A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

67
©copyright

Transcript of A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Page 1: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

©copyright

Page 2: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Rcn kul

Page 3: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

klik

Page 4: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

ALASAN PERLUNYA KAJIAN KOMPARASIALASAN PERLUNYA KAJIAN KOMPARASI

• Adanya asas nasional aktif dalam KUHP kita, yaitu Pasal 5 ayat 1 ke-2,

• Adanya beberapa ketentuan dalam UU di luar KUHP yang memperluas jurisdiksi teritorial ke luar wilayah Indonesia (a.l. Pasal 97 UU Narkotika; Pasal 16 UU TPK; Pasal 3 (1) dan Pasal 4 UU Terorisme; Pasal 7 UU Pencucian Uang; Psl. 2 UU-ITE no. 11/2008);

• Banyaknya UU yang telah meratifikasi berbagai ketentuan/dokumen internasional

• Adanya berbagai UU tentang perjanjian bilateral; dan perjanjian timbal balik dalam masalah pidana atau Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters (a.l. UU No. 1/2006, UU No. 8/2006);

• Adanya perkembangan Cybercrime yang merupakan “transborder/transnational crime”.

• dapat membawa sikap kritis terhadap sistem hukum sendiri (Prof. Soedarto)

• untuk pemecahan masalah-masalah hukum secara adil dan tepat (Prof. Soerjono Soekanto)

Page 5: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

UU yang telah meratifikasi berbagai UU yang telah meratifikasi berbagai ketentuan/dokumen internasionalketentuan/dokumen internasional

Antara lain :Antara lain :1.1. UU No. 7/1997UU No. 7/1997 mengesahkan mengesahkan United Nations Convention Against United Nations Convention Against

Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 19881988; ;

2.2. UU No. 5/1998UU No. 5/1998 mengesahkan mengesahkan Convention Against Torture and Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or PunishmentOther Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment; ;

3.3. UU No. 11/2005UU No. 11/2005 meratifikasi meratifikasi International Covenant on Economic, International Covenant on Economic, SocialSocial and Cultural Rights; and Cultural Rights;

4.4. UU No. 12/2005UU No. 12/2005 meratifikasi ICCPR; meratifikasi ICCPR; 5.5. UU No. 5/2006UU No. 5/2006 meratifikasi meratifikasi International Convention For the International Convention For the

Suppression of Terrorist Bombings,1997;Suppression of Terrorist Bombings,1997; 6.6. UU No. 6/2006UU No. 6/2006 meratifikasi meratifikasi International Convention for the International Convention for the

Suppression of the Financing of Terrorism, 1999; Suppression of the Financing of Terrorism, 1999; 7.7. UU No. 7/2006UU No. 7/2006 meratifikasi UNCAC- meratifikasi UNCAC-United Nations Convention United Nations Convention

Against Corruption, 2003);Against Corruption, 2003);8.8. Akan diratifikasi : Akan diratifikasi : EUROPEAN UNION CONVENTION ON EUROPEAN UNION CONVENTION ON

CYBERCRIME, 2001CYBERCRIME, 2001 di Budapest. – di Budapest. – klikklik - - (file kominfo) (file kominfo)

Page 6: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

KETERKAITAN PEMBAHARUAN HK DGN PERBANDINGAN HK

• Tahir Tungadi : – Perbandingan hkm (PH) berguna untuk pembaharuan

hukum. – PH memperdalam pengetahuan tentang hukum nasional

dan dapat secara objektif melihat kebaikan dan kekurangan hukum nasional.

• Sudarto : PH membawa sikap kritis terhadap sistem hukum sendiri.

• Soerjono Soekanto : Penting untuk melaksanakan pembaharuan hukum

• Rene David dan Brierley : Penting untuk memahami lebih baik dan untuk mengembangkan hukum nasional kita sendiri.

