Abdul Rahmatrepository.ung.ac.id/get/kms/12616/Guru_Mencetak_Orang_Menjadi... · Jangan kita...

112
Abdul Rahmat

Transcript of Abdul Rahmatrepository.ung.ac.id/get/kms/12616/Guru_Mencetak_Orang_Menjadi... · Jangan kita...

Abdul Rahmat

GURU YANG MENCETAK ORANG-ORANG SUKSESYogyakarta: Zahir PublishingCetakan Pertama, April 2017Cetakan Pertama, November 2017

ISBN: 978-602-61253-9-2

Penulis : Abdul RahmatTata Letak : ArypenaDesign Sampul : Zahir Publishing

Diterbitkan oleh:ZAHIR PUBLISHINGKadisoka RT.05 RW.02, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 555710857 2589 4940 E: [email protected]

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi

buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

iii Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

SEKAPUR SIRIH

Segala puji bagi Allah yang karena nikmatnya, sempurnalah kebaikan. Dialah yang telah menunjukkan kita untuk melakukan semua ini. Kalau bukan karena pemberian-Nya tidaklah kita memperoleh petunjuk. Salam sejahtera semoga terlimpah atas kekasih Allah, sang penerang dunia, dan kekasih kita Muhammad saw. salam juga terlimpah atas keluarga dan para sahabatnya serta mereka yang mengikuti jejak-Nya dengan baik hingga hari kiamat.

Siapakah ”guru” yang membentuk Gandhi, Martin Luther King, Lincoln, atau bapak bedah jantung dr Blalock? Juga siapakah ”guru” yang membentuk Albert Einstein, Soekarno, Panglima Besar Jenderal Soedirman, atau pengusaha-pengusaha besar kita?

Di usia kanak-kanak, dalam era diskriminasi rasial, Martin Luther King kecil pernah dicampakkan orang tua temannya yang tak menghendaki anaknya bermain dengan anak kulit hitam ini. Itulah pelajaran yang Tuhan berikan agar King memperjuangkan hak kaum sipil.

Siapa ”teman bicara” dan tempat dia menangisi ketidakadilan dunia itu? Dia tentu orang terdekat yang bisa diajak bicara. Kadang dan sering kali tak lain adalah ibu atau ayah sendiri kalau mereka ada di dekat mereka. Adalah ibunda yang menemani King menghadapi masa-masa kecil yang penuh ketidakadilan itu.

Kisah mereka itu tak berbeda jauh dengan Gandhi atau Nelson Mandela. Di Indonesia, seharusnya kita juga

ivAbdul RAHMAT

memiliki cerita-cerita yang sama dari para pembaharu. Saya ajak Anda ke museum T.B. Silalahi di tepi Danau Toba. Dari museum Jenderal T.B. Silalahi, misalnya, kita bisa membaca bagaimana alam di masa kecil membentuk kepribadian sang jenderal.

Deepak Chopra mengatakan, ”guru hebat” itu memiliki keteraturan yang dia sebut sebagai the seven spiritual laws of success. Alam yang baik itu bergantung pada tujuh hal yang berasal dari kita: kejernihan pikiran, pemberian yang kita lakukan, hubungan yang harmonis, sebab-akibat (karma), niat utama dan tuntutan diri, pembebasan dari segala urusan masa lalu, serta darma (keinginan menghasilkan karya yang terbaik).

Buku ini membelajarkan kita pada alam terkembang menjadi guru. Kita bisa berguru pada segala yang ada di alam. Jangan kita isolasi anak-anak kita dari alam beserta segala isinya yang kadang baik dan kadang menakutkan ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya buku ini kami haturkan terima kasih semoga amal kita semua langsung maupun tidak, dibalas setimpal oleh Allah Swt.

Dengan rasa keterbatasan dan kemampuan, penulis berharap tegur sapa dan kritik dari segenap pembaca demi perbaikan selanjutnya.

Penulis

v Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................... iiiDaftar Isi .............................................................. v

Guru Yang Kita Kenal ........................................... 1Tipe Guru Ditinjau Dari Motivasinya ..................... 5Mindset Guru ...................................................... 9Gaya Mengajar Guru ........................................... 18Model Membimbing Siswa ................................... 22Belajar Berempati ................................................ 26Bijaksana Itu Indah ............................................... 31Belajarlah Dari Gergaji ......................................... 34Guru Humor dan Bersahabat ............................... 38Guru Rendah Hati Tapi Tegas .............................. 41Guru Pemaaf dan Familiar ................................... 46Guru Profesi Seumur Hidup .................................. 50Guru Mata Air Kearifan ......................................... 56Kearifan Guru ..................................................... 60Cipta Kelas Layak Sorga Kecil .............................. 67Bentuk Mengajar Bervariasi ................................. 72Hargai Siswa Kita ................................................ 75Meredakan Kebosanan ......................................... 79Biar Siswa Tetap Belajar ...................................... 86Harmonis Dengan Siswa ...................................... 93Guru yang Dirindu ............................................... 101

Daftar Pustaka ..................................................... 105

1 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

1. GURU YANG KITA KENAL

Bismillah, mengawali tulisan ini, menurut bahasa, guru diambil dari bahasa Arab yaitu ‘alima - ya’lamu, yang artinya mengetahui. Dengan arti tersebut, maka guru dapat diartikan “orang yang mengetahui atau berpengetahuan”. Guru bukan hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan saja, akan tetapi dia harus mengerjakannya kepada orang lain.

Guru ialah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa yang perlu ditiru dan diteladani.

Menurut al-Ghazali, seseorang dinamai guru apabila memberitahukan sesuatu kepada siapa pun. Memang, seorang guru adalah orang yang ditugaskan di suatu lembaga untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada pelajar dan pada gilirannya dia memperoleh upah atau honorarium. Akan tetapi, di dalam beberapa risalah filsafat al-Ghazali, seseorang yang memberikan hal apa pun yang bagus, positif, kreatif, atau bersifat membangun kepada manusia yang

2Abdul RAHMAT

sangat menginginkan, di dalam tingkat kehidupannya yang mana pun, dengan jalan apa pun, dengan cara apa pun, tanpa mengharapkan balasan uang kontan setimpal apa pun adalah guru atau ulama.

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru adalah salah satu komponen ma-nusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang po-tensial di bidang pembangunan. Pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pen-didikan. Munculnya kata guru atau pendidik tidak terlepas dari kata “pendidikan”. Umumnya, kata pendidikan dibeda-kan dari kata pengajaran, sehingga muncul kata “pendidik” dan “pengajar”. Pandangan semacam itu dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir orang Barat, khususnya orang Belanda, yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata opveoding (pendidikan).

Perilaku guru dalam proses pendidikan dan belajar akan memberikan pengaruh dan corak yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian anak didiknya. Karenanya, ada beberapa aspek perilaku guru yang harus dipahami antara lain berkenaan dengan peranan, syarat-syarat serta tugas dan tanggung jawab seorang guru. Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.

3 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Pengertian guru berdasarkan Asas Tut Wuri Handayani yaitu: GURU disebut pamong yang didefinisikan sebagai pemimpin yang berdiri di belakang untuk tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampur diperintah atau dipaksa. PAMONG hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka sendiri tidak dapat menghindarka diri dari berbagai rintangan atau ancaman keselamatan atau gerak majunya. Jadi sistim AMONG adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistim Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati dan mementingkan kodrat-kodratnya para siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa: GURU adalah orang yang berperanan, mendidik, mengajar, melatih, manilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru mempnyai peranan yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai kelembagaan sekolah, karena guru adalah pengelolah KBM bagi para siswanya. Kegiatan Belajar Mengajar akan efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, baik jumlah, kualifikasi, maupun bidang keahlian. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam

4Abdul RAHMAT

kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

5 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

2. TIPE GURU DITINJAU DARI MOTIVASINYA

Motivasi sebagai proses yang terjadi di dalam diri, yang menciptakan tujuan dan memberikan energi bagi perilaku seseorang (Kimble, et al, 1984).

Ada tiga komponen dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan yang diharapkan. Misalnya seorang anak yang hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki bahan ajar yang lengkap. Ia memiliki cukup waktu untuk belajar akan tetapi kurang baik untuk mengatur waktu belajar. Sehingga ia mengubah cara belajarnya untuk dapat mencapai tujuan hasil baik.

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan, dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan merupakan inti motivasi. Misalnya seorang anak yang ingin masuk ke salah satu perguruan tinggi dengan jurusan teknik, akan tetapi nilai matematika, fisika, kimia dalam ulangan kesatu rendah. Menyadari hal tersebut anak tersebut

6Abdul RAHMAT

menambah waktu belajarnya dengan kursus tambahan. Saat ulangan kedua nilainya ternyata lebih baik, oleh karena itu anak tersebut lebih giat belajar.

Guru Terpaksa

Guru terpaksa ialah seseorang yang menjadi guru bukan karena keinginannya sendiri. Ia menjadi guru dengan maksud untuk menyenangkan hati orangtua misalnya, atau karena terpaksa tidak ada pekerjaan lain yang dapat ia kerjakan selain menjadi guru.

Kelompok guru terpaksa melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa gairah. Ia memandang kegiatan pembelajaran sebagai sesuatu yang menyiksa dirinya dan ia sendiri tidak berdaya meninggalkan pekerjaannya. Keadaan ini menular saat ia melaksanakan proses pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran terasa tidak menyenangkan bagi para siswa, bahkan cenderung “menyiksa” mereka.

Guru Pekerja

Apabila Anda termasuk orang yang tidak mau peduli terhadap keadaan siswa jika tidak menguntungkan secara material, berarti Anda termasuk ke dalam tipe guru pekerja. Guru pekerja hanya melakukan kegiatan pembelajaran apabila ia dibayar (diberi upah). Ia tidak mau melakukan kegiatan pembelajaran jika tidak dibayar. Kegiatan pembelajaran dianggapnya sebagai kegiatan untuk mencari uang.

7 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Tipe guru pekerja mungkin saja dapat melangsungkan pekerjaannya dengan baik. Akan tetapi, jika waktu kerja telah habis, tipe guru ini tidak akan mau mengabdikan dirinya untuk kepentingan pendidikan (pembelajaran) apabila tidak diberi upah. Yang selalu memotivasi dan dicari oleh guru pekerja adalah upah mengajar alias honorarium. Jika tidak diberi upah atau honor, ia tidak mau melakukan kegiatan mengajar. Motif yang mendorong guru dengan tipe ini ialah honorarium sehingga semakin besar honorarium yang ditawarkan, semakin optimal ia melakukan kegiatan pembelajaran. Sebaliknya, semakin kecil honor yang ia terima, semakin buruk pekerjaan yang ia lakukan.

Guru Panggilan Jiwa

Guru dengan tipe ini hatinya terpanggil menjadi guru. Motivasinya menjadi guru karena ada bisikan dari hati sanubari. Guru panggilan jiwa tampak dalam tanda-tandanya. Ia mengajar dengan penuh semangat dan efektif (powerful). Ia tidak terfokus pada imbalan yang ia dapatkan. Ada atau tidak ada upah, melangsungkan proses pembelajaran baginya merupakan suatu kesenangan. Wajarlah apabila guru tipe ini disenangi para siswanya.

Guru tipe ini hatinya selalu melekat dengan anak-anak. Fisiknya boleh saja ada di luar sekolah, tetapi hati dan pikirannya tidak dapat dipisahkan dari anak-anak. Ia amat disenangi para siswa karena memerhatikan kebutuhan, kemampuan, dan masa depan mereka. Dalam proses

8Abdul RAHMAT

pendidikan, guru panggilan jiwa selalu berpihak pada nasib dan kepentingan anak-anak, yakni kepentingan pendidikan dan masa depan mereka.

9 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

3. Mindset Guru

Mengubah mindset bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan kesungguhan dari diri kita untuk menghadapi tantangannya. Mengubah mindset juga memerlukan kesabaran dan kerja keras. Tanpa keduanya, kita tidak dapat mengubah mindset kita. Mengapa? Mindset itu ibarat kebiasaan yang sudah menjadi tradisi hidup seseorang. Untuk mengubah tradisi tentu saja diperlukan kesabaran dan kerja keras. Selain itu, mindset juga tidak bisa diubah dalam waktu yang singkat. Perlu waktu yang cukup untuk mengubah mindset seseorang. Namun, yang jelas bahwa mindset tetap bisa diubah menjadi mindset berkembang apabila ada kemauan yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh dari diri kita masing-masing

Mindset Guru dikembangkan berdasarkan beberapa perubahan/peralihan:a. Peralihan dari belajar perorangan ke belajar bersama;

b. Peralihan dari belajar dengan cara menghafal ke belajar untuk memahami;

10Abdul RAHMAT

c. Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan ke bentuk interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah;

d. Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar;

e. Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa (Muhibbin Syah, 2009).

Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang berbunyi:

“ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik”.

Guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Memahami sifat yang dimiliki siswa

Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan

11 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.

Memahami perkembangan kecerdasan siswa

Menurut Jean Piaget perkembangan kecerdasan akal/perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap, yakni: Sensory-motor (Sensori-motor/0-2 tahun) Pre-operational (Pra-operasional /2-7 tahun) Concrete-operational (Konkret-operasional/7-11tahun) Formal-operational (Formal-operasional / 11 tahun ke atas). Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-operational.

Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.

Selajutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir

12Abdul RAHMAT

hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam.

Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki kedewasaan berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran hipotesisnya sewaktu mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti: “Kemarin seorang penggali peninggalan purbakala menemukan kerangka manusia berkepala domba dan berkaki empat yang telah berusia sejuta tahun”. Apa yang salah dalam pernyataan ini? Remaja pelajar tadi, setelah berpikir sejenak dengan serta-merta berkomentar: “Omong kosong!” Ungkapan “omong kosong” ini merupakan hasil berpikir hipotetis remaja pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia berkepala domba dan berkaki empat betapapun tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali benda purbakala itu (Syah, 2008: 33).

Mengenal siswa secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa

13 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.

Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian

belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan

kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan

14Abdul RAHMAT

kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”.

Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar

yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.

15 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sarat dengan bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar /diagram.

Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan

kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan

16Abdul RAHMAT

pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran

Guru merancang dan mengelolala kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang beragam, misalnya PercobaanDiskusi kelompokMemecahkan masalahMencari informasiMenulis laporan/cerita/puisiBerkunjung ke luar kelas

Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya : Alat yang tersedia atau yang

dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan

Guru memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilannya

Siswa :Melakukan percobaan,

pengamatan, atau wawancaraMengumpulkan data/jawaban

dan mengolahnya sendiriMenarik simpulanMemecahkan masalah,

mencari rumusan sendiriMenulis laporan/hasil karya lain

dengan kata-kata sendiri

17 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan

Melalui :DiskusiLebih banyak pertanyaan

terbukaHasil karya yang merupakan

pemikiran siswa sendiri

Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa sendiri

Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut

Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan

Guru mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari

Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri

Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari

Menilai kegiatan pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus

Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik

18Abdul RAHMAT

4. GAYA MENGAJAR GURU

Guru Otoriter

Guru otoriter ialah seorang guru yang mengutamakan pendekatan kekuasaan dalam menghadapi para siswa. Ia senang menggunakan perintah-perintah secara otoriter. Apabila perintah-perintahnya tidak dipenuhi, guru tipe ini cenderung marah kepada para siswa.

