Abort Us

52
ABORTUS APA ITU ABORTUS ? Abortus/aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan berat badan janin <500 gram dan usia kandungan < 20 minggu. Usia kehamilan yang cukup bulan/aterm adalah 37-40 minggu. APA TANDA-TANDA TERJADINYA ABORTUS ? Tanda-tanda terjadinya abortus pada umumnya adalah: 1. Terjadi kontraksi uterus/rahim 2. Terjadi perdarahan uterus/rahim 3. Dilatasi serviks (pelebaran mulut rahim) 4. Ditemukan sebagian atau seluruh hasil konsepsi/pembuahan BAGAIMANA MEKANISME TERJADINYA ABORTUS ? Pada kehamilan, janin menempel di endometrium (dinding uterus/rahim bagian dalam). Untuk itu, endometrium harus tebal karena jika tipis maka janin tidak bisa menempel di endometrium dengan sempurna. Tebal / tipisnya endometrium dipengaruhi oleh hormon progesteron. Semakin banyak hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tebal sehingga janin bisa menempel dengan sempurna. Sebaliknya semakin sedikit hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tipis sehingga janin kurang menempel dan akan terjadi keguguran/abortus. Oleh karena itu disimpulkan bahwa salah

description

abd

Transcript of Abort Us

ABORTUS

APA ITU ABORTUS ?

Abortus/aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan dengan berat badan janin <500 gram dan usia kandungan < 20 minggu. Usia

kehamilan yang cukup bulan/aterm adalah 37-40 minggu.

APA TANDA-TANDA TERJADINYA ABORTUS ?

Tanda-tanda terjadinya abortus pada umumnya adalah:

1. Terjadi kontraksi uterus/rahim

2. Terjadi perdarahan uterus/rahim

3. Dilatasi serviks (pelebaran mulut rahim)

4. Ditemukan sebagian atau seluruh hasil konsepsi/pembuahan

BAGAIMANA MEKANISME TERJADINYA ABORTUS ?

Pada kehamilan, janin menempel di endometrium (dinding uterus/rahim bagian dalam).

Untuk itu, endometrium harus tebal karena jika tipis maka janin tidak bisa menempel di

endometrium dengan sempurna. Tebal / tipisnya endometrium dipengaruhi oleh hormon

progesteron. Semakin banyak hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tebal

sehingga janin bisa menempel dengan sempurna. Sebaliknya semakin sedikit hormon

progesteron, maka endometrium akan semakin tipis sehingga janin kurang menempel dan

akan terjadi keguguran/abortus. Oleh karena itu disimpulkan bahwa salah satu penyebab

terjadinya abortus/keguguran adalah kurangnya hormon progesteron.

APA SAJA KLASIFIKASI ABORTUS ?

Abortus diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Abortus Spontan

adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu yang berlangsung tanpa tindakan /

tanpa disengaja.

1. Abortus Buatan

adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan yang disengaja.

1. Abortus Terapeutik

adalah abortus buatan yang dilakukan pada kehamilan sebelum 20 minggu atas

indikasi tindakan medis.

APA SAJA PENYEBAB ABORTUS SPONTAN ?

Abortus spontan dapat disebabkan oleh:

- Kurangnya hormon progesteron

- Kelainan kromosom

- Infeksi (chlamydia, mycoplasma, dll)

- Gangguan endokrin/hormon (hipotiroidisme, diabetes mellitus)

- Oksidan (rokok, alkohol, radiasi, dan toksin), dll

APA SAJA MACAM-MACAM ABORTUS SPONTAN ?

1. ABORTUS IMMINENS

Abortus imminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan per

vaginam(lewat vagina), ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam

kandungan.

2. ABORTUS INSIPIENS

Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks

telah mendatar, ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam

kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

Ciri : Perdarahan per vaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan makin

sering, serviks sudah terbuka.

3. ABORTUS INKOMPLETUS

Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum usia

kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram

Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian

jaringan konsepsi keluar.

Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan banyak dapat

menyebabkan syok), pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital dan

bila perlu dilakukan kuretase.

4. ABORTUS KOMPLETUS

Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil konsepsi

sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.

Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, kontraksi uterus, serviks sudah menutup,

keluar jaringan hasil konsepsi, tidak ada sisa jaringan di dalam uterus.

Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu.

