Abstrak Bambang Irawan Manajemen Masjid Pasar Tanah...
Transcript of Abstrak Bambang Irawan Manajemen Masjid Pasar Tanah...
Abstrak Bambang Irawan Manajemen Masjid Pasar Tanah Abang Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat
Perkembangan Masjid di Indonesia teramat pesat yang bermunculan di komplek perkantoran, kampus, perhotelan, bahkan pusat perbelanjaan termasuk Masjid Pasar Tanah Abang Blok A sehingga masjid memerlukan pengelola yang terampil dan professional. Banyak diantara masjid yang masih memfungsikan masjid hanya sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikannya masjid sebagaimana mestinya. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru kurang mendapatkan prioritas, semakin baik pengolahan masjid dengan kreatif dan inovatif meramu kegiatan akan memberikan citra tersendiri bagi sebuah masjid dimana tercermin budaya, pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan masyarakat setempat. Pengelolaan masjid secara professional berarti mengembangkan masjid. akan tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan managerial dengan cara tidak lain adalah dengan mengadakan berbagai macam program kegiatan disertai sarana fasilitas masjid yang mendukung dan memadai.
Masjid Pasar Tanah Abang Blok A adalah salah satu Masjid yang berada di tengah-tengah hiruk pikuknya sebuah tempat perbelanjaan yang terbesar di asia tenggara, yaitu Pasar Tanah Abang. pendirian masjid juga menjawab keluhan masyarakat akan minimnya sarana ibadah di Pasar Tanah Abang yang pada umumnya sarana ibadah yang tersedia tidak layak dan kurang nyaman. Maka dari itu Masjid Blok A hadir dengan segala keistimewaan yang dimilikinya dan bisa menjadi icon dan symbol di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen masjid Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pedagang di tanah abang baik itu dari segi Aplikasi pada bidang Program, Kepengurusan, Bidang Fisik dan sarana masjid, dan juga sikap dan perhatian pengurus masjid melalui penelitian lapangan yang langsung turut serta akan kegiatan di Masjid Blok A dan juga melalui studi kepustakaan dan literatur lainnya yang mendukung.
Dari hasil penelitian tampak bahwa usaha para takmir masjid yang dilakukan untuk masjid dari waktu ke waktu telah memberi dampak positif bagi warga sekitar masjid pada khususnya dan bagi masyarakat luar pada umumnya. Selain memberi dampak positif, masjid Blok A juga menjadi inspirasi bagi Mall-mall atau pusat perbelanjaan lainnya untuk menyediakan sarana ibadah yang nyaman dan bersih untuk selalu dapat dijadikan tempat ibadah yang efektif bagi kemajuan Umat Islam.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Azza Wa Jalla, Ya Rabbul Izzati, Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, pemilik segala zat kehidupan ini yang telah
banyak memberikan kepada kita semua nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta
Salam selalu tercurah kepada Suri Tauladan kita Nabi Muhammad SAW, penutup
para Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama bagi umatnya, bagi
seluruh alam.
Hanya dengan Ridho Allah SWT, penyusunan skripsi dengan judul “
MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG PADA
PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT”
ini dapat terselesaikan. Dalam menyusun skripsi ini, tentunya banyak sekali
pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan serta kekuatan bagi
penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :.
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
4. Bapak Mulkan., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, terima
kasih atas waktu yang diberikan dalam membantu mahasiswanya.
5. Drs. Sugiharto,MA selaku Dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas
segala waktu dan pikiran yang telah diberikan dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi terutama
Jurusan Manajemen Dakwah yang telah memberikan ilmu kepada penulis
selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
7. Seluruh Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas dan Staf Tata
Usaha dalam membantu memberikan pelayanan kepada penulis selama
kuliah di sini
8. Ayahanda H. Marsodo dan Ibunda Hj. Sri Tugi Yati, selaku kedua orang
tua penulis, yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis sehari-
hari, yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam memberikan motivasi, yang
tidak hentinya dalam memberikan kasih sayang dan didikan, yang selalu
memberikan dukungan dengan moril dan materil, yang selalu
memanjatkan do’a kepada Allah SWT untuk kebahagiaan dan kesuksesan
anaknya, dengan apa yang harus ku balas untuk jasa mereka? Tanpa
mereka saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Maka itu, Karya
Kecil ku ini kupersembahkan paling pertama untuk Dua Insan yang Wajib
dihormati, yaitu Kedua Orang tua ku agar dapat membuat sebuah
senyuman indah yang terpancar di wajahnya.
9. seluruh Kelurgaku yang telah memberikan motivasi yaitu Mas Budi dan
Mba Susi dan adik ku Candra serta saudara-saudara kelurga yang lainnya.
10. Pimpinan, Pembina, dan seluruh Takmir Masjid Blok A Tanah Abang,
yaitu Bapak Djan Faridz, Habib Agil Alatas, SE, Ust.Mahdi Alatas, S.Ag,
Ust.Dhomiri, S.Ag, Ust.Lutfi, Ibu Fathiyah, serta para Takmir Masjid
lainnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian dan meluangkan wakktunya dan data yang
diperlukan dalam menyusun skripsi ini.
11. Untuk Seorang Wanita yang telah mewarnai hidup penulis dengan sifat
cerianya, perhatiannya, dukungannya, motivasinya, serta doanya yang
memberikan dengan tulusnya dan dia sangat berperan dalam penyusunan
skripsi penulis yaitu Ernawati Zahrah, Ana Uhibbuki Fillaah.
12. Untuk Para Sohib penulis, yaitu Dita Megawati, Ade Ardiansyah,
Khoiruddin, Heti Susanti, Sumayyah Ati Afifah, Nika Zahra, Dinnia Nurul
Maharani, Ade Wahyu Yusuf, Maulana, Widya, Nurul Fitriana, Yevi
Nursyaidah, yang senantiasa membantu penulis kapanpun, Jazakumullah
Khairan Katsiran,Uhibbukum Fillah.
13. Untuk Teman-teman Kampus yaitu Ika, Dani, Rifa, Himah, Nurul, Juned,
Indra, Solihin, Ashif, dan Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2005
manajemen dakwah A& B, yaitu khususnya teman-teman MD A atas
kebersamaan, susah senag, tawa canda yang senantiasa mengobati rasa
jenuh yang akan menjadi kenangan yang sulit tuk dilupakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan tentunya ini adalah langka awal untuk terus mengembangkan
potensi diri. Adanya saran dan kritik guna menambah pengetahuan penulis sangat
di harapkan kepada pihak-pihak yang ikut terlibat di dalamnya. Puji Syukur
kehadirat Allah SWT atas kesempatan yang telah diberikan sehingga skripsi ini
telah mampu penulis selesaikan dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jakarta, Maret 2010
Bambang Irawan
MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG
PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG,
JAKARTA PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh:
BAMBANG IRAWAN 105053001782
JURUSAN MANAJEMAN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….....................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….....1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………..9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………9
D. Metodologi Penelitian……………………………………………10
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………15
F. Sistematika Penulisan……………………………………………16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1) Pengertian Manajemen…………………………………….... 18
2) Unsur- unsur Manajemen…………………………………… 22
3) Fungsi-fungsi Manajemen……………………………………24
B. Masjid
1) Pengertian Masjid…………………………………………….28
2) Manfaat dan Tujuan Masjid…………………………………..32
3) Macam-macam Masjid………………………………………..36
4) Manajemen Masjid……………………………………………37
C. Pengertian Aktivitas Keagamaan…………………………………39
D. Pedagang
1) Pengertian Pedagang…………………………………............. 41
2) Karakteristik Pedagang………………………………………..42
3) Perdagangan dalam Perspektif Islam………………………….43
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID PASAR TANAH ABANG
BLOK A
A. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………….46
B. Visi dan Misi Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………………………. 52
C. Struktur Kepengurusan Masjid Pasar Tanah Abang Blok A…………….. 53
D. Letak Geografis………………………………………………………….. 56
E. Karakter dan Aktivitas Masjid Pasar Tanah Abang Blok A……………… 57
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG
DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN
PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG
A. Usaha-Usaha Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan
1) Aplikasi pada Bidang Program Kegiatan Masjid………………………………. 64
2) Aplikasi pada Bidang Kepengurusan…………………………………………... 72
3) Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid……………………………….. 76
4) Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid…………………………………………. 90
B. Faktor Pendukung dan penghambat Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………… 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 103
B. Saran-saran……………………………………………………….. 104
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama Dakwah, dan menjadi kewajiban kaum Muslimin secara
pribadi / organisasi untuk mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan
bagi kesempurnaan pelaksanaannya. Suatu kewajiban tidak bisa sempurna
pelaksanaannya kecuali ada kelengkapan dan sarana. Dakwah Islam adalah
perjuangan yang besar dan berat, karena merupakan pembangunan umat yang
menyeluruh di segala bidang dan lapangan kehidupan. Oleh karenanya, dalam
melaksanakan Dakwah memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup
banyak sebagai sarana dan dapat mengantar perjuangan umat sampai kepada
tujuannya. Dakwah merupakan usaha membumikan dan menyebarluaskan ajaran
Islam di tengah-tengah umat manusia, dalam rangka menuntun manusia untuk
senantiasa menjalankan segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh ajaran
Islam dalam segala lapangan kehidupan sebagai bentuk ketundukan dan
kepatuhan kepada Allah SWT.
Di berbagai negara, apalagi yang mayoritas penduduknya muslim, jumlah
Masjid mengalami pertambahan yang amat pesat. Pertambahan jumlah mesjid
merupakan sesuatu yang harus kita syukuri, apalagi ini bertanda bahwa eksistensi
Islam dan umatnya, khususnya negeri kita masih kuat. Namun sebagai muslim
yang baik, kita tdak boleh puas hanya karena Masjid dan musholla kian
1
2
bertambah banyak, hal ni karena apabila kita lihat dari sisi lain yakni menilai
sejauh mana fungsi masjid yang telah terwujud sekarang ini, yang seharusnya kita
merasa prihatin melihat kenyataan sebagian besar dari masjid-masjid kita yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Secara teoritis konseptual, Masjid adalah pusat kebudayaan umat islam. Di
tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi,
material spiritual dimulai, karena setelah Nabi Muhammad SAW Hijrah ke
Madinah, beliau berusaha bersama Muhajirin lainnya dengan masyarakat
setempat (kaum Anshor) membangun masjid supaya orang islam berkumpul
untuk melaksanakan shalat lima waktu.1 Selain berfungsi sebagai tempat ibadah
ritual, masjid menurut Ulama terkemuka, Syaikh Yusuf Qardhawi2, Masjid juga
berfungsi sebagai tempat sosial kemasyarakatan seperti bersillaturahmi untuk
memperkuat ikatan persaudaraan, tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan
dana zakat, infak dan sedekah, tempat penyelesaian sengketa, lembaga solidaritas
dan bantuan kemanusiaan, tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader
pemimpin umat, tempat membina keutuhan jamaah, dan tempat bergotong royong
di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Akan tetapi, fungsi strategis diatas,
belakangan ini ternyata sudah banyak mengalami pergeseran.
Bahkan, ada kecenderungan umum bahwa masjid lebih difungsikan dari aspek
sakralnya saja, yakni seremonial. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru
1 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.29 2 Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), Cet.Ke-1, h.7
2
3
kurang mendapat proritas. Kondisi inilah yang diprediksi menjadi salah satu
faktor penyebab terhambatnya kemajuan umat islam dan rapuhnya kesatuan umat
islam. Selain itu, barang kali pula, yang menjadi salah satu faktor penyebab
mundurnya peradaban dari umat islam.3 Sayangnya, banyak di antara Masjid
yang masih memfungsikan Masjid sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikan
Masjid sebagaimana mestinya, tentu hal ini akan menjadi mimpi belaka saat
mengelola Masjid tanpa di iringi Manajemen yang professional, karena Masjid
dipandang sebagai bangunan yang Megah semata, namun perlu untuk
dimakmurkan oleh seluruh komponen (pengurus masjid) dan jamaah. Maka
dalam hal ini masjid harus berperan sebagai wadah pemersatu yang
memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat atas dasar persamaan agama.
Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu atau kualitas kegiatan masjid
khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah.4
Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 18:
☺ ☺
☺
3 Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, h.8 4 Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet.1, h.1
3
4
Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. at Taubah: 18)
Masjid bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana penyucian tetapi masjid
berarti juga tempat melaksanakan segala aktifitas manusia yang mencerminkan
kepatuhan pada Allah SWT. Masjid tempat berkumpulnya orang-orang untuk
menjalankan ibadah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan.
Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas pastilah menginginkan
spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Keluaran dari proses ini jelas
akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu mendobrak kebekuan umat.
Dewasa ini Umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan Masjid,
baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok pedesaan, bahkan hampir di
setiap lingkungan perkantoran, di kampus-kampus, di lingkungan pusat kegiatan
ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun kantor-kantor swasta berdiri
dengan megah masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur. 5
Begitupun juga Masjid dibangun di dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan,
dalam hal ini banyak sekali bangunan Mall yang sudah menjajahi negara ini
secara tidak langsung, ini berarti membuktikan bahwa semakin banyak penduduk
yang membutuhkan keperluan masing-masing yang mengarah gaya hidup yang
konsumtif. Mall atau Pusat Perbelanjaan baru saat ini berlomba untuk menyajikan
5 Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 2
4
5
pesona untuk menarik pengunjungnya dengan memperindah bangunannya,
ataupun memberikan berbagai fasilitas bagi pengunjungnya, mulai dari lapangan
parkir yang luas (ada yang gratis pula), toilet yang nyaman dan gratis, kendaraan
antar jemput ke dalam mall, mendatangkan artis terkenal bahkan disediakan ruang
menyusui. Tetapi, Melihat Realita yang ada saat ini dari semua fasilitas yang ada
dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan di Jakarta pada khususnya, pihak mall sangat
mengeyampingkan kenyamanan kita dalam beribadah yaitu keberadaan atau
penyediaan tempat beribadah yaitu Masjid atau Mushollah.
Mengapa Negara yang berpenduduk muslim terbesar, memiliki Mall atau
Pusat Perbelanjaan yang Masjidnya sangat kecil, kebanyakan Masjid di dalam
mall dengan istilah menyedihkan. Mall-mallnya megah, tetapi Masjidnya selalu
ditempatkan diarea parkir, terkesan yang penting ada. Kebanyakan bentuknya
sempit, panas, bau dan letaknya jauh di basemen ataupun dekat tangga darurat.
Jamaah yang ingin sholat mesti antri berdesakan dan harus segera pergi bila sudah
selesai sholat, jangan harap ada waktu untuk dapat berdoa dengan khusu’.
Pengelola mal masih beranggapan bahwa keberadaan mushola belum
menjadikan nilai tambah untuk mal tersebut. Pengelola mal masih berpikir ala
kapitalis, hanya memikirkan keuntungan materi belaka. Ketika pengelola mall
membangun arena parkir luas, menampung ratusan mobil, mereka hanya
menyediakan mushala seukuran parkir empat buah mobil, sehingga antrian untuk
shalat pun menjadi panjang. Usai salam tanpa sempat berdoa sudah harus diganti
5
6
jamaah lain. Mall yang buka 12 jam, mulai pukul 10.00-22.00, tentu melalui
waktu shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Dzuhur dan Isya waktunya cukup
panjang. Tapi, Ashar dan Maghrib yang waktunya sempit, Apa harus dijamak
setiap berada di mall?6
Belanja, Itulah alasan banyak orang yang mengunjungi mall. Tapi, belanja
bukan satu-satunya alasan. Ada pula yang motif utamanya rekreasi: berkumpul,
cuci mata, dan lain-lain kendati untuk menikmati gaya hidup itu tak sedikit yang
menebusnya dengan rupiah, misalnya membeli soft drink atau juice di food court.
Mall saat ini telah menjadi ruang untuk beragam ekspresi masyrakat perkotaan,
bukan hanya tempat belanja, makan, atau kumpul-kumpul. Mall telah menjadi
ruang publik paling nyaman.
Dengan hal ini mestinya Mall atau Pusat Perbelanjaan yang gemerlap tak
sekedar menjadi ruang ekspresi duniawi, tetapi juga memfasilitasi ekspresi ‘masa
depan’ sebagai hamba Allah. “ Untuk itulah peran ruang kecil yang biasa disebut
mushalah sebagai sarana ekspresi keimanan sangat dibutuhkan. Itu untuk menjaga
hubungan vertical dengan pemilik alam semesta.”7
Belanja maupun rekreasi di pasar modern yang menyediakan aneka kebutuhan
dalam balutan suasana nyaman, kerap melenakan. Sedang asyik memilah dan
memilih barang, jalan-jalan dan sedang ngobrol bersama kerabat atau teman kita,
6 Citizen Journalism, Mushala Kecil Nan Menyedihkan Apa Kata Dunia?, (Jakarta:
Replubika, 2007), h. A2 7 Citizen Journalism, Mushala di Mal, Belanja Rekreasi Shalat Yes, (Jakarta: Replubika,
2007), h. A3
6
7
jarum jam berputar cepat. Saat sadar, waktu shalat hampir habis terutama shalat
maghrib. Mencari tempat shalat di luar mall jelas butuh waktu dan energi. Karena
ruang sebuah mall laksana menggecetkan waktu dan memacunya untuk berlari.
Oleh karena itu, mushalah di Mall atau Pusat Perbelanjaan amat diperlukan.
Mushalah nyaman tak sekedar layak perlu disediakan disetiap lantai agar
memudahkan pengunjung dalam beribadah sehingga tidak perlu adanya antrian.
Hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar.
Begitu pula dengan Pusat Perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Aktivitas transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini
berlangsung dari pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku
bangsa dan warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak
pernah sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar.
Namun, bila diperhatikan secara saksama, ada beberapa perbedaan yang cukup
mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi dengan
pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi
berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya
dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau
mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi masjid atau mushala ditempatkan
di bagian sudut. Di mal-mal, pada umumnya, masjid atau mushala ditempatkan di
pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau di parkiran. Hal tersebut
berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di lokasi ini justru
7
8
8
ditempatkan di bagian paling atas gedung pasar, yakni di lantai 14 sehingga relatif
bisa membuat Ibadah menjadi nyaman.
Berdasarkan Latar Belakang dan fenomena kondisi Masjid pada Mall atau
Pusat Perbelanjaan di Jakarta sekarang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang keberadaan Masjid yang ada di Pusat Perbelanjaan Grosir
Tanah Abang. Maka penulis memilih Judul “ Manajemen Masjid Pasar Tanah
Abang Blok A dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang Di
Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat “.
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
Penulis Membatasi Masalah yang akan diteliti hanya pada Manajemen Masjid
Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat
Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Blok A.
Dari pembatasan masalah tersebut dapat diuraikan perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Upaya Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam
Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan
Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?
2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A
Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada
Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan:
Berdasarkan Rumusan Penelitian yang telah dikemukakan diatas, penelitian
ini bertujuan:
a) Untuk Mengetahui Bagaimana Usaha-usaha Manajemen Masjid Blok A
Tanah Abang dalam menjalankan Aktivitas Dakwahnya.
