A. DISKRIPSIdinus.ac.id/repository/docs/ajar/pertemuan_12_-_Leasing.doc · Web viewTidak ada nilai...
Transcript of A. DISKRIPSIdinus.ac.id/repository/docs/ajar/pertemuan_12_-_Leasing.doc · Web viewTidak ada nilai...
AKUNTANSI UNTUK LEASE
Tujuan belajar :
mahasiswa dapat memahami pengertian lease, klasifikasi lease, akuntansi oleh lessee
(penyewa),
akuntansi oleh lessor (yang menyewakan), direct financing lease, sales type lease, leveraged
lease, masalah - masalah khusus, pencatatan oleh lessee, pencatatan oleh lessor (yang
menyewakan),
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan dan pencatatan transaksi-transaksi berkaitan akuntansi
oleh lessee (penyewa), akuntansi oleh lessor (yang menyewakan), direct financing lease, sales
type lease, leveraged lease, masalah - masalah khusus, pencatatan oleh lessee, pencatatan oleh
lessor (yang menyewakan),
PENGERTIAN
Lease adalah perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan harta, pabrik, atau
alat-alat (tanah atau aktiva yang didepresiasi atau kedua-duanya) yang umumnya mempunyai
jangka waktu tertentu. Pihak – pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian ini adalah yang
menyewakan (lessee) dan yang menyewakan (lessor). Harta, pabrik atau alat-alat milik yang
menyewakan hak penggunaannya diserahkan pada yang menyewakan dengan menerima
pembayaran uang sebagai sewa setiap periode.
KLASIFIKASI LEASE
Untuk mengklasifikasikan lease, perlu dipisahkan antara penyewa (lesse) dan yang
menyewakan (lessor):
Bagi Penyewa: lease dapat diklasifikasikan sebagai operating lease ataupun capital lease.
Bagi yang menyewakan: lease dapat diklasifikasikan sebagai operating lease, sales type
lease, direct financing lease, ataupun leveraged lease.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 1
Seharusnya bila lease diklasifikasikan sebagai operating lease oleh penyewa, maka yang
menyewakan juga harus diklasifikasikan sebagai operating lease. Tetapi masalahnya tidak selalu
demikian. Penyewa dapat diklasifikasikan lease sebagai capital lease, sedangkan yang
menyewakan sebagai operating lease. Hal ini dapat menyebabkan dicatatnya aktiva oleh kedua
belah pihak.
Dasar utama untuk mengklasifikasikan lease adalah adanya tranfer hak dan resiko
penggunaan suatu aktiva. Apabila perjanjian dalam lease tersebut menyebutkan adanya transfer
hak maka lessee akan mencatatnya sebagai capital lease dan lessor akan mengakuinya sebagai
sales type lease, direct financing lease atau leveraged lease. Untuk lease yang tidak menyebutkan
adanya transfer hak akan dicatat oleh lessee dan lessor sebagai operating lease.
AKUNTANSI OLEH LESSEE (PENYEWA)
Seorang penyewa (lessee) dapat diklasifikasikan sebagai operating lease dan capital
lease. Apabila suatu lease memenuhi kreteria berikut ini maka lessee harus diklasifikasikannya
sebagai capital lease:
a. Lease memindahkan hak milik atas aktiva yang disewakan kepada penyewa (lessee) pada
akhir jangka waktu lease.
b. Lease mengandung persetujuan yang memberi hak pada penyewa (lessee) untuk membeli
aktiva yang disewa dengan harga yang telah disetujui.
c. Jangka waktu sewa (lease) adalah sama atau lebih besar dari 75% dari taksiran umur
ekonomis aktiva yang disewakan.
d. Nilai tunai (present value) dari sewa dan pembayaran sewa minimium lainnya sama atau
lebih besar dari 90% harga pasar aktiva yang disewakan (dikurangi keringanan pajak kalau
ada).
Dua kriteria terakhir (c dan d) tidak berlaku jika jangka waktu sewa terjadi dalam 25%
terakhir dari taksiran umur ekonomis aktiva yang disewakan. Apabila suatu lease tidak
memenuhi kreteria diatas, penyewa (lessee) akan mengklasifikasikannya sebagai operating lease.
a. OPERATING LEASE
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 2
Operating lease tidak menimbulkan kesulitan dalam pencatatan. Sewa yang timbul dibebankan
sebagai biaya pada waktu terhutang. Apabila pembayaran sewa dilakukan dengan jumlah yang
berbeda – beda setiap periodenya, pembebanannya sebagai biaya ke setiap periode harus tetap
dilakukan berdasarkan garis lurus yaitu membebankan jumlah sewa yang sama besar setiap
periode. Pengecualian terhadap metode garis lurus hanya dapat dilakukan jika ada dasar
pembebanan lain yang lebih sistematis dan rasional dihubungkan dengan pembayaran dan waktu
dari aktiva yang disewa.
Contoh: Pencatatan Operating Lease oleh Penyewa (Lessee)
PT. Angin Ribut pada tanggal 1 Januari 2002 menyewa suatu aktiva untuk jangka waktu 5 tahun
dengan uang sewa tahunan sebesar Rp. 2.000.000,-. Sewa ini memenuhi kriteria operating lease.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembayaran sewa setiap tahunnya adalah sebagai berikut :
Biaya Sewa …………………………… Rp. 2.000.000
Kas …………………………… Rp. 2.000.000
Aktiva yang disewa, karena merupakan operating lease tidak dicantumkan dalam neraca.
b. CAPITAL LEASE
Capital lease akan dicatat oleh penyewa (lessee) sebagai suatu aktiva dan hutang
dengan jumlah yang lebih rendah dari:
1. Nilai tunai pembayaran sewa minimum selama jangka waktu sewa, yang dihitung pada awal
jangka waktu sewa (tidak termasuk executory cost seperti pajak, asuransi dan biaya
pemeliharaan) atau
2. Harga pasar yang wajar dari aktiva yang disewa pada tanggal mulainya sewa..
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Pembayaran sewa minimum oleh lesee dihitung dari jumlah sewa minimum yang harus
dibayar selama jangka waktu sewa ditambah dengan jumlah harga yang disetujui untuk
membeli aktiva tersebut pada akhir waktu sewa. Bila tidak ada perjanjian yang menyatakan
penyewa dapat membeli aktiva yang disewa, maka sewa minimum tadi ditambah dengan
jumlah yang dijamin oleh penyewa untuk nilai residu dan jumlah yang terhutang karena
kegagalan untuk memperbaharui atau memperpanjang sewa.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 3
Jumlah yang dijamin oleh penyewa untuk nilai residu adalah jumlah yang sudah disetujui
akan dibayar oleh penyewa untuk membeli aktiva tersebut, atau menutup kekurangan harga
dan jumlah yang sudah disetujui.
Jumlah yang dicatat sebagai capital lease akan didepresiasikan (amortisasi) dengan umur
yang berbeda tergantung apakah capital lease memenuhi kreteria a dan b diatas. Metode
amortisasi harus sama dengan metode amortisasi untuk aktiva-aktiva yang dimilki oleh
penyewa.
Apabila capital lease memenuhi kreteria a dan b, yaitu transfer hak milik dan kemungkinan
membeli aktiva yang disewa maka umur ekonomis aktiva yang disewa digunakan sebagai
dasar perhitungan amortisasi (depresiasi). Nilai residu juga harus diperhitungkan. Tetapi bila
tidak memenuhi kreteriua a dan b maka umur yang digunakan adalah jangka waktu sewa.
Pembayaran sewa selama jangka waktu sewa akan dialokasikan menjadi pembayaran sewa
dan biaya bunga. Pengalokasiannya dilakukan dengan metode bunga effektif (effective
interest method). Tarif yang digunakan dalam penggunaan metode bunga efektif adalah
discount rate yang digunakan oleh penyewa (lesse) untuk menghitung niali tunai pembayaran
sewa minimum.
Contoh ; pencatatan capital lease oleh penyewa (lessee)
PT. Aman Makmur menyewa sebuah mobil dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jangka waktu sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan, pembayaran sewa
sebesar RP. 7.312.703 ,- setiap awal tahun mulai 1 Januari 2002.
2. Harga pasar mobil tersebut pada tanggal mulainya sewa sebesar Rp. 30.000.000,-. Taksiran
umur ekonomis 5 tahun dan tidak ada nilai residu.
