ABSTRAK - balitbang.pemkomedan.go.idbalitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Kajian...
Transcript of ABSTRAK - balitbang.pemkomedan.go.idbalitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Kajian...
i
ABSTRAK
Kajian kawasan strategis pada Pemerintahan Kota Medan, bertujuan untuk
Melakukan analisis dan pemetaan dari profil untuk Kawasan Strategis di wilayah
Kota Medan berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Medan Tahun 2011-2031. Selain itu, kajian ini juga menganalisis dampak
Penentuan Kawasan Strategis yang disesuaikan dengan Sektor Ekonomi Unggulan
Kota Medan dalam mencapai Kawasan Ekonomis Perkotaan. Terakhir, kajian ini
ingin membuat kriteria dalam penentuan kawasan strategis yang terdapat pada
RUTRK kota Medan, sehingga sesuai dengan karakteristik wilayah dan
keterkaitannya dengan aktivitas ekonomi lainnya.
Berdasarkan temuan yang diperoleh dari Kajian Kawasan Strategis ini,
bahawa CBD Polonia harus dievaluasi sebagai kawasan yang mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui sektor formal perdagangan dan kawasan
perkantoran. Karena wilayah CBD Polonia sangat dekat dengan kawasan strategis
nasional, yakni Landasan Udara (LANUD) Polonia sebagai fungsi Pertahanan
Udara Nasional seperti pangkalan militer, maka jika ada pembangunan kompleks
gedung perkantoran, kemudian pembangunan rumah tringgal (resident) yang
berbentuk vertikal, maka dapat mengancam keselamatan penerbangan pesawat
angkatan udara. Selain itu, status kepemilikan tanah atas CBD Polonia masih
belum jelas, sehingga pengembangannya menjadi sangat lambat.
Selain penemuan diatas, maka wilayah utara Medan banyak dijaadikan
kawasan strategis kota yang berorientasi mendorong pertumbuhan ekonomi,
seperti kawasan pelabuhan laut BELAWAN yang dilengkapai dengan Pelabuhan
orang dan pelabuhan petikemas untuk angkutan barang baik antar pulau maupun
antar negara. Kawasan industri Mabar, yang termasuk kawasan industri terbesar di
Sumatera Utara. Terdapat juga kawasan yang memberi daya dukung terhadap
lingkungan hidup serta memberi peluang dalam pengembangan pariwisata kota
khususnya wilayah pesisir pantai, yakni Hutan Mangrove di Medan Belawan,
Labuhan dan Marelan, kawasan wisata Danau Siombak (danau buatan). Wilayah
utara kota Medan khususnya Marelan juga ditetapkan sebagai kawawsan budidaya
agrobisnis dengan konsentrasi produk berupa sayur-mayur dan budidaya hewan
ternak ikan dan unggas, guna memenuhi permintaan lokal masyarakat Medan.
Program revitalisasi kawasan kota tua harus secepatnya dilakukan,
sehingga gedung-gedung tua tersebut dapat dimanfaatkan baik komersil maupun
menjadi kawasan heritage Medan yang memiliki nilai historis yang sangat bagus.
Revitalisasi bangunan tua di seputaran Kawasan KESAWAN Medan akan
menjadi icon penting untuk destinasi wisata kota. Selain itu ada kota tua di Medan
Labuhan yang dilengkapai sarana ibadah Konghucu dan Mesjid Al Usmani yang
bergaya Eropa dan Timur Tengah menjadi daya tarik untuk dikembangkan.
Kawasan komplek Stasiun Kereta Api Medan dan Pulo Brayan yang
sangat unik dan dapat digunakan sebagai kawasan pergudangan dan perdagangan
yang lebih baik, nyaman dan mudah diakses, tanpa menghancurkan bangunan tua
yang ada.
Kata Kunci : Kawasan Strategis – Kawasan Ekonomis – Pertumbuhan Ekonomi
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Dasar Hukum Kegiatan Kajian 4
1.3 Maksud Kegiatan Kajian 5
1.4 Tujuan Kegiatan Kajian 5
1.5 Sasaran Kegiatan Kajian 5
BAB 11 TINJAUAN LITERATUR DAN STUDI PUSTAKA 6
2.1 Teori Lokasi dan Analisa Ekonomi Spasial 6
2.2 Penetapan Kawasan Strategis 9
2.3 Penetapan Kawasan Strategis di Kota Medan 10
2.3.1 Tujuan Yang Akan Dicapai dalam Penetapan
Kawasan Strategis 10
2.3.2 Dasar Penetapan Kawasan Strategis dalam
RTRWK 11
BAB III MTODE PENELITIAN DAN ANALISIS 12
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 12
3.2 Jenis dan Sumber Data 12
3.2.1 Jenis Data 12
3.2.2 Sumber Data 12
3.3 Teknik Pengambilan Data 12
3.3.1 Data Primer 13
3.3.2 D ata Sekunder 13
3.4 Waktu Penelitian 13
BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PEMBANGUNAN 14
4.1 Perkembangan Strategi Pengambangan Pembangunan
Di Indonesia 14
4.2 Strategi Pembangunan Wilayah di Propinsi Sumatera
Utara 15
4.3 Strategi Pembangunan Wilayah di Kota Medan 16
BAB V KAWASAAN STRATEGIS KOTA MEDAN
BERDASARKAN PADA RENCANA TATA RUANG
iii
WILAYAH (RTRW) 2010 – 2030 17
5.1 Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan
Ekonomi 17
5.1.1 Profil Kawasan CBD Polonia 18
5.1.2 Kawasan Pelabuhan Belawan 19
5.2 Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Bidang
Sosial Budaya 23
5.3 Kawasan Strategis berdasarkan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup 34
5.3.1 Pengembangan Kawasan Budi Daya 39
5.3.1.1 Kawasan Budidaya Perikanan 39
5.4 Kawasan Strategis Nasional dan Propinsi di Wilayah
Kota Medan 45
5.5 Kontribusi Sektor Unggulan dan Sub Sektornya dari
PDRB Kota Medan 47
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 56
6.1 Kesimpulan 56
6.2 Rekomendasi 57
DAFTAR PUSTAKA 58
iv
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 5-1 Total Produksi Sayur-Mayur dan Cabe di Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2015 34
Tabel 5-2 Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air
Payau Kota Medan 40
Tabel 5-3 Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air
Tawar Kota Medan 41
Tabel 5-4 Produksi Sayur-Mayur per Kecamatan di Kota Medan
Tahun 2005 44
Tabel 5-5 Perkembangan Kontribusi (%) dari Sektor dan Sub Sektor
PDRB Kota Medan 55
v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 5-1 Salah satu Pojok Kawasan Bisnis di CBD Polonia 18
Gambar 5-2 Pelabuhan Laut Belawan Angkutan Barang 19
Gambar 5-3 Pelabuhan Laut Belawan Terminal Petikemas 20
Gambar 5-4 Akses Jalan Menuju Pelabuhan Petikemas 21
Gambar 5-5 Stasiun Kereta Api Belawan 22
Gambar 5-6 Titi Gantung sebagai Akses Jalan dari dan ke
Stasiun Besar Medan 24
Gambar 5-7 Kawasan Seputaran Lapangan Merdeka Medan 25
Gambar 5-8 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Kesawan Medan 25
Gambar 5-9 Kawasan Rumah Tjong Afie Kesawan Medan 26
Gambar 5-10 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Hindu Medan 26
Gambar 5-11 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Raden
Saleh Dalam Medan 27
Gambar 5-12 Toapekong Medan Labuhan 28
Gambar 5-13 Rumah Toko Bergaya Pecinan di Kota Tua Labuhan 29
Gambar 5-14 Mesjid Al-Osmai Medan Labuhan 29
Gambar 5-15 Stasiun Kereta Api Medan Labuhan 30
Gambar 5-16 Stasiun Kereta Api Belawan 31
Gambar 5-17 Kawasan Pgudangan di Stasiun Kereta Api Brayan 31
Gambar 5-18 Kompleks Istana Maimun Medan 32
Gambar 5-19 Kompleks Mesjid Raya Al Mashun Medan 33
Gambar 5-20 Kompleks Kuil Sri Maryamman 33
Gambar 5-21 Kebun Sayur di Kawasan Medan Marelan 35
Gambar 5-22 Kawasan Hutan Mangrove di Pesisir Kota Medan 36
Gambar 5-23 Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan 37
vi
No Judul Halaman
Gambar 5-24 Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan 38
Gambar 5-25 Kawasan Budidaya Perikanan di Pesisir Medan
Belawan 42
Gambar 5-26 Kawasan Budidaya Perikanan Air Tawar Medan
Tuntungan 43
Gambar 5-27 Peta Penyebaran Kawasan Strategis Kota Medan 46
Gambar 5-28 Perkembangan Kontribusi Sektor Indusri Pengolahan
Serta Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun
2001 – 2011 48
Gambar 5-29 Perkembangan Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan
Air Bersih, serta Sub Sektor PDRB Kota Medan tahun
2002 – 2011 49
Gambar 5-30 Perkembangan Kontribusi Sektor Bangunan dan
Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sub Sektor
PDRB Kota Medan Tahun 2002 – 2011 50
Gambar 5-31 Perkembangan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi serta Sub Sektor PDRB Kota Medan
Tahun 2002 – 2011 52
Gambar 5-32 Perkembangan Kontribusi Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Peerusahaan serta Sub Sektor
PDRB Kota Medan Tahun 2002 – 2011 53
Gambar 5-33 Perkembangan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa serta
Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2002-2011 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aspek lokasi menjadi sangat penting dalam tahapan pembangunan ekonomi
baik di negara-negara sedang berkembang maupun dinegara-negara maju.
Terdapat tiga isu utama dalam pembangunan yakni; pertama, ketimpangan
geografi (geographic unevenness); kedua, siklus sebab akibat (circular
causation); ketiga, dampak bertetangga/berdekatan (neighborhood effect) dalam
World Development Report (2009).
Aspek ruang memiliki dimensi geografis dan lansekap ekonomi (economic
landscape) yang menjadi variabel tambahan penting dalam kerangka teori
ekonomi pembangunan. Sesuai dengan perkembangan ilmu saat ini, maka
munculah konsep baru dalam mengkombinasikan kedua aspek tersebut yakni
aspek geografi dan aspek ekonomi, dan dikenal dengan istilah geografi ekonomi
(economic geography). Konsep ini mampu menjelaskan tentang tabir misteri
(blackbox) permasalahan dari ketidakseimbangan spasial dalam proses
pembangunan. Pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah dalam
kerangka kebijakan pembangunan sangat tergantung pada permasalahan dan
karakteristik spesifik wilayah yang terkait. Perbedaan tingkat pembangunan dapat
dilihat dari adanya perbedaan peranan sektoral yang mempengaruhi pembentukan
PDRB di suatu wilayah.Secara hipotesis, dapat dirumuskan bahwa semakin besar
peranan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan baik secara alamiah maupun
non-alamiah, maka semakin tinggi pertumbuhan PDRB wilayah tersebut.Peranan
dari setiap sektor dapat dilihat dari data PDRB pada setiap tahunnya.
PDB dan PDRB memiliki 9 sektor ekonomi, dari kesembilan sektor itu ada
beberapa sektor yang memiliki tingkat keunggulan (economic base) lebih baik
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.Sektor basis tersebut memiliki peranan
yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektor-
sektor lainya, sehingga melihat sektor-sektor yang memiliki keunggulan dan
kelemahan di wilayahnya menjadi sangat penting.
