A No A
-
Upload
-aan-safwandi-screamo -
Category
Documents
-
view
179 -
download
1
Transcript of A No A
ANOA
Keberadaannya Anoa (Bubalus spp). Anoa disebut juga sapi hutan atau kerbau kerdil. Anoa
merupakan satwa terbesar daratan Sulawesi. Terdapat dua jenis Anoa di Sulawesi, yaitu
Bubalus depressicornis (Anoa dataran rendah) dan Bubalus quarlesi (Anoa dataran
tinggi). Makanan Anoa berupa buah-buahan, tuna daun, rumput, pakis, dan lumut. Anoa
bersifat soliter, walaupun pernah ditemui dalam kelompok. Seperti umumnya sapi liar,
Anoa dikenal agresif dan perilakuknya sulit diramalkan. Karena hanya makan tunas
pohon dan buah-buahan yang tidak banyak mengandung natrium, maka Anoa harus
melengkapi makanannya dengan mencari natrium ditempat bergaram. Pada saat ini,
populasi Anoa merosot tajam. Di cagar alam Tangkoko Dua Saudara Bitung Sulawesi
Utar, jumlah Anoa menurun 90% selama 15 tahun dan jenis ini sudah mengalami
kepunahan setempat (Whitten, et al. 1987; Kinnaird, 1997).
Ciri-ciri Anoa
Tubuh Anoa berukuran sekitar 1 meter dan memiliki berat 150-300 kg serta anak
Anoa dilahirkan sekali setahun. Warna bervariasi dari abu-abu hingga coklat tua dan kaki
keputih-putihan.
Ancaman kelesrtarianya
Penyebab semakin berkurangnya populasi Anoa karena habitat hidup Anoa semakin
terdesak untuk pembukaan lahan. Pembukaan lahan itu selain untuk permukiman, sawah,
ladang, juga untuk kepentingan manusia lainnya. Selain itu, Anoa banyak diburu untuk
diambil kulit, daging, dan tanduknya. Karena itu, sejak tahun 1960 Anoa telah dinyatakan
dalam status terancam. sudah banyak anoa punah dari berbagai lokasi di Sulawesi.
Mereka pun bersusah payah bertahan, dengan jumlah tinggal 3000-5000 ekor saja di
alam. Padahal mereka sudah dilindungi berbagai undang-undang konservasi, baik lokal
maupun internasional.
Cara menjaga kelestariannya
Beberapa usaha pelestarian telah dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengembangbiakkan hewan dan tumbuhan langka di tempat-tempat penangkaran,
membuat undang-undang perburuan dan undang-undang penebangan pohon, serta yang
lainnya. Upaya pemerintah menjaga kelestarian tumbuhan dan hewan langka adalah
dengan mengadakan perlindungan hutan. Perlindungan hutan antara lain pengamanan
hutan, pengamanan tumbuhan, dan hewan liar. Perlindungan hutan ini merupakan usaha
untuk:
a. mencegah dan membatasi kerusakan hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia;
b. mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perseorangan atas
hutan, kawasan hutan, hasil hutan, serta bagianbagian yang berkaitan dengan pengelolaan
hutan. Untuk melaksanakan upaya perlindungan hutan tersebut, maka dibangunlah
kawasan hutan konservasi. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai tempat pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan hewan serta ekosistemnya. Hutan konservasi ini terdiri dari kawasan hutan
suaka alam dan kawasan hutan pelestarian alam. Apakah hutan suaka alam itu?
Anggrek Pensil (Vanda Hookeriana)
Keberadaannya
Angger pensil (Vanda hookeriana) asal Sumatra adalah jenis anggrek yang langka.
Anggrek yang banyak diminati para pencinta bunga itu hidup menumpang pada bunga
bakung (Crinum asiaticum). Langkanya anggrek ini, dikarenakan habitat anggrek yang
ada di Cagar Alam Dusun Besar (CADB), Bengkulu sudah rusak oleh tangan manusia.
Kerusakan tersebut juga menyebabkan bunga bakung mati.
Ancaman kelestarianya
Sayang sekali, anggrek-anggrek di hutan tropis Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua sedang terancam akibat lajunya penebangan liar (ilegal logging) yang
terus berlangsung hingga saat tulisan ini saya buat. Perilaku hidup modern kita juga turut
menambah beban yang harus dipikul oleh hutan tropis.
Bunga anggrek klitoris/ clitoris hanyalah sebuah alasan sepele yang saya pakai untuk
membela keberadaan hutan hujan tropis yang saat ini tengah terancam.
Cara menjaga kelestarianya
Anggrek, namanya begitu pendek dan sederhana….hanya terdiri dari 7 huruf saja.
Tapi kisahnya tak sependek namanya, dan permasalahan pelestariannya tidak sesederhana
namanya. Masyarakat Indonesia boleh bangga dengan begitu kayanya negeri ini dengan
beribu-ribu plasma nutfah anggrek hingga negeri ini dijuluki sebagai negara dengan jenis
anggrek spesies terbanyak didunia.
Namun bangsa ini tidak cukup hanya dengan bangga mendengar julukan megah
tersebut. Kekayaan yang melimpah ini perlu “dijaga” dan “dipelihara”. Dijaga dalam
artian dilestarikan dan dipelihara dalam artian dimanfaatkan. Tidak perlu disangsikan
lagi, rasa cinta dan bangga bangsa ini terhadap kekayaan anggrek spesies Indonesia
sangatlah besar.