3. Penyewa membayar semua executory cost seperti pajak, asuransi dan pemeliharaa.
4. Tidak ada pasal tentang perpanjangan sewa sesudah sewa tersebut habis jangka waktunya.
5. Tarif bunga pinjaman oleh penyewa (lessee) yang disebut juga lessee’s incremental
borrowing rate sebesar 12% setahun
6. Yang menyewakan (lessor) menghitung sewa dengan dasar return on investment sebesar
11%. Tarif ini diketahui oleh penyewa.
7. Penyewa menggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi aktiva tetap yang
dimilikinya.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 4
8. Tidak ada biaya yang timbul pada waktu merundingkan sewa ini.
Pertanyaan pertama yang perlu dijawab adalah apakah sewa ini merupakan operating lease atau
capital lease ?
Kreteria :
a. Adanya Transfer hak milik. sewa ini tidak ada tranfer hak milik pada penyewa pada akhir
jangka waktu sewa
b. Adanya kemungkinan untuk membeli sewa ini tidak berisi perjanjian yang
memungkinkan penyewa untuk membeli aktiva tersebut.
c. 75% dari umur ekonomis sewa ini jangka waktu 5 tahun yaitu 100% dari taksiran umur
ekonomi sehingga kreteria ke 3 terpenuhi.
d. Nilai tunai pembayaran sewa minimum sama dengan atau lebih besar dari 90% harga pasar
aktiva. Perhitungan:
90% x Rp. 30.000.000 (harga pasar) = Rp. 27.000.000
Nilai tunai pembayaran sewa minimum = jumlah sewa setiap tahun x faktor nilai tunai
untuk annuitas selama 5 tahun dengan tarif 11% *)
= Rp. 7.312.703 x 4,10245 = Rp. 30.000.000 (dibulatkan)
jumlah sewa minimum Rp. 30.000.000 lebih besar dari 90% harga pasar aktiva pada saat
disewa Rp. 27.000.000. Kreteria ke 4 terpenuhi.
Dengan terpenuhinya kreteria ke 3 dan 4, maka sewa ini dikategorikan capital lease.Jurnal yang dibuat oleh penyewa ;
Transaksi Jurnal
1-1-2002
Mencatat kapitalisasi sewa sebesar
nilai tunai pembayaran sewa
minimum Rp. 30.000.000
Pelunasaan sewa
31-12-2002
Mencatat biaya bunga untuk tahun
2002 sebesar (Rp. 30.000.000 –
Mobil sewa dari capital lease Rp. 30.000.000
Hutang dari capital lease Rp.
30.000.000
Hutang dari capital lease Rp. 7.312.703
Kas Rp. 7.312.703
Biaya bunga Rp. 2.495.603
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 5
Rp. 7.312.703 ) x Rp. 11% = Rp.
2.495.603,-
Mencatat depresiasi mobil Rp.
30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000
1-1-2003
Mencatat pembayaran sewa kedua
sebesar Rp. 7.312.703 yang
dialokasikan sbb:
Rp. . 2.495.603 unt. Bunga
Rp. 4.817.100 unt. Pokok sewa
31-12-2003
Mencatat biaya bunga untuk tahun
2003 sebesar (Rp. 30.000.000 –
Rp. 7.312.703 ) x Rp. 11% = Rp.
2.495.603,-
Mencatat depresiasi mobil Rp.
30.000.000 : 5 tahun = Rp.
6.000.000
1-1-2004
Mencatat pembayaran sewa ketiga
sebesar Rp. 7.312.703 yang
dialokasikan sbb:
Rp. . 1.965.722 unt. Bunga
Rp. 5.346.981 unt. Pokok sewa
Hutang bunga Rp. 2.495.603
Biaya Depresiasi-Capital Lease Rp. 6.000.000
Akm. Depr. Capital Lease Rp. 6.000.000
Hutang dari capital lease Rp. 4.817.100
Hutang bunga Rp. 2.495.603
Kas Rp.
7.312.703
Biaya bunga Rp. 1.691.205
Hutang bunga Rp. 1.691.205
Biaya Depresiasi-Capital Lease Rp. 6.000.000
Akm. Depr. Capital Lease Rp. 6.000.000
Hutang dari capital lease Rp. 5.346.981
Hutang bunga Rp. 1.965.722
Kas Rp.
7.312.703
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 6
Begitu seterusnya. Yang berbeda adalah angka biaya bunga dan jumlah pokok sewa. Pada
akhir jangka waktu sewa (31 Des 2006), rekening hutang dari capital lease sudah tidak
bersaldo lagi. Rekening yang masih mempunyai saldo adalah rekening mobil sewa dari
capital lease dan akm. Depresiasi capital lease dengan jumlah masing-masing Rp.
30.000.000. Pda tanggal 31 Desember 2006, mobil dikembalikan pada yang menyewakan
(lessor) dan dicatat oleh penyewa (lessee) dengan jurnal :
Akm. Depresiasi- capital lease …………. RP. 30.000.000
Mobil sewa dari capital lease …… Rp. 30.000.000
Bila pada tanggal 31 Desember 2006 mobil tersebut dibeli oleh penyewa dengan harga Rp.
2.000.000 maka jurnal :
Mobil …………………………………. Rp. 32.000.000
Akm. Depr Capital lease …………. Rp. 30.000.000
Kas……………………………….. 2.000.000
Penyewa menyajikan capital lease dalam neraca :
PT. AMAN MAKMURNERACA
31 DESEMBER 2006AKTIVA HUTANG
Mobil sewa dari capital lease Rp. 30.000.000
Akm. Depr. Capital lease Rp. 6.000.000
Lancar :
Hutang dari capital lease Rp. 4.817.100
Jangka Panjang :
Hutang dari capital lease Rp. 17.870.197
AKUNTANSI OLEH LESSOR (YANG MENYEWAKAN)
Suatu lease akan diklasifikasikan sebagai operating lease bila tidak memenuhi ke empat
yang telah disebutkan di muka. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai sales type, direct financing
atau leveraged lease, lease tersebut harus memenuhi paling tidak satu dari empat kreteria yang
telah disebutkan di muka ditambah dua kreteria lagi sebagai berikut:
a.Pembayaran sewa minimum dari penyewa dapat diharapkan akan dilunasi.
b. Tidak ada ketidak pastian tentang jumlah biaya yang tidak dapat diganti (reimburse) yang
akan dilakukan oleh yang menyewakan (lessor).
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 7
Suatu lease yang memenuhi kreteria – kreteria di atas akan diklasifikasikan sebagai :
Direct financing lease
Sales type lease, bila harga pasar aktiva berbeda dengan nilai bukunya.
Leveraged lease, jika memenuhi kreteria tambahan untuk leveraged lease
A. OPERATING LEASE (YANG MENYEWAKAN)
Suatu operating lease akan dicatat oleh lessor seperti mencatat uang sewa biasa. Setiap
kali ada penerimaan uang sewa oleh penyewa, akan dicatat sebagai penghasilan sewa.
Pengeluaran untuk executory costs seperti, pajak, asuransi dan pemeliharaan dibebankan sebagai
biaya pada periode terjadinya. Karena dalam opearting lease, aktiva tetap dicatat sebagai milik
yang menyewakan (lessor) maka lessor akan mencatat depresiasi dengan cara yang biasa.
Contoh :
PT. Aman Makmur menyewakan aktiva untuk jangka waktu lima tahun, dengan uang sewa
tahunan sebesar Rp. 2.000.000. Harga perolehan aktiva tersebut sebesar Rp. 25.000.000 dan
umur ekonomisnya 20 tahun. Tidak ada nilai residu. Untuk tahun pertama dari sewa, executory
cost yang dibayar oleh lessor sebesar Rp. 500.000.
Jurnal yang dibuat oleh lessor :
Transaksi Jurnal
Tahun :
Penerimaan uang sewa
Sebesar Rp. 2.000.000
Executory cost yang
dibayar Rp. 500.000
Akhir tahun 1
Mencatat depresiasi
aktiva sebesar Rp.
25.000.000 : 20 = Rp.
1.250.000
Kas Rp. 2.000.000
Pendapatan sewa Rp. 2.000.000
Executory cost – Aktiva dise
Wakan Rp. 500.000
Kas Rp. 500.000
Depr – Aktiva disewakan Rp. 1.250.000
Akm. Depr – Aktiva di
Sewakan Rp.