Guru otoriter tidak senang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan gagasan atau pertanyaan. Guru tipe ini melakukan proses pendidikan dengan sistem indoktrinasi. Ia tidak menyenangi protes atau kritikan dari siswa-siswinya. Apabila ada sikap atau perilakunya yang salah, lalu siswa memrotesnya, ia akan marah. Dengan kata lain, guru tipe ini senang memaksakan kehendaknya kepada para siswa secara terang-terangan.

Guru tipe otoriter ini memang ditakuti oleh para siswanya. Akan tetapi, di belakang sang guru, para siswa sama sekali tidak menghargai sikap dan perbuatan guru tersebut. Di belakang sang guru, para siswa mencibir dan

19 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

tidak menghormatinya. Bahkan tidak jarang, guru otoriter mendapatkan perlawanan dari para siswa, baik secara fisik maupun nonfisik.

Guru Laissez Fire

Guru ini tidak berdaya di hadapan para siswa. Ia hampir tidak dapat mengendalikan kelas dalam pembelajaran. Anak-anak dibiarkannya melakukan aktivitas menurut kehendak mereka. Sikap dan perlakuannya kepada siswa cenderung permissive (serbaboleh).

Di tangan guru ini, para siswa menjadi liar dan tidak terkendali. Akibatnya, proses pembelajaran tidak menghasilkan output yang baik. Bahkan, tak jarang alat-alat belajar pun menjadi rusak oleh kenakalan anak-anak di dalam kelas karena gurunya laissez fire.

Guru tipe laissez fire tidak mampu mengendalikan siswa dengan baik. Ia masa bodoh terhadap apa yang terjadi pada siswa-siswinya. Apabila ia hendak mengingatkan siswa yang mengganggu kegiatan pembelajaran, ia takut siswa marah atau tersinggung. Guru dengan tipe ini tidak punya kekuatan di hadapan para siswanya.

Guru Demokratis

Guru ini guru yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Ia dapat membedakan mana perilaku siswa yang harus dilarang dengan sikap otoriter dan mana perilaku siswa yang harus

20Abdul RAHMAT

dibiarkan. Nalurinya terasah untuk memahami keadaan siswa. Jika siswa perlu dilarang, ia akan melarangnya dengan cara yang mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Jika siswa perlu didukung, ia akan mendukungnya. Dan apabila perilaku siswa perlu dibiarkan, ia akan membiarkannya sepanjang tidak keluar dari norma-norma pendidikan.

Guru demokratis ini menyenangkan para siswa karena sifat dasar manusia, termasuk siswa adalah ingin diperlakukan secara demokratis. Guru tipe ini sangat memahami, dalam situasi apa ia harus bersikap tegas dan dalam situasi apa ia harus bijak serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengubah dirinya.

Guru Pseudo Domokratis

Ia sangat menghendaki para siswa patuh dan tunduk kepada dirinya dan tidak menyukai siswa yang membantah atau melawan kehendaknya. Akan tetapi di sisi lain, ia tidak mau dicap sebagai guru yang otoriter. Oleh sebab itu, guru dengan tipe pseudo demokratis menutupi sikap otoriternya dengan berpura-pura demokratis. Ia tampak seperti lembut dan penuh dengan sikap demokratis, tetapi apabila kehendaknya dibantah atau ditentang, upaya untuk memaksakan kehendaknya dilakukan dengan berbagai cara.

Hal yang membedakan antara guru tipe otoriter dengan guru tipe pseudo demokratis adalah bentuk pemaksaannya. Guru otoriter memaksa para siswa dengan cara terang-terangan, sedangkan guru tipe pseudo demokratis

21 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

memaksa siswa dengan cara-cara yang halus. Apabila Anda menggunakan cara-cara demokratis dalam menghadapi siswa, namun sesungguhnya Anda menginginkan siswa Anda mematuhi segala kehendak Anda, berarti Anda tergolong ke dalam tipe guru pseudo demokratis.

22Abdul RAHMAT

5. MODEL MEMBIMBING SISWA

Guru Perintis Jalan

Seorang guru disebut sebagai perintis jalan bagi siswa-siswinya apabila ia selalu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum memerintahkan sesuatu kepada siswanya. Ia mampu menjadi model bagi setiap sikap atau perilaku yang akan diajarkan kepada siswa. Misalnya, apabila guru menginginkan para siswa untuk bersikap kreatif, ia terlebih dahulu bersikap kreatif. Jika guru menghendaki siswanya berdisiplin, ia pun memberikan contoh sikap disiplin.

Guru perintis jalan tidak menyuruh sesuatu kepada siswanya tanpa ia sendiri melakukannya. Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, guru perintis jalan adalah guru yang memiliki sikap kepemimpinan ing ngarsa sung tulada, di depan memberikan contoh. Atau dengan kata lain, guru perintis jalan adalah guru yang mampu menjadi model atau teladan bagi siswa-siswinya.

Selain sebagai model atau teladan bagi siswa-siswinya, guru perintis jalan juga selalu tampil sebagai perintis dalam

23 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

usaha mencari pemecahan atas setiap masalah yang dihadapi para siswa.

Guru Motivator

Guru tipe ini agak berbeda dengan guru perintis jalan. Guru tipe motivator lebih banyak berperan memberikan motivasi bagi para siswa dalam mencapai cita-citanya. Para siswa dibimbing dan diarahkan untuk menemukan diri, masa depan, dan menyelesaikan masalah mereka. Guru hanya mendorong, memfasilitasi, dan mengarahkan saja. Yang harus menemukan diri, masa depan, dan menyelesaikan masalah adalah siswa itu sendiri.

Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, guru motivator adalah guru yang mampu membangun semangat siswa dan mendorong dari belakang (ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani).

Guru motivator memberikan dorongan dengan intens sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa-siswinya. Ia tidak memaksakan kehendaknya, tetapi berusaha mengarahkan, mendorong, dan memotivasi siswa sesuai dengan kadar kemampuan mereka masing-masing.

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi.

Ini dapat melalui proses belajar mengajar di kelas, seperti:

24Abdul RAHMAT

Tertarik kepada guru.Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkanMempunyai antosias yang tinggi serta

mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru.Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelasIngin identitas dirinya diakui oleh orang lainTindakan, kebiasaan, dan moralnya selalu dalam

kontrol diriSelalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya

kembaliSelalu terkontrol oleh lingkungan

Guru Penguasa

Guru tipe ini mengarahkan siswa dengan kekuasaannya. Ia ingin menunjukkan kepada siswa-siswinya bahwa dirinya memiliki kekuasaan. Ia tidak suka dirinya dipandang sebagai orang yang lemah atau tidak berdaya sehingga dalam perilakunya menunjukkan sikap arogan dan selalu ingin dihormati, dihargai, dan dipatuhi.

Guru penguasa biasanya memasang jarak dengan siswa. Perintah-printahnya bersifat dogma yang tidak boleh dibantah. Jika ada siswa-siswinya yang membantah perintah-perintah atau larangan-larangannya, ia akan menggunakan kekuasaannya untuk menghukum siswa. Biasanya yang dijadikan sebagai alat untuk menunjukkan kekuasaannya adalah nilai atau hukuman. Guru tipe ini tak segan-segan menghukum siswa secara berlebihan atau memberikan nilai yang menjatuhkan para siswa.

25 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Guru penguasa sebetulnya sangat lemah di hadapan siswanya. Untuk menutupi kelemahannya itu, ia menunjukkan diri sebagai orang yang berkuasa. Guru tipe ini mengendalikan dan mengarahkan siswa dengan pendekatan kekuasaan. Tindakan guru dengan tipe penguasa selalu menunjukkan bahwa dirinya paling super di hadapan siswa-siswinya.

Guru Penyayang

Guru tipe ini membimbing siswa-siswinya dengan penuh kasih sayang. Ia mengutamakan pendekatan humanistik dalam membimbing para siswa.

Guru penyayang memahami sifat dan karakteristik siswa-siswinya secara mendalam sehingga ia mampu memperlakukan dan membimbing mereka sesuai dengan porsi dan kebutuhannya masing-masing untuk mencapai tujuan pendidikan. Ia memahami kapan saatnya memberikan dorongan, bimbingan, dan dukungan. Ia juga memahami betul kapan saatnya siswa harus mendapatkan hukuman dan stressing. Cara guru penyayang dalam menjatuhkan hukuman dan memberikan stressing senantiasa memerhatikan kaidah-kaidah yang humanistik dan edukatif.

26Abdul RAHMAT

6. BELAJAR BEREMPATI

Empati mempunyai pengertian yang hampir mirip dengan simpati. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati betul dalam memahaminya. Menurut Bennet, empati adalah partisipasi emosional dan intelektual secara imaginatif pada pengalaman orang lain.

Apabila kita perhatikan dengan saksama, empati berbeda dengan simpati. Empati menekankan pada partisipasi secara emosional dan intelektual pada pengalaman orang lain, sedangkan simpati menekankan pada penempatan diri secara imajinatif pada posisi orang lain.

Empati dapat diartikan bagaimana kita membayangkan pikiran atau perasaan orang lain menurut persepsi orang yang bersangkutan. Sedangkan simpati adalah kita menempatkan diri kita seperti orang lain dengan menggunakan persepsi kita. Dalam empati kita membayangkan perasaan atau pikiran orang lain, tetapi dalam simpati kita membayangkan apabila kita menjadi orang lain.

Guru empati dapat membayangkan pikiran dan perasaan siswa menurut persepsi mereka, bukan menurut persepsi

27 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

guru. Misalnya, dalam proses pembelajaran, seorang guru empati akan merancang dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan alam pikir dan perasaan siswa, bukan sesuai dengan alam pikir dirinya. Hal ini tecermin dalam bahasa yang digunakan dan cara memperlakukan siswa.

Guru empati berbeda dengan guru biasa dalam memperlakukan siswa-siswinya.

Perhatikan beberapa contoh perbedaan yang mencolok antara guru empati dan guru yang tidak empati dalam menghadapi siswa.

Contoh 1Cara Guru Tidak Empati dalam

Menyelesaikan Persoalan Siswa yang Terlambat Masuk Sekolah

GuruSiswaGuru

Siswa

Guru

:::

:

:

Mengapa kamu datang terlambat?Saya terlambat bangun, Bu.Ah, alasan kamu! Tidakkah kamu tahu kalau sekolah dimulai pukul 07.00?Saya tahu, Bu. Tapi kali ini saya benar-benar terlambat bangun. Saya menyesal datang terlambat.Ya, sudah. Besok tidak boleh terlambat lagi. Awas, kalau terlambat lagi!

Coba Anda amati kalimat-kalimat yang disampaikan sang guru terhadap siswa dalam ilustrasi tersebut. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata yang menyudutkan,

28Abdul RAHMAT

menyalahkan, dan mengundang rasa tidak nyaman. Bahkan, di dalamnya terdapat kalimat yang mengancam siswa.

Contoh 2Cara Guru Empati dalam Menyelesaikan

Persoalan Siswa yang Terlambat Masuk SekolahGuruSiswaGuruSiswaGuruSiswaGuruSiswaGuru

SiswaGuruSiswaGuru

Siswa

GuruSiswaGuru

:::::::::

::::

:

:::

Mengapa kamu datang terlambat, Nak?Saya terlambat bangun, Bu. Kamu tidur terlampau larut tadi malam?Betul, Bu. Saya nonton pertandingan Sepak Bola.Kamu sangat menyukai sepak bola?Betul, Bu. Saya pencinta sepak bola.Kamu mencintai sepak bola?Ya, Bu.Kamu tidak mau kehilangan kesempatan nonton sepak bola?Betul, Bu.Kamu juga sebetulnya tidak mau terlambat sekolah?Betul, Bu.Kamu dapat mengatur waktumu agar kecintaanmu terhadap sepak bola tidak mengganggu sekolahmu?Bisa, Bu. Lain kali saya tidak akan terlambat ke sekolah, meskipun habis nonton sepak bola.Kamu merasa itu pilihan yang terbaik untukmu?Ya, Bu. (Guru mengangguk, lalu mempersilakan siswa masuk kelas).

Dari dialog tersebut, tampak dengan jelas perbedaan sikap guru empati dengan guru tidak empati. Contoh kasus 1 menggambarkan sikap guru tidak empati. Siswa merasa tidak nyaman dengan sikap guru tersebut. Ia sebetulnya sudah tahu bahwa dirinya tidak mau terlambat ke sekolah,

29 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dan ia menyesal. Akan tetapi, pertanyaan dan ancaman guru semakin membuat dirinya merasa bersalah yang mendalam. Sikap guru seperti itu dapat mengundang siswa tidak hormat pada guru, bahkan dapat menimbulkan rasa marah dan dendam siswa kepada guru.

Sebaliknya, pada contoh kasus 2, guru memosisikan diri pada persepsi dan perasaan siswa yang terlambat sehingga akhirnya siswa menyadari kekeliruannya dengan penuh kesadaran. Bahkan, ia menemukan solusinya tanpa harus merasa ditekan atau diancam oleh guru. Kecintaannya pada sepak bola tidak dicela oleh guru. Akan tetapi, pada kasus pertama, guru sama sekali tidak menghargai kesukaan siswa pada sepak bola.

Sebagai manusia, para siswa dapat membedakan guru empati dengan guru tidak empati. Guru empati sangat menyenangkan sehingga dijadikan sebagai orangtua dan sahabat. Guru empati aman untuk dijadikan sebagai tempat curhat (mencurahkan isi hati). Wajarlah, apabila guru empati disukai dan disayangi para siswa. Di tangan guru empati, para siswa tunduk dan patuh serta terbuka. Oleh sebab itu, guru empati memiliki kekuatan psikologis yang luar biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada sementara guru yang berpandangan bahwa sikap empati membuat guru tidak dihargai siswa. Pendapat ini tentu saja kurang berdasar. Yang menyebabkan guru tidak dihargai siswa bukan sikap empatinya, melainkan sikapnya yang sering mencela, memaki, dan tidak menghargai perasaan serta pikiran siswa

30Abdul RAHMAT

alias guru otoriter atau guru yang tidak memegang nilai-nilai dalam menghadapi siswa (tidak proaktif).

Bagi guru pada era globalisasi seperti sekarang ini, sikap dan perlakuan empati kepada siswa merupakan tuntutan mutlak untuk mencapai hubungan yang harmonis dan edukatif dengan siswa. Tanpa sikap ini, pola komunikasi dan hubungan antara siswa dan guru dalam pendidikan akan terasa dingin dan memiliki jarak psikologis, bahkan cenderung menegangkan. Akibatnya, proses pendidikan tidak mencapai hasil optimal.