5. ABORTUS HABITUALIS

Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih berturut

- turut. Abortus habitualis umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus

(mioma, septum, serviks inkompeten, dll), atau kelainan faktor-faktor imunologi. Pada

kasus abortus habitualis perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada/tidaknya

kelainan anatomi. Selain itu juga perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan faktor-faktor

hormonal / imunologi / kromosom.

6. MISSED ABORTION

Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan

dalam kandungan. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian

menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.

Penanganan : mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus. Jika

dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena jaringan telah mengeras,

dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat komplikasi kelainan koagulasi

(hipofibrinogenemia).

APA PENGERTIAN ABORTUS TERAPEUTIK ?

Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi tindakan medis

dilakukan. Abortus terapeutik dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas

pertimbangan / indikasi kesehatan wanita dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan

membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit

ginjal, dll. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.

BAGAIMANA PENANGANAN TERHADAP ANCAMAN ABORTUS?

Dokter sering menganjurkan tirah baring dan pemberian progesteron pada wanita hamil yang

mengalami ancaman abortus tetapi bukti ilmiah untuk manajemen ini masih jarang.

TIRAH BARING

Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa tirah baring dapat mempengaruhi kehamilan, istirahat

dari aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita merasa aman, juga memberikan

efek psikologis.

PROGESTERON

Progesteron diberikan pada 13 – 40% wanita dengan ancaman abortus. Progesteron

merupakan produk utama dari corpus luteum (bagian dari indung telur) dan pemberian

prostagen diharapkan dapat membantu corpus luteum dalam memproduksi progesteron dan

menginduksi relaksasi rahim yang sedang mengalami kontraksi. Dalam sebuah studi kecil,

pemberian progesteron dapat mengurangi kram pada rahim secara subjektif lebih cepat

dibandingkan dengan tirah baring saja.

Pengertian Dan Macam-Macam Abortus (Keguguran) Serta Penyebabnya

Sering sekali wanita hamil mengalami abortus atau keguguran. Tapi banyak orang yang

belum mengetahui apa itu pengertian abortus/keguguran, macam-macam abortus/keguguran

dan penyebab abortus/keguguran.

Apa sih abortus/keguguran itu? Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan

digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

1. Abortus Komplet

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.

2. Abortus Inkomplet

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.

3. Abortus Insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar,

sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.

4. Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih

tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.

5. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum

kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.

6. Abortus Habitualis

Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

Banyak juga ya, namun jangan khawatir ibu ibu tidak harus bisa membedakan jenis jenis

abortus diatas. Tentu saja harus dilakukan pemeriksaan intensif agar bisa membedakan jenis

abortus diatas karena penangannnya pun berbeda beda. Ada yang memerlukan obat obatan,

istirahat atau malah kuretase. Untuk memeriksa pasien dengan abortus, dokter biasanya

menggunakan bantuan alat Dopler untuk mendeteksi denyut jantung janin dan atau USG

untuk menentukan secara langsung keadaan janin apakah masih hidup atau sudah meninggal.

Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan menurut jenis

abortus yang dialami, antara lain :

1. Abortus Komplet

Tidak memerlukan penanganan penanganan khusus, hanya apabila menderita anemia ringan

perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung banyak

protein, vitamin dan mineral.

2. Abortus Inkomplet

Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan transfusi

darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat

inap.

3. Abortus Insipiens

Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12 minggu yang

disertai dengan perdarahan.

4. Abortus Iminens

Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini

akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim. Ditambahkan

obat penenang bila pasien gelisah.

5. Missed Abortion

Dilakukan kuretase. Cuma kudu hati hati karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.

Terbukanya jalan lahir akibat abortus dan akibat dari tindakan kuretase tentu tidak terlepas

dari komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi yaitu infeksi, perforasi/robekan/lubang pada

dinding rahim. Tapi bila dikerjakan sesuai prosedur dan pasien cepat tanggap akan keluhan

yang diderita maka kemungkinan terjadinya komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin.

Setelah tahu tentang apa itu abortus, mulailah sekarang kita membahas, apa yang

menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa

sebab diantaranya :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum

menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa

faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,

lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang

sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan,

tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh

darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang

menahun.