• Thomas Weigend : salah satu relevansi PH adalah “relevansi untuk pembaharuan hk” (Relevance for law reform)

Page 7: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

MANFAAT & Ltr Blkg KAJIAN KOMPARASI

• Memperluas Wawasan :• Ilmu HP (bidang Pendidikan)• Penelitian HP• Pembuatan/Pembaharuan HP (Politik HP)• Penegakan HP

• SANTAYANA :“A man’s feet must be planted in his country, but his eyes should survey the world”

Page 8: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Keterkaitan Penal Policy – Penal reform - Comparative Approach

“A man’s feet must be planted in his country, but his eyes should survey the world”

Wawasan nasional

Kajian “ius constitutum” : ILMU HP POSITIF

Kajian “ius consti-tuendum” :

POLITIK/Pembaharuan HP

Kajian “Ius com-perandum” :

PERBANDINGAN HP

Wawasan global/Komparatif

SANTAYANA Bisa dimaknakan :- Pembangunan hk hrs bertolak dari kondisi nilai-nilai/wawasan nasional (filosofi, kultural, politik, dsb) ; - ttp hrs juga melihat dunia luar/wa- wasan global-komparatif.

Kalau dikaitkan dgn Ilmu Hk Pidana

Page 9: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Thomas Weigend

• Sbr : Elgar Encyclopedia of Comparative Law, Edited by Jan M. Smits, Professor of European Private Law, Maastricht University, The Netherlands, Edward Elgar Cheltenham, UK • Northampton, MA, USA, 2006

• The relevance of comparative criminal law– 1.1 Practical relevance– 1.2 Relevance for law reform– 1.3 Internationalization

Klik PP khusus Thomas W.

Page 10: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

1.1 Practical relevance• Biasanya PHP dilihat terutama dari sudut

kepentingan akademik/keilmuan. HP dipandang sangat berkaitan erat dgn kebiasaan dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, tujuan mempelajari sistem HP (peradilan pidana) asing, lebih mengandung tujuan pendidikan daripada tujuan praktis (yaitu) : dgn melihat HP asing akan membantu memahami dan menafsirkan hkmnya sendiri; juga dapat menunjukkan keterkaitan antara penyelesaian/solusi hkm dgn berbagai masalah.

Page 11: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

lanjutan• Di banyak negara, HP asing mempunyai peranan

sangat terbatas dlm menafsirkan hknya sendiri (hk domestik). Analisa komparatif biasanya digunakan oleh pengadilan di sebagian kecil negara yg melihat jurisdiksi negara tetangga utk membantu menafsirkan hkmnya sendiri, atau dlm hal model hkmnya sendiri bersumber dari “induk hk” (mother law) yang sama dgn negara lain itu. MA terkadang mencari dukungan dari jurisdiksi negara lain sewaktu mengubah aturan/ketentuan lama. Misal – Mahk. Agung Jerman mengadopsi suatu ketentuan yg menolak bukti pengakuan sewaktu polisi tidak menginformasikan kpd terdakwa akan haknya untuk tetap diam (remain silent). – MA USA melarang penjatuhan pidana mati thd anak. Dalam kedua kasus itu, pengadilan menunjukkan bahwa aturannya sesuai dgn standar internasional saat ini.

Page 12: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

“A man’s feet must be planted in his country, but his eyes should survey the world”

Wawasan global/Kompa-ratif/transnasional

SANTAYANA

Wawasan nasional

Kajian “ius constitutum : ILMU HK. POSITIF

Kajian “ius constituendum” :POLITIK HKM

Kajian “Ius comperandum” :PERBANDINGAN HKM

•Prof. Gutteridge : ahli di bidang Hkm. Hindu, Hkm. Islam, dan Hkm. Romawi.

Page 13: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

WAWASAN ILMU HUKUM(KELUARGA HUKUM/FAMILY LAW)

CIVIL LAW

SYSTEM

COMMON LAW

SYSTEM

TRADITIONAL &RELIGIOUS LAW

SYSTEM

SOCIALIST LAW

SYSTEM

Individualism Individualism

Monodualism Socialism

Klik kelg hk.KLIK “budaya hk-klg hk adat”(sid adat dayak – thamrin) 15’

Bgmn/dimanaPosisi Indon.?

Budaya hk adat-rev

Page 14: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Mattei (1997)

the rule of professional law

the rule of political law

the rule of traditional law

Menurut Prof. Jaakko Husa, masuk kelompok “Recent classifications and developments”

sekuler

Non-sekuler

BerdasarHub. Pol.