31 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

7. BIJAKSANA ITU INDAH

Orang bijaksana adalah orang yang senantiasa menggunakan akal dan pikirannya dalam menghadapi atau memutuskan suatu persoalan. Orang bijaksana tidak emosional dalam menghadapi sesuatu. Ia pun tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Setiap persoalan dihadapinya dengan akal sehat. Setiap keputusan dipertimbangkan masak-masak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang luas.

Seorang guru dikatakan bijaksana apabila dalam menghadapi setiap persoalan senantiasa dipertimbangkan dengan akal sehat dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Ia tidak reaktif dan emosional. Misalnya, apabila ia menghadapi siswa yang melakukan kesalahan, ia tidak dengan serta-merta menyalahkan, mencela, memaki, dan menghukum siswa. Dengan tenang dan penuh kesabaran, ia mengumpulkan berbagai bukti secara objektif. Setelah bukti tersebut ditemukan, ia mempertimbangkannya masak-masak. Lalu, ia mengambil tindakan dengan mempertimbangkan kemanfaatan, baik bagi siswa yang melakukan kesalahan tersebut maupun bagi kebaikan umum.

32Abdul RAHMAT

Guru bijaksana merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan keadaan siswa-siswinya. Ia tidak memaksakan kehendaknya sendiri pada anak-anak. Ia tidak berlebihan dalam memberikan tugas, tapi disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan siswa.

Bijaksana dalam dunia pendidikan dapat juga diartikan:

1. memberikan tugas tanpa harus membebani siswa;2. menghukum siswa yang bersalah tanpa harus menyakiti;3. mengingatkan dan meluruskan siswa yang salah tanpa

harus mempermalukan;4. mendidik siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan

mereka; dan5. menguji dan menilai siswa sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

Secara umum, para siswa menyukai guru yang bijaksana. Mengapa demikian? Sebab, dari guru bijaksana mereka mendapatkan pelajaran untuk kehidupannya. Mereka merasa diperlakukan secara manusiawi, tidak semena-mena. Berbeda halnya dengan guru yang tidak bijaksana. Guru tidak bijaksana memperlakukan siswa semaunya, menurut perasaannya. Jika tidak menyukai siswa tertentu, guru tidak bijaksana akan menindasnya, terutama secara psikologis.

Guru tidak bijaksana dapat terjerumus ke dalam perbuatan merusakkan mentalitas siswa tanpa disadari. Ia akan memperlakukan anak seperti memperlakukan orang dewasa lain yang ia tidak sukai. Bahkan, ia bisa lupa

33 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

bahwa tugas dirinya adalah memperbaiki siswa, bukan merusakkannya.

Ada yang berpendapat bahwa bijaksana berarti melanggar hukum. Pendapat ini tentu saja tidak dapat dibenarkan. Bijaksana bukan melanggar hukum. Justru bijaksana berarti melaksanakan hukum sesuai dengan kebutuhan dan keperluan.

Sudahkah Anda bersikap dan bertindak bijaksana terhadap siswa-siswi Anda?

34Abdul RAHMAT

8. BELAJARLAH DARI GERGAJI

Anda tahu gergaji? Apa yang terjadi dengan gergaji yang tidak suka diasah? Tentu saja gergaji yang tidak diasah akan tumpul. Gergaji yang tumpul apabila digunakan akan terasa berat dan hasil gergajiannya pun buruk. Guru ibarat gergaji.

Apabila jarang diasah, ia menjadi tumpul. Dan apabila gergaji pikiran guru tumpul, pembelajaran jadi terasa berat

dan hasilnya pun buruk sekali.

Guru yang gergaji pikirannya selalu diasah dengan belajar sepanjang waktu terasa tajam. Ia merasa ringan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan hasil pembelajarannya pun baik. Guru yang senantiasa belajar gagasannya selalu segar, proses pembelajarannya berjalan dengan baik dan menarik. Sebaliknya, guru yang tidak suka mengasah gergaji pikirannya, ia mengajar dengan berat, siswa-siswinya pun tidak senang diajar olehnya. Seorang guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Nasution pernah mengatakan bahwa seorang sarjana yang tidak mau belajar lagi setelah menyelesaikan pendidikannya, ia akan mengalami erosi ilmu sebesar 10 persen setiap tahunnya.

35 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Pada era informasi, seorang guru tidak sepatutnya mengabaikan informasi yang ada. Guru yang tidak suka belajar lagi, pembelajarannya tidak up to date dan kurang dapat menarik perhatian siswa.

Jadi, agar gagasan-gagasan kita baru dan selalu up to date, maka kita harus membiasakan diri belajar setiap waktu.

Apakah Anda termasuk orang yang selalu belajar sepanjang waktu?

Dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh.

1. Mendiagnosis kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuan-kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap peserta didik sebagai individu mempunyai kemampuan, kecepatan belajar, karakteristik dan problem-problem sendiri, yang berbeda dengan individu lainnya.

2. Memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan dengan perbedaan individual, harus pendekatan pembelajaran yang bersifat individual. Pendekatan demikian pernah dilaksanakan pada delapan PPSP dengan menggunakan sistem modul, tetapi karena alasan-alasan tertentu, PPSP dibubarkan dan metode tersebut tidak digunakan lagi. Konsep modul dan sistem belajar sendirinya masih dipakai

36Abdul RAHMAT

pada SMP dan Universitas Terbuka. Di sekolah-sekolah biasa umumnya digunakan pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan klasikal sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk memperhatikan perbedaan individual. Salah satu prinsip pengajaran yang efektif, adalah menggunakan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi, ”pendekatan multi metode-multi media”. Dengan menggunakan metode dan media yang bervariasi, perbedaan-perbedaan individual dapat terlayani, di samping pembelajaran menjadi lebih menarik, karena sering terjadi pergantian kegiatan. Dalam pembelajaran guru dapat mengadakan variasi, antara metode yang lebih mengaktifkan guru dengan yang mengaktifkan siswa, antara belajar secara klasikal dengan belajar kelompok dan penugasan yang bersifat individual. Variasi antara yang menekankan pengetahuan dengan keterampilan dan nilai-nilai, antara yang hanya menggunakan kapur-papan tulis dengan menggunakan media, antara me dia sederhana dengan media yang lebih kompleks.

3. Kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan penggunaan metode dan media yang bervariasi tidak dengan sendirinya, akan mengoptimalkan perkembangan siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan, bantuan, pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau di luar kegiatan pembelajaran.

37 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

9. GURU HUMOR DAN BERSAHABAT

Pembelajaran yang dilakukan tanpa diselingi humor terasa membosankan dan menjenuhkan. Para siswa tidak menyukai guru yang pembelajarannya monoton. Sebaliknya, guru yang disukai para siswa adalah guru yang pembelajarannya menarik. Dan salah satu cara membuat pembelajaran menarik ialah dengan humor.

Tentu saja humor yang dimaksud di sini adalah humor yang mendidik (edukatif) dan terkendali. Humor yang tidak edukatif sebaiknya tidak dilakukan. Apalagi jika humor dilakukan tanpa kendali. Humor yang dilakukan tanpa kendali mengakibatkan pembelajaran tidak efektif.

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kebiasaan humor ini, di antaranya:

1. pembelajaran jadi lebih bervariasi dan nuansanya hidup;2. ketegangan saat pembelajaran dapat dikurangi;3. menciptakan komunikasi yang familiar; 4. meregangkan saraf-saraf yang tegang sehingga menjadi

lebih rileks; dan5. menciptakan daya tarik pembelajaran.

38Abdul RAHMAT

Sudahkah Anda menyelingi pembelajaran dengan sedikit humor yang edukatif dan terkendali?

Dahulu, jarak antara guru dan siswa sangat kentara. Seolah-olah guru adalah orang yang tinggi derajatnya, sedangkan siswa rendah derajatnya.

Saat ini, keadaan demikian tidak dapat dipertahankan. Siswa sekarang menyenangi guru yang familiar dan menjalin persahabatan dengan mereka. Secara psikologis, persahabatan dapat membuka hubungan yang lebih akrab sehingga dapat memahami pribadi masing-masing. Siswa tidak suka guru yang terlalu menjaga jarak. Mereka menyebut guru seperti itu sebagai guru jaim (jaga image).

Guru yang menyenangkan adalah guru yang mampu menjalin keakraban dengan siswa-siswinya. Akan tetapi, keakraban di antara keduanya tetap ada batasnya. Persahabatan yang dijalin dengan akrab antara guru dan siswa dilakukan sebatas untuk mempermudah proses memahami pribadi siswa sehingga dapat bermanfaat untuk mendidik mereka. Keakraban yang tanpa batas antara siswa dan guru dapat menjadi penyebab kurang efektifnya pembelajaran.

Dalam praktik kehidupan sehari-hari, siswa senang bergaul dengan guru yang mau akrab dengan mereka. Mereka dapat mencurahkan isi hati, termasuk kesulitan-kesulitan dalam belajar. Apabila guru dapat menggali isi hati

39 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dan mengetahui kesulitan belajar mereka, ia dengan mudah dapat membimbing mereka.

Ada sementara guru yang berpandangan bahwa keakraban guru dengan siswa dapat menurunkan wibawa guru. Sebetulnya tidaklah demikian. Wibawa guru tidak akan turun akibat hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Wibawa guru turun apabila guru tidak mampu menunjukkan nilai-nilai positif di hadapan siswa-siswinya.

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari sikap akrab guru dengan para siswa, di antaranya:

1. siswa tidak merasakan ketegangan saat berhadapan dengan gurunya;

2. komunikasi dan hubungan antara siswa dan guru menjadi akrab;

3. siswa dapat lebih terbuka dalam menyampaikan isi hati dan persoalan-persoalan belajar lainnya;

4. guru dapat menggali banyak sikap dan pikiran siswa-siswi; dan

5. siswa merasa diakui dan diayomi oleh gurunya.

40Abdul RAHMAT

10. GURU RENDAH HATI TAPI TEGAS

Salah satu hal yang disukai dari penampilan dan sikap seseorang adalah sikap rendah hati. Sikap rendah hati ialah sikap tidak mengagung-agungkan diri meskipun sebetulnya ia patut diagungkan. Sikap ini sangat menyenangkan orang lain. Orang dengan sikap rendah hati memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berkomunikasi secara bebas dan terbuka.

Dengan sikap rendah hati, secara tidak langsung guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan gagasan, kreativitas, dan kemampuannya. Bahkan, dengan sikap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikap berani mengemukakan perasaan, gagasan, dan pikiran. Di tangan guru yang rendah hati, siswa dapat berkembang menjadi lebih maju.

Guru memegang peran ganda dalam pembelajaran. Ia bukan hanya harus menampilkan sikap penyayang kepada siswa, melainkan juga harus bersikap tegas. Tegas dalam arti menegakkan aturan-aturan secara konsisten dan penuh dengan komitmen.

41 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Guru yang tidak tegas tidak akan dihormati siswa-siswi. Mereka dapat saja mempermainkan atau melecehkan guru yang demikian. Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru dituntut untuk menunjukkan sikap tegas.

Kapan seorang guru menerapkan sikap tegas?

Sikap tegas diperlukan ketika siswa melanggar aturan dengan unsur kesengajaan. Pada situasi seperti ini, seorang guru harus bersikap tegas menegakkan aturan sehingga aturan dihormati. Demikian pula apabila siswa telah diberi kesempatan berulang-ulang untuk memperbaiki diri, akan tetapi siswa tersebut tidak mau melakukannya, bahkan cenderung mengabaikan apa yang dianjurkan guru, dalam situasi seperti ini seorang guru harus bersikap tegas.

Ketegasan seorang guru dalam situasi yang tepat dapat menjadi bagian dari proses pembelajaran. Sebaliknya, ketegasan guru yang tidak tepat dapat menjadi sesuatu yang buruk bagi pertumbuhan sikap dan mental siswa. Oleh sebab itu, ketegasan harus dilakukan pada situasi dan orang yang tepat.

Untuk dapat bersikap tegas, tentu saja seorang guru harus menempuh langkah-langkah yang terstruktur. Apabila langkah-langkah yang seharusnya ditempuh telah dilakukan secara maksimal, tetapi ternyata siswa tidak mengindahkan apa yang seharusnya dilakukan, di sinilah guru menunjukkan sikap tegas. Sikap tegas yang demikian sangat membantu pertumbuhan sikap dan mental siswa. Selain itu, sikap tegas

42Abdul RAHMAT

yang demikian juga dapat meningkatkan wibawa (ajen) guru di mata siswa.

Hal yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam menerapkan sikap tegas ini adalah harus pandai membuat berbagai alternatif solusi (penyelesaian masalah). Sebab, bisa jadi anak yang diperlakukan tegas ini menderita shock. Apabila terjadi hal demikian, guru tetap menjalankan ketegasannya, tetapi harus memberikan solusi agar keadaan siswa yang shock tadi dapat diatasi secara cermat dan proporsional.

Seorang guru akan dihadapkan pada berbagai karakter siswa yang berlainan. Bahkan, kadang kala terjadi benturan antara karakter siswa yang satu dan yang lainnya. Dalam menghadapi situasi seperti ini, guru dituntut mampu mengayomi semua siswanya dengan berbagai macam karakter yang berbeda-beda.

Guru tidak boleh berpihak pada salah seorang atau sekelompok siswa tertentu saja. Guru harus mampu mengayomi semua siswa, termasuk siswa yang nakal dan membuat onar di lingkungan sekolah. Ketika siswa-siswi yang nakal atau pembuat onar melakukan kesalahan, guru harus mampu meluruskannya, tetapi di sisi lain juga harus mampu melindungi mereka. Yang dimaksud melindungi di sini adalah melindungi sisi kemanusiaannya, bukan melindungi perilaku buruknya.

Kadang-kadang terjadi situasi ketika guru tidak dapat melindungi siswanya karena sering merasa dikecewakan.

43 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Hal demikian tentu saja tidak bijaksana dilakukan seorang guru kepada siswanya. Sekecewa apa pun guru oleh sikap dan perilaku siswa-siswinya, ia tetap harus dapat mengayomi mereka. Mereka adalah anak-anak yang belum dewasa, yang masih memerlukan perlindungan dan pengayoman dari gurunya, meskipun di sisi lain kenakalan mereka juga mengecewakan gurunya.

Guru dikatakan tegas juga berdisiplin apabila ia mengajar tepat waktu, tidak dikurangi dan tidak dilebihkan. Masuk kelas, beristirahat, dan pulang tepat pada waktunya. Selain itu, jika memberikan tugas, ia memeriksanya dan membagikan hasilnya kepada siswa tepat pada waktunya.

Sebetulnya, siswa menyenangi sikap disiplin. Mereka menyadari bahwa sikap disiplin sangat berguna bagi kehidupan. Nah, sikap disiplin ini harus dicontohkan dan ditegakkan oleh gurunya. Apabila guru tidak mampu memberikan contoh dan menegakkan disiplin kepada siswa, siswa menjadi liar dan kurang berdisiplin.

Tentu saja, disiplin dalam dunia pendidikan tidak sama dengan disiplin militer yang kaku. Disiplin dalam pendidikan merupakan proses pembelajaran hidup sehingga tidak setiap kesalahan dijatuhi hukuman.

