ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101...
Transcript of ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101...
viii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan
Bahasa Bali”. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna
kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta persamaan dan perbedaan
diantara keduanya. Teori yang digunakan adalah teori morfologi menurut Ramlan
(2009), semantik menurut Kridalaksana (2001) dan linguistik kontrastif menurut
Pranowo (1996).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka
dengan teknik catat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
dan padan intralingual. Metode penyajian hasil analisis yang digunakan adalah
metode formal dan informal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan antarunsur kata majemuk
bahasa Jepang terdiri dari hubungan pelengkap, hubungan penerang dan hubungan
perlawanan. Hubungan antarunsur kata majemuk bahasa Bali terdiri dari unsur
pertama diterangkan oleh unsur ke-dua, unsur-unsurnya sederajat, sebuah
unsurnya berupa morfem unik serta unsur pertama menerangkan unsur ke-dua.
Makna yang dapat dihasilkan dari keduanya adalah makna idiom, semi idiom dan
non idiom. Persamaan yang ditemukan yaitu keduanya memiliki hubungan
penerang dan hubungan perlawanan (dianggap sederajat dalam bahasa Bali),
menghasilkan makna idiom, semi idiom dan non idiom, dapat terbentuk dari
morfem bebas, serta dapat mengalami afiksasi. Perbedaan yang ditemukan yaitu
kata majemuk bahasa Jepang memiliki hubungan antarunsur yang salah satu
unsurnya berupa pelengkap, terdapat unsur yang mengalami perubahan,
penambahan dan pelesapan fonem ketika digabungkan, unsurnya dapat berupa
kata yang mengalami proses renyoukei, dapat mengalami konjugasi, serta terdapat
kata majemuk yang unsurnya dibaca dengan cara onyomi maupun kunyomi.
Sementara itu, pada kata majemuk bahasa Bali salah satu unsurnya dapat berupa
morfem unik.
Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif
ix
要旨
本研究の題名は 『日本語の複合語とバリ語の複合語の対照』であ
る。本研究は日本語とバリ語の複合語を比較し、日本語の複合語とバリ語
の複合語の要素の中にある関係と複合語の意味を理解することである。使
用した理論は Ramlan (2009)の形態論、Kridalaksana (2001)の意味論と
Pranowo (1996) の言語学の対照である。
データを収集するために文献展望方法を使い、記録技法で継続した。
使用した方法論は記述的な方法、相似と相違を識別するという方法で分析
した。分析結果はシンボルと言葉で述べた。
分析に基づいて、日本語の複合語の要素関係は法則関係、修飾関係
と対立関係である。バリ語の複合語の要素関係は最初の要素が最後の要素
を説明し、等しい要素、一つの要素が morfem unik と言う形態素、最後の
要素が最初の要素を説明する。日本語の複合語とバリ語の複合語は慣用句
の意味、準慣用句の意味、そして慣用句ではない意味を持っておる。相似
は修飾関係と対立関係(バリ語では並列という)を持っており、慣用句の
意味、準慣用句の意味、そして慣用句ではない意味があり、自由形態から
形成することができ、また、接辞を付け足すことができる。一方、相違は
日本語の複合語とバリ語の複合語の中で、日本語の複合語の要素関係には
法則関係があり、母音交替、母韻交替、音挿入と音便があり、連用形の形
に使え、音読みと訓読みと言う読み方がある。バリ語の複合語の要素は
morfem unik と言う形態素がある。
キーワード:複合語、カルナサトマ、対照的
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN i i
SAMPUL DALAM ii
PRASYARAT GELAR iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
ABSTRAK viii
要旨 ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR SINGKATAN xiv
DAFTAR ISTILAH xvi
DAFTAR LAMBANG xvii
DAFTAR TABEL xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.3.1 Tujuan Umum 6
1.3.2 Tujuan Khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian 6
xi
1.4.1 Manfaat Akademik 6
1.4.2 Manfaat Praktis 7
1.5 Jangkauan Penelitian 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI 8
2.1 Kajian Pustaka 8
2.2 Konsep 12
2.2.1 Kata Majemuk Bahasa Jepang (Fukugougo) 12
2.2.2 Kata Majemuk Bahasa Bali (Kruna Satma) 17
2.2.3 Morfem dan Kata 21
2.2.4 Gokan dan Gobi 22
2.2.5 Makna Leksikal 23
2.2.6 Makna Idiomatikal 23
2.3 Kerangka Teori 24
