About Kelapa Sawit

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia yang memberikan peran yang sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian bangsa Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Indonesia diharapkan akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Namun demikian, ternyata prediksi tersebut berjalan lebih cepat, Indonesia saat ini tercatat sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia, mengungguli Malaysia. Jika melihat kebutuhan akan minyak kelapa sawit di dunia maka sudah barang tentu setiap tahunnya akan meningkat sejalan pula dengan peningkatan jumlah penduduk dunia. Terlebih saat ini minyak sawit juga banyak digunakan sebagai biodiesel, bahan bakar alternatif yang kini sedang marak di pasaran karena sifatnya yang ramah lingkungan. Prospek pengembangan kelapa sawit sangatlah baik. Dari sisi permintaan, diperkirakan permintaan terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masa- masa mendatang karena memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan komoditas subtitusinya. Dari kondisi yang demikian, maka peluang bisnis untuk mengembangkan proyek pengembangan pabrik minyak kelapa sawit sangatlah menjanjikan. Terlebih di Indonesia, kondisi iklim yang tropis dan curah hujan yang cukup memungkinkan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Sebagai penghasil minyak kelapa sawit CPO (Crude palm oil) dan inti kelapa sawit PKO (Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman Universitas Sumatera Utara

description

Beberapa referensi mengenai kelapa sawit dan budidayanya

Transcript of About Kelapa Sawit

  • 13

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia yang

    memberikan peran yang sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian

    bangsa Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Indonesia

    diharapkan akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Namun

    demikian, ternyata prediksi tersebut berjalan lebih cepat, Indonesia saat ini

    tercatat sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia,

    mengungguli Malaysia.

    Jika melihat kebutuhan akan minyak kelapa sawit di dunia maka sudah barang

    tentu setiap tahunnya akan meningkat sejalan pula dengan peningkatan jumlah

    penduduk dunia. Terlebih saat ini minyak sawit juga banyak digunakan sebagai

    biodiesel, bahan bakar alternatif yang kini sedang marak di pasaran karena

    sifatnya yang ramah lingkungan.

    Prospek pengembangan kelapa sawit sangatlah baik. Dari sisi permintaan,

    diperkirakan permintaan terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masa-

    masa mendatang karena memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan

    komoditas subtitusinya. Dari kondisi yang demikian, maka peluang bisnis untuk

    mengembangkan proyek pengembangan pabrik minyak kelapa sawit sangatlah

    menjanjikan. Terlebih di Indonesia, kondisi iklim yang tropis dan curah hujan

    yang cukup memungkinkan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik di wilayah

    Indonesia.

    Sebagai penghasil minyak kelapa sawit CPO (Crude palm oil) dan inti kelapa

    sawit PKO (Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Hal

    ini disebabkan oleh permintaan dan harga produk CPO di pasar dunia meningkat

    pesat dalam beberapa dekade terakhir ini, seiring dengan kemajuan ilmu

    pengetahuan dan inovasi terhadap produk-produk turunan dari kelapa sawit yang

    dapat digunakan sebagai bahan baku beberapa sektor industri lain (industri hilir).

    Dalam beberapa tahun terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia

    terus meningkat dari 7.363.847 hektar pada tahun 2008 menjadi 9.074.621

    hektar pada tahun 2012, dan untuk luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi

    Aceh juga mengalami peningkatan dari 287.038 hektar pada tahun 2008 menjadi

    358.224 hektar pada tahun 2012 (Dirjen Perkebunan, 2013). Bertambahnya luas

    perkebunan kelapa sawit, menyebabkan total produksi minyak kelapa sawit

    Indonesia meningkat pesat, pada tahun 2008 jumlah produksi minyak sawit

    indonesia sebesar 17,5 juta ton dan mengalami peningkatan menjadi 25,2 juta ton

    tahun 2011 atau mengalami peningkatan sebesar 69, 4 persen (GAPKI, 2012).