Kesalahan yang dilakukan pada kali pertama hendaknya dijadikan sebagai media untuk menyosialisasikan aturan yang dilanggar itu. Namun, dalam hal ini ada pengecualian. Apabila kesalahan yang dilakukan siswa merupakan tindakan

44Abdul RAHMAT

pidana yang membahayakan kepentingan umum, hukuman dapat dijatuhkan, tetapi tentu saja proporsional dan edukatif.

Untuk membiasakan sikap hidup disiplin ini, guru dapat memberikan contoh atau keteladanan. Dari keteladanan ini siswa dapat mengimitasi apa yang harus dilakukan guru. Selain keteladanan, guru juga dapat membiasakan para siswa untuk menaati aturan-aturan sederhana yang diberlakukan di sekolah secara konsisten. Untuk menegaskan perilaku mereka yang menunjukkan sikap disiplin, guru dapat melakukan reinforcement (peneguhan) atau memberi mereka reward (pujian).

45 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

11. GURU PEMAAF DAN FAMILIAR

Siswa merupakan sosok manusia yang belum dewasa. Mereka acap kali membuat guru tersinggung, marah, dan sebagainya. Hal ini tentu saja sangat manusiawi. Sebagai orang yang telah dewasa atau didewasakan, guru hendaknya memiliki sikap pemaaf. Sebab, segala apa yang dilakukan siswa pada hakikatnya adalah suatu proses pembelajaran. Mereka dapat diarahkan menjadi manusia yang lebih baik dan lebih berguna.

Guru tidak boleh berputus asa apabila menghadapi perilaku siswa yang mengecewakan. Semua kesalahan siswa dapat menjadi media pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan kepribadian mereka. Di sini guru dituntut berpikir positif sehingga tidak ada satu pun perilaku buruk siswa yang menjadi keburukan. Sebaliknya, di tangan guru, perilaku buruk siswa ini menjadi media pembelajaran untuk perbaikan ke depan.

Di tangan guru pemaaf, perilaku salah siswa dapat diperbaiki. Ia sangat dicintai para siswanya karena mereka

46Abdul RAHMAT

merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki segala sikap dan perilaku buruk mereka.

Dalam menerapkan sikap pemaaf ini, tentu saja seorang guru harus mampu menindaklanjuti sikap pemaafnya dengan cermat. Pemberian maaf yang tidak disertai tantangan untuk memperbaiki diri kurang berguna bagi perubahan sikap dan perilaku para siswa. Bahkan, mereka dapat mengulang-ulang kesalahan yang serupa dan sama karena berkeyakinan akan dimaafkan oleh guru mereka.

Guru pemaaf bukan berarti tidak mau menghukum siswa yang melakukan kesalahan berulang-ulang dengan kesengajaan. Guru pemaaf dapat saja menghukum siswa-siswinya yang melakukan kesalahan yang diulang dengan kesengajaan. Akan tetapi, ia dengan aktif mengarahkan sikap dan perilakunya agar menjadi lebih baik pada masa depan.

Memaafkan berarti menghapus kesalahan masa lalu. Oleh sebab itu, setelah memberikan maaf, guru tidak boleh mengungkit-ungkit kesalahan yang telah dimaafkan. Apabila guru masih melakukan hal ini, berarti ia belum memaafkan mereka. Para siswa paling anti apabila kesalahan masa lalunya diungkit-ungkit, apalagi jika hal itu sudah dimaafkan.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, kita masih suka mendapati guru yang suka mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu siswa yang sudah dimaafkan. Sikap seperti ini kurang bijaksana dilakukan seorang guru. Para siswa tidak

47 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

menyukai sikap yang demikian. Kesalahan masa lalu bagi siswa merupakan aib yang seharusnya ditutupi oleh gurunya.

Siswa yang sering diungkit-ungkit kesalahan masa lalunya cenderung merasa terus bersalah sehingga ia menjadi beringas dan nekat. Bahkan, ia dapat bersikap ekstrem.

Apabila guru hendak menangani sebuah kesalahan siswa, ia tidak sepatutnya mengungkit-ungkit kesalahan siswa yang terjadi pada masa lalu. Ia hendaknya terfokus pada kesalahan yang sedang dilakukan siswa saat ini saja. Apalagi jika kesalahan tersebut telah dimaafkan.

Para siswa adalah manusia seperti kita. Mereka memiliki perasaan bersalah, perasaan malu, dan memiliki keinginan untuk memperbaiki diri. Namun, kadang-kadang situasi menuntut mereka melakukan kembali kesalahan yang sama. Nah, sebetulnya mereka menyadari bahwa perilaku mereka itu salah, akan tetapi mereka tidak berdaya. Oleh sebab itu, guru harus mampu memaafkan kesalahan mereka dan tidak bosan-bosannya terus berupaya memperbaiki sikap dan perilaku mereka yang salah itu.

Guru pemaaf menghadapi segala keburukan dan kesalahan para siswa sebagai suatu hal yang wajar dan manusiawi sehingga ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperbaiki kesalahan mereka agar tidak diulang kembali. Guru pemaaf menyadari bahwa tugasnya adalah memperbaiki siswa-siswinya, bukan merusakkan atau membuat mereka semakin tidak berdaya.

48Abdul RAHMAT

Sikap familiar (kekeluargaan) adalah sikap yang dapat mengakrabkan hubungan komunikasi. Apabila seorang guru memiliki sikap familiar terhadap siswa-siswinya, ia akan disenangi oleh mereka. Para siswa senang kepada guru yang familiar. Dengan sikap familiar guru, mereka menjadi terbuka dan mau berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat bagi guru untuk membantu mereka dalam proses pembelajaran.

Sikap familiar guru ini harus diterjemahkan dengan sikap yang tetap terbatas. Jadi, kendatipun guru bersikap familiar terhadap siswa-siswinya, itu bukan berarti tidak ada batas-batas normatif. Tetap saja harus ada batas-batas normatif antara siswa dan guru. Sikap familiar yang tidak menjaga batas-batas normatif dapat merusakkan kewibawaan guru sehingga pembelajaran tidak berhasil.

Perlu diperhatikan pula bahwa sikap familiar ini dilakukan dalam proses komunikasi pembelajaran. Dalam penegakan tata tertib dan pemberian nilai, sikap ini tentu saja tidak tepat digunakan. Sikap familiar guru sangat tepat digunakan saat guru melakukan bimbingan dan konseling. Dengan sikap ini, siswa-siswi merasa akrab dan dekat dengan guru mereka.

49 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

12. GURU PROFESI SEUMUR HIDUP

“Yi ri wei shi,zhong sheng wei fu”

Saya membaca tulisan Sawali Tuhusetya tentang sebuah pepatah klasik Cina: “Yi ri wei shi, zhong sheng wei fu” (sehari menjadi guru, seumur hidup menjadi orang tua). Secara pribadi saya juga tidak begitu mengerti tentang bahasa Cina tersebut, tapi setelah pak Sawali menjelaskan maksud dari pepatah klasik Cina itu saya merasa ada hal yang sangat penting tentang hakikat seorang guru.

Ada pesan moral yang lebih agung dan mulia di balik adagium Cina klasik itu. Guru bukan semata-mata sebuah profesi, melainkan status; sebagai Shi Fu; guru yang sekaligus berstatus sebagai orang tua. Alangkah luhur dan mulianya status yang disandang oleh para guru. Mereka tak sekadar mentransfer ilmu pengetahuan an-sich, melainkan juga

50Abdul RAHMAT

membangun karakter. Mereka tak hanya pintar memberikan punishment, tetapi juga bijak memberikan reward.

Seorang Guru dapat sangat menentukan masa depan seorang anak didik. Apalagi di zaman seperti ini, di mana interaksi antar orang tua dan anak di rumah sangat terbatas dikarenakan waktu orang tua lebih banyak dihabiskan untuk bekerja. Sementara itu, seorang anak bisa menghabiskan waktunya kurang lebih 7 – 8 jam di sekolah, Senin hingga Jumat, dan mungkin Sabtu jika ada kegiatan ektrakurikuler yang diikuti. Ini artinya interaksi seorang anak, terutama pada usia remaja SMP dan SMU, lebih banyak bersinggungan dengan Gurunya.

Ada sentuhan tangan sang guru yang lembut, penuh perhatian, dan sarat nilai kasih kitang kepada para murid ketika sedang bergulat di tengah rimba belantara dunia pendidikan. Ada simpul-simpul syaraf kemanusiaan yang dengan amat sadar dialirkan ke ruang-ruang kelas, sehingga atmosfer yang terbangun menjadi lebih beradab dan berbudaya.

Guru berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi konseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Dasar pertama dari pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan adalah “teori konvergensi” yang menyatakan bahwa “pengetahuan manusia merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan (nature) dan faktor pengasuhan (nurture). Menurutnya, baik “dasar” (faktor bawaan) maupun “ajar” (pendidikan) berperan

51 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dalam pembentukan watak seseorang. Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hadjar teori konvergensi diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan siswa atau yang disebutnya “sistem merdeka”.

Ki Hadjar menunjukkan bahwa pendidikan diselenggara-kan dengan tujuan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti: (a) tidak hidup terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Sing-katnya, pendidikan menjadikan orang mudah diatur tetapi tidak dapat disetir.

Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Ki Hadjar mengartikan mendidik sebagai “berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan” Ki Hadjar dan konstruktivisme sama-sama memandang pengajar sebagai mitra siswa untuk menemukan pengetahuan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian terhadap berbagai hal. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa

52Abdul RAHMAT

untuk berpikir secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berpikir sendiri.

Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik).

Idiom klasik Cina itu telah mengingatkan kita agar menjadi seorang shi fu; menjadi guru sekaligus orang tua. Guru tak hanya sebatas memainkan peran sebagai tukang ajar, tetapi juga sekaligus sebagai orang tua yang mengemban misi mendidik. Kalau ada anak yang berotak pas-pasan, sudah seharusnya diajak untuk mengembangkan potensi kecerdasannya; dibimbing dan dilatih dengan penuh sentuhan perhatian dan kasih kitang; tak ubahnya kasih kitang orang tua kepada anak-anaknya. Kalau ada murid yang melanggar aturan, mereka perlu diajak dan dilibatkan untuk membuat “kontrak sosial” agar mereka patuh terhadap aturan main yang telah disepakati.

Guru juga tak hanya mengemban misi mencerdaskan otak siswa, melainkan juga membangun pilar-pilar karakter yang kuat agar kelak anak-anak negeri ini juga cerdas secara emosional, spiritual, dan sosial. Semua orang bisa menjadi guru yang dengan sentuhan tangan yang lembut, bijak, penuh

53 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

perhatian, dan sarat belaian kasih kitang, anak-anak negeri ini akan menemukan dunianya yang beradab dan berbudaya.

Guru adalah profesi yang menggarap bidang sumber daya manusia sehingga mereka dapat menjadi manusia berguna bagi kehidupan. Setiap saat guru terus berusaha agar anak didiknya mendapatkan hal terbaik dari proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, bagi anak didik kehidupan guru adalah sesuatu yang tiada pernah habis untuk dikupas. Polah tingkah guru tersebut terus tercipta dari perjalanan hidup sang guru. Guru tidak perlu menulis kehidupannya sebab kehidupannya telah tertulis secara otomatis dalam buku harian kehidupan.

Dalam perjalanan hidupnya, guru adalah sosok-sosok dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Dimana-pun dan dengan siapapun guru mampu segera mengadaptasikan diri. Hal ini memberikan gambaran bahwa seorang guru adalah kehidupan ini sendiri. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa jika di suatu tempat ada seorang guru, maka kehidupan masyarakatnya akan tertata. Masyarakat yang ada guru di dalamnya adalah masyarakat yang ada sajak gurunya, maka kehidupan selalu bernilai positif.

Eksistensi guru di dalam masyarakat adalah sebagai resistensi atas segala nilai negatif yang muncul atas pola kehidupan. Hal ini karena adanya kecenderungan bahwa manusia selalu ingin memuaskan diri dengan hal-hal negatif. Namun, dengan adanya guru, maka setidaknya ada semacam lingkaran cahaya yang menerangi orang-orang tersesat sehingga tidak meneruskan kehidupan sesatnya. Ini pengaruh

54Abdul RAHMAT

guru terhadap kelakuan negatif orang-orang yang tersesat dalam hidupnya. Tidak ada kata bekas bagi sang guru abadi.

55 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

13. GURU MATA AIR KEARIFAN

Jasad seorang guru mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan

bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yanag akan datang. Guru tidak bisa mati

selama ada cinta.

Dalam buku sang pemimpi, seorang guru yamg bernama Julian Ichsan Balia pernah berkata kepada para muridnya, “setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana sini, tersebar dalam waktu dan ruang-ruang. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa membangun siapa dirimu ketika dewasa nanti. Lalu apa pun yang kau kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian.

Julian Ichsan Balia menyadari betul bahwa tugas seorang guru adalah mengantarkan anak didiknya ke gerbangan kesuksesan. Masalah, nantinya sang murid bisa berhasil atau tidak, hal itu tergantung pada kekuatan motivasi murid untuk membuka gerbang tersebut. Karena guru hanya berfungsi

56Abdul RAHMAT

sebagai fasilitataor dan motivator dan sekaligus oase cinta yang tidak pernah habis menebarkan cintanya kepada para muridnya dalam upaya membantu mengeluarkan potensi terbaik yang dimiliki sang murid.

Guru tidak berharap anak didiknya membalas segala pembelajarannya secara finansial. Mereka hanya berharap agar anak didiknya mampu menuangkan semua ilmu dan pengetahuan yang diberikannya dalam kehidupan. Guru tidak perlu penghargaan, tanda jasa dan sebagainya. Jadilah manusia yang berguna bagi kehidupan, maka guru akan merasa bahagia sekali. Sajak guru dalam kehidupan akan tertuang terus selama kehidupan ini. Guru adalah profesi yang menggarap bidang sumber daya manusia sehingga mereka dapat menjadi manusia berguna bagi kehidupan. Setiap saat guru terus berusaha agar anak didiknya mendapatkan hal terbaik dari proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, bagi anak didik kehidupan guru adalah sebuah sajak yang tiada pernah habis untuk dikupas. Sajak-sajak guru tersebut terus tercipta dari perjalanan hidup sang guru. Guru tidak perlu menulis kehidupannya sebab kehidupannya telah tertulis secara otomatis dalam buku harian kehidupan.

Dalam perjalanan hidupnya, guru adalah sosok-sosok dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Dimana-pun dan dengan siapapun guru mampu segera mengadaptasikan diri. Hal ini memberikan gambaran bahwa seorang guru adalah kehidupan ini sendiri. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa jika di suatu tempat ada seorang guru, maka kehidupan

57 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

masyarakatnya akan tertata. Masyarakat yang ada guru di dalamnya adalah masyarakat yang ada sajak gurunya, maka kehidupan selalu bernilai positif.

