Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... ·...

12
PERAN KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN Angga Bima Sakti Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau tidak menggunakan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Guru masih banyak yang belum memahami pentingnya kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Terbukti dengan ditemukannya guru yang interaksi dan komunikasinya dengan siswa masih kurang di SD yang saya observasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar. Apabila guru dalam melaksanakan pembelajaran memanfaatkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang ada tentu akan membantu guru dalam berinteraksi, berkomunikasi dengan siswa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan inovatif. Serta terciptalah seorang sosok baik yang dapat menjadi teladan oleh siswa. Dengan sosok guru yang dapat menjadi teladan siswanya, maka dapat menciptakan siswa yang berprestasi tinggi dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini juga dapat membantu dalam hal memajukan pendidikan yang ada di Indonesia. Kata Kunci : kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, pembelajaran The Role of Social Competence and Personality Competence in Achieving Success of Learning Abstract Teachers, as educator these days, there are still many who do not have or not using competence of teacher as criteria in implementing learning, especially social and personality competence. Teachers still have not understand about the importance of social and personality competence. It is proven by that there are of teachers who are still lacking in interaction and connection with students at the elementary school that I observed. The research method used is descriptive qualitative method. Subjects in this study were elementary school teachers. If those teachers use social and personality competence to implementing learning it will help the teacher to interact and communicate with students, so it can build the active learning, effective, and innovative. And it will become a figure that can be the example by students. With the figure of teachers who can be example for their students, then it will create high quality of students who performed well in matters of knowledge, attitudes and skill. This can also helps in terms of the advance to the education system in Indonesia. Keywords : Social competence, personality competence, learning

Transcript of Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... ·...

Page 1: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

PERAN KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM

MENCAPAI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN

Angga Bima Sakti

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Email : [email protected]

Abstrak

Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau tidak

menggunakan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama kompetensi

sosial dan kompetensi kepribadian. Guru masih banyak yang belum memahami pentingnya

kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Terbukti dengan ditemukannya guru yang

interaksi dan komunikasinya dengan siswa masih kurang di SD yang saya observasi. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini

adalah guru Sekolah Dasar. Apabila guru dalam melaksanakan pembelajaran memanfaatkan

kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang ada tentu akan membantu guru dalam

berinteraksi, berkomunikasi dengan siswa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang

aktif, efektif, dan inovatif. Serta terciptalah seorang sosok baik yang dapat menjadi teladan

oleh siswa. Dengan sosok guru yang dapat menjadi teladan siswanya, maka dapat

menciptakan siswa yang berprestasi tinggi dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Hal ini juga dapat membantu dalam hal memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.

Kata Kunci : kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, pembelajaran

The Role of Social Competence and Personality Competence in Achieving Success of

Learning

Abstract

Teachers, as educator these days, there are still many who do not have or not using

competence of teacher as criteria in implementing learning, especially social and personality

competence. Teachers still have not understand about the importance of social and

personality competence. It is proven by that there are of teachers who are still lacking in

interaction and connection with students at the elementary school that I observed. The

research method used is descriptive qualitative method. Subjects in this study were

elementary school teachers. If those teachers use social and personality competence to

implementing learning it will help the teacher to interact and communicate with students, so

it can build the active learning, effective, and innovative. And it will become a figure that can

be the example by students. With the figure of teachers who can be example for their

students, then it will create high quality of students who performed well in matters of

knowledge, attitudes and skill. This can also helps in terms of the advance to the education

system in Indonesia.

Keywords : Social competence, personality competence, learning

Page 2: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial sehingga

sebagian besar dari kehidupannya

melibatkan interaksi dengan orang lain.

Sebagai makhluk sosial yang perlu

diperhatikan adalah manusia secara hakiki

dilahirkan selalu membutuhkan interaksi

dengan orang lain untuk memenuhi

kebutuhannya (Dayakisni & Yuniardi,

2004:36). Dengan demikian seseorang

akan selalu berinteraksi satu sama lain,

dengan berbagai macam individu tentunya

dengan pola kepribadian, keunikan dan

kekhasan masing-masing. Untuk itu

seseorang tidak hanya dituntut bisa

berinteraksi dengan orang lain, tetapi

cerdas berinteraksi dengan orang lain,

kecerdasan itu oleh Goleman disebut

sebagai kecerdasan sosial (Goleman

2006:102; Williamson, 2012). Bagi

Goleman (2006:30) kecerdasan atau

kompetensi sosial merupakan rujukan tepat

bagi kecerdasan yang tak hanya tentang

relasi kita dengan orang lain namun dalam

relasi itu. Bahkan kompetensi sosial

menunjukkan kemampuan terbesar yang

berhubungan dengan banyak aspek yang

sangat dekat pada konstruk kecerdasan

sosial (Riggio & Reichard, 2008:17).

Keberhasilan proses belajar siswa sangat

ditentukan oleh kompetensi sosial guru.

Hal ini dikarenakan guru sebagai

pemimpin pembelajaran, sebab guru

adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator,

dan sekaligus merupakan pusat inisiatif

pembelajaran.Oleh karenanya, guru harus

senantiasa mengembangkan kemampuan

diri.

Guru perlu memiliki standar

profesi dengan menguasai materi serta

strategi pembelajaran dan dapat

mendorong siswanya untuk belajar

bersungguh-sungguh. Guru juga

merupakan faktor yang sangat dominan

dan penting dalam pendidikan formal pada

umumnya karena bagi siswa, guru sering

dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi

tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu,

guru seharusnya memiliki perilaku

kompetensi yang memadai untuk

mengembangkan siswa secara utuh, sesuai

tujuan pendidikan yaitu mengembangan

potensi yang dimiliki siswa secara optimal.

Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen pada Bab IV Pasal 10

menyebutkan, ada empat kompetensi

kepribadian guru, yakni Kompetensi

Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,

Kompetensi Profesional, dan Kompetensi

Sosial.

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik menurut Dwi

Siswoyo, bukan kompetensi yang hanya

bersifat teknis belaka, yaitu “kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik”

(yang dirumuskan dalam PP RI No. 19

Tahun 2005) karena “pedagogy” or

paedagogy adalah “the art and science of

teaching and educating ” (Dwi Siswoyo,

2006). Selain mencakup pemahaman dan

pengembangan potensi peserta didik,

kompetensi pedagogik juga mencakup

perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran serta sistem pelaksanaan

evaluasi pembelajaran. Menurut Suparno

(2005:52) kemampuan pedagodik disebut

juga kemampuan dalam pembelajaran atau

pendidikan yang memuat pemahaman akan

sifat, ciri anak didik dan

perkembangannya, mengerti beberapa

konsep pendidikan yang berguna untuk

membantu siswa, menguasai beberapa

metodologi mengajar yang sesuai dengan

bahan dan perkembangan siswa, serta

menguasai sistem evaluasi yang tepat dan

baik yang pada gilirannya semakin

meningkatkan kemampuan siswa.

2. Kompetensi Kepribadian

Berdasarkan kodrat manusia sebagai

makhluk individu dan sebagai makhluk

Tuhan. Seorang guru wajib menguasai

pengetahuan yang akan diajarkannya

kepada peserta didik secara benar dan

bertanggung jawab. Seorang guru harus

memiliki pengetahuan penunjang tentang

Page 3: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

kondisi fisiologis, psikologis, dan

pedagogis dari para peserta didik yang

dihadapinya(Hamzah B. Uno, 2007:18).

Seorang guru menjadi panutan bagi peserta

didik. Maka dari itu seorang guru harus

memiliki kepribadian yang baik seperti

berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan

berwibawa sehingga dapat menjadi teladan

yang baik bagi peserta didik. Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen, mewajibkan seorang

guru untuk memiliki kemampuan personal

yang mencerminkan kepribadian yang

mantab dan stabil, arif dan bijaksana,

berwibawa, dewasa, berakhlak mulia, dan

menjadi teladan bagi peserta didik.

Kemampuan yang terpancar lewat perilaku

dan tindakan sehari-hari serta memberikan

gambaran tentang diri sendiri atau profesi

yang diperankan. Dalam hal ini, guru

harus memiliki kepribadian yang mantap

sehingga mampu mengendalikan proses

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi peserta didik serta menjadi sumber

inspirasi (N, Damayanti. 2017:539).

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial sosial diharapkan dapat

mempertahankan hubungan posistif antara

kedua belah pihak. Suatu kemampuan

individu dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan dan memberi pengaruh

kepada orang lain demi mencapai tujuan

dalam konteks sosial tertentu yang

disesuaikan dengan budaya, lingkungan

dan situasi yang dihadapi serta nilai yang

dianut oleh individu disebut sebagai

kompetensi sosial (Hughes dalam

Chasbiansari, 2007). Menurut Prof. Dr.

Hamzah B. Uno, M.Pd., berdasarkan

kodrat manusia sebagai makhluk sosial

dan makhluk etis, seorang guru harus

dapat memperlakukan peserta didiknya

secara wajar dan bertujuan agar tercapai

optimalisasi potensi pada diri masing-

masing peserta didik. Ia harus memahami

dan menerapkan prinsip belajar humanistik

yang beranggapan bahwa keberhasilan

belajar ditentukan oleh kemampuan yang

ada pada diri peserta didik tersebut.

Instruktur hanya bertugas melayani mereka

sesuai kebutuhan mereka masing-masing.

Kompetensi sosial yang dimiliki seorang

guru adalah menyangkut kemampuan

berkomunikasi dengan peserta didik dan

lingkungan mereka (seperti orang tua,

tetangga, dan sesama teman).

4. Kompetensi Profesional

Guru yang baik adalah guru yang

profesional, Rice dan Bishorprick dalam

Ibrahim Bafadal (2009:5) guru profesional

adalah guru yang mampu mengelola

dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-

tugasnya sehari-hari. Guru profesional

adalah guru yang memiliki kemampuan

mengorganisasikan lingkungan belajar

yang produktif. Profesionalisasi

merupakan proses peningkatan kualifikasi

atau kemampuan para anggota penyandang

suatu profesi untuk mencapai kriteria

standar ideal dari penampilan atau

perbuatan yang diinginkan oleh

profesinya. (Desy Sigit R, 2013:2)

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 Tentang Guru dan Dosen, profesi

guru dan dosen merupakan bidang

pekerjaan khusus yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip sebagai berikut.

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,

dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk

meningkatkan mutu pendidikan, keimaan,

ketakwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar

belakang pendidikan sesuai dengan bidang

tugas.

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan

sesuai dengan bidang tugas.

e. Memiliki tanggung jawab atas

pelaksanaan tugas keprofesionalan.

f. Memperoleh penghasilan yang

ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang

hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum

dalam melaksanakan tugas

Page 4: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

keprofesionalan dan memiliki organisasi

profesi yang mempunyai kewenangan

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan

tugas keprofesionalan guru.

