› xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 ·...

21
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Transfer Pricing 2.1.1 Pengertian Transfer Pricing Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral mengasumsikan bahwa transfer pricing adalah strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangkan pengertian pejorative mengasumsikan transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan cara menggeser laba ke negara yang mempunyai tarif pajak yang rendah (Suandy, 2011). Menurut Gunadi dalam Suandy (2011) menyatakan bahwa transfer pricing adalah penentuan harga atas penyerahan barang, imbalan atas penyerahan jasa atau pengalihan teknologi antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Transfer pricing adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi. Transfer pricing dapat terjadi dalam satu perusahaan (intracompany) dan antarperusahaan (intercompany) yang terikat dalam hubungan istimewa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013). Pengertian transfer pricing sebagai harga yang ditimbulkan akibat penyerahan barang, jasa dan teknologi, seperti yang telah disebutkan di atas merupakan pengertian yang netral. Akan tetapi, istilah transfer pricing sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik (abuse of transfer pricing), yaitu 13

Transcript of › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 ·...

Page 1: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Transfer Pricing

2.1.1 Pengertian Transfer Pricing

Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian

yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral

mengasumsikan bahwa transfer pricing adalah strategi dan taktik bisnis tanpa

motif pengurangan beban pajak. Sedangkan pengertian pejorative mengasumsikan

transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan cara

menggeser laba ke negara yang mempunyai tarif pajak yang rendah (Suandy,

2011).

Menurut Gunadi dalam Suandy (2011) menyatakan bahwa transfer pricing

adalah penentuan harga atas penyerahan barang, imbalan atas penyerahan jasa

atau pengalihan teknologi antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.

Transfer pricing adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga

transfer suatu transaksi. Transfer pricing dapat terjadi dalam satu perusahaan

(intracompany) dan antarperusahaan (intercompany) yang terikat dalam hubungan

istimewa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).

Pengertian transfer pricing sebagai harga yang ditimbulkan akibat

penyerahan barang, jasa dan teknologi, seperti yang telah disebutkan di atas

merupakan pengertian yang netral. Akan tetapi, istilah transfer pricing sering

dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik (abuse of transfer pricing), yaitu

13

Page 2: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

14

pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxation income) dari suatu perusahaan

multinasional ke negara-negara yang tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk

mengurangi total beban pajak. Manipulasi transfer pricing dapat dilakukan

dengan cara memperbesar biaya atau memperkecil penjualan melalui mekanisme

harga transfer dengan tujuan untuk mengurangi pembayaran pajak. Hal ini

dikarenakan dengan memperkecil jumlah pajak yang terutang, keuntungan yang

diterima oleh perusahaan multinasional akan semakin besar (Darussalam dan

Septriadi, 2008).

Transfer pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara

(intermediate product) yang merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok

oleh divisi penjual kepada divisi pembeli. Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 yang diubah terakhir dengan PER-

32/PJ/2011, mendefinisikan penentuan harga transfer (transfer pricing) sebagai

penentuan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa.

Transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

intracompany transfer pricing dan intercompany transfer pricing. Intracompany

transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan.

Sedangkan Intercompany transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua

perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa, baik berada dalam satu negara

(domestic transfer pricing) maupun berada di negara yang berbeda (international

transfer pricing) (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).

Page 3: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

15

Transfer pricing, terutama international transfer pricing, dapat

menimbulkan permasalahan apabila digunakan untuk kepentingan penghindaran

pajak. Dengan international transfer pricing, perusahaan-perusahaan yang berada

pada negara yang berbeda dapat mengatur harga transfer sedemikian rupa

sehingga perusahaan yang berada di negara yang tarif pajaknya rendah

mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya, sedangkan perusahaan di

negara yang tarif pajaknya lebih tinggi mendapatkan keuntungan yang serendah-

rendahnya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).

