AAS
-
Upload
julia-rahayu -
Category
Documents
-
view
135 -
download
3
description
Transcript of AAS
ACARA IV
PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom.
b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri serapan atom.
2. Hari, Tanggal Praktikum
Kamis, 13 Desember 2012
3. Tempat Praktikum
Laboratorium Analitik Kimia, Lantai II, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
B.LANDASAN TEORI
Untuk mengetahui tingkat kandungan logam, maka instrument untuk mengukur logam
merupakan peralatan yang utama. Kebanyakan logam diukur dengan menggunakan
instrument Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) yang dapat mendeteksi hingga
mencapai satuan ppm. Tetapi khusus untuk logam-logam mudah menguap (mempunyai
titik didih yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kebanyakan logam) seperti logam
arsen, merkuri, timah, dan bismuth, jika dianalisis dengan SSA hasilnya kurang
memuaskan. Hal ini disebabkan karena logam-logam ini sangat mudah menguap sehingga
yang terdeteksi hanya 10% dari konsentrasi sampel yang sebenarnya, sedangkan 90% lagi
dari konsentrasi sampel tersebut terkondensasi bersama sisa buangan (Christian, 1980).
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang elombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan
natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sedang kalium pada 766,5 nm.
Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi
energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan
tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat tingkat eksitasinya pun bermacam macam.
Misalkan unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi 1s2 2s2 2p6 3s1, tingkat
dasar electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy. Electron ini dapat
tereksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energi 3,6 eV
masing masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm (Khopkar,
2008).
Gangguan utama dalam absorpsi atom adalah efek matriks yang mempengaruhi proses
pengatoman. Bila jauhnya disosiasi menjadi atom-atom pada suatu temperature tertentu
maupun laju proses bergantung sekali pada komposisi keseluruhan sampel. Telah diketahui
sebelumnya bahwa efek matriks seringkali merupakan masalah dalam kimia analisis dan
seringkali efek-efek ini menentukan pentingnya dalam spektroskopi karena komposisi
kasar yang umum dari sampel dapat mengeluarkan efek yang besar terhadap jauhnya dan
laju disosiasi yang menghasilkan uap atom yang diinginkan. Terutama penting bahwa
larutan standar sangat mirip dengan sampel tak diketahui dalam hal komposisi umum.
Sehubungan dengan komponen-komponen yang berada dengan kuantitas besar
(Underwood, 2002 : 427).
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi zat pengadsorpsi adalah linear. Ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, antara lain syarat konsentrasi. Pada
konsentrasi tinggi (misalnya 0,01 M) jarak rata-rata di antara zat-zat pengadsorpsi menjadi
kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tetangganya. Interaksi
ini dapat mengubah kemampuan untuk mengadsorpsi cahaya pada panjang gelombang
yang di berikan, oleh Karena interaksi ini bergantung pada konsentrasi, maka peristiwa ini
menyebabkan penyimpangan dari kelinearan hubungan diantara absorbani dan konsentrasi.
Syarat kedua adalah zat pengadsorpsi tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi, atau bereaksi
dengan pelarut menghasilkan suetu produk pengadsorpsi spectrum yang berbeda dari zat
yang dianalisis. Syarat cahaya merupakan syarat yang ketiga dimana cahaya betul-betul
monokromatik (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang). Syarat yang
terakhir yaitu syarat kejernihan. Kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel
koloid misalnya menebabkan penyimpangan. Sebagian besar cahaya Akan dihamburkan
oleh partikel-partikel koloid akibatnya kekuatan cahaya yang diadsorpsi berkurang dari
seharusnya (Hendayana, 1994 : 143).