2
Bila suatu sektor dikatakan basis atau memiliki keunggulan tertentu, maka
nilai tambah dari sektor tersebut akan lebih baik jika dibandingkan dengan sektor-
sektor lain dan juga jika dibandingkan dengan sektor tersebut dengan daerah
lainnya. Sehingga sektor basis tersebut merupakan komoditas ekspor utama dari
daerah tersebut. Ricardo dalam teorinya menyatakan bahwa sektor yang disebut
basis merupakan sektor ekspor utama bagi daerah tersebut dan juga
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ( Tarigan, 2009, hal. 56).
Namun sektor unggulan dapat juga didefinisikan sebagai sektor yang mampu
menggerakkan roda perekonomian di suatu wilayah dalam meningkatkan aktivitas
ekonomi dan mampu menggerakkan (economic driven) pertumbuhan ekonomi
kearah yang lebih baik dan berkesinambungan (suistanability).
Pengertian sektor basis (unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan
suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, nasional
maupun regional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor
dikatakan unggul atau basis jika pada sektor tersebut mampu bersaing dengan
sektor yang sama di negara lain. Ricardo (1917) dalam Salvatore (2001) telah
membuktikan bahwa apabila dua negara yang saling berdagang dan masing-
masing negara melakukan spesialisasi produksi pada produk yang memiliki
keunggulan komparatif (comparative advantage), untuk kemudian akan
mengekspor barang-barang tersebut ke negara yang memiliki kerugian
komparatif (comparative disadvantage) terhadap barang tersebut, maka kedua
negara akan meraih keuntungan dalam perdagangan internasinal yang sedang
dijalani keduanya. Ternyata hal seperti ini juga berlaku dalam melihat keunggulan
dari sektor-sektor ekonomi pada suatu daerah atau kota, untuk mengembangkan
perekonomiannya dari waktu ke waktu.
Kawasan strategis wilayah kabupaten atau kota merupakan bagian dari
wilayah kabupaten/kota yang penataan ruangnya sangat diprioritaskan. Kawasan
strategis ini mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau daya dukung lingkungan hidup.
Penentuan kawasan strategis kabupaten/kota lebih bersifat indikatif. Batasan fisik
kawasan strategis akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang
kawasan strategis (RTRK).
3
Kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan
yang mempunyai pengaruh besar terhadap, tata ruang di wilayah sekitarnya,
kegiatan lain dibidang sejenis dan atau kegiatan dibidang lainnya, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Kawasan startegis di
wilayah Kota atau Kabupaten berfungsi juga dalam mengembangkan,
melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung
penataan ruang wilayah.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi diidentifikasi melalui
penentuan sektor-sektor ekonomi kunci pada wilayah tersebut, sektor-sektor
unggulan yang dimiliki oleh setiap kabupaten/kota, preferensi investasi di masing-
masing kabupaten/kota, serta pengembangan kebijakan infrastruktur pendukung
pengembangan wilayah. Kemudian diidentifikasi juga karakteristik tingkat
perkembangan masing-masing kabupaten atau kota.
Batasan fisik kawasan strategis kabupaten atau kota akan ditetapkan lebih
lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis. Kawasan strategis kabupaten
berfungsi sebagai : (1) Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; (2) Sebagai alokasi
ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan; (3) Untuk
mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang; (4) Sebagai pertimbangan dalam
penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan (5) Sebagai dasar
penyusunan rencana lebih rinci untuk tata ruang wilayah kabupaten/kota.
Untuk Kota Medan, arah dalam pengembangan ekonomi lebih jelas dijabarkan
melalui penentuan kawasan-kawasan strategis ekonomi dengan melihat posisi
tingkat perkembangan setiap kecamatan, prioritas sektor unggulan apa yang dapat
dikembangkan di kawasan tersebut berdasar sektor unggulan di kota Medan, serta
kebutuhan infrastruktur pendukung wilayahnya; prioritas investasi jangka pendek
dan jangka panjang menjadi bahan masukan dalam menetapkan fokus dari sektor-
4
sektor untuk setiap kawasan strategis yang dikembangkan; serta potensi kerja
sama antar daerah disekitarnya.
Medan sebagai kota yang sangat besar, sudah memiliki perencanaan kawasan
strategis untuk tingkatan kota. Kawasan-kawasan strategis tersebut telah
dijabarkan pada RUTR Kota Medan. Dalam menentukan kawasan strategis maka
pihak Pemerintah Kota Medan (selanjutnya disebut dengan Pemko Medan) harus
menyesuaikan dengan kawasan strategis yang telah ditentukan baik skala nasional
maupun skala propinsi.
Pembangunan daerah dan kota dewasa ini semakin dinamis dan kompleks.
Berbagai isu dan permasalahan muncul dan menuntut penyelesaian segera, tepat
sasaran, tuntas dan berkelanjutan. Tantangan pembangunan daerah dan kota tidak
saja dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah, akan tetapi juga
bagaimana mengimplementasikan dan mengawasinya secara efektif dan
transparan. Tantangan tersebut dapat berupa permasalahan penyediaan lahan,
penataan sistem transportasi, penyediaan prasarana dan sarana, pengadaan fasilitas
umum, perumahan dan permukiman, sarana hiburan dan lain-lain.
1.2. Dasar Hukum Kegiatan Kajian
Adapun landasan hukum yang melatarbelakangi kegiatan Kajian Kawasan
Strategis Menuju Kawasan Ekonomis di Kota Medan, yakni :
1. Undang-undang No. 18 Tahun 2002, tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
2. Undang-undan No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
4. Peraturan daerah Kota Medan No. 8 Tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun 2015;
5. Peraturan Walikota Medan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun
2015.
5
1.3. Maksud Kegiatan Kajian
Adapun maksud dari kegiatan Kajian Kajian Kawasan Strategis Menuju
Kawasan Ekonomis di Kota Medan, yakni :
1. Bagaimana perkembangan kawasan strategis yang telah ditetapkan oleh
RUTRK Medan sehingga dapat memberi kontribusi yang besar untuk
perkembangan ekonomi kota Medan.
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penentuan kawasan strategis
bernilai ekonomis terhadap kontribusi sektor ekonomi unggulan Kota
Medan.
3. Bagaimana kriteria dalam penentuan kawasan strategis yang terdapat pada
RUTR kota Medan sesuai dengan karakteristik wilayah serta memiliki
keterkaitan (linked) yang cukup besar dengan aktivitas ekonomi lainnya.
1.4. Tujuan Kegiatan Kajian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Kajian Kawasan Strategis
Menuju Kawasan Ekonomis di Kota Medan, yakni :
1. Melakukan analisis dan pemetaan dari profil Kawasan Strategis kota
Medan berdasarkan dokumen yang terdapat pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031
2. Melakukan analisis dampak Penentuan Kawasan Strategis yang
disesuaikan dengan Sektor Ekonomi Unggulan Kota Medan dalam
mencapai Kawasan Ekonomis Perkotaan.
3. Melakukan analisis tentang kriteria penentuan kawasan strategis yang
terdapat pada RUTRK kota Medan, sesuai dengan karakteristik wilayah
serta keterkaitannya dengan aktivitas ekonomi yang lain.
1.5. Sasaran Kegiatan Kajian
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kajian ini berupa tersedianya profil
Kawasan Strategis yang menjadi Kawasan Ekonomis pada wilayah kota
Medan, dan beberapa rekomenasi-rekomendasi dalam bentuk kebijakan
pengembangan wilayah guna mendukung kawasan ekonomis tersebut.
6
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN STUDI PUSTAKA
Proses dari pembangunan ekonomi akan selalu fokus pada permasalahan daya
saing industri, ketersediaan infrastruktur, angkatan kerja dan pengembangan
pasar, sehingga proses yang terjadi dalam pembangunan ekonomi ini akan
berkesinambungan (suistanable development) dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi akan mngisyaratkan adanya
proses pertumbuhan ekonomi yang juga berkesinambungan. Bicara tentang
pembangunan ekonomi, sekaligus membahas pertumbuhan ekonomi dan faktor
sosial lainnya, jadi pembangunan ekonomi menyiratkan dimensi jamak.
Berdasarkan pada aspek waktu, maka pembangunan ekonomi akan membahas
tentang transformasi ekonomi dan sosial dalam kurun waktu panjang biasanya
antara 20 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembangunan ekonomi akan
menghasilkan keadaan berupa ketimpangan ekonomi dan penduduk sebagai
konsekwensi alamiah, karena ada daerah yang dapat beraglomerasi secara
ekonomi lebih dahulu dan menghasilkan daerah konsentrasi ekonomi serta
penduduk.
2.1. Teori Lokasi dan Analisa Ekonomi Spasial
Ada perbedaan pokok antara ilmu ekonomi wilayah dan ekonomi perkotaan
dengan ekonomi tradisional (mikro ekonomi dan makro ekonomi) adalah
menyangkut aspek lokasi dan tata ruang (space). Teori lokasi dan analisis
ekonomi spasial (spatial economic analysis) merupakan landasan pokok dan
menjadi karakteristik utama dari ilmu ekonomi wilayah (regional economics) dan
ekonomi perkotaan (urban economics). Jadi dalam analisis ekonomi spasial
dimana tata ruang dan lokasi kegiatan ekonomi (economic activity) merupakan
unsur yang sangat penting.
Teori lokasi akan memberikan kerangka analisis yang sistematis mengenai
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi dan sosial, serta analisis interaksi
antarwilayah. Teori lokasi menjadi sangat penting karena pemilihan lokasi yang
tepat akan dapat memberikan penghematan cukup besar pada ongkos angkut dan
7
biaya produksi sehingga mendorong terjadinya efisiensi baik dalam bidang
produksi maupun pemasaran produk. Sedangkan interaksi antarwilayah akan
mempengaruhi perkembangan bisnis yang pada gilirannya akan mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan.
Pada konsep spasial, faktor jarak menjadi sangat dominan dalam menentukan
suatu lokasi industri, karena terkait langsung dengan biaya transportasi, baik biaya
angkut dari sumber bahan baku ke unit pengolahan dan dari unit pengolahan
menuju pasar. Total biaya transportasi ini disebut dengan istilah biaya lokasional.
Harga jual produk per-satuan unit di pasar, tergantung pada biaya basis (biaya
produksi ditambah dengan laba marginal) dan biaya lokasional, sehingga harga
jual produk per satuan unit akan semakin tinggi jika semakin jauh dari lokasi
industri (pabrik). Dengan asumsi tidak ada perlakuan pada diskriminasi harga.
Biaya lokasional bertambah besar akibat munculnya biaya distribusi (biaya angkut
produk dari pabrik ke pasar) yang merupakan fungsi dari jarak tempuh meskipun
(biaya angkut bahan baku ke pabrik) diasumsikan konstan.
Formulasi dari teori lokasi dan analisis ekonomi spasial, dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi kegiatan
ekonomi, baik bidang pertanian, maupun industri dan jasa. Pemilihan lokasi tidak
hanya ditentukan oleh faktor ekonomi saja, tetapi juga oleh faktor sosial, geografi
maupun kebijakan pemerintah. Ada enam faktor ekonomi dan sosial yang
mempengaruhi lokasi seperti yang diuraikan dalam Syafrizal (2012), yakni adanya
biaya pengangkutan, perbedaan upah antar wilayah, keuntungan aglomerasi,
kompetisi antar wilayah, konsentrasi permintaan dan harga sewa tanah.