Domestic transfer pricing bisa juga digunakan untuk menghindari pajak,

meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan, dengan cara menetapkan harga

transfer sedemikian rupa sehingga penghasilan kena pajak tersebar merata pada

perusahaan-perusahaan terkait untuk mengurangi kemungkinan terkena tarif pajak

progresif tertinggi dan laba dapat dialihkan kepada perusahaan yang masih berhak

menikmati kompensasi kerugian (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013).

2.1.2 Tujuan Transfer Pricing

Secara umum, tujuan penetapan transfer pricing adalah untuk

mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-

divisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu

sama lain (Simamora dalam Mangoting, 2000). Selain tujuan tersebut, transfer

pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi

manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang

serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Page 4: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

16

Dalam lingkup perusahaan multinasional, transfer pricing digunakan untuk

meminimalkan beban-beban pajak, pengendalian devisa, dan berkenaaan dengan

risiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Fenomena perusahaan

multinasional dalam ekspansinya cenderung mengoperasikan usahanya secara

desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue profit atau corporate profit

center concept, yang dapat mengukur dan menilai kinerja dan motivasi setiap

divisi atau unit yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

(Suandy, 2011).

Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan multinasional

yang menggunakan transfer pricing adalah memaksimalkan penghasilan dengan

merelokasi penghasilan globalnya ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak

rendah (low tax countries) dan menggeser-geser biaya dalam jumlah yang lebih

besar ke negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries).

2.1.3 Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional (multinational company–MNC atau

multinational enterprise–MNE) adalah perusahaan yang beroperasi melewati

lintas batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan

modal saham, pengendalian manajemen, atau penggunaan teknologi, dengan

membuka cabang perusahaan, mengorganisasikan anak perusahaan, atau

melakukan kontrak keagenan, dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain

meminimalkan pajak perusahaan (Suandy, 2011)

Page 5: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

17

2.1.4 Hubungan Istimewa

Hubungan istimewa terjadi antara induk perusahaan dengan anak

perusahaannya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya, baik yang

berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri (Suandy, 2011).

Berdasarkan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Pajak Penghasilan, hubungan istimewa dianggap ada, apabila:

1) Wajib pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung

paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada wajib pajak lain, atau

hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua

puluh lima persen) pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan

antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir.

Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan

yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih

secara langsung ataupun tidak langsung.

2) Wajib pajak yang menguasai wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajib

pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak

langsung.

Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di

bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan di antara beberapa

perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut. Hubungan

istimewa di antara wajib pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui

manajemen atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan

kepemilikan.

Page 6: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

18

3) Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis

keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah

ayah, ibu, dan anak. Sementara itu, hubungan keluarga sedarah dalam garis

keturunan ke samping satu derajat adalah saudara. Sedangkan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri.

Sementara itu, hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping

satu derajat adalah ipar.

2.1.5 Pihak-pihak Berelasi

Penggunaan kata “hubungan istimewa” dalam akuntansi sudah tidak

digunakan lagi tetapi menggunakan istilah “berelasi” merujuk pada istilah bahasa

Inggris yang menggunakan kata “related party”. Pihak-pihak berelasi

didefinisikan secara luas dalam PSAK 7. Terdapat perbedaan definisi pihak-pihak

berelasi atau pihak mempunyai hubungan istimewa yang diatur dalam regulasi

perpajakan dengan definisi yang diatur dalam PSAK 7 (revisi 2013) tentang

Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi.

Pada paragraf 9 dari PSAK 7 (revisi 2013), pihak-pihak berelasi

didefinisikan sebagai orang atau entitas yang terkait dengan entitas tertentu dalam

menyiapkan laporan keuangannya (dalam pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas

pelapor”), yaitu:

a. Orang atau anggota keluarga terdekat berelasi dengan entitas pelapor jika

orang tersebut:

Page 7: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

19

i. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor;

ii. Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau

iii. Personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas

pelapor.

b. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi hal-hal berikut:

i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang

sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya

terkait dengan entitas lain).

ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain

(atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota

suatu kelompok usaha, di mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).

iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang

sama.

iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang

lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan kerja untuk imbalan kerja

dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas

pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan

program tersebut, entitas sponsor juga terkait dengan entitas pelapor.

vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang

diidentifikasi dalam butir (a).

Page 8: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

20

vii. Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh

signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen kunci entitas (atau

entitas induk dari entitas).

Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas

posisi keuangan dan hasil usaha perusahan pelapor. Pihak-pihak berelasi dapat

melakukan transaksi yang tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak

mempunyai hubungan istimewa. Transaksi antara pihak-pihak berelasi juga dapat

dilakukan dengan harga yang berbeda dengan transaksi serupa yang dilakukan

antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Sebagai contoh,

anak perusahaan yang biasanya menjual produknya ke pihak independen dengan

harga jual normal, mungkin akan diminta untuk menjual produknya ke induk

perusahaan dengan harga pokok saja. Namun bisa saja dua perusahaan yang

berelasi memiliki transaksi yang tidak istimewa. Contohnya adalah anak

perusahaan yang menjual dengan harga jual normal kepada induknya. Mengingat

dampak dari hubungan istimewa dengan suatu pihak, PSAK 7 mensyaratkan

pengungkapan informasi tertentu dari pihak-pihak berelasi. (Juan dan Wahyuni

dalam Lingga, 2012).

2.1.6 Transaksi Transfer Pricing

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011

Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi

antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, dalam

Page 9: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

21

hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa yang merupakan Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) atau

Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini

hanya berlaku untuk transaksi yang dilakukan oleh wajib pajak dengan pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk memanfaatkan perbedaan tarif

pajak yang disebabkan antara lain:

1. Perlakuan pengenaan pajak penghasilan final atau tidak final pada sektor

usaha tertentu;

2. Perlakuan pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM); atau

3. Transaksi yang dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerjasama

Migas.

2.1.7 Metode Penentuan Transfer Pricing

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011,

terdapat beberapa jenis metode penentuan harga transfer (transfer pricing) yang

dapat dilakukan, yaitu:

1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable

uncontrolled price/CUP)

Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable

uncontrolled price) atau disingkat metode CUP adalah metode penentuan

harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi

yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Page 10: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

22

dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak

mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding.

2. Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM)

Metode harga penjualan kembali (resale price method) atau disingkat metode

RPM adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan

membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara

pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali

produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan

fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak

lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali

produk yang dilakukan dalam kondisi wajar.

3. Metode biaya plus (cost plus method/CPM)

Metode biaya plus (cost plus method) atau metode CPM adalah metode

penentuan harga transfer yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba

kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak

yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang

diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak

mempunyai hubungan istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai

dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.

4. Metode pembagian laba (profit split method/PSM)

Metode pembagian laba (profit split method) atau metode PSM adalah metode

penentuan harga transfer berbasis laba transaksional (transactional profit

method) yang dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi

Page 11: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

23

afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara

ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan

terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak

mempunyai hubungan istimewa.

5. Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM)

Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method) atau

disingkat TNMM adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan

dengan membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya,

terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi

antara pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan persentase

laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain

yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau persentase laba bersih operasi

yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak

mempunyai hubungan istimewa lainnya.

2.2 Pajak

2.2.1 Pengertian Pajak

Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak didefinisikan sebagai

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

Page 12: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

24

besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Soemitro dalam Mardiasmo

(2011) pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan

dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat rasakan

dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum pemerintah.

