Aborsi ditinjau dari sudut agama

22
ABORSI DITINJAU DARI SUDUT AGAMA ISLAM, KRISTEN, KATOLIK, HINDU DAN BUDDHA Defenisi Aborsi Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sama halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by llaous. Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup. JENIS JENIS ABORSI Jenis-jenis Aborsi Abortus spontaneus Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan: 1. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong. 2. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta

Transcript of Aborsi ditinjau dari sudut agama

Page 1: Aborsi ditinjau dari sudut agama

ABORSI DITINJAU DARI SUDUT AGAMA ISLAM,

KRISTEN, KATOLIK, HINDU DAN BUDDHA

Defenisi Aborsi

Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai pengakhiran

kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.

Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup

hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sama

halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi

sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by llaous.

Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi

itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu

sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah setiap

penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi

dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup.

JENIS JENIS ABORSI

Jenis-jenis Aborsi Abortus spontaneus

Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor- faktor mekanis ataupun medicinalis

semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan

macam-macam aborsi spontan:

1. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga

rongga rahim kosong.

2. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi

yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta

Page 2: Aborsi ditinjau dari sudut agama

3. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya

fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica

4. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.

5. Abortus habitualis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami

keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

6. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai

dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi;

ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi spontan tidak jarang janin

keluar dalam keadaan utuh.

7. Abortus provokatus (indoset abortion). Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai

obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:

a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar

indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa

ibu.

b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang

dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar

perkawinan.

JENIS JENIS ABORSI

Jenis-jenis Aborsi Abortus spontaneus

Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor- faktor mekanis ataupun medicinalis

semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan

macam-macam aborsi spontan:

Page 3: Aborsi ditinjau dari sudut agama

8. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga

rongga rahim kosong.

9. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi

yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta

10. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya

fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica

11. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.

12. Abortus habitualis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami

keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

13. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai

dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi;

ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi spontan tidak jarang janin

keluar dalam keadaan utuh.

14. Abortus provokatus (indoset abortion). Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai

obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:

c. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar

indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa

ibu.

d. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang

dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar

perkawinan.

Pandangan Agama Islam Tentang Aborsi

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang

ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah SWT:

Page 4: Aborsi ditinjau dari sudut agama

ل تق نمو ل نتؤ م نممع ل تزج ه ه هل لعؤغل م ف جل نمن ف يلع ل عف مهمعه م مل ل ذه جعف ت اف

“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah

neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta

menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )

Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam

halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa)

ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa

kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para

ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian

memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.

Pendapat yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli

(w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang

bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang

mengalami pertumbuhan.

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah

ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4

(empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw telah

bersabda:

“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam

bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam bentuk

‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu

Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti

membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang

keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT:

Page 5: Aborsi ditinjau dari sudut agama

اممل ل لالغ تزجلغ مؤ الت ؤ ال م ا ولل ف اج ا مل م و ف نا لذ نم ا ل و م غ نمالول ن ه

ممإ لغ نم ا للغ ن ؤ ل اللذ تول عل نم امو نم ا م م ال لزللذ متل تس معؤ ه ؤ ل مؤ ل مؤه ر مؤ

ا غ ول متوه م لغ نحؤ ل نممزؤلغ امذ

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:

janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang

ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami

akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-

perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah

kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu

(sebab) yang benar [518]". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami

(nya).

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau telah

berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan

pembunuhan yang diharamkan Islam.

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah

hadits Nabi Saw berikut:

“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus

seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,

penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya

(kepada Allah), ‘Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau

perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.].

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-

anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan

terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda

sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut

merupakan pembunuhan terhadapnya.

Page 6: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Jadi, siapa saja yang melakukan aborsi baik dari pihak ibu, bapak maupun tenaga kesehatan.

Berarti mereka telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan

pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki- laki atau perempuan, atau

sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam

hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw bersabda:

“Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani Lihyan

yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau

perempuan…” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.] (Abdul Qadim Zallum, 1998).

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh

(ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin

karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada

fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.

Pendapat yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar

(w.1567M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan

Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak

bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada

kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi

makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dil indungi

eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin

bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai

dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam,

halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah

Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang

Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah

Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).