Seorang guru yang profesional tidak hanya

dituntut untuk menguasai pembelajaran

tetapi juga harus menguasai seluruh aspek

yang ada dalam pembelajaran, karena

pembelajaran yang bermakna itu adalah

pembelajaran yang melibatkan peserta

didik dan mencakup semua ranah

pembelajaran seperti aspek kognitif

(berpikir), aspek afektif (perilaku), dan

aspek psikomotor (keterampilan)

(Asmarani, N. 2014).

Secara teoritis, keempat

kompetensi ini dapat dipisah-pisahkan satu

sama lain, tetapi secara praktis

sesungguhnya keempat jenis kompetensi

tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan.

Empat kompetensi tersebut saling

berhubungan secara padu dalam identitas

guru. Guru yang terampil mengajar, tentu

memiliki kemampuan pedagogik, tetapi

harus juga memiliki kepribadian yang baik

dan mampu melakukan social adjustment

dalam masyarakat, karena guru selalu

dijadikan panutan oleh siswa dan

masyarakat tempat sekitaranya. Sejalan

dengan ini menurut Mulyasa (2007:37)

menyatakan bahwa guru sering dijadikan

panutan oleh masyarakat, untuk itu guru

harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan

berkembang di mayarakat tempat

melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.

Untuk itu guru harus selalu berusaha

memilih dan melakukan perbuatan yang

positif agar dapat mengangkat citra baik,

dan kewibawaannya, terutama di depan

siswa.

Dalam proses pembelajaran

kompetensi pedagogik, professional,

kepribadian dan kompetensi sosial

memang sangat penting yang harus

dimiliki oleh guru dalam mencapai

keberhasilan pembelajaran. Namun,

kenyataan yang ada di lapangan

kompetensi sosial dan kompetensi

kepribadi dalam pembelajaran saat ini

masih kurang diperhatikan oleh guru-guru

dan terkadang sering di abaikan, hal ini

sebagaimana sering ditemukan dalam

proses pembelajaran menunjukkan bahwa

interaksi guru dan siswa yang kurang

efektif dan efesien serta kepribadian guru

yang acuh tak acuh terhadap siswanya.

Contohnya seperti interaksi guru dan siswa

dalam belajar mengajar, guru lebih banyak

memberikan informasi/menjelaskan tanpa

intonasi suara, sebaliknya siswa jarang

sekali diberikan kesempatan mengemukan

pendapat dan bertanya karena kepribadian

guru yang kurang peka terhadap

sekitarnya, akibatnya siswa pasif sebagai

pendengar, guru juga kurang membuat

susasana kelas tenang, dan kurang peduli

dengan keadaan kelas, karena ada

beberapa orang siswa yang membuat

keributan pada saat pembelajaran tidak

ditegur oleh guru, yang berakibat proses

pembelajaran kurang menyenangkan

menjadikan siswa kurang aktif, dalam

pembelajaran, sehingga materi yang

disampaikan kurang diserap oleh siswa

sehingga mempengaruhi nilai siswa.

Beberapa guru kurang mampu

mengolah informasi situasi lingkungan

terlebih dahulu, bersikap sesuai dengan

kondisi, waktu dan tempat. Padahal

sebagai guru yang sekaligus juga sebagai

direktur belajar yang artinya, setiap guru

diharapkan untuk pandai-pandai

mengarahkan kegiatan belajar siswa agar

mencapai keberhasilan belajar. Hal ini

selaras dengan konsep bahwa guru

berfungsi sebagai perancang pengajaran,

pengelola pengajaran dan penilai hasil

pembelajaran siswa (Syah, 2008:67). Guru

yang cerdas secara sosial akan bersikap

empati, membaca pesan-pesan verbal dan

non-verbal siswa dan juga membaca

situasi lingkungan dengan baik,

mengambil tindakan sesuai dengan situasi

dan lawan bicara, menggunakan

kemampuan komunikasi yang baik melalui

komunikasi verbal maupun non verbal

dalam menerima dan menyampaikan

pesan.

Guru Sekolah Dasar yang

mengembangkan kompetensi sosial dan

Page 5: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

kompetensi kepribadian dalam

kehidupannya dapat menjadi contoh dan

panutan siswanya. Dengan panutan atau

guru yang telah mengembangkan

kompetensi sosial dan kompetensi

kepribadian dengan baik maka siswa akan

lebih mudah mempelajari dengan cara

meneladani atau meniru guru dan

mengembangkan kecerdasan sosial dan

kepribadiannya pada aktivitas sehari-hari

sejak dini.

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini menggunakan

kualitatif. Dasar yang menjadi landasan

yaitu fenomenologis atau Deskriptif

Phenomenology yaitu pembuktian yang

bersifat deskriptif. Sumber data yang

digunakan dalam jurnal ini berupa

pustaka-pustaka yang ada, baik berupa

buku yang berkaitan dan jurnal yang

memiliki korelasi dengan permasalahan.

Disamping itu beberapa informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber seperti data

lingkungan yang kesemuanya diterapkan

dengan interprestasi analisis data.