1.250.000
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 8
Untuk tahun ke dua dan seterusnya, jurnal yang dibuat oleh lessor seperti jurnal – jurnal diatas,
kecuali untuk executory costs, jumlahnya berbeda.
Dalam neraca, lessor akan memisahkan aktiva yang disewakan dari aktiva – aktiva tetap
yang digunakan sendiri, sehingga dapat diketahui berapa nilai buku aktiva tetap yang digunakan
sendiri dan berapa yang disewakan.
B. DIRECT FINANCING LEASE
Dalam direct financing lease, yang menyewakan (lessor) akan menunjukkan net
investment (investasi netto) dalam neraca sebagai aktiva. Investasi netto adalah investasi bruto
dikurangi dengan pendapatan yang belum diakui ( unearned income).
Investasi bruto disebut juga piutang pembayaran sewa adalah pembayaran sewa
minimum ditambah nilai residu yang tidak dijamin yang akan diterima oleh yang menyewakan
(lessor) pada akhir jangka waktu sewa. Sedangkan pendapatan yang belum diakui adalah selisih
antara investasi bruto dengan harga perolehan atau nilai buku aktiva tetap. Pendapatan yang
belum diakui ini akan diamortisasi dan diakui sebagai pendapatan selama jangka waktu sewa.
Amortisasi ini dilakukan dengan metode bunga efektif.
Contoh :
1. Jangka waktu sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat diobatalkan dengan
pembayaran sewa sebesar Rp. 7.312.703. setiap awal tahun mulai 1 Januari 2002.
2. Harga pasar mobil tersebut pada tanggal dimulainya sewa sebesar Rp. 30.000.000 dengan
taksiran umur ekonomis 5 tahun dan tidak ada nilai residu.
3. Penyewa membayar semua executory costs seperti pajak, asuransi dan pemeliharaan.
4. Tidak ada pasal tentang perpanjangan sewa sesudah sewa tersebut habis jangka waktunya.
5. Tarif bunga pinjaman oleh penyewa (lessee) yang disebut juga lesee’s incremental borrowing
rate sebesar 12% setahun.
6. Yang menyewakan (lessor) menghitung sewa dengan dasar return on invesment sebesar
11%. Tarif ini diketahui oleh penyewa.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 9
7. Penyewa menggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi aktiva tetap yang
dimilikinya
8. Tidak ada biaya yang timbul pada waktu merundingkan sewa ini
9. Pembayaran sewa oleh penyewa dapat dijamin dan tidak ada tambahan biaya lagi yang harus
dibayar oleh yang menyewakan (lessor).
Penyelesaian :
Lease diatas memenuhi syarat Direct Financing Lease karena :
Lease memenuhi Kreteria ketiga dan keempat yaitu, 75% umur ekonomis dan 90% nilai
aktiva.
Lease juga memenuhi dua kreteria tambahan yaitu kepastian pembayaran sewa oleh penyewa
dan biaya – biaya tambahan yang harus dibayar oleh yang menyewakan.
Harga pasar aktiva sama dengan harga pokoknya yaitu Rp. 30.000.000
Dan bukan sales type lease karena tidak ada perbedaan antara harga pasar dan harga perolehan
mobil.
Sedangkan perhitungan investasi bruto , pendapatan yang belum diakui dan investasi netto sbb :
Investasi bruto = pembayaran sewa minimum + niali residu yang tidak dijamin
Pendapatan yang belum diakui = investasi bruto - harga perolehan atau nilai buku aktiva
Investasi netto = Investasi bruto – pendapatan yang belum diakui
Investasi bruto = (Rp. 7.312.703 x 5 ) + 0 = Rp. 36.563.515,-
Pendapatan yg belum diakui = Rp. 36.563.515,- - Rp. 30.000.000,- = Rp. 6.563.515,-
Investasi netto = Rp. 36.563.515 - Rp. 6.563.515 = Rp. 30.000.000
Jurnal yang oleh yang menyewakan (lessor) untuk mencatat lease :
Transaksi Jurnal
1-1-2002
Mencatat transaksi sewa
Mencatat penerimaan uang
sewa pertama
Piutang pembayaran sewa Rp. 36.563.515
Mobil Rp.
30.000.000
Pendapatan belum diakui-lease Rp.
6.563.515
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 10
31-12-2002
Mencatat pendapatan untuk
tahun 2002 sebesar = 11% x
(Rp. 30.000.000 – Rp.
7.312.703) = Rp. 2.495.603
1-1-2003
Mencatat penerimaan sewa
sebesar Rp. 7.312.703
31-12-2002
Mencatat pendapatan untuk
tahun 2003 sebesar = (Rp.
30.000.000 – Rp. 12.129.803)
x 11% = Rp. 1.965.722.
Kas Rp. 7.312.703
Piutang pembayaran sewa Rp. 7.312.703
Pendapatan belum diakui
- lease Rp. 2.495.603
Pendapatan bunga – lease Rp.
2.495.603
Kas Rp. 7.312.703
Piutang pembayaran sewa Rp.
7.312.703
Pendapatan yg belum diakui Rp.1.965.722
Pendapatan bunga-lease Rp.
1.965.722
Untuk tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 yaitu akhir jangka waktu sewa, jurnal yang dibuat
oleh lessor seperti contoh diatas. Yang berbeda hanya jumlah pendapatan bunga yang diakui
setiap periodenya. Dengan adanya jurnal tersebut sampai tahun 2006, maka rekening piutang
pembayaran sewa dan pendapatan yang belum diakui akan tidak mempunyai saldo lagi.
Sehingga tidak perlu dibuat jurnal lagi. Karena pada waktu dimulainya sewa, rekening mobil
sudah dihapuskan dan diganti dengan piutang pembayaran sewa. Sehingga lessor tidak mengakui
dan mencatat depresiasi untuk mobil tersebut. Dengan demikian pada akhir jangka waktu sewa
tidak diperlukan adanya jurnal untuk menghapuskan rekening aktiva tetap dan akumulasi
depresiasinya.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 11
Bila sesudah jangka waktu sewa habis, lessor masih dapat menjual aktiva yang
disewakan , baik kepada penyewa ataupun kepada orang lain, sehingga hasil penjualannya diakui
sebagai laba penjualan aktiva tetap yang disewakan.
Misalnya Contoh mobil diatas pada akhir jangka waktu sewa dapat dijual dengan harga Rp.
2.500.000 tunai. Jurnalnya :
Kas ………………………………………... Rp. 2.500.000
Laba Penjualan Aktiva Tetap ……….. Rp. 2.500.000
Penyajian direct financing lease dalam neraca harus dipisahkan untuk net invesment yang
akan diterima dalam satu tahun sebagai aktiva lancar, dan jumlah yang akan diterima dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun akan dimasukkan dalam kelompok investasi jangka panjang.
Contoh penyajian dalam neraca lessor, misalnya tanggal 31-12-2002 sebagai berikut :
PT Aman MakmurNeraca
31 Desember 2002Aktiva Lancar :
Investasi netto dalam capital lease Rp. 7.312.703 1)
Investasi Jangka Panjang :
Investasi netto dalam capital lease Rp. 17.870.197 2)
1) Jumlah yang diterima tahun depan.
2) (Rp. 7.312.703 x 3 ) – ( Rp. 6.563.515 – Rp. 2.495.603) = Rp. 17.870.197 adalah
pembayaran sewa tahun 2004, 2005 dan 2006 dikurangi saldo rekening pendapatan yang
belum diakui yaitu Rp. 6.563.515 dikurangi Rp. 2.495.603.
C. SALES TYPE LEASE
Penyewa (lessor) akan mencatat sebagai sales type lease bila sewa tersebut memenuhi
kreteria financing lease ditambah dengan kreteria adanya laba atau rugi. Perhitungan laba atau
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 12
rugi merupakan perbedaan antara harga pasar aktiva dengan harga perolehan atau nilai bukunya
(jika berbeda) pada tanggal dimulainya sewa.
Pada umumnya sales type lease timbul bila produsen atau dealer menggunakan lease
sebagai alat untuk memasarkan produk-produknya, meskipun lease ini dapat juga timbul bukan
dari transaksi yang menyangkut produsen atau dealer.