Page 7: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel

sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang

tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan

sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam

sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh

dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu yang

ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri adanya kehidupan

adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan

sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih

baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel

telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma.

Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum

terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.

ل مؤ ه ؤ لزلل معؤتس مؤه ر متوه نم اذه ا

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan

dengan suatu (alasan) yang benar. “ (Q.S. Al Israa’: 33)

Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun

setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin

dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti

ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.

Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah

SWT:

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah

memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Qs. al-Maa’idah [5]: 32).

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan

Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula

obatnya. Maka berobatlah kalian!” [HR. Ahmad].

Page 8: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:

“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan

madharatnya.” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id

Al Fiqhiyah, halaman 35).

Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika

keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya.

Hal ini harus dapat dipastikan secara medis. Karena syariat memandang sang ibu sebagai akar

pohon dan sang janin sebagai cabangnya. Dalam Islam dikenal prinsip al ahamm wa al

muhimmn (yang lebih penting dan yang penting), dalam kasus ini dapat diartikan “mengambilan

yang lebih kecil buruknya dari dua keburukan”. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi

medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk

melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan

tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang

ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.

Sedangkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia yaitu menurut Undang-Undang abortus

1967 mengatakan bahwa seorang wanita tidak boleh dijatuhi hukuman bila ia mengakhiri

kehamilan dengan bantuan tenaga medis yang sudah mempunyai izin bila tenaga medi tersebut

memang melakukan abortus atas dasar yang baik dengan syarat sebagai berikut:

1. Bahwa melanjutkan kehamilan dapat membahayakan kehidupan wanita hamil tersebut, atau

dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.

2. Ada resiko yang cukup hebat bahwa bila bayi diahirkan , bayi mungkin mengalami cacat

fisik atau mental yang cukup parah

Page 9: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang

ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun menggugurkan

kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau

membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr. Abdurrahman Al

Baghdadi, 1998)

Pandangan Agama Kristen Tentang Aborsi

Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan

seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.

1. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki

nyawa. Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah

mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan

engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”Kej 16:11; Kej

25:21-26; Hos 12:2-3; Rom 9:10-13; Kel 21-22; Yes 7:14; Yes 44:2,24; Yes 46:3; Yes 49:1-

2; Yes 53:6; Ayb 3:11-16; Ayb 10:8-12; Ef 1:4; Mat 25:34; Why 13:8; Why 17:8

2. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.

Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada

seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak

mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang

dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut

putusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut,

maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan

ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

3. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.

Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.

Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri

atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga

orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…” Kis

17:25-29; Mzm 94:9; Rom 8:28; Im 19:14; Yes 45:9-12

Page 10: Aborsi ditinjau dari sudut agama

4. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.

Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua

melahirkan seorang anak laki- laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang

sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki- laki, dan menamainya Ben-

Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang. Kej 50:20; Rom 8:28

5. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun

alasannya.

Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong

perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: “Apabila

kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu

anak itu lahir: jika anak laki- laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan,

bolehlah ia hidup.” Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti

yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Yeh 16:20-

21; Yer 32:35; Mzm 106:37-42 ; II Raj 16:3; 17:17 ; 21:6 ; Ul 12:31; 18:10-13; Im 18:21,

24 dan 30

6. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah

ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak,

aku akan mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah

pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?”

Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki- laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan

buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan,

demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh

tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara

dengan musuh-musuh di pintu gerbang.

Pandangan Agama Katolik Tentang Aborsi

Gereja mengajak kita untuk menghormati hidup manusia sejak dari awal, oleh karena itu dapat

dikatakan dengan tegas, kita menolak adanya pengguguran. Hal ini ditulis dengan jelas dalam

sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh Tahta Suci Roma pada tanggal 10 Maret 1987, yaitu

Page 11: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Dokumen Donum Vitae. Dan dokumen ini bersumberkan pada Kitab Suci sendiri yaitu larangan

membunuh orang yang tidak bersalah (bdk. Kel 20:13 dan Ul 5:17).