C.ALAT DAN BAHAN
1. Alat-Alat Praktikum
Spektrofotometer AAS
Erlenmeyer 250 mL
Labu takar 50 mL
Pipet volum 25 mL,
Pipe volum 1 mL
Pipet volum 2 mL
Tabung vial
Pipet tetes
Rubber bulb
2. Bahan-Bahan Praktikum
Larutan Ca2+ 100 ppm
Larutan Cu2+ 100 ppm
Larutan Al3+ 100 ppm
Larutan Sr2+ 20.000 ppm
Larutan HNO3 5 N
Aquades
Kertas label
D.SKEMA KERJA
1. PENENTUAN PARAMETER ALAT-ALAT DAN KONDISI ANALISA
a. Gangguan Aluminium dalam Analisa Kalsium
Larutan Blanko :
o Dimasukkan dalam labu takar 50 mL
o Diencerkan sampai tanda batas
0,5 mL HNO3 5N
Hasil
0,5 mL HNO3 5N & 5 mL Ca2+ 100 ppm
o Dimasukkan masing- masing ke dalam 6
labu takar 50 mL
+ Al3+ + Al3+ + Al3+ + Al3+ + Al3+
o Diencerkan sampai tanda batas
o Diukur absorban kalsium terhadap blanko
(λ= 422,7 nm)
b. Cara Mengatasi Gangguan Alumunium dalam Analisa Kalsium dengan Strontium.
o Dimasukkan masing- masing ke dalam 6
labu takar 50 mL
+Ca2+ 5mL +Ca2+ 5mL +Ca2+ 5mL +Ca2+ 5mL +Sr2+ 5mL
+Al3+ 5mL +Sr2+ 5mL +Al3+ 5mL
+Sr2+ 5mL
Labu I Labu II Labu III Labu IV Labu V Labu VI
Hasil
Hasil
0,5 mL HNO3 5N
Labu I Labu II Labu III Labu IV Labu V Labu VI
+Ca2+ 5mL +Ca2+ 5mL +Ca2+ 5mL +Ca2+ 5mL +Sr2+ 5mL
+Al3+ 5mL +Sr2+ 5mL +Al3+ 5mL
+Sr2+ 5mL
o Diencerkan sampai tanda batas
o Diukur absorban kalsium labu 2 dan 3
terhadap blanko labu 1 (λ= 422,7 nm)
o Diukur absorban kalsium labu 4 dan 5
terhadap blanko labu 6 (λ= 422,7 nm)
o Dibandingkan absorban kalsium dalam labu
takar ke-3 dan ke-2.
o Dibandingkan absorban kalsium dalam labu
takar ke-5 dan ke-4.
2. PENENTUAN KONSENTRASI SAMPEL DENGAN ALAT SPEKTROFOTOMETRI
SERAPAN ATOM
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
o Dibuat dengan konsentrasi 1; 3; 5; dan 7
ppm sebanyak 50 mL.
o Diukur absorbansinya pada (λ= 324,7 nm)
o Dibuat kurva absorbansi (X) dan
konsentrasi (Y).
Larutan Cu2+
Hasil
Labu I Labu II Labu III Labu IV Labu V Labu VI
Hasil
Hasil
b. Penentuan Konsentrasi
o Diukur absorbansinya pada (λ= 324,7 nm)
o Di alurkan pada grafik kurva kalibrasi
o Dibandingkan dengan absorbansi standar
E. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Parameter Alat-alat dan Kondisi Analisa
a. Gangguan aluminium dalam analisa kalsium
No Perlakuan Absorbans (A)
1 Blanko 0,011
2 HNO3 + Ca2+ + Al3+ 2ml 0,145
3 HNO3 + Ca2+ + Al3+ 4ml 0,130
4 HNO3 + Ca2+ + Al3+ 6ml 0,117
5 HNO3 + Ca2+ + Al3+ 8ml 0,090
6 HNO3 + Ca2+ + Al3+ 10ml 0,099
7 HNO3 + Ca2+ 0,196
b. Gangguan Alumunium dalam Analisa Kalsium dengan Strontium.