    Potensi industri besar/sedang di Aceh menunjukkan tren yang meningkat selama

    periode 2006-2008. Sebaliknya, sejak tahun 2009 hingga tahun 2010 terus

    mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya jumlah industri

    besar/sedang yang aktif berproduksi sehingga berdampak pada menurunnya

    jumlah tenaga kerja di sektor industri. Pada tahun 2006, terdapat 33 industri

    besar/sedang dengan 5.397 tenaga kerja. Kemudian meningkat hingga mencapai

    92 industri besar dan sedang dengan 9.546 tenaga kerja pada tahun 2008. Namun,

    terjadi penurunan sejak tahun 2009 hingga pada tahun 2010 menjadi hanya 49

    industri besar/sedang dengan 6.905 tenaga kerja.

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    Dari sebanyak 49 industri besar/sedang, 13 industri diantaranya berlokasi di

    Kabupaten Aceh Tamiang. Empat hingga lima industri diantaranya

    masing/masing berlokasi di Kabupaten Aceh Utara, Nagan Raya dan Aceh

    Singkil. Sedangkan sebanyak 1-2 industri tersebar di 14 kabupaten/kota selain

    Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, dan

    Gayo Lues yang tidak memiliki industri besar/sedang (Statistik Daerah Aceh,

    2011). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nagan Raya telah memiliki

    potensi pengembangan industri Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) jika dilihat

    dari empat industri kelapa sawit yang telah dibangun dikabupaten tersebut.

    Sub sektor perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi

    pembangunan masyarakat di Kabupaten Nagan Raya dimana sejak zaman

    Belanda daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil kelapa sawit. Hal ini

    dibuktikan dengan tetap eksisnya dua perusahaan besar pengolahan tandan buah

    segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO), yaitu di Kecamatan Darul Makmur

    dan Kuala. Disamping perusahaan berskala besar, di Kabupaten Nagan Raya juga

    terdapat perkebunan rakyat yang mengusahakan berbagai jenis tanaman

    perkebunan diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, kelapa hibrida dan kelapa

    dalam, cengkeh, kopi, kemiri dan lain-lain.

    Pada tahun 2007 produksi tanaman kelapa sawit dari perkebunan rakyat

    mencapai106.789,4 ton, produksi karet 3.694,0 ton, produksi kelapa dalam

    5.103,2 ton, biji kopi 540,6 ton dan coklat/kakao sebesar 5.181,6 ton. Lima jenis

    tanaman perkebunan tersebut merupakan komoditi yang banyak dibudidayakan

    oleh masyarakat Nagan Raya (Nagan Raya Dalam Angka, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    Berdasarkan luas areal perkebunan dan hasil produksi, Kabupaten Nagan Raya

    sudah memenuhi aspek syarat perlu dan aspek syarat cukup untuk pembangunan

    Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) kapasitas 30 ton TBS per jam,

    sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh pemerintah terkait dengan paket

    program kebun kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) dengan luasan

    lahan 6,000 ha ke atas (PPKS, 2002). Selain itu kontinuitas kecukupan pasokan

    TBS bagi PMKS sudah sesuai dengan peraturan perizinan pembangunan

    PMKS (Peraturan Menteri Pertanian No.26/Permentan/OT.140/2/2007) yang

    mengharuskan kapasitas olah terpasang minimal 20 persen dari kemampuan

    menyediakan pasokan TBS oleh kebun yang menjamin pasokan TBS.

    Kapasitas dapat diterjemahkan sebagai jumlah output maksimum yang tersedia

    dari proses transformasi untuk durasi waktu tertentu. Sebagai contoh, perusahaan

    penerbangan mengukur kapasitas mereka dalam available seat miles (ASMs)

    setiap tahun. Satu ASM adalah satu tempat duduk yang tersedia untuk satu

    penumpang dalam 1 mil, sehingga jumlah pesawat yang dimiliki, ukuran pesawat

    tersebut, seringnya terbang, dan struktur rute yang ditempuh akan berakibat pada

    ASM, atau kapasitas, begitu pula pabrik mengukur kapasitas dengan unit, hotel

    dengan jumlah kamar yang tersedia, kilang minyak dengan berrel dan lain

    sebagainya.