10
b) Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Pendukung dan
Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam
Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada Pusat Perbelanjaan
Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Manfaat :
Adapun Manfaat penelitian yang ingin penulis capai, adalah sebagai berikut:
a) Kegunaan Akademis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu
manajemen, khususnya Manajemen Masjid dan Manajemen Dakwah itu
sendiri.
b) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah
wawasan berbagai kalangan, seperti teoritisi, praktisi, dan aktifitas dakwah
Islam pada umumnya serta para pengelola Masjid Blok A Tanah Abang, dan
pada khususnya yang menjadikan Masjid Blok A Tanah Abang sebagai sarana
dakwah untuk lebih meningkatkan kembali fungsi masjid dan manajemennya.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah Metode penelitian Kualitatif yaitu dengan
menggunakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
11
tertulis dari orang atau perilaku yang diamati, kegiatan penelitian ini merupakan
data yang diambil dari lapangan penelitian dengan pendekatan survei, data yang
dikumpulkan berupa fakta-fakta, gambar dan bukan angka-angka. Dalam hal ini
penulis melakukan dengan mengamati, dan mengumpulkan data-data dan
kemudian data-data yang diperoleh disusun dan dikembangkan dan selanjutnya
dikemukakan dengan seobjektif mungkin kemudian dianalisa.1
1. Subjek dan Obyek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi Subjek dalam Penelitian ini adalah Masjid Blok A
Tanah Abang sebagai sarana Ibadah, dalam hal ini penulis mengambil data-
data dari pengurus Masjid Blok A Tanah Abang, yang dapat memberikan
informasi representatif dan mempunyai akses dan mengetahui pengaruh
terhadap aktivitas keagamaan pedagang.
b. Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi Objek Penelitian dalam skripsi ini adalah
Bagaimanakah Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam
Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang di Pusat Grosir Tanah Abang,
Jakarta Pusat.
1 Soetrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h.136
12
2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, yaitu mencari
secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan
proses analisis yang konstan atau tentatif.2 Dalam hal ini penulis akan
mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di Masjid Blok A Tanah
Abang untuk memperoleh data-data yang di inginkan.
3. Tekhik Pengumpulan Data
Dalam Teknik Pengumpulan Data, penulis menggunakan beberapa metode
atau cara sebagai berikut :
a) Observasi
Observasi atau pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana
peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala objek yang
diteliti.3 Dalam hal ini, penulis langsung melakukan Observasi langsung ke
lokasi penelitian yaitu Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta pusat.
b) Wawancara
Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba
mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.4 Dalam melakukan
wawancara ini bentuknya adalah wawancara bebas, namun tetap
2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), Edisi Revisi, h.329 3 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), Cet.7, h.102 4 Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1993), Cetke-5, h. 129
13
menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus
pada tujuan penelitian.5 Dalam hal ini penulis akan mewawancarai pengurus
harian atau takmir dari Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat.
c) Dokumentasi
Dokumentasi, yakni mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dsb.6
4. Waktu dan Tempat Penelitian
a) Waktu Penelitian
Waktu penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2010 sampai
Maret 2010.
b) Tempat Penelitian
Tempat Penelitian skripsi ini yaitu Masjid Blok A Tanah Abang terletak di
Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang,
letak Masjid ini sangat strategis yang berada di persimpangan jalan antara
KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan utara, sedangkan dari sebelah
timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang masih dalam
wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat.
5 Nadzir, Mohammad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 234 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202
14
Masjid Pasar Tanah Abang Blok A berada di puncak gedung, yaitu pada lantai
14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari
ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di
Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141.
5. Teknik Analisis Data
Analisis Data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Moleong adalah Proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian besar.7
Di Dalam Penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menggunakan
teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun
dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut
menggambarkan keadaan sasaran apa adanya.8
Teknik Metode Penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), diterbitkan oleh
CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 280 8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 21
15
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan Skripsi yang dijadikan Tinjauan Pustaka sebagai Bahan
Pertimbangan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam pembuatan
skripsi yang akan penulis susun, yaitu sebagai berikut:
a) Amir Hamzah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen
Dakwah dengan judul “ Manajemen Penggerakkan Ta’mir Masjid Jami Al
Hidayah Kali Abang Bungur Bekasi ” Menitikberatkan pada Penggerakkan
ta’mir Masjid Jami Al Hidayah.
b) Lutfi Saefullah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen
Dakwah dengan judul “ Manajemen Masjid Ibnu Sina Pamulang dalam
Pengembangan Kegiatan Dakwah pada anak Usia Dini ” yang membahas
tentang pengembangan dakwah melalui kegiatan yang mendidik anak usia
dini.
c) Hani Ma’rifati, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen
Dakwah dengan judul “ Masjid Sebagai Pusat Dakwah (Analisis tentang
Strategi Dakwah Masjid Atta’awun) yang membahas tentang strategi dakwah
di Masjid Atta’awun.
Sedangkan Skripsi Penulis menjelaskan tentang Manajemen Masjid Blok A
Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat
Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.
16
F. Sistematika Penulisan
Agar karya Ilmiah ini tersusun secara sistematis, maka penulis
menjabarkannya dalam lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar Belakang Maslah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan
Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN, MASJID
DAN AKTIVITAS KEAGAMAAN
Berisikan: A.Manajemen, yang meliputi: Pengertian Manajemen,
Unsur-unsur Manajemen, dan Fungsi Manajemn. B. Masjid, yang
meliputi: Pengertian Masjid, Manfaat dan Tujuan Masjid, Macam-
macam Masjid, dan Manajemen Masjid. C. Pengertian Aktivitas
Keagamaan. D. Pedagang, yang meliputi: Pengertian Pedagang,
Karakteristik Pedagang, dan Perdagangan dalam Perspektif Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID TANAH ABANG
BLOK A
Berisikan tentang Sejarah Singkat Berdirinya dan Gambaran Masjid,
Vsi dan Misi, Strukur Kepengurusan Masjid, Letak Geografis dan
Aktivitas dan Karakter Masjid Tanah Abang Blok A.
17
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID PASAR TANAH ABANG
BLOK A DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS
KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH
ABANG
Berisikan Usaha-Usaha Manajemen Masjid dalam Meningkatkan
Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah
Abang, di antaranya Aplikasi pada Bidang Program, Aplikasi di
bidang Kepengurusan, Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid,
dan juga Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid serta Faktor-faktor
Pendukung dan Penghambatnya.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan Saran – saran
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yang dari kata to manage
yang sinonimnya antara lain to hand berarti mengurus, to control yang berarti
memeriksa atau mengawasi, to guide yang berarti menuntun atau mengemudikan.
Jadi, apabila hanya dilihat dari asal katanya, Manajemen berarti “Mengurus,
Memeriksa, Mengawasi, Pengendalian, Mengemudikan, atau Membimbing.”1
Dan juga dapat diartikan Pengendalian, Menangani, dan Mengelola2. Dan dalam
bahasa latin, manus yang berarti Memimpin, Menangani, dan Mengatur.3
Pada Pengertian lain, Istilah Manajemen berasal dari bahasa Italia, yaitu
maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan kemudian dalam bahasa
inggris menjadi management, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu
tata laksana, pengelolaan atau pengurusan.4 Sedangkan dalam Kamus Bahasa
Arab, Manajemen disebut dengan Idarah.5
1 John M.Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h.375 2 Yayat M.Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.1 3 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.1 4 Soni Sumarsono, Manajemen Koperasi, Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), Edisi I, h.72 5 Zaid Husein Hamid, Kamus Muhyassar: Indonesia Arab, (Pekalongan: Raja Murah, 1982),
h.26
19
Manajemen merupakan sebuah kegiatan yang pelaksanaannya disebut
managing dan orang yang melakukannya disebut manajer, individu yang menjadi
manajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat “manajerial” yang
penting diantaranya menghilangkan kecenderungan untuk melaksanakan segala
sesuatunya seorang diri.6 Manajemen adalah Penggunaan Sumber daya secara
efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.7
Pada dasarnya manajemen memiliki pengertian yang begitu luas, sehingga
dalam kenyataannya tidak ada satu definisi pun yang digunakan secara permanen.
Berikut ini beberapa definisi tentang Manajemen yang dikutip dari beberapa ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) George R. Terry, yang dikutip oleh Sarwoto, mengatakan bahwa “
Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari planning, organizing,
actuating, controlling”. Dimana pada masing-masing bidang digunakan baik
ilmu pengetahuan maupun keahlian yang diikuti secara berurutan dalam
rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula.8 Dalam
bukunya Mochtar Effendi, George R.Terry juga mendefinisikan bahwa
Manajemen adalah sesuatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak
6 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000), h. 9 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h.708 8 Sarwoto, Dasar-dasar Manajemen, h.46
20
menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab di
tangan yang memerintah.9
Definisi Manajemen menurut George R. Terry diatas yang
menandakan adanya tanggung jawab bagi seseorang pemimpin. Hal ini
sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Surat Al Mudatsir ayat 38:
☺ ⌧
Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya
(Q.S. Al Mudatsir: 38)10
2) Winardi, yang dikutip oleh Abdul Syani, mengatakan bahwa “Manajemen
adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis, dikumpulkan dan
diterima sehubungan dengan pengertian tentang kebenaran-kebenaran
universal”.11
3) Dalam bukunya Jawahir Tantowi, Lauren A. Aply juga berpendapat bahwa: “
Management is art getting things done through people” (Manajemen adalah
seni untuk menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan untuk
mencapai hasil tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu).12
9 Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta:
Bhatara Karya Aksara, 1986), Cet.Ke-1, h. 9 10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT
Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1353 11 Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), h.1 12 Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Husna
, 1983), h.10
21
4) M. Manulang berpendapat bahwa: “Manajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, penggerakkan, dan pengawasan
sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”.13
5) Robert Kritner dalam bukunya Management yang dikutip oleh Zaini
Muchtarom, mengatakan bahwa: “ Management is the of working with and the
through other to achieve organizational objectives in a changing environment
central to process is the effective and efficient use of limited resources”
(Manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain dan untuk
mencapai suatu tujuan organisasi dalam lingkup yang berubah, proses ini
berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya
yang terbatas).14
Dari Definisi-definisi Manajemen yang telah disebutkan dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran
dan tujuan dengan menjalankan setiap fungsi manajemen sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Adapun proses tersebut adalah Perencanaan,
Pengorganisasian, Penggerakkan, dan Pengawasan. Dengan proses tersebut
diharapkan tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
13 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet.Ke-1, h.15 14 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press,
1996), Cet.Ke-1, h.36
22
2. Unsur-unsur Manajemen
Manajemen selalu dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia,
yang mana merupakan suatu proses aktifitas guna mencapai sasaran atau suatu
telaah yang direncanakan terlebih dahulu, untuk mencapai sasaran itu, diperlukan
sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut juga sebagai unsur-unsur
manajemen.15
Dalam bukunya Ibrahim Lubis, George R. Terry mengemukakan lima unsur
manajemen (5M) lebih luas dan terperinci daripada pendapat O.F. Peterson, yaitu:
Man, Materials, Machines, Methods, Money.16
Selain teori 5M diatas dalam dunia perdagangan dikenal unsur dasar yang ke-
6 daripada Manajemen yaitu “Market” (Pasar).17 Adapun unsur-unsur tersebut
terdiri 6 macam: Man, Money, Material, Machine, Method, dan Market (manusia,
uang, barang, mesin, metode, dan pasar) yang dirumuskan menjadi 6M.18
Dan untuk lebih jelasnya dari unsur-unsur tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Man (Tenaga Kerja Manusia)
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur yang terpenting sehingga
berhasil / kuatnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manager untuk
mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.
15 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h.42 16 Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985), Cet. Ke I, h. 34 17 Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991),
Cet.ke-8, h.49 18 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 43
23
Sedangkan Manager atau pimpinan itu sendiri orang yang mencapai hasil atau
tujuan melalui orang lain.19 Manusia merupkan hal yang mutlak, tak akan ada
Manajemen tanpa adanya manusia, sebab manusialah yang merencanakan,
melakukan, menggunakan dan merasakan hal dari manajemen itu sendiri.20
2) Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan)
Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai
sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan, disamping manusianya. Pengaruh
dan peranan uang dalam pergaulan manusia telah dipahami kita bersama. Uang
digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar
tujuan yang di inginkan bias tercapai dengan baik sehingga tidak memerlukan
uang yang begitu besar.
3) Methods (Sistem / Cara untuk mencapai tujuan)
Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai kerja (metode) yang tepat
sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi.
Sebab, dengan cara atau metode yang ditata dengan baik, maka akan
menghasilkan produk yang baik pula, sehingga tujuan tercapai dengan efektif dan
efisien.
4) Material (Bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan)
Faktor Material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan
tugasnya tanpa dukungan kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan
19 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 6 20 Hamzah Yaqub, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung:
Diponegoro, 1984), h. 31
24
suatu kegiatan oleh organisasi tertentu perlu dipersiapkan bahan perlengkapan
apa-apa yang sedang dibutuhkan.
5) Machines (Mesin-mesin yang diperlukan)
Peranan Mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan lagi, mesin
dapat membantu manusia dalam pekerjaannya, mendefinisikan waktu bekerja
untuk menghasilkan sesuatu sehingga memperoleh keuntungan yang lebih banyak
dan baik..
6) Market (Pasar / Tempat untuk menjual hasil produksi / hasil karya)
Peranan Market sangat penting dalam Manajemen karena tanpa market tidak
akan ada produksi. Market merupakan aktivitas yang berhubungan dengan
penjualan barang hasil produksi. Pengadaan bahan baku supaya kegiatan berjalan
secara kontinu, promosi produksi dan sampai kepada usaha menerobos pasar
supaya penjualannya memperoleh keuntungan. Pasar juga menghendaki seorang
manager untuk mempunyai orientasi pemasaran.21
3. Fungsi- Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi Manajemen merupakan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan
dalam bidang manajemen. Fungsi manajemen adalah hal-hal yang secara khas
dilakukan oleh para manajer dan bersifat universal. Artinya, Fungsi manajemen
dapat digunakan dalam organisasi apapun dan dalam bentuk perusahaan apapun.
21 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 17
25
Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli manajemen tentang fungsi
manajemen ini, namun secara umum mempunyai kesamaan. Dan disini penulis
hanya menggunakan 4 fungsi manajemen yang sering / biasa digunakan adalah
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.
Agar lebih mudah dipahami penjelasan, arti, dan maksud dari setiap fungsi
manajemen tersebut adalah sebagai berkut:
1. Planning (Perencanaan)
Planning atau disebut juga Perencanaan adalah gambaran dari suatu kegiatan
yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan dipakai
dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan imajinasi
dan pandangan ke depan yang terarah berdasarkan penilaian yang benar.22
Perencanaan (Planning) adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan
dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang
akan melaksanakannya.23 Perencanaan adalah suatu kumpulan keputusan-
keputusan yang saling kait mengait sehingga sulit perencanaan tersebut di buat
secara mendadak.24 Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai selama masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat
mencapai tujuan-tujuan itu.25
22 Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 75 23 Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 56 24 Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN
Veteran, 1987), h. 39 25 George R. Terry Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999),
h. 1
26
2. Organizing (Pengorganisasian)
Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses
penetuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada aktifitas,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara
relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut.26 Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan
tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.27 Pengorganisasian adalah suatu proses
dimana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat
ditangani, dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai
tujuan.28 Pengoranisasian adalah proses penentuan struktur dan alokasi kerja.29
Pengorganisasian adalah menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang
akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja.30
Pengorganisasian adalah menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara
pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya.31
26 Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 119 27 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 81-82 28 Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 375 29 Joseph L. Massie, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1979), h. 7 30 Chuck Williams, Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 9 31 Stephen p. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999), h. 11
27
3. Actuating (Penggerakkan)
Fungsinya meliputi kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan
yang ada dalam struktur, setelah diadakan pembagian pekerjaan /
pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan dan
bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Bila rencana telah tersusun, struktur
organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah di isi, maka tugas
pimpinan untuk menggerakkan atau mengerahkan bawahan agar apa yang
menjadi tujuan perusahaan tersebut dapat direalisasikan. Penggerakkan
(Actuating) juga berarti keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk
mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik
mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan
ekonomis.32
4. Controlling (Pengawasan)
Fungsinya Pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain.
Pengawasan atau biasa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud
tercapai tujuan yang sudah di gariskan. Fungsi Manajerial pengawasan adalah
mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa
tujuan organisasi dan rencana yang didesain untuk mencapainya yang sedang
32 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 128
28
dilaksanakan.33 Pengawasan (Controlling) juga berarti suatu proses untuk
menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, mengoreksi bila
perlu dengan maksud supaya pelaksanaannya sesuai dengan rencana semula.34
Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.35 Pengawasan adalah memastikan
bahwa hasil aktual sesuai dengan rencana.36 Pengawasan adalah mengawasi
kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan korektif bilamana
dibutuhkan.37 Pengawasan adalah memantau kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.38
B. Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujudan, masjidan, yang berarti
“tempat merendah diri”, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat
yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada
Allah dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah.39
33 AM. Radarman SJ, Jusuf Usaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994), h.132 34 Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, h. 140 35 Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 169 36 Winardi, Asas-asas Manajemen, h. 588 37 Chuck Williams, Manajemen, h. 9 38 Stephen p. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, h. 11 39 Muhammad Idris Abdul Ra’uf Al- Marbawi, Kamus Arab Melayu, (Melayu: T.Pn., 1350),
Cet.Ke-4, h. 279
29
M.HR.Songge menyatakan Masjid secara etimologis, bermakna sebagai
tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah mahdhah berupa
shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah, dimana para hamba
melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam
kerangka beribadah kepada Allah SWT.40
Masjid berasal dari bahasa Arab, sajada yang berarti tempat sujud atau tempat
menyembah Allah. Bumi yang kita tempati bersama ini adalah Masjid bagi kaum
Muslimin, Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat
berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan sillaturahmi di kalangan
kaum muslimin. Di Masjid pula lah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat
shubuh.41
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologi, Masjid juga dapat
diartikan sebagai tempat beribadah umat islam, khususnya dalam melaksanakan
shalat. Masjid sering disebut dengan Baitullah (Rumah Allah), yaitu rumah yang
dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah.42
Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslim. Tetapi, karena akar
katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat
melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.