No Perlakuan Absorbans (A)
1 HNO3 0,008
2 HNO3 + 5 ml Ca2+ 0,230
3 HNO3 + 5 ml Sr2+ + 5 ml Ca2+ 0,312
4 HNO3 + 5 ml Al3++ 5 ml Ca2+ 0,093
5 HNO3 + 5 ml Al3++ 5 mlCa2+ + 5 ml Sr2+ 0,226
6 HNO3 + 5 ml Sr2+ 0,010
Hasil
Larutan Cu2+ 5ppm
2. Penentuan Konsentrai Sampel dengan Alat Spektrofotometri Serapan Atom
a. Pembuatan kurva kalibrasi
No Larutan Absorbans (A)
1 Cu2+ 1 ppm 0,015
2 Cu2+ 3 ppm 0,095
3 Cu2+ 5 ppm 0,194
4 Cu2+ 7 ppm 0,297
5 Cuplikan 0,189
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan reaksi pada pelarutan
a. Dengan HNO3
Ca2+ + HNO3 Ca(NO3)2
3Ca(NO3)2 + 2Al2+ 2Al(NO3)3 + Ca2+
b. Dengan H2O
[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)5 (OH)]2+ + H3O+
Ca2+ + 2 H2O Ca(OH)2 + 2H+
2. Perhitungan
a. Penentuan volume larutan Cu2+ dengan perbandingan 1 : 3 : 5 : 7 ppm
Diketahui: M1 = 100 ppm
V2 = 50 mL
Ditanya : V1
Jawab :
Untuk M2 = 1 ppm
V 1=M 2 x V 2
M 1
=1 ppm x50 mL100 ppm
=0,5 mL
Untuk M2 = 3 ppm
V 1=M 2 x V 2
M 1
=3 ppm x50 mL100 ppm
=1,5 mL
Untuk M2 = 5 ppm
V 1=M 2 x V 2
M 1
=5 ppm x50 mL100 ppm
=2,5 mL
Untuk M2 = 7 ppm
V 1=M 2 x V 2
M 1
=7 ppm x50 mL100 ppm
=3,5 mL
Tabel analog konsentrasi Cu dengan konsentrasi
Larutan Absorbans (A)
Cu2+ 1 ppm 0,015
Cu2+ 3 ppm 0,095
Cu2+ 5 ppm 0,194
Cu2+ 7 ppm 0,297
Grafik kalibrasi hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi
0 1 2 3 4 5 6 7 80
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
f(x) = 0.04725 x − 0.03875R² = 0.996796499589796
konsentrasi (ppm)
Ab
sorb
an
Diketahui : y = 0,0473x
Maka : A = 0,0473x
A sampel = 0,189 (cuplikan)
0,189 = 0,0473x
X= 0,1890,0473
X= 3,9958 ppm
Jadi, konsentrasi sampel Cu adalah 3,9958 ppm
G.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dasar spektrofotometer serapan atom.
Percobaan ini bertujuan untuk memhami prinsip kerja dasar spektrofotometer serapan atom
dan dapat menentukan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometer serapan atom.
Prinsip kerja AAS yaitu absorpsi cahaya oleh panjang gelombang tertentu. Cahaya
pada panjang gelombang ini mempunyai energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu
atom . Keberhasilan analisis, ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis
resonansi yang tepat
Dalam praktikum ini dilakukan tiga macam percobaan yaitu gangguan aluminium
dalam analisa kalsium, cara mengatasi gangguan aluminium dalam analisa kalsium dengan
stronsium sebagai zat pembebas dan pembuatan kurva kalibrasi. Untuk percobaan pertama
dan kedua, logam yang digunakan adalah Ca. Digunakannya logam Ca karena logam
tersebut merupakan logam dari golongan alkali tanah, dimana logam ini sangat sensitif
terhadap adanya zat pengganggu dalam analisis karena dapat mempengaruhi daya serapnya
pada spektrofotometer serapan atom. Sedangkan untuk percobaan ketiga, logam yang
digunakan adalah logam Cu, karena logam ini dapat mengabsorbsi pada panjang
gelombang yang lebih rendah dibandingkan dengan logam yang lain, dengan hasil
penyerapan yang cukup optimal.