    Pembangunan PMKS merupakan bagian integral dari pembangunan industri

    kelapa sawit. Tanpa PMKS, pengembangan industri hulu (kebun kelapa sawit)

    baik perluasan lahan maupun perbaikan produktivitas di daerah-daerah, seperti

    Nagan Raya akan sia-sia. Karena sifat dari produk TBS yang jumlahnya banyak

    dan mudah rusak, sehingga memerlukan pengolahan yang cepat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    Kehadiran PMKS pada daerah-daerah sentra produksi TBS seperti Kabupaten

    Nagan Raya, sangat membantu petani yang memiliki luas lahan yang relatif

    terbatas, untuk menampung hasil produksi dari kebun yang di usahakannya.

    Selama ini petani harus menambah biaya transportasi untuk pengangkutan TBS ke

    PMKS lain di wilayah (Kabupaten Aceh Timur, Tamiang atau Provinsi Sumatra

    Utara) yang jaraknya lebih jauh dari areal perkebunan. Oleh karena itu tidak

    sedikit TBS yang dihasilkan dari kebun, terlantar dan membusuk di sekitar tempat

    pengumpulan. Lambatnya proses penanganan terhadap TBS tentu saja

    menyebabkan penurunan kualitas dan harga jual TBS menjadi rendah. Selain itu

    terjadi perpindahan sumber pendapatan daerah ke daerah lain (Kabupaten Aceh

    Timur, Tamiang atau Provinsi Sumatra Utara) dari proses penciptaan nilai tambah

    produk kelapa sawit yang dihasilkan oleh sektor perkebunan rakyat Kabupaten

    Nagan Raya.

    Untuk mengantisipasi lonjakan produksi TBS perkebunan rakyat dan hilangnya

    potensi sumber pendapatan daerah, maka diperlukan pembangunan pabrik minyak

    kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam. Investasi pembangunan Pabrik

    Minyak Kelapa Sawit (PMKS) kapasitas 30 ton TBS per jam di Kabupaten Nagan

    Raya selain memberikan manfaat juga menimbulkan biaya dan risiko. Hal ini

    menuntut perlunya perencanaan yang tepat dan objektif untuk menganalisis

    manfaat dan risiko atas kegiatan investasi tersebut. Salah satu analisis yang

    diperlukan adalah studi kelayakan investasi. Analisis ini dilakukan untuk melihat

    layak atau tidaknya investasi dilakukan berdasarkan aspek aspek yang dikaji,

    sehingga dapat memberikan gambaran tepat kepada para investor yang berminat

    dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di Kabupaten Nagan Raya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    Dengan adanya pembangunan pabrik kelapa sawit, akan menciptakan kawasan

    ekonomi baru dengan tumbuhnya sektor formal dan informal seperti sekolah,

    pasar, sarana kesehatan, tranportasi dan telekomunikasi. Hal ini tentu saja akan

    menimbulkan dampak yang lebih baik bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat,

    pemerintah daerah, dan pihak pihak lain yang terkait secara langsung maupun

    tidak langsung dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Nagan Raya.

    1.2. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan gambaran kondisi di atas, maka sebagai perumusan masalah yang

    akan di kaji dalam penelitian ini, yaitu:

    1) Berapa besar kapasitas pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang dibutuhkan

    untuk mengolah TBS di daerah penelitian.

    2) Bagaimana kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit

    (PMKS) yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian.

    3) Bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit

    (PMKS) yang dibutuhkan terhadap perubahan biaya produksi dan harga

    penjualan.

    4) Bagaimana kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional,

    finansial dan pasar.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

    dapat diuraikan sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    1) Menganalisis berapa besar kapasitas pabrik minyak kelapa sawit (PMKS)

    yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian.

    2) Menganalisis kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit

    (PMKS) yang dibutuhkan untuk mengolah TBS didaerah penelitian.

    3) Menganalisis sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit

    (PMKS) terhadap biaya produksi dan harga penjualan.

    4) Menganalisis kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional,

    finansial dan pasar.

    1.4. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

    1) Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk melakukan

    investasi dalam pembangunan pabrik minyak kelapa sawi (PMKS).

    2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang

    berhubungan dengan penelitian ini.

    Universitas Sumatera Utara