40 M. hr. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta: PT. Media Citra, 2001), h. 12-
13 41 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1, h. 1-2 42 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005),
Cet.Ke-1, h.23
30
Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam Surat Al- Jin ayat 18:
☺ ⌧
Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah” (Q.S. Al-Jin: 18)43
Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qarni, “Masjid adalah tempat saling mengenal
dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin, karena disaat di dalam masjid
mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang absen atau tidak
hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau yang lainnya. Dengan demikian maka
akan timbul rasa tolong menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan
dan memperkokoh iktan kasih saying antar jamaah masjid kaum mukmin.44
Sedangkan Syaikh Sayid Sabiq, dalam Bukunya Fiqhus Sunnah mengartikan
bahwa Masjid sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada umat ini yaitu
menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai Masjid, dimana saja seorang
Muslim telah sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau
mendapatinya.45
43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT
Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1343 44 Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid, langkah maju kebangkitan islam,
(Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2005), h. 44 45 Syaid Sabiq, Fiqhus Sunnah, (Beirut: Dar-Alfik, 1981), Jilid 1
31
Sedangkan pengertian Masjid menurut istilah adalah sebagai berikut: “ tempat
sujud, yaitu tempat umat Islam mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah SWT dan
untuk hal-hal yang berhubungan dengan Dakwah Islamiyah.46
Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah,
seperti makna yang tersirat dalam firman Allah SWT An-Nur ayat 36-37:
☺ ⌧
⌧
Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi
dan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu
46 M. Abdul Mujieb, et.al, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 201
32
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (Q.S. An
Nuur: 36-37)47
Dengan demikian, Masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar
umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik.48
2. Manfaat dan Tujuan Masjid
Dengan semangat tinggi Masjid yang kita bangun secara bergotong royong,
saling membantu, berkorban menyalurkan harta shadaqah, infak dan wakaf demi
berdirinya masjid bangunan suci Allah SWT dan tanpa memandang kaya, miskin
atau golongan, masjid-masjid dapat berdiri dengan megahnya, layaknya kawasan
taman-taman surga nan indah dan damai, sejuk menyegarkan, harum semerbak
mewangi, semua tersenyum puas. Tinggal lagi mengisi dan memakmurkannya,
hendaknya masjid jangan sampai sepi dalam syi’ar atau kegiatannya. Masjid
dalam fungsi dan perannya harus mampu melayani keperluan jama’ah atau umat
dari berbagai aspek manfaat paling tidak ada enam aspek yang terdiri dari:49
a) Aspek Ibadah
Manfaat Kemakmuran masjid bagi ibadah sesuai dengan kebiasaan atau
sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya yang menjadi tolak ukur dan
tuntunan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadah adanya khusyuk dalam
47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 798
48 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet.Ke-1, h.7
49 Jurnal Manajemen Kemasjidan, (TA’MIR MASJID), Juni 2006, Vol.V, No.2, h.51
33
shalat, suasana tenang, damai dan ada rasa dekat kepada Allah SWT, termasuk
juga membayar zakat harta atau fitrah dengan rasa senang, dengan pelayanan
yang ceria dan cerah tanpa pilih kasih. Dengan demikian masjid yang berjalan
menurut sistem dan aturan yang jelas memudahkan jama’ah, dan masyarakat
sekitar bertambah simpatik dan senang untuk berjama’ah secara rutin, apalagi
dengan Imam Shalat yang bagus dan baik dari segi bacaan ayat-ayat suci Al-
qur’an, yang Insya Allah menambah khusyu’ dalam beribadah.50 Dengan
demikian, masjid merupakan tempat yang baik untuk latihan dan kritik diri kita,
serta pembaharuan I’tikad baik.
b) Aspek Kehidupan, Sosial, Ekonomi, dan Pemberdayaan SDM (Mu’amalah).
Dilihat dari aspek mu’amalah ini antara lain dari kehidupan social, ekonomi,
dan pemberdayaan SDM, bila masjid berfungsi dan berjalan dengan program-
program atau kegiatan yang jelas terhadap kegiatan social dan lain sebagainya,
akan menambah kepercayaan jama’ah atau masyarakat. Jama’ah yang kurang
mampu akan merasa aman karena ada perhatian tentang diri mereka bentuk-
bentuk santunan, bantuan dan lain jelas arahnya siapa yang berhak menerimanya.
Masjid sebagai pusat kebudayaan di samping pusat ibadah juga menampung
semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam batas-batas taqwa, atau
yang menunjang tercapainya rohani taqwa.
c) Aspek Bagi Keluarga, Lingkungan Masyarakat.
50 Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 53
34
Pada setiap kepala keluarga dan anggota keluarga yang telah dewasa dalam
memakmurkan masjid, maka keluarga tersebut mendapatkan yakni rahmat Allah
karena do’a yang dibaca setiap memasuki masjid kita berdoa’a kepada Allah
SWT: “ Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat engkau ”, dan ketika
keluar dari masjid lalu memohon kepada Allah, “ Ya Allah, sesungguhnya saya
karunia dari engkau ”, maka sesama keluarga-keluarga penuh dengan naungan
rahmat Allah, akan tercipta sesama terutama yang membuahkan banyak kebaikan
dan kebaikan dari Allah, belum lagi manfaat dari shalat jama’ah akan
memperkuat tali persaudaraan dengan anggota jama’ah lainnya, dengan demikian
akan terbangunnya rasa solidaritas atau ta’awun (saling tolong menolong),
dampak positif bagi lingkungan masyarakat akan menambah hubungan baik,
lingkungan akan nyaman, peraudaraan antara lingkungan masyarakat makin kuat.
Dengan demikian akan tercipta dilingkungan masyarakat masyarakat yaitu rasa
marhamah (saling kasih sayang).51
d) Aspek Bagi Generasi Muda.
Generasi Muda yang membuahkan mata hati yang sejuk dipandang, dan calon
pemimpin masa depan, harus dapat dilahirkan dari masjid-masjid yang berfungsi
dan mampu membaca dan memberikan peluang terhadap generasi muda
merupakan cikal bakal pemimpin masa depan. Dengan program-program kegiatan
pembinaan terhadap generasi muda, masjid dapat mandiri dan dapat menolong
masyarakat lemah dilingkungan masjidnya. Sementara ini memang hasil belum
51 Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 54
35
maksimal pembinaan generasi muda masjid, sehingga menimbulkan
ketimpangan-ketimpangan, hendaknya jangan sampai terjadi kekosongan
pembinaan terhadap generasi muda masjid, kekosongan pembinaan akan
membawa dampak negatif atau kemunduran masjid masa-masa mendatang.
e) Aspek Ta’lim dan Pendidikan (Tarbiyatul Islam)
Dengan ilmu, kita akan sadar dan berupaya membangun diri untuk berbuat
sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu masjid yang makmur memberikan
peluang untuk para jama’ah atau masyarakat sekitar melakukan belajar dan
mengajar. Maka pengelolaan masjid harus dapat memprogramkan kegiatan
belajar dan mengajar.
f) Aspek Dakwah
Kita ketahui bahwa dakwah adalah ummul hasanah, induk segala kebaikan.
Dakwah merupakan kewajiban kita semua. Perubahan jama’ah atau masyarakat
sekitar masjid terhadap pengamalan agama dengan sendirinya menjadi baik,
dakwah menyebabkan datangnya hidayah, dengan hidayah dapat mencerahkan
manusia dari kegelapan. Dahulu orang-orang yang semula-mula mengagungkan
berhala, tekhnologi, harta benda dan keduniaan lainnya. Dakwah mampu
menggunakan semuanya dan sekaligus itu dapat menyakini hanya kekuasaan
adalah milik Allah yang mutlak mengalahkan semua. Maka di situlah bahwa
masjid berfungsi secara benar, dapat menjadi makmur bila dakwah dapat
berperan. Maka dengan sendirinya masjid menjadi pusat segala aktivitas umat.
36
Pengelolaan masjid perlu berfikir bagaimana lebih jauh bias memberdayakan
umat untuk lebih berdayaguna untuk memakmurkan dari aspek dakwah tersebut,
sehingga masjid akan benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat
sekitar.52
3. Macam- Macam Masjid
a) Masjid Kota
Masjid Kota ini sudah jelas harus berlokasi di pusat kota, mengingat pusat
kota ini mempunyai aksebilitas yang sangat tinggi terhadap penduduk di
seluruh wilayah kota.
b) Masjid Wilayah
Masjid Wilayah ini berfungsi melayani penduduk di daerah perumahan
dalam skala wilayah dan penduduk yang berada pada pusat-pusat aktivitas
untuk melaksanakan shalat fardhu, shalat jum’at serta kegiatan keagamaan
lainnya yang mencakup kegiatan sosial bagi masyarakat.
c) Masjid Kecamatan
Pada prinsipnya Masjid Kecamatan ini dibangun untuk melayani
penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan tersebut, terutama dalam
melaksanakan shalat jum’at, shalat Hari Raya, serta kegaiatan-kegiatan sosial
masyarakat.
d) Masjid Lingkungan
52 Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 57
37
Lokasi Masjid Lingkungan ini lebih berorientasi ke arah perumahan,
karena fungsinya hanya melayani penduduk di dalam daerah pelayanannya
untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jum’at serta kegiatan
keagamaan lainnya.
e) Masjid Lokal (Langgar / Mushollah)
Langgar atau Mushollah ini hanya dipergunakan untuk shalat sehari-hari,
tidak dipergunakan dalam pelaksanaan shalat jum’at.53
4. Manajemen Masjid
Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip. Dalam buku
Idarah Masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan: “ idarah masjid ialah ilmu
dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam
menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam”.54
Sementara itu Drs. Moh.E. Ayub dalam bukunya Manajemen Masjid yang
diterbitkan Gema Insani Press, mendefinisikan: “Idarah Masjid adalah Usaha-
usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya”.55
Dari sini kita bisa merumuskan definisi lain. Manajemen Masjid adalah suatu
proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh
seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai
53 Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 86-90 54 Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), h. 81 55 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 35
38
aktivitas yang positif. Dengan demikian, ketua pengurus masjid harus melibatkan
seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid.
Dalam pelaksanaan manajemen masjid atau idarah masjid, secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Idarah Binail Maadiy (Physical Management), yaitu manajeman secara
fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fifik
masjid, penjagaan kehormatan, ketertiban dan keindahan masjid,
pemeliharaan tata tertib dan keamanan, pengaturan-pengaturan keuangan,
dan administrasi masjid serta pemeliharaan fasilitas yang dimiliki masjid
tersebut dan penataan masjid lainnya yang bersifat fisik.
b) Idarah Binail Ruhiy (Functional Management), yaitu Pengaturan tentang
pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat
kebudayaan islam. Idarah Binail Ruhiy ini meliputi pendidikan islamiyah,
pembinaan akhlakul karimah, pelaksanaan dakwah, pembinaan-
pembinaan mental spiritual dan pemberdayaan ekonomi umat dalam
rangka menciptakan kesejahteraan material umat. Disamping itu, kegiatan
penerangan ajaran islam secara teratur meliputi: 1) Pembinaan Ukhuwah
Islamiyah dan persatuan umat, 2) Melahirkan Fikrul Islamiyah dan
Kebudayaan Islam, dan 3) Mempertinggi mutu keIslaman dalam diri
pribadi dan masyarakat.56
56 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, h. 33
39
C. Pengertian Aktivitas Keagamaan
Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Aktivitas adalah
keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu
kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau
lembaga ”.57 Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas
berasal dari kata Ling: activity; lat; activus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada
diri setiap eksistensi atau makhluk dengan dunia. Manusia mengalihkan dan
megalahkan alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya
dari dunia dan kemudian secara bertahap mengembangkan proses histories-
kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.
Ada dua jenis aktivitas, yaitu eksternal dan internal. Dan yang dimaksud
dengan aktivitas eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek
menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki, sedangkan aktivitas internal,
menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis.58
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk
menghasilkan sesuatu yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, dan
aktivitas terkadang juga terkait dengan lembaga atau sebuah organisasi.
57 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), Cet.Ke-3, h. 17 58 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga pengkajian
kebudayaan nusantara, LPKN, 1997), Cet.Ke-1, h. 25
40
Menurut Ensiklopedi Islam, kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama
dengan kata Din dalam bahasa arab. Sedangkan kata Din mempunyai arti “
menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan “. Din juga
membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam
bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus
ditinggalkan.59
Sementara itu, konteks keberagaman menurut Quraish Shihab tidak hanya
berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat superficial atau
menekankan aspek-aspek “luar” dengan sikap batin atau aspek-aspek “dalam”.60
Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutipkan oleh Djamaluddin Ancok
ada empat macam dimensi keagamaan:
1) Dimensi Keyakinan, berisi pengharapan-pengharapan di mana orang
beragama berpegang teguh kepada teologis tertentu dan mengakui doktrin-
doktrin tersebut.
2) Dimensi Praktek Agama, mencakup perilaku pemujaan dan ketaatan yang
dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya.
3) Dimensi Pengalaman, berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua
agama memandang pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi, dan sensasi
yang dialami seseorang.
59 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet.Ke-1, h.
63 60 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), Cet.Ke-1, h. 210
41
4) Dimensi Pengetahuan Agama, mengacu pada harapan bahwa orang yang
sudah beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar
keyakinan, ritus, dan tradisi.
Dimensi pengalaman konsekuensi mengacu kepada identifikasi akibat-akibat
keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari
ke hari.61
Dengan demikian aktivitas keagamaan adalah suatu perbuatan, tindakan yang
dilakukan secara individu atau golongan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan tertentu.
D. Pedagang
1. Pengertian Pedagang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagang adalah orang-orang yang
mencari nafkah dengan berdagang.62 Sedangkan hakikat dari pedagang itu sendiri
adalah orang atau instansi yang memperjualbelikan suatu produk atau barang
kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.63
Pengertian pedagang dalam pembahasan ini lebih difokuskan kepada
pedagang kecil termasuk dalam sektor informal, yaitu para pelaku usaha berskala
kecil yang memproduksi serta menjual barang dan jasa dengan tujuan pokok
61 Djamaluddin Ancok dan Fuad Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem
Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 77-78 62 M. Deden Ridwan, Islam dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: PT. Media Cita & Yayasan
Kalam, 2000), h. 7-8 63 Dansar, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Erafindo Persada, 2002), Cet.Ke-2, h. 35
42
untuk menciptakan kesempatan kerja dalam pendapatan bagi dirinya masing-
masing.
2. Karakteristik Pedagang
Orang-orang mukmin dalam pandangan Al-Qur’an bukanlah orang yang
berdiam diri di masjid, bukan pula seperti pendeta-pendeta yang mendiami
gereja-gereja, tetapi orang mukmin adalah manusia pekerja. Keistimewaan
mereka, bahwa kesibukan duniawinya tidak memalingkan meraka dalam
memenuhi kewajiban agama. Dalam dunia perdagangan dikenal adanya
pedagang, barang yang diperdagangkan, pembeli dan alat tukar. Dengan demikian
terjadi perputaran sistem dagang yang mengikuti jalur distribusi.
Dalam dunia ekonomi, pedagang dapat dibedakan menurut jalur distribusi
yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a) Pedagang Distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak
distribusi atau produk-produk dari perusahaan tertentu.
b) Pedagang (partai) Besar, yaitu pedagang yang membeli suatu produk
dalam jumlah besar yang dimaksud untuk dijual kembali kepada pedagang
yang lain.
c) Pedagang Kecil (Eceran), yaitu pedagang yang menjual barang
dagangannya langsung kepada konsumen.64
64 Ahmad Syarabasya, Tanya Jawab Hukum Dan Pengetahuan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1987), Cet.Ke-1, h. 344
43
3. Perdagangan dalam Perspektif Islam
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dan butuh
kepada manusia lainnya, pola hubungan antara manusia dengan manusia lainnya,
memiliki pola hubungan yang beragam. Dalam Islam, pola hubungan anatara
manusia dengan manusia yang lainnya diatur sedemikian rupa menjadi hubungan
timbal balik yang harmonis.
Salah satu interaksi hubungan antara manusia dengan manusia lainnya adalah
lewat hubungan perdagangan atau perniagaan dan itu telah melekat pada
kehidupan manusia bahkan seumur dengan kehidupan manusia di dunia.
Selanjutnya, perdagangan telah mengalami perkembangan dari zaman ke zaman,
baik dari pola hubungannya maupun dari segi barang yang diperdagangkan.
Dan Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “.
(Q.S. Al-Baqarah: 275)65
Dalam Ayat Al Baqarah ke 275, menjelaskan bahwa perdagangan itu pada
asalnya adalah mubah (boleh). Dalam hadits juga, disebutkan 9 dari 10 pintu
rezeki ada dalam berdagang. Ini berarti bahwa perdagangan bisa membawa
65 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT
Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 95
44
keberuntungan. Selagi agama membolehkan untuk berdagang, maka di belakang
perdagangan itu dapat menimbulkan keuntungan. Tetapi agama sendiri melarang
adanya keuntungan yang diperoleh dari suatu dosa, yaitu tambahan keuntungan
melebihi ukuran yang umum.66
Perdagangan atau perniagaan yang salah satu aktivitasnya adalah jual beli ini
kemudian juga menjadi tinjauan yang dianggap penting di dalam Islam. Hal ini
disebabkan karena Nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diutus menjadi Nabi
dan Rasul yang seorang pedagang yang sukses. Dengan kejujuran dan
keuletannya, beliau berhasil menjadi pedagang yang memiliki komitmen dan
iman yang kuat, baik dari konsumen pembelinya maupun dari pemilik barang
dagangan beliau.
Di samping itu juga, Masyarakat Arab pada saat dimana beliau tinggal adalah
masyarakat yang mayoritas aktivitas hidupnya, adalah pedagang. Kegiatan
perdagangan bangsa Arab ini kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an yang
terdapat pada Surat Al-Quraisy ayat 1-4:
⌧
66 Ahmad Syarabasya, Tanya Jawab Hukum dan Pengetahuan Islam, h. 345
45
☺
Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendak
mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah
memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar
dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (Q.S. Al Quraisy: 1-4)67
Dalam surat tersebut memang yang disorot adalah Bangsa Arab Quraisy yang
memiliki mobilitas dan naluri bisnis atau dagang yang tinggi, sehingga tak salah
bila Allah SWT mengabadikan dalam Al-Qur’an. Hal ini sangatlah berguna bagi
umat Islam untuk pembelajaran bahwa kegiatan berdagang atau berbisnis telah
menjadi kegandrungan suatu bangsa tersebut. Dari sinilah kemudian muncul
persepsi bahwa aktivitas bisnis atau perdagangan adalah aktivitas yang memiliki
nilai tinggi disisi Allah SWT, disamping aktivitas ibadah ritual, seperti shalat,
puasa, zakat, dan haji.
Berdagang merupakan cara mencari nafkah yang halal, sistem Islam dalam
memperoleh harta berdasarkan atas prinsip bahwa tidak seorang pun mempunyai
hak memperoleh keuntungan atas pengorbanan orang lain. Sedangkan transaksi
yang di izinkan hanyalah yang di dalamnya kedua belah pihak saling
menguntungkan dengan cara yang adil.68
67Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT
Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1434 68 Syeh Mahmudanassir, Islam Konsepsi dan Sejarah, (Bandung: PR. Remaja Rosda Karya,
1994), Cet. Ke-4, h. 465
46
46
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID BLOK A TANAH ABANG
A. Sejarah Berdirinya dan Gambaran Masjid Blok A Tanah Abang
Lazimnya sebuah Pasar, keramaian pun pasti mewarnai suasana Pasar
Tradisional ataupun Modern, tak terkecuali pada Pasar Blok A Tanah Abang,
Jakarta. Di setiap lantai pasar ini, penat dan hawa panas kerap menyerang
pengunjung walaupun gedung Ber-AC. Namun rasa itu seketika akan sirna jika
kita terus meniti sampai ke atap gedung. Disinilah saya bisa menemukan
Keteduhan yang ditawarkan Masjid Blok A Tanah Abang.1
Masjid Blok A Tanah Abang berdiri pada tahun akhir 2005. Setelah terjadinya
renovasi besar-besaran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso
terhadap pasar Tanah Abang dengan menggandeng pengembang Pasar P.T
Priamanaya maka terbentuklah sebuah pasar yang dikonsep bergaya Modern, Lux
dan Nyaman. Pasar yang berbeda dari yang sebelumnya dengan dilengkapi
penunjang-penunjang yang lengkap seperti AC, Lift, Escalator, dan keamanan 24
jam. Dan tentunya juga Masjid yang megah, nyaman dan bersih.2 Proses
pembangunan Pasar Tanah Abang Blok A lengkap dengan masjid megahnya itu
yang memakan waktu satu setengah tahun lebih. Dana keseluruhan yang
1 http://alifmagz.com/2009/09/07/masjid-di-atap-pusat-pertokoan/ diakses pada tanggal 17
Februari 2010 jam 20.15 WIB 2 Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari
2010)
47
dibutuhkan untuk pembangunan keseluruhannya adalah Rp 770 milyar. Oleh
Pemda DKI Jakarta, bangunan itu diharapkan sebagai icon ibu kota.