Istilah – istilah dari perhitungan – perhitungan yang timbul akibat diakuinya sewa
sebagai sales type lease adalah :
1) Investasi bruto yang disebut Piutang Pembayaran sewa adalah jumlah sewa minimum (tidak
termasuk executory costs yang akan dibayar oleh lessor, kalau ada , tetapi termasuk laba)
ditambah dengan niali residu yang tidak dijamin yang akan menjadi milik yang menyewakan
(lessor) pada akhir jangka waktu sewa.
2) Pendapatan yang belum diakui adalah perbedaan antara investasi bruto dengan nilai tunai
dari dua komponen investasi bruto, yaitu pembayaran sewa minimum dan niali residu yang
tidak dijamin. Tarip bunga yang akan digunakan untuk menentukan nilai tunai harus sebesar
tarif bunga yang digunakan dalam perhitungan sewa.
3) Harga jual dari aktiva yang disewakan adalah nilai tunai dari pembayaran sewa minimum,
tidak termasuk executory costs tetapi termasuk laba yang diperoleh. Perhitungan nilai tunai
dengan menggunakan tarif bunga yang dipakai untuk menghitung sewa yang akan di
bebankan pada penyewa setiap periode. Harga perolehan atau niali buku aktiva (jika
berbeda) ditambah biaya langsung mula-mula (seperti biaya negosiasi, investasi kredit, dll),
dikurangi dengan nilai tunai residu yang tidak dijamin yang akan diterima oleh yang
menyewakan (lessor) harus dibebankan sebagai biaya dalam periode yang sama. Beban ini
adalah harga pokok penjualan.
Bila nilai residu aktiva yang disewakan tidak dijamin, maka harga pokok penjualannya
berkurang. Karena nilai residu tersebut tidak dijual. Tetapi bila nilai residu dijamin, maka
jumlahnya termasuk dalam jumlah harga jual, sehingga dimasukkan dalam perhitungan sewa
minimum. Perbedaan yang timbul karena nilai residu yang dijamin dan tidak dijamin tidak
mempengaruhi jumlah laba bruto tetapi mempengaruhi jumlah penjualan dan harga pokok.
Contoh sama dengan direct financing lease, dengan informasi tambahan sbb :
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 13
a. Harga perolehan mobil sebesar Rp. 25.000.000 dan harga pasar sebesar Rp. 30.000.000 pada
saat dimulainya sewa.
b. Nilai residu ditaksir sebesar Rp. 8.000.000 (nilai tunai = Rp.4.747.600)
c. Pada akhir jangka waktu sewa, harga pasar mobil tersebut Rp. 6.000.000.
Penyelesaian :
Karena harga perolehan harga pasar, sedangkan syarat-syarat yang lain tidak berubah, maka
sewa ini memenuhi syarat sales type lease. Pencatatan oleh lessor tergantung pada jaminan
terhadap nilai residu.
Ada jaminan untuk nilai residu Tidak ada jaminan untuk nilai residu
Investasi bruto
Pendapatan yang
belum diakui
Harga jual aktiva
Harga Pokok
Penjualan
Laba bruto
(Rp.7.312.703 x 5) +
Rp.8.000.000 = Rp. 44.563.515
Rp. 44.563.515 – Rp. 34.747.600
=Rp. 9.815.915
(Rp.7.312.703 x 4.10245) + Rp.
4.747.600 = Rp. 34.747.600
Rp. 25.000.000
Rp. 34.747.600 - Rp. 25.000.000 =
Rp. 9.747.600
(Rp.7.312.703 x 5) +
Rp.8.000.000= Rp. 44.563.515
Rp. 44.563.515 – Rp.
34.747.600 =Rp. 9.815.915
Rp.30.000.00
Rp. 25.000.000 – Rp. 4.747.600
= Rp. 20.252.400
Rp.30.000.000- Rp. 20.252.400
= Rp. 9.747.600
Jurnal yang dibuat lessor sbb :
1). Nilai Residu Dijamin
Transaksi Jurnal
1-1-2002
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 14
Mencatat sewa mobil
Mencatat penerimaan uang
sewa pertama
31-12-2002
Mengakui pendapatan bunga
untuk tahun 2002 sebesar
(Rp. 34.747.600 – Rp.
7.312.703) x 11% = Rp.
3.017.839
1-1-2003
Mencatat penerimaan sewa
kedua
31-12-2003
Mengakui pendapatan bunga
untuk tahun 2003 sebesar
(Rp. 34.747.600 – Rp.
11.607.567) x 11% = Rp.
2.545.404
Harga Pokok Penjualam Rp. 25.000.000
Piutang Pembayaran sewa Rp. 44.563.515
Hasil Penjualan Rp.
34.747.600
Persediaan mobil Rp.
25.000.000
Pendapatan belum diakui Rp. 9.815.915
Kas Rp. 7.312.703
Piutang pembayaran sewa Rp.
7.312.703
Pendapatan belum diakui Rp. 3.017.839
Pendapatan bunga Rp.
3.017.839
Kas Rp. 7.312.703
Piutang pembayaran sewa Rp.
7.312.703
Pendapatan belum diakui Rp. 2.545.404
Pendapatan bunga Rp.
2.545.404
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 15
Transaksi berikutnya akan dicatat dengan cara yang sama seperti jurnal – jurnal diatas. Pada
tanggal 31-12-2006, jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan nilai residu mobil yang
harga pasarnya Rp. 6.000.000 adalah :
Kas …………………………………………. Rp. 2.000.000
Persediaan mobil …………………………… Rp. 6.000.000
Piutang Pembayaran sewa …………. Rp. 6.000.000 2). Nilai Residu Tidak Dijamin
Transaksi Jurnal
1-1-2002
Mencatat sewa mobil
Mencatat penerimaan uang
sewa pertama
31-12-2002
Mengakui pendapatan bunga
untuk tahun 2002 sebesar
(Rp. 34.747.600 – Rp.
7.312.703) x 11% = Rp.
3.017.839
1-1-2003
Harga Pokok Penjualam Rp. 20.252.400
Piutang Pembayaran sewa Rp. 44.563.515
Hasil Penjualan Rp.
30.000.000
Persediaan mobil Rp.
25.000.000
Pendapatan belum diakui Rp. 9.815.915
Kas Rp. 7.312.703
Piutang pembayaran sewa Rp.
7.312.703
Pendapatan belum diakui Rp. 3.017.839
Pendapatan bunga Rp.
3.017.839
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 16
Mencatat penerimaan sewa
kedua
31-12-2003
Mengakui pendapatan bunga
untuk tahun 2003 sebesar
(Rp. 34.747.600 – Rp.
11.607.567) x 11% = Rp.
2.545.404
Kas Rp. 7.312.703
Piutang pembayaran sewa Rp.
7.312.703
Pendapatan belum diakui Rp. 2.545.404
Pendapatan bunga Rp.
2.545.404
Transaksi berikutnya akan dicatat dengan cara yang sama seperti jurnal – jurnal diatas. Pada
tanggal 31-12-2006, jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan nilai residu mobil yang
harga pasarnya Rp. 6.000.000 adalah :
Persediaan mobil …………………………… Rp. 6.000.000
Rugi dari capital lease ……………………… Rp. 2.000.000
Piutang Pembayaran sewa …………. Rp. 6.000.000
D. LEVERAGED LEASE
Leveraged lease adalah lease yang memenuhi kreteria sbb:
a. Termasuk dalam kreteria Direct Financing Lease.
b. Melibatkan paling sedikit 3 pihak, yaitu penyewa (lessee), kreditur jangka panjang dan yang
menyewakan (lessor)
c. Dana yang disediakan oleh kreditur jangka panjang sifatnya non recourse (tidak dapat dijual)
terhadap kemampuan memperoleh kredit bagi lessor meskipun kreditur dapat dijamin dengan
aktiva yang disewakan dan sewanya yang belum diterima. Jumlah pinjaman ini cukup besar
sehingga dapat memperikan leverage yang berarti bagi lessor dalam transaksi ini
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 17
d. Investasi bersih yang menyewakan (lessor) menurun dalam tahun-tahun pertama dari jangka
waktu sewa dan akan meningkat dalam tahun – tahun terakhir dari jangka waktu sewa.