Dengan demikian, pajak adalah peralihan uang atau harta dari sektor swata

atau individu ke sektor pemerintah atau masyarakat tanpa ada imbalan yang secara

langsung dapat ditunjukan. Dari berbagai definisi menurut para pakar, terdapat

ciri-ciri yang melekat pada pajak, yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

2. Pajak bersifat memaksa

3. Pembayar pajak tidak mendapat kontraprestasi individual

4. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

2.2.2 Pajak Penghasilan

Menurut peraturan perundang-undangan pajak, negara dapat memungut

pajak kepada wajib pajak baik orang pribadi maupun badan. Pajak yang dapat

dipungut diantaranya adalah pajak penghasilan. Pajak Penghasilan merupakan

salah satu pajak langsung yang dapat dipungut oleh pemerintah pusat (Resmi,

2014). Pajak Penghasilan merupakan pajak langsung. Oleh karena itu, beban pajak

tersebut menjadi tanggungan Wajib Pajak yang bersangkutan dalam arti beban

pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan pada pihak lain (Resmi, 2014). Pajak

Page 13: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

25

Penghasilan dipungut secara periodik terhadap kumpulan penghasilan yang

diperoleh atau diterima Wajib Pajak selama satu tahun pajak.

Dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Pajak Penghasilan, objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari Luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun. Sedangkan definisi pajak penghasilan adalah

suatu pungutan resmi yang ditujukkan kepada masyarakat yang berpenghasilan

atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam masa atau tahun

pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan

bernegara sebagai suatu kewajiban (Resmi, 2014).

Pasal 1 Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh) menyebutkan bahwa

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dalam Pasal 2 ayat (1) UU PPh

disebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah (1) Orang pribadi dan

warisan yang terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; (2)

Badan; dan (3) Bentuk Usaha Tetap.

Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh, pengertian Badan

adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara, atau

badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun. Adapun subjek

Page 14: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

26

pajak Badan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Wajib Pajak Badan Dalam

Negeri dan Wajib Pajak Badan Luar Negeri.

Wajib Pajak Badan Dalam Negeri adalah badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia. Sedangkan Wajib Pajak Badan Luar Negeri

adalah badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia,

dan/atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang menerima penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha melalui

BUT di Indonesia.

2.2.3 Tarif Pajak Efektif

Tarif pajak efektif atau Effective tax rate (ETR) pada dasarnya adalah

sebuah persentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Effective

tax rate (ETR) dihitung atau dinilai berdasarkan pada informasi keuangan yang

dihasilkan oleh perusahaan sehingga effective tax rate (ETR) merupakan bentuk

perhitungan tarif pajak pada perusahaan (Aunalal, 2011). Dengan adanya ETR,

maka perusahaan akan dapat mengetahui berapa bagian dari penghasilan yang

sebenarnya perusahaan bayarkan untuk pajak. Apabila perusahaan memiliki

persentase ETR yang lebih tinggi dari tarif yang ditetapkan dalam aturan

perpajakan maka perusahaan kurang memaksimalkan insentif-insentif perpajakan

yang ada, karena dengan perusahaan memanfaatkan insentif perpajakan yang ada

maka dapat memperkecil persentase pembayaran pajak dari laba komersial

(Handayani, 2013).

Page 15: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

27

Perkembangan perpajakan dalam tax avoidance cukup monumental,

terdapat dua jenis tax avoidance, yakni tax avoidance acceptable dan tax

avoidance unacceptable (Gravelle, 2009). Dalam melakukan pengukuran Tax

Avoidance, sejumlah besar peneliti menggunakan GAAP-ETR, seperti halnya

penelitian yang telah dilakukan oleh Siegfried (1972), Kim dan Limpaphayom,

(1998), Rego (2003), Hanlon (2005), Desai dan harmapala (2006), Dyreng et al.

(2008), Richardson dan Lanis (2007; 2012; 2013), Chen et.al. (2010) dan Minnick

dan Noga (2010). Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian Siegfried (1972),

Dyreng et al. (2008), Kim dan Limpaphayom (1998), dan Rego (2003)

menyatakan bahwa GAAP ETR merupakan salah satu pengukur tax avoidance.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa effective tax rate digunakan untuk mengukur

dampak perubahan kebijakan perpajakan atas beban pajak perusahaan bahkan

effective tax rate merupakan salah satu pengukur adanya tax avoidance (Rusydi,

2013). Berikut ini adalah rumus GAAP-ETR:

Penjelasan mengenai rumus tersebut adalah:

a. GAAP ETR adalah effective tax rate berdasarkan pelaporan akuntansi

keuangan yang berlaku;

b. Tax expense adalah beban pajak penghasilan badan untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang telah diterbitkan;

c. Pretax Income adalah pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang telah diterbitkan.