Pada level paling tinggi dari teori lokasi sebagai faktor yang sangat penting
bagi perusahaan untuk memilih lokasi produksi perusahaannya, seperti yang
diuraikan oleh Cann (2001). Ada empat kelompok pemikiran dalam teori lokasi
yang menjadi dasar utama untuk memilih tempat sebagai lokasi produksi
perusahan yaitu : pertama, kelompok yang menekankan pada faktor biaya (costs
factor) yang dimotori oleh Weber; kedua, kelompok yang fokus pada
interdependensi lokasi (locational interdependence) yang dimotori oleh Hotelling;
ketiga, kelompok yang menekankan pada sisi permintaan konsumen (demand)
yang dikembangkan oleh Losch; keempat, kelompok yang menekankan pada sisi
8
keuntungan perusahaan dan prilaku manusia (profit and human behaviour) yang
dikembangkan oleh Smith dan Pred.
Untuk kelompok saling ketergantungan lokasi perusahaan atau bisnis dari
Hotteling dan kelompok yang berorientasi pada profit dan prilaku orang dalam
berbisnis tidak dikemukakan lebih lanjut, karena lebih bersifat spesifik dan
cenderung lebih individu. Sedangkan untuk kelompok Weberian dan Loschian
akan lebih banyak dijelaskan pada sub bagian selanjutnya dalam disertasi ini.
Losch juga menjelaskan tentang pola keseimbangan ekonomi spasial untuk
mencapai keuntungan maksimum, baik pada tingkat skala ekonomi individu
perusahaan maupun skala ekonomi daerah. Untuk mencapai pola keseimbangan
ekonomi spasial, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah : pertama,
penentuan lokasi industri (perusahaan) harus mencerminkan letak yang
menguntungkan (baik bagi produsen dan konsumen), artinya saling mendapatkan
keuntungan tanpa merugikan pihak yang lain; kedua, lokasi industri harus
terdistribusi diseluruh penjuru spasial, sehingga tidak memungkinkan bagi pemain
baru (industri sejenis ikut beroperasi pada space yang sama) atau tidak
memungkinkan bagi industri baru akan beropersi diareal yang sama; ketiga,
kegiatan ekonomi harus bersifat terbuka, dan perolehan laba mencerminkan nilai
yang wajar sehingga diharapkan kompetisi antar produsen di pasar dapat
ditiadakan; keempat, areal pemasaran produk harus sekecil mungkin agar
perusahaan-perusahaan yang ada operasionalnya dapat berkesinambungan;
kelima, kebutuhan konsumen yang berada di lokasi perbatasan harus disuplai oleh
perusahaan-perusahaan yang terdekat agar harga jual produk dapat sama dengan
lokasi lain.
Ukuran dan bentuk areal pasar akan mengambarkan keuntungan yang akan
diperoleh produsen. Semakin banyak produk yang diminta oleh pasar, maka
semakin rendah harganya, demikian pula semakin jauh jarak konsumen dari lokasi
industri,maka semakin sedikit pula jumlah produk yang diminta oleh konsumen
karena harga jual untuk per-satuan unit menjadi lebih mahal. Menurut Losch,
bentuk areal pasar yang optimal adalah berbentuk heksagonal, artinya bila
terdapat banyak perusahaan sejenis maka akan terjadi kompetisi antar produsen
didaerah tersebut untuk mendapatkan konsumen dalam memenuhi permintaan
9
pasar sehingga harga jual produk menjadi lebih murah akibat adanya kompetisi
perusahaan-perusahaan tersebut.
2.2. Penetapan Kawasan Strategis
Kawasan strategis wilayah kabupaten atau kota merupakan bagian wilayah
kabupaten/kota yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial
budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten atau kota
lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan
lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis, dalam (Indonesian
Institute for Infastructure Studies; 2013)
Penentuan batasan fisik kawasan strategis kota pada RTRW kota lebih bersifat
indikatif. Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah
sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kota. Kawasan strategis yang
ada di kota memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi.
Penetapan kawasan strategis kota didasarkan pada kesepakatan para pemangku
kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan kawasan strategis kota dalam (RTRW Kota Bandung 2011-2031)
ditetapkan dengan beberapa kriteria seperti :
1) Memperhatikan kawasan strategis nasional dan propinsi yang ada di
wilayah kota;
2) Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis
nasional dan atau kawasan strategis propinsi namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian
kewenangan yang jelas;
3) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan
ekonomi dan memiliki potensi ekonomi untuk cepat tumbuh, terdapat
sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi,
memiliki potensi ekspor, dukungan jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan
10
teknologi tinggi, serta berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi
sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;
4) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya seperti tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
atau budaya, memiliki prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya,
aset yang harus dilindungi dan dilestarikan, tempat perlindungan
peninggalan budaya, tempat yang memberikan perlindungan terhadap
keanekaragaman budaya, tempat yang memiliki potensi kerawanan
terhadap konflik social, tempat untuk menunjukkan hasil karya cipta
budaya masyarakat kota yang menjadi jati diri maupun penanda (focal
point, landmark) budaya kota, dan/atau kriteria lainnya yang
dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota;
5) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain: kawasan
yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir, memiliki fungsi
sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa.
2.3. Penetapan Kawasan Strategis di Kota Medan
2.3.1. Tujuan yang akan dicapai dalam Penetapan Kawasan Strategis
Adapun tujuan dalam penetapan untuk Kawasan Strategis Kota Medan sebagai
berikut:
1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan
pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kota;
2. Lokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah
kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah
kota;
11
3. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
kota; dan
4. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.
2.3.2. Dasar Penetapan Kawasan Strategis dalam RTRWK
Sedangkan dasar penetapan kawasan strategis kota Medan sebagai berikut :
Tujuan, kebijakan dan strategi dari penataan ruang wilayah kota;
Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi
penanganan kawasan;
Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang telah
ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;
Daya dukung dan daya tampung wilayah kota berdasarkan pada Pola
Ruang dan Tata Ruang Kota Medan; dan
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di wilayah kota Medan dan
berlangsung selama 3 (tiga) bulan kerja dari Agustus sampai dengan
Oktober 2015
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1. Jenis Data
Berdasarkan atas klasifikasi data, maka pada penelitian kali ini
digunakan data kwantitatif dengan jenis rasio dan beberapa data kualitatif.
Sedangkan berdasarkan dimensi waktu, maka data yang digunakan adalah
Data Runtun Waktu (time serries) yakni data yang secara kronologis disusun
menurut waktu pada suatu variabel tertentu (Mudrajat Kuncoro,2003).
3.2.2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan adalah :
(a) Data Primer; yang diperoleh dengan survei dan wawancara langsung
kepada Bappeda, SKPD dan Kecamatan terkait yang berhubungan dengan
kawasan strategis dan sektor-sektor ekonomi unggulan di kota Medan dan
para stakeholders lainnya sebagai pelaku ekonomi dalam bentuk asosiasi-
asosaisi pengusaha.
(b) Data Sekunder; diperoleh dari lembaga pengumpul data baik dari
pemerintah dalam hal ini BPS (Biro Pusat Statistik ) Kota Medan, dan
Bappeda Kota Medan yang telah dipublikasikan kepada masyarakat pengguna
data.
3.3. Teknik Pengambilan Data
Adapun tehnik pengambilan data baik yang berbentuk kwantitatif
maupun kwalitatif, Data kwantitatif berbentuk data sekunder berasal dari
BPS, sedangkan data kwalitatif diambil dari SKPD dan institusi yang terkait
13
dalam mendukung penelitian tersebut. Maka yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah :
3.3.1. Data Primer
Data yang berasal dari masyarakat pelaku ekonomi kota Medan
dalam bentuk asosiasi pengusaha, dengan cara membuat daftar pertanyaan
(questioner) yang akan digunakan dalam tehnik wawancara terstruktur dan
mendalam dengan beberapa dinas terkait dan beberapa asosiasi pengusaha
sektor riil dikota Medan yang sangat tradebale dalam perekonomian kota
Medan, guna mendapatkan informasi yang akurat tentang potensi, hasil
produksi dan ekspektasi kedepan dari bisnis tersebut.
3.3.2. Data Sekunder
Data yang berasal dari Kantor Statistik Kota Medan, maka pencarian data
dilakukan dengan cara langsung ke instansi tersebut untuk pengambilan data yang
telah dipublikasikan secara resmi, baik dari Buku Medan Dalam Angka dari tahun
2002 -2011 maupun publikasi lainnya yang mendukung. Data staistik KADIN
(Kamar Dagang dan Industri) kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Medan, Dinas KOMINFO, Asosiasi PHRI kota Medan dan Asosiasi
Pengusaha Ritel Kota Medan.
3.4. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini hanya untuk 90 (sembilan puluh) hari kalender
(Skedul terlampir)
14
BAB IV
KONSEP DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
4.1. Perkembangan Strategi Pengembangan Pembangunan di Indonesia
Problematika dalam pembangunan di suatu negara atau daerah pada masa
yang akan datang masih berkisar pada persoalan spasial, karena berkaitan dengan
ketimpangan. Ketimpangan yang terjadi tidak hanya terjadi secara sektoral dan
pendapatan dari sisi sosial ekonomi, tetapi ketimpangan terjadi juga antar daerah
atau wilayah.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
diarahkan untuk mengembangkan daerah yang diselaraskan dengan laju
pertumbuhan ekonomi antar daerah, antara kota dengan desa maupun antar sektor
ekonomi.
Pada masa pemerintahan di zaman Orde Baru, model pengembangan
pembangunan dikenalkan dengan konsep wilayah pembangunan. Pendekatan
wilayah sebagai pendekatan dalam perencanaan pembangunan berpandangan
bahwa pendekatan secara sektoral saja cenderung sempit dan bersifat parsial.
Untuk itu pendekatan wilayah dan sektoral sebagai satuan analisis yang berbasisi
pendekatan tata ruang. Sejak berlakunya PELITA II maka propinsi Sumatera
Utara dengan Kota Medan sebagai pusat pertumbuhannya (growth pole centre)
telah menjadi wilayah pembangunan utama (WPU) pada wilayah Pulau Sumatera
dalam (Hariani;1994). Medan yang juga sebagai ibukota propinsi Sumatera
Utara, secara regional telah ditetapkan juga sebagai pusat layanan jasa dan
ekonomi di propinsi terebut.
Maka pada era otonomi daerah seperti ini, strategi pengembangan
pembangunan wilayah, lebih bertumpu pada kebijakan pengembangan kawasan
kota metropolitan (metropolitan area), kawasan pembangunan ekonomi terpadu
(KAPET), dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Pada masa pemerintahan SBY-Boediono , mulai dikembangkan startegi
wilayah pembangunan berdasarkan pada keunggulan absolut wilayah dan
keunggulan kompetitif. Maka strategi pembangunan sedikit berubah dengan
konsep MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) dengan membagi wilayah koridor pembangunan
15
berdasarkan pulau-pulau, dalam (Bappenas;2011). Percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia didukung oleh potensi demografi, kekayaan
sumber daya alam serta posisi geografis Indonesia. Misalnya saja koridor Pulau
Sumatera, yang lebih difokuskan pada pengembangan komoditas perkebunan
khususnya komoditi kelapa sawit dan potensi SDA untuk energy yang berasal dari
minyak dan gas bumi.
4.2. Strategi Pembangunan Wilayah di Propinsi Sumatera Utara
Pada masa pemerintahan Orde Baru, propinsi Sumatera Utara juga memiliki
strategi pembangunan wilayah dalam (Hariani; 1994) dengan konsep sebagai
berikut :
1. Wilayah Pembangunan I meliputi; Kabupaten Tapanuli Tengah,
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Nias serta kota Sibolga, dengan pusat
pertumbuhannya di Kota Sibolga. Sedangkan potensi ekonomiya berupa
perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan industri.
2. Wilayah Pembangunan II meliputi; Kota Pematang Siantar, Kabupaten
Tapanuli Utara, Simalungun, Tanah Karo dan Dairi, dengan pusat
pertumbuhannya di Kota Pematang Siantar. Sedangkan potensi utama
ekonomiya berupa perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan
tanaman pangan serta industri.