3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti

radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,

kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara

umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

Nah, itulah 4 hal yang paling sering menyebabkan keguguran atau abortus pada ibu hamil

sehingga untuk pencegahannya harus dilakukan pemeriksaan yang komprehensif atau

mendetail terhadap kelainan kelainan yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya abortus.

Sumber : Buku  Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal

etelah tahu tentang apa itu abortus, mulailah sekarang kita membahas, apa yang

menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa

sebab diantaranya :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum

menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa

faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,

lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang

sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan,

tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh

darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang

menahun.

3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti

radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,

kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara

umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

Nah, itulah 4 hal yang paling sering menyebabkan keguguran atau abortus pada ibu hamil

sehingga untuk pencegahannya kudu dilakukan pemeriksaan yang komprehensip atau

mendetail terhadap kelainan kelainan yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya abortus.

ekanbaru(infobidannia) Macam-macam Abortus adalah:

1. Abortus spontan

2. Abortus yang disengaja

3. Abortus tidak aman

4. Abortus septik

Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia

kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :

1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).

2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi

abortus inkomplit atau abortus komplit).

3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).

4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).

Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin

mencapai viabilitas.

Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak

berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau

keduanya.

Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat

berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus

spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil

konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan

komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.

Penanganan

____________

Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau

adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan

tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.

Penanganan abortus imminens :

1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.

2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.

3. Jika perdarahan :

- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika

perdarahan terjadi lagi.

- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan

konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,

khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,

mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.

4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya

salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah

abortus.

Penanganan abortus insipiens :

1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu).

- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per

menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus inkomplit :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per

oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual

tidak tersedia.

- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg

per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :

- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik

atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi

ekspulsi hasil konsepsi.

- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).

- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus komplit :

1. Tidak perlu evaluasi lagi.

2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari

selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

Pemantauan Pasca Abortus

__________________________

Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.

Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak

diinginkan :

1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode

kontrasepsi yang paling sesuai.

Metode kontrasepsi pasca abortus :

1. Kondom

- Waktu aplikasinya segera.

- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.

- Dapat mencegah penyakit menular seksual.

2. Pil kontrasepsi

- Waktu aplikasinya segera.

- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.

3. Suntikan

- Waktu aplikasinya segera.

- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.

4. Implan

- Waktu aplikasinya segera.

- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi

jangka panjang.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim

- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.

- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai

adanya infeksi.

6. Tubektomi

- Waktu aplikasinya segera.

- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.

- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika

hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.

- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).

Beberapa wanita mungkin membutuhkan :

1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika

dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit

intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.

4. Penapisan kanker serviks.

TINJAUAN PUSTAKA

 

Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. The

Word Health mendefinisikan abortus adalah suatu ekspulsi atau ekstraksi dari sebuah embryo

atau fetus dengan berat 500 gram atau kurang, usia kehamilan kurang dari 20 minggu1.

 

Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu.

1.      Faktor janin

a.       Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Faktor-

faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :

a)      Perkembangan zigot yang abnormal

Hertig dan Sheldon (1943) menjumpai ovum patologis (blighted) yang separuh mudigah

mengalami degenerasi atau tidak sama sekali dalam suatu analisa terhadap 100 abortus

spontan. Poland dkk. (1981) menemukan disororganisasi morfologis pertumbuhan pada 40%

abortus spontan sebelum minggu ke 20. Dari mudigah-mudigah yang menjalani pemeriksaan

biakan jaringan dan analisis kromosom, 60% memperlihatkan kelainan kromosom.

b)      Abortus aneuploidi

Seperempat dari kelainan kromosom dapat disebabkan oleh karena kelainan gametogenesis

ibu dan 5 % oleh kesalahan ayah, hal ini dilaporkan oleh Jacobs dan Hasold (1980), antara

lain:

Ø  Trisomi autosom

Merupakan kelainan kromosom yang paling sering di jumpai pada trimester pertama.

Ø  Monosomi

Kelainan kromosom yang memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom turner)

Ø  Kelainan struktural kromosom

Jarang menyebabkan abortus dan baru teridentifikasi setelah diketemukan teknik pemitaan.

Sebagian dari bayi ini lahir hidup dan mungkin normal.

c)      Abortus Euploid

Tiga perempat dari abortus aneuploidi terjadi sebelum minggu ke-8, sedangkan abortus

euploidi memuncak pada usia gestasi 13 minggu  (Kaji dkk. 1980)2.