Islamic law countries, Hindu law,

Asian and Confucian conceptions of law

Sistem Uni Soviet lama & bebrpSistem Asia

Common law and Roman–German

law

religion or some other philosophical–religious tradition

is not separated from law

Page 15: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Rene David

• Rene David, Guru Besar Ilmu Hukum dan Ekonomi Universitas Paris Perancis, berpendapat “......bahwa tidak mungkin orang memperoleh gambaran yang jelas mengenai Islam sebagai satu kebulatan, kalau orang tidak mempelajari hukumnya”.[1]

[1] Joseph Schacht, “Law and Justice” dalam Cambridge Histoty of Islam, Cambridge University Prress, 1970, hlm.539

Page 16: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Joseph Schacht

• “hukum Islam menempati posisi sentral dan menjadi inti serta jantung dari ajaran Islam sendiri, karena itu wajar jika Islam disebut sebagai agama hukum (a religion of law)”.[1]

•[1] Ibid.

Page 17: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Charles J.Adams[1 ]

• “......hukum Islam merupakan subyek yang terpenting dalam pengkajian Islam. Karena sifatnya yang menyeluruh yang meliputi semua aspek hidup dan kehidupan seorang muslim, maka berbeda dengan cara mempelajari hukum-hukum lain, studi tentang hukum Islam memerlukan pendekatan dan pemahaman khusus. Sebab yang termasuk ke dalam hukum Islam itu bukan hanya apa yang disebut dengan istilah law dalam sistem hukum Eropa, tetapi juga tentang soal-soal lain di luar wilayah apa yang biasanya dikatakan law itu”.

[1] Charles J.Adams, Islam in the Great Religions, The Free Press, New York, 1965, hlm.316

Page 18: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Hassan Ko Nakate [1 ]

• Hassan Ko Nakate[1] seorang Guru Besar Universitas Doshisha Jepang, menegaskan bahwa “tidak ada sistem hukum di dunia yang dapat dibandingkan dengan hukum Islam, terutama dalam hal kestabilan dan prediktabilitas, sistem hukum Islam yang terbentuk sekitar abad ke-8 hingga kini aturannya masih valid”.

•[1] Hassan Ko Nakate, disampaikan dalam Seminar Internasional Rekonstruksi Sistem Hukum Indonesia Berdasarkan Nilai Islam, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 1 Februari 2011.

Page 19: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

H.A.R. Gibb[1],

• H.A.R. Gibb[1], berpendapat hukum Islam telah memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk serta membina ketertiban sosial umat Islam dan mempengaruhi segala segi kehidupannya. Karena ia memiliki landasan-landasan keagamaan. Hukum Islam telah berfungsi sebagai pengatur kehidupan rohani dan sekaligus pula menjadi suara hati nurani umat Islam.

•[1] Dalam Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.

Page 20: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

LAPORAN seminar The Week of Islamic Law, Paris, tahun 1952

• Dalam berbagai mazhab yang ada di dalam lingkungan besar hukum Islam terdapat kekayaan pemikiran hukum serta teknik yang mengagumkan yang memberi kemungkinan kepada hukum Islam untuk berkembang memenuhi semua kebutuhan dan penyesuaian yang dituntut oleh kehidupan modern.[1]

•[1] Dalam Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, RajaGrafindo persada, Jakarta,1999, hlm.11.

Page 21: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

MODAL DASAR

• Sudah memahami :• Ilmu Hk. Pidana Positif• Bahasa asing (pasif) - pto

• Tidak mungkin memahami / melakukan “perbandingan”, apabila tidak memahami “yang lama” (yang ada saat ini)

Page 22: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

TES BAHASA

• Dengan penuh kepercayaan dari hubungan sosial yang membahayakan dari suatu pertimbangan suatu tindak pidana (SW)

• dengan sengaja mempercayakan bahaya sosial perbuatan, undang-undang mempertimbangkan kejahatan (AS).

• kemauan melakukan dari bahaya sosial diharapkan dalam sandi mempertimbangkan dari kejahatan (AK)

The willful committal of a socially

dangerous act envisaged in this Code is considered a

crime.(Article 18 Armenia

Criminal Code)

Apa klmtLengkap?

Cekot-2

Page 23: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

– suatu kejahatan dan tindakan tidak menyenangkan akan menentukan dari hukum dari waktu tindakan komisaris.

– suatu penjatuhan hukuman maupun penjatuhan sanksi terhadap suatu perbuatan pidana diartikan sebagai ketentuan hukum yang berlaku terhadap suatu perbuatan pidana.