Anda harus mengakui bahwa eksistensi guru di dalam masyarakat adalah sebagai resistensi atas segala nilai negatif yang muncul atas pola kehidupan. Hal ini karena adanya kecenderungan bahwa manusia selalu ingin memuaskan diri dengan hal-hal negatif. Namun, dengan adanya guru, maka setidaknya ada semacam lingkaran cahaya yang menerangi orang-orang tersesat sehingga tidak meneruskan kehidupan sesatnya. Ini adalah sebuah sajak tentang pengaruh guru terhadap kelakuan negatif orang-orang yang tersesat dalam hidupnya.

Guru tidak membedakan dengan siapa mereka bergaul. Guru tidak membatasi dengan siapa mereka harus berkomunikasi. Bagi guru setiap orang merupakan sosok spesifik yang perlu diselami kedalaman dirinya. Proses penyelaman ini membawa serta seluruh jiwa sang guru. Jika hal ini Anda telaah, maka ada banyak sajak yang tercipta dari interaksi personal ini. Dengan sajak guru yang semakin banyak, maka semakin banyak pula pencerahan yang diperoleh. Pencerahan yang didapatkan dari sajak-sajak guru yang terus mengoar dalam interaksi personal guru dengan masyarakat inilah yang selanjutnya menentukan keberhasilan hidup.

Hidup ini adalah puisi yang ditulis Tuhan untuk ditelaah agar kehidupan menjadi lebih baik dan guru adalah sosok yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan puisi hidup

58Abdul RAHMAT

tersebut. Oleh karena itu, siapa yang mampu menangkap dan menerjemahkan sajak yang telah dikoarkan guru, maka mereka mendapatkan pencerahan hidup. Jadi, dekatkanlah hidupmu pada guru agar dapat pencerahan itu. Guru: Mata Air Kearifan yang Tidak Pernah Putus.

59 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

14. KEARIFAN GURU

Jika Anda ingin berbahagia selama satu jam, silakan tidur siang. Jika Anda ingin berbahagia selama satu hari, pergilah

berpiknik. Bila Anda ingin berbahagia seminggu, pergilah berlibur. Bila Anda ingin berbahagia selama sebulan,

menikahlah. Bila Anda ingin berbahagia selama setahun, warisilah kekayaan. Jika Anda ingin berbahagia seumur

hidup, Jadilah Guru dan cintailah pekerjaan Anda.

Promod Brata

Cinta merupakan urusan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tidak ada urusan lain yang lebih menyita perhatian manusia selain urusan cinta. Tanpa cinta manusia memang tak dapat menjadi manusia seutuhnya. Sejak zaman kuno hingga zaman modem-kontemporer, cinta mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam kehidupan manusia.

Hanya dengan cintalah manusia dapat membangun kehidupan bersama. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan

60Abdul RAHMAT

bentuknya yang khas manusia. Cinta adalah energi penyatu, daya dinamis yang terus-menerus mendorong setiap pribadi untuk membuka diri dan menjalin komunikasi yang konstruktif dengan pribadi yang lain.

Tidak hanya itu. Cinta jualah yang memungkinkan manusia untuk terbuka dan menjalin komunikasi dengan Pribadi Yang Lain (Tuhan). Di dalam cinta terjadi perjumpaan yang sangat khas antar manusia. Di dalam cinta manusia menghormati dan menghargai keaslian diri pribadi orang lain.

Di dalam cinta terjadi perjumpaan yang sangat khas antara manusia dengan Tuhannya. Perjumpaan-perjumpaan yang dilandasi cinta inilah yang memungkinkan manusia terus bertumbuh, berkembang, menjadi manusia sejati.

Tak ada manusia yang bisa hidup sendirian tanpa orang lain. Adanya manusia berarti ada bersama dengan orang lain. Orang lain ada dan hadir bersama-sama dengan saya dalam kehidupan ini. Seperti saya, sesama pun hadir sebagai subjek yang unik dan khas. Kehadiran orang lain bukan sebagai objek bagi kehadiranku, melainkan sebagai subjek seperti halnya diriku.

Kekuatan yang menyatukan manusia, dan yang memungkinkan manusia membangun kehidupan bersama ialah cinta.

Relasi antar manusia tak akan berarti jika tidak di-dasarkan atas cinta. Cinta membuat ”Aku” dan ”Engkau” menjadi ”Kita”.

61 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Maka dasar cinta ialah menghormati eksistensi dan hidup sesama manusia. Sikap hormat terhadap eksistensi dan hidup sesama ini didasarkan pada kenyataan bahwa eksistensi dan hidupku hanya mungkin terjadi bersama orang lain, sesamaku.

Menjadi jelas bahwa cinta merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan hidup manusia. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka orang akan mengalami gangguan serius.

Seperti dikatakan oleh Abraham Maslow, tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan kemampuan orang akan terhambat. Setiap orang membutuhkan cinta.

Manusia membutuhkan cinta seperti halnya ia membutuhkan makanan dan minuman. Karena itu, apa yang disebut cinta itu harus terus menerus diupayakan terwujud agar manusia tidak kekurangan ”gizi” rohani. Bagaimanapun kerajaan cinta harus ditegakkan agar manusia dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Untuk itu orang harus saling memberikan cinta. Harus terus menerus diupayakan agar tercipta suatu situasi di mana orang dapat saling mengerti secara mendalam, saling mengakui dan menerima eksistensi masing-masing dengan sepenuh hati, tanpa syarat apa pun.

Sama seperti minyak terdapat dalam setiap bagian zaitun, demikian juga cinta meresap pada semua bagian ciptaan. Tetapi sangat sulit menggambarkan cinta, sama halnya seperti kata-kata tidak sepenuhnya dapat menggambarkan

62Abdul RAHMAT

seperti apa rasa jeruk. Anda harus merasakan sendiri buah itu agar dapat mengetahui rasanya.

Demikian juga dengan cinta. Anda semua pasti sudah merasakan berbagai jenis rasa cinta dalam sanubari anda, karena itu anda tahu sedikit apa itu cinta. Tetapi anda tidak mengetahui bagaimana cara mengembangkan cinta, bagaimana cara memurnikan dan meningkatkannya menjadi cinta Ilahi.

Sepercik cinta Ilahi ini ada hampir di setiap sanubari di awal setiap kehidupan, tetapi biasanya kemudian hilang, karena manusia tidak tahu bagaimana memupuknya.

Banyak orang tidak menyadari betapa pentingnya menganalisa cinta. Mereka menyadari cinta hanya sebagai perasaan yang mereka miliki terhadap keluarga, teman dan orang lain yang kepadanya dia tertarik. Tetapi sebenarnya cinta lebih dari sekedar itu.

Satu-satunya cara agar saya dapat menggambarkan cinta sejati kepada anda adalah dengan menjelaskan pengaruhnya. Kalau anda dapat merasakan sepercik saja cinta Ilahi, akan sedemikian besar kegembiraan anda – sedemikian sangat memberdayakan – anda tidak akan mampu menampungnya.

Kepuasan akan cinta tidak pada perasaan itu sendiri, tetapi pada kegembiraan yang dibawa oleh perasaan itu.

Hubungan antara Guru dan murid adalah ekspresi cinta dalam persahabatan yang terbesar, ini adalah persahabatan ilahi tanpa syarat, berdasarkan pada tujuan yang satu,

63 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

keinginan untuk mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu yang lain. Si murid membuka jiwanya kepada Gurunya, dan Guru membuka hatinya pada si murid.

Di antara mereka tidak ada yang disembunyikan. Bahkan pada bentuk persahabatan lain yang lebih mulia, kadang-kadang masih terdapat diplomasi. Tetapi persahabatan antara Guru dan murid bersih dari noda.

Saya tak dapat memikirkan hubungan lain di dunia ini yang lebih besar dari hubungan yang ada antara saya dan Guru saya. Hubungan antara Guru dan murid adalah cinta dalam bentuk yang tertinggi.

Saya pernah meninggalkan pondoknya, mengira bahwa saya akan lebih berhasil mencari Tuhan di dunia luar. Ternyata saya keliru, segera saya menyadari kalau saya telah membuat kesalahan. Namun ketika saya kembali, dia memperlakukan saya seolah saya tidak pernah meninggalkannya. Sapaannya demikian biasa, bukannya marah, dengan tenang dia berkata: “Mari kita lihat apa yang dapat kita makan pagi ini”.

“Tapi Guru,” kataku, “apakah Guru tidak marah karena aku pergi?”

“Kenapa aku harus marah?” dia berujar “aku tidak mengharapkan apapun dari orang lain, maka perbuatannya tidak mungkin bertentangan dengan harapanku. Aku tak akan memanfaatkan kamu untuk kepentinganku; aku bahagia hanya dalam kebahagianmu yang sejati.”

64Abdul RAHMAT

Ketika dia mengatakan itu, aku jatuh di kakinya dan menangis tersedu, untuk pertama kalinya ada orang yang benar-benar mencintaiku!

Dia mencintaiku demi aku. Dia menginginkan kesempurnaan diriku, dia ingin agar aku menjadi sangat bahagia. Itu adalah kebahagiannya. Dia ingin agar aku mengenal Tuhan dan kepadanyalah kerinduan hatiku. Bukankah yang dilakukannya itu adalah cinta Ilahi? terus menerus berharap membimbingku di jalur kebaikan dan cinta?

KASIH SAYANG adalah esensi dari cinta yang murni. Idealnya adalah keseimbangan dalam memberi dan menerima kasih sayang. Belajarlah untuk menyayangi kekasihmu seperti kamu menyayangi dirimu sendiri. Nyatakanlah kasih sayangmu padanya dengan perhatian, bersikap pengertian, bicara dengan kata-kata yang manis, menghidangkan makanan atau minuman kesukaannya, dsb. Jangan sedih dan kecewa kalo’ kekasihmu tampak belum sungguh-sungguh menyayangimu. Jangan berhenti menyayanginya, karena cepat atau lambat dia akan merespon kasih sayangmu dengan kasih sayangnya yang murni.

KETULUSAN cinta keluar dari hati nurani yang bersih. Hubungan cinta yang tulus akan ditandai dengan keterus-terangan, keterbukaan dan kejujuran. Tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada kepura-puraan, tidak ada rekayasa dan tidak ada maksud-maksud terselubung. Betapa rapuhnya cinta yang terjalin tanpa ketulusan.

65 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

KESETIAAN mencerminkan kekuatan karakter. Mudah sekali mengucapkan janji setia, namun terkadang sulit untuk menjalaninya karena banyak sekali godaan yang bisa menggoyahkan kesetiaan. Tapi dalam keadaan apapun kesetiaan harus dijaga, sebab tidak mungkin mempertahankan keindahan cinta tanpa kesetiaan. Manusiawi sekali waktu kamu mengagumi dan menyukai orang lain yang sangat menarik, namun kesetiaan akan mencegah kamu mengkhianati kekasihmu dengan cara apapun. Kesetiaan akan memilih untuk tetap mencintainya ketika dia sakit, ketika dia tidak berdaya, atau ketika dia tidak menarik lagi secara fisik.

66Abdul RAHMAT

15. CIPTA KELAS LAYAK SORGA KECIL

Bismillah,

Sebelum melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, guru hendaknya membuat atau menegakkan aturan. Kelas yang tidak terdapat aturan di dalamnya akan berpengaruh terhadap sikap para siswa. Mereka menjadi sulit dikendalikan atau cenderung permissive dan anarkis. Apabila ini terjadi, pembelajaran menjadi tidak efektif dan kelas tidak menyenangkan.

Guru yang menyenangkan bukan guru yang permissive atau membiarkan segala perilaku dilakukan siswa di dalam kelas. Guru yang menyenangkan senantiasa membuat dan menegakkan aturan sehingga peserta didik tetap enjoy serta menghasilkan output yang baik dari proses pembelajarannya.

Bagaimana cara menegakkan aturan di dalam kelas?

Ada beberapa rambu untuk membuat aturan di dalam kelas, di antaranya adalah sebagai berikut.

67 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

1. Tetapkan Aturan pada Awal Tahun Pelajaran

Menetapkan aturan di dalam kelas hendaknya dilakukan pada awal tahun pelajaran. Pada saat ini, siswa masih memiliki motivasi dan semangat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu, menetapkan aturan pada awal tahun pelajaran dipandang cukup efektif untuk menciptakan kebiasaan belajar siswa.

2. Negosiasikan Aturan dengan Siswa sebelum

Diberlakukan

Para siswa sebetulnya menghendaki aturan main yang jelas dalam pembelajaran. Sebenarnya mereka ingin diatur. Akan tetapi, agar aturan itu bermanfaat dan dipatuhi oleh mereka, hendaknya aturan dinegosiasikan dengan mereka. Setelah para siswa dan guru menyetujui aturan yang dibuat, barulah aturan itu diberlakukan.

3. Buatlah Aturan Secara Tertulis

Untuk menghindari lupa dan mempermudah mengingatkan apabila terjadi pelanggaran, maka aturan sebaiknya ditulis di dalam buku pelajaran atau ditulis khusus dan dipampang di dalam kelas. Hal ini untuk mengingatkan siswa agar senantiasa memerhatikan aturan yang telah disepakati.

68Abdul RAHMAT

4. Tanda Tangani Aturan oleh Guru dan Siswa

Untuk memberikan kesan sungguh-sungguh dan serius, aturan hendaknya ditandatangani oleh guru dan siswa. Guru maupun siswa sama-sama membubuhkan tanda tangan pada aturan yang dibuat bersama itu.

5. Jangan Menghukum Siswa pada Pelanggaran Pertama

Apabila terjadi pelanggaran pada kesempatan pertama, guru tidak boleh menghukum siswa. Jadikan pelanggaran pertama sebagai media untuk memantapkan perjanjian yang telah disepakati. Siswa masih menyesuaikan diri dengan aturan yang baru sehingga ia belum memiliki kebiasaan yang bagus.

Oleh sebab itu, pada pelanggaran pertama, guru belum boleh menjatuhkan hukuman. Pada pelanggaran pertama, guru hanya boleh menegaskan kepada siswa akan pentingnya mematuhi aturan yang telah dibuat.

Guru boleh menjatuhkan hukuman kepada siswa apabila siswa melakukan pelanggaran kedua dan seterusnya, dan guru telah mengingatkannya pada pelanggaran pertama.

6. Tegakkan Aturan dengan Konsisten

Menegakkan aturan hendaknya dilakukan secara konsisten. Peraturan yang tidak ditegakkan secara konsisten dapat merusakkan sikap para siswa. Mereka dibuat bingung

69 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

oleh sikap guru yang tidak konsisten sehingga aturan tidak dapat membentuk habits (kebiasaan) siswa.

Yang dimaksud dengan konsisten adalah:

a. aturan ditegakkan untuk semua siswa tanpa kecuali; danb. aturan ditegakkan pada setiap waktu, tidak hanya pada

awalnya saja. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam

memahami sikap konsisten ini. Konsisten bukan berarti kaku dalam pelaksanaannya. Dalam hal tertentu karena alasan yang logis dan dibenarkan secara hukum, maka aturan tidak dapat diberlakukan. Misalnya, seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah karena baru saja mengantar ibunya yang sakit ke rumah sakit, maka ia tidak dapat dijatuhi hukuman. Atau, siswa terlambat karena hujan lebat atau karena kendaraan yang ditumpanginya mendapat kecelakaan, maka dalam kondisi seperti ini tidak bijaksana apabila guru menjatuhkan hukuman kepadanya.