3. Wilayah Pembangunan III meliputi; Kota Medan, Kabupaten Deli
Serdang, Langkat, kota Binjai dan Tebing Tinggi, dengan pusat
pertumbuhannya di Kota Medan. Sedangkan potensi ekonomiya berupa
perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan tanaman pangan, industri
pengolahan serta perdagangan.
4. Wilayah Pembangunan IV meliputi; Kabupaten Asahan, Labuhan Batu
dan Kota Tanjung Balai, dengan pusat pertumbuhannya di Sinatar.
Sedangkan potensi ekonomiya berupa perkebunan rakyat dan korporasi,
pertanian dan industri.
Namun sejak reformasi, maka strategi wilayah pembangunan ini menjadi tidak
digunakan lagi, dan persoalan pemerataan pembangunan, lebih focus pada
16
pemekaran wilayah kota dan kabupaten, yang mengakibatkan menjadi 33 kota dan
kabupaten di Sumatera Utara saat ini. Namun perkembangan pembangunan
ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakt masih lambat.
4.3. Strategi Pembangunan Wilayah di Kota Medan
Sejalan dengan perkembangan ekonomi di masa pemerintahan Soeharto, maka
kota Medan sudah memiliki strategi wilayah pengembangan pembangunan
(WPP) dalam (Hariani; Dirjen Bangda; 1994) yang meliputi :
1. WPP-A; meliputi 3 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Belawan, Medan
Marelan dan Medan Labuhan, dengan Pusat Pengembangannya di
Belawan.
2. WPP-B; hanya meliputi 1 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Deli,
dengan Pusat Pengembangannya di Tanjung Mulia.
3. WPP-C; meliputi 5 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Johor, Medan
Baru, Medan Maimun, Medan Kota dan Medan Polonia, dengan Pusat
Pengembangannya di pusat kota Medan (down town).
4. WPP-D; meliputi 6 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Timur, Medan
Perjuangan, Medan Tembung, Medan Denai, Medan Area dan Medan
Amplas, dengan Pusat Pengembangannya di Aksara.
5. WPP-E; meliputi 6 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Barat, Medan
Petisah, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Tuntungan dan Medan
Selayang, dengan Pusat Pengembangannya di Sei Sikambing.
Kota Medan pada era 1990-an perkembangannya sangat cepat, hal ini ditandai
dengan semakin luasnya wilayah administratif kota, dari 11 kecamatan kemudian
bertambah menjadi 21 kecamatan. Perluasan wilayah ini mengambil wilayah
administratif Kabupaten Deli Serdang. Maka konsep pusat wilayah
pengembangan pembangunan sangat dirasakan setelah 5 tahun kedepan,
17
BAB V
KAWASAN STRATEGIS KOTA MEDAN
BERDASARKAN PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
(RTRW) 2010-2030
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung
kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
a. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5.1. Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara
lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan
pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan
dan pelabuhan bebas. Berdasarkan kriteria diatas maka Kawasan Strategis Kota
(KSK) Medan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan Strategis Pertumbuhan
Ekonomi, antara lain:
1. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Pusat Kota (CBD Polonia); Di Kota
Medan terdapat 7 (tujuh) kecamatan di Pusat Kota yang ditetapkan sebagai
Pusat Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu Kecamatan Medan
Polonia, Medan Maimun, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Baru,
Timur dan Medan Kota.
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); yang akan di kembangkan adalah di
Kecamatan Medan Labuhan;
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET); Kawasan
pengembangan ekonomi terpadu ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut
:
(a) Memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi
yang sangat memadai.
(b) Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam
pengembangan sosial ekonomi.
18
(c) Berdampak luas terhadap pengembangan regional, nasional dan
internasional
(d) Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi.
Berdasarkan kriteria diatas maka kawasan yang dapat dikembangkan
sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi terpadu adalah: Kecamatan
Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli,
Pusat Kota (CBD Polonia) dan Kecamatan Medan Amplas.
4. Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas; Kawasan perdagangan
dan pelabuhan bebas adalah Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan
Medan Belawan dan Pusat-Pusat Primer dan Sekunder.
5.1.1. Profil Kawasan CBD POLONIA
Lokasi : Kelurahan Polonia, Eks Lokasi Bandar Udara POLONIA
Medan
Status Tanah : Milik Angkatan Udara dan Sultan Deli
Beroperasi : Sejak 2012
Jarak dari Kantor Walikota : 9 Km
Pihak yang bekerjasama : Pemko Medan dengan Pihak Swasta
Spesifikasi Usaha : Perdagangan, Restoran, Tempat Rekreasi
Gambar 5-1
Salah satu Pojok Kawasan Bisnis di CBD Polonia
19
CBD Polonia merupakan pusat pertumbuhan ekonomi baru di tengah kota Medan,
karena ada pemindahan Bandara Internasional Polonia Medan ke Bandara
Internasional Kuala Namu Deli Serdang. Maka kawasan ini dapat dikembangkan
menjadi kawasan bisnis dan property, selain itu dapat dilengkapi sarana hiburan
5.1.2. Kawasan Pelabuhan Belawan
Lokasi : Kelurahan Belawan, Eks Lokasi Bandar Udara POLONIA Medan
Status Tanah : Milik Angkatan Laut dan PT. Pelabuhan Indonesia I Medan
Beroperasi : Sejak dulu kala
Jumlah Perusahaan yang beroperasi :
Pihak yang bekerjasama : Pemko Medan, PT. Pelabuhan Indonesia I dan
Swasta
Gambar 5-2
Pelabuhan Laut Belawan Angkutan Barang
Terletak di Kota Medan, Sumatera Utara, Pelabuhan Belawan merupakan
pelabuhan terpenting di Pulau Sumatera. Pelabuhan dengan total luas area kerja
sekitar 12.072,33 hektar ini dilengkapi empat darmaga, dimana dua diantaranya
20
mampu menyandarkan kapal dengan bobot masing-masing hingga 7000 ton.
Bongkar muat komoditas Crude Palm Oil (CPO) menjadi primadona aktivitas
ekonomi di pelabuhan ini. Nilai kuantitas ekspornya juga tak tanggung-tanggung,
mencapai 51 juta ton/tahun. Selain CPO, ada pula bongkar muat bungkil
(semacam ampas dari minyak kelapa sawit) dengan nilai ekspor mencapai 985
ribu ton/tahun. Sementara itu, untuk melayani kebutuhan angkutan penumpang,
terminal penumpang Pelabuhan Belawan mampu memberangkatkan hingga 3.100
orang penumpang baik dari dalam maupun keluar daerah setiap harinya. Layanan
untuk angkutan orang masih cukup lancar yang dikelola oleh BUMN dan menjadi
prioritas kedua setelah maskapai penerbangan dari Medan ke Pulau Jawa.
Pelabuhan Belawan juga merupakan pelabuhan laut berskala nasional (antar
pulau) dan internasional.
Gambar 5-3
Pelabuhan Laut Belawan Terminal Petikemas
Pelabuhan bongkar muat untuk petikemas (container) di Pelabuhan
Belawan sudah mengalami perbaikan beberapa kali. Kondisi ini terjadi sebagai
akibat dari meningkatnya volume keluar masuk barang ke kota Medan sebagai
kota inti di jalur wilayah SumateraBahagian Utara (SUMBAGUT), maka
pelabuhan Belawan menjadi pintu gerbang masuk dan keluarnya barang dari
21
Medan sekitarnya atau masuk dari luar pulau dan bahkan dari luar negeri (impor
barang). Kawasan ini dilengkapi juga dengan kawasan perusahaan pelayaran
angkutan barang yang melayani jasa pengiriman barang dengan menggunakan
container di sepanjang jalan keluar dari Gerbang Tol BELAWAN dan menuju ke
gerbang pelabuhan bongkar muat container.
Gambar 5-4
Akses Jalan Menuju Pelabuhan Petikemas
Kawasan pelabuhan Belawan, juga dilengkapi dengan kawasan pelabuhan
ekspor impor yang didukung oleh kawasan perkantoran dan area penempatan
container untuk barang ekspor maupun impor. Kawasan Pelabuhan Belawan di
Medan, merupakan pintu gerbang di pantai timur Sumatera baik untuk orang
maupun barang. Karena di pelabuhan ini ada terminal penumpang untuk kapal
laut yang disediakan oleh BUMN PT. PELNI dengan rute pelayaran Belawan-
Batam-Tanjung Priok, yang sampai saat ini masih terdapat skedul pelayarannya
secara terjadwal. Untuk itu akses menuju pelabuhan Belawan menjadi sangat
padat, karena masih didukung dengan kawasan pergudangan dan kawasan
perusahaan shipping yang menyediakan jasa layanan barang dalam container.
22
Salah satu jalur transportasi agar terhindar dari kemacetan adalah melalui jalan tol
BELMERA.
Melihat perkembangan jumlah perusahaan shipping di Medan jumlah nya
meningkat dari waktu ke waktu, maka revitalisasi jalur kereta api dari dan ke
Plebuhan Belawan menjadi sangat prioritas untuk disediakan. Angkutan orang
dengan fasilita KRD (Kereta Rel Diesel), akan menambah angkutan yang mudah,
murah dan massal mernjadi solusi yang tepat tentang kemacetan di kota Medan.
Layanan kereta api ini juuuggga dapat dikembangkan untuk memobilisasi orang
menuju Kota Medan dengan menggunakan KRD dan Bus TRANSMEDAN.
Gambar 5-5
Stasiun Kereta Api Belawan
Pengembangan kawasan Belawan didukung oleh sarana transportasi kereta
api, dimana jalur Medan-Belawan akan dibangun rel kereta ganda (double track).
Jalur ini akan memudahkan pergerakan orang dari Medan ke Belawan, karena
jalur ini juga melewati kawasan industry Medan (KIM Mabar) dan juga komplek
23
pergudangan, dimana banyak tenaga kerja yang bekerja pada wilayah tersebut.
Selain itu,. Pergerakan barang akan dapat langsung terhubungi dengan kawasan
pelabuhan laut Belawan, karena jalur kereta api akan berakhir di Pelabuhan
tersebut.
Selain dari perencanaan pengembangan jalur kereta api, maka transportasi
darat dalam kota di Medan, baik yang berbasis rel maupun jalan raya sepertri BRT
(bus rapid transit), dan mulai diawali dengan TRANS MEBIDANG. Jalur Kereta
api angkat dibangun rel ganda (doble track), sehingga lebih mudah untuk
mengangkut orang dan barang yang terkoneksi secara langsung dari inti kota ke
pelabuhan Belawan.
5.2. Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Bidang Sosial Budaya
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain,
adalah :
1. Kawasan adat tertentu;
2. Kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang
diakui sebagai warisan dunia.
Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan
strategis sosial budaya meliputi wilayah :
(a) Kawasan Komplek Kereta Api Medan;
Banyak bangunan di sekitar Lapangan Merdeka yakni kompleks
stasiun kereta api, jembatan Titi Gantung, komplek pergudangan, dan
pertokoan di Kesawan dan Pusat penjualan tekstil yang dikenal dengan
Pajak Ikan Lama.
Kawasan seputar stasiun kereta api Medan, merupakan pusat
laayanan transportasi dan merupakan alun-alun kota Medan. Lapangan
Merdeka juga merupakan titik 0 dari kota Medan, bahkan perkembangan
saat ini telah menjadi kawasan bisnis khususnya restoran dan perdagangan.