Pada percobaan pertama, yaitu gangguan aluminium dalam analisa kalsium digunakan
HNO3 sebagai pelarut karena asam nitrat tidak dapat menyerap sinar-sinar dari katoda
kalsium dan asam ini merupakan pelarut yang baik untuk unsur anorganik sehingga blanko
yang digunakan adalah asam nitrat. Adapun larutan blanko disini fungsinya untuk melihat
kepekaan dari alat tersebut. Pada percobaan ini digunakan panjang gelombang 422,7 nm
yang merupakan panjang gelombang maksimum dari Ca. Digunakannya panjang
gelombang maksimum dalam proses analisis dikarenakan pada panjang gelombang
tersebut terjadi penyerapan ata absorbansi maksimal serta memiliki % error atau tingkat
kesalahan yang lebih rendah dibandingkan dengan panjang gelombang yang lainnya. Dari
hasil pengamatan terlihat bahwa terjadi penurunan absorbans. Penurunan nilai absorban
dikarenakan adanya interaksi elektrostatis antara ion-ion yang berdekatan (Al3+) dengan zat
pengabsorpsi (Ca2+). Interaksi ini akan mempengaruhi harga molar absortivitas dari zat
pengabsorbsi yaitu Ca2+ (Hendayana, 1994:134). Hal ini sesuai dengan teori dimana
banyaknya gangguan maka absorbansinya akan semakin rendah. Hal tersebut dapat
dijelaskan karena makin banyak zat pengganggu maka Ca makin banyak yang tidak
terbaca, dengan kata lain, kadar Ca yang tidak teratomisasi semakin besar akibat adanya
gangguan tersebut. Disini yang berperan sebagai pengganggu adalah ion Al3+.
Percobaan kedua adalah mengatasi gangguan alumunium dalam analisa kalsium
dengan menggunakan stronsium sebagai zat pembebas. Digunakannya stronsium sebagai
zat pembebas dikarenakan strontium memiliki daya serap yang cukup rendah sehingga
tidak terlalu mempengaruhi penyerapan dari logam Ca. Penambahan larutan Sr dapat
mengatasi gagguan aluminium pada larutan Ca2+ tersebut, karena Sr akan mengikat dengan
Al3+, sehingga interaksi elektrostatis antara Ca2+ dengan Al3+ dapat berkurang dan Ca
menjadi terbebas. Hal tersebut terbukti pada hasil pengamatan, yaitu larutan Ca2+ yang
ditambahkan dengan Al3+ memiliki nilai absorban yang lebih rendah dibandingkan dengan
Ca2+ yang ditambahkan dengan Al3+ dan Sr2+.
Percobaan ketiga, yaitu penentuan konsentrasi sampel dengan AAS. Sampel yang
tidak diketahui konsentrasinya diukur terlebih dahulu absorbannya. Penentuan konsentrasi
dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi antara absorban dengan konsentrasi dari
berbagai larutan standar. Kemudian ditarik garis lurus dan didapat persamaan dari garis
lurus tersebut. Berdasarkan kurva tersebut diperoleh nilai slope yang merupakan nilai
untuk ε b dari persamaan Lambert-Beer: A = ε b C. Dari analisis data diperoleh nilai untuk
persamaan dari hukum Lambert-Beer pada percobaan yaitu: A = 0,0473 dengan nilai
absorban larutan sampel sebesar 0,189. Dengan mensubtitusikan nilai-nilai tersebut pada
persamaan kurva kalibrasi maka didapat nilai konsentrasi Cu2+ dalam cuplikan tersebut
sebesar 3,9958 ppm. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
absorbannya juga semakin meningkat (berbanding lurus).
H.KESIMPULAN
1. AAS berprinsip pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam bentuk gas
pada keadaan dasar dengan panjang gelombang tertentu. Dalam analisa menggunakan
AAS, dapat terjadi gangguan yang berasal dari unsur kimia. Adanya gangguan
menyebabkan besaran yang akan diukur (absorbans) dari atom unsur yang dianalisa
menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai absorbans yang seharusnya. Aluminium
merupakan senyawa refraktori yang dapat mengganggu analisa pengukuran. Gangguan
yang disebabkan oleh Al3+ ini dapat diatasi dengan penambahan unsur pembebas seperti
strontium.
2. Untuk menentukan konsentrasi larutan sampel yang tidak diketahui dapat dilakukan
dengan menentukan absorpsi larutan standar menggunakan AAS, kemudian membuat
kurva kalibrasi hubungan antara absorpsi dengan konsentrasinya dan berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh konsentrasi sampel Cu adalah 3,9958 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Christian, G.D, 1980. Analytical Chemistry, Ed. New York : John Willey and Sons.
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.
Khopkar, S. M., 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.