Penurunan dan kenaikan jumlah investasi bersih ini dapat terjadi lebih dari satu kali.
e. Penerimaan uang (net cash in flow) oleh lessor terdiri dari penerimaan sewa dan
penghematan-penghematan pajak yang timbul.
E. MASALAH – MASALAH KHUSUS
Dalam hubungannya lease, ada beberapa hal yang perlu dibicarakan secara terpisah
agar lebih jelas. Masalah – masalah tersebut adalah :
1). Nilai residu
2). Sewa beli (bargain purchase option)
3). Biaya langsung mula-mulai (initial direct costs)
4). Sewa dari aktiva yang dijual (sale – lease back)
5). Sewa atas real estate
6). Sewa oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan tertentu (related parties)
7). Sewa jika terjadi penggabungan usaha baik pooling of interest maupun dengan pembelian.
1). Nilai Residu
Nilai residu adalah taksiran harga yang wajar dari aktiva yang disewakan pada akhir
jangka waktu sewa. Nilai residu ini dapat dijamin atau tidak dijamin oleh penyewa. Dijamin
artinya penyewa akan membayar kepada yang menyewakan (lessor) sejumlah selisih antara
harga jual aktiva ( residu) dengan jumlah yang disetujui sebelumnya.
Perhitungan sewa yang harus dibayar setiap periode tidak tergantung pada adanya
jaminan terhadap nilai residu karena ada tidaknya jaminan tidak mempengaruhi perhitungan.
Jaminan ini bermanfaat bagi yang menyewakan (lessor) karena adanya kepastian memperoleh
rate of return on investment seperti diinginkan.
Contoh perhitungan sewa setiap periode :
Harga perolehan = Rp. 25.000.000
Umur ekonomis = 5 tahun
Jangka waktu sewa = 5 tahun
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 18
Nilai residu = 0
Return yang diharapkan = 11% setahun
Sewa setiap tahun = Rp. 25.000.000 : 4, 10245 = Rp. 6.093. 920
Bila nilai residu dari aktiva diatas ditaksir sebesar Rp. 5.000.000, maka perhitungan sewa
tahunannya sbb:
Harga perolehan Aktiva = Rp. 25.000.000
Nilai tunai nilai residu (Rp. 5.000.000 x 0,59345) = Rp. 2.967.250 (-)
Jumlah = Rp.22.032.750
Pembayaran sewa tahunan = Rp. 22.032.750 : 4,10245 = Rp. 5.370.632
Sewa tahunan sebesar Rp. 5.370.632 ini akan menghasilkan return on investment
sebesar 11%, ada jaminan atau tampa jaminan terhadap nilai residu. Bagi yang menyewakan,
jaminan atas nilai residu oleh penyewa akan menjamin ROI sebesar 11%.
Dari segi penyewa jaminan atas nilai residu akan menaikkan nilai aktiva tetap, karena
nilai tunai dari residu yang dijamin akan dimasukan dalam kapitalisasi untuk aktiva yang disewa
. Sedangkan jika residu itu tidak dijamin, maka tidak dimasukan dalam harga pokok aktiva
yang disewakan. Dengan demikian depresiasi tahunanya akan berpengaruh.
PENCATATAN OLEH LESSEE
Dari data diatas, sewa tahunan sebesar Rp. 5.370.632,- dan nilai residu Rp.
5.000.000,- . Perhitungan yang dibuat oleh penyewa (lessor) sbb:
Nilai residu dijamin :
Nilai tunai pembayaran sewa tahunan = Rp. 5.370.632 x 4, 10245 = Rp. 22.032.750
Nilai tunai dari residu = Rp. 5.000.000 x 0, 59345 = Rp. 2.967.250 (+)
Harga perolehan = Rp. 25.000.000
Nilai residu Tidak dijamin oleh lessee :
Nilai tunai pembayaran sewa tahunan = Rp. 5.370.632 x 4, 10245 = Rp. 22.032.750
Nilai tunai dari residu = Rp. 0
(+)
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 19
Harga perolehan = Rp. 22.032.750
Jurnal yang dibuat oleh penyewa :
Nilai residu dijamin oleh penyewa :
Aktivitas sewa dari kapital lease ………………. Rp. 25.000.000
Hutang dari capital lease ………………………... . Rp. 25.000.000
(untuk mencatat sewa aktiva)
Pencatatan biaya bunga dan pelunasan sewa setiap periode adalah seperti contoh capital
lease untuk lesseee dimuka .
Biaya Depresiasi – capital lease ……………….. Rp. 4.000.000
Akm. Depresiasi – capital lease ………… Rp. 4.000.000
(Mencatat depresiasi tahunan sebesar (Rp. 25.000.000 – Rp. 5.000.000): 5 = Rp.
4.000.000)
Pada akhir jangka waktu sewa , misalnya harga pasar nilai residu sebesar Rp. 4.000.000.
Karena yang dijamin jumlahnya Rp. 5.000.000 maka penyewa akan membayar sebesar
selisihnya yaitu, Rp. 1.000.000 dan mencatatnya sebagai rugi , jurnal sbb:
Hutang dari capital lease …………………….. Rp. 5.000.000
Akm. Depresiasi – capital lease …………….. Rp. 20.000.000
Rugi dari capital lease ………………………. Rp. 1.000.000
Aktiva sewa dari capital lease ……… .. Rp. 25.000.000
Kas ……………………………………. Rp. 1.000.000
Bila harga pasar aktiva lebih dari yang dijamin
(Rp. 5.000.000) dan sebagian atau seluruh kelebihan itu menjadi milik penyewa, maka
penyewa akan mengakuinya sebagai laba.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 20
Nilai residu tidak dijamin oleh penyewa :
Aktivitas sewa dari capital lease ………………. Rp. 22.032.750
Hutang dari capital lease ………………………... . Rp. 22.032.750
(untuk mencatat sewa aktiva)
Pencatatan biaya bunga dan pelunasan sewa setiap periode adalah seperti contoh capital
lease untuk lesseee dimuka .
Biaya Depresiasi – capital lease ……………….. Rp. 4.406.550
Akm. Depresiasi – capital lease ………… Rp. 4.406.550
(Mencatat depresiasi tahunan sebesar (Rp. 22.032.750 : 5 = Rp. 4.406.550)
Karena nilai residu tidak dijamin oleh lessee, maka pada kahir jangka waktu sewa tidak
ada pengaruh harga nilai residu terhadap jurnal yang dibuat.
PENCATATAN OLEH LESSOR (yang menyewakan)
Contoh cara pencatatan nilai residu oleh yang menyewakan dapat dilihat pada sales
type lease didepan.
2). Sewa Beli (Bargain Purchase Option)
Sewa beli adalah sewa yang mempunyai unsur perjanjian dimana penyewa (lessee)
dimungkinkan untuk membeli aktiva yang disewa dengan harga yang cukup rendah
dibandingkan dengan harga pasar aktiva tersebut. Kemungkinan membeli ini harus diketahui
oleh penyewa pada saat dimulainya sewa dan selisih harganya harus cukup besar untuk
menimbulkan kepastian dilakukannya pembelian aktiva yang disewakan.
Akibat adanya hak untuk membeli ini, penyewa harus menambahkan nilai tunai dari
harga beli ini pada nilai tunai dari pembayaran sewa minimum. Pengaruh dari adanya hak untuk
membeli sama seperti adanya nilai residu yang dijamin. Sehingga mempengaruhi perhitungan –
perhitungan oleh yang menyewakan maupun penyewa. Perbedaan yang ada hanya pada taksiran
umur yang digunakan untuk menghitung depresiasi oleh penyewa. Dalam hal nilai residu yang
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 21
dijamin, penyewa menggunakan jangka waktu sewa untuk menghitung depresiasi aktiva,
sedangkan dalam sewa beli, yang digunakan adalah taksiran umur ekonomis.
4) Biaya Langsung Mula-Mula (Initial Direct Costs)
Biaya langsung mula-mula adalah biaya yang dikeluarkan oleh yang menyewakan
(lessor) yang dapat dihubungkan secara langsung dengan perundingan dan penyelesaian
transaksi sewa. Biaya ini terdiri dari : biaya komisi, bviaya notaris dan meterai, biaya
penyelidikan kredit dan biaya – biaya penyiapan dan pembuatan dokumen/bukti untuk sewa
yang baru, dan bagian dari honorarium pegawai penjualan serta biaya pegawai lain-lain yang
khusus untuk mengerjakan suatu transaksi sewa.