Kawasan ini juga merupakan pusat keuangan perbankan sebagai
pendukung aktivitas ekonomi. Selain itu, kawasan ini menjadi pusat Hotel
Bintang 5 di kota Medan, dimana akses ke kantor-kantor pemnerinbtahan
24
dan bisnis tidak dari lokasi hotel dan stasiun kereta api yang menuju
Bandara Kuala Namu.
Selain sebagai pusat layanan transportasi, kawasan seputar Stasiun
kereta api Medan merupakan kawasan cagar budaya berupa bangunan-
bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda, seperti kawasan pertokoan
KESAWAN Medan yang menjadi pusat kegiatan perdagangan dan
restoran. Pada kawasan ini terdapat juga rumah peninggalan Tjong Afie
pendatang dari daratan Cina dan akhirnya menetap di kota Medan. Untuk
menambah destinasi wisata kota tua di Medan, maka program revitalisasi
kota tua di seputaran Kesawan sampai jalan Hindu harus direnovasi dan
dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah dan lansekap bangunan.
Sebahagian dari gedung tua tersebut dapat dijadikan Museum Tematik,
seperti transportasi Medan dari masa ke masa yang dapat menjadi venue
nya kota Medan.
Gambar 5-6
Titi Gantung sebagai Akses Jalan dari dan ke Stasiun Besar Medan
25
Gambar 5-7
Kawasan Seputaran Lapangan Merdeka Medan
Gambar 5-8
Kawasan Bangunan Tua Seputaran Kesawan Medan
26
Gambar 5-9
Kawasan Rumah Tjong Afie Kesawan Medan
Gambar 5-10
Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Hindu Medan
27
Gambar 5-11
Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Raden Saleh Dalam Medan
(b) Kawasan Kota Lama Labuhan Deli;
Kawasan Kota Tua bergaya Pecinan dan Melayu yang terdiri dari
Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah-rumah Melayu,
Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai dan Stasiun Kereta Api
Belawan.
28
Gambar 5-12
Toapekong Medan Labuhan
Kawasan kota tua Medan Labuhan akan dijadikan kawasan
heritage kota Medan sebagai bagian dari kawasan pecinan. Tapi kawasan
ini belum direhabilitasi, sehingga belum dimanfaatkan secara ekonomi
walaupun potensi ekonominya cukup besar.
Kawasan pecinan ini sangat berdekatan dengan Mesjid Al-Osmani sebagai
bagian dari peninggalan Kesultanan Deli. Maka kawasan ini dapat
dikembangkan menjadi kawasan akultrasi budaya Merlayu dan Cina di
kota Medan.
Selain itu kawasan Kota Tua ini sangat berdekatan dengan rumah
toko bergaya Cina dimasa kolonial Belanda, sehingga jejak-jejak bisnis
perdagangan masa lalu masih jelas terlihat. Sebaiknya pemerintah Kota
Medan membuat program revitalisasi kota tua di wilayah Labuhan ini,
maka lokasi ini akan menjadi tujuan wisata kota tua yang sedikit lebih
religious karena ada 2 bangunan rumah ibadah yang umurnya sudah cukup
lama, serta kondisi fisik bangunan relative cukup baik. Pusat kuliner Cina
Peranakan di Medan serta etnik Melayu Deli sebagai landmark kota
Medan di wilayah utara. Revitalisasi kota tua ini dapat mendukung sector
pariwisata kota Medan.
29
Gambar 5-13
Rumah Toko Bergaya Pecinan di Kota Tua Labuhan
Gambar 5-14
Mesjid Al-Osmani Medan Labuhan
Akses menuju kawasan heritage Medan Labuhan ini dapat melaui
jalan raya utama yakni Jalan Yos Sudarso karena berada di pinggir jalan
30
utama, selain itu dapat diakses juga melaui jalan tol BELMERA. Selain itu
jalur kereta api juga dapat digunakan karena ada stasiun kereta api sejak
zaman Belanda, maka lokasi stasiun sudah direvitalisasi karena
perencanaan PT. KAI (Kereta api Indonesia) akan menghidupkan lagi jalur
Medan Belawan untuk angkutan orang.
Gambar 5-15
Stasiun Kereta Api Medan Labuhan
(c) Kawasan Perumahan dan Pergudangan Eks DSM (Deli Spoorweg
Maatsehappij) di Pulo Brayan;
Stasiun Pulu Brayan (PUB) merupakan stasiun kereta api yang
terletak di Pulo Brayan Bengkel, Medan Timur, Medan. Stasiun ini berada
di Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh. Stasiun ini berada
200 meter dari persimpangan Brayan. Kompleks stasiun ini memiliki
sebuah rumah sinyal yang masih dipakai sampai saat ini dan juga memiliki
kompleks pergudangan yang kini disewakan untuk umum.
Sekitar 200 m ke arah selatan stasiun, terdapat persimpangan rel ke
kanan menuju Balai Yasa Medan. Selain itu, di ujung sebelah utara stasiun
ini terdapat juga Dipo Kereta Pulu Brayan, sebagai tempat
diperbaikinya kereta api dan gerbong. Setiap harinya stasiun ini melayani
sekitar 16 kali dinasan kereta CPO dan BBM, dan empat kali dinasan
kereta komuter Sri Lelawangsa. Stasiun ini juga merupakan stasiun
pengisian pupuk yang akan dibawa sampai ke Rantau Prapat.
31
Gambar 5-16
Stasiun Kereta Api Belawan
Gambar 5-17
Kawasan Pergudangan di Stasiun Keretaapi Brayan
32
(d) Kawasan Istana Maimun; yang meliputi Mesjid Raya Kota Medan,
Istana Maimun dan Taman Sri Deli;
Istana Maimun yang merupakan salah satu ikon kota Medan
dibangun oleh Sultan Seli , Sultan Mahmud Al Rasyid. Memiliki luas
sekitar 2.772 m persegi. Kawasan Istana Maimundan Mesjid Raya AL
Mahsun yang terketak di Jakan Brigjen Katamso dan Jalan
Sisingamangaraja saat ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan komersial,
perumahan dan pemukiman penduduk. Kawasan ini dilengkapi dengan
komplek Masjid Raya dan Taman Sri Deli sebagai satu kesatuan.
Gambar 5-18
Kompleks Istana Maimun Medan
33
Gambar 5-19
Kompleks Mesjid Raya Al Mashun Medan
(e) Kawasan Kampung Keling;
Terdapat bangunan rumah ibadah etnis India berupa Kuil Sri Maryamman
untuk agama Hindu, dan yang cukup terkenal juga adalah Pusat Kuliner
Kota Medan mulai dari sore sampai malam hari.
Gambar 5-20
Kompleks Kuil Sri Maryamman
34
(f) Kawasan Kesawan; Kota Tua Pusat Kota Medan (dengan gedung-
gedung tua bekas pusat perdagangan kota di zaman Belanda); Rumah
Tradisonal Tionghoa peninggalan Tjong A Fie.
5.3. Kawasan Strategis berdasarkan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup, antara lain, adalah kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan
hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman
Nasional.
Kriteria kawasan perlindungan yang strategis adalah :
(a) Memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan dan mengantisipasi
bencana banjir;
(b) Memiliki peranan ekonomi yang cukup besar, jika dapat dikelola dengan
baik;
(c) Kebutuhan pemberian identitas kota dengan pengembangan tanaman.
Kawasan strategis yang perlu dikembangkan sebagai kawasan ekonomis serta
memiliki kepentingan untuk fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kota
Medan adalah :
(a) Kawasan Agrobisnis di Kecamatan Medan Marelan; wilayah ini
menghasilkan tananaman holtikultura seperti sawi hijau, kacang panjang,
cabe, terong, timun, kangkung, bayam dan bawang merah .Pada tahun
2015, produksi pertanian holtikultura berupa sayur-mayur di Kecamatan
Medan Marelan adalah sebagai berikut:
Tabel 5-1
Total Produksi Sayur-Mayur dan Cabe di Medan Marelan Tahun 2015
No Komoditi Produksi (Ton)
1
2
3
4
5
Sawi
Cabe merah
Kangkung
Bayam
Bawang merah
115
16
96
54
3
Sumber: DinasPpertanian,Kkelautan danPerikananKota Medan
35
Untuk mendorong kegiatan agribisnis ini, maka Pemerinta Kota
Medan dalam hal ini dinas pertanian, kelautan dan perikanan memberikan
bantuan kepada para petani. Bantuan yang diberikan dalam bentuk benih,
pupuk dan obat-obatan. Untuk tahun 2015, bantuan yang diberikan antara
lain: benih cabe (375 gr), pupuk kandang (1.633 kg), kapur (dolomit)
sebanyak 2.175 kg, NPK (545 kg), Insektisida (Promexin) sebanyak 2.5
kg, fungisida (antracol) sebanyak 2.5 kg, fungisida (factory) sebanyak 2.5
kg dan mulsa sebanyak 23 ball.
Gambar 5-21
Kebun Sayur di Kawasan Medan Marelan
(b) Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan;
Banyak cara yang dilakukan manusia untuk, meredam gelombang
tsunami, salah satunya dengan membuat hutan bakau atau mangrove. Di
Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah
dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan
36
bakau. Namun berbeda dengan di Indonesia, banyak hutan bakau yang
beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain.
Hutan mangrove di pesisir kota Medan berada di kawasan utara
yakni Belawan sekitarnya, walaupun tidak terlalu luas, tapi masih dapat
dijadikan destinasi wisata alam pesisir pantai. Hutan mangrove yang
paling luas terdapat di kecamatan Medan Belawan.
Gambar 5-22
Kawasan Hutan Mangrove di Pesisir Kota Medan
Kawasan hutan mangrove kota Medan terdapat di 3 kecamatan (sumber:
Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Medan;2015) yakni :
1. Kecamatan Medan Belawan dengan luas 1.163 hektar; yang terdapat di
Kelurahan Belawan Sicanang, Bagan Deli dan Belawan Bahari.
2. Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 277 hektar; yang terdapat di
Kelurahan Nelayan Indah dan Sei Mati.
3. Kecamatan Medan Marelan dengan luas 103 hektar; yang terdapat di
Kelurahan Paya Pasir dan Labuhan Deli.
37
(c) Kawasan Wisata (Theme Park dan Natural Park) di Kecamatan Medan
Marelan;
Danau Siombak adalah sebuah danau buatan dengan luas sekitar
40 hektare, Diameter sekitar 1000 meter ,dan kedalaman kurang lebih 12
meter. Danau ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Medan Marelan,
Medan, Sumatera Utara. Danau Siombak terletak di antara dua sungai,
yaitu Sungai Deli dan Sungai Terjun. Air danau di sini berwarna jernih
agak kehijauan, karena di dasar danau ditumbuhi sejenis
tumbuhan lumut dan ganggang, namun airnya tak berbau.
Memang danau ini menjadi salah satu tempat favorit masyarakat
Medan, mereka menyempatkan waktu untuk bersantai sambil memancing
di sini. Anda pun dapat memancing sepuasnya di sini, bahkan ikan
pancingan anda dapat langsung disantap dengan dibakar atau digoreng.
Tak hanya itu, lokasi ini cocok untuk wisata keluarga karena di sekitar
area danau menyediakan fasilitas bermain bagi anak-anak, seperti kolam
mini, mandi bola, dan lain-lain.
Gambar 5-23
Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan
38
Gambar 5-24
Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan
(d) Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang
menyebar di Kecamatan Medan Labuhan.
Waduk Laguna di Komplek Perumahan Griya Martubung
Kecamatan Medan Labuhan. Waduk Laguna selama hampir sepuluh
tahun tak bisa digunakan karena dipenuhi tumbuhan enceng gondok dan
dangkal, tapi sekarang ini telah kembali berfungsi layaknya waduk.