Page 16: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

28

2.3 Tunneling Incentive

Tunneling merupakan istilah awal yang digunakan untuk menggambarkan

kondisi pengambilan aset suatu pemegang saham non pengendali di Republik

Ceko melalui pengalihan aset dan keuntungan demi kepentingan pemegang saham

pengendali (Guing dan Farahmita, dalam Noviastika et al., 2016). Tunneling

merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang

mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun

biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas (Mutamimah, 2009).

Kemudian menurut Johnson dalam Hartati et al,. (2015), tunneling didefinisikan

sebagai transfer aset dan laba perusahaan untuk keuntungan dari pemilik

mayoritas (controlling).

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tunneling incentive

adalah suatu perilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan

laba perusahaan demi keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham

minoritas ikut menanggung biaya yang mereka bebankan.

Tunneling incentive muncul dalam dua bentuk, yaitu pertama, pemegang

saham pengendali dapat memindahkan sumber daya dari perusahaan ke dirinya

sendiri melalui transaksi antara perusahaan dengan pemilik. Transaksi tersebut

dapat dilakukan dengan penjualan aset, kontrak harga transfer kompensasi

eksekutif yang berlebihan, pemberian pinjaman, dan lainnya. Kedua, pemegang

saham pengendali dapat meningkatkan bagiannya atas perusahaan tanpa

memindahkan aset melalui penerbitan saham dilutif atau transaksi keuangan

Page 17: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

29

lainnya yang mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham non pengendali

(Johnson dalam Noviastika et al., 2016).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai transfer pricing dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya seperti pajak dan tunneling incentive telah dilakukan oleh

beberapa peneliti lain, yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Hasil Penelitian

Ni Wayan Yuniasih

Ni Ketut Rasmini

Made Gede

Wirakusuma (2012)

Pengaruh Pajak dan Tunneling

Incentive pada Keputusan

Transfer Pricing Perusahaan

Manufaktur yang Listing di

Bursa Efek Indonesia

1. Pajak berpengaruh positif

pada keputusan perusahaan

untuk melakukan transfer

pricing

2. Tunneling incentive

berpengaruh positif pada

keputusan perusahaan

untuk melakukan transfer

pricing

Marfuah dan Andri

Puren Noor Azizah

(2014)

Pengaruh Pajak, Tunneling

Incentive dan Exchange Rate

Pada Keputusan Transfer

Pricing Perusahaan

1. Pajak berpengaruh negatif

signifikan terhadap

keputusan transfer pricing.

2. Tunneling incentive

berpengaruh positif

signifikan terhadap

keputusan transfer pricing.

3. Exchange Rate

berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap

keputusan transfer pricing.

Winda Hartati,

Desmiyawati, Nur

Azlina (2014)

Analisis Pengaruh Pajak dan

Mekanisme Bonus Terhadap

Keputusan Transfer Pricing

(Studi Empiris pada Seluruh

Perusahaan yang Listing di

Bursa Efek Indonesia)

1. Pajak berpengaruh terhadap

keputusan transfer pricing

2. Mekanisme Bonus

berpengaruh terhadap

keputusan transfer pricing

Winda Hartati, Tax Minimization, Tunneling 1. Pajak berpengaruh terhadap

Page 18: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

30

Desmiyawati, Julita

(2015)

Incentive dan Mekanisme

Bonus terhadap Keputusan

Transfer Pricing Seluruh

Perusahaan yang Listing di

Bursa Efek Indonesia

keputusan transfer pricing

2. Tunneling incentive

berpengaruh terhadap

keputusan transfer pricing

3. Mekanisme Bonus

berpengaruh terhadap

keputusan transfer pricing

Mispiyanti (2015)