Penulisan jurnal ini menggunakan library

research (studi pustaka). Studi pustaka

berfokus pada pustaka-pustaka baik cetak

maupun elektronik yang valid, relevan

dengan kajian, dan dapat

dipertanggungjawabkan . Teknik analisis

data dengan analisis isi untuk memilih data

dari berbagai bahan pustaka yang diteliti

kemudian dideskripsikan. Dengan

menggunakan teknik ini dapat lebih

sistematis dalam menganalisis peran

kompetensi social dan kompetensi guru

dalam mencapai keberhasilan

pembelajaran. Penarikan kesimpulan

dengan teknik induksi yaitu berdasarkan

pembahasan.

HASIL dan PEMBAHASAN

Kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru

masih belum sepenuhnya mereka miliki.

Seperti kompetensi sosial dan komepetensi

kepribadian yang seharusnya dimiliki

untuk membantu guru dalam berinteraksi

dan membuat guru agar menjadi contoh

yang dapat diteladani oleh siswa pun

masih belum dimiliki oleh kebanyakan

guru. Guru yang kurang menguasai

kompetensi sosial dan kompetensi

kepribadian, terlihat pada interkasi yang

dilakukan di dalam kelas masih kelihatan

kaku karena kebanyakan mengunakan

metode ceramah secara monton sehingga,

menyebabkan terjadinya komunikasi satu

arah yang berpusat pada guru saja. Kurang

ramahnya guru pada siswa seperti kurang

bersahabat dan tidak pernah menyapa

terlebih dahulu apabila berpapasan

menunjukkan hubungan guru dan siswa

kurang harmonis.

Hal seperti itu saya temukan pula

di SD yang penulis observasi. Ada

beberapa guru yang kurang bersahabat dan

kurang perhatian terhadap siswanya.

Seperti saat berpapasan guru tersebut diam

saja, guru tidak senyum apabila bertemu

dengan siswanya (cemberut). Sempat

pernah ada siswa yang jatuh tapi oleh salah

satu guru tersebut tidak membantu tapi

hanya sebatas bertanya itupun dari jauh

tidak mendekat. Hal-hal seperti inilah yang

menyebabkan siswa enggan berinteraksi

dengan gurunya dan dapat menyebabkan

tidak tercapainya keberhasilan dalam

pembelajaran. Kemudian ada juga guru

yang ketika masuk kelas langsung

meminta siswanya untuk membuka buku

lalu mengerjakan soal yang padahal soal

itu belum sempat dijelaskan atau

dibelajarkan. Sedangkan dia sibuk sendiri

dengan sesekali bermain hp. Penulis juga

menemukan guru tersebut ketika ada salah

satu kegiatan sekolah yaitu senam, sempat

guru tersebut menertibkan atau meminta

siswa yang ramai untuk diam dengan

menoyor kepalanya.

Guru adalah aktor penting

kemajuan peradaban bangsa. Gurulah yang

diharapkan mampu membentuk

kepribadian, karakter, moralitas, dan

kapabilitas intelektual generasi muda.

Dikutip dari Jurnal Dr. Ali Mustadi,

pendidikan karakter bangsa merupakan

Page 6: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

salah satu kebutuhan penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemerintah melalui Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan sangat gencar

melakukan berbagai kajian untuk

mendapatkan rumusan terbaik dalam

penerapan nilai-nilai karakter kepada

peserta didik (Mustadi, 2015, p. 109).

Karena pendidikan karakter merupakan

salah satu cara untuk membentuk

kepribadian, karakter, moralitas, dan

kapabalitisa intelektyak siswa., Disini guru

pula yang melaksanakan pendidikan

karakter yang tidak sebatas dari

pengetahuan saja tapi juga sikap dan

keterampilan kepada siswa. Oleh karena

itu, seorang guru tidak cukup hanya

sekedar transfer of knowledge (memindai

ilmu pengetahuan) dari sisi luarnya saja,

tapi juga transfer of value ( memindai

nilai) dari sisi dalamnya. Perpaduan dalam

dan luar inilah yang akan mengokohkan

bangunan pengetahuan, moral, dan

kepribadian murid dalam menyongsong

masa depan. Karena moralitas dan

integritas siswa itu rapuh dan hanya

dengan melihat saja dapat ditiru oleh

mereka seperti saat melihat kepribadian

gurunya yang kurang baik siswa akan

mengikutinya. Karena tugas guru adalah

mengajar sekaligus mendidik, maka

keteladanan dari seorang guru menjadi

harga mati yang tak bisa ditawar-tawar.

Keteladanan merupakan senjata yang

mematikan yang sulit untuk dilawan,

bagaikan anak panah yang langsung

mengenai sasaran. Selain itu, keteladanan

juga menjadi senjata ampuh yang tidak

bisa dilawan dengan kebohongan,

rekayasa, ataupun tipu daya. Keteladanan

adalah suatu yang dipraktikan dan

amalkan, bukan hanya dikhutbahkan saja.

Keteladanan adalah perilaku yang sesuai

dengan norma, nilai, dan aturan yang ada

dalam agama, adat, dan aturan Negara

yang tidak dapat dipisahkan. Tanggung

jawab menaati ketiga hal tersebut bagi

guru menjadi lebih karena ia adalah sosok

yang digugu dan ditiru. Ucapannya digugu

dan perilakunya ditiru. Menurut

Hendrawan, mengingat keteladanan guru

sangat diharapkan bagi murid, seorang

guru harus benar-benar mampu

menempatkan diri pada posri yang benar.