Mengenai tata cara menjatuhkan hukuman apabila siswa melakukan pelanggaran tata tertib atau aturan yang telah disepakati dapat Anda baca dalam buku Guru Powerful Guru Masa Depan.

Sudahkah Anda membuat aturan dan menegakkannya dalam proses pembelajaran di dalam kelas atau di laboratorium?

Keadaan kelas sangat memengaruhi proses pembela-jaran. Apabila kelas dalam keadaan kotor dan tidak teratur, pembelajaran akan terganggu. Sebaliknya, jika kelas dalam

70Abdul RAHMAT

keadaan bersih dan teratur, kita akan merasa nyaman di da-lamnya.

Mengingat akan hal itu, maka sebelum proses pembelajaran dilangsungkan, guru hendaknya memimpin siswa untuk mengatur keadaan kelas. Apabila kelas dalam keadaan kotor, sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu oleh siswa. Demikian pula apabila keadaan meja dan kursi dalam keadaan yang tidak teratur, siswa dapat membetulkannya.

Apabila guru akan menggunakan metode yang menuntut penyusunan kelas, kelas hendaknya sudah disusun sesuai dengan metode yang digunakan sebelum pembelajaran berlangsung. Dengan begitu, waktu belajar tidak habis terpakai karena terlebih dahulu harus menyusun kelas. Libatkanlah seluruh siswa dalam proses penyusunan kelas.

Kelas juga dapat disusun sesuai dengan selera siswa, tidak harus konvensional. Ruang kelas dapat dihias sedemikian rupa sehingga ia dapat menjadi media untuk mempermudah proses pembelajaran. Mengingat iklim dan suasana kelas sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dalam belajar, guru hendaknya memerhatikan hal ini. Termasuk di dalamnya juga pengaturan tempat duduk siswa sehingga proses komunikasi pembelajaran menjadi hidup dan menarik.

Sukakah Anda membiasakan diri menciptakan suasana kelas tertib dan kondusif sebelum pembelajaran dimulai?

71 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

16. BENTUK MENGAJAR BERVARIASI

Metode dan media pembelajaran dipilih guru sesuai dengan jenis materi atau kompetensi yang hendak dicapai serta keadaan siswa. Oleh sebab itu, penggunaan metode dan media pembelajaran hendaknya tepat dan variatif. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak tepat dan kurang bervariasi dapat menyebabkan pembelajaran tidak efektif dan tidak efisien. Akibatnya, siswa merasa jenuh saat belajar dan guru pun merasa tidak nyaman membelajarkan materi itu.

Untuk dapat memilih dan memvariasikan metode dan media pembelajaran yang tepat, seorang guru haruslah memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai metode dan media dengan karakteristiknya masing-masing. Jangan sampai guru salah dalam menentukan keduanya. Salah menentukan metode dan media pembelajaran sangat mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas.

Berikut adalah contoh kesalahan saat menentukan metode dan media pembelajaran di dalam kelas. Untuk mencapai kompetensi dasar dalam mengidentifikasi

72Abdul RAHMAT

tumbuhan dikotil dan monokotil, seorang guru dapat memilih metode tanya jawab, observasi, inquiri, atau menggabungkan antara ketiga metode tersebut. Tidaklah tepat apabila guru menentukan metode ceramah atau drilling untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. Demikian pula dalam pemilihan media pembelajaran. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, guru dapat memilih media pembelajaran berupa contoh beberapa tumbuhan dikotil dan monokotil.

Untuk memvariasikan pemilihan metode dan media pembelajaran, guru hendaknya mengatur proses pembelajaran ke dalam beberapa fase pembelajaran. Setiap fase pembelajaran berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Sebab, setelah 30 menit, siswa dengan menggunakan satu metode dan media yang sama, mereka akan mengalami kejenuhan. Jadi, setiap 30 menit sekali guru harus beralih ke metode dan media lainnya. Apalagi jika metodenya kurang melibatkan siswa. Tentu saja dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit, penggunaan metode ceramah dipandang terlalu lama. Guru boleh menggunakan metode lebih dari 30 menit apabila metode tersebut melibatkan sikap, perasaan, dan pikiran siswa.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik, guru tetap harus mampu memvariasikan penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat. Secara psikologis, manusia cenderung senang terhadap hal-hal yang baru. Jika seseorang berada dalam situasi yang monoton, ia cepat merasa lelah dan bosan. Jadi, variasi merupakan kunci

73 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dalam menciptakan kebaruan dan kesenangan. Variasi juga merupakan kunci dalam menciptakan dinamika.

Sudahkah pembelajaran Anda dihiasi dengan metodologi dan media yang bervariatif?

74Abdul RAHMAT

17. HARGAI SISWA KITA

Reward dan reinforcement merupakan dua hal yang amat penting dalam menghidupkan suasana pembelajaran. Suasana pembelajaran tanpa reward dan reinforcement kurang membangkitkan gairah siswa dalam belajar.

Guru yang menyenangkan tidak melupakan pemberian reward dan reinforcement ini. Ia sangat tanggap dan peduli terhadap setiap kebaikan atau prestasi siswa sekecil apa pun, lalu ia berikan reward dan reinforcement atas prestasi dan kebaikan itu.

Secara psikologis, setiap orang memiliki kebutuhan untuk dihargai dan diakui. Demikian juga para siswa. Mereka memerlukan penghargaan dan pengakuan atas prestasi atau kebaikan yang mereka lakukan sekecil apa pun.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa di kota Bandung, diperoleh keterangan bahwa para siswa menyukai guru yang suka memberikan reward dan reinforcement. Menurut mereka, guru yang memberikan reward dan reinforcement terasa menghidupkan semangat siswa dalam pembelajaran. Hal ini selaras dengan kebutuhan

75 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

manusia secara psikologis seperti dikemukakan Abraham Maslow bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah diakui eksistensi (aktualisasi diri)nya.

Pemberian reward dan reinforcement dapat dilakukan secara fisik material maupun secara psikologis. Contoh pemberian reward secara fisik material ialah:

1. memberikan hadiah berupa permen, alat tulis, kartu bonus prestasi, nilai tambah, beasiswa, dan sebagainya;

2. memberikan piagam atau piala bagi siswa yang mencapai prestasi tertentu.Secara psikologis, reward dan reinforcement dapat

diberikan guru dalam bentuk:

3. pujian dengan kata-kata, seperti bagus, benar, hebat, luar biasa, excellent, atau kalimat, “Saya bangga kepadamu; Saya puas dengan prestasimu,” dan sebagainya.

4. pujian dengan gestural atau gerak-gerik tubuh, seperti mengusap kepala, mengacungkan jempol tangan, menggeleng-gelengkan kepala sambil mengucapkan, “Luar biasa,” anggukan kepala, dan tepuk tangan. Tentu saja agar pemberian reward dan reinforcment

efektif dan efisien, guru hendaknya memerhatikan beberapa rambu pemberian reward dan reinforcement seperti berikut ini.

5. Reward dan reinforcement hanya diberikan guru terhadap setiap perbuatan baik atau prestasi. Reward dan reinforcement tidak boleh diberikan setelah siswa

76Abdul RAHMAT

melakukan perbuatan buruk atau perbuatan yang tidak disukai atau tidak benar. Pemberian reward dan reinforcement terhadap perilaku buruk hanyalah akan menegaskan dan menekankan diulanginya kembali perilaku buruk oleh siswa. Apabila siswa melakukan perbuatan buruk, sebaiknya guru tidak memberikan reward.

6. Berikan reward dan reinforcement segera setelah perbuatan baik atau prestasi dilakukan siswa. Jangan menundanya sampai nanti atau besok. Berikan saat itu juga. Pemberian reward dan reinforcement yang ditunda-tunda tidaklah efektif untuk mengendalikan atau menumbuhkan perilaku tertentu. Efeknya kurang menyentuh siswa.

7. Lakukan secara jujur, tidak berlebihan, dan tidak mengurangi kenyataan dalam pemberian reward dan reinforcement. Jika seorang siswa melakukan pekerjaan yang luar biasa, kita dapat memberinya reward dengan ucapan luar biasa. Apabila siswa melakukan sesuatu yang bagus, kita dapat memujinya dengan kata bagus. Hal biasa yang disebut luar biasa terasa sebagai penghinaan bagi siswa. Oleh sebab itu, reward dan reinforcement harus dilakukan secara jujur.

8. Berikan dengan hati yang tulus. Reward dan reinforcement harus dilakukan dengan tulus. Ketulusan dalam memberikan reward dan reinforcement lebih penting dari reward dan reinforcement itu sendiri. Pemberian reward

77 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dan reinforcement yang tidak tulus terasa mengejek bagi si penerima.

9. Lakukan secara tepat. Pemilihan kata maupun bentuk reward dan reinforcement haruslah tepat dan sesuai dengan keadaan siswa. Pemberian reward dan reinforcement yang tidak sesuai dengan keadaan siswa dan waktunya kurang pas dapat menyebabkan reward dan reinforcement tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.

10. Bervariasi dalam pelaksanaannya. Pemberian reward dan reinforcement yang monoton (itu-itu saja) dalam jangka panjang akan kehilangan efektivitas dan efsiensinya. Oleh sebab itu, variasikan pemberian reward dan reinforcement tersebut.Untuk lebih mendalami cara memberikan reward dan

reinforcement, baca kembali buku Guru Powerful Guru Masa Depan.

Sukakah Anda melakukan pemberian reward dan reinforcement?

78Abdul RAHMAT

18. MEREDAKAN KEBOSANAN

Cukup banyak guru-guru mengatakan merasa capek atau lesu apabila harus segera masuk kelas untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam pengontrolan absensi, hampir setiap hari ada surat-surat guru yang datang mengabarkan halangan mereka untuk tidak datang ke sekolah.

Pada umumnya alasan serius atau alasan berpura-pura guru dalam suratnya sehingga berhalangan untuk tidak hadir di sekolah karena sakit. Sering alasan lain adalah untuk memohon izin karena ada urusan keluarga yang sangat mendesak. Kalau kita fikirkan siapakah orang di dunia yang luput dari urusan keluarga. Tetapi rasanya tidak logis kalau seorang guru sempat dalam satu bulan membuat alasan sepele dan berhalangan untuk mengajar sebanyak sekian kali. Dan alasan sepele ini cukup banyak dilakukan oleh guru-guru.

Dapat dikatakan, buat sementara, bahwa keabsenan guru-guru dari sekolah alasan, berpura-pura dalam alasan, karena rasa tersandung oleh bosan selama proses belajar mengajar. Kemalasan guru-guru yang lain sering terekspresi

79 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

dalam bentuk kelesuan setiap kali harus menaikkan kewajiban dalam PBM. Meskipun bel tanda masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu namun masih banyak guru-guru yang ingin menyelesaikan gosip-gosip ringan sesama guru. Malah ada sebagian guru ada yang sengaja hilir-mudik atau berpura kasak-kusuk dalam mencari sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sampai akhirnya selalu terlambat tiba di kelas dan kemudian sengaja pula agak cepat untuk meninggalkan kelas.

Kebosanan dalam PBM disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari murid.

Pengabaian kedua faktor ini akan menyebabkan masalah dalam PBM tidak teratasi. Untuk memuluskan PBM maka kedua faktor ini harus dipahami dan diatasi.

Rata-rata guru merasa enggan untuk memasuki kelas-kelas dengan siswa mempunyai daya serap rendah atau bodoh. Gairah mengajar guru untuk mengajar kerap kali terpancing karena di dalam kelas ada beberapa orang siswa yang cukup pintar.

Namun sejak keberadaan kelas unggul di setiap sekolah maka siswa-siswa yang memiliki daya serap tinggi terkonsentrasi ke dalam satu kelas saja. Maka gairah guru untuk melaksanakan PBM hanya lebih tertuju untuk kelas unggul.

80Abdul RAHMAT

Sedangkan untuk kelas-kelas non unggul yang jumlahnya cukup banyak dengan kemampuan siswa rendah terpaksa dimasuki oleh guru dengan rasa lesu dan letih. Tentu tidak semua guru yang menunjukkan gejala yang demikian.

Pada umumnya penyebab melempemnya daya serap siswa di sekolah adalah karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga mereka lambat dalam menganalisa.

Kebiasaan dalam belajar cuma menghafal melulu. Dapat diamati bahwa siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam PBM.

Tidak banyak siswa yang terbiasa dengan budaya membaca sehingga akibatnya adalah tidak banyak pula siswa yang memiliki daya serap tinggi. Daya serap yang tinggi selain disebabkan oleh faktor IQ juga ditentukan oleh pelaksanaan agenda kehidupan atau pemanfaatan waktu. Seringkali orang tua yang ikut campur dalam masalah waktu anak dan gemar “mencikaraui” anak akan menjadikan anaknya sebagai siswa yang memiliki daya serap tinggi di sekolah.

Faktor yang datang dari guru cukup bervariasi. Dulu menjadi guru memang serba dihormati dan tentu saja menyenangkan. Tetapi belakangan ini, bahkan terlalu banyak korban perasaan apalagi semenjak remaja banyak mengalami emosi moral.

Karena terus terang saja, siswa-siswanya terdiri dari anak-anak yang kebanyakan tidak diwarisi nilai agama yang

81 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

mantap oleh orang tua. Ada juga siswa yang merupakan anak-anak pejabat yang kaya-kaya dan anak orang berada sedangkan guru-gurunya miskin.

Faktor yang menyebabkan guru merasa bosan dalam PBM mungkin karena kelelahan. Barangkali ia memiliki jumlah jam yang terlalu banyak.

Walau pada sekolah pengabdiannya hanya mengajar beberapa jam saja, tetapi karena tuntutan hidup ia menjadi guru sukarela pula pada suatu atau dua sekolah lain. Atau bisa jadi karena kelelahan fisik setelah menjadi guru selama puluhan tahun. Sering kita lihat para guru-guru tua yang belum sudi untuk pensiun merasa segan untuk melakukan PBM.

Secara mayoritas guru kelihatan kurang termotivasi untuk meningkatkan kualitas dirinya. Mereka tidak banyak membaca, walaupun sebatas membaca koran dan majalah, sehingga jadilah ilmu pengetahuan mereka sempit dan dangkal. Kebanyakan guru-guru sehabis mengajar ya habis begitu saja. Begitulah kegiatan rutin mereka hari demi hari sampai akhirnya rasa bosan menyelinap ke dalam fikiran.

Ada guru yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup luas dan cukup hangat dalam bergaul bersama siswa. Namun juga sering mengeluh bosan untuk melakukan PBM sehingga mengajar secara serampangan dengan metode kuno sepanjang hari. Guru yang seperti ini sebaiknya harus segera melakukan introspeksi diri dan kemudian memutuskan

82Abdul RAHMAT

apakah karir sebagai guru cocok baginya atau tidak. Tetapi pada umumnya mereka tetap bertahan mengajar dalam kebosanan karena tidak mampu mencari pekerjaan jenis lain yang cocok bagi diri, maklum banyak orang terserang sindrom pegawai negeri dengan alasan jaminan untuk hari tua.

