang biasa, melainkan memiliki banyak segi

yang aneh dan luar biasa jika dibandingkan dengan tindak komunikasi yang lain

(Teeuw, 2015: 36). Bahasa sastra adalah bahasa sistem model kedua sebagaimana

diintroduksi oleh Lotman (1977:15), metafora, konotasi, dan ciri-ciri penafsiran

ganda lainnya (Ratna, 2013:111). Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa

bahasa adalah alat komunikasi masyarakat yang menggunakan sistem tanda yang

maknanya dipahami secara konvensional dalam kehidupan sosial. Tanda

merupakan kesatuan antara aspek signifiant (penanda) dan signifie (petanda)

(Hoed, 2011:54).

Penempatan para putra Hyang Pasupati di pusat-pusat ekosistem Pulau

Bali yang termuat dalam KKDPB kemungkinan merupakan suatu tanda yang

digunakan untuk merepresentasikan keberadaan alam yang harus dihormati

manusia. Ditinjau dari sudut sosial, sampai saat ini daerah yang diklaim sebagai

wilayah suci tempat bersemayamnya para dewa tersebut sangat dilindungi

kesuciannya, baik secara spiritual maupun secara ekologis oleh masyarakat.

Model pelestarian tersebut sukses menjaga kelestarian ekosistem Pulau Bali,

setidaknya dalam "zona kesucian pura" yang ditetapkan pemerintah.

Page 21: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

6

Cerita yang diangkat dalam KKDPB memiliki kemiripan dengan beberapa

teks tradisional lainnya seperti Usana Bali, Babad Pasek, Tantu Panggêlaran, Sri

Tatwa, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, tema yang diambil KKDPB dan

Tantu Panggêlaran relatif sama, yaitu mengagungkan Bhatara Guru atau Hyang

Pasupati (Dewa Śiwa) sebagai dewa utama yang bertugas menentramkan bumi.

Uraian pemindahan gunung dari Jambudwipa ke Jawadwipa (Tantu Panggêlaran)

atau dari Jambudwipa ke Nusa Bangsul (KKDPB) juga memiliki persamaan.

Kisah turunnya para dewa putra Hyang Pasupati ke Bali di dalam KKDPB, Usana

Bali, dan Babad Pasek juga relatif sama. Untuk mengetahui hubungan antara

KKDPB dengan teks-teks tersebut masih diperlukan penelitian lebih lanjut dan

tidak dikaji dalam penelitian ini.

KKDPB dipilih sebagai objek penelitian didasarkan pada beberapa

pertimbangan sebagai berikut. 1) Sepengetahuan penulis, KKDPB belum pernah

diteliti di kalangan ilmiah walaupun telah banyak diacu oleh penulis buku-buku

babad. KKDPB yang banyak diacu oleh penulis buku-buku babad menunjukkan

eksistensi teks ini dalam khazanah kesusastraan tradisional; 2) Tanda-tanda yang

terdapat dalam KKDPB merupakan fenomena semiotik yang perlu didalami lebih

lanjut sehingga menghasilkan kepaduan makna, khususnya dalam kaitannya

terhadap lingkungan fisik (ekosistem); 3) Cerita KKDPB yang mengangkat

kehidupan sosial-ekologis masyarakat Bali serta pemaknaannya terhadap alam

fisik dapat dijadikan acuan pelaksanaan program pembangunan nasional berbasis

lingkungan untuk mengantisipasi dampak pemanasan global; 4) Sastra mampu

memposisikan diri sebagai pewahyu rakyat, sehingga dengan pembongkaran

Page 22: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

7

makna KKDPB dalam aspek lingkungan diharapkan mampu mewahyukan

gerakan sadar dan cinta lingkungan yang menjadi isu strategis dunia saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa

masalah yang akan diteliti dalam KKDPB. Adapun rumusan masalah tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penggambaran lingkungan fisik (ekosistem) Pulau Bali

dan pemaknaannya dalam KKDPB?