2.      Faktor Ibu

a.       lnfeksi

Temmeran, dkk (1992) melaporkan bahwa abortus spontan secara independen berkaitan

dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia 1 (HIV – 1) dalam darah ibu, seroreaktifitas

sifilis pada ibu, kolonisasi vagina ibu oleh streptokokus group B.

Bakteri, virus, atau plasmodium masuk melalui plasenta ke janin, sehingga dapat

menyebabkan kematian janin.

b.      Kelainan endokrin

v  Hipotiroidisme

v  Diabetes Melitus

v  Defisiensi Progesteron

c.       Faktor lingkungan dan pemakaian obat

v  Radiasi

v  Toksin lingkungan

v  Kontrasepsi

v  Tembakau / rokok

v  Alkohol

v  Kafein

d.      Nutrisi

e.       Faktor imunologis

f.       Trombofilia herediter

g.      Gamet yang menua

h.      Laparatomi

i.        Trauma fisik

j.        Cacat uterus

3.      Faktor plasenta

Endartiritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta

terganggu, sehingga dapat menggangu pertumbuhan dan kematian janin3.

 

Patofisiologi

Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan

nekrotik dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat pendarahan. Ovum dapat

terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus, sehingga

merangsang uterus berkontraksi dan mengakibatkan pengeluaran janin. Pada kehamilan

kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis

belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 minggu sampai 14 minggu

villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan

sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas

umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu

kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur4.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong

amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum)

mungkin juga janin telah mati lama (missed abortion)5.

 

Klasifikasi

Ada berbagai jenis abortus, yaitu

1.       Menurut jenisnya :

v  Abortus Spontan         :    abortus yang berlangsung tanpa tindakan

v  Abortus buatan           : pengakhiran produk kehamilan sebelum umur kehamilan 20

minggu akibat tindakan. Terbagi dua yaitu ;

-          Abortus provokatus terapeutik : abortus buatan yang dilakukan atas tindakan medik

-          Abortus provokatus kriminalis : abortus buatan yang dilakukan tanpa indikasi medik

2.      Menurut derajatnya

v  Abortus iminens : perdarahan yang berasal dari uterus pada usia kehamilan yang kurang

dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih didalam uterus dan tanpa adanya dilatasi

serviks

v  Abortus insipien : perdarahan yang berasal dari uterus pada usia kehamilan, yang kurang

dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi

masih di uterus.

v  Abortus inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan sebelum

20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal di uterus.

v  Missed abortion : kematian janin sebelum usia 20 minggu tetapi tidak dikeluarkan selama

8 minggu atau lebih.

3.      Abortus irfeksiosus

Abortus yang disertai infeksi pada genital

4.      Abortus septik

Abortus infeksiosus berat yang disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran

darah atau peritoneum.

5.      Abortus habitualis

Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut5.

 

 

Diagnosis

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh adanya

perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mules.

Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan

bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologic atau imunologik bilamana hal itu

dikerjakan. Harus dipertimbangkan juga macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan

serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina6.

Komplikasi

1.      Perdarahan

Kematian penderita terjadi karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa

hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah.

2.      Perforasi

Sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli.

3.      Infeksi

Infeksi sering terjadi pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan

anti sepsis.

4.      Syok

Syok dapat terjadi karena perdarahan dan karena adanya infeksi berat5.

 

Penanganan

Penanganan pada abortus iminen adalah sebagai berikut:

1.      Istirahat total sampai 2-3 hari bebas perdarahan. Istirahat atau tidur berbaring dapat

menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

2.      Jangan melakukan aktifitas fisik yang berlebihan atau berhubungan seksual.

3.      Pemberian obat-obatan hormonal dan anti spasmodika diharapkan untuk mencegah

keluarnya fetus.

4.      Pemeriksaan USG sangat penting dilakukan untuk menilai kondisi janin atau apakah

janin masih hidup3.

 

Definisi Abortus Imminens

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum

kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di

luar kandungan.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan

(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).

Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan

dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147).

Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk

mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8).

Partus Immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu – 37 minggu atau

bayi dengan berat badan 1000 gr – 2500 gr.

Partus Maturus atau partus alferme adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg – 42 mg

atau bayi dengan berat badan 2500 gr atau lebih.

