Abdul HamidPresdir Mulia Bintang Utama Dukungan Ekspor...
Transcript of Abdul HamidPresdir Mulia Bintang Utama Dukungan Ekspor...
Bagaimana awal merintis industri benih hortikultura?
Saya memulai usaha ini sejak 2002.Sebelumnya selama delapan tahun sayabekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS)saya merasa tidak ada perkembangan dalamdiri saya. Tapi, saya merasa beruntung bisabekerja sebagai PNS karena saya bisa sekolahbenih di Swedia dan Jerman.
Setelah saya pulang ke Indonesia, sayamerasa di negara ini belum ada orang yangserius menangani benih hortikultura.Sebetulnya sudah ada badan usaha miliknegara (BUMN) benih (PT Sang Hyang Sri),tapi menurut saya mereka belum bisa seriusdalam menangani benih hortikultura, karenamereka hanya mengambil hasil lalu menjual-nya. Sedangkan Swedia negara kecil yang bisamenyuplai hampir di seluruh Eropa. Maka ituyang jadi motivasi saya untuk memulai usahabenih ini.
Akhirnya pada 2001 saya memutuskankeluar dari Departemen Pertanian (sekarangKementerian Pertanian) dan bekerja sebagaimanajer produk dan pemasaran di perusahaanpembenihan asal Belanda, PT East-West Seed,yang berdomisili di Purwakarta, Jawa Barat.
Dan pada 2002 saya memutuskan untukmembuka usaha sendiri bernama PT MuliaBintang Utama (MBU). Usaha ini saya mulaidengan modal Rp 50 juta, yaitu hasil meng-gadaikan rumah saya. Untuk memenuhi keku-rangan modal maka saya menggandeng rekanbisnis. Total investasinya sekitar Rp 300 juta.
Saya pun mengembangkan dan menjual pel-bagai benih sayuran dan buah-buahan denganmerek dagang Surya Mentari. Pabriknya diRagajaya, Bojonggede, Kabupaten Bogor, JawaBarat. Saat ini, alhamdulillah, MBU mampumemproduksi 20 jenis benih buah dan sayuryang terdiri atas 60 varietas tanaman. Untukpengembangan benih, MBU bekerja samadengan petani di Jawa Tengah dan JawaTimur. Total lahan petani untuk produksibenih antara 80 - 90 hektare (ha).
Sudah bekerja sama dengan pihak mana saja?Saya sudah mengadakan kerja sama dengan
perusahaan-perusahaan dari Taiwan, Jepang,Thailand, Malaysia, Korea Selatan yang fokus-nya dalam produk-produk hibrida, yaituproduk yang bernilai tinggi. Karena saya sadarperusahaan ini belum mampu memasok semuapermintaan, baik dalam negeri maupun pasarluar negeri, sehingga berkolaborasi dalamdunia bisnis itu hal biasa demi kelengkapanproduk.
Dukungan mereka tidak hanya benih tapijuga produk yang sekiranya berpotensi untukIndonesia. Salah satu produk yang ditanam disini adalah cabai ‘Biola’ yang berasal dariKorea Selatan. Kalau dilihat dari bentuknya,cabai ini memang lebih kecil dari cabai merahbiasa, tapi menurut saya cabai ini punyapotensi untuk industri makanan. Sehingga,MBU mengembangkan dalam skala besar,bahkan kini sudah diekspor ke Thailand,Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia.
Kami juga menyuplai perusahaan di sini,yakni PT Heinz ABC Indonesia. Tadinyapasokan cabai perusahaan itu dipenuhi dariimpor, tapi karena MBU sudah bisa produksicabai di Indonesia, maka mereka sedikit demisedikit mengurangi impor bahkan kini tidaklagi impor. Kerja sama ini kami bangunsejak 2003 walaupun belum aktif sepertisekarang kare na pasokan yang masihterbatas.