Setiap guru banyak terdengar keluhan guru-guru. Ada yang mengeluhkan badan kurang enak karena sakit kepala, sakit gigi, perut terasa kembung atau badan terasa pegal-pegal dimana ini semua adalah kompensasi dari bentuk rasa bosan. Mereka bosan untuk menunaikan tanggung jawab. Dan penyebab lain dari rasa bosan ini adalah karena umumnya guru-guru kurang kreatif sehingga mereka jarang yang menjadi guru profesional.

Memang secara umum guru-guru terlihat kurang kreatif dan sebagian kecil tentu ada yang kreatif. Rata-rata guru menerapkan peranan tradisional dalam mengajar. Mereka masih berfilsafat bahwa guru masih sebagai sumber ilmu dan dalam penguasaan ilmu siswa harus menyalin catatan guru dan menghafalkannya tanpa melupakan titik dan komanya sekalipun. Penanganan masalah yang ditemui selama PBM pun juga secara tradisional. Kalau murid bersalah musti diberi nasehat dan kebanyakan sistem pemberian nasehat dalam bentuk komunikasi satu arah, dimana yang sering terlihat ketika guru bertutur kata adalah siswa menekur atau tidak boleh menjawab. Tetapi sekarang entah guru-guru banyak yang tidak bertuah dalam bertutur kata karena kesempitan

83 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

ilmu dan wawasannya atau karena penghargaan murid semakin berkurang karena kurang diwarisi nilai agama oleh orang tua maka sekarang seakan melebar jurang dalam komunikasi.

Kreativitas guru pun terlihat lemah dalam PBM. Presentasi pengajaran sudah terlihat semakin basi karena menggunakan metode itu ke itu juga. Gema hasil mengikuti penataran, apakah dalam bentuk MGMP, sekali sekali dalam bentuk aplikasi. Kecuali yang terlihat adalah setelah guru mengikuti MGMP guru cuma semakin tertib dalam menulis satuan pelajaran tetapi belum bentuk aplikasi.

Diantara guru-guru yang belum lagi mampu memperli-hatkan kreativitas, kita juga melihat guru-guru yang kreatif. Meski mengajar banyak, namun karena kreatif mereka tetap tampak ceria dan segar dalam mengajar.

Kreatifitas seseorang, juga guru, sangat ditentukan oleh keleluasaan dan kedalaman pengetahuan dan wawasan. Oleh sebab itu menjadi guru ideal haruslah selalu membiasakan untuk membelajarkan diri. Adalah sangat tepat bila seorang guru selain memahami bidang studinya juga mendalami pengetahuan umum lainnya sebagai khazanah dirinya. Guru yang luas wawasan dan ilmu pengetahuannya akan tidak pernah kehabisan bahan dalam proses belajar mengajar. Kalau sekarang ada ungkapan yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni, maka mustahillah guru yang kering akan ilmu dan sempit wawasan dapat mengaplikasikannya sebagi seni.

84Abdul RAHMAT

Mengikuti program penyegaran dalam bentuk kegiatan penataran, musyawarah kerja, dan program peningkatan kualitas lain sungguh tepat. Sayang selama ini terlihat kegiatan-kegiatan penyegaran yang ada belum dikemas secara profesional. Dengan arti kata selama mengikuti program penyegaran, guru-guru hanya terlihat secara pasif dan paling kurang bertindak sebagai pendengar abadi. Itulah dampaknya setiap kali seorang guru selesai mengikuti MGMP dan penataran lain, misalnya, seolah-olah tidak membawa perubahan dalam proses belajar mengajar. Terasa seakan-akan apa yang diperoleh selama mengikuti penataran-penataran digambarkan dengan ungkapan “masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja.”

Melatih diri untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dalam bentuk berpidato atau berceramah untuk masyarakat dan menyempatkan diri untuk menulis artikel-artikel adalah bentuk lain dari pengembangan kreativitas guru.

Mendalami psikologi remaja sehingga guru dapat memahami meningkatkan kreativitas guru dalam bertindak. Rata-rata guru yang kreatif adalah guru yang kaya akan ide-ide dan menerapkan bentuk nyata. Dalam realita tampak bahwa kreativitas dapat mengatasi rasa bosan.

85 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

19. BIAR SISWA TETAP BELAJAR

Perilaku siswa acap kali bervariasi. Ada siswa yang tenang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, ada yang gelisah,

suka mondar-mandir keluar-masuk kelas, suka membuat trouble (gangguan) di dalam kelas, dan sebagainya. Semua

fenomena tersebut merupakan keniscayaan yang harus dihadapi guru.

Bagaimana seorang guru dapat mengatasi hal tersebut?

Apabila ada siswa yang gelisah saat pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan beberapa tindakan, yakni:

1. mendekati siswa tersebut tanpa berbicara apa pun. Dengan demikian, siswa merasa diawasi oleh sang guru sehingga ia menjadi tenang;

2. menanyakan kepadanya apakah ia mempunyai persoalan atau tidak. Apabila mempunyai persoalan, usahakan untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut atau membuat janji pertemuan untuk konsultasi setelah kegiatan pembelajaran berlangsung;

86Abdul RAHMAT

3. alihkan perhatiannya agar ia tidak terfokus pada hal-hal yang membuat dirinya gelisah; atau

4. abaikan ia sepanjang tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.Apabila siswa suka mondar-mandir keluar-masuk kelas,

guru dapat membatasi mereka yang keluar-masuk kelas atau melarang mereka apabila alasannya tidak masuk akal. Kebiasaan mondar-mandir keluar-masuk kelas tanpa hajat merupakan kebiasaan buruk yang sangat mengganggu proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus bisa menghentikan kebiasaan ini.

Untuk siswa yang suka membuat trouble di dalam kelas, guru dapat menanganinya dengan cara-cara seperti berikut ini.

1. Jadikan ia sebagai media atau model untuk memperlancar proses pembelajaran.

2. Berikan kesempatan untuk menjelaskan pelajaran kepada siswa lainnya.

3. Dekati siswa tersebut tanpa bicara apa pun.4. Ajak ia untuk berkonsultasi apabila ia memiliki persoalan

yang belum dapat diselesaikan.5. Apabila keempat cara tersebut tidak dapat mengubah

perilakunya, guru dapat mengeluarkan siswa dari dalam kelas dengan penanganan khusus yang dilakukan oleh bagian Bimbingan dan Penyuluhan (BP ) atau Wakasek Kesiswaan.

87 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Secara ruhani, hal-hal yang perlu ditampilkan guru di antaranya sebagai berikut.

1. Ramah

Sikap ramah dan murah senyum merupakan modal utama seorang guru dalam proses komunikasi pendidikan. Sikap ini dapat membuka persahabatan dan membuka diri untuk berkomunikasi secara terbuka, kekeluargaan, dan saling menghormati. Hal ini sangat penting bagi proses pendidikan, sebab salah satu kunci utama proses pembelajaran adalah hubungan yang baik antara guru dan siswanya.

2. Ikhlas

Sikap ikhlas ialah sikap rela hati dalam menerima, melakukan, dan meninggalkan sesuatu. Sikap ini sangat penting bagi seorang guru. Tanpa keikhlasan, pembelajaran tidaklah nyaman. Apabila guru terpaksa dalam mengajar, siswa dapat merasakan imbas sikap tersebut. Akibatnya, suasana pembelajaran menjadi tidak menarik.

Dari seorang guru yang ikhlas, siswa dapat menangkap banyak pelajaran dan suasana menyenangkan di dalam proses pembelajaran. Ia akan merasa nyaman di dekat gurunya sebab ia diperlakukan dengan sikap ikhlas. Sebaliknya, dari seorang guru yang tidak ikhlas (terpaksa), siswa merasakan beban yang menindih.

88Abdul RAHMAT

3. Bersabar

Guru yang menarik adalah mereka yang memiliki tingkat kesabaran tinggi. Sabar tentu saja bukan berarti menerima keadaan apa adanya. Sabar yang dimaksud di sini adalah senantiasa tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan selalu berusaha mencari solusi atau jalan keluar yang paling bijak dari setiap persoalan yang dihadapi.

Sikap sabar seorang guru dapat menjadi pelajaran atau pendidikan khusus bagi anak dalam menghadapi setiap persoalan. Pembelajaran menjadi menarik dan kaya dengan hikmah apabila guru dapat menampilkan sikap sabar.

4. Tegas

Meskipun guru harus menunjukkan sikap sabar dan ramah, namun ia pun harus mampu menunjukkan sikap tegas dalam menghadapi siswa-siswinya. Apabila siswa melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat ditoleransi dan mengganggu atau bahkan merusakkan orang lain, guru harus bertindak tegas. Guru harus bisa menghukum siswa yang melakukan pelanggaran yang membahayakan itu. Namun, dalam pelaksanaannya tetap harus memerhatikan kaidah-kaidah menjatuhkan hukuman sebagaimana telah disampaikan pada buku terdahulu, Guru Powerful Guru Masa Depan.

89 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

5. Mendidik

Sikap dan tindakan guru dalam menghadapi siswa hendaknya bersikap mendidik. Seorang guru tidak boleh bersikap dendam atau menganiaya siswanya yang melakukan kesalahan, sebesar apa pun kesalahan itu. Tugas guru adalah mendidik, bukan merusakkan jiwa siswa. Apabila siswa sudah melakukan tindakan kriminal, yang menanganinya bukan lagi guru, melainkan aparat kepolisian.

Tampilan, ucapan, sikap, dan cara berpikir guru haruslah menunjukkan tampilan, ucapan, sikap, dan cara berpikir yang bernilai edukatif. Jangan sampai ia menunjukkan tampilan, ucapan, sikap, dan cara berpikir yang buruk di hadapan siswanya.

Lalu, timbullah pertanyaan, “Bukankah guru juga manusia, yang dapat terkena melakukan kesalahan?” Benar, seorang guru adalah manusia. Akan tetapi, guru bukanlah manusia biasa. Guru adalah manusia yang mendapat tugas mulia sebagai pendidik (agent of social change). Oleh sebab itu, menjadi guru sedapat mungkin harus senantiasa berusaha menjadi manusia yang paripurna. Inilah risiko yang harus ditanggung oleh seorang guru.

6. Berdisiplin

Ketika memasuki kelas, istirahat, atau pulang sekolah, seorang guru hendaknya berdisiplin. Janganlah ia

90Abdul RAHMAT

mengurangi waktu atau melebihkan waktu yang telah dijadwalkan. Siswa tidak menyukai tindakan mengurangi atau menambahkan waktu belajar.

Berdisiplin bukan hanya dalam menggunakan waktu, melainkan juga dalam hal lain, seperti dalam memeriksa Pekerjaan Rumah (PR) siswa, memeriksa hasil ulangan, dan sebagainya. Disiplin dalam berpakaian juga menjadi perhatian siswa. Jangan sampai seorang guru melanggar aturan dalam berpakaian.

7. Objektif

Seorang guru hendaknya bersikap objektif dalam memandang setiap persoalan. Ia juga harus objektif dalam menilai dan memperlakukan siswa. Sikap objektif ini merupakan hal yang sangat dirindukan para siswa.

Apabila seorang guru bersikap dan bertindak tidak objektif, tentu saja siswa merasa tidak nyaman. Selain membuat siswa tidak nyaman, sikap tidak objektif juga dapat mentransfer sikap dan perlakuan tidak adil kepada para siswa. Dengan kata lain, dari guru yang tidak objektif, siswa belajar untuk bersikap dan bertindak tidak adil.

8. Eksperesif

Seorang guru harus memiliki sikap ekspresif ketika ia menyampaikan pelajaran di depan siswa-siswinya. Dengan sikap ekspresif ini, pembelajaran akan terasa

91 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

nyaman, tidak kering. Sikap ini juga menunjukkan bahwa guru menguasai materi pelajaran yang disampaikannya.

Sebetulnya, masih banyak lagi penampilan ruhani guru yang harus ditampilkan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, delapan hal tersebut dipandang dapat mewakili karena merupakan hal yang pokok.

92Abdul RAHMAT

20. HARMONIS DENGAN SISWA

Setiap guru hendaknya memerhatikan kualitas hubungan dirinya dengan para siswa. Apakah hubungan antara guru

dan siswa sudah baik atau belum? Jika hubungan yang terjalin adalah hubungan yang tidak baik atau kurang

harmonis, sulit didapat proses pembelajaran yang efektif. Sebaliknya, jika hubungan yang terjalin antara guru dan

siswa baik, proses pembelajaran akan berjalan efektif.

Persoalannya sekarang, bagaimana cara guru membangun hubungan baik dengan siswa?

Carnegie merekomendasikan beberapa kiat agar hubungan antarmanusia berjalan baik sehingga diperoleh komunikasi yang efektif. Kiat-kiat tersebut di antaranya tampak seperti berikut ini.

1. Menghindari Kebiasaan SOK (Salahkan, Omeli, dan

Kritik)Ada sebagian guru yang memiliki kebiasaan suka

menyalahkan, mengomeli, dan mengkritik siswa. Apalagi

93 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

jika siswa melakukan kesalahan secara terus-menerus atau melakukan pelanggaran disiplin dan tata tertib. Biasanya guru yang kurang sabar suka melontarkan kata-kata menyalahkan, mengomeli, dan mengkritik siswa.

Kebiasaan seperti itu ternyata mengganggu hubungan antara guru dan siswa. Bagi yang mengomeli akan muncul sikap kurang respek, kurang hormat, dan kurang percaya. Sementara, bagi yang diomeli akan merasa kecewa, sakit hati, dan mungkin dendam kepada orang yang menyalahkan, mengomeli, dan mengkritik dirinya.

Untuk menciptakan hubungan baik antara guru dan siswa, guru hendaknya menghindarkan kebiasaan ini. Siswa yang melakukan kesalahan atau melanggar disiplin dan tata tertib membutuhkan bimbingan dan bantuan untuk diluruskan. Ia tidak perlu disalahkan, diomeli, dan dikritik.

Untuk kasus tertentu, kebiasaan menyalahkan, mengomeli, dan mengkritik dapat menyebabkan siswa semakin tidak hormat dan tidak patuh kepada gurunya, bahkan dapat menyimpan sikap dendam. Jika hal ini sering dilakukan, siswa akan belajar untuk meneruskan perilaku buruk gurunya itu kepada orang lain atau mungkin kepada anaknya kelak. Dan jika siswa itu menjadi guru, ia pun akan melakukan hal yang sama seperti apa yang “diajarkan” gurunya.

Menghindarkan kebiasaan suka menyalahkan, mengomel, dan mengkritik bukan berarti kita harus bersikap

94Abdul RAHMAT

permissive atau membolehkan siswa melakukan apa pun meskipun salah. Bukan itu maksudnya! Kita hendaknya mengalihkan pola pikir kita dari menyalahkan, mengomel, dan mengkritik pada upaya mencari solusi sehingga kesalahan yang dilakukan siswa dapat dicari solusinya.