– kejahatan dan jenis perbuatan yang dapat dihukum merupakan perbuatan yang dapat menentukan kepentingan hukum pada suatu waktu oleh komisi yang dapat dihukum.

The criminality and punishability of an act shall be determined by the law prevailing at the time of the commission

of that act.

Art.1Korean Penal Code

Page 24: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec
Page 25: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Peristilahan

• Comparative law • Comparative jurisprudence• Foreign law • Droit Compare• Rechtsvergelijking • Rechtsvergleichung• Vergleichende Rechtslehre.

Page 26: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Pengertian Perbandingan Hukum

Comparative jurisprudence :– “the study of principles of legal science by the

comparison of various systems of law”.

Foreign law :• semata-mata mempelajari hukum asing;• tidak bermaksud membandingkan dengan sistem

hukum lain;

PH

BUKAN cabang hukum

CABANG ILMU HUKUM

METODE KEILMUAN

Page 27: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

R.H.S. Tur, 'The Dialectic of General Jurisprudence and Comparative Law', (1977) Jurid. Rev., 249.

• Ilmu hkm umum (general jurisprudence) dan perbandingan hukum (comparative law) merupakan dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama (They are a different sides of the same coin). • General jurisprudence without comparative law is

empty and formal; • comparative law without general jurisprudence is

blind and non-discriminating.

Page 28: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

W. EWALD, 'Comparative Jurisprudence’

• Comparative law is an essentially philosophical activity.

• there is as yet no precise definition of 'comparative jurisprudence'

• he gives a tentative definition as :• “the comparative study of the intellec-

tual conceptions that underline the principal institutions of one or more foreign legal systems”.

Page 29: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Catherine Valcke Comparative Law as Comparative Jurisprudence - The

Comparability of Legal Systems (March 2003), p. 5.

• William Ewald, ………………suggested that we correspondingly think of comparative law “as comparative jurisprudence.” In very short, law as jurisprudence stands for the proposition that law is more than just the sum of its facts—the texts, the institutions, the sanctions, etc…, created and implemented by the State. Law is also, and crucially, the ideas that underlie, animate, and tie these facts together: the view of due process that roots our court system, the understanding of promise-keeping that informs our law of contracts, the conception of crime that seeps through our criminal law.

Page 30: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Catherine Valcke• Law as jurisprudence is neither “law in books,” nor “law in action,”

both of which can be fully grasped through external observation alone. It is “law in minds” which accordingly can be apprehended only from within, from the standpoint of legal actors. And comparative law as comparative jurisprudence corres-pondingly is “comparative law in minds”.

• hukum sebagai ilmu bukan hanya “law in books” dan “law in action”[1], yang keduanya dapat dipahami sepenuhnya melalui pengamatan eksternal/luar saja, tetapi hukum juga merupakan “law in minds” ("hukum dalam ide-ide/ pikiran"), antara lain berbagai alasan/pertimbangan logis, gaya pemikiran (style of thought), jalinan berbagai pendirian/keyakinan, ide, pilihan-pilihan, keinginan, kepentingan, dasar-dasar pembenaran, prinsip-prinsip, teknik, alasan, dan asumsi-asumsi yang hanya dapat dipahami dari dalam [1] Ewald menyebutnya “law as text” dan “law as context-based” (Catherine Valcke, ibid., loc.cit).

Page 31: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

NORMA----------------------------

NILAI(Ide Dasar/

Konsep)

Law in Books(Law as Text)

Law in Actions(law as Context-

based)

Law in Minds(intellectual

Conceptions)

The view

The Understanding

The ConceptionILMU NILAI

ILMU NORMA

Page 32: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

KUHP GREENLAND :

• Perumusan delik tidak disertai dengan ancaman sanksi tidak digunakan istilah “pidana” (punishment), tetapi “sanksi” (sanctions);

• Sanksi ditempatkan dalam bagian lain secara umum (ada 9 jenis) & berlaku untuk semua jenis tindak pidana.

• Hakim bebas memilih satu atau beberapa sanksi, dan juga bisa tidak memberikan sanksi apapun (Psl. 86).

W. EWALD :Comparative law is “the comparative study of the intellectual

conceptions”.

Basic ideas/ phylosophies, (intelectual conceptions/ ideas/ phylosophies) apa yg ada dlm KUHP Greenland ini?