Porsi yang benar yang dimaksudkan bukan

berarti bahwa guru harus membatasi

komunikasinya dengan murid dan sesama

guru, namun yang penting adalah cara

guru tetap secara intensif berkomunikasi

dengan seluruh warga sekolah khusunya

siswa dengan tetap berada pada jalur dan

batas-batas yang jelas. Seorang guru

bahkan harus mampu membuka diri untuk

menjadi teman bagi muridnya, tempat

berkeluh kesah terhadap persoalan belajar

yang dihadapi sehingga dalam hal ini guru

harus punya dan meningkatkan komepetnsi

sosial dan kompetensi kepribadiannya

untuk mebantu serta memudahkan

melakukan hal tersebut. Murid harus

menganggap gurunya sebagai sosok yang

wajib ia teladani meski dalam praktiknya

diperlakukan siswa layaknya sebagai

teman. Dengan kompetensi sosial dan

kompetensi kepribadian juga dapat

membantu guru berkomunikasi dengan

siswanya yang apabila dilakukan secara

intensif guru dapat menggali potensi yang

dimiliki masing-masing murid. Untuk itu

setiap guru harus senantiasa berupaya

menjadi teladan bagi setiap siswanya

sehingga keteladanan yang diberikan akan

mampu membawa perubahan yang berarti

bagi murid serta dapat membantu dalam

upaya mencapai keberhasilan

pembelajaran.

PENTINGNYA KOMPETENSI

KEPRIBADIAN

Kepribadian (Personality) merupakan

pengaturan yang dinamis dari sifat (trait)

dan pola karakteristik perilaku yang unik

pada setiap individu (Callahan, 1966)

Menurut Allport (1966) sifat (trait)

merupakan sesuatu yang lebih umum

ketimbang kebiasaan (habit), bersifat

dinamis serta menentukan perilaku, dapat

dilihat baik dari unsur yang

membentuknya maupun distribusinya pada

Page 7: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

populasi, serta tidak dapat dibuktikan

ketiadaannya oleh fakta. Kepribadian guru

merupakan dasar guru dalam berperilaku

dalam berbagai bentuk seperti interaksinya

dengan siswa, pemilihan metode serta

pengalaman belajar yang dipilih (Murray,

1972). Kepribadian guru juga dapat

diartikan sebagai seluruh aspek-aspek

pribadi guru yang melekat dan dinamis

yang menjadi dasar dan memengaruhi cara

berpikir, merasa, dan berperilaku dalam

menjalankan peran dan tugasnya sebagai

pendidik, baik dalam interaksinya dengan

siswa, dengan rekan guru lain, dengan staf,

dengan pimpinan serta dalam organisasi

pendidikan (sekolah).

Menurut Sumardi, kompetensi

kepribadian ialah sifat-sifat unggul

seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau

tabah dalam menghadapi tantangan atau

kesulitan dan cepat bangkit apabila

mengalami kegagalan, memiliki etos

belajar dan etos kerja yang tinggi, berpiikir

positif terhadap orang lain, bersikap

seimbang antara mengambil dengan

memberi dalam hubungan sosial, dan

memiliki komitmen atau tanggung jawab.

Di dalam peraturan pemerintah nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3

butir b dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantab,

stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik dan berakhlak

mulia. Subkompetensi kepribadian yang

mantab dan stabil memiliki indikator

esensial seperti bertindak sesuai dengan

norma hukum, bertindak sesuai dengan

norma sosial, bangga sebagai guru, dan

memiliki konsistensi dalam bertindak

sesuai dengan norma. Subkompetensi

kepribadian yang dewasa melalui indikator

esensial seperti menampilkan kemandirian

dalam bertindak sebagai pendidik dan

memiliki etos kerja sebagai guru.

Subkompetensi kepribadian yang arif

memiliki indikator esensial seperti

menampilkan tindakan yang didasarkan

pada kemanfaatan peserta didik, sekolah,

dan masyarakat serta menunjukan

keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

Subkompetensi kepribadian yang

berwibawa memiliki indikator esensial

seperti memiliki perilaku yang disegani.

Sedangkan subkompetensi kepribadian

akhlak mulia dan dapat menjadi teladan

memiliki indikator esensial seperti

bertindak sesuai dengan norma religius

(iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka

menolong), dan memiliki perilaku yang

diteladani peserta didik.

Kompetensi kepribadian ini

memiliki peran penting dalam usaha

mencapai keberhasilan pembelajaran.

Karena kompetensi kepribadian guru ini

akan sangat mewarnai kinerjanya dalam

mengelola kelas dan berinteraksi dengan

siswa. Dikutip dari Jurnal Dr. Ali Mustadi,

orang yang tertanam dan terkristal nilai-

nilai tertentu dalam mental atau

kepribadiannya, tentunya dapat

menghadapi dan merespon sesuatu tersebut

akan diwarnai oleh nilai yang diyakininya

(Mustadi, 2010). Callahan (1966)

menyatakan bahwa pemanfaatan secara

efektif kepribadian guru dalam

melaksanakan kegiatan

pembelajara/pendidikan merupakan hal

yang amat esensial. Kompetensi

kepribadian membantu pengajaran, serta

komunikasi antara guru dengan siswa

bahkan meski tanpa ucapan. Dalam

konteks pembelajaran, Khan dan Weiss

(1973) menyatakan bahwa sikap siswa

terhadap guru akan berdampak pada sikap

siswa tersebut terhadap materi yang

diajarkan. Dengan demikian tampak betapa

pentingnya kepribadian guru, sampai-

sampai dapat mempengaruhi secara

signifikan pada proses

pendidikan/pembelajaran, dan ini juga

berarti bahwa kegagalan dalam

mengembangkan prestasi siswa tentu salah

satunya bisa diakibatkan oleh kepribadian

guru. Untuk itu perlakukan diri sendiri

dengan baik dan mewujudkannya dalam

suatu interaksi edukatif secara efektif.