Perlakuan terhadap biaya langsung mula-mula ini tergantung pada klasifikasi sewanya
Operating Lease
Biaya langsung mula-mula ditangguhkan pembebanannya dan dialokasikan selama jangka
waktu sewa sebanding dengan pengakuan pendapatan sewa
Sales Type lease
Biaya langsung mula – mula ini oleh lessor dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
Direct financig lease
Biaya langsung mula – mula dialokasikan selama jangka waktu sewa dengan cara
membebankan biaya ini dalam periode terjadinya dan juga sebagian pendapatan yang belum
diakui (sebesar biaya langsung mula – mula ) diakui sebagai pendapatan dalam periode yang
sama dengan pembebanan biaya. Dengan berkurangnya pendapatan belum diakui,berarti
pendapatan yang diakui setiap periodenya berkurang dibanding dengan tanpa adanya biaya
langsung mula – mula.
Contoh :
Misalnya biaya langsung mula – mula sebesar Rp. 1.000.000 jurnalnya sbb :
Macam – macam biaya Rp. 1.000.000
Kas,hutang Rp. 1.000.000
(mencatat biaya langsung mula – mula sebagai biaya)
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 22
Pendapatan belum diakui Rp. 1.000.000
Pendapatan bunga Rp. 1.000.000
(mencatat pendapatan bunga sebesar biaya langsung mula – mula).
3). Sewa Kembali Aktiva Yang Dijual (Sale – Lease Back)
Sewa kembali aktiva yang dijual terjadi bila pemilik aktiva menjual aktivanya kepada
pembeli dan kemudian penjual tadi menyewa aktiva tersebut dari pembeli. Dalam hal ini Penjual
disebut penjual – penyewa dan pembelinya disebut pembeli – yang menyewakan(lessor).
Pada saat penjualan, penjual mencatat sebagai penjualan dan pembeli mencatatnya
sebagai sebagai transaksis pembelian. Pencatatan transaksi sewa oleh penyewa (penjual) maupun
yang menyewakan (pembeli) akan tergantung pada sifat dari sewa itu. Apabila sewa tersebut
memenuhi salah satu dari empat kreteria di muka maka penyewa -–penjual akan mencatatnya
sebagai capital lease, tetapi bila sewa itu tidak memenuhi kreteria dimuka maka akan dicatat oleh
penyewa sebagai operating lease.
Yang menyewakan akan mencatat lease sebagai operating lease atau direct ffinancing
lease tergantung apakah lease tersebut memenuhi kreteria di muka atau tidak.
Bila saat penjualan aktiva tersebut timbul rugi atau laba maka laba atau rugi tersebut
harus ditangguhkan dan diamortisasi sesuai dengan amortisasi aktiva yang disewa dalam hal
capital lease. Bila sewa tersebut merupakan operating lease maka amortisasi rugi atau laba
dihubungkan dengan pembebanan biaya sewa selama jangka waktu sewa. Tetapi bila aktiva yang
disewa hanya tanah dan tidak ada gedung atau alat –alat, maka amortisasi dilakukan dengan cara
garis lurus selama jangka waktu sewa. Tetapi bila harga pasar aktiva tersebut pada tanggal
penjualannya lebih kecil dari nilai bukunya, maka rugi yang timbul harus diakui dan dibebankan
dalam periode tersebut. Jumlah maximum rugi yang boleh diakui adalah sebesar selisih harga
pasar dengan nilai buku aktiva.
Contoh : Sewa kembali aktiva yang dijual
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 23
PT. Aman Makmur pada tanggal 1 Januari 2002 menjual sebuah bus kepada PT. Bagito dengan
harga Rp. 50.000.000, nilai bukunya sebesar Rp. 45.000.000. Bus yang dijual disewa kembali
oleh PT. Amam Makmur selama 10 tahun dengan syarat-syarat sbb:
a. Jangka waktu sewa selama 10 tahun, tidak dapat dibatalkan dengan uang sewa tahunan
sebesar Rp. 7.397.522,- yang dibayarkan setiap awal tahun.
b. Harga pasar bus pada tanggal 1-1-2002 sebesar Rp. 50.000.000,- dan taksiran umur
ekonomisnya 10 tahun.
c. Semua biaya yang berhubungan dengan bus tersebut dibayar oleh penyewa (PT. Aman
Makmur).
d. Sewa tahunan ini akan memberikan return on investment sebesar 10% pada yang
menyewakan (PT. Bagito)
e. Tarif bunga untuk pinjaman oleh PT Aman Makmur sebesar 10%
f. Depresiasi bus milik PT. Amam Makmur dengan menggunakan metode garis lurus dan umur
ekonomis 10 tahun.
Penyelesaian :
Kreteria lease :
a. Transfer hak milik sewa ini tidak ada transfer hak milik kepada penyewa
b. Kemungkinan membeli aktiva yang disewakan sewa ini tidak berisi syarat yang
memungkinkan pembeli untuk membeli bus tersebut.
c. Jangka waktu sewa sewa ini mempunyai jangka waktu sewa yang lebih lama dari pada
75% umur ekonomisnya.
d. Nilai tunai pembayaran sewa sewa ini mempunyai nilai tunai pembayaran sewa sebesar
Rp. 50.000.000, sehingga lebih besar dari 90% harga pasar aktiva pada tanggal sewa.
Dengan demikian kreteria c dan d dapat terpenuhi penyewa akan mencatatnya sebagai capital
lease dan yang menyewakan akan mencatatnya sebagai direct financing lease.
Jurnal penjual - Penyewa
Transaksi jurnal
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 24
1-1-2002
Penjualan bus
Sewa bus dari PT. Bagito
Pembayaran sewa pertama
Pembayaran biaya-biaya
31-12-2002
Depresiasi bus Rp.
50.000.000 : 10 tahun
Amortisasi laba untuk
tahun 2002 Rp. 50.000.000
: 10 = Rp. 500.000
Bunga untuk tahun 2002
(Rp. 50.000.000 – Rp.
7.397.522) x 10 % = Rp.
4.260.248,-
Kas Rp. 50.000.000
Bus Rp.
45.000.000
Laba belum diakui Rp.
5.000.000
Bus – Capital lease Rp. 50.000.000
Hutang dari capital lease Rp.
50.000.000
Hutang dari Capital
Lease Rp. 7.397.522
Kas Rp.
7.397.522
Biaya (macam-macam) Rp. xx
Kas Rp. xx
Biaya depresiasi Rp. 50.000.000
Akm Depresiasi Rp.
50.000.000
Laba belum diakui Rp. 500.000
Biaya depresiasi Rp.
500.000
(rekening pendapatan)
Biaya bunga Rp. 4.260.248
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 25
Hutang bunga Rp. 4.260.248
Jurnal Pembeli –yang menyewakan
Transaksi Jurnal
Pembelian bus
Mencatat Sewa
Penerimaan uang sewa
31-12-2002
Pencatatan bunga tahun 2002
Bus Rp. 50.000.000
Kas Rp.
50.000.000
Piutang pembayaran sewa Rp. 73.975.220
Bus Rp.
50.000.000
Pendapatan belum diakui Rp.
23.975.220
Kas Rp. 7.397.522
Piutang pembayaran sewa Rp. 7.397.522
Piutang bunga Rp. 4.260.248
Pendapatan bunga Rp.
4.260.248
4). Sub leases
Sub leases adalah aktiva yang disewa oleh penyewa , disewakan kembali kepada pihak
ketiga. Ada tiga macam transaksi sub leases :
a. Aktiva yang disewa diserahkan oleh penyewa kepada pihak ketiga , dan perjanjian sewa di
antara kedua pihak yang pertama tetap berlaku.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 26
b. Penyewa baru menggantikan kedudukan penyewa pertama dalam perjanjian sewa. Penyewa
baru menjadi penanggung jawab utama dalam perjanjian sewa dan penyewa pertama bisa
menjadi penanggung jawab kedua atau tidak bertanggung jawab sama sekali.
c. Dibuatkan perjanjian sewa yang baru dengan penyewa baru dan perjanjian sewa pertama
dibatalkan.
Akuntansi oleh yang Menyewakan (lessor)
Bila penyewa pertama melakukan sub leases atau bila perjanjian sewa pertama dijual atau
ditransfer pada pihak ketiga, yang menyewakan harus melanjutkan pencatatan sewa seperti
sebelumnya.