Page 33: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

D.A. THOMAS : Systems of substantive criminal law serve several purposes.

Politically, a criminal code may acquire symbolic significance as an expression of national unity. Morally, the code may amount to a concrete manifestation of the judgment of the community on the central values which bind it together and serve notice on the citizen of the limits of permissible behaviour within that society.

NORMA----------------------------

NILAI(Ide Dasar/

Konsep)

Formulasi Norma :Perwujudan dari nilai

(ide dsr/konsep)

a concrete manifestation of the judgment of the community on

the central values

symbolic significance as an expression of national unity

Emile Durkheim : Crime are those acts which seriously violate a society’s conscience collective. ; essentially violations of the

fundamental moral code which society hold sacred.

Page 34: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

NORMA----------------------------

NILAI(Ide Dasar/

Konsep)

Formulasi Norma :Perwujudan dari nilai

(ide dsr/konsep)

SUDARTO :Hukum Pidana dari sesuatu bangsa merupakan indikasi yang sangat penting untuk mengetahui tingkat peradaban bangsa itu, karena di dalamnya tersirat bagaimana pandangan bangsa tersebut tentang etik (tata-susila), kemasyarakatan dan moral keagamaan.HP : indikasi tingkat peradaban bangsa.

BARDA :Sungguh sulit dibayangkan, bagaimana kualitas kehidupan masyarakat yang berkarakter Pancasila dapat terwujud, kalau sistem hukumnya sendiri tidak berkarakter Pancasila (tidak berkarakter ketuhanan/religius, tidak berkemanusiaan/humanis, tidak berkarakter nasionalis, demokratis/kerakyatan, dan tidak berkarakter keadilan sosial).

BARDA :HP : perwujudan nilai2 sosio-filosofis, sosio-politik, sosio-kultural masy

Page 35: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

GRUNDNORM

GRUNDWERTEN

NORMA----------------------------

NILAI(Ide Dasar/

Konsep)

Law in Books(Law as Text)LIRIK LAGU

JIWA(si penyanyi)

Law in Minds(intellectual

Conceptions/philosophy)

Kedudukan Pancasila DALAM Politik Hukum Indonesia

Politik Hkm Pid

I. HP Pos

Budaya hkm nasional

Ruh/jiwa hkm nasional

Page 36: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

NORMA----------------------------

NILAI(Ide Dasar/

Konsep)

RUH/JIWA HUKUM

Conscientia – ruh/jiwa

Scientia juridis – 372, 284Psl2 korupsi/suap dsb.

PROF. DR. PROF. DR. NOTOHAMIDJOJONOTOHAMIDJOJO

Tugas Yurist :Merohaniahkan

Hukum

LIRIK LAGU

JIWA(si penyanyi)

•Ingin aku membencimunamun diriku tak mampuSakit dihatiku, luka dijantungkutertusuk cintamu

O… teganya hatimu sayangKau pergi bersama diaBukan karena cintaTapi karena aku orang tak punya

Klik-video

KLIK – lagu mp3

Coba baca

Page 37: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Stephen Schafer

crime hubungan hkm : negara dan anggota masyarakat.

hubungan politik ("political

relationship")

hubungan IDEOLOGI-kemasyarakatan

("ideological-societal relationship").

Ketentuan-ketentuan hukum pidana dibuat untuk menjaga dan melindungi berbagai nilai ideologi-

kemasyarakatan yang oleh negara sebagai suatu kekuatan politik ingin diwujudkan di dalam

masyarakat.

Page 38: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

NORMA----------------------------

NILAI(Ide Dasar/

Konsep)

Formulasi Norma :Perwujudan dari nilai

(ide dsr/konsep)

Emile Durkheim : Crime are those acts which seriously violate a society’s conscience collective. ; essentially violations of the

fundamental moral code which society hold sacred.

D.A. THOMAS : Systems of substantive criminal law :

Politically, a criminal code may acquire symbolic significance as an expression of national unity. Morally, the code may amount to a concrete manifestation of the judgment of the community on the central values which bind it together and serve notice on the citizen of the limits of permissible behaviour within that society.