Memang, kita sering terjebak sikap emosional dalam kehidupan kita. Yang sering didahulukan adalah kemarahan, ketus, dan mengkritik jika ada sesuatu yang tidak beres pada siswa-siswi kita. Namun, sebagai guru yang telah memahami hubungan baik sebagai modal dasar pembelajaran efektif, kita harus berusaha mengubah kebiasaan buruk itu menjadi kebiasaan yang lebih efektif dan efisien.

2. Memberikan Penghargaan yang Jujur dan TulusSecara psikologis, manusia memiliki kebutuhan untuk

dihargai, termasuk para siswa. Coba renungkan, apa yang Anda rasakan jika Anda tidak dihargai oleh atasan Anda. Tentu Anda akan merasa bahwa diri Anda kurang berharga atau kurang bernilai. Hal ini juga terjadi pada diri siswa-siswi kita. Mereka sangat membutuhkan penghargaan dari guru-gurunya.

Pemberian penghargaan yang tulus dari seorang guru kepada siswa sangat membekas dalam jiwa siswa-siswi kita. Bekasnya itu akan terbawa selama hayat masih dikandung badan. Bahkan, bukan hanya itu. Penghargaan seorang guru yang diberikan kepada siswa akan menjadi sumber kekuatan (power) untuk menjalani hidup dan kehidupannya.

95 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Sebaliknya, celaan dan makian yang dilakukan guru kepada siswa akan membekas dan mematikan masa depannya.

Memberikan penghargaan yang jujur dan tulus hanya dilakukan terhadap sikap dan perilaku yang layak untuk diberi penghargaan. Perilaku buruk yang dimunculkan siswa tidak harus diberi penghargaan.

Kebiasaan menghargai siswa akan mendorong guru lebih memfokuskan perhatian pada potensi dan kebaikan siswa daripada keburukan dan cacatnya. Keburukan dan cacat siswa adalah aib, dan setiap orang membutuhkan aibnya ditutupi.

3. Mendorong Minat Siswa untuk BerhasilGuru adalah seorang motivator. Ia harus bangga

jika siswa-siswinya menjadi orang-orang yang maju dan berkembang menjadi lebih baik, lebih terhormat, dan lebih mulia.

Sebagai seorang motivator, selayaknya seorang guru mendorong minat siswa untuk berhasil. Berilah mereka jalan dan bimbinglah mereka mewujudkan cita-cita mereka. Tunjukkan sikap respek terhadap cita-cita mereka, jangan acuh tak acuh. Jika ini yang dilakukan guru, hubungan guru dengan siswa akan terbangun dengan baik.

4. Memberikan Perhatian yang Sungguh-sungguhHubungan baik antara guru dan siswa-siswinya akan

terjalin jika ia memberikan perhatian yang sungguh-sungguh

96Abdul RAHMAT

kepada mereka. Perhatian yang penulis maksudkan adalah perhatian pada hal-hal yang mendorong kesuksesan siswa dalam belajar.

Perhatian yang sungguh-sungguh dari seorang guru terhadap siswa dapat menanamkan rasa aman dan rasa percaya diri siswa. Jika siswa membutuhkan bantuan, guru harus peka dan peduli. Jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar, guru harus peka dan peduli. Demikian pula jika siswa memerlukan bantuan psikologis, guru harus peka dan peduli.

5. Membiasakan Tersenyum Senyum adalah kunci persahabatan. Dengan senyum

yang mengembang, berarti guru welcome tehadap siswa-siswinya. Senyuman membawa banyak dampak positif bagi hubungan komunikasi. Bagi siswa yang baru dikenal, senyuman membuka persahabatan. Bagi mereka yang sudah lama dikenal, senyuman ternyata menciptakan keteduhan dan kehangatan.

Banyak siswa yang merasa terhambat proses komunikasinya dengan guru karena sang guru tidak mau mengembangkan senyum. Ia menjadi takut bertanya, takut berdekatan, dan sebagainya. Akibatnya, ia menjadi tidak nyaman. Jika seorang siswa merasa tidak nyaman di dekat gurunya, akan sulit didapati proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena senyuman sangat besar maknanya dalam proses komunikasi positif, maka seorang guru haruslah membiasakan diri selalu tersenyum kepada siswanya.

97 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

6. Memanggil Siswa dengan NamanyaSuara terindah bagi seseorang adalah manakala

namanya disebut dengan benar. Oleh sebab itu, guru sepatutnya memanggil siswa dengan namanya. Siswa sangat senang jika guru memanggil dirinya dengan namanya. Hal ini mengandung isyarat bahwa seorang guru hendaknya hafal dengan semua siswanya. Bahkan, bukan hanya hafal namanya saja, melainkan juga harus hafal dengan kelebihan dan kekurangannya.

Siswa tidak suka dipanggil dengan nama yang salah atau dengan nama orang lain. Kesalahan mengeja nama dan memanggil seseorang dengan nama orang lain dirasa siswa sebagai bentuk kurang perhatian seorang guru kepada siswanya. Hal ini akan mengganggu hubungan antara guru dan siswa.

7. Menjadi Pendengar yang BaikHubungan komunikasi antara siswa dan guru akan terjalin

dengan baik jika guru bersedia menjadi pendengar yang baik. Yang dimaksud dengan menjadi pendengar yang baik ada dua pengertian.

Pertama, saat guru mendengarkan siswa berbicara, ia mengerahkan seluruh dirinya secara total untuk menyimak cerita siswa. Telinga, mata, hati, dan pikirannya mendengarkan siswa. Jadi, mendengar yang baik bukan hanya dengan telinga, melainkan juga dengan mata, telinga, pikiran, dan hati.

98Abdul RAHMAT

Kedua, respons atas apa yang dibicarakan siswa. Pendengar yang baik adalah pendengar yang mampu merespons apa yang diceritakan oleh si pembicara. Misalnya, siswa menceritakan kesulitannya dalam belajar. Sebagai pendengar yang baik, guru harus mampu memberikan solusi atas kesulitan yang dimiliki siswa itu. Jika ini yang dilakukan guru dalam komunikasinya dengan siswa, pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien.

Menjadi pendengar yang baik juga mengandung arti senantiasa mendorong siswa banyak berbicara tentang diri, masa depan, keluhan, perasaan, cita-cita, dan kegalauan hatinya untuk direspons secara bijak dan arif. Dalam pembicaraan, guru tidak terlalu dominan, tetapi lebih mendorong siswa dominan berbicara. Inilah pendengar yang baik.

8. Berbicara Sesuai dengan Minat Lawan Bicara (Siswa)Seorang guru hendaknya berbicara sesuai dengan minat

siswa. Hal ini mengandung isyarat bahwa dalam menjalin komunikasi dengan siswa, guru harus memahami minat dan kebutuhan siswa-siswinya. Janganlah berbicara dari sudut kesukaan kita sebagai guru. Posisikan rasa kita pada kebutuhan dan minat siswa (empatik).

Jika guru dapat berkomunikasi dengan mengikuti minat siswa, proses komunikasi akan berjalan dengan baik. Inilah yang sekarang dikenal dengan konsep contextual learning. Mengajar itu harus disesuaikan dengan keadaan, lingkungan,

99 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

pengalaman, perasaan, dan pengetahuan siswa. Dengan demikian, siswa akan menaruh minat yang tinggi terhadap guru. Jika siswa menaruh minat tinggi terhadap percakapan dengan guru, siswa akan banyak belajar.

9. Membuat Lawan Bicara (Siswa) Merasa Penting Secara psikologis, manusia akan merasa tertarik pada

lawan bicara yang menganggap dirinya penting. Demikian pula dengan siswa. Mereka senang pada guru yang memperlakukan dirinya sebagai orang penting.

Memperlakukan siswa seperti orang penting berarti memosisikan siswa sebagai orang yang bernilai dan berharga. Hal ini akan meninggikan rasa percaya diri siswa. Jika siswa merasa percaya diri, ia akan merasa bangga dan senang terhadap orang yang membuat dirinya percaya diri.

Janganlah merasa khawatir siswa-siswi akan merendahkan atau melecehkan jika kita memosisikan mereka sebagai orang penting. Secara umum, orang akan semakin hormat dan respek terhadap orang yang membuat dirinya menjadi penting.

100Abdul RAHMAT

21. GURU YANG DIRINDU

Sebagai seorang guru, manakah yang anda inginkan disukai siswa, ditakuti siswa, atau malah dibenci siswa. Pilihan ada pada diri anda sendiri, apalagi kalau anda seorang guru matematika. Menjadi guru matematika agar tidak dibenci siswa? Itu sesuatu yang perlu dicurigai kayaknya yah. Hampir semua guru matematika dibenci siswa karena berbagai alasan, diantaranya penampilan, model pembelajarannya (akting di depan siswa), dan semacamnya. Memang tidak semuanya guru matematika dibenci siswa, ada juga guru matematika justru disayang dan dielu-elukan siswanya. Lalu bagaimana kiat-kiatnya? Ini ada beberapa hal yang sudah saya lakukan berdasarkan pengalaman dan pengamatan, semoga kita bisa melakukan dan mengambil pelajarannya. Berikut ini tips-nya :

1. Guru ibarat penjual obat harus pandai-pandai “menarik perhatian” calon pembeli obat (siswa). Usahakan tidak monoton memperbincangkan masalah materi, namun juga masalah disekitar kita, juga selingi dengan guyonan yang positif agar siswa tidak merasa tertekan oleh sulitnya materi pelajaran.

101 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

2. Guru merupakan “aktor/aktris” yang harus tampil sebaik mungkin di depan kelas agar penonton senang dan selalu menunggu aksinya, dalam film diibaratkan Bintangnya

3. Guru ibarat pelawak, harus pandai membuat suasana penonton senantiasa tertawa sumringah, jika pelawak itu tidak tampil, maka penonton selalu menunggu-nunggu dan ingin sekali menyaksikan aksi kocaknya, tentunya dalam batas-batas kewajaran dan situasi yang sesuai.

4. Guru ibarat seorang ibu yang menggendong bayinya/anak kecil, kemanapun dan apa saja yang diminta, dimaui anak berusaha untuk memenuhinya. Mampu memahami keinginan anaknya, dan selalu menunjukkan rasa kasih sayangnya.

5. Jika ada siswa yang ramai, usil, dan suka membuat gaduh jangan dianggap anak itu nakal, anggap saja siswa tsb “kelebihan energi”, tinggal gurunya pandai-pandailah mengarahkan ke hal yang fokus/baik, yaitu KBM-nya, misalkan dengan meminta seluruh siswa memperhatikan “oknum” siswa tsb, dia pasti akan malu sendiri.

6. Janganlah cepat memarahi siwa kita dari pada memujinya. Jadi cepat-cepatlah dan seringlah memuji kita, baik dia mampu atau belum mampu mengerjakan soal. Jika belum mampu mengerjakan soal, cobalah kasih pertanyaan bimbingan (pertanyaan

102Abdul RAHMAT

yang mengarah ke jawaban), sehingga siswa tidak merasa malu meskipun dia tahu jika belum bisa, tetapi justru yang diharapkan siswa yan belum bisa itu adalah bimbingan guru, bukan marahnya. HINDARI MARAH sebisa mungkin.

7. Jika terpaksa harus marah, segera meminta ma’af dan menjelaskan alasannya kenapa guru harus marah agar siswa lebih memahaminya.

8. Kenali gaya/model masing-masing anak dan jangan menyamaratakan.

9. Cobalah sering memberi hadiah (baik itu verbal/pujian maupun nonverbal). Contoh nonverbal : menepuk pundak karena anak mampu menyelesaikan tugasnya.

10. Akan lebih bagus lagi guru sering memberi motivasi berupa benda meskipun kecil/murah harganya atau cash-money misalnya. Ini akan memotivasi anak dan meningkatkan antusias anak.

11. Berilah hadiah tertentu kepada siswa yang mendapatkan nilai paling bagus, atau sesuai target guru yang ditetapkan sebelumnya.

12. Jika ada anak yang “bodoh” cobalah didekati, diajak curhat.

13. Jangan melukai anggota badan siswa (ini prinsip), kecuali dengan alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan.

14. Jika siswa kita pendiam semua, gak ada yang mau bertanya, cobalah teori berikut ini:

103 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

• Seluruh siswa diminta LATIHAN MENGACUNGKAN JARI BERKALI-KALI, ingat ini hanya latihan dan bukan bertanya.

• Tunjuklah salah satu siswa “pendiam” itu dan diminta mencoba bertanya “sesuatu apa saja – tidak harus berkaitan dengan topik pelajarannya”, nanti lama kelamaan dia akan berani bertanya dan terbiasa mengacungkan jari. Intinya adalah melatih keberanian siswa menanggapi sesuatu.

• Pada latihan yang ketiga, cobalah tunjuk lagi seorang anak untuk menanyakan soal sesuai topik, jangan dimarahi atau diejek/dicemooh, termasuk teman kelasnya. Bagi yang nekad mengejek, tunjuk aja dia suruh bertanya.

• Pada latihan ke-4, coba tanyakan kepada siswa kita “Siapa yang ingin bertanya tentang pelajaran ini?” Jika tidak ada yang mengacungkan jari, cobalah guru menanyakan soal sesuai topik.

104Abdul RAHMAT

DAFTAR PUSTAKA

Arends,S. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill.

Heinich, R., dkk. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning : Mempraktikkan Co-

operative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Dedi Supriyadi, 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru.. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Denny Suwarja, 2003. KBK, tantangan profesionalitas guru. 19 Juli 2003. Artikel. Homepage Pendidikan Network

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha Nasional.

Drost. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik ?. Yogyakarta: Kanisius.

Oemar Hamalik, 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar baru Algensindo.

105 Guru yang Mencetak Orang-orang Sukses

Pantiwati, 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang: PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.

Jean Rudduck & Julia Flutter. (2004). How to Improve Your School. New York : Continuum.

Maister, D. H. (1997). The Professionalism. New York : The Free Press.

Mohamad Ali (1985). Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung : Sinar Baru.

Moh. Uzer Usman. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Imple-mentasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Olivia, Peter, F.. (1992). Developing the Curriculum. New York : Harper Collins Publishers.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Murillo, Javier, F. 2002. Good Effective School Improvement Practice in Spain. Educational Research and Evaluation, Vol. No.4.

106Abdul RAHMAT

De Porter, Bobbi.dkk. 2001. Quantum Teaching, Bandung: Kaifa Pendidikan,

Kunandar.2007, Guru Profesional (Implementasi KTSP

Sidi, Indradjati. 2001, Citra Baru Guru di Era Reformasi dalam Buku Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta: Paramadina - LOGOS

Tilaar, H.A.R, 2006, Standarisasi Pendidikan Nasional (SuatuTinjauan Kritis), Rineka Cipta.

Jean Piaget dalam Syah (2008: 29

Soemarno. 2012. Pentingnya motivasi dalam proses pembelajaran. Maluku: Widyaiswara LPMP Maluku.

Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Setiawan. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengem- bang Matematika SMA Jenjang Dasar. Di PPPG Mate- matika Yogyakarta pada tanggal 6 – 19 Agustus 2004.