Setiap harinya perusahaan ABCmembutuhkan 100 ton cabai.Walaupun mereka memakaiproduk dari perusahaan lain,hampir 95 persen kebutuhanmereka itu memakai cabai‘Biola’ itu. Inipun meru-pakan kesempatan untukmenekan angka imporcabai. Artinya, kita tidakhanya jual benihnya.Kita datang kepadapetani bersama-samadengan ABC mencobamengembangkanusaha ini.Kebetulan visimereka sama.
Selain ABC, adakah perusahaan lain yang dipasok MBU?
Kita juga pernah bekerja sama dengan PTTirta Alam Segar (Wings Food) di Surabaya.Kita memasok cabai ‘biola’ juga ke sana,namun bentuk kerja sama antara Wings Fooddengan ABC berbeda. Wings Food hanyasekadar membeli produk dari kami tanpaadanya pembangunan dari aspek-aspekpetani. Cara bekerja sama MBU dan WingsFood ini hanya sekadar membeli produk.
Selain ABC dan Wings Food terdapatperusahaan kecil lokal yang kita pasok.Contoh beberapa produk yang kami pasokialah cabai, casein, dan kacang. Kalau untuksupermarket, kita belum masuk ke situ. PasarAceh hingga Papua sudah kita pasok, meskibelum merata.
Kalau di luar negeri, ada perusahaan dariMalaysia, restoran di Jepang, dan pemerintahTimor Leste. Untuk di Malaysia, kami mema -sok benih jagung manis. Di sana kami jualcurah karena mereka buat packing sendiri.Untuk tahun lalu saja kita sudah menyuplai 15ton jagung per tahun. Sampai sekarang punkita masih bekerja sama dengan perusahaan diMalaysia itu.
Di Timor Leste pun produk-produk kita adayang dijual di sana. Di Timor Leste, kita tidakhanya menjual benih hortikultura, tapi jugaha rus membina para petaninya juga supayame reka berhasil. Sebenarnya kaya kita ngasihsampel sama perusahaan di sana. Tapi, sebe-tulnya yang memberi sampel adalah Peme rin -tah Timor Leste sendiri maka kita tinggal me -nindaklanjuti supaya mereka berbudi daya de -ngan bagus. Untuk restoran di Jepang, merekasenang dengan sayur-mayur produksi MBU.
MBU juga bekerja sama dengan perusahaan diCina?
Kita diminta untuk mengekspor kangkungke negeri itu (Cina). Hanya saja, keuntunganekspor kangkung ini kecil sekali. Kalau untukpengirimannya tidak ada masalah. Kitasedang memikirkan penawaran dari merekakepada kita. Mereka meminta dipasok 1.000ton per tahun. Rasanya kalau di dalam iklimekstrem seperti sekarang ini kita khawatirtidak akan sanggup. Dan bayangkan betapalelahnya, kalau harga kangkungnya saja perkilo hanya Rp 500, urusannya pun pan jang.Tapi, kita sedang berusaha.
Ada berapa jenis benih yang dipasarkan dipasar lokal dan global?
Kami memilki dua jenis benih.Yang pertama ada open pollinated(OP) atau benih berseri bebas danyang satu lagi adalah benihhibrida hasil dari persilangan.Yang kita pakai dari benihberseri bebas adalah kacangpanjang, buncis, bayam, dankangkung. Untuk hibridasendiri kita pakai cabai,tomat, dan melon.
Memang pada 2002-2004 perusahaan ini belum
memakai benih hibrida, masih OP 100 persen.Namun, sekarang kita sudah memakai benihhibrida 80 persen.Perbandingannya sendiriuntuk harga benih berseri bebas dengan benihhibrida adalah 1:10.
Untuk omzetnya?Alhamdulillah, tahun lalu sudah meng-
hasilkan omzet hingga Rp 10 miliar. Untuktahun ini, target omzet MBU mencapai Rp 12miliar, dengan menambah jumlah pasar dibeberapa negara, selain Malaysia, Thailand,Korea Selatan, Timor Leste, dan Jepang.
Pemerintah memutuskan impor cabai. MenurutAnda?