Page 39: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Hans Christian Raffnsoe :The trouble is that it’s so different, it’s

so dangerous, it’s so wrong to impose a foreign alien system on people in a

totally different culture

"... the importation of foreign cultural patterns which did not harmonize with the indigenous culture had had a criminogenic

effect“ (Kongres PBB VI-1980)

Budaya Hk hrs dipelihara

Kearifan Nasional(National Wisdom/Genius)

Spt. Budaya Nas lainnya

Often, lack of consistency between laws and reality was criminogenic; the farther the law

was removed from the feeling and the values shared by the community, the greater was the lack of confidence and trust in the

efficacy of the legal system (p. 45).

Page 40: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

BUDAYA PERMAAFAN?

Page 41: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Prof. Moelyatno, SH – Penegakan Hk berkepribadian Indonesia

• hukum di negara kita hendaknya dikembangkan, ditetapkan dan dilaksanakan khusus sesuai dengan kepribadian Indonesia dan perkembangan revolusi dewasa ini.

• Janganlah para petugas yang pekerjaannya dalam atau bersangkutan dengan bidang hukum tadi, sadar atau tidak sadar, meneruskan begitu saja teori-teori dan praktek-praktek Hukum yang dahulu pernah diajarkan dan dipraktekkan di zaman Hindia Belanda sejak berpuluh-puluh tahun. – Seakan-akan dalam bidang hukum jalannya sejarah

bangsa Indonesia sejak berkuasanya pemerintah Hindia Belanda hingga sekarang berlangsung terus secara tenang dan tenteram;

– seakan-akan teori dan praktek hukum dari zaman yang silam itu merupakan naluri atau harta pusaka bagi kita, yang sedapat mungkin harus dipelihara sebaik-baiknya, tanpa perubahan dan penggantian.

Page 42: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Prof. Moelyatno, SH – Pikiran & Budaya Hk harus berubah

• jika sejarah suatu bangsa menempuh jalan yang lain daripada yang sudah-sudah, maka seluruh pikiran dan kebuda-yaan dalam semua bidang dan perwu-judan aktivitas dari bangsa tersebut lambat laun juga berubah, tidak terkecuali dalam bidang hukum.

INDONESIA

BELANDA

Page 43: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Prof. Sudarto

• Dalam pandangan hukum yang legalistis,  membabarkan hukum dan keadilan identik dengan membabarkan undang-undang. Dengan demikian jelas sekali bahwa sarjana hukum yang biasa bekerja dengan sistem pengertian yang dogmatis dan assumsi-assumsi (pra- anggapan) yang formal belaka, jadi yang yuridis tradisional dalam metodenya, sulit sekali untuk dapat memecahkan persoalan dan mengatur masyarakat yang semula relatif uniform dan tertutup sekarang menjadi yang pluriform dan terbuka.

Page 44: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Prof. Sudarto - lanjutan

• Pandangan normatif tradisional ini sangat besar pengaruhnya sampai dewasa ini. Memang pandangan ini mempunyai daya tariknya (appealing) bagi para sarjana hukum. Mereka bisa berbincang dengan mahirnya tentang pengertian-pengertian hukum yang khas yang hanya dipahami oleh mereka sendiri. Penggarapan hukum hanya bergumul dengan undang-undang, jurisprudensi dan buku-buku pelajaran tentang hukum. Hukum menjadi tujuan sendiri (Selbstzweck). Dalam pandangan ini mudah terjadi adanya diskrepansi (ketidakcocokan) antara hukum dengan kenyataan yang berlaku di dalam masyarakat. Lebih- lebih apabila masyarakat ini sedang bergerak dan berubah, seperti layaknya suatu masyarakat yang, ber-“revolusi” atau “membangun”.

Page 45: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Hans Christian Raffnsoe, Chief Judge, High Court of Greenland

• The trouble is that it’s so different, it’s so dangerous, it’s so wrong to impose a foreign alien system on people in a totally different culture.