2.3.1 Morfologi 24
2.3.1.1 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Jepang 25
2.3.1.2 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Bali 26
2.3.2 Semantik 27
2.3.2.1 Makna Kata Majemuk 28
2.3.3 Linguistik Kontrastif 29
BAB III METODE PENELITIAN 31
3.1 Jenis dan Sumber Data 31
3.2 Instrumen Penelitian 31
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 32
xii
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data 33
3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis 34
BAB IV HUBUNGAN ANTARUNSUR KATA MAJEMUK
BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI 35
4.1 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Jepang 35
4.1.1 Hubungan Pelengkap (Housokukankei) 35
4.1.2 Hubungan Penerang (Suushokukankei) 38
4.1.3 Hubungan Perlawanan (Tairitsukankei) 41
4.2 Makna Kata Majemuk Bahasa Jepang 44
4.2.1 Makna Idiom Bahasa Jepang 44
4.2.2 Makna Semi Idiom Bahasa Jepang 47
4.2.3 Makna Non Idiom Bahasa Jepang 50
4.3 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Bali 52
4.3.1 Unsur Pertama Diterangkan oleh Unsur Ke-dua 52
4.3.2 Unsur-unsurnya Sederajat 55
4.3.3 Sebuah Unsur Merupakan Morfem Unik 57
4.3.4 Unsur Pertama Menerangkan Unsur Ke-dua 59
4.4 Makna Kata Majemuk Bahasa Bali 62
4.4.1 Makna Idiom Bahasa Bali 62
4.4.2 Makna Semi Idiom Bahasa Bali 65
4.4.3 Makna Non Idiom Bahasa Bali 68
xiii
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUBUNGAN
ANTARUNSUR DAN MAKNA KATA MAJEMUK
BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI 71
5.1 Persamaan Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk
bahasa Jepang dan bahasa Bali 71
5.2 Perbedaan Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk
bahasa Jepang dan bahasa Bali 86
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 100
6.1 Simpulan 100
6.1.1 Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk
Bahasa Jepang 100
6.1.2 Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk
Bahasa Bali 101
6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk
Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101
6.2 Saran 101
DAFTAR PUSTAKA 104
DAFTAR UNDUHAN 107
DAFTAR KAMUS 108
DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN 109
CURRICULUM VITAE 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemajemukan sebagai salah satu pembahasan dalam ilmu morfologi
penting untuk dikaji karena pemajemukan dapat menghasilkan kata dan makna
yang baru. Pemajemukan merupakan penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal berbeda. Hasil dari proses
pemajemukan disebut kata majemuk (Chaer, 2007:185). Kata majemuk dalam
bahasa Jepang diistilahkan dengan fukugougo (複合語). Fukugougo itu sendiri
memiliki makna kumpulan atau gabungan kata. Maka dari itu, fukugougo (複合
語) dapat diartikan sebagai kata majemuk atau kata yang terdiri dari gabungan dua
buah kata yang membentuk suatu makna baru (Nakaya, 2013:147).
Tidak hanya bahasa Jepang, bahasa lain juga memiliki istilah kata
majemuk, salah satunya adalah bahasa Bali. Kata majemuk dalam bahasa Bali
disebut kruna satma. Kruna satma memiliki pengertian gabungan dua buah kata
tunggal yang memiliki satu arti (Warna, 1993:62).
Secara umum, kata majemuk dalam berbagai bahasa memiliki konsep yang
sama, yaitu gabungan dari dua buah kata atau lebih yang akan membentuk sebuah
kata dengan makna yang baru. Meskipun memiliki pengertian yang sama, masing-
masing bahasa memiliki ciri khas dalam pembentukannya (Bloomfield, 1995:224-
225). Misalnya antara kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali berikut.