Page 8: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

PENTINGNYA KOMPETENSI

SOSIAL

Menurut PPRI No. 74 tahun 2008, tentang

Undang-undang guru dan dosen

sebagaimana termuat dalam penjelasan

Pasal 28 ayat 3, yang dimaksud dengan

kompetensi sosial adalah kemampuan

pendidik sebagai bagian dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan berinteraksi

secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesame pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar. M. Saekhan

Muchith, menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

seperangkat kemampuan dan keterampilan

yang berkaitan dengan hubungan atau

interaksi dengan orang lain. Artinya guru

harus dituntut memiliki keterampilan

berinteraksi dengan masyarakat khususnya

dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan

menyelesaikan problem masyarakat. Maka

dapat disimpulkan bahwa kompetensi

sosial adalah kemampuan yang harus

dimiliki oleh pendidik di sekolah untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara

efektif dan efisien dengan peserta didik,

sesame guru, orang tua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.

Kompetensi ini memiliki tiga

subranah. Pertama mampu berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, subkompetensi ini memiliki

indikator esensial berupa berkomunikasi

secara efektif dengan peserta didik. Kedua

mampu berkomunikasi dan bergaul secara

efektif dengan sesame pendidik dan tenaga

kependidikan. Ketiga mampu

berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan orang tua wali peserta didik dan

masyarakat sekitar. Interaksi guru dengan

siswa esensinya adalah interaksi sosial

yang meniscayakan kompetensi sosial.

Kompetensi sosial ini juga

memiliki peran penting dalam usaha

mencapai keberhasilan pembelajaran.

Karena dengan kompetensi sosial ini

membantu guru dalam menjalankan

interaksinya dengan siswa dalam

pembelajaran maupun diluar pembelajaran

untuk memupuk keakraban dan kedekatan

dengan siswa. Dengan kompetensi sosial

ini juga dapat membantu guru saat

pembelajaran seperti dalam berkomunikasi

pembicaraanya enak didengar, tidak

menyakitkan, pandai berbicara dan bergaul

dengan siswa, memudahkan dalam

bekerjasama, membuat guru menjadi

penyabar dan tidak mudah emosi, tidak

mudah putus asa dan membantu guru

mengelola emosinya. Apabila guru

memiliki kompetensi sosial yang rendah

sering membuat orang-orang disekitarnya

merasa kurang nyaman karena

kesombonganya, kata-katanya yang kasar

dan menyakitkan serta selalu sinis. Hal ini

dapat menganggu dalam menciptakan

keberhasilan dalam pembelajaran.

Kompetensi sosial guru juga akan

menjadikan kondisi interaksi yang bermutu

dan kondusif bagi tumbuh dan

berkembangnya interaksi dan komunikasi

edukatif yang produktif serta kondusif bagi

perkembangan kematangan anak-anak kita,

siswa-siswa kita, murid-murid kita. Pada

dasarnya guru yang memiliki kompetensi

sosial ini merupakan guru yang punya

kecerdasan sosial (social intelligence),

sehingga dengan kecerdasan itu dapat

membuat suasana komunikasi, interaksi

dan pergaulan sosial dengan siswa dapat

berjalan dengan efektif. Dalam hal ini

kemampuan guru dalam bergaul dengan

siswa inilah yang akan menjadi penentu

utama bagi terlaksanya proses pendidikan

dan pembelajaran yang efekrif dalam

mencapai tujuan pendidikan dan

pembelajaran. Tanpa kompetensi sosial ini,

guru hanya menghabiskan waktu saja

menceritakan hal-hal yang baik dan

penyelesain transfer bahan ajar tanpa ruh

tanpa jiwa dan pasti tidak hidup apalagi

menghidupan suasana pembelajaran. Jadi

marilah kita sadari dan yakini perlunya

mengasah kompetensi kecerdasan sosial

sebagai guru demin anak-anak kita, siswa-

siswa kita, dan murid-murid kita.

Page 9: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

KAITAN GURU BERKOMPETENSI

SOSIAL DAN KEPRIBADIAN

DENGAN SISWA YANG

BERPRESTASI

Setiap guru memahami bahwa ketika

seorang siswa memasuki dunia sekolah,

harapan utamanya adalah dapat mengikuti

semua mata pelajaran dengan baik,

memperoleh nilai yang memuaskan serta

mampu berkompetisi dalam berbagai hal

sampai memperoleh kesuksesan di masa

depan. Namun untuk mewujudkan

keinginan itu tentu tidak terlepas dari

bagaimana kepribadian guru di depan

siswa, bagaimana interaksinya saat

pembelajaran, bagaimana guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran,

banyak hal yang harus dipersiapkan. Guru

dan siswa harus memiliki hubungan yang

baik serta mampun bekerja sama secara

total demi mewujudkan semua keinginan

itu. Sebuah sekolah tidak mungkin dapat

melahirkan siswa-siswa yang berprestasi

jika hubungan antara guru dan siswa serta

seluruh elemen-elemen pendukungnya

tidak terbina dengan baik.