2. Bagaimana pengembangan makna KKDPB mendukung kelestarian

lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian dilaksanakan untuk suatu harapan dan tujuan tertentu.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dinyatakan sebelumnya, penelitian

KKDPB memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dan

tujuan khusus tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian terhadap KKDPB secara umum dimaksudkan untuk menggali

dan memberikan gambaran lebih spesifik terhadap hasil karya sastra tradisional

Nusantara yang mengandung mutiara-mutiara etika dan estetika sebagai warisan

budaya bangsa. Selain itu, dalam ruang lingkup yang lebih luas penelitian ini

Page 23: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

8

diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan dan menunjang penyediaan

bahan studi sastra Jawa Kuno serta dapat dijadikan dasar proses penyelamatan,

pelestarian, dan pengembangan sastra tradisional Nusantara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini ditujukan untuk mencari jawaban dari

dua masalah yang dinyatakan di depan yaitu: 1) mengetahui penggambaran alam

dan pemaknaannya dalam KKDPB; dan 2) menunjukkan bagaimana makna

lingkungan fisik dalam KKDPB dikembangkan oleh masyarakat untuk

mendukung kelestarian lingkungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai kelanjutan tujuan penelitian, penelitian terhadap KKDPB

diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan maupun secara

praktis. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis diuraikan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian terhadap KKDPB diharapkan mampu menjadi salah satu

sumber informasi dan referensi di bidang sastra, khususnya sastra tradisional

sebagai upaya penyelamatan, pelestarian, dan pengembangan warisan

keberaksaraan Nusantara yang luhur. Selain itu, dalam ruang lingkup yang lebih

luas penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan dan pelestarian

lingkungan berbasis kearifan lokal.

Page 24: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

9

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi dan menjadi pewahyu masyarakat dalam memaknai, menjaga,

melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan serta kearifan lokal (khususnya

sastra tradisional) dalam upaya menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan

lingkungan dengan bijak.

1.5 Jangkauan Penelitian

Jangkauan atau batasan penelitian berfungsi untuk membatasi masalah dari

objek yang akan diteliti, sehingga ruang lingkup penelitian bisa terarah dan tidak

menyimpang dari masalah yang akan dikaji. Jangkauan dari penelitian terhadap

KKDPB meliputi: 1) bagaimana penggambaran lingkungan fisik dan

pemaknaannya dalam KKDPB, serta 2) bagaimana makna KKDPB

dikembangkan untuk mendukung kelestarian lingkungan.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dibuat untuk memperjelas ruang lingkup penelitian.

Adapun sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jangkauan dan

sistematika penyajian. Bab II menguraikan kajian pustaka, konsep, landasan teori.

Bab III menguraikan rancangan penelitian, jenis dan sumber data, serta metode

Page 25: ABSTRAK KUTTARA KAṆḌA DEWA PUR A BANGSUL: ANALISIS … fileHasil kajian terhadap KKDPB menunjukkan bahwa alam yang tergambar di dalamnya berupa gunung, lautan, lingkungan pedesaan,

10

dan teknik penelitian. Bab I sampai dengan Bab III adalah bab pendahuluan yang

berfungsi sebagai pengantar penelitian.

Bab IV membahas tentang deskripsi KKDPB yang menguraikan deskripsi

naskah KKDPB baik berupa lontar maupun teks alih aksaranya, unsur-unsur

sastra purāṇa yang terdapat dalam KKDPB, sinopsis KKDPB, serta menguraikan

struktur naratif KKDPB. Pada Bab V akan diuraikan penggambaran alam dalam

KKDPB, proses pemaknaan dan makna lingkungan pada KKDPB, serta efek

pengembangan makna KKDPB terhadap kelestarian lingkungan. Bab IV sampai

dengan Bab V merupakan bab analisis.

Bab VI adalah bab penutup yang memuat simpulan dan saran. Setelah Bab

VI akan dilengkapi daftar pustaka dan lampiran.