2
1) 苦い + 心 苦心
nigai kokoro kushin
„pahit‟ „hati‟ „pusing‟
adjektiva nomina adjektiva
(menerangkan) (diterangkan) (salah satu unsur
sebagai penerang)
(Shiang, 2014:189)
Kata majemuk kushin (苦心) „pusing‟ merupakan kata majemuk berjenis
adjektiva yang terbentuk dari adjektiva nigai (苦い) „pahit‟ dan nomina kokoro
(心) „hati‟. Pada pembentukan kata kushin, nigai dibaca ku yang merupakan cara
baca onyomi dan kokoro dibaca shin yang juga merupakan cara baca onyomi. Pada
hubungan antarunsur, unsur pertama yaitu nigai „pahit‟ merupakan unsur yang
menerangkan unsur ke-dua yaitu kokoro „hati‟ sehingga menimbulkan makna „hati
yang pahit‟. Makna kata majemuk kushin yaitu „pusing atau bingung‟ tidak sesuai
dengan makna dari masing-masing unsur pembentuknya yaitu nigai yang
memiliki makna leksikal „pahit‟ dan kokoro yang memiliki makna leksikal „hati‟.
Secara leksikal, kushin memiliki makna „hati pahit‟. Namun, makna yang
dimaksud adalah „pusing atau bingung‟ yaitu pikiran tidak tidak karuan, sedih dan
sebagainya. Dengan demikian, kushin merupakan kata majemuk berjenis adjektiva
yang kedua unsurnya dibaca dengan cara baca onyomi, memiliki hubungan
antarunsur penerang serta dikategorikan sebagai kata majemuk bermakna idiom,
sebab makna kushin tidak sesuai dengan makna leksikal dari komponen
pembentuknya.
Kata majemuk serupa juga terdapat dalam bahasa Bali. Contoh dalam
bahasa Bali adalah sebagai berikut.
3
2) basang + lantang basang lantang
„perut‟ „panjang‟ „sabar‟
nomina adjektiva adjektiva
(diterangkan) (menerangkan) (unsur pertama diterangkan
oleh unsur ke-dua)
(Antara, 1993:16)
Kata majemuk basang lantang „sabar‟ merupakan kata majemuk berjenis
adjektiva yang terdiri dari nomina basang „perut‟ dan adjektiva lantang „panjang‟.
Basang dan lantang merupakan morfem bebas yang dapat berdiri sendiri. Kata
basang merupakan unsur pertama dan menjadi unsur inti yang diterangkan,
sedangkan kata lantang merupakan unsur ke-dua yang berkedudukan sebagai
unsur yang menerangkan. Makna kata majemuk basang lantang yaitu „sabar‟
tidak sesuai dengan makna dari masing-masing unsur pembentuknya, yaitu
basang yang memiliki makna leksikal „perut‟ dan lantang yang memiliki makna
leksikal „panjang‟. Secara leksikal, basang lantang memiliki makna leksikal
„perut panjang‟. Namun, makna yang dimaksud adalah „sabar‟ yaitu perasaan
tabah, tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati).
Dengan demikian kata majemuk basang lantang merupakan kata majemuk
berjenis adjektiva yang kedua unsurnya merupakan morfem bebas, memiliki
hubungan antar unsur yaitu unsur pertama diterangkan oleh unsur ke-dua serta
dikategorikan sebagai kata majemuk bermakna idiom, sebab makna dari kata
majemuk basang lantang tidak sesuai dengan makna leksikal dari komponen
pembentuknya.