Partus Postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah

kehamilan 42 minggu. (FK-UNPAD, 1984 : 222).

Etiologi

Faktor-faktor penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat

beberapa faktor sebagai berikut :

Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Faktor kromosom

Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom.

Faktor lingkungan endometrium

Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi: gizi ibu kurang

karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan

Pengaruh Luar

Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Hasil konsepsi

terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

Kelainan pada Plasenta

Kita jumpai pada ibu yang menderita poenyakit nefritis, hypertensi, tosemia, gravidarum,

anomali plasenta.

Penyakit Ibu

Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abnoinalis, malaria, sifilis

Anemia Ibu

Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes

melitus.

Keracunan nikotin, gas racun, alkohol dll.

Kelainan Traktus Genetalis

Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus

Antagenesis Reshus

Pada antagonis rhesus darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi

anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

Penyakit bapak

Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasi, kordis, mainutrisi, netritis,

sufilis, keracunan, sinar rontgen dan avitaminosis.

(Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998 : 209).

III. Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan :

Abortus Spontan

Abortus yang terjadi tidak diketahui faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata

disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Contoh : Abortus kompletus, Abortus inkompletus, Abortus insipiens,

Abortus imminens, missed abortion, Abortus hubitualis, Abortus

infeksiosus, Abortus septi

Abortus Provakotus (inducet obortion)

Abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini

terbagi lagi menjadi :

a)      Abortus Medisinalis (abortus trhapeuticd)

Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu.

b)      Abortus Kriminalis

Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan

indikasi medis.

(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998 : 211).

IV. Gejala Klinis

1. Terdapat keterlambatan datang bulan.

2. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.

3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan da terjadi

kontraksi otot rahim.

4. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis

servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.

5. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif

1. Penanganan Abortus Imminens

1. Istirahat – baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

berkurangnya rangsang mekanik.

2. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau

melakukan hubungan seksual.

3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih

hidup.

(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)

Pengertian

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum

mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).

Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu

abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel

telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus

buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28

minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik

(Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman

di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah

mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan

pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah

membaca pokok bahasan ini.

Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%.

Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami

kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga

seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta

kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang

mengalami abortus spontan.

Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya

karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14

minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan

sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah

pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan

kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan

memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien

harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring

dengan kejadian abortus.

Klasifikasi

1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)

Yaitu:

Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya

dilatasi serviks.

Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

dalam uterus.

Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum

20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Yaitu:

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya

dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum

mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun

terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan

sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),

retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Penyebab dari segi Maternal

Penyebab secara umum:

Infeksi akut

1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

3. Parasit, misalnya malaria.

Infeksi kronis

1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

2. Tuberkulosis paru aktif.

3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

4. Penyakit kronis, misalnya :

1. hipertensi

2. nephritis

3. diabetes

4. anemia berat

5. penyakit jantung

6. toxemia gravidarum

5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

6. Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:

1. Fibroid, inkompetensia serviks.

2. Radang pelvis kronis, endometrtis.

3. Retroversi kronis.

4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan

hiperemia dan abortus

Penyebab dari segi Janin

Kematian janin akibat kelainan bawaan.

Mola hidatidosa .

Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar

yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.

Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam

jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,

penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan

banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu

daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau

benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,

mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Manifestasi Klinis

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan

darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan

normal atau meningkat

3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat

kontraksi uterus

5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva

b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan

adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

Komplikasi

1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan

pembekuan darah

Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Kehamilan

Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

Diagnosa Banding

Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion

imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna

merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.

Penatalaksanaan

Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

v Abortus spontaneus

Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,

tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :

1. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila

terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama

kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa

hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di

anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah

yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman

atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi

perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan

apakah kehamilan dapat dilanjutkan.

Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik

(hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau

dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup

intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed

Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.

Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang

keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap.

Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin

diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat

membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga

uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan

kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :

ü Istirahat baring. Tidur

Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah

ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

ü Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun

bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

ü Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih

hidup.

2. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum

20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil

konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering

dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat

dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan

kerokan.

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan

aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:

ü Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah

15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat

diulang sesudah 4 jam bila perlu).

ü Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari

uterus.

2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

ü Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa

hasil konsepsi.

ü Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan

intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan

kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil

konsepsi.