Bahkan keberadaan Waduk Laguna akan jadi salah satu tujuan
wisata masyarakat Medan dan sekitarnya khususnya di wilayah Medan
Utara. Tentu dengan keberadaan waduk yang dalam dan bersih dari
tumbuhan pengganggu akan jadi sarana bermain sepeda air dan hiburan
lain yang menyenangkan warga.
Pemerintah kota Medan telah menetapkan suatu kawasan agribisnis di
sebahagian wilayah kota Medan yang posisinya berada di bahagian utara kota
39
Medan. Wilayah agribisnis di bagian utara Medan meliputi Kecamatan Medan
Marelan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Sedangkan wilayah bagian selatan
meliputi kecamatan Medan Amplas, Medan Tuntungan dan Medan Selayang.
Selanjutnya wilayah Medan bagian barat meliputi kecamatan Medan Helvetia dan
Medan Sunggal.
5.3.1 Pengembangan Kawasan Budi Daya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang kondisi dan potensi sumber alamnya
dapat dan perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia, seperti: kawasan perumahan dan permukiman; kawasan
perdagangan dan jasa; kawasan Industri; kawasan fasilitas pelayanan; dan
kawasan khusus.
5.3.1.1 Kawasan Budidaya Perikanan
Wilayah selatan dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang ) kota Medan dari
tahun 1996 sudah meneetapkan, bahwa wilayah selatan sebagai wilayah
tangkapan air (wáter cacthment área) yang berfungsi sebagai penyangga dan
penyimpan air bagi warga Medan. Jadi dalam melengkapi dan mempertahankan
tata ruang wilayah tangkapan air tersebut, sangat cocok sekali dikembangkan
usaha produksi pertanian tanaman pangan yang kegiatnnya lebih pertanian
perkotaan dan menjadi kawasan budidaya perikanan air tawar. Karena produksi
ikan ini dapat mempertahankan wilayah ruang terbuka hijau yang menjadi paru-
paru kota untuk meyerap karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO)
yang dihasilkan dari beberapa kegiatan ekonomi dan kegiatan transportasi
perkotaan.
Berdasarkan pada data statistik Kota Medan yakni untuk Medan dalam Angka
tahun 2010, rumah tangga dengan kategori budidaya perikanan untuk daratan
adalah 967 rumah tangga di tahun 2008 dan 962 rumah tangga pada tahun 2009.
Adapun budidaya perikanan ini sangat didominasi oleh pembudidayaan ikan darat
dengan kolam dan tambak. Tapi untuk rumah tangga nelayan laut tidak terdapat
datanya, dan kemungkinan belum diperbaharui.
40
Adapun data dari pembudidaya perikanan yang berada di kota Medan,
berdasarkan pada data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan kelautan Kota
Medan Tahun 2012 adalah :
Tabel 5-2
Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air Payau Kota
Medan
No Nama Kelompok Lokasi Budidaya Jumlah Anggota (orang) Keterangan
1 Gurame Labuhan Deli 11 Medan Labuhan
2 Mina Sejahtera Labuhan Deli 28 Medan Labuhan
3 Mina Karya I Labuhan Deli 12 Medan Labuhan
4 Mujahir Paya Pasir 10 Medan Labuhan
5 Amanah Secanang 12 Medan Belawan
6 Anugerah M Sentosa Secanang 11 Medan Belawan
7 Suka Karya VI Secanang XX 10 Medan Belawan
8 Suka Karya VII Secanang 10 Medan Belawan
9 Suka Karya VIII Secanang 10 Medan Belawan
10 Sukakarya IV Secanang XX 12 Medan Belawan
11 Sukakarya XI Secanang XX 10 Medan Belawan
12 Taruna Tani Secanang XX 10 Medan Belawan
13 Lestari Secanang XX 10 Medan Belawan
14 Sukakarya XII Secanang XVIII 10 Medan Belawan
15 Sukakarya XIII Secanang XX 13 Medan Belawan
16 Mina Soka Labuhan Deli 10 Medan Labuhan
17 Seruai Kel. Sei Mati 10 Medan Labuhan
18 Udang Windu Sejahtera I Kel. Sei Mati 10 Medan Labuhan
19 Keluarga Mandiri Nelayan Indah 27 Medan Labuhan
41
20 Mina Jaya Pesisir Labuhan Deli 10 Medan Labuhan
21 Forum Petani Batang Kilat Kel. Sei Mati 30 Medan Labuhan
22 Udang Sejahtera Kel. Sei Mati 15 Medan Labuhan
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan Tahun 2014
Sedangkan untuk kelompok petani pembudidaya ikan air tawar, umumnya
berlokasi di wilayah selatan kota Medan. Sebahagian besar mereka tergabung
dalam kelompok-kelompok petani pembudidaya ikan air tawar yang telah di
inventarisir oleh Pemerintah kota Medan melalui Kantor Dinas Perikanan dan
Kelautan. Namun banyak kelompok petani budidaya ikan air tawar ini hanya
mengandalkan bantuan dari pemerintah dalam bentuk bantuan dana, sehingga
untuk mengembangkan usaha budidaya menjadi kurang efektif jika unag bantuann
yang diberikan sudah habis digunakan. Kemudian mereka akan menunggu
kembali bantuan dana berikutnya, sehingga bantuann dana ini menjadi tidak
mendidik. Adapaun daftar nama kelompok tani pembudidaya ikan air tawar dapat
dilihat pada tabel 5-3 berikut ini :
Tabel 5-3
Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air Tawar Kota
Medan
No Nama Kelompok Lokasi Budidaya Jumlah Anggota (orang) Keterangan
1 Mina Permai I Kemenanngan Tani 20 Medan Tuntungan
2 Mina Permai II Tanjung Selamat 15 Medan Tuntungan
3 Nusa Indah Ladang Bambu 21 Medan Tuntungan
4 Mina Bakti Jaya Simalingkar B 12 Medan Tuntungan
5 Suka Indah Medan Johor 18 Medan Johor
6 Eka Minakiati Jl. Ekasuka III 13 Medan Johor
7 Mina Mekar Harjosari II 10 Medan Denai
8 Mina Serumpun Bangun Mulia 8 Medan Denai
9 Makmur Medan Denai 10 Medan Denai
42
10 Mina Sejahtera Medan Sunggal 9 Medan Sunggal
11 PTP II 10 KSS Medan Denai 10 Medan Denai
12 Bersama 99 Menteng 13 Medan Denai
13 Indah Lestari Sudi Rejo II 16 Medan Denai
14 Laris Manis Sudi Rejo II 18 Medan Denai
15 Sukamaju Bersama Sukamaju 13 Medan Denai
16 Sukamaju Sukamaju 15 Medan Denai
17 Mina Marati Petisah Hulu 16 Medan Petisah
18 Mina Bersama Ladang Bambu 14 Medan Tuntungan
19 Mina Mandiri Helvetia 12 Medan Helvetia
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan Tahun 2014
Gambar 5-25
Kawasan Budidaya Perikanan di Pesisir Medan Belawan
Dua orang petani ikan sedang memberi makan ikan kakap putih yang
dibudidayakan dengan sistem kerambah jaring apung di perairan Belawan,
Kelurahan Belawan I, Kecamatan Belawan, Sumatera Utara, Jumat, 16 Oktober
43
2015. Saat ini sejumlah nelayan di Belawan mulai mengembangkan ikan kakap
putih seiring dengan tingginya permintaan pasar dalam dan luar negeri.
Gambar 5-26
Kawasan Budidaya Perikanan Air Tawar Medan Tuntungan
Unit Pelaksana Teknis Budidaya pada Dinas Pertanian dan Kelautan Kota
Medan mempunyai uraian tugas melaksanakan sebagian kegiatan dinas di bidang
identifikasi, perencanaan, dan pelaksanaan ujicoba kaji traf serta pengembangan
teknologi budidaya perikanan
Sedangkan kecamatan yang dijadikan kawasan strategis yang memiliki
potensi untuk pertumbuhan ekonomi, maka ditetapkanlah kecamatan Medan
Marelan sebagai pusat kawasan agrobisnis kota Medan. Secara lebih detail tentang
produksi holtikultura berupa sayuran se- Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5-5
berikut ini :
44
Tabel 5-4
Produksi Sayur-Sayuran per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2005
Sumber : dalam Kartika (2007)
Jadi kawasan agribisnis dengan spesialisasi produksi sayur-sayuran, hanya
memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran dari warga kota Medan. Sisanya akan
ditutupi oleh daerah lain yang berdekatan dengan kota Medan bahkan dari luar
Negara Indonesia.
Mungkin tidak semua orang tahu kalau di tengah hiruk pikuknya Marelan
ternyata masih menyimpan potensi alam yang luar biasa. Segarnya sayur mayur
yang dihasilkan dari wilayah Kota Medan sebelah utara itu menjadi rebutan para
pedagang dari berbagai wilayah terdekat setiap sorenya. Rata-rata 30 - 50 ton
setiap hari sayur mayur yang dihasilkan petani setempat habis "dilahap" para toke-
toke sayur yang datang ke tempat itu. Tidak salah, jika Kecamatan Marelan yang
padat penduduk dijuluki sebagai Kota Sayur.
Di luar dugaan, sayur yang ditanam tidaklah seperti sayuran yang
dikembangkan petani di Kabupaten Karo, pada hamparan lahan yang luas.
Budidaya yang dilakukan hanyalah di lahan sempit di antara bangunan rumah-rumah
penduduk.
1 Medan Labuhan 412 24 73 167 137 104 219
2 Medan Deli 399 139 50 56 102 196 146
3 Medan Sunggal 81 66 15 50 34 142 95
4 Medan Helvetia 85 66 28 64 56 118 69
5 Medan Denai 0 30 12 40 8 69 0
6 Medan Tembung 6 0 0 43 0 84 24
7 Medan Tuntungan 89 324 75 215 208 130 104
8 Medan Selayang 233 272 92 237 258 255 188
9 Medan Johor 0 77 33 76 0 20 18
10 Medan Amplas 140 122 72 129 111 114 137
11 Medan Polonia 11 36 5 31 0 17 0
12 Medan Timur 0 0 0 6 0 0 0
13 Medan Marelan 823 439 232 308 473 421 443
14 Medan Perjuangan 0 0 0 6 0 42 0
T O T A L 2279 1595 687 1428 1387 1712 1443
BayamKECAMATANNO Sawi Kacang Panjang Cabe Terong Timun Kangkung
45
5.4. Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi di Wilayah Kota Medan.
Rencana tata ruang Kota Medan juga mengakomodir kawasan-kawasan
strategis nasional dan provinsi yang yang berperan penting dan diprioritaskan
pengembangannya. Berikut ini merupakan kawasan strategis nasional dan
kawasan strategis provinsi dalam wilayah Kota Medan:
1. Kawasan Strategis Nasional (KSN); yang terdapat dalam wilayah Kota
Medan adalah Kawasan Perkotaan Mebidangro
2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP); yang terdapat dalam wilayah
Kabupaten Deli Serdang adalah Kawasan Andalan Perkotaan Mebidangro.
3. Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan
keamanan; yang diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan dan
pertahanan negara berdasarkan geosrategic national yang terdapat dalam
wilayah Kota Medan adalah (Pangkalan Udara) Lanud Polonia di
Kecamatan Medan Polonia, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal)
Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Kodam di Kecamatan Medan
Helvetia.
Penentuan kawasan strategis kota harus menyesuaikan dengan Kawasan
strategis Nasional dan atau Provinsi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih fungsi
dari kawasan tersebut. Sebaiknya penentuan kawasan-kawasan strategis ini harus
saling mendukung pemanfaatannya, sehingga pola ruang dan tata ruang menjadi
lebih efisien dan efektif.
