ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101...

13
viii ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali”. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta persamaan dan perbedaan diantara keduanya. Teori yang digunakan adalah teori morfologi menurut Ramlan (2009), semantik menurut Kridalaksana (2001) dan linguistik kontrastif menurut Pranowo (1996). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka dengan teknik catat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan padan intralingual. Metode penyajian hasil analisis yang digunakan adalah metode formal dan informal. Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan antarunsur kata majemuk bahasa Jepang terdiri dari hubungan pelengkap, hubungan penerang dan hubungan perlawanan. Hubungan antarunsur kata majemuk bahasa Bali terdiri dari unsur pertama diterangkan oleh unsur ke-dua, unsur-unsurnya sederajat, sebuah unsurnya berupa morfem unik serta unsur pertama menerangkan unsur ke-dua. Makna yang dapat dihasilkan dari keduanya adalah makna idiom, semi idiom dan non idiom. Persamaan yang ditemukan yaitu keduanya memiliki hubungan penerang dan hubungan perlawanan (dianggap sederajat dalam bahasa Bali), menghasilkan makna idiom, semi idiom dan non idiom, dapat terbentuk dari morfem bebas, serta dapat mengalami afiksasi. Perbedaan yang ditemukan yaitu kata majemuk bahasa Jepang memiliki hubungan antarunsur yang salah satu unsurnya berupa pelengkap, terdapat unsur yang mengalami perubahan, penambahan dan pelesapan fonem ketika digabungkan, unsurnya dapat berupa kata yang mengalami proses renyoukei, dapat mengalami konjugasi, serta terdapat kata majemuk yang unsurnya dibaca dengan cara onyomi maupun kunyomi. Sementara itu, pada kata majemuk bahasa Bali salah satu unsurnya dapat berupa morfem unik. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif

Transcript of ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101...

Page 1: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

viii

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan

Bahasa Bali”. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna

kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta persamaan dan perbedaan

diantara keduanya. Teori yang digunakan adalah teori morfologi menurut Ramlan

(2009), semantik menurut Kridalaksana (2001) dan linguistik kontrastif menurut

Pranowo (1996).

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka

dengan teknik catat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

dan padan intralingual. Metode penyajian hasil analisis yang digunakan adalah

metode formal dan informal.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan antarunsur kata majemuk

bahasa Jepang terdiri dari hubungan pelengkap, hubungan penerang dan hubungan

perlawanan. Hubungan antarunsur kata majemuk bahasa Bali terdiri dari unsur

pertama diterangkan oleh unsur ke-dua, unsur-unsurnya sederajat, sebuah

unsurnya berupa morfem unik serta unsur pertama menerangkan unsur ke-dua.

Makna yang dapat dihasilkan dari keduanya adalah makna idiom, semi idiom dan

non idiom. Persamaan yang ditemukan yaitu keduanya memiliki hubungan

penerang dan hubungan perlawanan (dianggap sederajat dalam bahasa Bali),

menghasilkan makna idiom, semi idiom dan non idiom, dapat terbentuk dari

morfem bebas, serta dapat mengalami afiksasi. Perbedaan yang ditemukan yaitu

kata majemuk bahasa Jepang memiliki hubungan antarunsur yang salah satu

unsurnya berupa pelengkap, terdapat unsur yang mengalami perubahan,

penambahan dan pelesapan fonem ketika digabungkan, unsurnya dapat berupa

kata yang mengalami proses renyoukei, dapat mengalami konjugasi, serta terdapat

kata majemuk yang unsurnya dibaca dengan cara onyomi maupun kunyomi.

Sementara itu, pada kata majemuk bahasa Bali salah satu unsurnya dapat berupa

morfem unik.

Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif

Page 2: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

ix

要旨

本研究の題名は 『日本語の複合語とバリ語の複合語の対照』であ

る。本研究は日本語とバリ語の複合語を比較し、日本語の複合語とバリ語

の複合語の要素の中にある関係と複合語の意味を理解することである。使

用した理論は Ramlan (2009)の形態論、Kridalaksana (2001)の意味論と

Pranowo (1996) の言語学の対照である。

データを収集するために文献展望方法を使い、記録技法で継続した。

使用した方法論は記述的な方法、相似と相違を識別するという方法で分析

した。分析結果はシンボルと言葉で述べた。

分析に基づいて、日本語の複合語の要素関係は法則関係、修飾関係

と対立関係である。バリ語の複合語の要素関係は最初の要素が最後の要素

を説明し、等しい要素、一つの要素が morfem unik と言う形態素、最後の

要素が最初の要素を説明する。日本語の複合語とバリ語の複合語は慣用句

の意味、準慣用句の意味、そして慣用句ではない意味を持っておる。相似

は修飾関係と対立関係(バリ語では並列という)を持っており、慣用句の

意味、準慣用句の意味、そして慣用句ではない意味があり、自由形態から

形成することができ、また、接辞を付け足すことができる。一方、相違は

日本語の複合語とバリ語の複合語の中で、日本語の複合語の要素関係には

法則関係があり、母音交替、母韻交替、音挿入と音便があり、連用形の形

に使え、音読みと訓読みと言う読み方がある。バリ語の複合語の要素は

morfem unik と言う形態素がある。

キーワード:複合語、カルナサトマ、対照的

Page 3: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN i i

SAMPUL DALAM ii

PRASYARAT GELAR iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI v

UCAPAN TERIMAKASIH vi

ABSTRAK viii

要旨 ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR SINGKATAN xiv

DAFTAR ISTILAH xvi

DAFTAR LAMBANG xvii

DAFTAR TABEL xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.3.1 Tujuan Umum 6

1.3.2 Tujuan Khusus 6

1.4 Manfaat Penelitian 6

Page 4: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

xi

1.4.1 Manfaat Akademik 6

1.4.2 Manfaat Praktis 7

1.5 Jangkauan Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI 8

2.1 Kajian Pustaka 8

2.2 Konsep 12

2.2.1 Kata Majemuk Bahasa Jepang (Fukugougo) 12

2.2.2 Kata Majemuk Bahasa Bali (Kruna Satma) 17

2.2.3 Morfem dan Kata 21

2.2.4 Gokan dan Gobi 22

2.2.5 Makna Leksikal 23

2.2.6 Makna Idiomatikal 23

2.3 Kerangka Teori 24

2.3.1 Morfologi 24

2.3.1.1 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Jepang 25

2.3.1.2 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Bali 26

2.3.2 Semantik 27

2.3.2.1 Makna Kata Majemuk 28

2.3.3 Linguistik Kontrastif 29

BAB III METODE PENELITIAN 31

3.1 Jenis dan Sumber Data 31

3.2 Instrumen Penelitian 31

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 32

Page 5: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

xii

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data 33

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis 34

BAB IV HUBUNGAN ANTARUNSUR KATA MAJEMUK

BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI 35

4.1 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Jepang 35

4.1.1 Hubungan Pelengkap (Housokukankei) 35

4.1.2 Hubungan Penerang (Suushokukankei) 38

4.1.3 Hubungan Perlawanan (Tairitsukankei) 41

4.2 Makna Kata Majemuk Bahasa Jepang 44

4.2.1 Makna Idiom Bahasa Jepang 44

4.2.2 Makna Semi Idiom Bahasa Jepang 47

4.2.3 Makna Non Idiom Bahasa Jepang 50

4.3 Hubungan Antarunsur Kata Majemuk Bahasa Bali 52

4.3.1 Unsur Pertama Diterangkan oleh Unsur Ke-dua 52

4.3.2 Unsur-unsurnya Sederajat 55

4.3.3 Sebuah Unsur Merupakan Morfem Unik 57

4.3.4 Unsur Pertama Menerangkan Unsur Ke-dua 59

4.4 Makna Kata Majemuk Bahasa Bali 62

4.4.1 Makna Idiom Bahasa Bali 62

4.4.2 Makna Semi Idiom Bahasa Bali 65

4.4.3 Makna Non Idiom Bahasa Bali 68

Page 6: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

xiii

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUBUNGAN

ANTARUNSUR DAN MAKNA KATA MAJEMUK

BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI 71

5.1 Persamaan Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk

bahasa Jepang dan bahasa Bali 71

5.2 Perbedaan Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk

bahasa Jepang dan bahasa Bali 86

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 100

6.1 Simpulan 100

6.1.1 Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk

Bahasa Jepang 100

6.1.2 Hubungan Antarunsur dan Makna Kata Majemuk

Bahasa Bali 101

6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk

Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101

6.2 Saran 101

DAFTAR PUSTAKA 104

DAFTAR UNDUHAN 107

DAFTAR KAMUS 108

DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN 109

CURRICULUM VITAE 111

Page 7: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemajemukan sebagai salah satu pembahasan dalam ilmu morfologi

penting untuk dikaji karena pemajemukan dapat menghasilkan kata dan makna

yang baru. Pemajemukan merupakan penggabungan morfem dasar dengan

morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah

konstruksi yang memiliki identitas leksikal berbeda. Hasil dari proses

pemajemukan disebut kata majemuk (Chaer, 2007:185). Kata majemuk dalam

bahasa Jepang diistilahkan dengan fukugougo (複合語). Fukugougo itu sendiri

memiliki makna kumpulan atau gabungan kata. Maka dari itu, fukugougo (複合

語) dapat diartikan sebagai kata majemuk atau kata yang terdiri dari gabungan dua

buah kata yang membentuk suatu makna baru (Nakaya, 2013:147).