• Sbr. : Natalia Loukacheva, Autonomy and legal

systems of Greenland and Nunavut, http://www.units.muohio.edu/havighurstcenter/publications/documents/Loukacheva.pdf

Page 46: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

PERBANDINGAN HUKUMDALAM ARTI LUAS

1. mempelajari keseluruhan aspek/ kompo-nen “sistem hukum” (substansi, struktur, kultur);

Legal substance

Legal structure

Legal culture

SISTEM HKM

Page 47: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

PERBANDINGAN HUKUMDLM. ARTI LUAS

2. Mempelajari hukum secara faktual dan kontekstual

(latar belakang filosofis/ideologis, sosial, budaya, historik, politik, ekonomi dsb.);

Sistem hkm

Socio-historik

Socio-filosofik

Socio-ekonomi

Socio-politik

Socio-kultural

Socio-politik

Socio-ekonomi

Socio-kultural

HUKUM (PIDANA)

Socio-filosofik

Page 48: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

PERBANDINGAN HUKUMPERBANDINGAN HUKUMDALAM ARTI SEMPITDALAM ARTI SEMPIT

memahami dari salah satu aspek/komponenmemahami dari salah satu aspek/komponen

sistem hukum;sistem hukum; memahami dari aspek normatif/substantif;memahami dari aspek normatif/substantif;

Legal substance

Legal structure

Legal culture

HP Materiel HP Formal Hk Pelaks. Pid.

Page 49: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Prof. Jaakko Husa – Legal FamiliesSbr : Elgar Encyclopedia of Comparative Law, Edited by Jan M. Smits,,

2006 - lihat folder Ensiklopedia, dalam Barda (D)

• Membedakan antara : macro-comparative law and micro-comparative law – micro-comparative law : deals with specific legal rules, cases

and institutions that are conceived froma point of view of actual problems or particular legal conflicts of interests

– macro-comparative law : focuses on larger-scale themes and questions. Systematization, grouping and classification of the legal systems

• legal systems :– Dlm arti sempit : formal legal systems of nation-states – Dlm arti lebih luas : not only rules, institutions, case law and

doctrines but even some elements of social relations, historical factors, ideologies, culture and tradition.

Page 50: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

• the study of comparative legal cultures differs from the study of comparative law

Page 51: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Kedudukan PHP Kedudukan PHP Dalam Ilmu Hukum (Pidana)Dalam Ilmu Hukum (Pidana)

Dalam arti luas : masuk Ilmu Hukum Dalam arti luas : masuk Ilmu Hukum (Pidana) Faktual; (Pidana) Faktual;

Dalam arti sempit : masuk IHP Dalam arti sempit : masuk IHP Normatif.Normatif.

Catatan : Catatan : Apa yg termasukApa yg termasuk IHP Normatif ?IHP Normatif ?

Page 52: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

POSISI DALAM ILMU HUKUM PIDANA

NORMATIF

I. HP Positif

POLITIK HP(Penal Policy)

PERBANDINGANHkm. Pidana

HP ADAT

ILMUHP

FAKTUAL

Marc Ancel :1. Criminology2. Criminal

Law3. Penal Poli-

cy

HP Positif HP Positif (ius constitutum)(ius constitutum)

HP Yad. HP Yad. (ius constituendum)(ius constituendum)

HP AsingHP Asing(ius comperandum)(ius comperandum)

HP AdatHP Adat(Td Tertulis)(Td Tertulis)

Page 53: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

INTI ILMU HUKUM PIDANA

1. Ilmu HP Positif

Ilmu MENERAPKAN (law enforcement)

KURNAS S2

KURNAS S1

2. Politik HP

3. Perban- dingan HP

Ilmu MEMBUAT/MEMPERBAHARUI

Law making

Law reform/development

Memperluas wawasan utk. Politik HP

KURNAS S2

Page 54: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

RUANG LINGKUP PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

PERBAN-DINGAN

SISTEM HP

SUBSTANSI HP

MSLH POKOKHP Materiel

SISTEMATIKAKUHP

• Substansi HP• Struktur HP• Kultur HP

• HP Materiel• HP Formal• Hk. Pelaksn. Pidana

• Tindak Pidana• Kesalahan (PJP)• Pidana

• Bagian Umum• Bagian Khusus

IDE DASAR

intellectual conceptions

philosophical activity

Basic ideas

Page 55: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

PERBANDINGAN SISTEM HK PIDANA (PENAL SYSTEM)

PERBANDINGAN HP

PERBANDINGAN

SISTEM HP

PERBANDINGAN

PENAL/SENTENCINGSYSTEM

APKH. “PENAL SYSTEM” ?