Jadi iman katolik menolak dengan tegas abortus atau pengguguran dengan cara dan alasan apa

pun. Sekalipun aborsi itu dilakukan dengan alasan kesehatan dari si ibu. Atau karena rasa belas

kasihan karena melihat anak yang akan dilahirkan itu nanti cacat (cacat fisik atau cacat mental)

sehingga dianggap tidak memiliki masa depan yang baik kecuali penderitaan. Bahkan katolik

juga menolak aborsi terhadap bayi yang dikandung akibat kecelakaan (ibu diperkosa atau hasil

pergaulan bebas dan sebagainya). Tidak ada satu orang pun yang berhak mengambil jiwa

seseorang, sekalipun ia masih manusia kecil dalam kandungan.

Allah berkata kepada Yeremia: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku

telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan

engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi Nabi bagi bangsa-bangsa”(Yer 1: 4-5). Allah

sudah mengenal Yeremia ketika ia masih dalam kandungan ibunya, Allah menguduskan dia, dan

menetapkannya menjadi seorang nabi. Seandainya ibu Yeremia melakukan pengguguran,

“Yeremialah” yang terbunuh. Ibu Yeremia masih belum mengetahui nama bayi yang

dikandungnya, tapi Allah sudah memberikan nama kepadanya. Ibu Yeremia belum mengetahui

bahwa bayi dalam kandungannya akan menjadi nabi Allah yang besar, tapi Allah sudah

menetapkannya. Seandainya bayi itu digugurkan, maka Allah akan sangat merasa kehilangan.

Alkitab mengatakan, bahwa Yohanes pembabtis penuh dengan roh kudus ketika ia masih berada

dalam rahim ibunya. Allah mengutus malaikat-Nya kepada Zakharia untuk memberitahukan

bahwa istrinya akan melahirkan seorang anak laki- laki dan bahkan memberitahukan nama yang

harus diberikan pada bayi itu. Zakharia diberitahu bahwa,”Banyak orang akan bersuka cita atas

kelahirannya, sebab ia akan menjadi besar dalam pandangan Allah”(Luk 1: 11-17).Allah

mengenal Yohanes dengan baik dan Ia mempunyai rencana khusus bagi kehidupan Yohanes

Pembabtis di dunia ini selagi ia masih berada dalam rahim ibunya.

Malaikat Gabriel juga memberitahukan kepada Maria: “Sesungguhnya engkau mengandung dan

melahirkan seorang anak laki- laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus. Ia akan menjadi

besar dan akan disebut anak Allah yang maha tinggi dan kerajaan-Nya tidak berkesudahan”(luk

1: 31-33).

Dari beberapa kutipan kitab suci di atas, kita lihat bahwa Allah tidak menunggu sampai bayi itu

dapat bergerak atau sudah betul-betul siap untuk lahir, baru Allah mengenal dan mengasihinya

Page 12: Aborsi ditinjau dari sudut agama

sebagai seorang manusia.Sesungguhnya, hanya Allah yang berhak memberi atau mencabut

kehidupan.(Ul 32:39) Hanya Dia yang berhak membuka dan menutup kandungan. Tetapi

manusia dengan tangannya sendiri telah mengundang malapetaka. Ibu- ibu dengan alasan-alasan

egoisnya dan dokter-dokter dengan alat-alatnya yang tajam telah mempermainkan Allah karena

telah menghilangkan kehidupan sang bayi dalam kandungan ibunya.

Magisterium Gereja Katolik dengan teguh menjunjung tinggi kehidupan manusia dan menentang

aborsi, karena memang demikianlah yang sudah diajarkan oleh para rasul dan diimani Gereja

sepanjang sejarah.

1. Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes 27, “Selain itu apa saja yang berlawanan dengan

kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku,

pengguguran (aborsi), eutanasia atau bunuh diri yang disengaja; apa pun yang melanggar

keutuhan pribadi manusia, …. apa pun yang melukai martabat manusia, seperti kondisi-

kondisi hidup yang tidak layak manusiawi, pemenjaraan yang sewenang-wenang,

pembuangan orang-orang, perbudakan, pelacuran, perdagangan wanita dan anak-anak muda;

begitu pula kondisi-kondisi kerja yang memalukan, sehingga kaum buruh diperalat semata-

mata untuk menarik keuntungan…. itu semua dan hal-hal lain yang serupa memang

perbuatan yang keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-

perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, dari pada mereka yang

menanggung ketidak-adilan, lagi pula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang

Pencipta.”

2. Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, Humanae Vitae 13 mengutip Paus Yohanes XXIII

mengatakan, “Hidup manusia adalah sesuatu yang sakral, dari sejak permulaannya, ia

secara langsung melibatkan tindakan penciptaan oleh Allah.” Maka manusia tidak

mempunyai dominasi yang tak terbatas terhadap tubuhnya secara umum; manusia tidak

mempunyai dominasi penuh atas kemampuannya berkembang biak justru karena pemberian

kemampuan berkembang biak itu ditentukan oleh Allah untuk memberi kehidupan baru, di

mana Tuhan adalah sumber dan asalnya.

3. Dalam surat ensiklik yang sana Paus Paulus VI juga menyebutkan kedua aspek perkawinan

yaitu persatuan (union) dan penciptaan kehidupan baru (pro-creation). Maka “usaha

interupsi/ pemutusan terhadap proses generatif yang sudah berjalan, dan terutama, aborsi

Page 13: Aborsi ditinjau dari sudut agama

yang dengan sengaja diinginkan, meskipun untuk alasan terapi, adalah mutlak tidak

termasuk dalam cara-cara yang diizinkan untuk pengaturan kelahiran.”

4. Karena hidup manusia dimulai saat konsepsi/ fertilisasi, maka manusia harus dihormati dan

diperlakukan sebagai manusia sejak masa konsepsi dan karenanya, sejak saat konsepsi,

hak-haknya sebagai manusia harus diakui, terutama haknya untuk hidup.

5. Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Evangelium Vitae menekankan bahwa Injil

Kehidupan (the Gospel of Life) yang diterima Gereja dari Tuhan Yesus sebenarnya telah

menggema di hati semua orang. Setiap orang yang terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan

akan mengenali hukum kodrat yang tertulis di dalam hatinya (lih. 2:14-15) tentang

kesakralan kehidupan manusia dari sejak awal mula sampai akhirnya; dan dengan demikian

dapat mengakui adanya hak dari setiap orang untuk dapat hidup. Sesungguhnya atas dasar

pengakuan akan hak untuk hidup inilah setiap komunitas manusia dan komunitas politik

didirikan.

6. Paus Yohanes Paulus II kemudian menyebutkan adanya hubungan yang dekat antara

kontrasepsi dan aborsi. Kontrasepsi menentang kebenaran sejati tentang hubungan suami

istri, sedangkan aborsi menghancurkan kehidupan manusia. Kontrasepsi menentang

kebajikan kemurnian di dalam perkawinan, sedangkan aborsi menentang kebajikan keadilan

dan merupakan pelanggaran perintah “Jangan membunuh”[8]. Maka keduanya sebenarnya

berasal dari pohon yang sama, berakar dari mental hedonistik yang tidak mau menanggung

akibat dalam hal seksualitas, berpusat pada kebebasan yang egois, yang menganggap ‘pro-

creation‘ sesuatu beban untuk pencapaian cita-cita/ personal fulfillment.

7. Paus Yohanes Paulus II menyebutkan mentalitas sedemikian mendorong bertumbuhnya

“culture of death” di dalam masyarakat, yang pada dasarnya menentang kehidupan.[9]

Dalam mentalitas ini, bayi/ anak-anak maupun orang tua yang sakit-sakitan dianggap

sebagai ‘beban’ sehingga muncullah budaya aborsi dan euthanasia. Suatu yang sangat

menyedihkan! Padahal seharusnya, manusia memilih kehidupan seperti yang diperintahkan

Allah, “Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,

dengan mengasihi Tuhan Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut kepada-Nya….”

(Ul 30:19-20).