Masjid ini merupakan yang terindah, yang ada di sebuah pusat perbelanjaan.
hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar. Begitu
pula dengan pusat perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. Aktivitas
transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung dari
pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku bangsa dan
warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak pernah
sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar yang tak
pernah sepi.
Namun, bila diperhatikan secara seksama, ada beberapa perbedaan yang
cukup mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi
dengan pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi
berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya
dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau
mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi Masjid atau Mushalah
ditempatkan di bagian sudut. Di mall-mall, pada umumnya, Masjid atau
Mushalah ditempatkan di pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau
di parkiran. Hal tersebut berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di
lokasi ini justru ditempatkan di bagian paling atas, yakni di lantai 14.
48
Tentu, ada pesan berbeda yang ingin disampaikan pengelola pasar melalui
keberadaan masjid yang berada di lantai paling atas ini. Pertama, untuk
menempatkan posisi sebagai puncak tertinggi dalam mengagungkan asma Allah.
Kedua, tentunya agar selalu terlihat indah dan bersih. Bagi yang belum pernah
berkunjung ke lokasi ini, keberadaan masjid di puncak bangunan itu mungkin
akan terasa merepotkan karena harus menaiki ratusan anak tangga. Tapi, jangan
salah, pengelola pasar sudah mengantisipasi hal tersebut dengan menyediakan
tangga berjalan (eskalator) dan lift. Sehingga, akan memudahkan para
pengunjung dan jamaah masjid untuk menjalankan ibadah kepada Allah.3
Para pedagang yang berada di basement pun tak perlu khawatir akan
ketinggalan shalat berjamaah. Sebab, kumandang azan akan senantiasa berseru
kepada mereka untuk menunaikan shalat di rumah Allah ini melalui pengeras
suara yang tersedia dari lantai dasar hingga puncak.
Konsep pendirian Masjid Blok A Tanah Abang dimaksudkan untuk
memberikan tempat ibadah yang nyaman dan tenang bagi pengunjung dan pelaku
niaga di Pasar Blok A Tanah Abang. Ini ide dari Pak Djan Faridz yang sekarang
beliau adalah anggota DPD RI dan juga sebagai pemilik gedung Blok A Tanah
3http://koran.republika.co.id/koran/153/101048/Masjid_Blok_A_Tanah_Abang_Sentuhan_Isl
am_Klasik_dan_Eropa/ dikases pada tanggal 18 Februari jam 21.15 WIB
49
Abang. Bahkan, konsep dan gaya arsitektur masjid ini pun beliau yang
memilihkan.4
Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki
nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba,
Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya
Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat
mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga
dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah
dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama
kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi
tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada
Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan
arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya
terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet (permadani) di atas
lantainya semakin memperindah ruangan masjid yang hanya membutuhkan waktu
enam bulan untuk berdiri ini. Menyaksikan sekaligus menikmati ruangan dan
aneka kaligrafi di dinding masjid membuat hawa sejuk langsung menyelimuti
setiap hati para jamaah ataupun pengunjung masjid. Bukan saja karena
ruangannya yang full AC di setiap sudutnya, tetapi asma Allah selalu
berkumandang dengan lantunan irama yang syahdu.
4 Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
50
Karena itu, hati jamaah akan senantiasa larut bermunajat kepada Sang Khaliq.
Keindahan arsitekturnya membuat orang betah untuk berlama-lama berada di
dalamnya dan mengagumi karya anak manusia yang diberikan dari Sang Maha
Karya, pemilik keindahan dan keagungan. Allah SWT. Kesan ini menafikan
keberadaan tempat ibadah yang dibuat seadanya di berbagai pusat perbelanjaan,
bahkan hotel-hotel berbintang sekalipun. Bila di lokasi seperti ini masjid hanya
menjadi sekadar memenuhi persyaratan untuk umat Islam, sebaliknya di Pasar
Blok A Tanah Abang, tempat ibadah ditempatkan pada posisi yang
sesungguhnya, yakni tinggi, indah, bersih, dan mewah.
Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan
Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini
juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di
Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua
masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi.
Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa
dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid
yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali
masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab
Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu
akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu
menggantinya dengan pohon palem.
51
Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar
kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih
diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar
yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan
terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada
bagian belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan
untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena
bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang
mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut.
Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah
tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu.
Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan
warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh,
nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari
Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah
melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang
dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu.
Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu,
laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang
sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut
ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat
52
menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang
diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola
melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka
yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas
kakinya.5
Habib Agil menjelaskan, Masjid Blok A Tanah Abang ini hanya beroperasi
saat Zuhur, Ashar, dan Maghrib. Hal ini disebabkan pada saat itulah, banyak
pedagang Muslim di Pasar Tanah Abang yang melakukan perniagaan. Situasi dan
kondisi di dalam masjid sangat kontras dengan kondisi pada lantai-lantai paling
bawah yang tak pernah sepi dari pembelanja, karena memang Tanah Abang
merupakan pusat grosir terbesar di Asia Tenggara yang terkenal hingga ke Benua
Afrika.
B. Visi dan Misi Masjid Pasar Tanah Abang Blok A
Visi adalah suatu angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat
indah dan mempesona sehingga diperlukan usaha keras untuk mewujudkannya.
Visi juga bisa diartikan sebagai suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh
sebuah organisasi yang akan datang.
5 Ust. Lutfi, Sie. Bidang Pembangunan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
53
Misi, untuk mencapai visi tersebut maka diperlukannya misi. Dan Misi itu
sendiri adalah suatu pernyataan tentang aktivitas dari perusahaan atau organisasi.6
Visi dan Misi dari Masjid Blok A Tanah Abang, adalah:
Visi:
Menjadikan Masjid sebagai sarana Islam yang berkah, menghimpun dan
penggerak kebersamaan dalam meningkatkan iman, ilmu, dan pengamalan
menuju kemaslahatan hidup umat khususnya di Pasar Tanah Abang Blok A.
Misi:
1) Mengelola Masjid sebagai pusat Ibadah, ilmu dan peradaban Islam dalam
pelayanan sosial.
2) Menyelenggarakan pembinaan umat yang melahirkan komunitas yang
terbaik.
3) Membangun suasana pasar tanah abang sebagai pasar yang Islami yang
diterima masyarakat luas.
4) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islam non formal dalam
kehidupan global dan pasar bebas.
C. Struktur Kepengurusan Masjid Pasar Tanah Abang Blok A
Dari segi bahasa, struktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu disusun atau
dibangun. Sedangkan organisasi dapat berarti perkumpulan orang-orang atau
6 Ahmad Sutarmadi, Visi Misi dan Langkah-langkah Strategis Pengurus Dewan Masjid
Indonesia dan pengelola masjid, (Jakarta: Logos, 2002), h. 2
54
kelompok kerja sama antar orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan
bersama atau susunan dan aturan dari berbagai organ dan sebagainya sehingga
merupakan kesatuan yang teratur.7
Organisasi adalah kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar, yang
memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui
tindakan individu secara terpisah.8
Biasanya daftar tugas yang akan dilaksanakan ini dianalisa dan dibagi-bagi
dalam berbagai pusat kegiatan atau bagian atau departemen. Bagian ini bisa
dibagi berdasarkan region, rayon, atau daerah, bisa berdasarkan fungsi dan
sebagainya. Cara kerja dan kerjasama antara bagian yang sudah dibagi itu disebut
Struktur Organisasi.9
Jadi, Struktur Organisasi Masjid adalah susunan unit-unit kerja yang
menunjukkan hubungan antar unit, adanya pembagian kerja sekaligus
keterpaduan fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut dan
adanya wewenang, garis pemberian tugas dan laporan.10
7 Andrini T. Nirmala dan Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:
Prima Medika, 2003), h. 288 dan 435 8 Dydiet Hardjito, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 5 9 Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Darma Bhakti Prima Yasa, 1993),
h. 35 10 Moh. E. Ayyub et al., Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.Ke-1, h.
44
55
Pembina
Pimpinan Umum Gedung Blok A
Manager Operasional Masjid
Masjid Pasar Tanah Abang Blok A
Bendahara
Takmir Masjid
Sekretaris
Bid. Dakwah dan Peribadatan
Bid. Kesra & Sosial Bid. Pembangunan
Bid. Umum dan Perlengkapan
56
Susunan Pengurus Masjid Pasar Tanah Abang Blok A:
Pembina : Bpk. H. Djan Faridz
Pimpinan Umum Gedung Blok A : Ibu Radiza Djan
Manager Operasional Masjid : Bpk. Agil Alatas, S.E
Sekretaris dan Bendahara : Ibu Fathiyah
Takmir Masjid
Bidang Dakwah dan Peribadatan : Bpk. Ust. Mahdi, S.Ag
Bidang Kesra dan Sosial : Bpk. Ust. Dhomiri, S.Ag
Bidang Pembangunan : Bpk. Ust. Lutfi
Bidang Umum dan Perlengkapan : Bpk. Ridwan
Bpk. Abdurrahman
Bpk. Syamsudin
Bpk. Abdul Rahim
D. Letak Geografis Masjid Blok A Tanah Abang
Masjid Blok A Tanah Abang terletak di Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan
Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang, letak Masjid ini sangat strategis yang
berada di persimpangan jalan antara KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan
57
utara, sedangkan dari sebelah timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin
yang masih dalam wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Masjid Blok A Tanah Abang berada di puncak gedung, yaitu pada lantai 14
Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari
ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di
Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141,
nama Blok A di gunakan untuk membedakan dari gedung - gedung yang lain.
E. Karakter dan Aktivitas Masjid Blok A Tanah Abang
Karakteristik Masjid Blok A Tanah Abang:
1) Dari segi tempat, sudah sangat jelas masjid ini terletak dalam Mall atau Pusat
Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Blok A.
2) Dari segi kegiatan, masjid lebih banyak berfungsi ketika Mall sedang berbuka,
dan berfungsi lebih dominan pada waktu Dzuhur dan Ashar, mayoritas
jamaahnya setelah ba’da Ashar pada pulang, sehingga jamaah masjid
bukanlah jamaah yg tetap melainkan jamaah yang tidak tetap dikarenakan
dalam lingkungan pusat keramaian yang pengunjungnya pun berbeda-beda.
3) Dari segi kepengurusan, para pengurus masjid ini mayoritas terikat dengan
pengelola gedung Tanah Abang, dan juga mempunyai keputusan yang
terbatas yang harus di koordinasikan terlebih dahulu dengan pihak pengelola
gedung.
58
4) Dari segi aktivitas, dalam Masjid Tanah Abang Blok A ini terdapat dua
aktivitas yaitu Aktivitas Eksklusif dan Inklusif. Aktivitas Eksklusif adalah
Aktivitas yang terkait dengan dirinya sendiri tanpa perlu mengajak orang lain
dan bersifat kewajiban beribadah dan pensucian diri yang terbatas hanya pada
dirinya sendiri, seperti Shalat, Membaca Al-Qur’an, Ikut Kajian Islam, dan
sebagainya. Sedangkan Aktivitas Inklusif addalah Aktivitas yang terbuka dan
melibatkan banyak orang dan manfaatnya selain untuk dirinya sendiri juga
buat orang lain. Seperti Isra Mi’raj, Maulid Nabi, Nuzulul Qur’an, Muharram,
Idul Adha, dan sebagainya.11
Aktivitas Masjid Blok A Tanah Abang :
Dalam Rangka pengembangan kegiatan Dakwah Islam, Masjid Blok A Tanah
Abang mengadakan berbagai aktivitas yang semuanya mengarah pada Dakwah
Islam. Dalam hal ini, penulis mengkategorikan aktivitas itu ke dalam beberapa
bidang, diantaranya adalah:
1. Bidang Dakwah dan Peribadatan
Salah satu fungsi utama masjid adalah sebagai pusat ibadah, maka dalam
hal ini Masjid Blok A Tanah Abang telah menyelenggarakan shalat
berjama’ah terutama shalat fardhu lima waktu dan Shalat Jum’at. Dengan
diatur oleh salah satu takmir masjid dan bagian informasi dari pihak
11 Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12
Februari 2010)
59
pengelola gedung pasar tanah abang blok A yang biasanya menghimbau dan
juga Kumandangnya Adzhan yang memanggil sendiri kepada seluruh
pedagang dan pengunjung serta karyawan Pasar Tanah Abang Blok A untuk
segera melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Blok A Tanah Abang.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Masjid ini berada pada Lingkungan
Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, yang di dalamnya terdapat
pedagang-pedagang yang hampir seluruhnya pedagang muslim, yang mereka
terbagi dalam beberapa macam pedagang: Pakaian Muslim dan Muslimah,
Batik, Sprei, Tekstil, Pakaian Anak-anak, Tas, Kaos dan Kemeja, Karpet,
Souvenir Pernikahan, alat-alat ibadah, seperti mukena, sarung, sajadah, dan
sebagainya.
Ketika Bulan Ramadhan datang, aktivitas peribadatan pun kian
betambah, hal ini dibarengi dengan ibadah puasa, yang diantara kegiatannya
adalah Tadarusan Ramadhan, Sahur, Buka Bersama dengan adanya
penyediaan Ta’jil buat jamaah masjid yang berbuka di Masjid. Hal ini
dilakukan agar para pengunjung dan pedagang dapat mengambil makna dari
bulan suci ramadhan tersebut, tanpa menyampingkan aktivitas mereka. Telah
dimaklumi bersama dalam Mall atau pusat perbelanjaan, tidaklah semua
melaksanakan ibadah puasa terlebih lagi bagi yang non muslim, oleh karena
itu dalam pasar tanah abang ini tidak dapat disamakan dengan warung atau
60
restoran di pinggir jalan yang harus menutupi demi menghargai orang yang
sedang melaksanakan ibadah puasa ramadhan.
Ada perbedaan dari masjid pasar tanah abang blok A ini, yaitu ketika
shalat shubuh dan isya, jama’ah yang melaksanakan shalat di masjid hanyalah
dari kalangan pengurus masjid (marbot) yang menginap dan juga dari aparat
kemanan gedung. Karena Pasar Tanah Abang Blok A, buka untuk umum Pkl.
08.00 sampai dengan menjelang waktu Maghrib, itupun sudah tinggal sedikit
saja yang masih dalam gedung dikarenakan mereka bermaksud untuk
menghindari macet di jalan, jadi ada sebagian yang pulangnya belakangan.
Biasanya hanyalah shalat Dzuhur dan Ashar saja yang padat jama’ahnya,
sedangkan Maghrib masih lumayan ramai, apalagi Shalat Shubuh dan Isya
yang hanya beberapa orang saja yaitu Marbot dan Aparat Keamanan Gedung
Pasar Tanah Abang. Pada saat Ramadhan, Masjid juga mengadakan Shalat
Tarawih beserta Witir dan membentuk kepanitiaan khusus untuk
mempersiapkan dan mengatur segala aktivitas pada Bulan yang Agung ini.
Sebagai pusat dakwah, Masjid Blok A Tanah Abang menyelenggarakan
pengajian ta’lim mingguan pembacaan Yassin dan Ratib Al Athos. Dan juga
setiap hari senin di adakannya kajian Ekonomi Islam dan juga Shirah Nabi.
Dan masjid juga mengadakan pengajian TPA bagi anak-anak setiap harinya
dari senin sampai kamis. Sedangkan kegiatan lainnya yaitu Tabligh Akbar
pada kegiatan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), diantaranya Maulid Nabi,
61
Isra’Miraj, Nisfu Sya’ban, Nuzulul Qur’an, Muharram, Idul Adha, dan Idul
Fitri. Dan juga mengatur jadwal khatib, muadzin dan bilal jum’at serta Imam
Shalat Fardhu. Hal ini dilakukan agar adanya variasi dalam penyampaian
dakwah, apabila dakwah yang dilakukan masjid monoton dan membosankan,
hal ini akan mengakibatkan kejenuhan jamaah masjid sehingga menjadi
pemahaman yang kurang maksimal.
Turut memberi dukungan ulama-ulama diantaranya Habib Muhammad
Rizieq Shihab, Ust. Othman Umar Shihab, Ust. Muhammad Arifin Ilham, Ust.
Husein Hamid Alatas, KH. Zainuddin MZ, H. Rhoma Irama atas
kontribusinya pada aktivitas keagamaan yang digelar oleh pengurus Masjid
Blok A. Bahkan untuk shalat jum’at saja sengaja dihadirkan Penceramah-
penceramah yang disukai dan yang tidak monoton agar tidak jenuh jamaah
masjid.12
2. Bidang Kesra dan Sosial
Masjid Blok A Tanah Abang menjalankan beberapa pokok kegiatan,
seperti:
a) Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim,
yang dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan
cara membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara
12 Ust. Mahdi, Sie. Bidang Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12
Februari 2010)
62
menyebarkan brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu
shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha,
yaitu Penyembelihan hewan Qurban, Masjid menerima dan menyalurkan
hewan qurban. Mekanisme pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat
pada bulan Ramadhan.
b) Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas
berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging
kurban, Masjid Blok A Tanah Abang dalam hal pendistribusian
bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan Badan wakaf Al Qur’an, untuk
Daging Kurban, Masjid membagikan hewan kurban yaitu berupa sapi atau
kambing yang akan diserahkan kepada masjid-masjid luar yang ada di
sekitar tanah abang.
c) Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan
bantuan kepada yang terkena musibah bencana alam. Dan pengumpulan
dana dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui
masjid dan kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung
pasar Tanah Abang blok A.13
Dalam hal pendanaan Masjid Blok A Tanah Abang menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan masjid sudah tentu memerlukan dana.
13 Ust. Dhomiri, Bid. Kesra dan Sosial, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
63
Tanpa adanya Dana, kegiatan masjid tidak akan terjadi sebagaimana yang
diharapkan. Oleh karena itu, disamping memberikan sumbangan pemikiran,
jama’ah masjid diharapkan terlibat juga dalam membantu masjid dengan
kontribusinya yaitu pemberian dana. Dana dari jama’ah ini dapat berupa:
a) Sumbangan Insidental, yaitu sumbangan yang diberikan sewaktu-waktu
ketika ada kegiatan yang mau diadakan masjid.
b) Donatur Tetap, yaitu jama’ah memberikan sumbangannya secara rutin
untuk menunjang program dan kegiatan masjid. Dalam menggali dana
tetap dari jama’ah hendaknya masjid melakukan sillatturahmi agar
jama’ah merasa dekat dan percaya, sehingga mereka memberikan
sumbangannya dengan ringan.14
3. Bidang Pembangunan
Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada
beberapa bagian diantaranya:
a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid.
b) Mengawasi dan merawat kebersihan seluruh fisik masjid dan
lingkungannya.
c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan.
d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid15
14 Moh. E. Ayyub, Manajemen Masjid, h. 151 15 Ust. Lutfi, Bid. Pembangunan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
64
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG
DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG
PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG
A. Usaha-usaha Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas
Keagamaan
1) Aplikasi pada Bidang Program
Program kegiatan masjid merupakan penjabaran secara teknis dalam upaya
merealisir peran dan fungsinya masjid sekaligus sebagai uapaya mencapai tujuan
dari keberadaan masjid itu sendiri.