Penyebaran lokasi dari kawasan strategis juga akan memperhitungkan tingkat
daya dukung lingkungan, baik secara sosial, ekonomi maupun alam. Untuk lebih
jelasnya mengenai sebaran lokasi kawasan-kawasan strategis di Kota Medan dapat
dilihat pada gambar 5-27 berikut ini
46
Gambar 5-27
Peta Penyebaran Kawasan Strategis Kota Medan
47
5.5. Kontribusi Sektor Unggulan dan Sub Sektornya dari PDRB Kota
Medan
Nilai produksi dari sektor industri yang paling besar disumbang oleh sub
sektor makanan, minuman dan tembakau, kemudian diikuti oleh sub sektor alat
angkutan mesin dan peralatan lainnya, selanjutnya sub sektor logam dasar dan
baja. Ke-3 sub sektor ini trend produksinya mengalami kenaikan. Tapi pada sub-
sektor semen dan barang galian bukan logam, kemudian sub pupuk kimia dan
barang dari karet, serta barang hasil hutan kecenderungan naiknya relative lambat
dan hampir stagnan. Kondisi ini sesuai dengan perkembangan produksi hutan
dimana bahan kayu semakin langka, karena semakin ketatnya peraturan dalam
mengambil hasil hutan, karena berdampak pada tingginya kerusakan alam dan
lingkungan hidup. Terakhir adalah sub sektor dari TPT (tekstil , barang kulit dan
alas kaki) serta kertas dan barang cetakan yang nilainya paling kecil.
Untuk jenis produksi seperti ini kota Medan bukanlah basis dari industri
TPT, karena industri ini banyak berlokasi di pulau Jawa yang pola produksinya
sangat labor intensive dan dengan klasifikasi footloose industry, , sehingga kota
Medan hanya menjadi target market untuk sisi konsumen.Sedangkan jika dilihat
perkembangan kontribusi sektor industrinya secara umum maka untuk sektor ini
cenderung mengalami penurunan.Kesenjangan antara sub sektor industri makanan
dengan industri yang lain cukup besar dalam kontribusinya untuk membentuk
PDRB kota Medan. Sedangkan industri logam yang ada di Medan, hanya dapat
menghasilkan barang antara, khususnya untuk mendukung sektor bangunan,
sehingga value added masih rendah, karena bukan menjadi final goods yang lebih
tinggi profitnya. Jadi sektor ini bukan menjadi core economic nya kota Medan.
Perkembangannya dapat dilihat pada gambar grafik 5-28 berikut ini :
48
Gambar 5-28
Perkembangan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan,
Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kota Medan; dalam Berbagai tahun (diolah sendiri)
Sub-sektor berikutnya adalah listrik dan air bersih yang dikelola oleh negara
yakni PLN untuk listrik dan PAM TIRTANADI sebagai BUMD, dimana
kapasitas produksi kedua sektor ini kecenderungannya mengalami kenaikan,
walaupun supply dari produk tidak sesuai dengan demand sebagai representasi
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha di Medan. Sedangkan sub sektor gas
produksinya masih 50% dari produksi listrik, karena secara nasional, bahwa
Indonesia masih kekurangan pasokan gas di dalam negeri. Hal ini juga yang
membuat hambatan dalam produksi industri manufaktur yang membutuhkan gas
sebagai bahan utama dalam menggerakkan produksi.Jadi krisis energi yang
melanda perekonomian secara nasional ternyata jauh lebih buruk yang terjadi di
kota Medan, selain kekurangan pasokan gas pada industri juga terjadi kekurangan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
b. Industri tanpa Migas
1) Makanan, Minuman, danTembakau
2) Tekstil, Barang dari Kulit,dan Alas Kaki
3) Barang dari Kayu dan HasilHutan Lainnya
4) Kertas dan BarangCetakan
5) Pupuk Kimia dan Barangdari Karet
6) Semen dan Brg GalianBukan Logam
7) Logam Dasar Besi dan Baja
8) Alat Angkutan Mesin danPeralatannya
9) Barang Lainnya
49
listrik yang sangat untuk RT dan industri. Perkembangan kontribusi sektoral
dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar grafik 5-29 dibawah ini :
Gambar 5-29
Perkembangan Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air bersih,
Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kota Medan; Medan dalam Angka Berbagai tahun (data diolah sendiri)
Sektor bangunan termasuk gedung dan perumahan, juga cukup
berekembang dalam 10 tahun terakhir, pertambahan jumlah pusat perbelanjaan
atau mall dan juga gedung-gedung perkantoran vertikal makin banyak, sedangkan
perumahan-perumahan yang cukup mahal masih berlokasi di Medan juga
bertambah banyak, terlebih lagi pembangunan ruko disegala sudut kota Medan.
Jadi sektor bangunan rata-rata dalam 10 tahun terakhir kontribusinya mencapai
11,24%. Namun perumahan dengan harga yang masuk kelas menengah malah
sudah kepinggiran kota Medan, atau kecamatan dari Kabupaten Deli Serdang
yang berbatas langsung dengan kota Medan, menjadi tujuan investasi selanjutnya
bagi para pengembang properti.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor paling
tinggi kontribusinya dalam PDRB kota Medan rata-rata dalam 10 tahun terakhir
mencapai 26,64% dan yang tertinggi justru dihasilkan dari sub-sektor
perdagangan besar dan eceran, kemudian diikuti oleh restoran serta hotel. Pada
kurun waktu 10 tahun terakhir perkembangan dari jumlah hotel baik yang bintang
3, bintang 4 dan bintang 5 cukup banyak hadir di kota Medan. Sebagai kota
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
4. Listrik, Gas, dan AirBersih
a. Listrik
b. Gas Kota
c. Air Bersih
50
perdagangan dengan jalur distribusi barang ke wilayah di sekitarnya, seperti
propinsi Aceh baik yang berada di wilayah pantai timur, pantai barat sampai
dataran tinggi Gayo Takengon, distribusi barang akan banyak diperoleh dari kota
Medan. Karena tingginya frekwesni transaksi perdagangan baik skala besar
maupun eceran, maka jumlah uang beredar juga cukup tinggi di kota Medan.
Sektor ini akan sangat erat dengan kegiatan dunia perbankan dan keuangan bukan
bank guna melayani dan memudahkan transaksi bisnis perdagangannya.
Kota Medan menjadi semakin terdiversifikasi dengan jenis kegiatan
distribusi barang dan jasa yang di butuhkan oleh propinsi disekitarnya.Termasuk
propinsi Riau dan Sumatera Barat dengan kabupaten yang berbatasan langsung
dengan wilayah Sumatera Utara. Jadi sektor angkutan juga akan saling terkait
dengan sektor ini secara langsung. Maka kapasitas produksi kota Medan akan
semkain besar karena terjadi aglomerasi ekonomi yang semakin lama semakin
membesar (large agglomeration). Untuk lebih mudah dapat dilihat gambar grafik
dibawah ini
Gambar 5-30
Perkembangan Kontribusi Sektor Bangunan dan Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kota Medan; Medan dalam Angka Berbagai tahun (data diolah sendiri)
0
5
10
15
20
25
30
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel, danRestoran
a. Perdagangan Besar danEceran
b. Hotel
c. Restoran
51
Selanjutnya sektor pengangkutan dan komunikasi yang kontribusi nya
rata-rata dalam 10 tahun terakhir mencapai 19,18%, dengan kontribusi terbesar
disumbang oleh subsektor pengangkutan udara, kemudian jalan raya dan jasa
penunjang angkutan, kemudian sub sektor komunikasi yang traffictnya cukup
tinggi di Medan.
Kehadiran tower dari beberapa provider penyedia jasa komuniaksi
nirkabel cukup banyak, dan naiknya jumlah pengguna data berbasis internet,
menujukkan semakin tingginya jalur komunikasi di kota Medan. Penggunaan ini
masih didukung dengan kota Medan sebagai pusat pendidikan tinggi di wilayah
Sumatera Bahagian Utara, dimana jumlah universitas dan sekolah tinggi cukup
banyak disbanding dengan kota Padang, Banda Aceh dan Pekan Baru. Institusi
pendidikan tinggi cukup banayak membutuhkan jaringan komunikasi internet.
Dari ke-3 jenis pengangkutan yaitu darat termasuk basis rel kereta, laut
dan udara, ternyata pengguna angkutan udara jauh lebih besar produksinya.
Bandara di kota Medan sebelum pindah ke Kuala Namu Deli Serdang, masuk
sebagai kategori Bandara dengan frekwensi penerbanagan yang sangat padat, dan
bandara Medan menjadi bandara dengan istilah jalur gemuk dalam bisnis
penerbangan di Indonesia, karena jumlah penumpangnya bertambah sangat
signifikan dari waktu ke waktu. Fakta ini dapat dilihat dari gambar grafik 5-5
dibawah ini :
52
Gambar 5-31
Perkembangan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kota Medan; Medan dalam Angka Berbagai tahun (data diolah sendiri)
Sektor berikutnya adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dengan rata-rata perkembangan kontribusinya mencapai 14,21%. Kontribusi
tertinggi disumbang oleh sub sektor sewa bangunan, perbankan dan jasa
perusahaan. Sedangkan yang paling rendah adalah sub sektor jasa penunjang
keuangan. Untuk sektor ini, biasanya pemerintah kota Medan tidak bisa membuat
aturan sendiri, karena bisnis keuangan akan tunduk dengan regulasi pemerintah
pusat baik dari Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
sekarang sudah berdiri sendiri.Kkebijakan untuk sektor keuangan dan moneter itu
merupakan bagian dari wewenang dari pemerintah pusat melalui
BI.Perkembangan kontribusi dari sub sektor keuangan dapat dilihat pada gambar
grafik 5-32 dibawah ini :
0
5
10
15
20
25
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
7. Pengangkutan danKomunikasi
a. Pengangkutan
1) Angkutan Rel
2) Angkutan Jalan Raya
3) Angkutan Laut
5) Angkutan Udara
53
Gambar 5-32
Perkembangan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kota Medan; Medan dalam Angka Berbagai tahun (data diolah sendiri)
Sektor ekonomi yang terkahir dari PDRB adalah sektor jasa-jasa yang
kontribusinya rata-rata selama kurun waktu 2002-2011 sebesar 10,39%.