3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

3. Abortus lnkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau

lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus

inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang

sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.

Penanganan abortus inkomplit :

1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam

ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui

serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.

2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan

kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

ü Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang

terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

ü Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2

mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau

misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila

perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

ü Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40

tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

ü Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4

jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800

mcg)

ü Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Abortus Kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan

uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil

konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar

dengan lengkap.

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus,

hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg

perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

5. Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh

ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul

dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar,

dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan

di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi

serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi

dari kanalis servikalis.

6. Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi

janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone

progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens

mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

Diagnosis

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang

kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala

subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak

membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan

ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya

sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion

kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena

hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.

Penanganan

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil

konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari

berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai

turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I

bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan

karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia

mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya

dikeluarkan.

6. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut.

Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir

sebelum 28 minggu.

PENEGAKAN DIAGNOSIS ABORTUS INKOMPLETUS

Dibuat oleh: Ismy Dianty,Modifikasi terakhir pada Tue 17 of Jan, 2012 [19:01]

ABSTRAK

     Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin terkecil yang dilaporkan dapat hidup di

luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi jarangnya janin

dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat terus hidup, maka abortus ditentukan

sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau kurang dari 20

minggu. Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus.

     Insiden aborsi dipengaruhi oleh umur ibu dan riwayat obstetrinya seperti kehamilan

normal sebelumnya, riwayat abortus spontan dan kelahiran anak yang memiliki kelainan

genetic. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15% dari semua kehamilan.

KATA KUNCI : Abortus, Abortus Inkompletus

KASUS

     Seorang G2P1A0 usia 31 tahun datang dari IGD dengan keluhan utama mengalami

perdarahan pervaginam sejak malam sebelum masuk Rumah Sakit, darah berwarna merah

kecoklatan, darah seperti menstruasi, mrongkol-mrongkol (+), nyeri perut (+) mulas sedikit.

Awalnya 1 minggu SMRS mengalami flek-flek berwarna kecoklatan, badan terasa lemas.

     Riwayat ANC teratur di bidan, tidak ada penyakit yang diderita pasien, tidak ada riwayat

keluarga yang sama, riwayat kontrasepsi menggunakan suntik KB dan berganti menggunakan

pil KB, riwayat menstruasi HPMT 27-03-2011, HPL 01-01-2012, UK 13-1 minggu, riwayat

coitus (-).

     Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, compos mentis, dengan vital sign

TD 130/ 80 mmHg, HR 84 x/ menit, RR 20 x/ menit, T 36.8 o C. Pemeriksaan kepala, leher,

thorak dan ekstremitas dalam batas normal. Status obstetri pada pemeriksaan abdomen

didapatkan inspeksi tampak uterus gravidarum sesuai dengan umur kehamilan, tidak tampak

striae gravidarum, palpasi abdomen supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-), perkusi timpani,

auskultasi peristaltic (+), DJJ tidak dapat dinilai, pemeriksaaan dalam didapatkan vulva uretra

tenang, dinding vagina licin, serviks terbuka 1 jari, teraba jaringan, STLD (+). Pemeriksaan

laboratorium darah lengkap dalam batas normal, USG tidak dilakukan.

DIAGNOSIS

Abortus Inkompletus

TERAPI

Tindakan yang dilakukan adalah kuretase

Intruksi post kuretase :

-          Awasi keadaan umum dan vital sign

-          Awasi perdarahan

-          Amoxicillin 3x500mg

-          Asam Mefenamat 3x500mg

-          Sulfas Ferrosus 2x1

DISKUSI

     Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram

     Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:

1.  Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (Kelainan kromosom,  Lingkungan kurang

sempurna, Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat-obatan)

2.    Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis vili korioalis karena hipertensi menahun.

3.   Penyakit ibu misalnya pada pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, anemia

berat, keracunan, peritonitis, toksoplasmosis, sifilis, tuberculosis, diabetes mellitus, dan

penyakit sistemik berat.

4.    Kelainan traktus genitalis

     Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh

nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan

uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil

konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karen villi khoriales belum menembus desidua

secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi khoriales menembus

desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, umumnya yang

dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.

Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.

     Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio

akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi

akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan

mengawali proses abortus  Pada kehamilan kurang dari 8 minggu : Embrio rusak atau cacat

yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan

secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau

di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu: Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya

selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta

masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis

atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan

pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:  Janin biasanya sudah

dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang

plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan

terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak

namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan

adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.

     Klasifikasi Abortus :

1.      Abortus Spontan

     Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis

maupun medialis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah. Biasanya disebabkan

karena kurangnya kualitasnsel telur dan sperma.

a.       Abortus Imminens (Threaned Abortion) : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus

pada kehamilan <20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa ada

dilatasi serviks. b.       Abortus Insipiens (Invitable) : Merupakan suatu abortus yang sedang

berlangsung, ditandai dengan perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya pembukaan

serviks, namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi.

c.       Abortus Komplit : Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga

rongga rahim kosong.

d.       Abortus Inkomplit 

     Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pda kehamilan >10 minggu, keluar

janin dan plasenta tidak terjadi secara berrsamaan dan sebagian juga masih tertahan di uterus.

Abortus inkomplit biasanya disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus dalam usaha untuk

mengeluarkan hasil konsepsi. Perdarahan umumnya persisten dan seringkali banyak.

     Gambaran klinis :

·         Nyeri mulai dari ringan dan intermitten, tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat.

·         Perdarahan pervaginam merupakan gejala yang paling khas dimana jumlah perdarahan

cenderung lebih banyak daripada haid biasa bahkan cukup untuk menyebabkan syok

hipovolemik. Selama jaringan plasenta tetap melekat sebagian pada dinding uterus, maka

kontraksi miometrium terganggu, pembuluh darah didalam segmen yang terbuka pada tempat

menempelnya plasenta berdarah hebat. Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau

janin yang dpat dikenal atau jaringan plasenta.

·         Biasanya pasien telah melewatkan 2 siklus haid, karena abortus inkompletus cenderung

terjadi kira-kira 10 minggu setelah mulainya siklus haid terakhir.

·         Inspekulo : sering vagina banyak mengandung bekuan darah dan serviks tampak

mendatar dan dilatasi, jaringan plasenta dapat terlihat di ostium uteri dan vagina.

·         Diagnosis ditegakkan dengan terlihatnya jaringan plasenta atau janin.

     Penatalaksanaan : Hasil konsepsi yang dikeluarkan atau perdarahan menjadi berlebih

maka evakuasi uterus segera diindikasikan untuk meminimalkan perdarahan dan resiko

terjadinya infeksi.

e.       Abortus Habitualis : Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-

turut.

f.       Missed Abortus : Kematian janin pada usia <20 minggu dan tidak dikeluarkan hingga 8

minggu lebih.

g.       Abortus Infeksious / septic : Abortus yang disertai infeksi pada genitalia, diagnosis

ditegakkan dengan adanya tanda infeksi pada genitalia seperti panas, takikardi, perdarahan

pervaginam yang bau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan dan leukositosis.

2.      Abortus Provokatus

     Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan

baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Ada 2 macam : kriminalis dan teraupetik.

     Penegakkan Diagnosis :

1.      Anamnesa

·         Terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu

·         Perdarahan pervaginam dengan sebagian jaringan keluar atau tidak

·         Rasa mulas atau keram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat

kontraksi uterus.

2.      Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,

denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3.      Pemeriksaan Ginekologi

a.       Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/ tidak, sisa jaringan hasil konsepsi ada/

tidak, tercium/ tidak bau busuk dari vulva.

b.      Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/

tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada/ tidak cairan atau jaringan berbau busuk OUE.

c.       Vaginal Touche : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan

dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat

porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa.

4.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.

Penurunan level plasma yang rendah dari B-hCG adalah prediktif terjadinya kehamilan

abnormak (blighted ovum, abortus spontan, atau kehamilan ektopik)

b.      Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup, pada

abortus inkompletus kantung kehamilan umumnya pipih dan ireguler serta terlihat adanya

jaringan plasenta sebagai massa yang echogenik dalam kavum uteri.

KESIMPULAN

     Abortus Inkompletus merupakan sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri.

Pada kehamilan >10 minggu, keluar janin dan plasenta tidak terjadi secara berrsamaan dan

sebagian juga masih tertahan di uterus. Abortus inkomplit biasanya disertai rasa nyeri akibat

kontraksi uterus dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Perdarahan umumnya

persisten dan seringkali banyak.