Adapun program-program yang dilaksanakan pengurus masjid, antara lain
sebagai berikut1:
1. Bidang Dakwah dan Peribadatan Masjid
Pada bidang ini, pelaksanaan program kegiatan dakwah masjid dalam bidang
peribadatan yang bersifat khusus, seperti:
Pertama, pelaksanaan shalat lima waktu secara berjama’ah dan terpadu
dengan menentukan atau menetapkan muadzin, sebagaimana halnya dengan
membaca Al-Qur’an, mengumandangkan Adzhan juga harus dibaca sesuai
dengan tajwid dan makhraj yang benar. Maka seorang Muadzin harus fasih agar
suara adzhan yang dikumandangkan terdengar syahdu agar dengan sendirinya
1 Ust. Mahdi, Bid. Dakwah dan Peribadatan, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
65
menjadi magnet yang dapat menarik para umat muslim untuk shalat berjamaah di
masjid.
Ada perbedaan dari Masjid Blok A Tanah Abang ini, yaitu ketika shalat
shubuh dan isya, jama’ah yang melaksanakan shalat di masjid hanyalah dari
kalangan pengurus masjid (marbot) yang menginap, tekhnisi gedung dan house
keeping (penjaga kebersihan dari gedung pasar tanah abang blok A) serta dari
aparat kemanan gedung pasar. Karena Pasar Tanah Abang Blok A, buka untuk
umum Pkl. 08.00 sampai dengan menjelang waktu Maghrib, itupun sudah tinggal
sedikit saja yang masih dalam gedung dikarenakan mereka bermaksud untuk
menghindari macet di jalan, jadi ada sebagian yang pulangnya belakangan.
Dengan melihat jam bukanya Gedung Pasar, otomatis para pedagang, pengunjung
dan karyawan tidak dapat melaksanakan shalat shubuh di sana. Biasanya
hanyalah shalat Dzuhur dan Ashar saja yang padat jama’ahnya yang mencapai 6
sampai 8 Shaf, sedangkan Maghrib masih lumayan ramai, sedangkan Shalat
Shubuh dan Isya yang hanya beberapa orang saja yaitu para marbot, tekhnisi
gedung dan Aparat Keamanan Gedung Pasar Tanah Abang Blok A.
Kedua, pelaksanaan shalat jum’at dengan menentukan Khatib dan Imam,
Disamping harus memenuhi standar minimal seorang Imam, juga harus memiliki
kemampuan berkhutbah yang baik agar khutbah jum’at yang disampaikan dapat
berlangsung menarik dan jamaah pun antusias mengikutinya. Yang tidak kalah
pentingnya dalam kaitan ibadah jum’at adalah menyiapkan Imam dan Khatib
66
cadangan sehingga apabila Khatib dan Imam yang semestinya bertugas tiba-tiba
berhalangan, maka Khatib dan Imam cadangan sudah siap menggantikannya, baik
dari segi penampilan, kemampuan menyampaikan maupun penguasaan materi
khutbah.
Ada Keunikan dari Masjid Blok A Tanah Abang ini dibandingkan dengan
Masjid-masjid yang lain, yaitu dalam setiap pelaksanaan shalat jum’at adanya
Bilal, yaitu seseorang yang mengikuti suara Imam yang letaknya berdekatan
dengan posisi Imam, seperti halnya dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di
Mekkah. Adapun kemaslahatan dari adanya Bilal ini, adalah: Sebagai
penyeimbang antara Imam dan Makmum, khususnya untuk jamaah wanita yang
letak shaf shalatnya agak berjauhan dengan posisi Imam, sebagai pengingat Imam
ketika Imam melakukan kesalahan dan lupa dalam shalat, dan juga sebagai
pengganti atau cadangan Imam apabila Imam batal di saat melakukan shalat
berjamaah. Dan Bilal ini juga diterapkan dalam Shalat Fardhu lima waktu,
terkecuali pada saat shalat shubuh.
Ketiga, Menyusun Jadwal Kegiatan pada Bulan Ramadhan, baik dalam
pelaksanaan shalat tarawih dan witir setiap harinya selama Ramadhan,
menyelenggarakan tadarus al-qur’an per juz saat ba’da ashar, peringatan Nuzulul
Qur’an pada malam 17 ramadhan, buka puasa bersama dan ta’jil selama sebulan
penuh, dan juga membagikannya pada seluruh masjid-masjid yang ada di sekitar
pasar tanah abang blok A, sesuai dengan saran Bpk.H. Djan Faridz, selaku
67
Pembina dari Masjid Blok A Tanah Abang. Dan Kultum setiap ba’da Dzuhur dari
berbagai penceramah serta menerima dan menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah
(ZIS) yang termasuk zakat fitrah juga. Dalam hal ini, Masjid bekerjasama dengan
Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Al-Qur’an yang juga membuka stand pada
sepuluh hari terakhir di area masjid untuk memudahkan para muzakki dalam
menyerahkan zakatnya. serta santunan bagi anak-anak yatim piatu yang
diselenggarakan pihak masjid dan juga dibantu oleh pengelola Gedung Pasar
Tanah Abang Blok A.
Keempat, pelaksanaan shalat hari raya Idul Adha, dalam hal penentuan tempat
yang mau dipakai, Imam dan Khatib. Pengurus Masjid Tanah Blok A Tanah
Abang ini cukup selektif dalam memilih Khatib dan Penceramah di setiap
kegiatan dakwahnya. Yang tentunya mempunyai kemampuan dan kualitas
keilmuan yang tidak diragukan lagi oleh kebanyakan orang, seperti dari kalangan
Kyai, Para Habaib, dan juga Ulama atau Ustadz yang terkenal. Dengan harapan
dapat menarik antusias para jamaah masjid.
Kelima, pelaksanaan penyembelihan hewan qurban yang diatur dengan baik,
mulai dari petugas pelaksanaannya hingga penyalurannya secara adil dan merata.
Dalam hal ini, Masjid Blok A sendiri, kurang lebih sekitar 15 Sapi dan beberapa
Kambing disembelih di area masjid yang kemudian daging kurban langsung
dibagikan kepada karyawan gedung pasar, pengurus masjid sendiri sebagai amil
serta dibagikan juga ke masjid-masjid sekitar tanah abang. Dan pihak Masjid juga
68
memberikan hewan qurban kepada masjid-masjid luar yang berada di sekitar
tanah abang untuk disembelih sendiri oleh pihak masjid luar.
Keenam, pelaksanaan Tabligh Akbar dalam Peringatan Hari Besar Islam
(PHBI), diantaranya adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra
Mi’raj, Nisfu Sya’ban, Nuzulul Qur’an, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru
Islam 1 Muharram. Dalam setiap kegiatan dakwahnya, pengurus masjid sangat
memperhatikan dan mendengar kemauan jamaah masjid yaitu yang meminta agar
pengisi ceramah, baik itu di pengajian rutin setiap minggunya, ataupun acara
PHBI, serta Khatib Jum’at agar didatangkan Kyai atau Ulama yang mempunyai
gaya berdakwah yang mudah dimengerti dan juga komunikatif agar jamaah tidak
cepat jenuh dalam mengikuti setiap kegiatan masjid. Dan hal ini, sangat direspon
baik oleh pengurus masjid yang selalu mendatangkan pengisi acara yang
berkompeten di bidangnya, dan juga tentunya yang komunikatif, humoris, dan
tidak kaku agar jamaah tidak jenuh dan antusias dalam mengikuti setiap menitnya
acara masjid.
Ketujuh, Masjid Blok A Tanah Abang ini juga mengadakan Pengajian Umum
yang diadakan setiap hari senin ba’da dzuhur, pada minggu pertama dan ketiga
bertemakan tentang Ekonomi Islam yang dibawakan oleh Habib Muhammad
Rizieq Shihab, dan pada minggu kedua bertemakan tentang Tafsir Fi Zilaalil
Qur’an yang dibawakan oleh Ustadz Husein Hamid Alatas, dan pada minggu
keempatnya yaitu bertemakan tentang Sejarah dan Wawasan Islam yang
69
dibawakan oleh Ustadz Fikri Thoriq, Serta Pengajian Tahsin dan Tahfizul Qur’an
yang dibawakan oleh Syekh Ali Al Jabir dari Madinah yang dilakukan setiap
ba’da ashar, akan tetapi pengajian ini hanya dilakukan per Gelombang saja
tergantung kondisional dan juga kondisi waktu dari Syekh Ali Al Jabir selaku
pengajar. Masjid Blok A juga menyelenggarakan pengajian ta’lim mingguan
setiap malam jumat ba’da maghrib yaitu pembacaan Yassin dan Ratib Al Athos
(pembacaan pujian-pujian bagi Baginda Nabi Muhammad SAW serta riwayat
hidupnya).
Kedelapan, Masjid Blok A juga mengadakan Pengajian TPA untuk anak-anak
dan juga Tahlil bersama Anak Yatim yang dilakukan pada hari senin sampai
kamis setiap ba’da ashar yang kurang lebih mempunyai murid sekitar 40 anak.
dan kebanyakan muridnya berasal dari anak-anak kuli panggul (porter) pasar
tanah abang blok A, dan juga orang yang kurang mampu di sekitar tanah abang.
Pengajian TPA ini langsung diajarkan oleh Ustadz-Ustadz Masjid Blok A sendiri.
Dan Pengajian ini Gratis diadakan oleh pengurus Masjid demi mencerdaskan
anak bangsa dalam membaca Al-Qur’an.
Dari uraian yang telah disebutkan, bahwasanya aktivitas dakwah yang
dilakukan oleh Masjid Blok A Tanah Abang tidak saja yang bersifat ritual semata,
misalnya shalat lima waktu, shalat jumat, dan sebagainya. Akan tetapi, masjid ini
juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan aktivitas keagamaan khususnya
70
untuk para pedagang dan pengunjung pada umumnya, misalnya adanya kajian
tentang ekonomi islam yang mana ini sangat cocok dengan para pedagang di
Tanah Abang agar terhindar dari perdagangan yang diharamkan dalam islam. Hal
ini juga dalam rangka mengembangkan fungsi masjid yang tak terlepas dari
sebuah struktur organisasi yang patut untuk memperhatikan saran-saran baik dari
para pengurus, maupun pedagang atau pengunjung (jamaah masjid) guna
meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan dalam beribadah.
2. Bidang Kesra dan Sosial
Masjid Pasar Tanah Abang Blok A menjalankan beberapa pokok kegiatan,
seperti :
a) Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang
dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara
membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara menyebarkan
brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at
dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha, yaitu Qurban,
Masjid menerima dan menyalurkan hewan kurban. Mekanisme
pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan Ramadhan.
b) Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas
berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban,
masjid pasar tanah abang blok A dalam hal pendistribusian bekerjasama
71
c) Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan
kepada yang terkena musibah dan bencana alam. Dan pengumpulan dana
dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan
kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung pasar tanah abang
blok A. yang kemudian setelah dana terkumpul akan langsung diberikan
kepada korban-korban bencana alam, seperti Gempa di Jogja, Sumatra
Barat, Sukabumi, dan korban bencana alam lainnya.2
Dengan adanya kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh Masjid Tanah Abang
Blok A,misalnya pengelolaan zakat fitrah, infaq dan sedekah, santunan anak
yatim piatu, pembagian hewan qurban, dan bantuan bagi korban bencana alam.
Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa Masjid Tanah Abang Blok A
mampu mengubah keadaan masyarakat ke arah yang lebih baik yaitu melalui
pengurusan zakat, infaq dan sedekah serta pembagian hewan qurban serta
santunan anak yatim piatu tersebut yang disalurkan kepada yang benar-benar
membutuhkan dan berhak dibantu.
2 Ust. Dhomiri, Bid. Kesra dan Sosial, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
72
3. Bidang Pembangunan
Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada
beberapa bagian diantaranya:
a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid.
b) Mengawasi dan merawat kebersihan seluruh fisik masjid dan
lingkungannya.
c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan.
d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid3
2) Aplikasi pada Bidang Kepengurusan
Masjid yang tidak memperlihatkan kemakmuran sebagaimana mestinya
adalah karena kepengurusan masjid yang kurang handal, baik dari segi
kepribadian wawasan keislaman, kemampuan kerja ataupun kemampuan
managerial sebagai pengurus masjid. Oleh karena itu, beberapa sisi kepengurusan
masjid perlu kita lihat bersama yang selanjutnya kita kembangkan perwujudannya
agar masjid dapat dimakmurkan dengan baik. Perbaikan yang paling mendasar
dalam organisasi masjid atau mushollah adalah dengan menetapkan spesialisasi
peran. Katakanlah dengan menentukan seseorang sebagai Imam shalat yang
bertanggung jawab penuh sebagai Imam Shalat. Langkah ini akan bergerak cukup
maju dengan penetapan seseorang sebagai khatib, dan individu yang lain lagi
3 Ust. Lutfi, Bid. Pembangunan. Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010)
73
sebagai muadzin. Sistem pengurusan yang sederhana itu merupakan cikal bakal
yang baik untuk membentuk sebuah badan pengurus masjid yang baik dan handal.
Organisasi sederhana itu bisa saja disebut dengan, misalnya Badan
Kesejahteraan Masjid atau Badan Kesejahteraan Mushollah. Hadirnya
kelembagaan yang definitif itu setidaknya menepis anggapan bahwa masjid atau
mushollah hanya dipergunakan untuk ibadah jum’at. Alangkan baiknya apabila di
dalam badan pengurus itu diikutsertakan pula tenaga-tenaga guru setempat.
Mereka, disamping dapat menangani perkara-perkara administrasi, juga dapat
membantu bidang pendidikan sebagai penceramah atau pengajar.
Dalam menjalankan roda organisasi dan administrasi masjid, diperlukan
kejelasan tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, rencana kerja masjid, dan
pembagian tugas di antara anggota pengurus masjid.
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Masjid4
Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan, tugas dan
tanggung jawabnya cukup berat. Pengurus memperoleh gaji dan imbalan
yang memadai, harus pula rela mengorbankan waktu dan tenaganya.
Sebagai orang yang dipilih dan dipercaya oleh jamaah, pengurus masjid
diharapkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik, serta bertanggung
jawab. Tidak berlebihan dan sebaiknya pribadi yang memiliki jiwa
pengabdian dan ikhlas.
4 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.Ke-1, h.
42
74
Tugas dan tanggung jawab itu antara lain:
a) Memelihara Masjid
Masjid sebagai tempat ibadah menghadap Allah perlu dipelihara dengan
baik, bangunan dan ruangannya dirawat agar tidak kotor dan rusak.
Perlengkapan masjid seperti pengeras suara, karpet, mimbar, kotak amal,
juga dipelihara agar awet dan dapat dipakai selama mungkin. Mengawasi
seluruh sarana atau inventaris masjid, mengawasi kebersihan seluruh fisik
masjid dan lingkungannya, mengatur jadwal petugas kebersihan,
melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid.
Dengan pelaksanaan tempat ibadah yang sesuai, masjid yang bersih
akan menjadikan suasana ibadah yang tenang dan khusyu. Tapi apabila
masjid dalam keadaan berantakan, kotor dan berbau tidak sedap tentu akan
mengganggu ketenangan dalam beribadah. Dan juga masjid yang kotor dan
kurang terawat tentu akan merusak citra masjid itu sendiri sebagai tempat
suci dan tempat ibadah.
b) Mengatur Kegiatan
Segala kegiatan yang dilaksanakan di masjid menjadi tugas dan
tanggung jawab pengurus masjid untuk mengaturnya. Baik kegiatan ibadah
rutin maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Pengurus harus memahami arti dan
cara menyusun program atau rencana kegiatan, sebelum sampai pada tahap
75
pelaksanaan, program yang disusun itu adalah untuk memenuhi kepentingan
tujuan. Pengurus juga telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai berikut:
1) Pengaturan jadwal khatib, muadzin, dan bilal jum’at
2) Pengaturan jadwal ta’lim mingguan dan bulanan
3) Pengaturan jadwal Imam rawatib dan muadzin harian
4) Mengagendakan acara peringatan hari besar Islam
5) Melaporkan kegiatan dakwah dan peribadatan
6) Membuat dan melaporkan Keuangan Masjid
7) Pengaturan jadwal Kebersihan Masjid
8) Memelihara Arsip dan Dokumentasi Masjid5
Dengan adanya perencanaan, kegiatan masjid lebih dapat berjalan
dengan teratur dan terarah. Dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan
masjid, kejelian pengurus membaca kondisi dan kebutuhan jamaah yang
kebanyakan terdiri dari orang-orang yang awam, maka materi pengajian
yang disampaikan pun sebaiknya dipilihkan yang sesuai dengan kondisi
mad’u dan kebutuhan kalangan awam.6
2. Rencana Kerja Pengurus Masjid Blok A
Rencana kerja pengurus masjid disesuaikan dengan kemampuan pelaksana
dan keadaan atau kebutuhan lokal. Setiap rencana yang akan dilaksanakan
5 Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 19 Februari 2010) 6 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 3
76
dibuat berdasarkan musyawarah, seperti kegiatan ibadah shalat fardhu, shalat
jumat, pengajian ta’lim atau tabligh akbar, bakti sosial, penerimaan zakat,
infaq, dan shadaqah dari warga, pelaksanaan kegiatan bulan suci ramadhan,
peringatan hari besar islam, dan kegiatan dalam bidang lainnya. dan semuanya
ini sangat membutuhkan rencana kerja pengurus masjid. Dalam hal ini,
pengurus masjid blok A, juga telah menyusun rencana kerja yang ditulis
dalam pencatatan jadwal kegiatan kerja pengurus masjid.
3) Aplikasi Pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid
Masjid sebagai tempat ibadah harus memiliki berbagai fasilitas yang
bermanfaat bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya. Fasilitas masjid berguna
pertama-tama untuk keperluan beribadah menghadap Allah SWT, tapi tidak
tertutup kemungkinan digunakan untuk kepentingan lain. Baik kegiatan yang
diadakan di dalam masjid maupun yang dilaksanakan di luar untuk keperluan
masyarakat. Jamaah dan Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk
kepentingan tertentu. Fasilitas masjid yang didayagunakan dengan baik akan
menjadikannya berfungsi sosial dan dakwah disamping dapat pula mendatangkan
income (pendapatan) bagi kas masjid. Fasilitas tersebut itu berupa: Aula, pengeras
suara, halaman, karpet, podium, dan sarana penyelenggaraan jenazah. Namun,
pendayagunaan fasilitas ini perlu digariskan dengan peraturan yang jelas, agar
tidak disalahgunakan dan difungsikan dengan benar.
77
Tujuan penggunaan fasilitas masjid harus jelas dan pasti. Tanpa jaminan
semacam itu, bisa saja timbul penyimpangan dan penyelewengan. Tujuan paling
utama pemanfaatan semua fasilitas masjid mesti tetap di dalam jalur kepentingan
dakwah. Mengingat pendayagunaan fasilitas masjid ini dapat menambah income
kas masjid, pengurus masjid perlu menentukan tarif. Namun, karena jamaah atau
masyarakat memanfaatkan untuk tujuan dakwah, tarif yang diterapkan hendaknya
cukup murah dan terjangakau oleh semua kalangan. Hal ini akan menarik
khalayak yang memerluakn dan tidak menganggapnya sebagai usaha sewa
menyewa komersial. Bila perlu, serahkan saja penentuan tarif tersebut kepada
pihak pemakai, dan mereka secara sadar memberikan amal infak sesuai dengan
kemampuan dan kesanggupan mereka.7
Masjid yang ideal dari sisi peran dan fungsinya dengan segala program yang
hendak dilaksanakan, harus teraplikasi dalam bentuk bangunannya. Program yang
banyak dan bervariasi, kepengurusan yang solid, dan jamaah yang aktif menuntut
tersedianya sarana aktivitas di dalam masjid yang memadai. Bila secara fisik tidak
memadai, amat sulit bagi pengurus dan jamaah masjid untuk bisa mewujudkan
masjid yang ideal. Namun seminim apapun fasilitas fisik yang dimiliki oleh
sebuah masjid, pengembangan aktivitas tetap harus dilakukan sesuai dengan
situasi dan kondisinya.