Maka dari itu, untuk meraihnya ada

beberapa langkah-langkah yang bisa

dipraktikan oleh para guru di kelas seperti

menjadikan pengalaman belajar di

sekolah sebagai masa-masa yang

berkesan maksudnya yaitu beri siswa

pengalaman pertama berjumpa dengan

gurunya yang berkesan seperti

menunjukan keakraban dan kehangatan

untuk siswa. Jaga mutu dan kualitas

anda sebagai guru, maksdunya yaitu guru

yang berkualitas, berkepribadian dan sosial

yang baik tentu memliki lebih besar

melahirkan siswa yang berprestasi. Guru

merupakan seseorang yang digugu dan

ditiru, hal ini mempertegas pentingnya

eksistensi seorang guru yang tidak hanya

dituntut untuk memberikan pengajaran

sesuai bidang keahliannya tapi juga

sebagai suri teladan bagi siswanya.

Mengajar dengan semangat

kekeluargaan, maksudnya disini sebagai

guru harus bisa memosisikan diri sebagai

orang tua siswa di sekolah. Dengan

menciptakan iklim kekeluargaan di kelas

atau di sekolah maka siswa akan berangkat

ke sekolah dengan perasaan gembira dan

nyaman layaknya ketika mereka hendak

mengunjungi kerabat keluarganya yang

lain. Hargai kemajuan yang berhasil

dicapai oleh siswa, maksudnya disini guru

harus menghargai kemajuan yang telah

dicapai siswa walau sekecil apapun dan

jangan lupa member apresiasi pada

mereka. Karena hal tersebut bagi siswa

akan memberikan kesan bangga yang

dirasakan mereka karena dipuji kerja

kerasnya oleh guru. Jadikan fakta-fakta

ilmu pengetahuan sebagai objek

pendidikan, maksudnya disini guru tidak

memosisikan siswa sebagai objek

pembelajaran melainkan sebagai subjek

pengetahuan. Tugas guru yaitu untuk

membantu, membimbing dan

mengarahkan siswa dalam upaya untuk

meraih cita-cita mereka.

MENJADI GURU IDEAL DAN

INOVATIF

Menjadi guru yang ideal dan inovatif

adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa

dielakkan karena dari gurulah siswa

membayangkan masa depan dan

mencanangkan sebuah impian baru. Ketika

guru yang hadir bersahabat, menarik,

berwawasan luas, humoris, dan mampu

menguasai kelas maka kedatangan guru

tersebut sangat dinanti. Sebab yang keluar

darinya adalah mutiara-mutiara emas yang

sulit untuk diulang untuk kedua kalinya.

Agar menjadi guru ideal dan

invoatif memang banyak caranya seperti

guru harus dapat menguasai materi

pelajaran secara mendalam dan

berwawasan luas. Namun hal tersebut akan

sia-sia saja apabila guru tidak bisa dengan

baik berinteraksi dan komunikatif dengan

siswanya. Karena dengan guru yang suka

menyapa, berinteraksi, dan memperhatikan

kondisi siswanya akan lebih mudah

diterima daripada guru yang egois yang

hanya menerangkan pelajaran setelah itu

Page 10: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

pulang. Ia tidak mau peduli persoalan

muridnya yang penting dating mengajar

sampai batas waktu uang ditentukan

kemudian selesai. Disinilah pentingnya

guru berinteraksi dan berkomunikasi

dengan murid, menyapa, menanyakan

kondisi. Komunikasi semacam ini sangat

penting sebagai pendekatan psikologis

kepada siswa. Aspek penerimaan

(acceptability) guru menjadi faktor penting

bagi kelancaran kegiatan belajar mengajar

di dalam kelas. Jika siswa tidak senang

dengan gurunya maka hal itu bisa menjadi

gangguan psikologis guru dalam mengajar.

Oleh karena itu, perlu diingat

bahwa siswa akan merasa senang bila

disapa dan diajak berinteraksi dengan

gurunya. Efek positifnya siswa yang diajar

oleh guru yang seperti itu akan timbul

keakraban, perasaan saling mengasihi dan

menyayangi. Keterlibatan emosi ini sangat

penting dalam proses belajar mengaja

sehingga aspek lahir batin siswa dapat

diarahkan oleh guru

PERAN GURU BERKOMPETENSI

SOSIAL DAN KEPRIBADIAN

DALAM PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN SEKOLAH

Guru merupakan sosok yang digugu lan

ditiru atau tut wuri handayani. Tentunya

guru yang memiliki kompetensi sosial

serta kompetensi kepribadian yang

menggunakannya dalam sebuah

pembelajaran akan bisa mempengaruhi

kualitas siswanya. Seperti memberikan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan

kepada siswanya dengan memanfaatkan

kompetensi sosial dan kompetensi

kepribadian yang dapat memudahkan guru

tersebut.

Tugas guru sendiri tidak hanya

sebatas aktifitas yang terjadi di sekolah

akan tetapi juga di luar sekolah. Begitu

pula dengan pembinaannya tidak hanya

bersifat kelompok tetapi juga individual.