Berdasarkan contoh yang telah dipaparkan, diketahui bahwa kushin (苦心)
„pusing‟ dan basang lantang „sabar‟ sama-sama merupakan kata majemuk
4
adjektiva yang terbentuk dari nomina dan adjektiva, salah satu unsurnya berfungsi
menerangkan unsur lain serta memiliki makna idiom. Namun, dalam hubungan
antarunsur keduanya memiliki perbedaan, yaitu kushin tersusun atas unsur
pertama yang menerangkan unsur ke-dua, sedangkan basang lantang terbentuk
dari unsur ke-dua yang menerangkan unsur pertama. Selain itu, hal berbeda
ditemukan pada cara baca masing-masing unsur pembentuk dari kata majemuk.
Pada bahasa Jepang terdapat dua jenis cara baca sebuah kata yang diistilahkan
dengan onyomi dan kunyomi, yang berlaku juga pada kata majemuk. Unsur
pembentuk kata majemuk bahasa Jepang dapat dibaca dengan cara baca onyomi
dan ada pula yang menggunakan cara baca kunyomi. Kushin memiliki cara baca
yang berbeda ketika masing-masing unsurnya menjadi kata yang berdiri sendiri
yang disebut onyomi. Namun, basang lantang tidak memiliki cara baca lain
seperti kushin.
Selain persamaan dan perbedaan tersebut, masih terdapat persamaan dan
perbedaan hubungan antarunsur dan makna antara kata majemuk bahasa Jepang
dan bahasa Bali yang menarik untuk dianalisis. Untuk mengetahui lebih jauh
mengenai persamaan dan perbedaan kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali
perlu adanya analisis yang tepat. Upaya untuk meneliti persamaan dan perbedaan
bahasa yang berbeda adalah dengan melakikan analisis kontrastif ditinjau dari
kajian linguistik. Kontrastif merupakan cara untuk menemukan persamaan dan
perbedaan suatu bahasa (Sutedi, 2008:203).
Alasan dipilihnya kontrastivitas kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa
Bali sebagai objek kajian adalah pertama, kata majemuk merupakan gabungan
5
kata yang memiliki satu arti, sehingga perlu diketahui perubahan bentuk kata,
hubungan antarunsur yang bisa terjadi serta makna yang dapat dihasilkan pada
kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali. Kedua, karena kata majemuk dalam
bahasa Jepang dan bahasa Bali memiliki hubungan antarunsur dan makna yang
beragam serta memiliki persamaan dan perbedaan, sehingga perlu adanya analisis
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari keduanya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah disusun untuk memberikan pedoman agar penelitian
tersusun secara sistematis. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa
Jepang?
2. Bagaimanakah hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Bali?
3. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan hubungan antarunsur dan makna
kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai arah sasaran dan tujuan yang tepat
dalam penyusunannya. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan,
maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
6
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai kajian linguistik bahasa Jepang terutama kajian kata
majemuk. Tujuan lainnya ialah untuk menambah khazanah penelitian linguistik
bahasa Jepang sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus. Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang.
2. Mengetahui hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Bali.
3. Mengetahui persamaan dan perbedaan hubungan antarunsur dan makna kata
majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat baik
secara akademik maupun praktis kepada berbagai pihak baik. Adapun manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Akademik
Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
penelitian linguistik bahasa Jepang pada umumnya, dan khususnya kajian
morfologi mengenai kata majemuk, semantik mengenai makna kata majemuk
serta linguistik kontrastif mengenai persamaan dan perbedaan kata majemuk
bahasa Jepang dan bahasa Bali. Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi
referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan kata majemuk bahasa Jepang.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi
pengembangan ilmu linguistik bahasa Jepang terutama dalam kajian kata
majemuk dan kontrastivitas bahasa. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan kata majemuk
bahasa Jepang dan bahasa Bali.
1.5 Jangkauan Penelitian
Jangkauan penelitian ini adalah kajian morfologi mengenai hubungan
antarunsur kata majemuk, kajian semantik mengenai makna kata majemuk serta
linguistik kontrastif untuk menganalisis persamaan dan perbedaan antara kata
majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali. Kegiatan analisis dibatasi pada
hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali
beserta persamaan dan perbedaan yang ditemukan di antara keduanya.