Kontribusi yang paling besar disumbang oleh sub sektor jasa yang dihasilkan oleh
pemerintah dengan kesenjangan distribusi yang tidak terlalu besar dengan jasa
yang dihasilkan oleh swasta. Kontribusi terbesar dari sub-sub sektor jasa
pemerintahan yakni administrasi pemerintahan dan pertahanan serta jasa
pemerintahan lainnya. Sedang sub sektor yang terendah adalah jasa sosial
kemasyarakatan, kondisi ini didukung dengan posisi kota Medan sebagai ibukota
propinsi Sumatera Utara, yang menjadi propinsi terbesar secara ekonomi dan
populasi di luar pulau Jawa. Jadi jasa pemerintah yang dihasilkan juga menjadi
lebih banyak, termasuk layanan fasilitas publik ke masyarakat, dengan penduduk
yang sudah lebih dari 2 juta jiwa. Kondisi ini akan lebih mudah dilihat pada
gambar grafik 5-33 dibawah ini :
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
8. Keuangan, Persewaan,dan Jasa Perusahaan
a. Bank
b. Lembaga Keuanganbukan Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan
e. Jasa Perusahaan
54
Gambar 5-33
Perkembangan Kontribusi Sektor Jasa-jasa serta Sub-Sektor PDRB
Kota Medan Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kota Medan; Medan dalam Angka Berbagai tahun (data diolah sendiri)
Dari tabel 5-6 berikut akan terlihat bahwa sektor yang unggul adalah sektor
yang paling besar memberi kontribusi pada PDRB kota Medan lebih dari 10%,
berturut-turut adalah sektor Perdagangan, hotel dan Restoran dengan kontribusi
lebih dari 25% dan didorong oleh subsektor perdagangan besar serta eceran
berkisar lebih dari 22%. Kemudian diikuti oleh sektor Pengangkutan yang
mencapai kontribusi lebih dari 16%, dengan dukungan tertinggi pada angkutan
udara serta jalan raya, dengan sumbangan produksinya mencapai lebih dari 8%,
dapat dilihat dari gambar grafik 4-12 bahwa trend nya meningkat cepat untuk
berkontribusi dalam PDRB kota Medan. Berikutnya sektor Bangunan dan jasa-
jasa berkontribusi hampir sama, yakni berkisar 10%. Untuk sektor Jasa-jasa yang
paling bessar kontribusinya adalah sub sektor jasa pemerintahan yang mencapai
lebih dari 6% sedangkan jasa swasta hanya 4% saja.Secara lebih detail melihat
kontribusi dari semua sektor dan sub sektor akan dapat dilihat pada table 5-8
berikut ini :
0
2
4
6
8
10
12
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
9. Jasa-Jasa
a. Pemerintahan
1) Adm. Pemerintahan danPertahanan
2) Jasa Pemerintah Lainnya
b. Swasta
1) Sosial Kemasyarakatan
2) Hiburan dan Rekreasi
3) Perorangan dan Rumah Tangga
55
Tabel 5-5
Perkembangan kontribusi (%) dari Sektor dan sub-Sektor PDRB Kota
Medan
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
3. Industri Pengolahan 16.32 16.07 15.77 15.2 15.04 14.8 14.39 13.73 13.38 12.86
a. Industri Migas
1) Penggalian Minyak Bumi
2) Gas Alam Cair
b. Industri tanpa Migas 16.32 16.07 15.77 15.2 15.04 14.8 14.39 13.73 13.38 12.86
1) Makanan, Minuman, dan Tembakau 6.016 5.908 5.805 5.637 5.56 5.55 5.415 5.201 5.097 4.877
2) Tekstil, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki 0.415 0.41 0.402 0.388 0.385 0.381 0.378 0.351 0.334 0.32
3) Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1.251 1.226 1.205 1.165 1.149 1.114 1.079 1.023 0.963 0.903
4) Kertas dan Barang Cetakan 0.286 0.288 0.28 0.27 0.27 0.266 0.255 0.245 0.243 0.235
5) Pupuk Kimia dan Barang dari Karet 1.145 1.182 1.137 1.101 1.113 1.101 1.074 1.024 0.987 0.939
6) Semen dan Brg Galian Bukan Logam 1.381 1.343 1.325 1.288 1.264 1.259 1.184 1.131 1.107 1.075
7) Logam Dasar Besi dan Baja 2.579 2.505 2.472 2.346 2.32 2.24 2.158 2.02 1.905 1.82
8) Alat Angkutan Mesin dan Peralatannya 2.96 2.882 2.842 2.716 2.683 2.594 2.552 2.461 2.477 2.441
9) Barang Lainnya 0.292 0.322 0.302 0.292 0.293 0.295 0.293 0.28 0.265 0.249
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.719 1.763 1.711 1.636 1.6 1.442 1.411 1.391 1.389 1.346
a. Listrik 0.842 0.844 0.829 0.748 0.753 0.736 0.715 0.698 0.688 0.669
b. Gas Kota 0.421 0.42 0.395 0.433 0.362 0.216 0.205 0.214 0.218 0.209
c. Air Bersih 0.456 0.499 0.486 0.455 0.484 0.491 0.491 0.479 0.483 0.467
5. Bangunan 10.15 10.14 10.68 10.73 11.06 10.92 11.04 11.21 11.18 11.17
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 27.23 26.66 26.26 27.11 26.7 26.24 25.93 26.4 26.76 27.09
a. Perdagangan Besar dan Eceran 22.93 22.33 22.02 22.97 22.53 22.13 21.8 22.27 22.6 22.99
b. Hotel 0.658 0.64 0.604 0.567 0.551 0.543 0.563 0.541 0.538 0.531
c. Restoran 3.645 3.691 3.63 3.572 3.622 3.574 3.568 3.589 3.616 3.567
7. Pengangkutan dan Komunikasi 16.44 17.25 18.24 18.35 19.3 19.81 20.04 20.54 20.51 20.52
a. Pengangkutan 14.7 15.26 15.99 16.05 16.83 17.13 17.23 17.67 17.61 17.61
1) Angkutan Rel 0.047 0.052 0.051 0.05 0.051 0.05 0.05 0.053 0.052 0.051
2) Angkutan Jalan Raya 5.268 5.163 4.907 4.7 4.634 4.674 4.704 4.917 4.804 4.734
3) Angkutan Laut 1.736 1.171 1.031 0.909 0.856 0.828 0.781 0.77 0.755 0.74
4) Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan
5) Angkutan Udara 4.613 5.712 6.869 7.198 7.948 8.177 8.243 8.378 8.637 8.86
6) Jasa Penunjang Angkutan 3.035 3.157 3.134 3.193 3.343 3.402 3.457 3.553 3.362 3.226
b. Komunikasi 1.744 1.99 2.249 2.298 2.468 2.674 2.806 2.871 2.898 2.906
1) Pos dan Telekomunikasi
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 14.23 14.57 14.16 13.88 13.53 14.17 14.62 14.12 14.33 14.52
a. Bank 4.053 3.963 3.598 3.512 3.479 3.884 4.373 3.803 3.941 4.071
b. Lembaga Keuangan bukan Bank 0.548 0.648 0.615 0.621 0.636 0.614 0.596 0.633 0.613 0.582
c. Jasa Penunjang Keuangan 0.09 0.087 0.087 0.081 0.079 0.09 0.088 0.077 0.078 0.079
d. Sewa Bangunan 6.76 7.025 6.953 6.76 6.591 6.791 6.668 6.702 6.718 6.798
e. Jasa Perusahaan 2.777 2.85 2.901 2.904 2.749 2.787 2.894 2.906 2.981 2.985
9. Jasa-Jasa 10.72 10.58 10.38 10.44 10.3 10.21 10.23 10.31 10.3 10.45
a. Pemerintahan 6.273 6.055 5.844 6.012 5.998 5.993 6.029 6.208 6.257 6.449
1) Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 3.776 3.671 3.662 3.618 3.659 3.716 3.67 3.773 3.813 3.928
2) Jasa Pemerintah Lainnya 2.497 2.383 2.182 2.393 2.339 2.278 2.359 2.435 2.444 2.521
b. Swasta 4.452 4.524 4.539 4.426 4.301 4.215 4.198 4.102 4.046 4.001
1) Sosial Kemasyarakatan 1.023 1.005 0.988 0.936 0.927 0.925 0.868 0.847 0.85 0.849
2) Hiburan dan Rekreasi 1.555 1.626 1.66 1.634 1.528 1.514 1.548 1.515 1.491 1.479
3) Perorangan dan Rumah Tangga 1.874 1.894 1.891 1.855 1.846 1.775 1.782 1.739 1.705 1.673
Share (sektoral) terhadap PDRB Medan
56
BAB VI
KESIMPULAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
1. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung
kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah
sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang
lainnya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi terdiri
dari Pusat Pelayanan Kota di Bagian Pusat Kota (CBD Polonia), Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) dan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas,
3. Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Bidang Sosial Budaya meliputi
Kawasan Polonia, Kawasan Kota Lama Labuhan Deli, Kawasan
Perumahan dan Pergudangan Eks DSM, Kawasan Istana Maimun,
Kawasan Kampung Keling, dan Kawasan Kesawan.
4. Kawasan Strategis berdasarkan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
meliputi Kawasan Agrobisnis di Kecamatan Medan Marelan, Kawasan Hutan
Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan, Kawasan Wisata (Theme
Park dan Natural Park) di Kecamatan Medan Marelan dan Kawasan rencana
pengembangan waduk-waduk.
5. Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi di Wilayah Kota Medan terdiri dari
Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan
Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan keamanan.
6. Untuk kota Medan dari semua sektor kegiatan yang ada, maka sektor
perdagangan dan jasa merupakan sektor unggulan bagi kota Medan, yang
diikuti dengan sektor industri, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
bangunan serta jasa lainnya.
7. Beberapa kawasan yang strategis tapi belum dioptimalkan dalam
pemanfaatannya, khususnya pada wilayah kawasan kota tua baik di inti
kota Medan maupun di pesisir kota Medan.
57
6.2. Rekomendasi
1. Seharusnya master plan untuk kawasan strategis yang sudah tertuang
pada RPJMD untuk tahun 2011 – 2015 sudah selesai dilaksanakan,
dan sudah dapat diakses oleh stakeholder.
2. Sebaiknya telah dikerjakan dari Rencana Detail Tata Ruang Wilayah
Kota Medan tahun 2011 – 2031 yang disesuaikan dengan RTRW Kota
Medan 2011 – 2031
3. Kemudahan untuk memperoleh informasi tentang tata ruang kota
Medan bagi masyarakat baik melalui internet atau papan informasi
pada ruang-ruang publik.
4. Penetapan kawasan strategis hendaknya dilengkapi dengan sarana dan
prasara pendukung lainnnya yang saling terkait antara satu dengan
yang lain sehingga dapat meminimumkan biaya transportasi.
5. Sebaiknya dilakukan peninjauan ulang tentang penetapan kawasan
strategis yang telah ada di RPJMD ataupun di RTRW kota Medan,
sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat ini
(melakukan evaluasi capaian).
6. Diperlukan secepat mungkin evaluasi RTRW dan RDTR Kota Medan,
sehingga ada beberapa permasalahan yang tumpang tindih, sehingga
untuk menganalisis kawasan strategis menjadi lebih sulit.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. “Pengembangan Wilayah dan Otonomi
Daerah”. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPW-BPPT),
Jakarta.
Azhar et al, 2003, “Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam”, Faperta Unsyah, Banda Aceh..
Boediono, 1998, “Ekonomi Makro”, Erlangga, Jakarta
Chuzaimah dan Mabruroh, (2008); Identifikasi Produk Unggulan berbasis
Ekonomi Lokal untuk Meningkatkan PAF di Era Otonomi Daerah, Jurnal sains
dan Teknologi, IST Yogyakarta
Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischer, 2008, “Makroekonomi”, PT. Media
Global Edukasi, Jakarta (terjemahan)
Fachrurrazy, 2009,” Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian
Wilayah Kabupaten Acah Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB,
PPs, USU
Ghufron, Muhammad. 2008. Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis sektor
Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Hariani, P (1994); Konsep dan Strategi Pembangunan Daerah pada Wilayah
Pembnagunan III Sumatera Utara (suatu tinjauan deskripsi), USU, Medan
Kartika (2007); Kajian Tingkat Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Sayuran
Dataran Rendah di Kawasan Agribisnis Kota Medan,skripsi, USU Press, Medan
Kuncoro, M, (2013); Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana
meneliti dan menulis), Edisi ke-4, Erlangga, Jakarta
Pemerintah Kota Medan (2011); Perda Kota Medan No, 14 Tahun 2011, tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Medan Tahun 2011-
2015
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (2012 ) Kota Medan Tahun 2010-2030
BPS Kota Medan (berbagai Tahun); Medan dalam angka dan kecamatan2 dalam
angka, Medan
Pemerintah Kota Medan (2011); Perda Kota Medan No, 13 Tahun 2011, tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) Kota Medan Tahun 2011-2015