Jika sikap dan tingkah laku anak didik

tidak hanya diawasi di dalam sekolah saja

tetapi di luar sekolah pun harus diawasi

baik secara langsung maupun tidak

langsung. Banyak peranan yang diperlukan

guru sebagai pendidik seperti, sebagai

korektor yaitu guru harus bisa

membedakan mana nilai yang baik dan

mana nilai yang buruk dalam kehidupan

yang setiap saat dapat mempengaruhi

siswa bahkan sudah mempengaruhi siswa

dan tidak menghambat proses

pembelajaran, sebagai inspirator yaitu

guru harus dapat memberikan ilham,

contoh, yang baik bagi kemajuan belajar

anak didik agar dapat membantu proses

pembelajaran, sebagai motivator yaitu

guru hendaknya dapat mendorong anak

didik agar bergairah dan ikut aktif dalam

proses pembelajaran, sebagai inisiator

yaitu guru harus dapat menjadi pencetus

ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan

pengajaran dengan memperbaiki

kompetensi guru yang ada, sebagai

pembimbing yaitu peran yang tidak kalah

penting dari semuanya dan harus lebih

dipentingkan karena kehadiran guru di

sekolah adalah untuk membimbing anak

didik menjadi manusia dewasa susila yang

cakap.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan observasi penulis pada

Sekolah Dasar, di temukan beberapa guru

yang masih belum memiliki kompetensi

kepribadian dan kompetensi sosial.

Kompetensi kepribadian sendiri ialah sifat-

sifat unggul seseorang, seperti sifat ulet,

tangguh, atau tabah, berpikir positif

terhadap orang lain, bersikap seimbang

antara mengambil dengan memberi dalam

hubungan sosial dan menjadi teladan bagi

peserta didik dan berakhlak mulia.

Sedangkan kompetensi sosial ialah

kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien

dengan peserta didik, sesame pendidik,

Page 11: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi kepribadian dan sosial

sangatlah penting bagi guru untuk

membantu mencapai keberhasilan

pembelajaran. Karena dengan kompetensi

kepribadian ini akan sangat mewarnai

kinerjanya dalam mengelola kelas dan

berinteraksi dengan siswa serta membantu

pengajaran, komunikasi antara guru

dengan siswa bahkan meski tanpa ucapan.

Sedangkan kompetensi sosial akan

menjadikan kondisi interaksi yang bermutu

dan kondusif bagi tumbuh dan

berkembangnya interaksi dan komunikasi

edukatif yang produktif serta kondusif bagi

perkembangan kematangan siswa serta

dapat membuat suasana komunikasi,

interaksi dan pergaulan sosial dengan

siswa dapat berjalan dengan efektif. Dalam

hal ini kemampuan guru dalam bergaul

dengan siswa inilah yang akan menjadi

penentu utama bagi terlaksanya proses

pendidikan dan pembelajaran yang efekrif

dalam mencapai tujuan pendidikan dan

pembelajaran.

Dengan guru kompetensi

kepribadian dan kompetensi sosial yang

baik ini tentu juga dapat membantu dalam

menciptakan siswa yang berprestasi dan

meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

Saran

Guru seharusnya lebih sadar pentingnya

kompetensi guru seperti kompetensi

kepribadian dan sosial untuk membantu

dalam melaksanakan pembelajaran

sehingga dapat mencetak siswa yang

berprestasi. Guru juga harus sering

berinteraksi dan berkomunikasi dengan

siswanya agar lebih dekat sehingga siswa

merasa nyaman. Guru juga harus bisa

menciptakan suasana kelas kekeluargaan

agar apabila siswa berangkat sekolah

merasa akan bertemu dengan saudara atau

merasa di rumah sendiri sehingga

menyebabkan dapat membuat siswa

mengikuti pembelajaran dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Great

Teacher. Yogyakarta: Diva Press.

Husein, Latifah. 2017. Profesi Keguruan.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Isnawati, Nurlaela. 2010. Guru Positif-

Motivatif. Yogyakarta: Laksana.

Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika

Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia

Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: Uny Press..

Suharsaputra, Uhar. 2013. Menjadi Guru

Berkarakter. Bandung: PT Refika

Aditama.

Agung, Iskandar. (2014). Kajian Pengaruh

Kompetensi Kepribadian Dan Sosial

Terhadap Kinerja Guru. Kompetensi

Kepribadian dan Sosial,

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/ar

ticle/view/3774/2808

Muspiroh, Novianti. (2016). Peran

Kompetensi Sosial Guru Dalam

Menciptakan Eefektifitas Pembelajaran.

Jurnal Kompetensi Sosial.

http://download.portalgaruda.org/article.ph

p?article=471353&val=9452&title=PERA

N%20KOMPETENSI%20SOSIAL%20G

URU%20DALAM%20MENCIPTAKAN

%20%20EFEKTIFITAS%20PEMBELAJ

ARAN

Widyaningsih. (2015). Pengaruh Kompetensi

Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Siswa

Kelas V SD Se-gugus I Sidoarum Godean

Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal

Kompetensi Kepribadian.

http://repository.upy.ac.id/314/1/Jurnal%20Wi

dyaningsih.pdf

MUSTADI, Ali. Penanaman Nilai-Nilai Agama dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah

Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan, [S.l.], v. 8, n. 1, june 2006. ISSN

2338-6061. Available at: <https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/vi

Page 12: Abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... · Abstrak Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau

ew/2008>. Date accessed: 23 oct. 2017. doi:http://dx.doi.org/10.21831/pep.v8i1.2008.

SETYAWAN, Wawan Wahyu; MUSTADI, Ali.

PENGEMBANGAN SSP TEMATIK-INTEGRATIF

UNTUK MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN DAN KREATIF SISWA KELAS I SD. Jurnal Prima

Edukasia, [S.l.], v. 3, n. 1, p. 108-119, jan. 2015. ISSN 2460-9927. Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/vie

w/4072>. Date accessed: 23 oct. 2017. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v3i1.4072.