Abstrak INAHEA Kebun Gizi Jogja

1
ANALISIS BIAYA MANFAAT PROGRAM KEBUN GIZI SEBAGAI PEMENUHAN GIZI KELUARGA DI PLERET BANTUL YOGYAKARTA (Lesson Learnt Perkembangan Program Kebun Gizi Pemenang MDGs Award ) Dwi Endah, SKM, MPH 1 Ratna Kusumaningsih, SKM 2 1 Center of Health Empowerment [email protected] +6285729776150 2 Cita Sehat Foundation [email protected] +6281390294533 Abstrak Sebanyak 19,6% di Indonesia masih ada gizi kurang (Riskesdas 2013). Aspek rendahnya masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi buah dan sayur menjadi kurang selaras dengan sumber daya alam yang berlimpah. Sebanyak 93,6% penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun masuk dalam katagori kurang makan buah dan sayur. Peran buah dan sayur berfungsi membantu meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan, mencegah berbagai penyakit. Mengingat masih rendahnya masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi buah dan sayur program ini harus kita selesaikan dari hulu. Rendahnya ketahanan pangan Indonesia dan rendahnya daya beli masyarakat menjadi permasalahan di hulu terhadap meningkatnya masyarakat mengkonsumsi buah dan sayur. Kebun gizi merupakan salah satu program berbasis masyarakat sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan makan buah dan sayur di masyarakat dengan cara pemanfaatan lahan pekarangan maupun media lain. Selain itu keberadaan kebun gizi sebagai alternative untuk menurunkan adanya gizi kurang di tingkat posyandu. Awal mula kebun gizi diimplementasikan di wilayah Pleret Bantul Yogyakarta yang kemudian memperoleh pengakuan berupa penghargaan MDGs award tahun 2013 dengan kategori nutrisi. Saat ini sudah dilakukan pengembangan program dan kegiatan yang sudah berlangsung satu tahun. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian untuk melihat keberhasilan dari program kebun gizi mandiri. Metode penelitian yang digunakan dengan kuantitatif, dengan jumlah sampel sebanyak 140 KK miskin diambil dengan simple random sampling dengan cross sectional study. Analisa data menggunakan analisa deskriptif untuk mengetahui sejauh mana kemanfaatan yang dirasakan masyarakat miskin mengenai kebun gizi terutama berkaitan dengan ekonomi, penghematan biaya serta dampak perilaku makan sayur/buah di masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan dari responden yang diteliti 100% menjadi partisipan kebun gizi. Dampak lain yang dihasilkan 81% dari partisipasi kebun gizi memiliki kebiasaan makan sayur atau buah setiap hari. Sebanyak 79% diantaranya sudah merasakan manfaat ekonomi yaitu mampu menghemat biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian sayur dan buah. Rata-rata akumulasi jumlah rumah tangga telah merasakan penghematan bersih setelah dikurangi modal bulanan sebesar Rp. 5.174.000,- per bulan yang berhasil dihemat oleh total partisipan. Hasil kebun gizi ini juga memiliki dampak bagi masyarakat miskin. Masyarakat dengan kategori penduduk miskin menurut BPS telah menghemat biaya pengeluaran untuk memenuhi gizi keluarga. Rata-rata penghematan pengeluaran belanja sayur karena adanya kebun gizi untuk masyarakat miskin sebesar Rp 3,5 juta/bulan atau Rp 42 juta/tahun. Adanya penghematan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang lain seperti protein hewani, daging, ayam dan telur. Kata Kunci : Kebun Gizi, MDGs, Inovasi Gizi, Ketahanan Pangan, Ekonomi

Transcript of Abstrak INAHEA Kebun Gizi Jogja

Page 1: Abstrak INAHEA Kebun Gizi Jogja

ANALISIS BIAYA MANFAAT PROGRAM KEBUN GIZI SEBAGAI PEMENUHAN GIZI

KELUARGA DI PLERET BANTUL YOGYAKARTA

(Lesson Learnt Perkembangan Program Kebun Gizi Pemenang MDGs Award )

Dwi Endah, SKM, MPH1 Ratna Kusumaningsih, SKM 2

1 Center of Health Empowerment [email protected] +6285729776150 2Cita Sehat Foundation [email protected] +6281390294533

Abstrak

Sebanyak 19,6% di Indonesia masih ada gizi kurang (Riskesdas 2013). Aspek rendahnya masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi buah dan sayur menjadi kurang selaras dengan sumber daya alam yang berlimpah. Sebanyak 93,6% penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun masuk dalam katagori kurang makan buah dan sayur. Peran buah dan sayur berfungsi membantu meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan, mencegah berbagai penyakit. Mengingat masih rendahnya masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi buah dan sayur program ini harus kita selesaikan dari hulu. Rendahnya ketahanan pangan Indonesia dan rendahnya daya beli masyarakat menjadi permasalahan di hulu terhadap meningkatnya masyarakat mengkonsumsi buah dan sayur.

Kebun gizi merupakan salah satu program berbasis masyarakat sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan makan buah dan sayur di masyarakat dengan cara pemanfaatan lahan pekarangan maupun media lain. Selain itu keberadaan kebun gizi sebagai alternative untuk menurunkan adanya gizi kurang di tingkat posyandu. Awal mula kebun gizi diimplementasikan di wilayah Pleret Bantul Yogyakarta yang kemudian memperoleh pengakuan berupa penghargaan MDGs award tahun 2013 dengan kategori nutrisi. Saat ini sudah dilakukan pengembangan program dan kegiatan yang sudah berlangsung satu tahun. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian untuk melihat keberhasilan dari program kebun gizi mandiri. Metode penelitian yang digunakan dengan kuantitatif, dengan jumlah sampel sebanyak 140 KK miskin diambil dengan simple random sampling dengan cross sectional study. Analisa data menggunakan analisa deskriptif untuk mengetahui sejauh mana kemanfaatan yang dirasakan masyarakat miskin mengenai kebun gizi terutama berkaitan dengan ekonomi, penghematan biaya serta dampak perilaku makan sayur/buah di masyarakat.

Hasil penelitian memperlihatkan dari responden yang diteliti 100% menjadi partisipan kebun gizi. Dampak lain yang dihasilkan 81% dari partisipasi kebun gizi memiliki kebiasaan makan sayur atau buah setiap hari. Sebanyak 79% diantaranya sudah merasakan manfaat ekonomi yaitu mampu menghemat biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian sayur dan buah. Rata-rata akumulasi jumlah rumah tangga telah merasakan penghematan bersih setelah dikurangi modal bulanan sebesar Rp. 5.174.000,- per bulan yang berhasil dihemat oleh total partisipan. Hasil kebun gizi ini juga memiliki dampak bagi masyarakat miskin. Masyarakat dengan kategori penduduk miskin menurut BPS telah menghemat biaya pengeluaran untuk memenuhi gizi keluarga. Rata-rata penghematan pengeluaran belanja sayur karena adanya kebun gizi untuk masyarakat miskin sebesar Rp 3,5 juta/bulan atau Rp 42 juta/tahun. Adanya penghematan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang lain seperti protein hewani, daging, ayam dan telur.

Kata Kunci : Kebun Gizi, MDGs, Inovasi Gizi, Ketahanan Pangan, Ekonomi