Bila sewa pertama diganti dengan perjanjian sewa yang baru dengan penyewa baru, yang
menyewakan harus menghentikan pencatatan sewa yang lama dengan cara membuat
adjustment terhadap saldo rekening piutang pembayaran sewa dan nilai residu. Adjustment
ini dibebankan atau dikreditkan ke rekening pendapatan belum diakui.
Jika perjanjian sewa yang baru memenuhi syarat untuk dicatat sebagai operating lease, maka
saldo investasi bersih harus dihapuskan, aktiva yang disewakan harus dicatat sebagai aktiva
dengan jumlah yang lebih rendah di antara harga perolehan, harga pasar atau nilai bukunya.
Akibat bersih dari adjustment ini dibebankan ke rekening pendapatan.
Yang menyewakan harus mencatat sewa baru yang terjadi sebagai suatu transaksi yang
terpisah.
Akuntansi oleh Penyewa Pertama (original lessee)
Bila transaksi sub lease membebaskan penyewa pertama dari tanggung jawab utama (jenis b
dan c diatas), maka pembatalan perjanjian sewa pertama harus diperlakukan sbb:
a. Bila sewa pertama merupakan capital lease, aktiva dan hutang yang timbul dari sewa
pertama harus dihapuskan dari rekening-rekening, dan selisihnya diakui sebagai rugi atau
laba. Tetapi bila sewa baru berisi perjanjian bahwa penyewa pertama menjadi
penanngung jawab kedua maka rugi yang mungkin timbul harus diperlakukan sebagai
loss contingency yaitu dibebankan ke pendapatan bila kedua syarat untuk loss
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 27
contingency dapat dipenuhi. Penerimaan dan pengeluaran uang yang terjadi karena
adanya sub lease harus dimasukkan dalam perhitungan rugi atau laba yang akan diakui.
b. Tetapi bila perjanjian sewa pertama merupakan operating lease dan penyewa menjadi
penanggungjawab kedua dalam perjanjian sewa yang baru maka rugi yang mungkin
timbul harus diperlakukan sam seperti kasus a diatas.
Bila transaksi sub lease tidak membebaskan penyewa pertama dari tanggungjawab (seperti
sub lease a) maka penyewa pertama harus memperlakukan transaksi sub lease sbb:
a. Jika sewa pertama memenuhi kreteria a dan b, yaitu transfer hak milik dan kemungkinan
membeli aktiva yang disewa, maka penyewa pertama harus mengklasifikasikan sub lease
sebagai capital lease. Bila sub lease memenuhi salah satu dari ke empat kreteria di muka
dan dua kreteria berikutnya maka sub lease harus diakui sebagai direct financing lease
atau sale type lease, mana yang sesuai. Saldo aktiva yang belum diamortisasi
diperlakukan sebagai harga perolehan aktiva yang disewakan. Jika sub lease tidak
memenuhi kreteria sebagai direct financing lease atau sales type lease maka harus di
klasifikasikan sebagai operating lease.
b. Bila perjanjian sewa pertama memenuhi syarat c dan d yaitu 75% umur ekonomis dan
90% harga pasar, tetapi tidak memenuhi kreteria a dan b (transfer hak milik dan
kemungkinan membeli) harus mengklasifikasikan sewa baru sebagai direct financing
lease. Saldo aktiva yang belum diamortisasi dari sewa pertama dicatat sebagai harga
perolehan aktiva yang disewa. Jika syarat diatas tidak dipenuhi, sewa diklasifikasikan
sebagai operating lease. Satu pengecualian seperti yang disebutkan diatas ialah, apabila
saat dan keadaan – keadaan lainnya sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan bahwa
sub lease dimaksudkan sebagai suatu transaksi dimana penyewa pertama hanya
merupakan perantara. Dalam situasi seperti ini sub lease tadi dipertimbangkan sesuai
dengan kreteria 75% umur ekonomis dan 90% harga pasar dan juga dengan kedua
kreteria tambahan. Harga pasar dalam sub lease (untuk 90% harga pasar) adalah harga
pasar pada saat berlakunya perjanjian sewa pertama.
c. Bila sewa pertama adalah operating lease, penyewa pertama harus memperlakukan sewa
pertama dan sub lease sebagai operating lease.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 28
Akuntansi Oleh Penyewa Baru
Klasifikasi sewa oleh penyewa baru harus dilakukan berdasarkan kreteria-kreteria dimuka.
6). Sewa Dalam Penggabungan Usaha
Ada dua cara untuk penggabungan usaha, yaitu pooling of interests dan pembelian.
Prinsip akuntansi untuk lease dalam penggabungan usaha ini secara umum tidak berbeda dengan
prinsip untuk lease sebelum adanya penggabungan kecuali jika terjadi perubahan-perubahan dan
syarat – syarat sewa.
a. Pooling Of Interest
Dalam penggabungan usaha yang menggunakan cara ini, setiap sewa harus tetap
dalam klasifikasi yang sama dengan sebelum adanya penggabungan, kecuali jika diadakan
perubahan-perubahan terhadap perjanjian sewa itu. Sesudah adanya perubahan – perubahan
ini, Badan Usaha yang baru mengklasifikasikan lease berdasarkan pada kreteria-kreteria yang
ada dimuka.
b. Pembelian
Dalam penggabungan usaha yang menggunakan cara ini, perusahaan yang membeli
perusahaan lain harus memperlakukan lease yang ada seperti sebelum terjadinya pembelian
tersebut, kecuali terdapat perubahan-perubahan dalam perjanjian sewa. Penentuan harga
perolehan aktiva dan hutang harus di dasarkan pada prinsip penggabungan usaha.
Dalam penggabungan usaha dengan cara ini, perusahaan yang membeli perusahaan
yang lain harus memperlakukan investasi dalam sewa jika perusahaan yang di beli merupakan
pihak yang menyewakan (dalam leveraged lease) dengan cara sbb :
“ Perusahaan yang membeli harus menentukan jumlah investasi bersih dalam leveraged
lease ( dari perusahaan yang dibeli) sesuai dengan prinsip akuntansi untuk penggabungan
usaha. Penentuan jumlah ini didasarkan pada aliran kas diwaktu yang akan datang
termasuk akibat-akibat pajaknya.
Sesudah jumlah ini dapat ditentukan, maka jumlah tersebut harus diperinci untuk
piutang sewa, taksiran nilai residu, pendapatan belum diakui dan juga diskonto untuk
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 29
menghitung nilai tunai komponen-komponen lainnya. Dan sewa itu harus diklasifikasikan
oleh perusahaan yang membeli juga sebagai leveraged lease.
6) Leases Untuk Real Estate
Leases untuk real estate dapat dibedakan dalam 4 kategori yaitu,
a. Leases untuk tanah saja
b. Leases untuk tanah dan gedung
c. Leases untuk alat-alat dan real estate
d. Lease hanya untuk sebagian dari gedung
a. Leases Untuk Tanah Saja
Sewa untuk tanah, jika memenuhi kreteria a dan b yaitu, transfer hak milik dan kemungkinan
untuk membeli, maka penyewa harus mengklasifikasikan lease sebagai capital lease. Bila
kreteria tersebut tidak terpenuhi maka harus diklasifikasikan sebagai operating lease.
Bila kreteria tambahan juga terpenuhi, maka yang menyewakan harus mengklasifikasikan
sewa sebagai direct financing lease atau sales type lease, mana yang lebih sesuai. Tetapi bila
semua kreteria itu tidak terpenuhi, maka yang menyewakan harus mengklasifikasikan
sebagai operating lease.
Kreteria c dan d yaitu 75% umur ekonomis dan 90% harga pasar tidak dapat diterapkan
untuk sewa tanah. Oleh karena itu hak milik atas tanah diharapkan akan berpindah pada
penyewa jika kreteria a dan b terpenuhi maka aktiva yang dicatat sebagai capital lease ini
tidak akan diamortisasi.
b. Leases untuk Tanah dan Gedung
Lease untuk tanah dan gedung harus diperlakukan sbb:
Bila lease memenuhi kreteria a dan / atau b, penyewa harus mengkapitalisasi tanah dan
gedung secara terpisah. Perhitungannya dengan cara menghitung nilai tunai pembayaran
sewa minimum (tidak termasuk executory costs, tetapi termasuk laba), dan
mengalokasikannya untuk kedua aktiva tersebut secara proportional dengan harga pasar
aktiva-aktiva pada tanggal dimulainya sewa. Harga perolehan gedung akan diamortisasikan
sesuai dengan gedung-gedung lain yang dimiliki oleh penyewa. Sedangkan tanah yang
diklasifikasikan sebagai capital lease tidak akan diamortisasi.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 30
Bagi yang menyewakan, tanah dan gedung dicatat sebagai satu unit aktiva yang disewakan.