Tidak hanya bahasa Jepang, bahasa lain juga memiliki istilah kata

majemuk, salah satunya adalah bahasa Bali. Kata majemuk dalam bahasa Bali

disebut kruna satma. Kruna satma memiliki pengertian gabungan dua buah kata

tunggal yang memiliki satu arti (Warna, 1993:62).

Secara umum, kata majemuk dalam berbagai bahasa memiliki konsep yang

sama, yaitu gabungan dari dua buah kata atau lebih yang akan membentuk sebuah

kata dengan makna yang baru. Meskipun memiliki pengertian yang sama, masing-

masing bahasa memiliki ciri khas dalam pembentukannya (Bloomfield, 1995:224-

225). Misalnya antara kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali berikut.

Page 8: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

2

1) 苦い + 心 苦心

nigai kokoro kushin

„pahit‟ „hati‟ „pusing‟

adjektiva nomina adjektiva

(menerangkan) (diterangkan) (salah satu unsur

sebagai penerang)

(Shiang, 2014:189)

Kata majemuk kushin (苦心) „pusing‟ merupakan kata majemuk berjenis

adjektiva yang terbentuk dari adjektiva nigai (苦い) „pahit‟ dan nomina kokoro

(心) „hati‟. Pada pembentukan kata kushin, nigai dibaca ku yang merupakan cara

baca onyomi dan kokoro dibaca shin yang juga merupakan cara baca onyomi. Pada

hubungan antarunsur, unsur pertama yaitu nigai „pahit‟ merupakan unsur yang

menerangkan unsur ke-dua yaitu kokoro „hati‟ sehingga menimbulkan makna „hati

yang pahit‟. Makna kata majemuk kushin yaitu „pusing atau bingung‟ tidak sesuai

dengan makna dari masing-masing unsur pembentuknya yaitu nigai yang

memiliki makna leksikal „pahit‟ dan kokoro yang memiliki makna leksikal „hati‟.

Secara leksikal, kushin memiliki makna „hati pahit‟. Namun, makna yang

dimaksud adalah „pusing atau bingung‟ yaitu pikiran tidak tidak karuan, sedih dan

sebagainya. Dengan demikian, kushin merupakan kata majemuk berjenis adjektiva

yang kedua unsurnya dibaca dengan cara baca onyomi, memiliki hubungan

antarunsur penerang serta dikategorikan sebagai kata majemuk bermakna idiom,

sebab makna kushin tidak sesuai dengan makna leksikal dari komponen

pembentuknya.

Kata majemuk serupa juga terdapat dalam bahasa Bali. Contoh dalam

bahasa Bali adalah sebagai berikut.

Page 9: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

3

2) basang + lantang basang lantang

„perut‟ „panjang‟ „sabar‟

nomina adjektiva adjektiva

(diterangkan) (menerangkan) (unsur pertama diterangkan

oleh unsur ke-dua)

(Antara, 1993:16)

Kata majemuk basang lantang „sabar‟ merupakan kata majemuk berjenis

adjektiva yang terdiri dari nomina basang „perut‟ dan adjektiva lantang „panjang‟.

Basang dan lantang merupakan morfem bebas yang dapat berdiri sendiri. Kata

basang merupakan unsur pertama dan menjadi unsur inti yang diterangkan,

sedangkan kata lantang merupakan unsur ke-dua yang berkedudukan sebagai

unsur yang menerangkan. Makna kata majemuk basang lantang yaitu „sabar‟

tidak sesuai dengan makna dari masing-masing unsur pembentuknya, yaitu

basang yang memiliki makna leksikal „perut‟ dan lantang yang memiliki makna

leksikal „panjang‟. Secara leksikal, basang lantang memiliki makna leksikal

„perut panjang‟. Namun, makna yang dimaksud adalah „sabar‟ yaitu perasaan

tabah, tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati).

Dengan demikian kata majemuk basang lantang merupakan kata majemuk

berjenis adjektiva yang kedua unsurnya merupakan morfem bebas, memiliki

hubungan antar unsur yaitu unsur pertama diterangkan oleh unsur ke-dua serta

dikategorikan sebagai kata majemuk bermakna idiom, sebab makna dari kata

majemuk basang lantang tidak sesuai dengan makna leksikal dari komponen

pembentuknya.