Page 14: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Tidak mengherankan, karena aborsi adalah perbuatan yang menentang hukum alam dan hukum

Tuhan, maka tindakan ini membawa akibat- akibat negatif, terutama kepada ibu dan ayah bayi,

maupun juga kepada para pelaku aborsi dan masyarakat umum, terutama generasi muda, yang

tidak lagi melihat kesakralan makna perkawinan. Ibu yang mengandung bayi banyak

menanggung akibat negatif, baik bagi fisik maupun psikologis, yaitu kemungkinan komplikasi

fisik, resiko infeksi, perdarahan, atau bahkan kematian. Selanjutnya, penelitian dalam Journal of

the National

Cancer Institute di Amerika juga menunjukkan wanita yang melakukan aborsi meningkatkan

resiko 50% terkena kanker payudara. Sebab aborsi membuat terputusnya proses perkembangan

natural payudara, sehingga jutaan selnya kemudian mempunyai resiko tinggi mengalami

keganasan. Selanjutnyapun kehamilan berikutnya mempunyai peningkatan resiko gagal 45%,

atau komplikasi lainnya seperti prematur, steril, kerusakan cervix

Di atas semua itu adalah tekanan kejiwaan yang biasanya dialami oleh wanita- wanita yang

mengalami aborsi. Tekanan kejiwaan ini membuat mereka depresi, mengalami kesedihan yang

berkepanjangan, menjadi pemarah, dikejar perasaan bersalah, membenci diri sendiri, bahkan

sampai mempunyai kecenderungan bunuh diri. Menurut studi yang diadakan oleh David Reardon

yang memimpin the Elliot Institute for Social Sciences Research di Springfield Illinois (di negara

Obama menjadi senator): 98% wanita yang melakukan aborsi menyesali tindakannya, 28%

wanita sesudah melakukan aborsi mencoba bunuh diri, 20% wanita post-aborsi mengalami

nervous breakdown, 10% dirawat oleh psikiatris.Ini belum menghitung adanya akibat negatif

dalam masyarakat, terutama generasi muda. Legalisasi aborsi semakin memerosotkan moral

generasi muda, yang dapat mempunyai kecenderungan untuk mengagungkan kesenangan

seksual, ataupun memikirkan kepentingan diri sendiri, tanpa memperhitungkan tanggung jawab.

Suatu mentalitas yang sangat bertentangan dengan ajaran Katolik.

Salah satu perwujudan ketegasan iman Gereja dalam menolak aborsi atau pengguguran ini

adalah adanya sanksi bagi mereka yang terlibat. Mereka yang terlibat menyangkut ibu yang

mengugurkannya, suami yang membiarkan atau mendukung pengguguran itu, semua orang yang

mendukung pengguguran itu, para dokter dan perawat yang terlibat dalam operasi pengguguran,

serta penjual alat-alat aborsi seperti pil RU-486 yang memudahkan tindakan aborsi.Paus

Page 15: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Yohanes Paulus II dengan kebapakan mengatakan bahwa Gereja menyadari bahwa terdapat

banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita melakukan aborsi. Gereja mengajak para

wanita yang telah melakukan aborsi untuk menghadapi segala yang telah terjadi dengan jujur.

Perbuatan aborsi tetap merupakan perbuatan yang sangat salah dan dosa, namun juga janganlah

berputus asa dan kehilangan harapan. Datanglah kepada Tuhan dalam pertobatan yang sungguh

dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Percayakanlah kepada Allah Bapa jiwa anak yang telah

diaborsi, dan mulai sekarang junjunglah kehidupan, entah dengan komitmen mengasuh anak-

anak yang lain, atau bahkan menjadi promotor bagi banyak orang agar mempunyai pandangan

yang baru dalam melihat makna kehidupan manusia. Anjuran ini juga berlaku bagi para dokter,

petugas medis atau siapapun yang pernah terlibat dalam tindakan aborsi, entah dengan

menganjurkannya ataupun dengan melakukan/ membantu proses aborsi itu sendiri. Semoga

semakin banyak orang dapat melihat kejahatan aborsi, sehingga tidak lagi mau melakukannya.

Sanksi aborsi termuat dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja no. 1398, yaitu berupa

ekskomunikasi otomatis, atau pengucilan dari kehidupan Gereja. Seandainya walaupun Gereja

dan lingkungan tidak mengetahui bahwa seseorang telah jatuh ke dalam dosa ini, namun Tuhan

tetap mengetahuinya dan kita tidak bisa melarikan diri dari hukuman Tuhan. Sehingga apabila

dia dalam keadaan dosa ini tetap menerima sakramen, berarti dia menambah dosanya sendiri.