Terbukti dengan tingginya minat memelihara anggrek spesies, larisnya komoditas
anggrek spesies di setiap stand pameran anggrek, hingga kesanggupan mengeluarkan
biaya besar untuk sekedar membawa anggrek dari daerah lain. Sehingga pada dasarnya,
sikap cinta dan bangga bangsa ini terhadap anggrek tidak perlu diragukan.
Berikut beberapa tips menarik untuk menyatakan cinta kita kepada si anggrek.
1. Teliti sebelum membeli. Seperti halnya membeli barang-barang pada umumnya,
carilah keterangan sebanyak dan selengkap mungkin mengenai jenis anggrek
yang akan dibeli, misal rentang ketinggian habitat, suhu, ukuran tanaman
optimum, kebutuhan cahaya dll. Sehingga kita bisa mempertimbangkan dengan
baik apakah si anggrek tersebut cocok dengan tempat barunya atau tidak.
Terkadang, ada pula pedagang yang merekayasa informasi hanya agar anggreknya
laku, misal dengan mengatakan bahwa si anggrek dapat tumbuh bagus dan
berbunga di segala tempat, padahal anggrek tersebut tidak tahan terhadap suhu
rendah.
2. Memilih tanaman anggrek yang sudah melewati masa budidaya dan adaptasi.
Atau dengan kata lain, lebih baik menghindari anggrek cabutan langsung dari
alam yang notabene akarnya rusak, belum beradaptasi, dan masih dalam kondisi
stress. Anggrek cabutan yang sudah mengalami masa budidaya dan adaptasi
umumnya sudah mengeluarkan akar baru di media tanamnya, telah mengeluarkan
daun barunya yang tumbuh segar dengan ukuran normal. Anggrek ini akan
memiliki tingkat daya hidup yang lebih baik dibanding cabutan langsung alam.
Sisi positif lainnya yaitu akan membiasakan para pemburu atau penadah untuk
turut melakukan upaya budidaya.
3. Menyeimbangkan kapasitas tempat budidaya dan jangkauan kemampuan
memelihara dengan jumlah dan jenis anggrek. Semakin banyak jenis dan jumlah
anggrek yang dimiliki tentu akan menuntut tempat yang semakin luas dan juga
waktu pemeliharaan yang lebih intensif pula. Berapa banyak waktu dalam sehari
yang bisa disisihkan untuk memelihara tanaman?, berapa luas space di kebun atau
pekarangan rumah yang masih bisa di tempati anggrek secara optimal??
Pertanyaan tadi ada baiknya dijawab sebelum menambah koleksi. Jangan sampai
ada beberapa anggrek yang dianak-tirikan karena kurang perhatian/treatment…
atau jangan sampai kolong tempat tidur anda gunakan untuk meletakkan anggrek
yang butuh full sinar.
4. Mencoba yang mudah untuk belajar yang sulit. Yang dimaksud adalah, mencoba
membudidayakan anggrek-anggrek yang terkenal mudah dipelihara, mudah
berkembangbiak, dan pertumbuhannya cepat. Tidak perlu malu dengan ungkapan
“hanya memelihara anggrek yang biasa atau anggrek yang murah”. Bukankah
untuk sampai ke kelas 6, kita harus melewati kelas 1,2,3….dst??!, dari pelajaran
dan pengalaman di kelas 1 kita bisa menghadapi pelajaran di kelas 2 dan begitu
seterusnya. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan suatu anggrek. Biasanya
semakin langka anggrek, kemungkinan karena range adaptasinya yang sempit,
pertumbuhannya sangat lambat, membutuhkan iklim mikro yang spesifik, sulit
membentuk tunas anakan, sehingga dari sisi agronomisnya pun akan
membutuhkan treatment khusus. Tentunya kita tidak mau kebun kita menyandang
gelar “pemakaman masal” untuk anggrek-anggrek langka bukan?
5. Sharing dan berkomunikasi dengan komunitas anggrek. Dengan begitu anda akan
bisa menanyakan pengalaman-pengalaman dalam memelihara anggrek serta
memperoleh banyak informasi mengenai cara budidaya yang tepat.
6. Budidaya dan mengembangbiakan anggrek merupakan salah satu langkah
konservasi/pelestarian. Hanya dengan memelihara dengan baik hingga suatu saat
bisa berkembangbiak dari yang semula satu pot menjadi beberapa rumpun pot,
kita sudah melakukan apa yang dinamakan “konservasi”. Bahkan dengan menjual
hasil perbanyakan anggrek kepada tetangga sebelah (misal dari 1 pot menjadi 4
pot, 2 pot dijual sedangkan 2 pot lainnya dikembangkan lagi) juga memberi nilai
yang sangat penting bagi konservasi anggrek. tidak sulit bukan?
7. Anggrek hasil botolan (kultur biji atau jaringan)??? why not?!. Point yang terakhir
ini untuk turut mendorong aktifitas perbanyakan anggrek secara in-vitro, yaitu
dengan mengurangi “skeptisitas” atau “alergi” terhadap anggrek produk kultur in-
vitro…toh banyak juga jenis-jenis spesies yang dibotolkan. Bahkan performa
tanaman menjadi lebih kompak, seragam, pertumbuhan yang kuat, serta
kemampuan adaptasi yang lebih baik. Untuk masalah genetik, tidak perlu
disangsikan, selama proses fertilisasi (pembuahan) dan penumbuhan in-vitro
sesuai aturan…maka variasi genetik hasil botolan tidak berbeda dengan variasi
genetik anggrek dari alam.