Pengaruh Pajak, Tunneling

Incentive dan Mekanisme

Bonus Terhadap Keputusan

Transfer Pricing

1. Pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap

keputusan transfer pricing

2. Tunneling incentive

berpengaruh signifikan

terhadap keputusan transfer

pricing

3. Mekanisme Bonus tidak

berpengaruh signifikan

terhadap keputusan transfer

pricing

Dwi Noviastika F.,Yuniadi Mayowan, dan

Suhartini Karjo (2016)

Pengaruh Pajak, Tunneling

Incentive dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer

Pricing pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

1. Pajak berpengaruh signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing.

2. Tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing.

3. Good corporate governance berpengaruh tidak signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing.

2.5 Kerangka Pemikiran

2.5.1 Pajak dan Keputusan Transfer Pricing

Salah satu alasan perusahaan melakukan transfer pricing adalah pajak.

Motivasi pajak dalam transfer pricing pada perusahaan multinasional

dilaksanakan dengan cara memindahkan kewajiban perpajakannya ke negara

dengan tarif pajak rendah, dimana perusahaan memiliki grup atau divisi yang

beroperasi di negara tersebut. Perusahaan multinasional melakukan transfer

pricing untuk meminimalkan beban pajak perusahaan secara global (Gusnardi,

Page 19: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

31

2009). Transfer antarperusahaan besar dapat mengakibatkan pembayaran pajak

lebih rendah secara global. Perusahaan multinasional memperoleh keuntungan

karena pergeseran pendapatan dari negara-negara dengan pajak tinggi ke negara

dengan pajak rendah. Beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan untuk

melakukan praktik transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban

tersebut. Dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikkan pembayaran

pajak sebagai beban sehingga akan senantiasa berusaha untuk meminimalkan

beban tersebut guna mengoptimalkan laba (Yuniasih et al., 2012). Transfer

pricing diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi penerimaan

pajak suatu negara karena perusahaan multinasional cenderung menggeser

kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi

(high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low

tax countries) (Santoso, 2004).

2.5.2 Tunneling Incentive dan Keputusan Transfer Pricing

Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham

mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka

sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas

(Mutamimah, 2008). Yuniasih et al., (2012) menemukan bahwa tunneling

incentive berpengaruh positif pada keputusan perusahaan untuk melakukan

transfer pricing. Hal ini dikarenakan transaksi pihak terkait lebih umum

digunakan untuk tujuan transfer kekayaan daripada pembayaran dividen karena

perusahaan yang terdaftar harus mendistribusikan dividen kepada perusahaan

Page 20: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

32

induk dan pemegang saham minoritas lainnya. Secara sederhana dapat dijelaskan

apabila pemilik saham mempunyai kepemilikan yang besar, maka otomatis

mereka menginginkan pengembalian atau dividen yang besar pula. Untuk itu,

ketika dividen yang dibagikan perusahaan tersebut harus dibagi dengan pemilik

saham minoritas, maka pemilik saham mayoritas lebih memilih untuk melakukan

transfer pricing dengan cara mentransfer kekayaan perusahaan untuk

kepentingannya sendiri daripada membagi dividennya kepada pemilik saham

minoritas. Dengan demikian semakin besar kepemilikan pemegang saham maka

akan semakin memicu terjadinya praktik transfer pricing.

2.6 Model Konseptual

Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk

dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas sehingga

mempermudah mengkomunikasikan dasar pemikiran kepada orang lain agar

mudah dimengerti oleh orang lain (Nazir dalam Noviastika, 2016). Berdasarkan

teori-teori yang telah diuraikan, dapat ditarik kerangka berpikir yang bertujuan

mempermudah analisis dengan model konseptual. Model konseptual dalam

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 21: › xmlui › bitstream › handle... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah2020-01-15 · tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif

33

Gambar 2.1 Model Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis

penelitian dinyatakan sebagai berikut:

H1 : Pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan praktik

transfer pricing.

H2 : Tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan

melakukan praktik transfer pricing.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pajak

Tunneling Incentive

Keputusan Transfer

Pricing