Page 56: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

SISTEM PEMIDANAAN

FUNGSIONAL SUBSTANTIF

HK. PID.MATERIEL

HK. PID.FORMAL

HK. PELAK-SANAAN PID

ATURANUMUM

ATURAN KHUSUS

Dalam arti LUAS Dalam arti SEMPIT

Page 57: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec
Page 58: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

ATURAN UMUM

(General Rules)

Bk. I KUHP(Psl. 1 – 103)

ATURAN KHUSUS(Special Rules)

Bk. II Ps. 104 - 488

Bk. III Ps. 489 – 569

UU Di luar KUHP

Page 59: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

SISTEM PEMIDANAAN = Keseluruhan Aturan HP Positif (Per-UU-an Pidana)

ATURAN UMUM

(General Rules)

Bk. I KUHP(Psl. 1 – 103)

ATURAN KHUSUS(Special Rules)

Bk. II KUHP(Kejahatan)Ps. 104 - 488

Bk. III KUHP(Pelanggaran)Ps. 489 - 569

UU Di luar KUHP

RumusanDelik

Sub-sistempemidanaan

STATUTORYRULES

Terikat oleh

Page 60: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

SISTEM PEMIDANAAN

Asas & Tujuan Pemidanaan

Aturan/Pedoman Pemidanaan

Tindak Pidana Kesalahan (PJP) Pidana

SISTEM PEMIDANAANAturan Umum (General Rules)

BUKU I

Hanya sub sistem

Hanya sub sistem

Hanyasub sistem

Page 61: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

Asas & Tujuan Pemidanaan

SISTEM PEMIDANAAN (PHP)

Aturan/Pedoman Pemidanaan

Tindak Pidana Kesalahan (PJP) Pidana

3 MSLH POKOK HP – hanya sub-sistem

• bangunan konsepsional sistem HP yang bersifat umum banyak yg dimasukkan, tetapi di Indonesia tdk ada;• Walaupun tidak ada dalam KUHP Indonesia, namun sebenarnya ada

• di dalam teori/ilmu, • dalam berbagai UU di luar KUHP dan hukum yang hidup, • bahkan ada dalam rambu-rambu penegakan hukum nasional (SISKUMNAS)

Page 62: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

SISTEM PEMIDANAAN

Asas & Tujuan Pemidanaan

Aturan/Pedoman Pemidanaan

TP PJP Pid

SISTEM PEMIDANAAN

Asas HP Aturan Pemidanaan

TP Pid

SistemKUHP/WvS

SistemRKUHP

- orientasi “perbtn”/klasik- monistik- kaku/kepastian- blm kemerdekaan/wawsan Nasional & blm ada kongres2 PBB/Int’nal

- Orientasi perbtn-org/pasca- Modern- dualistik/keseimbangan- pengaruh wawasan Nas & internas (Kongres2 PBB)

Page 63: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

SubstantiveSentencing

system

- orientasi “perbtn”/klasik- pandangan monistik - ide kepastian/kaku- seblm kemerdekaan/blm blm ada siskumnas - BLM ADA kongres2 PBB/Int’nal

- Orientasi perbtn-org-korban/ pasca-Modern- pandangan dualistik- ide keseimbangan/monodualistik- pengaruh wawasan Nas & internas (Kongres2 PBB)

Page 64: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

SISTEM PEMIDANAAN

Asas & Tujuan Pemidanaan

Aturan/Pedoman Pemidanaan

Tindak Pidana Kesalahan (PJP) Pidana

Bag/At.Umum

Bag/At.Khusus

Sistem WvS :- Banyak asas yg tdk ada/tdk diformulasikan dlm UU; hanya dlm teori/ilmu;- tdk ada formulasi “tujuan & pedoman pemidanaan” sistem KAKU- blm mengakomodir perkembangan/kesepakatan global.

Page 65: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

KUHPA

KUHPB

IUS COMPERATUM

IUS COMPERANDUM

PERBANDINGAN HP MATERIEL/SUBSTANTIF

Page 66: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

PERBANDINGAN HP MATERIEL/SUBSTANTIF

KUHP

PERBANDINGANSISTEMATIKA

PERBANDINGANMASALAH POKOK HP

PERBANDINGANISTILAH-ISTILAH HUKUM

Aturan/Prinsip umum

Aturan Khusus

TP

PJP

PIDANA

PERBANDINGANIDE DASAR/FILOSOFI/

BUDAYA HK

Page 67: A.1 KUL-1 Perb HP (Pengert-rg.lgkp)-Sid Adat Thamrin-rec

click