7 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 161-162
78
a) Kebebasan Arsitektur
Dalam membangun dan mengembangkan fisik masjid, yang harus
diperhatikan dalam kaitan arsitekturnya adalah kesesuaian dengan fungsi dan
tujuan masjid itu sendiri. Sementara arsitektur yang menyangkut bentuk dan
model bangunan bisa saja disesuaikan dengan kultur dan budaya setempat atau
mungkin juga berkembang mengikuti arsitektur modern. Meskipun demikian,
niali-nilai islam tetap harus menjiwai setiap bangunan yang dibangun oleh
seorang muslim, inilah kesimpulan pendapat Drs. Miftah Faridh dalam bukunya
“Masjid” yang diterbitkan oleh pustaka Bandung.8
Di Negara Indonesia yang kini jumlah masjid dan mushollahnya telah
mencapai 600.000 buah, model-model arsitekturnya bermcam-macam, ada yang
kubah-kubahnya berbentuk bulat dengan gaya Timur Tengah, tapi ada pula yang
berbentuk joglo dengan gaya jawa dan berbagai bentuk khas kedaerahan lainnya.
Karena itu, Miftah Faridh merasa perlu menyebutkan criteria bangunan masjid.
Menurutnya: “ Bangunan masjid yang ideal adalah masjid yang bentuk dan
arsitekturnya dapat menyentuh rasa yang dalam dari setiap jamaahnya untuk
memperoleh kedamaian, ketentraman rohaniah dan kepuasan batin dalam
menhadapi Dzat yang Maha Kuasa. Dengan demikian, setiap orang yang berada
di dalam masjid dapat merasakan keheningan dan keredupan suasana sehingga hal
itu menumbuhkan rasa cinta kepada Sang Khaliq. Bahkan bentuk bangunan
sebuah masjid yang ideal hendaknya dapat memberikan daya tarik kaum
8 Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), Cet.ke-1, h. 47
79
muslimin untuk senantiasa mengunjunginya dan berada di dalamnya untuk
beribadah. Dengan demikian, arsitektur masjid bisa kita sesuaikan dengan tradisi
kedaerahan, khas sebuah Negara maupun perkembangan zaman, namun semua itu
harus berpijak pada fungsi dan aplikasi program kegiatannya.
Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki
nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba,
Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya
Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat
mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga
dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah
dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama
kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi
tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada
Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan
arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya
terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet (permadani) di atas
lantainya semakin memperindah ruangan ibadah masjid. Tentu, belum cukup
dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada
di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur
Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi
arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam
80
di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung
sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu
pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon
palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon
kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena
akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid,
akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon
palem.
Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar
kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih
diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar
yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan
terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada
bagian belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan
untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena
bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang
mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut.
Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah
tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu.
Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan
warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh,
81
nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari
Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah
melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang
dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu.
Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu,
laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang
sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut
ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat
menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang
diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola
melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka
yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas
kakinya.9
b) Ruang-ruang Masjid
Sebagaimana ysng diketahui, masjid merupakan pusat pembinaan umat,
dalam konteks keumatan yang semakin komplek sekarang ini. Bangunan fisik
masjid harus dilengkapi dengan ruangan lain dalam arti ruangan yang tidak
sekedar untuk tempat shalat yang kemudian dikenal dengan istilah ruang
peribadatan dan tempat wudhu, tapi juga ruangan yang menggambarkan fungsi
masjid sebagai pusat pembinaan umat islam, dan umat itu sendiri tidak hanya
9 Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 12 Februari 2010)
82
yang berusia remaja atau dewasa yang dapat ditampung aktivitasnya bagi umat,
tapi juga kanak-kanak, anak-anak, pria, wanita, yang berpendidikan tinggi atau
rendah dan sebagainya. Kesemua itu harus mendapat tempat untuk melaksanakan
pembinaan diri di masjid dan inilah yang dimaksud dengan berbagai fasilitas fisik
masjid yang harua ada pada masjid-masjid.10
Karena itu, ada sejumlah ruangan yang perlu ada pada masjid-masjid modern
guna menghadapi tantangan dan perkembangan hidup pada masa sekarang dan
masa yang akan datang
1. Ruang Peribadatan
Ruang Peribadatan adalah ruang yang disediakan khusus untuk melaksanakan
peribadatan seperti shalat, dengan tikar atau karpet yang bersih, diberi tanda shaf
(barisan) shalat dengan garis, podium atau mimbar yang enak bagi khatib, mihrab
imam yang luas dan nyaman, ruang pengaturan sound system (pengeras suara)
yang terletak di sisi mihrab dan ruang istirahat untuk khatib dan imam yang juga
biasanya terletak di sisi mihrab. Disamping itu, ruang peribadatan juga harus
dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup agar sirkulasi udara menjadi lancer,
kpas angina, penerangan yang memadai, tempat menyimpan Al-Qur’an yang
cukup, beberapa buah jam dinding yang bisa dilihat oleh jamaah dan khatib /
penceramah, dan juga kotak amal yang baik , dan sebagainya.
Dalam Masjid Blok A ini mempunyai Ruang Ibadah yang luas dan nyaman
yang beralaskan karpet turki dan ruang shalat yang diberikan AC sehingga para
10 Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, h. 49
83
jamaah masjid tidak perlu khawatir akan rasa panas sehingga membuat ibadah
menjadi nyaman dan khusyu.
2. Ruang Wudhu dan MCK
Sudah jelas bahwa masjid mutlak harus menyediakan tempat wudhu yang
bersih untuk pria dan wanita yang tertutup, karena memang hal ini menyangkut
aurat jamaah yang harus tertutup khususnya bagi wanita. Karena memeang hal ini
menyangkut aurat jamah yang harus tertutup. Hingga kini masih banyak masjid
yang belum memisahkan tempat wudhu khusus antara pria dan wanita. Dan yang
sedikit memprihatinkan lagi adalah belum tersedianya secara baik tempat MCK
(Mandi, Cuci, Kakus) yang seharusnya ada. Jamaah wanita, yang mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dengan jamaah pria, perlu mendapat pelayanan khusus
dari pengurus masjid. Pelayanan khusus ini antara lain berupa adanya kamar kecil
khusus, tempat ganti pakaian yang khusus. Dan yang terakhir ini sangatlah
diperlukan oleh jamaah wanita, terutama untuk mengganti pakaian atau memakai
mukena sebelum shalat. Ruang Wudhu dan MCK yang ada pada Masjid Blok A
ini sangatlah baik dan bersih, serta luas sehingga tidak membuat antri para jamaah
masjid yang ingin berwudhu. Disediakan juga wastafel dan kaca untuk menambah
kenyamanan jamaah masjid serta kamar mandi yang terawat kebersihannya.
84
3. Ruang Khusus di Samping Mihrab
Mihrab senantiasa ada pada setiap masjid. Mihrab digunakan sebagai tempat
imam memimpin shalat dan tempat khatib berdiri menyampaikan khutbahnya.
Sebelum shalat berjamaah dilaksanakan, khususnya shalat jum’at, biasanya imam
atau khatib sudah berada di tempat ini. Mereka sudah bersiap-siap duduk di
temapt tugasnya tersebut. Ada saatnya, Imam atau Khatib datang terlambat.
Mereka tidak patut melangkahi para jamaah. Sesuai Sabda Rasulullah SAW yang
artinya:
“ Seorang Laki-laki datang melangkahi kuduk-kuduk orang pada hari jum’at
ketika Nabi sedang Berkhutbah, maka Nabi Saw berkata, Duduklah engkau,
sesungguhnya engkau telah menyakiti dan telah terlambat ”. (HR. Abu Daud, An
Nasaiy)
Di dekat Mihrab perlu disediakan ruangan khusus. Imam atau Khatib yang
terlambat dapat masuk lewat ruangan ini. Selain itu, bagi Khatib yang ingin
melaksanakan sunnah Rasul, memasuki masjid langsung berdiri di atas Mimbar
dan mengucapkan salam kepada para jamaah menjadi tidak terhalang dengan
adanya ruangan ini. Ruang ini juga bermanfaat untuk mempersiapkan diri, baik
bahan khutbah maupun kerapihan berpakaian seorang Khatib atau Imam.11
Ruangan khusus ini letaknya bisa disamping kiri atau kanan mihrab masjid.
Ruangan khusus ini dibangun dengan memanfaatkan tanah kososng yang ada di
tempat itu. Mihrab memang tidak nampak dari luar, tetapi terlihat jelas dari dalam
11 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 180
85
masjid. Ia bisa dibangun bersamaan mihrab, atau disusul belakangan jika mihrab
sudah lebih dulu ada. Luas ruangan khusus ini disesuaikan dengan keperluan,
keadaan tanah, dan kemampuan keuangan masjid. Bagi masjid-masjid besar,
tempat ruangan ini cukup luas. Bagi masjid yang berukuran kecil, ruangan khusus
ini tidak terlalu luas, yang penting ruangan itu ada dan dapat berfungsi.
4. Ruang Sekretariat
Kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan pengelolaan masjid
tentu saja amat memerlukan ruangan. Di Masjid, ruangan ini biasanya disebut
dengan sekretariat atau kantor masjid. Ruang sekretariat tentu saja harus
dilengkapi dengan sarana yang utama, misalnya mesin ketik atau computer,
beberapa meja tulis dan kursinya, lemari untuk menyimpan arsip, dokumen dan
perlengkapan masjid, meja dan kursi tamu, jam dinding, papan tulis putih (white
board) untuk menulis informasi, dan sebagainya.
Sekarang ini banyak masjid yang tidak mempunyai ruang sekretariat atau
punya sekretariat tapi kurang memadai atau ada juga yang sudah memilikinya
dengan baik tapi tidak difungsikan sebagaimana mestinya sehingga mekanisme
kerja kepengurusan dan pengaturan administrasi masjid tidak berlangsung secara
baik. Akan tetapi pada Masjid Blok A ini sudah mempunyai ruang skretariat yang
nyaman yang biasa dipakai untuk membuat segala kegiatan yang bersifat
administratif masjid.
86
5. Ruang Konsultasi
Setelah mendapatkan gambaran keislaman yang baik dan bagaimana
seharusnya seorang muslim yang ideal, terasa betul nantinya kalau jamaah kita itu
menghadapi banyak persoalan, ada problematika pribadi dan keluarga yang
mereka hadapi. Karena itu pengurus masjid berkewajiban untuk membantu
jamaahnya mengatasi dan memecahkan persoalan, misalnya dengan membuka
kesempatan kepada jamaah untuk berkonsultasi guna mengatasi persoalan yang
dihadapi, bahkan kalau melihat atau mengamati dan mendapat informasi bahwa
jamaahnya memiliki persoalan, pengurus masjid yang baik akan secara aktif
memecahkan persoalan jamaahnya itu.
Oleh karena itu, di masjid sebaiknya disediakan tempat untuk berkonsultasi
bagi jamaah masjid sehingga dengan tempat yang baik, jamaah mau berkonsultasi
terhadap masalah yang harus dipecahkannya sehingga dapat dihindarkan dari
terjadinya jamaah yang mengalami penurunan imam karena menhadapi banyak
masalah. Diperlukannya ruangan khusus ini karena dalam mengutarakan masalah
dan memecahkannya memang harus di ruang tertutup agar tidak didengar orang
lain, apalagi kalau masalah yang diceritakan itu merupakan sesuatu yang bersifat
keaiban pribadi atau keluarga yang tentunya tidaklah pantas diketahui oleh orang
lain yang tidak berkepentingan. Masjid Blok A ini mempunyai Ruang Tamu VIP
yang biasa digunakan untuk menerima tamu yang bisa juga untuk ruang
konsultasi bagi para jamaah masjid.
87
6. Ruang Penginapan
Pada Zaman Rasulullah, Masjid juga berfungsi sebagai tempat beristirahat
bagi para musafir. Bagi mereka yang datang kemaleman atau hendak melepas
lelah karena berjalan jauh disediakan tempat menginap dan tempat istirahat.
Tetapi jangan di identikkan masjid dengan losmen atau hotel. Fungsi semacam itu
tetap berjalan sampai sekarang. Biasanya sehabis shalat Dzuhur, karena letihnya
bekerja pada siang hari, jamaah beristirahat dan tidur-tiduran yang kadang-kadang
sampai tertidur. Atau para remaja dan pemuda masjid yang sangat aktif sampai-
sampai tertidur di masjid. Demikian pula pada waktu Bulan Ramadhan, terlebih-
lebih pada 10 hari terakhir, saat menyambut malam lailatul qadar.
Ruangan Penginapan juga perlu dimiliki oleh masjid, baik untuk menampung
tamu-tamu jauh yang perlu bermalam disitu, juga untuk Imam Rawatib, Marbot
atau petugas-petugas masjid yang dituntut banyak waktunya di masjid. Oleh
karena itu, Masjid Blok A juga menyediakan ruang penginapan yang
diperuntukkan untuk Imam rawatib dan marbot masjid.
7. Gudang
Setiap masjid tentunya memiliki barang-barang inventaris. Barang-barang ini
ada yang dipergunakan secara tetap dan ada yang dipergunakan sewaktu-waktu.
Yang digunakan secara tetap tentu tidak akan dipindah-pindahkan tempatnya.
Sedangkan barang yang dipergunakan sewaktu-waktu memerlukan tempat
88
penyimpanan. Sebuah gudang di masjid dapat berfungsi untuk menyimpan,
memelihara, dan menjaga keamanan barang dari kemungkinan rusak dan
pencurian.
Ada banyak barang-barang atau inventaris masjid yang penggunaannya hanya
pada waktu-waktu tertentu seperti Karpet yang digelar di bagian luar masjid atau
di sekitar pelataran masjid dan juga Kotak Amal yang hanya digunakan pada hari
Jum’at. Selama tidak digunakan, maka barang-barang itu semestinya disimpan di
tempat khusus yang kemudian disebut dengan gudang.
Oleh karena itu, masjid-masjid haruslah memiliki gudang tempat
penyimpanan barang yang tidak terpakai secara rutin. Apabila masjid tidak
memiliki gudang secara khusus, sementara tempat yang berfungsi sebagai
gudang amatlah diperlukan, maka banyak masjid yang menjadikan mihrab atau
mimbar menjadi tempat seperti gudang, padahal tempat ini semestinya harus
selalu dalam keadaan yang terjaga kenyamanan dan kebersihannya. Masjid Blok
A juga mempunyai Gudang yang berguna untuk menyimpan segala inventaris
masjid yaitu berupa karpet. pengeras suara, kotak amal, dan sebagainya.\
8. Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal
Jamaah yang datang ke masjid untuk beribadah perlu mendapatkan pelayanan
dari pengurus masjid. Mereka membutuhkan kekhusyukan dalam melaksanakan
ibadah, mereka juga memerlukan keselamatan dan keamanan diri dan harta
89
bendanya. Mereka datang ke masjid memakai sepatu atau sandal, dengan harapan
sepatu atau sandalnya selamat dan aman dari hal-hal yang tidak diinginkannya.
Di Masjid ataupun Musholla seringkali terjadi jamaah yang tertukar bahkan
hilang sepatu dan sandalnya sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang
membuat masyarakat enggan untuk shalat di masjid, atau shalat di masjid tapi
tidak memperoleh ketenangan karena khawatir kalau sepatu dan sandalnya hilang.
Oleh karena itu, Masjid Blok A menyediakan tempat penitipan sandal, sepatu dan
juga barang bawaan jamaah guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada
jamaah dan menghindari terjadinya kehilangan dan pencurian.
9. Halaman dan Parkir
Idealnya masjid-masjid memiliki halaman yang cukup luas dan asri. Adanya
halaman ini tidak hanya membuat masjid bertambah indah dan asri saat
dipandang, tapi juga bila daya tampung jamaah tidak memadai di dalam masjid,
maka halaman yang bersih, indah, dan asri itu bisa menjadi laternatif. Halaman
ini juga bisa digunakan untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang
memang sebaiknya dilakukan di tanah lapang, disamping itu halaman yang luas
juga bisa menjadi sarana bermain dan rekreasi bagi jamaah, khususnya anak-anak
sehingga mereka menjadi betah di areal sekitar masjid.
Disamping itu, Halaman Parkir kendaraan yang luas juga diperlukan sehingga
apabila jamaah membawa kendaraan ke masjid mudah menempatkan parkirnya,
90
dan kenyamanannya lebih terjamin. Pada Masjid Blok A ini, mempunyai halaman
yang cukup luas yang terdiri dari lorong-lorong masjid yang biasa buat sekedar
duduk santai para jamaah masjid, sedangkan tempat parkirnya tersedia banyak
yang mencapai 14 lantai yang jadi satu dengan gedung pasar tanah abang blok A,
karena memang sebagian besar jamaah masjid blok A berasal dari pedagang yang
berjualan di sekitar pasar tanah abang.
4) Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid
Sikap dan perhatian pengurus masjid disini termasuk dari pada manajemen
masjid yang disebut dengan Ri’ayah yang berarti perhatian. Pengurus masjid yang
dimaksud adalah mereka yang menerima amanah dari jamaah untuk mengelola
masjid dengan baik dan benar serta memakmurkannya. Mereka juga adalah
orang-orang yang mempunyai kelebihan pemahaman keagamaannya serta
berakhlak mulia.
Pengurus masjid menyatu dengan jamaahnya. Mereka senantiasa berhubungan
secara akrab dan bekerjasama secara terpadu dalam seluruh pelaksanaan kegiatan
masjid. Pengurus menjaga sikap baiknya ketika memberikan pelayanan ataupun
ketika bertukaran pikiran dan bermusyawarah dengan jamaahnya. Modal
kepribadian seperti inilah yang memudahkan keberhasilan pelaksanaan tugas-
tugas mereka, karena mereka mendapat dukungan dan peran serta jamaah.
91
Terhadap jamaahnya, pengurus masjid hendaknya mampu mempunyai sikap
seperti ini:
a) Keterbukaan
Sikap keterbukaan merupakan sikap yang sangat diperlukan oleh
setiap pengurus masjid. Faktor keterbukaan akan berpengaruh pada
kinerja pengurus masjid yaitu pada sisi program-program yang ditawarkan
kepada jamaah dan juga dalam sirkulasi keuangan, hal ini dapat
diharapkan adanya rasa percaya yang timbul dari jamaah yang juga secara
tidak langsung jamaah dapat memantau kepengurusan masjid itu sendiri.
Hasil temuan penulis, pengurus Masjid Blok A patut bersikap terbuka
terhadap jamaahnya, baik menyangkut program atau rencana kegiatan
maupun keuangan masjid. Jamaah tidak saja diberi tahu, tapi juga
dilibatkan dalam penyusunan rencana kerja pengurus. Sehingga, peran
serta jamaah berupa pemikiran, tenaga, dana, dan doa pun tumbuh untuk
menyukseskan kegiatan dan pembangunan masjid. Jika pengelolaan
keuangan terbuka, open management, jamaah selalu dapat memantau lalu
lintas keuangan masjid. Pengurus menyampaikan laporannya kepada
jamaah yang diumumkan pada kesempatan shalat jum’at.