Berdasarkan contoh yang telah dipaparkan, diketahui bahwa kushin (苦心)

„pusing‟ dan basang lantang „sabar‟ sama-sama merupakan kata majemuk

Page 10: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

4

adjektiva yang terbentuk dari nomina dan adjektiva, salah satu unsurnya berfungsi

menerangkan unsur lain serta memiliki makna idiom. Namun, dalam hubungan

antarunsur keduanya memiliki perbedaan, yaitu kushin tersusun atas unsur

pertama yang menerangkan unsur ke-dua, sedangkan basang lantang terbentuk

dari unsur ke-dua yang menerangkan unsur pertama. Selain itu, hal berbeda

ditemukan pada cara baca masing-masing unsur pembentuk dari kata majemuk.

Pada bahasa Jepang terdapat dua jenis cara baca sebuah kata yang diistilahkan

dengan onyomi dan kunyomi, yang berlaku juga pada kata majemuk. Unsur

pembentuk kata majemuk bahasa Jepang dapat dibaca dengan cara baca onyomi

dan ada pula yang menggunakan cara baca kunyomi. Kushin memiliki cara baca

yang berbeda ketika masing-masing unsurnya menjadi kata yang berdiri sendiri

yang disebut onyomi. Namun, basang lantang tidak memiliki cara baca lain

seperti kushin.

Selain persamaan dan perbedaan tersebut, masih terdapat persamaan dan

perbedaan hubungan antarunsur dan makna antara kata majemuk bahasa Jepang

dan bahasa Bali yang menarik untuk dianalisis. Untuk mengetahui lebih jauh

mengenai persamaan dan perbedaan kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali

perlu adanya analisis yang tepat. Upaya untuk meneliti persamaan dan perbedaan

bahasa yang berbeda adalah dengan melakikan analisis kontrastif ditinjau dari

kajian linguistik. Kontrastif merupakan cara untuk menemukan persamaan dan

perbedaan suatu bahasa (Sutedi, 2008:203).

Alasan dipilihnya kontrastivitas kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa

Bali sebagai objek kajian adalah pertama, kata majemuk merupakan gabungan

Page 11: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

5

kata yang memiliki satu arti, sehingga perlu diketahui perubahan bentuk kata,

hubungan antarunsur yang bisa terjadi serta makna yang dapat dihasilkan pada

kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali. Kedua, karena kata majemuk dalam

bahasa Jepang dan bahasa Bali memiliki hubungan antarunsur dan makna yang

beragam serta memiliki persamaan dan perbedaan, sehingga perlu adanya analisis

untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari keduanya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah disusun untuk memberikan pedoman agar penelitian

tersusun secara sistematis. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,

maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa

Jepang?

2. Bagaimanakah hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Bali?

3. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan hubungan antarunsur dan makna

kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai arah sasaran dan tujuan yang tepat

dalam penyusunannya. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan,

maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Page 12: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

6

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

pembaca mengenai kajian linguistik bahasa Jepang terutama kajian kata

majemuk. Tujuan lainnya ialah untuk menambah khazanah penelitian linguistik

bahasa Jepang sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus. Tujuan

khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang.

2. Mengetahui hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Bali.

3. Mengetahui persamaan dan perbedaan hubungan antarunsur dan makna kata

majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat baik

secara akademik maupun praktis kepada berbagai pihak baik. Adapun manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Akademik

Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

penelitian linguistik bahasa Jepang pada umumnya, dan khususnya kajian

morfologi mengenai kata majemuk, semantik mengenai makna kata majemuk

serta linguistik kontrastif mengenai persamaan dan perbedaan kata majemuk

bahasa Jepang dan bahasa Bali. Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi

referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan kata majemuk bahasa Jepang.

Page 13: ABSTRAK...6.1.3 Persamaan dan Perbedaan Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali 101 6.2 Saran 101 DAFTAR PUSTAKA 104 DAFTAR UNDUHAN 107 DAFTAR KAMUS 108 DATA VERIFIKATOR DAN INFORMAN

7

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi

pengembangan ilmu linguistik bahasa Jepang terutama dalam kajian kata

majemuk dan kontrastivitas bahasa. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan kata majemuk

bahasa Jepang dan bahasa Bali.

1.5 Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian ini adalah kajian morfologi mengenai hubungan

antarunsur kata majemuk, kajian semantik mengenai makna kata majemuk serta

linguistik kontrastif untuk menganalisis persamaan dan perbedaan antara kata

majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali. Kegiatan analisis dibatasi pada

hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali

beserta persamaan dan perbedaan yang ditemukan di antara keduanya.