Jika kreteria a dan / atau b terpenuhi, juga kreteria tambahannya terpenuhi maka yang
menyewakan akan mencatat sewa tersebut sebagai direct financig lease atau sales type lease.
Tetapi bila kreteria itu tidak terpenuhi maka yang menyewakan akan mengklasifikasikan
lease sebagai operating lease.
Bila lease tidak memenuhi kreteria a dan / atau b,, dan harga pasar tanah kurang dari 25%
total harga pasar tanah dan gedung, maka baik penyewa maupun yang menyewakan harus
mengganggap tanah dan gedung sebagai satu unit aktiva untuk menilai apakah memenuhi
kreteria c dan d atau tidak. Taksiran umur ekonomis gedung digunakan sebagai taksiran
umur ekonomis unti aktiva tersebut. Apabila kreteria c dan / atau d dapat terpenuhi yang
menyewakan memperlakukan tanah dan gedung sebagai satu unit aktiva dan mencatatnya
sebagai capital lease. Unit aktiva akan diamortisasi dengan cara yang sama dengan gedung-
gedung lain yang dimiliki dengan umur selama jangka waktu sewa. Bila tidak memenuhi
kreteri c dan / atau d maka penyewa mencatatnya sebagai operating lease. Bila sewa
memenuhi kreteria c dan / atau d, yang menyewakan mencatat aktiva sebagai satu unit dan
mengklasifikasikan sebagai direct financing lease atau sales type lease. Tetapi bila kreteria c
dan d tidak terpenuhi, lessor akan mengklasifikasikan sebagai operating lease.
Bila harga pasar tanah lebih besar dari 25% total harga pasar tanah dan gedung pada saat
dimulainya sewa, kreteria c dan d harus diperhitungkan terpisah untuk tanah dan gedung baik
oleh penyewa maupun oleh yang menyewakan. Pembayaran sewa minimum (tidak termasuk
executory costs , tetapi termasuk laba) harus dipisahkan untuk tanah dan gedung. Pemisahan
ini dilakukan dengan cara menentukan harga pasar tanah dan dengan menggunakan tarif
bunga pinjaman oleh penyewa dihitung pembayaran sewa minimum untuk tanah. Sisa
pembayaran sewa minimum dibebankan untuk gedung. Jika gedung memenuhi kreteria c
dan d, penyewa mengklasifikasikan sebagai capital lease dan yang menyewakan sebagai
direct financing lease atau sales type lease. Tanah akan diklasifikasikan sebagai operating
lease oleh penyewa dan yang menyewaka. Bila gedung tidak memenuhi kreteria c dan d,
penyewa dan yang menyewakan mengklasifikasikan tanah dan gedung sebagai operating
lease.
c. Leases untuk Alat-Alat dan Real Estate
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 31
Bila sewa mencakup real estate dan juga alat-alat, maka pembayaran sewa minimum
untuk alat-alat harus dipisahkan dari sewa real estate dengan menggunakan cara apapun yang
dapat dilakukan.
Sewa untuk alat-alat harus dipisahkan dari sewa untuk real estate dan masing-masing
dinilai dengan kreteria untuk lease dimuka. Penyewa dan yang menyewakan akan
mengklasifikasikan masing-masing sewa tersebut sesuai dengan sifatnya.
d. Leases untuk Sebagian dari Gedung
Bila aktiva yang disewakan merupakan sebagian dari satu aktiva,, harga perolehan dan harga
pasarnya mungkin tidak dapat ditentukan dengan obyektif seperti dalam sewa kios dalam
satu komplek pasar. Bila harga perolehan dan harga pasar aktiva dapat ditentukan secara
obyektif , maka baik penyewa maupun yang menyewakan harus mengklasifikasikan dan
memperlakukan sewa seperti dalam hal sewa untuk tanah dan gedung diatas.
Dalam hal harga perolehan dan harga pasar tidak dapat ditentukan secara obyektif maka
perlakuannya sbb:
Penyewa
Bila harga pasar dari aktiva yang disewa dapat ditentukan dengan obyektif maka
penyewa memperlakukan sewa sama seperti dalam sewa untuk tanah dan gedung.
Bila harga pasar dari aktiva yang disewa tidak dapat ditentukan dengan obyektif, maka
penyewa harus mengklasifikasikan sewa tergantung pada kreteria 75% umur ekonomis
dan menggunakan umur ekonomis gedung sebagai dasar.
Bila kriteria 75% umur ekonomis ini dapat terpenuhi, aktiva yang disewa harus
dikapitalisasi sebagai satu unit aktiva dan diamortisasi sepanjang jangka waktu sewa.
Yang menyawakan :
Bila harga perolehan dan atau harga pasar aktiva tidak dapat ditentukan dengan objektif,
maka yang menyewakan harus mengklasifikasikan lease ini sebagai operating lease.
Dalam hal sewa fasilitas-fasilitas yang dimiliki pemerintah, penentuan umur ekonomis
untuk mengklasifikasikan lease biasanya tidak dapat dilakukan. Begitu juga konsep harga
pasar tidak dapat diterapkan. Oleh karena sewa milik pemerintah ini tidak mengandung
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 32
perjanjian untuk adanya transfer hak milik dan tidak ada perjanjian sewa beli, maka lease
seperti ini oleh penyewa diklasifikasikan sebagai operating lease.
Contoh lease dari pemerintah :
- Sewa airport
- Sewa pelabuhan
- Sewa terminal angkutan darat
- dll
Agar penyewa dapat mengklasifikasikan sewa dari pemerintah ini sebagai operating lease
maka lease tersebut harus memenuhi syarat-syarat sbb:
a. Aktiva yang disewa itu adalah milik pemerintah atau badan pemerintah.
b. Aktiva yang disewa merupakan sebagian dari suatu aktiva yang besar, seperti airport,
yang dioperasikan oleh atau untuk yang menyewakan.
c. Aktiva yang disewa merupakan aktiva permanen seperti gedung,yang tidak dapat
dipindahkan lokasinya.
d. Yang menyewakan (pemerintah) mempunyai hak untuk menghentikan perjanjian
sewa sewaktu-waktu, seperti menutup fasilitas aktiva tersebut.
e. Perjanjian sewa itu tidak mentransfer hak milik ke penyewa, juga tidak merupakan
sewa beli.
f. Tidak tersedia aktiva sejenis di daerah itu yang dapat disewa dari badan-badan usaha
non pemerintah.
Lease yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas diklasifikasikan sesuai dengan kreteria-
kreteria di muka, yaitu untuk lease yang bukan pemerintah.
7). Sewa Di Antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan (Related Perties)
Sewa diantara pihak-pihak yang mempunyai hubungan diklasifikasikan dengan cara yang
sama dengan sewa diantara pihak-pihak yang tidak berhubungan, kecuali bila syarat-
syarat sewanya jelas-jelas terpengaruh hubungan.
Bila hubungan itu mempengaruhi syarat-syarat sewa maka klasifikasi dan akuntansi
untuk sewa harus diubah agar dapat menunjukan arti ekonomis sewa dan tidak hanya
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 33
tergantung pada perjanjian resminya. Didalam laporan keuangan dijelaskan adanya sewa
ini.
Dalam laporan keuangan yang dikonsulidasikan atau laporan keuangan yang
menggunakan equity method untuk investasi saham, rugi laba yang timbul dari transaksi
sewa dengan pihak yang berhubungan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi untuk konsulidasi atau equity method, mana yang sesuai.
Laporan keuangan anak perusahaan yang kegiatan utamanya adalah sewa dengan
perusahaan induknya atau dengan anak perusahaan lainnya harus dikonsolidasikan.
Dalam hal ini equity method tidak cukup untuk menyajikan laopran keuangan yang
layak.
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II- 34