92
b) Keakraban dan Kesetiakawanan
Keakraban antar pengurus terhadap jamaah memang harus tercipta
guna terjadinya sharing antar keduanya baik dalam masalah agama
maupun pribadi, ini akan mewujudkan hubungan emosional yang erat
serta dapat memperlancar tugas dan kegiatan-kegiatan masjid.
Begitupun juga dengan rasa kesetiakawanan sebaiknya haruslah ada
antara sesama pengurus masjid ataupun dengan jamaah. Apabila ada
pengurus yang sedang terkena musibah, sudah sepatutnya pengurus yang
lain berkunjung dan bersillaturahmi ke rumahnya untuk memberikan
bantuan baik materil maupun moril dengan harapan dapat meringankan
beban yang sedang terkena musibah.12
Keakraban pengurus Masjid Blok A terhadap jamaah dapat
memperlancar tugas dan kegiatan-kegiatannya. Berbagai problem
pengurus dapat dibahas bersama-sama. Sebaliknya, berbagai masalah
yang dihadapi para jamaah pun mungkin saja dapat dicarikan jalan
keluarnya melalui diskusi dan musyawarah dengan pengurus masjid.
Alangkah baiknya jika setelah shalat berjamaah, pengurus menyediakan
waktu untuk berbincang-bincang dari hati ke hati, bertukar pikiran dan
pengalaman dengan para jamaah masjid. Dan dalam suasana akrab dan
12 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 102
93
santai seperti ini, biasanya potensi dari kedua belah pihak akan muncul ke
permukaan dengan secara alami.
c) Memelihara Lingkungan Masjid
Dalam hal ini, memelihara lingkungan masjid juga termasuk dari sikap
dan perhatian pengurus masjid, diantaranya sebagai berikut:
a. Memelihara Keindahan Masjid
Masjid adalah Rumah Allah, tempat ibadah menghadap Allah SWT.
Sebagai tempat ibadah, sudah seharusnya umat islam membangun masjid
itu dengan baik, megah, dan juga indah sehingga jamaah yang masuk ke
dalamnya merasa nyaman dan damai serta dapat melaksanakan ibadah
dengan khusyu. Namun, apabila masjidnya buruk, rusak, dan kotor,
jamaah juga yang beribadah akan merasa tidak nyaman dan tidak khusyu
serta enggan mau melaksanakan ibadah di masjid lagi. Membangun
masjid tampaknya tidak terlalu susah. Siapa pun dapat melaksanakan
asalkan dia mempunyai kemauan dan sumber daya yang memadai. Dan
bagian yang tersulit adalah memeliharanya agar masjid itu tetap baik,
terawat dan indah. Betapa banyak masjid yang dibangun dengan baik,
megah, dan indah, tetapi kini masjid-masjid itu telah rusak, buruk dan
kotor akibat kurangnya pemeliharaan keindahan masjid.
94
Tempat-tempat yang penting dipelihara kebersihan dan keindahannya
adalah ruangan untuk shalat, baik itu lantai dan karpetnya, tempat wudhu
dan juga WC. Biasanya, tempat wudhu dan WC ini yang kurang
diperhatikan oleh pengurus masjid sehingga bau yang tidak sedap sering
menyengat hidung para jamaah masjid. Bangunan masjid, halaman, dan
perlengkapan masjid harus juga dalam keadaan yang terawat. Apabila ada
bangunan masjid yang rusak, segera diperbaiki dan di cat dengan warna
yang indah. Dinding-dinding masjid diberikan hiasan kaligrafi dan ukiran
yang indah demi menambah keindahan masjid. Perlengkapan masjid,
seperti pengeras suara, kotak amal, karpet, bila sudah rusak akan segera
diperbaiki atau beli yang baru. Apa yang dilakukan oleh pengurus Masjid
Blok A adalah membuat jadwal piket kebersihan untuk membersihkan
tempat wudhu, WC, dan ruangan shalat serta secara menyeluruh area
masjid.
Apabila kebersihan dan keindahan masjid dapat dijaga dengan baik,
itu berarti umat islam benar-benar bertanggung jawab terhadap rumah
Allah, baik dalam pembangunannya dan juga pemeliharaannya. Masjid
yang terjaga kebersihan dan keindahannya akan berpengaruh besar kepada
orang-orang yang melakukan ibadah di masjid dan kepada orang lain yang
hanya sekedar lewat saja di sekitar masjid sehingga membuat ibadah atau
95
aktivitas keagamaannya menjadi meningkat karena kenyamanannya dan
kebersihannya, dan ibadah pun menjadi lebih khusyu.
b. Kerja Bakti di Masjid
Pemeliharaan kebersihan, keindahan, dan kerapihan masjid merupakan
tanggung jawab bersama yaitu pengurus dan jamaah masjid. Setiap
jamaah masjid haruslah membantu pengurus masjid agar lancarnya
aktivitas masjid. Baik dalam bentuk sumbangan pemikiran (di dalam
musyawarah), dan dalam bentuk dana (untuk perawatan dan
penanggulangan kebutuhan masjid), maupun tenaga fisik (dalam kegiatan
yang bersifat massal), salah satu kegiatan yang membutuhkan dan
melibatkan orang banyak di masjid adalah kerja bakti. Dalam hal ini,
Masjid Blok A biasanya melakukan kerja bakti setiap dua minggu sekali
yang dilakukan hari jumat demi memberikan kenyamanan jamaah dalam
ibadah jumat.
Keterlibatan jamaah masjid amatlah menjadi penting, bukan saja
karena panggilan tanggung jawabnya melainkan sebagai amal jariah yang
nyata dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
c. Memelihara Suasana Masjid
Khusyu dalam beribadah di masjid sangatlah didambakan oleh setiap
jamaah masjid. Shalat yang khusyu di dalam masjid akan mencapai nilai
ibadah yang tinggi, disamping memberinya dorongan untuk senantiasa
96
untuk memakmurkan masjid. Oleh Karena itu, masjid perlu diciptakan
iklim atau suasana yang menunjang khusyu dalam beribadah. Usaha
pengurus Masjid Blok A dalam menciptakan suasana masjid yang
kondusif, diantaranya dengan menciptakan:
pertama, Suasana Tenang, dengan cara mencegah dan mengantisipasi
suara yang mengganggu dan merusak ketenangan di dalam maupun luar
masjid. Misalkan suara bising dan berisik yang ditimbulkan akibat
pengeras suara yang korslet, orang berteriak dan bernyanyi serta suara
anak-anak kecil yang seringkali menyulitkan pengurus masjid untuk
menegurnya, karena keaktifan sifat anak kecil. Akan tetapi pada Masjid
Blok A ini mempunyai kelebihan daripada masjid-masjid yang lainnya
yang terhindar dari suara bising kendaraan bermotor dikarenakan letak
masjid diatas gedung pasar yang jauh dari jalan ibukota.
Kedua, Suasana Tertib, pengurus masjid berkewajiban mengingatkan
para jamaah, khususnya anak-anak dan remaja agar tidak berisik, bersenda
gurau, mengobrol, dan bermain-main selama berada di dalam masjid,
terutama saat berlangsungnya shalat berjamaah. Dan Jamaah dihimbau
untuk merapikan shaf, meluruskan dan merapatkannya, agar ibadah shalt
dapat berjalan dengan tertib, tenang, dan khusyu. Seusai shalat, jamaah
meninggalkan masjid dengan tertib dan tidak melintasi mereka yang
sedang melaksanakan shalat.
97
Ketiga, Suasana Aman, pengurus masjid harus dapat menghadirkan
suasana ini bagi jamaahnya, baik yang menyangkut jiwa maupun
hartanya. Instalasi listrik masjid yang hendaknya dikontrol secara rutin
guna mncegah terjadinya korslet dan kebakaran. Kamar wudhu dan WC
yang senantiasa dibersihkan agar tidak licin untuk menghindari jamaah
terpleset jatuh. Sepatu dan sandal serta barang-barang bawaan yang perlu
dijaga, maka dari itu disediakan tempat penitipan sepatu dan sandal yang
siap mengamankan sepatu, sandal maupun barang bawaan para jamaah
masjid. Pihak pengurus masjid juga perlu mencegah dan menghindari
pertentangan masalah-masalah khilafiyah dan furuiyah, yang mana
nantinya akan membuat para jamaah bingung, enggan, dan segan untuk
datang untuk memakmurkan masjid. Dengan demikian jamaah akan
merasa aman, tenang, dan khusyu dalam melaksanakan ibadah di dalam
Masjid.
d. Memelihara Ketertiban Masjid
Sebagai tempat bersujud kepada Sang Khaliq, masjid harus
diperlakukan secara tertib dan santun. Masjid yang tertib akan
memberikan citra dan pengaruh yang baik dalam masyarakat. Siapapun
akan merasa senang dan nikmat melaksanakan ibadah di dalamnya. Ketika
akan melaksanakan shalat berjamaah, seluruh shaf diatur rapat dan lurus
menunjukkan ketertiban dalam shalat yang mencerminkan kekompakan
98
umat atau jamaah, Untuk praktisnya, pengurus masjid blok A
membuatkan tanda atau garis shaf sebagai pembatasan shaf dalam masjid
serta pengurus masjid juga memasang pemberitahuan tentang tata tertib di
dalam masjid, yang diantaranya tentang larangan membunyikan hp ketika
dalam masjid, tentang tata cara shaf dalam shalat yang benar, dilarang
buang sampah sembarangan, larangan tidur dalam masjid, dan tata tertib
lainnya.
Memelihara ketertiban masjid merupakan tugas dan tanggung jawab
bersama, baik pengurus maupun jamah masjid. Harus bahu membahudan
bekerja sama. Pengurus bertanggung jawab memberitahukan, mengawasi,
dan mengingatkan jamaah agar memperhatikan tat tertib masjid.
Sedangkan para jamaah masjid bertanggung jawab mematuhi,
menjalankan, dan menghormati tata tertib tersebut.
e. Memelihara Masjid Di Waktu Malam
Penerangan lampu di Masjid pada malam hari sangatlah penting dan
tidak dapat dipungkiri lagi akan kegunaannya dalam menghidupkan
suasana masjid. Dan juga terangnya masjid akan menambah kenikmatan
dan khusyu dalam beribadah malam di masjid. Masjid yang gelap akan
membuat enggan jamaah untuk datang ke masjid di malam hari. Halaman
masjid yang terang akan dapat mengundang minat masyarakat untuk
mendatangi dan melakukan ibadah di dalam masjid.
99
Lampu masjid dinyalakan apabila waktu menjelang maghrib dan
dimatikan pada saat fajar menyingsing. Dikarenakan, letak Masjid yang
jadi satu dengan gedung pasar tanah abang yaitu di lantai paling atas
(atap) gedung, otomatis kegiatan masjid di malam hari hanya diadakan
pada saat Bulan Ramadhan saja yaitu Shalat Tarawih dan Witir.
Selebihnya masjid blok A hanya melakukan shalat isya berjamaah saja
itupun hanya penjaga gedung pasar dan Marbot Masjid. Lampu-lampu
masjid yang menyala akan memberi kesan ada “kehidupan” di dalam
masjid itu. Namun, aspek penghematan dalam menggunakan listrik perlu
pula mendapat perhatian. Lampu masjid hendaknya dinyalakan pada saat-
saat diperlukan saja, tanpa harus menghidupkan semuanya secara terus
menerus.13
f. Pengecatan Masjid
Keindahan dan kemegahan masjid mesti dijaga agar masjid tetap
menarik dan menumbuhkan kegembiraan umat islam. Apabila masjid
kotor, tidak terawat bangunannya, catnya pudar dan penuh debu, pengurus
dan jamaah wajib memulihkannya menjadi baru lagi. Dalam hal ini,
pengurus masjid blok A melakukannya dengan cara membersihkan dan
mengecat kembali, bangunan dan tembok masjid yang warnanya sudah
pudar dan terkelupas. Dan dilakukan secara teratur setiap 3 bulan sekali.
13 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 199
100
Bangunan masjid yang Catnya senantiasa rapih dan cerah akan
memperindah pemandangan masjid itu sendiri serta dapat menambah
kenyamanan dan khusyu dalam beribadah di masjid.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas
Keagamaan
Berhasil atau suksesnya suatu usaha, tidaklah mungkin terlepas dari faktor-
faktor yang mendukungnya begitupun dengan manajemen Masjid Blok A dalam
pelaksanaan Dakwah Islamnya, adalah sebagai berikut:
a) Bangunan Masjid yang dibangun dengan megah yang mengadopsi
arsitektur bergaya islam klasik yang dipadukan dengan gaya eropa serta
dua masjid kebangaan umat islam yaitu Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi. Dan Masjid Blok A ini juga sangat terjaga akan kebersihannya
yang senantiasa bersih dan juga kenyamanannya dalam beribadah yang
jauh akan suasana bising sehingga Ibadah pun menjadi sangat nyaman dan
khusyu.
b) Berlokasi di tempat yang strategis yang berada di pusat perbelanjaan
grosir terbesar di asia tenggara yang jamaahnya berasal dari berbagai suku
dan ras, jadi jamaah masjid blok a bukan hanya berasal dari lokal tapi juga
banyak yang berasal dari luar negeri.
101
c) Fasilitas Masjid yang sangat memadai, diantaranya tempat wudhu dan wc
yang bersih, nyaman dan juga banyak sehingga tidak perlu ngantri. Serta
tersedianya tempat penitipan sandal dan sepatu, serta sarana lift dan
eskelator yang siap mengantarkan anda menuju lantai atap gedung pasar
yang mana lokasi dari Masjid Blok A ini.
d) Para pengisi acara masjid yang terpilih dan yang berkualitas serta
mempunyai kapasitas untuk menyampaikan sesuai bidangnya. Seperti dari
kalangan para Kyai, para Habaib, dan juga Ulama yang terkenal
masyarakat luas.
e) Dukungan dana yang dimiliki oleh masjid lumayan besar, sehingga
setidaknya akan dapat mendanai sendiri dari kegiatan-kegiatan masjid
yang berskala besar dan berkelanjutan.
f) Adanya dukungan yang antusias dari berbagai pihak, baik dari ekstern
maupun intern, yang mana ini merupakan dukungan moril untuk selalu
bersemangat dan eksis dalam melaksanakan kegiatan dakwah islam di
lingkungan pasar tanah abang.
Hambatan di dalam suatu kegiatan pada hakikatnya merupakan ujian dalam
mencapai kemajuan dan untuk perbaikan lebih lanjut, hambatan tersebut kadang
dari dalam dan kadang dari luar. Menurut pengamatan penulis yang menjadi
102
faktor penghambat dalam meningkatkan aktivitas kegamaan di Masjid Blok A,
adalah sebagai berikut:
a) Karena keterbatasan luas masjid yang berada di lantai paling atas gedung
pasar, jadi terkadang masjid tidak dapat menampung jamaah, yang hanya
menampung kurang lebih sekitar 3000 jamaah ini.
b) Terbatasnya waktu, dikarenakan jam operasi buka gedung pasar Tanah
Abang Blok A yang dimulai dari menjelang dzuhur dan sampai menjelang
maghrib. Sehingga kegiatan masjid dilaksanakan di waktu yang sempit.
c) Belum adanya Layanan Kesehatan dari Masjid Blok A Tanah Abang
dalam melayani jamaah yang kurang mampu berobat ke rumah sakit yang
relative besar biayanya.
d) Tidak adanya kotak saran masjid, yang berguna untuk menampung saran,
pendapat, dan kritik dari jamaah yang dapat disampaikan secara tidak
langsung dan tertulis yang akan bermanfaat untuk demi kemajuan masjid
dan kepengurusan masjid itu sendiri.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan oleh penulis, maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1) Manajemen Masjid Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan
pedagang di Pusat perbelanjaan Tanah Abang Blok A terbagi menjadi
beberapa usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya adalah sebagai berikut:
pertama, Aplikasi pada bidang program yaitu adanya Bidang yang menangani
Dakwah dan Peribadatan, Bidang Kesra dan Sosial, dan juga Bidang
Pembangunan, usaha yang kedua, Aplikasi pada Bidang Kepengurusan yaitu
pembagian tugas dalam menjalankan program-program yang telah disepakati
bersama, dan membuat rencana kerja pengurus masjid itu sendiri. Dan usaha
yang ketiga, aplikasi pada bidang fisik dan sarana masjid, yang meliputi
sarana prasarana yang ada di masjid. Dan yang keempat, adalah usaha pada
sikap dan perhatian pengurus masjid yang meliputi adanya sikap keterbukaan,
keakraban dan kesetiakawanan, dan memelihara lingkungan masjid yang
meliputi memelihara keindahan masjid, memelihara, kerja bakti, memelihara
suasana masjid, memelihara ketertiban masjid, memelihara masjid di waktu
malam, dan pengecatan masjid.
104
2) Dilihat dari fakor pendukung dan penghambatnya, Masjid Blok A,
mempunyai faktor pendukung yang diantaranya adalah bangunan masjid yang
megah, nyaman dan bersih sehingga membuat para jamaah masjid menjadi
nyaman dalam beribadah yang mana dapat meningkatkan aktivitas keagamaan
khususnya para pedagang. Sedangkan faktor penghambat yang diantaranya
waktu yang sangat terbatas karena berada diatas gedung pasar tanah abang
blok A dan juga daya tampung masjid yang seringkali tidak dapat
menampung semua jamaah masjid yang banyak.
B. Saran Saran
Setelah penulis mengadakan penelitian melalui pengamatan serta
menganalisis hasil wawancara dengan beberapa informan, maka dalam hal ini
mengajukan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut:
1) Pengurus Masjid Blok A hendaknya mengadakan program tambahan seperti
pelatihan pidato, kursus bahasa asing, kaligrafi bagi anak-anak didik yang
berasal dari warga sekitar masjid guna untuk mmenambah keterampilan dan
pengetahuan mereka dalam ilmu berbahasa.
2) Pengurus Masjid Blok A hendaknya mengadakan pelatihan-pelatihan yang
berkaitan dengan manajemen masjid guna untuk menciptakan regenerasi baru
serta menambah wawasan dan keahlian para pengurus masjid.
105
3) Pengurus Masjid Blok A hendaknya mengadakan pelayanan kesehatan gratis
yang sangat dibutuhkan oleh jamaah yang kurang mampu untuk berobat ke
rumah sakit yang membutuhkan biaya yang besar.
4) Hendaknya bagi seluruh pengurus Masjid Blok A agar senantiasa aktif dalam
melaksanakan pembenahan-pembenahan untuk meningkatkan jamaah dalam
hal memakmurkan masjid dan senantiasa memelihara semua fasilitas sarana
prasarana yang ada di masjid agar tidak cepat rusak dan menjadi terawat.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Marbawi, Muhammad Idris Abdul Ra’uf. Kamus Arab Melayu, Cet.Ke-4, Melayu: T.Pn.,1350
Al-Qardhawi, Yusuf. Tuntunan Membangun Masjid, Cet.Ke-1, Jakarta: Gema
Insani Press, 1999 Al-Qarni, Aidh bin Abdullah. Memakmurkan Masjid, langkah maju kebangkitan
Islam, Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2005 Ancok, Djamaluddin Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem Psikologi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
Anwari, Ahmad. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi II, Jakarta: Rineka Cipta, 1993 Ayub, Moh.E. Manajemen Masjid, Cet.Ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Cet.Ke-1, Jakarta: Lembaga pengkajian kebudayaan nusantara, LPKN, 1997
Dansar, Sosiologi Ekonomi, Cet.Ke-2, Jakarta: PT. Raja Erafindo Persada, 2002
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.Ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Cet. Ke-1, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1993
Echols, John M. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 1996
Effendi, Mochtar Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Cet.Ke-1, Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1986
Hadi, Soetrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989
Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Hamid, Zaid Husein. Kamus Muhyassar: Indonesia Arab, Pekalongan: Raja
Murah, 1982
Harahap, Sofyan Syafri Manajemen Masjid, Yogyakarta: Darma Bhakti Prima Yasa, 1993
Hardjito, Dydiet Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001 Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, Jakarta: Bina Aksara, 1989
Hasibuan, Malayu. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Cet.Ke-1, Jakarta: PT Gramedia, 2000
Herujito, Yayat M. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Grasindo, 2001
Journalism, Citizen. Mushala Kecil Nan Menyedihkan Apa Kata Dunia?, Jakarta: Replubika, 2007
Jurnal Manajemen Kemasjidan, (TA’MIR MASJID), Juni 2006, Vol.V, No.2
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, Cet.Ke-5, Jakarta: PT Gramedia, 1993
Lubis, Ibrahim.Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, Cet.Ke-
1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985 Mahmudanassir, Syeh. Islam Konsepsi dan Sejarah, Cet.Ke-4, Bandung: PR.