Bagi kalangan petani, itu sangat menyakit -kan. Seharusnya, pemerintah menahan diri ti -dak mengimpor meski harga cabai melonjaktinggi. Lonjakan harga saya kira masih wajar,karena sejumlah investor cabai tidak mau rugiketika banyak lahan cabainya yang rusak aki -bat iklim ekstrem ini. Yang penting, peme rintahterus mendorong produksi cabai dalam negeri,dengan memberikan insentif kepada petani.
Menurut saya, selain kurang mendorongpeningkatan produksi, pemerintah jugakurang mempertemukan petani dengan kon-sumen. Sehingga, petani belum banyak memi-liki informasi pemasaran, khususnya di pasarluar negeri. Ini pekerjaan rumah (PR) bagipemerintah. Pemerintah juga kurang melatihpengemasan produk hortikultura, sehinggabisa dijual ke pusat perbelanjaan atau diteri-ma konsumen luar negeri.
Bagaimana dengan produsen benih sendiri?Saya kira jumlahnya cukup banyak. Tapi
itu tadi, belum didukung penuh pemerintah.Sehingga, sebagian terpaksa impor daripadamemproduksi. Pemerintah juga kurangmendekatkan petani dengan produsen, itubelum didorong. Padahal, kalau didorong kearah sana ini akan sangat baik. Untukteknologi pengolahan produk hortikultura pundi Indonesia belum memadai.
Memang pemerintah sudah mengadakanprogram-program di sentra-sentra cabai.Seperti di daerah Jawa Barat, yakni di Garut,Ciamis, dan Cianjur. Tapi, pemerintah hanyamembantu memotivasi menanam saja.Padahal, petani sekarang harus dimotivasiuntuk pasarnya juga. ■ mg10
wawancara REPUBLIKA SENIN, 21 FEBRUARI 2011 15
Abdul Hamid Presdir Mulia Bintang Utama
Musim hujan berkepanjanganyang terjadi di Indonesiamenyebabkan produksi cabainasional turun hingga 30persen. Ini yang membuat
stok berkurang dan harga meroket.Pemerintah pun kelabakan mengatasi lon-jakan harga cabai yang sampai menembusangka Rp 100 ribu per kilogram (kg).
Akhirnya, pemerintah mengimpor cabaidari Malaysia dan Thailand. Kebijakan inidinilai memprihatinkan, karena seharusnyapemerintah mendorong petani agarmeningkatkan produksi cabai. Berikutpetikan wawancara wartawan Republika,Zaky Al Hamzah dengan Presiden DirekturMulia Bintang Utama Abdul Hamid, yangtelah malang melintang di bisnis benih danekspor hortikultura, di ruang kerjanya,pekan lalu.
Nama : Abdul HamidTempat lahir: TanjungkarangTanggal lahir: 19 September 1963Istri : Ir Dian Handayani MsiAnak : Ahmad Ir fan Fadhlullah (13 Oktober 1996)
Ahmad Surya Fadhilah (13 Januari 2003)
Organisasi:● Asosiasi Benih Indonesia (Asbenindo) sebagai
anggota dari 1999-kini● Himpunan Pengusaha Benih Sayuran Nasional
(HPBSN) sebagai ketua II dari 2005-kini● Keluarga Pencinta Alam WATALA, Lampung seba-
gai anggota dari 1987-kini
Pendidikan:● SD Negeri 24 Tanjungkarang tamat tahun 1976● SMP Negeri I Tanjungkarang tamat tahun 1980● SMA Negeri Teluk Betung tamat tahun 1983● Universitas Lampung Fakultas Pertanian tamat
tahun 1987
Pekerjaan:● 1989-1996 PNS di Ditjen Tanaman Pangan
Deptan Jakarta● 1996-2001 Manajer Pengembangan PT East
West Seed Indonesia di Purwakarta● 2001-2002 Manajer Pemasar an PT Multi Benih
Indonesia● Agustus 2002-sekarang Direktur
Utama PT Mulia BintangUtama, perusaha an yangbergerak da lam bidangperbenihansayur an. ■
B I O D A T A
FOTO-FOTO: MUSIRON/REPUBLIKA
Dukungan EksporSayur Masih Rendah