1. Mereka yang terkena sanksi ekskomunikasi otomatis ini tidak diperkenankan untuk ikut

berpartisipasi dalam berbagai acara doa bersama, misalnya: Perayaan Ekaristi, sakramen

lainnya dan sebagainya (Kan. 1331).

2. Sanksi ekskomunikasi otomatis ini hanya bisa dihilangkan melalui penerimaan Sakramen

Tobat atau Sakramen Pengampunan Dosa. Bahkan untuk menunjukkan ketegasannya,

Gereja pada awalnya menetapkan bahwa hanya Uskup yang berwenang memberikan

Sakramen Tobat kepada mereka yang terlibat dalam pengguguran ini. dalam perkembangan

selanjutnya, demi pelayanan pastoral yang memadai, kekuasaan itu didelegasikan kepada

semua imam.

3. Kasih Tuhan tercurah kepada setiap orang, termasuk juga manusia kecil yang baru

diciptakan-Nya. Marilah kita juga mencintai si manusia kecil ini seperti kita mencintai diri

kita sendiri. Kalau di dalam diri kita, kita meyakini bahwa Allah hadir dan berkarya, niscaya

Page 16: Aborsi ditinjau dari sudut agama

kita akan sadar pula karya Tuhan dalam diri si manusia kecil. Oleh karena itu, lihatlah Dia

yang hadir dalam diri manusia kecil ini (bdk. Mrk 12:28-34).

Pandangan Agama Hindu Tentang Aborsi

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa karma” yakni

salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa.

Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari

falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih

berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi

pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam “Lontar Tutur

Panus Karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam

manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”. Selanjutnya Lontar itu menuturkan

bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-teman” adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra,

sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom.

Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-

masing: I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah

dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya “saudara

yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika

Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nya ma

Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh

bayi.

Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci

Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: “Ma no mahantam uta ma no arbhakam” artinya:

Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29: “Anagohatya vai bhima”

artinya: Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29: “Ma no gam

asvam purusam vadhih” artinya: Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos

Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena

Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri- istri keturunan Pandawa,

serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.

Page 17: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai

sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun

dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah “Dharmasampati”

artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain

adalah re- inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan

sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah

Theology Hindu disebut sebagai “Amoring Acintya”. Oleh karena itu maka suatu rangkaian

logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan)

adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat

ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan sex hanya untuk

kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda adalah yang penuh dengan pengendalian diri,

termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami- istri

yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian

nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas

perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam

Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya direncanakan dan

dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang

berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan

memercikkan tirta pensucian. Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram,

damai dan penuh kasih sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah,

sedih, mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.

Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk

memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak

dibenarkan.

Pandangan Agama Budha Tentang Aborsi

Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran kandungan atau

membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu. Dari sudut pandang

Buddhis aborsi bisa di toleransi dan dipertimbangkan untuk dilakukan. Agama Buddha, umat

Buddha terdiru dari dua golongan yaitu pabbajita dan umat awam. Seorang pabbajita mutlak

tidak boleh melakukan aborsi karena melanggar vinaya yaitu parajjika. Tetapi sebagai umat

Page 18: Aborsi ditinjau dari sudut agama

awam aborsi boleh dilakukan dengan alasan yang kuat. Misa l janin dalam kandungan dalam

kondisi abnormal yang dapat membahayakan kesehatan ibu bahkan dapat mengancam

keselamatan ibu. Aborsi dalam agama Buddha merupakan suatu pembunuhan yang tidak

diperbolehkan yang dapat menimbulkan karma buruk. Tetapi agama Budd ha tidak melarang

secara multak orang yang melakukan aborsi. Dengan alasan yang sangat kuat aborsi dapat

dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Hal terbaik untuk tidak melakukan aborsi adalah

menghindari terjadinya aborsi misal tidak melakukan hubungan seks bebas yang bisa

memungkinkan terjadinya aborsi. Dalam kasus lain yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya

aborsi boleh dilakukan dengan alasan tidak ada cara lain yang terbaik dan dengan alasan yang

sangant kuat. Aborsi boleh dilakukan dengan kondisi yang sangat sulit akan tetapi seminimal

mungkin untuk menghindari terjadinya aborsi karena dalam agama buddha aborsi merupakan

suatu pembunuhan yang tidak diperbolehkan karena menghilangkan nyawa suatu mahluk yang

mengakibatkan karma buruk.

Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus diselesaikan

dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.

Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup :

1. Mata utuni hoti: masa subur seorang wanita

2. Mata pitaro hoti: terjadinya pertemuan sel telur dan sperma

3. Gandhabo paccuppatthito: adanya gandarwa, kesadaran penerusan dalam siklus kehidupan

baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki energi

karma

Dari penjelasan di atas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan aborsi

karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata. Suatu

pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut:

1. Ada makhluk hidup (pano)

2. Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)

3. Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)

4. Melakukan pembunuhan (upakkamo)

5. Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)

Page 19: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi

pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat dengan karma maka

pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang

mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan tindak

pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun mereka telah

melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di kemudian hari.

Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh

makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada

makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai

manusia di mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang".

Resiko Aborsi

Berikut ini resiko aborsi:

1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

4. Sobeknya rahim (Uterine Perforation)

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya.

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9. Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

Page 20: Aborsi ditinjau dari sudut agama

11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak

steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah.

15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan

neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak

atau keduanya.

16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding

rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock

sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya.

17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan

saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.

Page 21: Aborsi ditinjau dari sudut agama

Dampak psikologis:

1. Perasaan bersalah dan berdosa

2. Depresi

3. Trauma

4. Ingin bunuh diri

5. Rasa menyesal mendalam dan tak punya harga diri

Solusi (Jalan Keluar)

Untuk mencegah semakin maraknya aborsi yang dilakukan baik oleh dukun maupun oleh dokter,

maka 7 butir solusi berikut ini dapat dipertimbangkan, yaitu :

1. Pendidikan agama sejak dini diberikan agar anak kelak bila memasuki masa remaja atau

dewasa muda memiliki pengetahuan bahwa perzinaan atau seks bebas atau hubungan seks

diluar nikah dilarang oleh agama, hukumnya haram dan melakukannya merupakan

perbuatan dosa.

2. Dalam islam tidak dikenal istilah “pacaran” atau pergaulan bebas, namun yang ada adalah

sebatas perkenalan. Selama masa perkenalan inipun baik laki- laki maupun perempuan tidak

boleh “berduaan” ditempat yang sepi, sebab dikhawatirkan yang ketiganya adalah setan

yang menggoda dua insane tadi untuk berbuat perzinaan.

3. Bila terjadi juga “kecelakaan” (kehamilan di luar nikah) sebaiknya remaja yang

bersangkutan dinikahkan. Bila tidak mungkin, kehamilan dapat diteruskan hingga

melahirkan secara normal. Bayi dapat dirawat sendiri atau dirawat oleh orang lain (adopsi).

4. Orangtua dirumah (ayah dan ibu), orangtua disekolah (bapak dan Ibu guru) serta orang tua

di masyarakat (ulama, tokoh masyarakat, pejabat, aparat dan pengusaha) hendaknya

menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang religious, dan tidak memberikan

Page 22: Aborsi ditinjau dari sudut agama

peluang berupa sarana dan prasarana yang dapat menjurus kepergaulan bebas (perzinaan),

misalnya pornografi, pornoaksi, dan NAZA.

5. Diperlukan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada remaja tentang dampak buruk

aborsi akibat pergaulan bebas atau hubungan seks di luar nikah dari sudut pandang b iologis,

psikologis, social dan spiritual (agama).

6. Kepada mereka yang melakukan tindakan penguguran (abortus criminalis) dikenakan sanksi

hokum yang berat sesuai dengan hukum perundang-undangan yang berlaku. Bagi “korban”

dianjurkan untuk bertobat minta ampunan kepada Allah swt dan berjanji tidak akan

mengulanginya lagi.

7. Organisasi profesi seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan POGI (Perhimpunan Obstetri

Ginekologi Indonesia) hendaknya dapat menertibkan para anggotanya yang melakukan

tindak pengguguran (abortus criminalis).