Remaja Rosda Karya, 1994 Manulang, M. Dasar-dasar Manajemen, Cet.Ke-1, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1996 Massie, Joseph L. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1979
Mohammad, Nadzir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006
Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Cet.Ke-1, Yogyakarta: Al
Amin Press, 1996 Mujieb, M. Abdul. et.al, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994
Nirmala, Andrini T. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Prima Medika, 2003
Radarman SJ, AM. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994 Ridwan, M. Deden Islam dan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: PT. Media Cita &
Yayasan Kalam, 2000 Robins, Stephen p. Manajemen, Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999
Rukmana , Nana. Masjid dan Dakwah, Cet.Ke-1, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002
Ruslan, Rosady Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan
Aplikasi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Sabiq, Syaid Fiqhus Sunnah, Jilid I, Beirut: Dar-Alfik, 1981
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Cet.Ke-8, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Cet. Ke-1, Bandung: Mizan, 1992
Siagian, Sondang P. Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta: Bina Aksara, 1989
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, Cet.Ke-1, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005
Songge, M. HR. Pesan Risalah Masyarakat Madani, Jakarta: PT. Media Citra,
2001 Sumarsono, Soni. Manajemen Koperasi, Teori dan Praktek, Edisi I, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004 Surakhmad, Winarno.Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet.Ke-7, Bandung: Tarsito,
1980 Sutarmadi, Ahmad. Visi Misi dan Langkah-langkah Strategis Pengurus Dewan
Masjid Indonesia dan pengelola masjid, Jakarta: Logos, 2002 Syani, Abdul. Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1992
Syarabasya, Ahmad Tanya Jawab Hukum Dan Pengetahuan Islam, Cet.Ke-1, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987
Tantowi, Jawahir. Unsur-unsur Manajemen menurut Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al Husna , 1983
Terry, George R. Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2000 Williams, Chuck. Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 2001
Winardi, Asas-asas Manajemen, Bandung: Mandar Maju, 1990
Yani, Ahmad., Panduan Mengelola Masjid, Cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007
Yaqub, Hamzah. Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung:
Diponegoro, 1984
Hasil Wawancara I
Nama : Habib Agil Alatas, SE dan Ust. Mahdi Alatas, S.Ag
Jabatan : Manager Masjid dan Bid. Dakwah dan Peribadatan
Waktu Wawancara : 12 Februari 2010
Pukul : Ba’da Jum’at ( Pukul 14.00 WIB)
Tempat : Ruang Tamu VIP Masjid
1. Kapan berdirinya Masjid Blok A Tanah Abang? Dan sejarah Pembangunannya serta
Apa saja yang melatarbelakanginya?
Jawab :
Masjid Blok A Tanah Abang berdiri akhir tahun 2005. Setelah terjadinya renovasi
besar-besaran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso terhadap pasar
TN.Abang dengan menggandeng pengembang Pasar P.T Priamanaya maka
terbentuklah sebuah pasar yang Modern,Lux dan nyaman pasar yang berbeda dari
yang sebelumnya dengan dilengkapi penunjang-penunjang yang lengkap seperti AC,
Lift, Escalator, dan keamanan 24 jam, Bapak H. Djan Farid selaku Pimpinan P.T
Priamanaya memutuskan untuk mendirikan masjid di atas lantai 14 (puncak dari
gedung Blok A) Pendirian Masjid tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan membuat
suatu tempat ibadah yang betul-betul dapat dicontoh gedung-gedung lain yang
selamaini meletakkan masjid atau mushollah di tempat yang kurang layak seperti
basement yang kumuh dan agak bau karena dekat dengan toilet umum.
2. Bagaimanakah letak geografis Masjid Blok A Tanah Abang?
Jawab:
Masjid Blok A Tanah Abang terletak di Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan
Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang, letak Masjid ini sangat strategis yang berada di
persimpangan jalan antara KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan utara,
sedangkan dari sebelah timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang
masih dalam wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Masjid Blok A Tanah Abang
berada di puncak gedung, yaitu pada lantai 14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse
gedung), tepatnya di sebelah timur dari ruang vital (mesin) gedung Blok A,
sedangkan gedung blok A sendiri terletak di Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta
Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141, nama Blok A di gunakan untuk
membedakan dari gedung - gedung yang lain.
3. Misi dan visi Masjid blok A Tanah Abang?
Jawab :
Visi dan Misi dari Masjid Blok A Tanah Abang, adalah:
Visi:
Menjadikan Masjid sebagai sarana Islam yang berkah, menghimpun dan
penggerak kebersamaan dalam meningkatkan iman, ilmu, dan pengamalan menuju
kemaslahatan hidup umat khususnya di Pasar Tanah Abang Blok A.
Misi:
Mengelola Masjid sebagai pusat Ibadah, ilmu dan peradaban Islam dalam
pelayanan sosial.
Menyelenggarakan pembinaan umat yang melahirkan komunitas yang terbaik.
Membangun suasana pasar tanah abang sebagai pasar yang Islami yang
diterima masyarakat luas.
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islam non formal dalam kehidupan
global dan pasar bebas.
4. Bagaimanakah Struktur Kepengurusan Masjid Blok A ? Serta nama-nama pengurus
masjidnya?
Jawab:
Susunan Pengurus Masjid Pasar Tanah Abang Blok A:
Pembina : Bpk. H. Djan Faridz
Pimpinan Umum Gedung Blok A : Ibu Radiza Djan
Manager Operasional Masjid : Bpk. Agil Alatas, S.E
Sekretaris dan Bendahara : Ibu Fathiyah
Takmir Masjid
Bidang Dakwah dan Peribadatan : Bpk. Ust. Mahdi, S.Ag
Bidang Kesra dan Sosial : Bpk. Ust. Dhomiri, S.Ag
Bidang Pembangunan : Bpk. Ust. Lutfi
Bidang Umum dan Perlengkapan : Bpk. Ridwan
Bpk. Abdurrahman
Bpk. Syamsudin
Bpk. Abdul Rahim
5. Apa saja Fasilitas yang ada dalam Masjid Blok A Tanah Abang?
Jawab:
Ruang Ibadah yang Nyaman yang dilapisi oleh Karpet Permaidani serta
dilengkapi dengan AC, dan Jam Penunjuk Sholat Fardu Secara Digital, Al-Qur’an
yang ditempatkan di setiap pojok ruang ibadah masjid Dan dilengkapi juga dengan
Ruang Wudhu dan MCK yang bersih karma terjaga kebersihannya oleh pihak takmir
masjid, ruang tamu, ruang sekretariat dan tempat penitipan barang dan sandal / sepatu
yang kesemuanya itu demi menunjang kenyamanan pengunjung dalam beribadah
serta meningkatkan aktivitas keagamaan di dalam masjid.
6. Apa saja Aktivitas Dakwah yg diselenggarakan oleh Masjid Blok A ? Baik yg rutin
mau pun yg kondisional?
Jawab:
Diantara aktivitas Dakwah yang dilaksanakan oleh pihak Takmir Masjid:
Pertama, Pelaksanaan Shalat Fardhu secara Berjamaah
Kedua. Pelaksanaan Shalat Jumat secara Berjamaah
Ketiga, Menyusun Jadwal Kegiatan selama Bulan Ramadhan
Keempat, Pelaksanaan Shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
Kelima, Pelaksanaan Penyembelihan Hewan Qurban
Keenam, Pelaksanaan Tabligh Akbar pada PHBI
Ketujuh, Mengadakan Pengajian Umum setiap Senin Bada Dzuhur
Kedelapan, Mengadakan Pengajian TPA dan juga Tahlil bersama Anak Yatim
7. Apa Konsep Dakwah yg diterapkan Masjid blok A ?
Jawab :
Tentunya memadukan ketiganya yaitu dengan Dakwah Bil Lisan (Ucapan), Dakwah
Bil Qolam (Tertulis), dan Dakwah bil Hal (Perbuatan).
8. Usaha atau Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan oleh pihak takmir masjid
dalam meningkatkan aktivitas keagamaan di Masjid Blok A Tanah Abang?
Jawab:
Yaitu dengan 4 Aplikasi:
Aplikasi pada Bidang Program Kegiatan Masjid, yang meliputi Program pada
Bidang Dakwah dan Peribadatan, Bidang Kesra dan Sosial, serta Bidang
Pembangunan dan Pemeliharaan Mesjid.
Aplikasi pada Bidang Kepengurusan (Takmir) Masjid, yang meliputi Tugas dan
Tanggung Jawab Pengurus Masjid, Memelihara Masjid, dan Mengatur Kegiatan
Masjid, serta Rencana Kerja Pengurus Masjid.
Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid, yang meliputi Kebebasan
Arsitektur dan Ruang-ruang Masjid.
Aplikasi pada Sikap dan Perhatian para Pengurus Masjid, yang meliputi
Keterbukaan, dan Keakraban serta Kesetiakawanan, Memelihara Lingkungan
Masjid baik berupa Prasarana dan Suasana Masjid.
9. Menurut Pengamatan Para Pengurus Masjid, Apa sajakah Pengaruh Adanya Masjid
Blok A ini dalam meningkatkan Aktivitas Keagamaan ,khususnya buat para
Pedagang dan umumnya buat para pengunjung di Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah
Abang, Jakarta Pusat?
Jawab:
Masjid Blok A Tanah Abang ini sengaja dibangun untuk memenuhi pelayanan
kepada para pengunjung dan pedagang akan fasilitas ibadah yang nyaman dan tidak
kumuh yang jarang sekali didapatkan di pusat perbelanjaan atau Mall pada tempat
lain, maka dari itu pihak pengelola pasar tanah abang membangun masjid ini yang
bertempatkan di Pasar Grosir Terbesar se-Asia Tenggara. Dari fasilitas ibadah yang
nyaman dan bersih inilah membuat para pengunjung dan pedagang semakin rajin
akan ibadah dalam masjid, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnah, mengaji, dan
juga menghadiri kajian2 tentang keislaman yang diadakan oleh pihak Takmir Masjid.
Dan makin banyak juga penampilan para pedagang pada khususnya yang lebih
agamis dari segi penampilan serta lebih mengerti akan pemahaman keislaman karma
pihak takmir masjid yang mengadakan pengajian setiap bada dzuhur di hari senin,
salah satunya kajian ekonomi islam yang mana tema ini sangat mendukung keadaan
pedagang akan praktek dan transaksi perdagangan di pasar tanah abang ini agar lebih
terjaga dari praktek perdagangan yang haram dan menjadi perdagangan yang islami
yang halal dan thayibah.
10. Menurut Pengamatan Pihak Takmir Masjid, Faktor Apa Sajakah yang menjadi
Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat
Perbelanjaan Tanah Abang?
Jawab:
Berhasil atau suksesnya suatu usaha, tidaklah mungkin terlepas dari faktor-faktor
yang mendukungnya begitupun juga dengan manajemen Masjid Blok A dalam
pelaksanaan dakwah Islamnya, adalah sebagai berikut:
a) Bangunan Masjid yang dibangun dengan megah yang mengadopsi arsitektur
bergaya islam klasik yang dipadukan dengan gaya eropa serta dua masjid
kebangaan umat islam yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan Masjid
Blok A ini juga sangat terjaga akan kebersihannya yang senantiasa bersih dan
juga kenyamanannya dalam beribadah yang jauh akan suasana bising
sehingga Ibadah pun menjadi sangat nyaman dan khusyu.
b) Berlokasi di tempat yang strategis yang berada di pusat perbelanjaan grosir
terbesar di asia tenggara yang jamaahnya berasal dari berbagai suku dan ras,
jadi jamaah masjid blok a bukan hanya berasal dari lokal tapi juga banyak
yang berasal dari luar negeri.
c) Fasilitas Masjid yang sangat memadai, diantaranya tempat wudhu dan wc
yang bersih, nyaman dan juga banyak sehingga tidak perlu ngantri. Serta
tersedianya tempat penitipan sandal dan sepatu, serta sarana lift dan eskelator
yang siap mengantarkan anda menuju lantai atap gedung pasar yang mana
lokasi dari Masjid Blok A ini.
d) Para pengisi acara masjid yang terpilih dan yang berkualitas serta mempunyai
kapasitas untuk menyampaikan sesuai bidangnya. Seperti dari kalangan para
Kyai, para Habaib, dan juga Ulama yang terkenal masyarakat luas.
e) Dukungan dana yang dimiliki oleh masjid lumayan besar, sehingga setidaknya
akan dapat mendanai sendiri dari kegiatan-kegiatan masjid yang berskala
besar dan berkelanjutan.
f) Adanya dukungan yang antusias dari berbagai pihak, baik dari ekstern
maupun intern, yang mana ini merupakan dukungan moril untuk selalu
bersemangat dan eksis dalam melaksanakan kegiatan dakwah islam di
lingkungan pasar tanah abang.
Hambatan di dalam suatu kegiatan pada hakikatnya merupakan ujian dalam
mencapai kemajuan dan untuk perbaikan lebih lanjut, hambatan tersebut kadang dari
dalam dan kadang dari luar. Menurut pengamatan penulis yang menjadi faktor
penghambat dalam meningkatkan aktivitas kegamaan di Masjid Blok A, adalah
sebagai berikut:
a) Karena keterbatasan luas masjid yang berada di lantai paling atas gedung
pasar, jadi terkadang masjid tidak dapat menampung jamaah, yang hanya
menampung kurang lebih sekitar 3000 jamaah ini.
b) Terbatasnya waktu, dikarenakan jam buka gedung pasar tanah abang blok a
yang dimulai dari menjelang dzuhur dan sampai menjelang maghrib. Sehingga
kegiatan masjid dilaksanakan di waktu yang sempit.
c) Belum adanya Layanan Kesehatan dari Masjid Blok A Tanah Abang dalam
melayani jamaah yang kurang mampu berobat ke rumah sakit yang relative
besar biayanya.
d) Tidak adanya kotak saran masjid, yang berguna untuk menampung saran,
pendapat, dan kritik dari jamaah yang dapat disampaikan secara tidak
langsung dan tertulis yang akan bermanfaat untuk demi kemajuan masjid dan
kepengurusan masjid itu sendiri.
Hasil Wawancara II
Nama : Ust. Dhomiri dan Ust. Lutfi
Jabatan : Takmir Masjid Bid.Kesra Sosial dan Bid. Pembangunan
Waktu Wawancara : 19 Februari 2010
Pukul : Ba’da Jum’at ( Pukul 14.00 WIB)
Tempat : Ruang Sekretariat Masjid
1. Apa Sajakah Tugas Takmir Masjid Bid. Kesra dan Sosial?
Jawab:
Sesuai dengan namanya Bidang Kesra Sosial lebih konsentrasi dalam menangani
Kegiatan Masjid yang lebih bersifat social, misalnya dalam pelaksanaan dan
membentuk panitia kecil untuk Amil Zakat Fitrah, Infaq dan Shadaqah ketika Bulan
Ramadhan datang, serta panitia penyembelihan hewan qurban di saat hari raya Idul
Adha dan menyalurkan kepada yang berhak. Serta menggalang dana untuk
kepedulian sosial misalnya korban bencana alam.
2. Bagaimanakah penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah Masjid ?
Jawab:
Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang
dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara membuka
stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara menyebarkan brosur dan spanduk
serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan
pelaksanaan Idul Adha, yaitu Qurban, Masjid menerima dan menyalurkan hewan
kurban. Mekanisme pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan
Ramadhan.
Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas berjalan
seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban, masjid pasar
tanah abang blok A dalam hal pendistribusian bekerjasama dengan Dompet Dhuafa
dan Badan Wakaf Al Qur’an, untuk Daging Kurban, Masjid membagikan hewan
kurban yaitu berupa sapi atau kambing yang akan diserahkan kepada masjid-masjid
luar yang ada di sekitar tanah abang.
Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan
kepada yang terkena musibah dan bencana alam. Dan pengumpulan dana dilakukan
dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan kotak-kotak yang
disediakan disekitar masjid dan gedung pasar tanah abang blok A. yang kemudian
setelah dana terkumpul akan langsung diberikan kepada korban-korban bencana alam,
seperti Gempa di Jogja, Sumatra Barat, Sukabumi, dan korban bencana alam lainnya.
3. Apa sajakah tugas Takmir Masjid Bid. Pembangunan?
Jawab:
Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada beberapa
bagian diantaranya:
a) Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid.
b) Mengawasi dan merawat kebersihan seluruh fisik masjid dan lingkungannya.
c) Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan.
d) Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid.
4. Bagaimanakah Gaya Arsitektur dari Masjid Tanah Abang Blok A ini?
Jawab:
Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki
nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba,
Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya
Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan
Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya
dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu.
Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung
tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna
putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen
kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan
menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet
(permadani) di atas lantainya semakin memperindah ruangan masjid yang hanya
membutuhkan waktu enam bulan untuk berdiri ini. Menyaksikan sekaligus menikmati
ruangan dan aneka kaligrafi di dinding masjid membuat hawa sejuk langsung
menyelimuti setiap hati para jamaah ataupun pengunjung masjid. Bukan saja karena
ruangannya yang full AC di setiap sudutnya, tetapi asma Allah selalu berkumandang
dengan lantunan irama yang syahdu.
Karena itu, hati jamaah akan senantiasa larut bermunajat kepada Sang Khaliq.
Keindahan arsitekturnya membuat orang betah untuk berlama-lama berada di
dalamnya dan mengagumi karya anak manusia yang diberikan dari Sang Maha Karya,
pemilik keindahan dan keagungan. Allah SWT. Kesan ini menafikan keberadaan
tempat ibadah yang dibuat seadanya di berbagai pusat perbelanjaan, bahkan hotel-
hotel berbintang sekalipun. Bila di lokasi seperti ini masjid hanya menjadi sekadar
memenuhi persyaratan untuk umat Islam, sebaliknya di Pasar Blok A Tanah Abang,
tempat ibadah ditempatkan pada posisi yang sesungguhnya, yakni tinggi, indah,
bersih, dan mewah.
Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid
Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga
mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid
kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang
mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur
Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan
pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon
kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya
semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon
terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem.
Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh
yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih
diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang
terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat
gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian
belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk
menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi
mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang
mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut.
Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak
harus lama-lama antri untuk berwudhu.
Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan
warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh, nyaman,
dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar
Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar,
akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih.
Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid
membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara
terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al-
Qur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas
menemani istrinya berbelanja dapat menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an
ataupun mengikuti kajian yang diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada
bagian luar, pengelola melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu.
Sehingga, mereka yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau
tertukar alas kakinya.